NORMA SOSIAL DAN EFIKASI DIRI PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK.

(1)

NORMA SOSIAL DAN EFIKASI DIRI PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK

(Survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan IPS

Oleh

Suprihantono 1204768

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Norma Sosial Dan Efikasi Diri Pengaruhynya Terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik

(Survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi)

Oleh Suprihantono

S.Pd IKIP Muhammadiyah Purworejo, 1997

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan IPS

© Suprihantono 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 19610323 198603 1002

Pembimbing II

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd NIP. 19620304 198704 2001

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd, MA NIP. 19620702 198601 1002


(4)

iii

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

NORMA SOSIAL DAN EFIKASI DIRI PENGARUHNYA TERHADAP PERILAKU SOPAN SANTUN PESERTA DIDIK

(Survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi)

Oleh : Suprihantono NIM : 1204768

ABSTRAK

Peserta didik tingkat sekolah menengah pertama (SMP) merupakan masa perkembangan kognitif yang sudah memasuki tahap operasional formal yang bernalar secara abstrak, idealis, logis, serta peka terhadap rasa sosial yang tinggi, sehingga kepribadian harus dikembangkan sepenuhnya melalui efikasi diri dan harus sadar terhadap norma sosial. Sebagai makhluk sosial maka interaksi dengan orang lain pasti terjadi yang tidak lepas dari rasa menghargai orang lain melalui perilaku sopan santun. Penelitian ini berangkat dari pengamatan terhadap peserta didik tingkat SMP yang menunjukkan perilaku kurang sopan santun baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Penelitian ini bertujuan mengungkap pengaruh dan kontribusi norma sosial dan efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik. Metode penelitan yang digunakan adalah survei dengan teknik pengumpulan data melalui instrumen dalam bentuk angket yang disebarkan kepada 246 peserta didik kelas sembilan sebagai sampel dari tujuh sekolah menengah tingkat pertama (SMP) dengan populasi 77 SMP negeri di Kabupaten Bekasi dan jumlah peserta didik sebanyak 22.021. Hasil penelitian menunjukkan norma sosial sudah berjalan cukup baik dengan rata-rata 74,40%, dan efikasi diri yang dimiliki peserta didik cukup baik dengan rata-rata sebesar 72,39%. Hubungan norma sosial dengan perilaku sopan santun tergolong kuat dengan kontribusi sebesar 58,52%, adapun hubungan efikasi diri dengan perilaku sopan santun peserta didik tergolong cukup kuat dengan kontribusi sebesar 28,26%. Hubungan norma sosial dan efikasi diri secara bersama-sama dengan perilaku sopan santun peserta didik tergolong kuat, dengan kontribusi sebesar 60,80%. Berdasarkan temuan ini, diharapkan kepada pihak sekolah untuk tetap menjaga dan mengintensifkan sosialisasi norma sosial kepada peserta didik baik melalui kegiatan belajar mengajar, pemberlakuan norma sosial secara ketat di lingkungan sekolah, maupun bekerja sama dengan pihak masyarakat. Perilaku sopan santun juga tidak lepas dari efikasi diri yang dimiliki peserta didik, dimana efikasi diri dapat dibentuk melalui contoh teladan yang dilakukan oleh pendidik sehingga keyakinan diri peserta didik akan semakin baik.


(5)

iv

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SOCIAL NORMS AND SELF-EFFICAY ITS EFFECT ON BEHAVIOR OF LEARNERS MANNER

(Survey on Junior High School in Bekasi) By: Suprihantono

NIM : 1204768 ABSTRACT

Learners junior high school (SMP) is a period of cognitive development that has entered the stage of formal operational reasoning in the abstract, idealistic, logical, and sensitive to the high social sense, so it should be fully developed personality through self-efficacy and should be aware of the social norms . As social beings that interaction with others is definitely going on that can not be separated from respect for others through behavioral manners. This study departs from the observation of junior high students who lack manners showed good behavior towards oneself and others. This study aims to reveal the influence and contribution of social norms and self-efficacy on behavior of learners manners. Research method used was a survey with data collection techniques through instrument in the form of a questionnaire distributed to 246 ninth grade students as a sample of seven junior high school (SMP) with a population of 77 junior high school in Bekasi and number as many as 22 021 learners. The results showed social norms has been running quite well with an average 74.40%, and self-efficacy possessed good enough learners with an average of 72.39%. Relationship with the social norms of behavior manners relatively strong with a contribution of 58.52%, while the self-efficacy relationships with learners manners of behavior is quite strong with a contribution of 28.26%. The relationship of social norms and self-efficacy together with behavioral manners relatively strong learners, with a contribution of 60.80%. Based on these findings, it is expected the school to maintain and intensify the dissemination of social norms to students through teaching and learning activities, strict enforcement of social norms in the school environment, and working together with the community.Behavior manners also not free of self-efficacy possessed learners, which self-efficacy can be established through exemplary conducted by educators so that confidence will be better learners.


(6)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Norma Sosial dan Efikasi Diri Pengaruhnya Terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik (Survei Pada SMP Negeri di Kabupaten Bekasi)”. Tesis ini merupakan salah satu persyaratan dalam menempuh dan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penulis menyadari dalam penyusunan tesis banyak pihak yang telah membantu. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Rahmat, S.Ag, MM selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Cibitung yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

2. Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd, MA selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si selaku dosem Pembimbing Utama. 4. Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd selaku dosen Pembimbing Pendamping.

5. Seluruh pengajar dan staf pengelola Program Studi Magister Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia.

6. Teman-teman seperjuangan mahasiswa IPS kelas P2TK.

7. Orang tua, istriku Dedeh Sumiarsih, dan anak-anak Bita dan Haidar yang telah memberikan dukungan moral, pengertian dan waktunya.


(7)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

8. Para Kepala Sekolah tempat penulis melakukan penelitian yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

9. Semua pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Keseluruhan yang berkaitan dengan penyusunan tesis yang menyangkut materi atau isi penulisan tesis dan lain-lain menjadi tanggung jawab penulis sebagaimana tertuang dalam lembaran pernyataan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Bandung, Pebruari 2014 Penulis,


(8)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 14

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Struktur Organisasi Tesis ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Pendidikan IPS ... 16

B. Norma Sosial ... 21

C. Efikasi Diri ... 28

D. Perilaku Sopan Santun ... 32

E. Pengaruh Norma Sosial dan Efikasi Diri terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik ... 39

F. Penelitian Terdahulu ... 43

G. Kerangka Pemikiran ... 44

H. Hipotesis Penelitian ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 47


(9)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56

E. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ... 67

B. Analisis Data ... 76

C. Pembahasan ... 92

BAB V SIMPULAN dan REKOMENDASI A. Simpulan ... 101

B. Rekomendasi ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(10)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xi DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Beberapa Perilaku Peserta Didik Melanggar Norma Sosial ... 8

3.1 Populasi Penelitian ... 50

3.2 Sampel Penelitian ... 53

3.3 Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 55

3.4 Hasil Pengujian Validitas Variabel Norma Sosial (X₁) ... 58

3.5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Efikasi Diri (X

) ... 59

3.6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Perilaku Sopan Santun Peserta Didik (Y) ... 60

3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 64

4.1 Norma Sosial ... 68

4.2 Deskripsi Variabel Norma Sosial ... 69

4.3 Efikasi Diri ... 71

4.4 Deskripsi Variabel Efikasi Diri ... 72

4.5 Perilaku Sopan Santun Peserta Didik ... 74

4.6 Deskripsi Variabel Perilaku Sopan Santun Peserta Didik ... 75

4.7 Hasil Uji Normalitas Norma Sosial dengan Kolmogorov – Smirnov ... 77

4.8 Hasil Uji Normalitas Efikasi Diri dengan Kolmogorov – Smirnov ... 77

4.9 Hasil Uji Normalitas Perilaku Sopan Santun Peserta Didik dengan Kolmogorov – Smirnov ... 78

4.10 Koefisien Korelasi antar Variabel ... 79

4.11 Hasil Analisis Linier Sederhana X₁ terhadap Y ... 81

4.12 Hasil Analisis Pengujian Kelinieran dengan Regresi Linier sederhana X₁ terhadap Y ... 82

4.13 Hasil Analisis Linier Sederhana X₂ terhadap Y ... 85

4.14 Hasil Analisis Pengujian Kelinieran dengan Regresi Linier sederhana X₂ terhadap Y ... 86

4.15 Hasil Analisis Pengujian Kelinieran dengan Regresi Linier Ganda Model Summary ... 88


(11)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xii 4.16 Hasil Analisisi Linier Ganda ... 89 4.17 Hasil Analisis Pengujian Kelinieran dengan Regeresi Linier


(12)

1 Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan. Karena sebagai makhluk sosial maka dalam hidupnya akan terjadi hubungan sosial atau interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses-proses sosial, hal ini karena suatu interaksi sosial menjadi persyaratan utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial adalah proses hubungan sosial yang bersifat dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok yang lain dan terjadi di lingkungan masyarakat. Terjadinya interaksi sosial dapat mengakibatkan manusia belajar dari orang lain. Kegiatan belajar terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu tanda bahwa seseorang sudah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan ini bisa dalam bentuk pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan sikap (afektif).

Belajar adalah proses multisegi yang biasanya dianggap sesuatu yang biasa saja oleh individu sampai mereka mengalami kesulitan saat menghadapi tugas yang kompleks. Akan tetapi kapasitas belajar adalah karakteristik yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. Menurut Goldberg (dalam Gredler, 2011:2) bahwa hanya manusia yang memiliki otak yang berkembang baik untuk digunakan melakukan tindakan yang memiliki tujuan. Karena manusia memiliki otak yang bekembang baik, maka belajar sangat diperlukan sehingga seseorang dapat membedakan tujuan hidup mana yang baik dan mana yang buruk.

Belajar menurut Gredler (2011:2) mempunyai peran dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, bagi individu, belajar dapat menjelaskan tentang pemerolehan berbagai kemampuan dan keterampilan, tentang strategi untuk menjalankan peran di dunia, serta tentang sikap dan nilai yang memandu tindakan


(13)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 seseorang. Kedua, belajar adalah penting bagi masyarakat. Salah satu tujuannya seperti yang dicatat oleh Vygotski (1924/1979) adalah mempelajari tentang nilai, bahasa, dan perkembangan kultur-pengalaman yang diwariskan.

Menurut W.H. Burton (dalam Siregar dan Nara, 2010:4) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut menurut Gagne (dalam Siregar dan Nara, 2010:4) dikemukakan bahwa ”learning is relatively permanent change in behavior that result from past experience or purposeful instruction”. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang relatif menetap yang dihasilkan dari pengalaman masa lalu ataupun dari pembelajaran yang bertujuan/direncanakan . Pengalaman diperoleh individu dalam interaksinya dengan lingkungan, baik yang tidak direncanakan maupun yang direncanakan, sehingga menghasilkan perubahan yang bersifat relatif menetap.

Belajar merupakan perubahan tingkah laku manusia dari hasil pengalaman yang diperolehnya. Perilaku adalah suatu kegiatan aktivitas organisme yang bersangkutan. Menurut Notoatmodjo (2012:131) perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Sedangkan menurut Skinner (dalam Notoatmodjo, 2012:131) bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Lebih lanjut Green (dalam Notoatmodjo, 2012:194) manganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan, bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor yaitu :

a. faktor-faktor predeposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan nilai-nilai, dan sebagainya. b. faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau


(14)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3 sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

c. faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas keshatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Perubahan tingkah laku tidak hanya dalam bentuk pengetahuan (kognitif) semata tetapi juga perubahan dalam hal perilaku keseharian seseorang terhadap lingkungannya. Perubahan perilaku yang diharapkan adalah perilaku yang tadinya tidak baik menjadi perilaku yang baik sehingga keberadaan dirinya dapat diterima oleh masyarakat. Perilaku yang baik seperti sopan santun, baik dalam hal berpakaian, ucapan atau tutur kata terhadap orang lain, perbuatan dan bertingkah laku dalam bermasyarakat. Hal ini perlu karena sopan santun merupakan unsur penting dalam kehidupan bersosialisasi sehari-hari seseorang, dengan sopan santun orang dapat dihargai dan disenangi dalam keberadaannya sebagai makhluk sosial dimanapun ia berada. Selain itu juga sopan santun merupakan cerminan kepribadian seseorang. Orang yang mempunyai sopan santun dengan baik, maka kemungkinan besar ia mempunyai kepribadian yang baik, dan sebaliknya orang yang sopan santunnya kurang kemungkinan besar ia mempunyai kepribadian yang kurang baik. Karena itu sopan santun ini perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak, serta dapat dipertahankan dan dikembangkan di kalangan peserta didik.

Penelitian ini dilakukan terhadap perilaku sopan santun di kalangan peserta didik SMP Negeri di Kabupaten Bekasi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan terhadap pembentukan perilaku santun sebelumnya oleh Keluntur (2009) menyebutkan bahwa hubungan antara bimbingan guru dan lingkungan keluarga dalam pembentukan perilaku santun cukup lemah atau rendah, yaitu rata-rata pada interval koefisien 0,431, tetapi signifikan. Walaupun hasil penelitian tersebut menunjukkan interval koefisien 0,431yang berarti rendah tetapi karena signifikan, maka faktor pembentuk perilaku santun, salah satunya adalah peranan dari pendidik itu sendiri, ternyata sangat dibutuhkan.


(15)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 Perilaku sopan santun dapat terbentuk dari peranan pengetahuan yang diterima peserta didik. Pembelajaran IPS yang disampaikan di SMP, peserta didik diajarkan tentang materi sosiologi, dengan kompetensi dasar yaitu: memahami kehidupan sosial manusia ; memahami masalah penyimpangan sosial; memahami pranata dan penyimpangan sosial; dan memahami perubahan sosial budaya. Peserta didik setelah mendapatkan materi pembelajaran IPS ini, setidaknya akan mengetahui bahwa dalam kehidupan, dirinya akan berhadapan dengan lingkungan masyarakat yang berbeda status sosial, budaya, karakter, ras, agama, dan sebagainya, serta dalam bermasyarakat peserta didik mengetahui peraturan-peraturan atau norma sosial yang berlaku di masyarakat itu sendiri, sehingga peserta didik dalam bertingkah laku tidak melakukan penyimpangan sosial atau melakukan hal-hal yang negatif dan dalam bermasyarakat akan memperhatikan dan menghargai orang lain.

Peraturan-peraturan dan nilai-nilai itu harus ditanamkan baik melalui keteladanan maupun melalui praktek perilaku dan penerapan nilai kebaikan dan akhlak mulia dalam kehidupan di sekolah yang dilakukan oleh pendidik maupun di rumah yang dilakukan oleh orang tua atau yang lebih dewasa. Penerapan keteladanan terhadap peraturan-peraturan dan nilai-nilai harus dibudayakan dalam sikap dan perilaku peserta didik. Menurut Fitri (2012:87) bahwa nilai erat kaitannya dengan kebaikan, kendati keduanya memang tidak selalu bernilai tinggi bagi seseorang atau sebaliknya.

Penanaman norma dan nilai-nilai sosial di lingkungan sekolah selain diberikan melalui transfer ilmu sebagai pengetahuan, tentu saja dalam prakteknya langsung harus dilakukan oleh pendidik karena pendidik merupakan model baik dari sikap maupun tindakannya. Di lingkungan keluarga pasti orang tua sebagai panutan anak-anaknya atau dari orang yang lebih dewasa sehingga anak-anak akan mengerti dan mengetahui yang kemudian akan mengikuti apa yang dilakukan oleh mereka.


(16)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5 Pendidikan di Indonesia khususnya mata pelajaran IPS di desain atas dasar fenomena, masalah, dan realitas sosial dengan pendekatan interdisipliner yang melibatkan berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora seperti kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi pendidikan. IPS diterapkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Pembelajaran IPS merupakan suatu konsep yang mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial dalam rangka membentuk dan mengembangkan pribadi warga negara yang baik. Sebagaimana diungkapkan oleh Maryani (2011:2) bahwa :

“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mempunyai tugas mulia dan menjadi fondasi penting bagi pengembangan intelektual, emosional, kultural, dan sosial peserta didik, yaitu mampu menumbuhkan cara berfikir, bersikap, dan berperilaku yang bertanggungjawab selaku individu, warga masyarakat, warga negara, dan warga dunia. Mampu berkomunikasi, bekerjasama, memiliki sikap toleran, empati dan berwawasan multikultural dengan tetap berbasis keunggulan lokal. Memiliki keterampilan holistik, integratif dan transdisipliner dalam memecahkan masalah-masalah sosial” Di dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 juga terdapat tujuan yang ingin dicapai yaitu :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Dari tugas pembelajaran IPS maupun tujuan pendidikan nasional maka dapat disimpulkan bahwa peserta didik diharapkan mempunyai pengetahuan sosial sehingga peka terhadap masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat dan menjadi warga negara yang baik, yang mempunyai rasa tanggung jawab, mandiri, taat hukum, hormat menghormati, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan


(17)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6 Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan tentunya mempunyai perilaku sopan santun baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Dalam kegiatan belajar, manusia akan dipengaruhi berbagai macam faktor, baik yang berasal dari dalam dirinya atau faktor internal dan yang berasal dari luar dirinya atau faktor eksternal. Salah satu faktor yang berasal dari dalam dirinya yaitu motivasi atau keinginan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Adapun faktor yang berasal dari luar juga sangat banyak. Salah satu faktor itu adalah media massa, baik media cetak seperti koran, majalah maupun media elektronik seperti radio, televisi dan internet, selain itu juga handphone yang tadinya hanya sebatas alat komunikasi sekarang sudah berubah tidak hanya alat komunikasi saja tetapi juga sudah dapat digunakan untuk mengakses informasi. Media massa ini berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi memang sangat dibutuhkan kehadirannya dalam kehidupan, karena dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ini peserta didik khususnya akan semakin bertambah wawasannya. Namun demikian perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selain membawa dampak positif juga membawa dampak negatif terhadap perubahan pola perilaku manusia di negara Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan pola perilaku itu bahkan saat ini seakan membudaya dan sebagai suatu fenomena yang hampir setiap hari diperbincangkan. Pola berpikir manusia sekarang tampak terlihat dalam pola perilakunya. Hal-hal yang seharusnya dilarang baik secara norma sosial, norma hukum, norma susila, maupun norma agama seakan seperti hal yang wajar.

Kita dapat melihat di berbagai tayangan televisi, hampir setiap hari memberitakan tentang pola perilaku yang sesungguhnya tidak sejalan dengan kodrati manusia sebagai individu, anggota masyarakat, dan sebagai warga negara. Terlebih lagi pada era globalisasi seperti saat ini, wibawa nilai dan norma-norma menjadi pudar. Keberadaan nilai dan norma sebagai pengatur tingkah laku mulai diabaikan. Tidak mengherankan jika perilaku tidak baik dan tingkat kenakalan remaja semakin lama semakin meningkat dan meresahkan masyarakat. Berbagai


(18)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7 perilaku tidak baik ini tidak jarang penyebabnya adalah hal-hal sepele, seperti persaingan nama, persaingan cinta, bersenggolan di dalam bus, saling ejek, ataupun awalnya hanya sekedar canda serta iseng belaka. Dan saat ini perilaku tidak baik justru lebih parah lagi seperti menipu, perjudian, tawuran antar pelajar, tawuran antar mahasiswa, tawuran antar kampung, penggunaan narkoba, merampas milik orang lain, pornografi, perkosaan, pelacuran, dan bahkan pembunuhan, serta permasalahan-permasalahan sosial lain yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas.

Fenomena atau gambaran perilaku tidak baik tersebut juga dijumpai di kalangan peserta didik di daerah Kabupaten Bekasi, baik dari kasus yang sifatnya ringan sampai kasus yang sifatnya berat. Kasus-kasus tersebut seperti tawuran antar pelajar, bolos sekolah, saling ejek di kalangan teman sekolah, memanggil temannya dengan sebutan binatang, bahkan memanggil pendidik dengan cara berteriak dari kejauhan, bergandengan tangan dengan lain jenis ketika pulang sekolah, merokok ketika istirahat, potongan rambut dengan model yang aneh-aneh dan kadang di cat warna-warni, serta masih banyak lagi fenomena sosial yang lainnya.

Data kejahatan di daerah Kabupaten Bekasi untuk tahun 2010 menurut Kapolres Bekasi Kombes Pol Wahyu Hadiningrat, mencapai 1.698 kasus. Sedangkan di tahun 2011, dari bulan Januari sampai Oktober 2011, tercatat sebanyak 1.251 kasus. Kasus-kasus ini didominasi oleh kasus pencurian dengan kekerasan, penganiayaan berat maupun ringan, pencurian kendaraan bermotor, perjudian, kenakalan remaja, dan berbagai kasus lainnya. Kasus-kasus yang terjadi di tahun 2010 dan 2011 menjadi bukti bahwa perilaku tidak baik di daerah Kabupaten Bekasi sangat memprihatinkan. Kasus lain yang sangat memprihatinkan dunia pendidikan yaitu ketika seorang peserta didik SMA di daerah Sukatani Kabupaten Bekasi tahun 2012 kedapatan menggunakan narkoba, kemudian terjadinya tawuran antar dua geng remaja di daerah Tambelang


(19)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8 Kabupaten Bekasi yang menewaskan seorang anak berusia 15 tahun yang terjadi tanggal 7 Desember 2012.

Perilaku peserta didik tidak baik yang diperoleh dari salah satu SMP Negeri di Kabupaten Bekasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini di dapat data terhadap tingkat perilaku kurang baik yang melanggar norma sosial pada tahun pelajaran 2012/2013 semester ganjil sebagai berikut :

Tabel – 1.1

Beberapa perilaku peserta didik melanggar norma sosial

No Jenis Kasus Jumlah

1 Membolos 283

2 Seragam tidak sesuai aturan 99

3 Baju dikeluarkan tidak sesuai aturan 35

4 Merokok 30

5 Kenakalan remaja 30

6 Berkelahi dengan teman 26

7 Corat-coret di dinding sekolah/ bangku sekolah 21

8 Berkata yang kurang baik 17


(20)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

10 Rambut di cat warna-warni 5

Sumber : Data pelanggaran peserta didik di SMPN 4 Cibitung semester ganjil tahun 2012

Selain kasus di atas masih terdapat lagi kasus-kasus terhadap perilaku tidak baik yang dilakukan oleh peserta didik pada sekolah lain di Kabupaten Bekasi yang tidak tercatat, dengan kasus yang hampir sama.

Kejadian-kejadian di atas sebaiknya diatasi dan dicarikan solusi agar dalam kehidupan bermasyarakat dapat berjalan dengan baik, saling tenggang rasa dan saling menghormati, sebab apabila dibiarkan maka peserta didik tidak akan mempunyai kecakapan sosial dan bisa menjadi pribadi-pribadi yang egois dan hedonis serta membawa dampak yang buruk terhadap pribadinya sendiri, keluarga, masyarakat bahkan bangsa.

Pendidikan sesungguhnya memiliki tujuan yang mulia, namun kadang justru menghasilkan output yang tidak diharapkan. Mochtar Lubis (dalam Fitri, 2012:11) mengakui bahwa ciri masyarakat Indonesia saat ini antara lain :

1. Munafik,

2. Segan dan enggan bertanggung jawab, 3. Berjiwa feodal,

4. Percaya takhayul, 5. Artistik,

6. Berwatak lemah (cengeng), 7. Tidak hemat,

8. Kurang gigih,

9. Tidak terbiasa bekerja keras.

Lebih lanjut, Linkona (dalam Fitri, 2012:11-12) menyatakan ada sepuluh tanda kehancuran suatu bangsa yang berdampak pada karakter peserta didik antara lain :

1. Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2. Penggunaan bahasa dan kata-kata yang buruk,

3. Pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan,

4. Meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, seks bebas, dan lain-lain,

5. Pedoman moral baik dan buruk semakin kabur, 6. Etos kerja menurun,


(21)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10 7. Rasa hormat kepada orang tua dan guru semakin rendah,

8. Rasa tanggung jawab individu dan warga negara semakin rendah, 9. Ketidakjujuran yang semakin membudaya, dan

10.Adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

Peserta didik sebagai generasi muda merupakan tulang punggung bangsa dan calon pemimpin bangsa. Modal yang harus dimiliki calon pemimpin bangsa diantaranya mempunyai moral yang baik sebab pemimpin merupakan panutan masyarakat yang akan dinilai dan ditiru pribadinya dan tingkah lakunya. Bagaimana jadinya kalau calon seorang pemimpin tidak mempunyai moral yang baik?, bisa jadi ketika ia menjadi pemimpin bangsa maka masyarakatnya juga akan berperilaku seperti pemimpinnya sehingga bangsa tersebut akan kehilangan masa depannya. Karena itu dalam pembentukan perilaku sopan santun terhadap peserta didik harus ada konsekuensi yang dilaksanakan, baik dari ketercapainan tujuan pembelajaran dalam mata pelajaran IPS ataupun tujuan pendidikan nasional itu sendiri dengan cara pendidikan harus dilaksanakan dengan benar, artinya aspek-aspek yang mendukung terselenggaranya pendidikan harus bekerja dengan baik dan saling mendukung.

Menurut Thorndike (dalam Hergenhahn dan Olson, 2010:68) bahwa perilaku sebagai suatu respons terhadap stimulus-stimulus dalam lingkungan. Selanjutnya dalam teorinya, Skiner (dalam Alwisol, 2009:321) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus. Lebih lanjut Bandura (dalam Hergenhahn dan Olson, 2010:368) dalam teori kognitif

sosialnya mengemukakan bahwa perilaku seseorang akan terbentuk karena interaksi timbal balik (resiprocal) antara faktor personal, lingkungan, dan perilaku itu sendiri. Salah satu faktor pembentuk itu adalah lingkungan sekolah dimana peserta didik mendapatkan pengetahuan dari tenaga pendidik . Pendidik merupakan tulang punggung yang utama dalam kegiatan pendidikan, karena tanpa pendidik maka pendidikan tidak akan berjalan. Karena itu pendidik harus memiliki


(22)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

keterampilan dalam kegiatan pembelajaran atau yang dikenal dengan kompetensi guru.

Seiring dengan diberlakukannya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa : “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Seorang pendidik dikatakan sebagai suatu profesi apabila jabatan tersebut mempunyai persyaratan dasar, keterampilan teknik serta didukung oleh kepribadian yang baik. Adanya kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik, memungkinkannya dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menarik dan dapat memotivasi peserta didik dalam menuntut ilmu sehingga wawasan dan pengetahuan akan didapatnya.

Tugas pendidik tidak hanya sebatas memberikan atau mentransferkan ilmu kepada peserta didiknya, tetapi pendidik di mata peserta didik lebih dari itu. Pendidik merupakan model yaitu sosok yang selayaknya menjadi teladan dan panutan bagi peserta didik. Kata guru sendiri dalam istilah Jawa merupakan singkatan dari kata digugu lan ditiru. Digugu artinya setiap ucapan-ucapannya atau nasihat-nasihatnya akan selalu dipatuhi dan dilaksanakan oleh peserta didik, sedangkan ditiru artinya setiap perbuatan, tindak-tanduk, atau tingkah lakunya akan dicontoh oleh peserta didik. Menurut Zuriah (dalam Asmani, 2011:174) di dalam pendidikan budi pekerti, guru dituntut untuk tidak hanya mampu memberikan pemahaman materi ilmu pengetahuan, tetapi juga diharapkan bisa mengubah akhlak anak didik sehingga mereka kelak menjadi manusia yang berbudi luhur. Sedangkan menurut Sukmadinata (2011:253) bahwa guru sebagai pendidik terutama berperan dalam menanamkan nilai-nilai, nilai-nilai yang merupakan ideal dan standar dalam masyarakat. Artinya bahwa nilai-nilai baik yang ada dalam masyarakat, dituntut untuk dimiliki seorang pendidik.

Faktor pembentuk perilaku sopan santun peserta didik bisa berasal dari lingkungan pribadi peserta didik itu sendiri (personal), yaitu pengetahuan


(23)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12 (kognitif) yang ia miliki dan ia terima setiap hari dalam kehidupannya, terutama di

lingkungan sekolah tentunya berasal dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan pendidik sehingga peserta didik akan mendapatkan wawasan terhadap kehidupan sosial. Hal ini sesuai dengan teori perilaku oleh WHO (dalam Notoatmodjo, 2012:196) yang menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok, yaitu :

1. pemahaman dan pertimbangan (thoughts and feeling), yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penialaian seseorang terhadap obyek.

2. Orang penting sebagai referensi (personal reference) 3. Sumber-sumber daya (resources)

4. Kebudayaan (culture)

Bagi peserta didik pembentukan perilaku sopan santun ini bisa dari lingkungan sosial seperti teman bermain, keluarga, sekolah, masyarakat, ataupun dari media massa seperti koran, majalah, televisi, dan internet. Khusus dari lingkungan pendidikan di sekolah, pengetahuan diperoleh dari seorang pendidik setelah melalui proses pembelajaran. Pengetahuan yang diperolehnya bisa dari materi pelajaran yang memberikan pengetahuan tentang norma-norma sosial terutama dalam hal ini pelajaran IPS, juga bisa didapat dari melihat sosok seorang pendidik, karena memang pendidik dalam kegiatan pembelajaran merupakan figur dan model yang akan ditiru oleh peserta didik. Lingkungan keluarga yang baik, kondisi masyarakat yang bertoleransi dan menghargai orang lain, budaya sekolah yang kondusif, berita dari koran dan majalah yang memberikan informasi positif, dan tayangan televisi yang bersifat menghibur ataupun memberikan informasi sebaiknya yang mendidik serta suguhan dari internet yang bersifat positif maka dapat menambah dan membentuk pengetahuan yang baik terhadap peserta didik, karena semua itu merupakan model bagi dirinya dalam pembentukan perilaku sopan santun.

Perilaku sopan santun akan terbentuk dari interaksi yang terus menerus antara faktor personal/kognitif, perilaku pribadinya sendiri (behavioral) dan


(24)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13

pengaruh lingkungan sosial yang baik. Melalui pengetahuan yang diperoleh peserta didik tentang norma-norma sosial dapat membuat peserta didik mengontrol dirinya yang kemudian membentuk keyakinan diri (self-efficacy). Bandura (dalam Alwisol, 2012:287) bahwa orang bertingkahlaku dalam situasi tertentu tergantung kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil. Untuk itu dengan efikasi diri ini peserta didik mempunyai keyakinan untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang negatif, karena dengan berbuat negatif ia akan mendapatkan sanksi, baik sanksi hukum, sanksi agama, dan sanksi sosial dari masyarakat seperti dicemooh, atau dikucilkan dari lingkungannya.

Perilaku-perilaku yang negatif yang dilakukan oleh peserta didik sering muncul akibat kurangnya keterampilan sosial dalam mengendalikan perilakunya sendiri. Anak-anak yang berbuat sekehendak hatinya (impulsive) cenderung bertindak tanpa berpikir, mereka juga tidak memiliki keterampilan pemecahan masalah yang akan dibutuhkan ketika menghadapi suatu konflik. Oleh karenanya keyakinan diri (self-efficacy) yang merupakan bagian dari faktor kognitif ini penting dalam kehidupan. Seseorang tanpa mempunyai keyakinan diri maka setiap perbuatan dan tingkah lakunya akan semaunya sendiri apakah itu baik atau buruk, merugikan orang lain atau tidak, biasanya ia tidak mempedulikannya. Menurut Santrock (2007:57) faktor pribadi/kognitif dapat meliputi self-efficacy (keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan dampak yang diinginkan), kemampuan merencanakan, dan keterampilan berpikir.

Sehubungan dengan hal di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap perilaku sopan santun di kalangan peserta didik jenjang SMP Negeri di kabupaten Bekasi, karena peserta didik dalam kegiatan pembelajaran mendapatkan ilmu pengetahuan dari seorang pendidik dengan segenap kompetensinya yang telah memberikan materi pelajaran khususnya kajian


(25)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

14

sosiologi yang berkaitan dengan pranata sosial dan di semua lingkungan sekolah terdapat norma-norma yang diterapkan dalam rangka menjaga stabilitas sekolah, juga dengan pengetahuan peserta didik sendiri baik yang diterima dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, atau dari media massa, setidaknya peserta didik dapat mempunyai keyakinan diri atau self-efficacy yang dapat membentuk perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu peneliti mengambil judul dalam penelitian ini adalah “Norma Sosial Dan Efikasi Diri

Pengaruhnya Terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik (Survei Pada SMP Negeri Di Kabupaten Bekasi)”

B. Indentifikasi dan Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji masalah perilaku sopan santun peserta didik yang seharusnya bisa terbentuk dari faktor lingkungan sosial dan faktor personal/kognitif. Sebagian perilaku peserta didik sudah tidak sesuai lagi dengan tujuan pendidikan IPS yaitu menjadi Warga Negara Indonesia yang baik, dan tujuan pendidikan nasional.

Perilaku sopan santun peserta didik seharusnya terbentuk dari faktor lingkungan sosial, bisa berasal dari lingkungan sekolah tempat di mana peserta didik mendapat pendidikan yang diperoleh dari pendidik. Pendidik dengan kompetensi yang dimilikinya harus dapat memberikan panutan yang baik kepada peserta didik karena pendidik berperan sebagai model bagi murid-muridnya. Adapun faktor kognitif bisa diperoleh dari kegiatan belajar yang berasal dari lingkungan keluarga, sekolah terutama pengetahuan tentang norma sosial, dan masyarakat, serta media massa yang dapat mempengaruhi bagaimana peserta didik bertindak dan mengambil keputusan serta melakukan efikasi diri (self-efficacy) terhadap perilakunya sendiri, apakah sudah sesuai norma yang berlaku atau belum. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis melakukan identifikasi masalah yang terdapat pada peserta didik SMP Negeri di Kabupaten Bekasi sebagai berikut :


(26)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

15

1. Kontribusi norma sosial terhadap perilaku sopan santun peserta didik SMP Negeri.

2. Kontribusi efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik SMP Negeri.

3. Kontribusi norma sosial dan efikasi diri secara bersama-sama terhadap perilaku sopan santun peserta didik SMP Negeri.

Berdasarkan masalah-masalah yang teridentifikasi, maka penulis merumuskan masalah dalam kalimat pertanyaan berikut ini :

1. Berapa besar kontribusi norma sosial terhadap perilaku sopan santun peserta didik ?

2. Berapa besar kontribusi efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik ?

3. Berapa besar kontribusi norma sosial dan efikasi diri secara bersama-sama terhadap perilaku sopan santun peserta didik ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk :

1. Mendeskripsikan dan menganalis data pengaruh dan kontribusi norma sosial terhadap perilaku sopan santun peserta didik.

2. Mendeskripsikan dan menganalis data pengaruh dan kontribusi efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik.

3. Mengetahui secara bersama-sama pengaruh dan kontribusi norma sosial dan efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara : 1. Teoritis


(27)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

16

Membuktikan teori yang berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku sopan santun peserta didik.

2. Praktis, bermanfaat bagi

a. Pendidik menambah wawasan dan pengetahuan serta lebih berkompetensi dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik.

b. Kepala sekolah, sebagai bahan pembinaan kepada para pendidik yang terkait dengan kompetensi pendidik dalam kegiatan pembelajaran.

c. Peserta didik, sebagai bahan evaluasi diri dalam bertindak baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

E. Struktur Organisasi Tesis

Penulisan laporan penelitian ini disusun dalam lima bab dengan menggunakan sistematika sebagai berikut :

Bab I tentang pendahuluan berisi latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

Bab II tentang kajian pustaka berisi pembelajaran pendidikan IPS, norma sosial, efikasi diri, perilaku sopan santun, pengaruh norma sosial dan efikasi diri terhadap perilaku sopan santun peserta didik , penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian.

Bab III tentang metode penelitian menguraikan metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel dan definisi operasional, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan yang menguraikan deskripsi data penelitian, analisis data, dan pembahasan.


(28)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 47

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha memperoleh informasi dari keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian dilaksanakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana kontribusi norma sosial (X

) dan efikasi diri (X

΍

) terhadap perilaku sopan santun peserta didik (Y).

Penelitian ini menggunakan teknik survei. Dalam survei, informasi dikumpulkan dari responden melalui kuesioner. Umumnya, pengertian survei dibatasi pada penelitian dengan data yang dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi. Ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Menurut Kerlinger (dalam Riduwan,2004:49) penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif distribusi dan hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Lebih lanjut Sukmadinata (2008:82) menyatakan bahwa teknik survei yaitu penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Populasi tersebut bisa berkenaan dengan orang, instansi, lembaga, organisasi, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik populasi. Selain itu menurut Effendi dkk (2012:3) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Selanjutnya menurut Faisal (2007:23) dengan survei, peneliti


(29)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

48 hendak menggambarkan karakteristik tertentu dari suatu populasi, baik yang berkenaan dengan sikap, tingkah laku, maupun aspek sosial lainnya. Variabel yang ditelaah disejalankan dengan karakterisitik yang menjadi fokus perhatian survei tersebut.

Setelah data diperoleh kemudian diolah secara statistik yang hasilnya dijelaskan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis. Menurut tingkat eksplanasinya, penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif. Sugiyono (2009:11) menyatakan bahwa penelitian asosiatif adalah penelitian yang mencari hubungan antar satu atau beberapa variabel dengan variabel lainnya.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yang dipakai adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif menuntut ketelitian, ketekunan dan sikap kritis dalam mencari data dari populasi dan sampel, karena hasil dari penelitian ini yang berupa angka-angka akan diolah secara statistik. Apabila digambarkan, maka alur penelitian akan terlihat sebagai berikut :

Gambar – 3.1 Alur Penelitian


(30)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

49

Gambar 3.1 : Alur Penelitian

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Kabupaten Bekasi dengan jumlah sekolah negeri sebanyak 77. Penelitian ini menggunakan metode survei yang membutuhkan populasi. Populasi menurut Sugiyono (2012:117) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.


(31)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

50 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX SMP Negeri di Kabupaten Bekasi. Jumlah SMP Negeri di Kabupaten Bekasi sebanyak 77 sekolah yang terbagi ke dalam tujuh sub rayon dengan jumlah peserta didik kelas IX secara keseluruhan di Kabupaten Bekasi pada tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 22.021 peserta didik. Berikut di bawah ini data nama SMP Negeri di Kabupaten Bekasi beserta dengan jumlah peserta didik kelas IX tahun pelajaran 2013/2014 :

Tabel – 3.1 Populasi Penelitian No.

Urut

Populasi

Sub. Rayon

Jml Peserta

Didik No. Urut

Populasi

Sub. Rayon

Jml Peserta

Didik

Nama Sekolah Nama Sekolah

1 SMP NEGERI 2 MUARAGEMBONG 01 95 40 SMP NEGERI 1 CIKARANG PUSAT 04 115 2 SMP NEGERI 1 TAMBUN SELATAN 01 372 41 SMP NEGERI 2 CIKARANG PUSAT 04 117 3 SMP NEGERI 10 TAMBUN SELATAN 01 282 42 SMP NEGERI 3 CIKARANG PUSAT 04 81 4 SMP NEGERI 11 TAMBUN SELATAN 01 284 43 SMP NEGERI 1 CIKARANG TIMUR 04 330 5 SMP NEGERI 12 TAMBUN SELATAN 01 238 44 SMP NEGERI 2 CIKARANG TIMUR 04 248 6 SMP NEGERI 2 TAMBUN SELATAN 01 394 45 SMP NEGERI 3 CIKARANG TIMUR 04 196 7 SMP NEGERI 3 TAMBUN SELATAN 01 388 46 SMP NEGERI 4 CIKARANG TIMUR 04 181 8 SMP NEGERI 5 TAMBUN SELATAN 01 408 47 SMP NEGERI 2 CIKARANG UTARA 04 422 9 SMP NEGERI 6 TAMBUN SELATAN 01 420 48 SMP NEGERI 4 CIKARANG UTARA 04 358


(32)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

51 10 SMP NEGERI 7 TAMBUN SELATAN 01 414 49 SMP NEGERI 1 KEDUNGWARINGIN 04 335 11 SMP NEGERI 8 TAMBUN SELATAN 01 423 50 SMP NEGERI 1 CABANGBUNGIN 05 225 12 SMP NEGERI 1 BABELAN 02 505 51 SMP NEGERI 2 CABANGBUNGIN 05 118 13 SMP NEGERI 2 BABELAN 02 383 52 SMP NEGERI 1 MUARAGEMBONG 05 161 14 SMP NEGERI 3 BABELAN 02 376 53 SMP NEGERI 1 PEBAYURAN 05 378 15 SMP NEGERI 4 BABELAN 02 327 54 SMP NEGERI 2 PEBAYURAN 05 268 16 SMP NEGERI 1 TAMBUN UTARA 02 384 55 SMP NEGERI 1 SUKAKARYA 05 161 17 SMP NEGERI 2 TAMBUN UTARA 02 340 56 SMP NEGERI 1 SUKATANI 05 375 18 SMP NEGERI 3 TAMBUN UTARA 02 402 57 SMP NEGERI 2 SUKATANI 05 271 19 SMP NEGERI 4 TAMBUN UTARA 02 270 58 SMP NEGERI 1 SUKAWANGI 05 263 20 SMP NEGERI 5 TAMBUN UTARA 02 179 59 SMP NEGERI 2 SUKAWANGI 05 92 21 SMP NEGERI 1 TARUMAJAYA 02 410 60 SMP NEGERI 1 CIBARUSAH 06 570 22 SMP NEGERI 2 TARUMAJAYA 02 279 61 SMP NEGERI 2 CIBARUSAH 06 169 23 SMP NEGERI 3 TARUMAJAYA 02 142 62 SMP NEGERI 3 CIBARUSAH 06 319 24 SMP NEGERI 1 CIBITUNG 03 238 63 SMP NEGERI 4 CIBARUSAH 06 134 25 SMP NEGERI 2 CIBITUNG 03 478 64 SMP NEGERI 1 CIKARANG SELATAN 06 391 26 SMP NEGERI 3 CIBITUNG 03 280 65 SMP NEGERI 2 CIKARANG SELATAN 06 207 27 SMP NEGERI 4 CIBITUNG 03 303 66 SMP NEGERI 3 CIKARANG SELATAN 06 314 28 SMP NEGERI 1 CIKARANG BARAT 03 488 67 SMP NEGERI 4 CIKARANG SELATAN 06 139 29 SMP NEGERI 2 CIKARANG BARAT 03 416 68 SMP NEGERI 1 BOJONGMANGU 06 221 30 SMP NEGERI 3 CIKARANG BARAT 03 360 69 SMP NEGERI 1 SERANG BARU 06 160 31 SMP NEGERI 4 CIKARANG BARAT 03 377 70 SMP NEGERI 2 SERANG BARU 06 194 32 SMP NEGERI 1 CIKARANG UTARA 03 246 71 SMP NEGERI 1 SETU 07 375 33 SMP NEGERI 3 CIKARANG UTARA 03 389 72 SMP NEGERI 2 SETU 07 165 34 SMP NEGERI 5 CIKARANG UTARA 03 330 73 SMP NEGERI 3 SETU 07 65 35 SMP NEGERI 6 CIKARANG UTARA 03 206 74 SMP NEGERI 4 SETU 07 180 36 SMP NEGERI 1 KARANG BAHAGIA 03 345 75 SMP NEGERI 5 SETU 07 114 37 SMP NEGERI 2 KARANG BAHAGIA 03 151 76 SMP NEGERI 4 TAMBUN SELATAN 07 474 38 SMP NEGERI 1 TAMBELANG 03 374 77 SMP NEGERI 9 TAMBUN SELATAN 07 341 39 SMP NEGERI 2 TAMBELANG 03 107

Jumlah 22.021

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bekasi Tahun 2013

2. Sampel

Dalam penelitian survei diperlukan adanya sampel. Menurut Sugiyono (2012:62) sampel adalah jumlah dan karakteristis yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Danim (2007:89) menyebutkan sampel atau contoh adalah sub-unit


(33)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

52 populasi survei atau populasi survei itu sendiri, yang oleh peneliti dipandang mewakili populasi target. Dengan kata lain, sampel adalah elemen-elemen populasi yang dipilih atas dasar kemewakilannya. Selanjutnya Sedarmayanti dan Hidayat (2002:124) sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel.

Untuk mendapatkan sampel diperlukan pertimbangan penentuan teknik sampling. Mengingat jumlah populasi yang amat luas, maka teknik sampling yang digunakan adalah cluster sampling. Menurut Sugiyono (2012 : 121) Teknik cluster sampling (sampling kelompok) dapat digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti sangat luas. Teknik sampling cluster ini menggunakan tahapan dua langkah, dengan istilah teknik stratified random sampling, yakni sampel daerah dan tahap berikutnya menentukan orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.

Jika dalam penelitian menginginkan kesimpulan dari sampel yang digeneralisasi ke populasi menjadi valid, maka sampel yang diambil harus representatif, artinya sampel yang terpilih harus dapat mencerminkan karakteristik yang dimiliki populasi. Menurut Faisal (2007:70) pada prinsipnya semakin besar jumlah sampel akan semakin kecil kemungkinan kesalahan inferensi yang dikarenakan kesalahan sampel, ini merupakan prinsip umum atas dasar teori atau hukum probabilitas.

Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Nasution (dalam Riduwan

dan Kuncoro, 2012:40) berpendapat bahwa “Mutu penelitian tidak selalu

ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya,

oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya”. Karena

itu peneliti menentukan besarnya sampel sebesar 10% dari jumlah masing-masing sekolah tiap sub rayon yang dijadikan sampel penelitian. Untuk populasi jumlah yang dijadikan sampel sebanyak 2460 dengan alasan bahwa semua populasi dianggap homogen maka selanjutnya besarnya sampel setelah ditetapkan sebesar


(34)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

53 10% X 2460 = 246 responden dari seluruh sub rayon dan dari masing-masing sub rayon dapat dihitung sebagai berikut :

Sub rayon 01 =

Sub rayon 02 =

Sub rayon 03 =

Sub rayon 04 =

Sub rayon 05 =

Sub rayon 06 =

Sub rayon 07 =

Dari perhitungan jumlah sampel masing-masing sub rayon dari sub rayon satu sampai dengan sub rayon tujuh tersebut, maka jumlah sampel yang diambil ditentukan sebanyak 246 peserta didik dan jika ditampilkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel – 3.2 Sampel Penelitian


(35)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

54 No Nama Sekolah Sub Rayon Jumlah Peserta Didik

1 SMP Negeri 2 Tambun Selatan 01 40 2 SMP Negeri 1 Tambun Utara 02 38

3 SMP Negeri 4 Cibitung 03 30

4 SMP Negeri 2 Cikarang Utara 04 42

5 SMP Negeri 2 Sukatani 05 27

6 SMP Negeri 1 Bojongmangu 06 22

7 SMP Negeri 4 Tambun Selatan 07 47

Jumlah Sampel 246

C. Variabel dan Definisi Operasional

Sesuai dengan masalah yang diteliti, berikut ini peneliti memperjelas variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini. Variabel bebas yang diangkat dalam penelitian ini diambil berdasarkan pemikiran bahwa variabel tersebut akan memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Untuk lebih jelasnya variabel-variabel dalam penelitian ini dirinci dalam definisi operasional sebagai berikut:

1. Norma Sosial

Agar kehidupan bermasyarakat dapat berjalan aman, tertib, dan damai maka dibutuhkan adanya norma sosial yang berlaku. Norma sosial adalah peraturan yang berlaku di masyarakat yang berisi perintah, larangan maupun anjuran untuk mengatur ketertiban umum. Norma sosial ini dapat berjalan dengan baik apabila diketahui dengan cara disosialisasikan kepada masyarakat terlebih dahulu dan kemudian dilaksanakan dengan baik. Norma sosial dalam penelitian ini meliputi : pengetahuan norma sosial, jenis norma sosial dan fungsi norma sosial.


(36)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

2. Efikasi Diri

Keputusan untuk melakukan suatu tindakan, maka seseorang memerlukan keyakinan apakah tindakannya tersebut baik atau buruk, merugikan diri sendiri dan atau orang lain atau tidak serta sesuai norma sosial yang berlaku di masyarakat atau tidak. Karena itu seseorang harus mempunyai keyakinan atau efikasi diri. Efikasi diri adalah kemampuan seseorang untuk mengambil tindakan yang diharapkan sehingga muncul keyakinan diri untuk melaksanakan tindakan tersebut. Efikasi diri dalam penelitian ini adalah efikasi ekspektasi yang merupakan persepsi diri sendiri dan ekspektasi hasil yang merupakan perkiraan seseorang dalam mencapai hasil.

3. Perilaku Sopan Santun

Sebagai makhluk sosial, manusia akan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan masyarakat yang majemuk. Dalam berinteraksinya tersebut seseorang perlu berperilaku yang sopan santun sehingga kehidupan yang tertib, aman dan damai akan tercapai. Perilaku sopan santun adalah perilaku seseorang yang berhubungan dengan cara atau tindakannya yang dianggap layak dan baik di mata masyarakat sekitar sehingga dapat dihargai seperti cara berpakaian, berperilaku, bersikap, bertutur kata, dan lain-lain. Perilaku sopan santun dalam penelitian ini berkaitan dengan perilaku terhadap diri sendiri dan perilaku terhadap orang lain.

Dari ketiga variabel di atas apabila diperinci dalam indikator yang terkait, dapat dilihat dalam tabel berikut ini :


(37)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56 Tabel – 3.3

Pengembangan Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Jumlah Item No Norma

Sosial

Pengetahuan Pengalaman 1 1

Latihan 1 2

Belajar 1 3

Jenis Norma Sosial

Norma Agama 2 4,5

Norma Kesusilaan 4 6,7,8,9

Norma Kesopanan 5 10,11,12,

13,14

Norma Hukum 2 15,16

Fungsi Norma Sosial

Aturan atau pedoman tingkah laku 2 17,18 Untuk menertibkan kehidupan sosial 2 19,20 Efikasi

Diri

Efikasi ekspektasi

Lingkungan kelas 4 1,2,3,4

Lingkungan Sekolah 3 5,6,7

Ekspektasi hasil

Lingkungan kelas 3 8,9,10

Lingkungan Sekolah 4 11,12,13,14 Perilaku Sopan Santun Perilaku terhadap diri sendiri

Cara berjalan 1 1

Cara makan 1 2

Cara membaca 1 3

Cara berpakaian 1 4

Cara duduk 1 5

Berlaku jujur 2 6

Perilaku terhadap orang lain

Menolong 2 7,8

Berbicara/ucapan 2 9,10

Bertindak ramah 1 11

Hormat 1 12,

Memberi atau menerima dengan

tangan kanan 1 13


(38)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

D. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data norma sosial; data efikasi diri, dan data perilaku sopan santun peserta didik. Data yang dikumpulkan bertipe data interval atau rasio. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan melalui kuesioner atau angket.

Menurut Sugiyono (2012:199) teknik kuesioner (angket) yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Pertanyaan ataupun pernyataan kuisioner disusun dalam suatu lembaran pertanyaan atau pernyataan. Karena data yang akan dijaring dalam penelitian ini bervariasi, maka pertanyaan atau pernyataan akan disusun mengacu kepada kebutuhan data yang hendak diperoleh. Mengacu pada variabel yang akan diteliti, penyusunan pertanyaan atau pernyataan kuisioner merujuk pada jenis skala yang dianut dalam penelitian ilmiah dan dimodifikasi. Untuk menjaring data yang berhubungan dengan penelitian ini digunakan skala Likert. Menurut Sudaryono, dkk (2013:49) skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Pada skala ini, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan titik tolak untuk penyusunan pertanyaan atau pernyataan.

Data ini berupa data perilaku peserta didik yang berhubungan dengan norma sosial, efikasi diri, dan sopan santun peserta didik yang semua data berbentuk data ordinal yang berasal dari sampel yang dijadikan responden.

E. Teknik Analisis Data


(39)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58 Uji validitas dilakukan berkaitan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen penelitian, menurut Riduwan (2004:109-110) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu alat ukur yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir skor. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment sebagai berikut :

r hitung = ∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Dimana :

rhitung = koefisien korelasi ∑Xᵢ = jumlah skor item

∑Yᵢ = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

t

hitung

=

Dimana :

t = Nilai t hitung

r = Koefisien korelasi hasil r hitung n = Jumlah responden

Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel Norma Sosial (X₁) sebanyak 20 buah setelah dianalisis uji validitas dengan menggunakan program SPSS for windows versi 20, maka terdapat item yang gugur yaitu item No : 6; 8;


(40)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

59 11; 13; dan 14. Dengan demikian ke-5 item ini dibuang dan jumlah item yang valid berjumlah 15 item yaitu No : 1; 2; 3; 4; 5; 7; 9; 10; 12; 14; 15; 16; 17; 18; 19; dan 20. Data validitas instrumen dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel – 3.4

Hasil Pengujian Validitas Variabel Norma Sosial (X₁) No. Item

Valid

Koefisien Korelasi r hitung

Harga t hitung

Harga t

tabel Keputusan Hitungan Validitas

1 0,517 5,979 1,984 Valid

Setelah ditabulasikan menggunakan rumus Korelasi Product Momen (r hitung) kemudian dibandingkan dengan rumus (t hitung), sebagai berikut : Contoh hitungan item No. 1 t hitung =

√ √ √ √ √

Distribusi t untuk α = 0,05 dan uji

dua pihak dengan derajat kebebasan (dk = n – 2 = 100 – 2 = 98) sehingga didapat ttabel = 1,984

Kaidah keputusan :

Jika thitung > ttabel berarti valid thitung < ttabel berarti tidak valid

2 0,522 6,057 1,984 Valid

3 0,546 6,450 1,984 Valid

4 0,478 5,390 1,984 Valid

5 0,491 5,579 1,984 Valid

6 0,500 5,715 1,984 Valid

7 0,350 3,699 1,984 Valid

8 0,547 6,468 1,984 Valid

9 0,517 5,979 1,984 Valid

10 0,369 3,930 1,984 Valid

11 0,429 4,701 1,984 Valid

12 0,413 4,489 1,984 Valid

13 0,446 4,933 1,984 Valid

14 0,326 3,414 1,984 Valid

15 0,478 5,387 1,984 Valid

Sumber : data hasil uji coba penelitian

Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel Efikasi Diri (X

) sebanyak 14 buah setelah dianalisis uji validitas dengan menggunakan program


(1)

103

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Norma sosial memberikan kontribusi yang kuat terhadap perilaku sopan

santun peserta didik, oleh karena itu pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan perlu mempertahankan dan memelihara kondisi ini dengan cara lebih mengintensifkan sosialisasi norma sosial kepada peserta didik, baik melalui kegiatan pembelajaran, bekerja sama dengan pihak lain seperti warga masyarakat, maupun dengan pemberlakuan yang ketat terhadap norma sosial di lingkungan sekolah agar peserta didik tetap memiliki perilaku yang sopan santun baik terhadap diri sendiri ataupun terhadap orang lain.

2. Mengingat fungsinya norma sosial yang kuat, diharapkan kepada Kepala

Sekolah untuk tetap mengingatkan kepada pendidik bahwa dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya sebatas penyampaian materi saja tetapi perlu adanya contoh dari pendidik dalam berperilaku sopan santun.

3. Efikasi diri peserta didik dapat ditingkatkan melalui contoh, oleh karena itu

pendidik harus menjadi teladan dengan memberikan contoh perilaku yang baik tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga pemberian contoh di luar lingkungan sekolah.

4. Untuk peneliti lanjutan agar dapat meneliti lebih jauh tentang perilaku lain

yang dapat dipengaruhi oleh norma sosial maupun efikasi diri yang dimiliki oleh seseorang.


(2)

104 Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1975. Pengantar Sosiologi. Solo. Ramadhani.

Aisah, Nur. 2009. Generasi Taat Hukum. Klaten. PT Intan Sejati Klaten.

Al Muchtar, Suwarma. 2007. Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung. SPs UPI.

Alwisol. 2012. Psikologi Kepribadian. Malang. UMM Press.

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah. Jogjakarta. Buku Biru.

Aziz, Abdul Hamka. 2012. Karakter Guru Profesional Melahirkan Murid Unggul Menjawab Tantangan Masa Depan. Jakarta. Al Mawardi Prima.

Blikololong. (t.th). Filsafat Ilmu sebuah Pengantar.

Boeree, C.G. 2008. General Psychology, Psikologi Kepribadian, Persepsi, Kognisis, Emosi, dan Perilaku. Jogyakarta. Primasophie.

Dahar, Ratna W. 2011. Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta. Erlangga. Danim, Sudarwan. 2007. Metode Penelitian untuk Ilmu-Ilmu Perilaku. Jakarta.

Bumi Aksara.

Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung. Satu Nusa.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Effendi, Sofian dkk. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta. LP3ES.

Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Ilmu, Konsep, Sejarah, dan Pengembangan Metode Ilmiah. Yogyakarta. CAPS.


(3)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

105

Faisal, S. 2007. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Fakih, Ilman.2012. Peran Pendidikan IPS dalam Mengembangkan Pendidikan Karakter sebagai Upaya Pembinaan Perilaku Sosial Siswa SMP di Kecamatan Rankasbitung Kabupaten Lebak-Banten. Bandung. Tesis-UPI. Tidak diterbitkan.

Farozin, M dan Fathiyah, K N. 2003. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta. Rineka Cipta.

Fitri, Agus Zaenul. 2012. Revinting Human Character, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika di Sekolah. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.

Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instruction Teori dan Aplikasi. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Ghufron, M. N dan S. Risnawita, R. 2012. Teori-teori Psikologi. Yogjakarta. Ar-Ruzz Media.

Hambali, Adang dan Jaenudin, Ujam. 2013. Psikologi Kepribadian (lanjutan) Studi atas Teori dan Tokoh Psikologi Kepribadian. Bandung. Pustaka Setia.

Hergenhahn, B.R dan Olson, Matthew H. 2010. Theories Of Learning (Teori Belajar). Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Julian M, J dan Alfred John.2008. Belajar Kepribadian. Yogyakarta. Aloha Bahasa.

Keluntur, Usman. 2009. Telaah terhadap Bimbingan Guru dan Lingkungan Keluarga dalam Pembentukan Perilaku Santun pada Siswa SD di Kota Ambon. Bandung. Tesis-UPI. Tidak Diterbitkan.

Knight, George R. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta. Gama Media.

Lickona, Thomas. 2012. Educating for Character, Mendidik untuk Membentuk Karakter : Bagaimana Sekolah Dapat Memberikan Pendidikan tentang Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab. Jakarta. Bumi Aksara.


(4)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

106

Mar’at, S dan Kartono, L.I. 2010. Perilaku Manusia, Pengantar Singkat Tentang Psikologi. Bandung. Refika Aditama.

Maryani, Enok. 2011. Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk Peningkatan Keterampilan Sosial. Bandung. Alfabeta.

Megawangi, R. 2008. Makna Hakiki Hormat dan Santun : IHF-Bulletin. [Online]. Tersedia : http://ihf-org.tripod.com/article.htm. [25 September 2013] Mulyasa, E . 2009. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung. Remaja

Rosda Karya.

Muslich, Masnur. 2011. Authentic Assessment : Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung. Refika Aditama.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Rahmawati, Lia. 2011. Hakikat Norma, Kebiasaan, Adat Istiadat, dan Peraturan. Tangerang. CV. Rizqitama Jaya.

Riduwan, 2004. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung. Alfabeta.

Riduwan dan Kuncoro, Engkos Ahmad, 2012. Cara Menggunakan dan Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung. Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2011. Strtegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media.

Santoso, Slamet. 2010. Penerapan Psikologi Sosial. Bandung. Refika Aditama. Santoso, Slamet. 2010. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung. Refika Aditama. Santrock, John W. 2007. Remaja. Jakarta. Erlangga.

Sapriya. 2012. Pendidikan IPS, Konsep dan Pembelajaran. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Schunk, Dale H. 2012. Learning Theories An Educational Perspective. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Schunk, Dale H., Pintrich, Paul R,. & Meece Judith, L. Motivasi dalam Pendidikan : Teori, Penelitian, dan Aplikasi. Jakarta. PT Indeks.


(5)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

107

Sedarmayanti dan Hidayat, Syarifudin. 2002. Metodologi Penelitian. Bandung. CV Mandar Maju.

Setiadi, Elly M dan Kolip, Usman. 2011. Pengantar Sosiologi, Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial : Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta. Kencana Prenada Group.

Sholehuddin. 2010. Wawasan Kebangsaan dalam Dunia Pendidikan. Depok. Binamuda Ciptakreasi.

Siregar, Eveline dan Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor. Ghalia Indonesia.

Somantri, Numan M. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sudarmi, Sri dan Indriyanto, W. 2009. Sosiologi Untuk Kelas X SMA dan MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sudaryono, dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana S. 2011. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sunarto dan Hartono, B A. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. Rineka Cipta.

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Syam, Nina W. 2012. Psikologi Sosial Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung.


(6)

Suprihantono, 2014

Norma sosial dan efikasi diri pengaruhnya terhadap perilaku sopan santun peserta didik :survei pada smp negeri di kabupaten bekasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

108

Syarbini, Amirulloh. 2012. Buku Pintar Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik Karakter Anak di Sekolah, Madrasah, dan Rumah. Jakarta. As@-prima Pustaka.

Turiasih, Iis. 2012. Kontribusi Pemahaman dan Sikap terhadap Perilaku

Keruangan Peserta Didik SMA Negeri di Kota Bandung. Bandung. Tesis-UPI. Tidak diterbitkan.

---. 2003. Undang-undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung. Citra Umbara.

---. 2005. Undang-undang Guru dan Dosen.

---. 2005. Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan. Kosasih, Rudi. 2011. Angka Kejahatan di Kabupaten Bekasi Turun. [Online].

Tersedia:

http://m.tubasmedia.com/berita/angka-kejahatan-di-kabupaten-bekasi-turun/.[17 Pebruari 2013]

Ezra. 2012. Dua Geng Remaja Tawuran, Satu Tewas. [Online]. Tersedia: http://www.bekasiraya.com/detail.php?id=2166#.UQlRcR0tqBM. [15 Pebruari].

Yahya, D. (t.th). Konsep Pengetahuan dan Arti Pengetahuan. Tersedia :

http://www.dedeyahya.com/2012/07/konsep-pengetahuan-dan-arti-pengetahuan.html.[15 Pebruari 2013].

Yusuf LN, Syamsu. 2011. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung. Remaja Rosdakarya.