KESENIAN RONGGENG LISUNG DI DESA KUJANG JAYA KECAMATAN CIBEBER KABUPATEN LEBAK BANTEN.

(1)

i DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... …. i

KATA PENGANTAR ... …. ii

DAFTAR ISI ... …. vi

DAFTAR TABEL ... …. viii

DAFTAR GAMBAR ... …. ix

DAFTAR LAMPIRAN ... …. xi

BAB I PENDAHULUAN ... …. 1

1.1 Latar Belakang ... …. 1

1.2 Rumusan Masalah ... …. 4

1.3 Tujuan Penelitian ... …. 5

1.4 Manfaat Penelitian ... …. 5

1.5 Metode Penelitian ... …. 6

1.6 Lokasi Penelitian ... …. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... …. 7

2.1 Kesenian ... …. 7

2.2 Kesenian Tradisional ... …. 9

2.3 Perkembangan Kesenian Tradisional ... …. 9

2.4 Fungsi Seni Pertunjukan ... …. 10

2.5 Penyajian Kesenian Ronggeng Lisung ... …. 12

BAB III METODE PENELITIAN ... …. 15

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ... …. 15

3.2 Definisi Operasional ... …. 16

3.3 Lokasi dan Sumber Data Penelitian ... …. 17

3.4 Instrumen Penelitian ... …. 18

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... …. 19

3.6 Prosedur dan Teknik pengumpulan Data ... …. 22

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... .... 26

4.1 Sekilas Pandang Kehidupan dan Sosial Masyarakat Desa Kujang Jaya ... .... 26

4.1.1 Kehidupan Masyarakat Desa Kujang Jaya……… 26

4.1.2 Kehidupan Sosial Masyarakat Desa Kujang Jaya………… 28

4.2 Kesenian Ronggeng Lisung Masyarakat Desa Kujang Jaya……. 29

4.2.1 Fungsi Kesenian Ronggeng Lisung ... … 29

4.2.2 Latar Belakang Kesenian Ronggeng Lisung ... … 30

4.2.3 Tari Kesenian Ronggeng Lisung ... … 34

4.2.4 Rias dan Busana Kesenian Ronggeng Lisung ... … 35

4.2.5 Iringan Musik Kesenian Ronggeng Lisung ... … 37


(2)

ii

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... … 49

A. Kesimpulan ... ... 49

B. Implikasi ... … 50

DAFTAR PUSTAKA ... … 52

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... … 54


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengingat perkembangan kesenian Ronggeng Lisung di Kabupaten Lebak terus berkembang maka Indonesia adalah Negara yang kaya akan keanekaragaman budaya yang didalamnya terdapat berbagai macam kesenian. Keberadaan jenis-jenis kesenian tersebut tidak terjadi secara otomatis atau instan, akan tetapi adanya suatu proses dan waktu yang sangat panjang. Kesenian yang tumbuh disetiap daerah merupakan hasil dari proses sosialisasi dan pembentukan pola hidup masyarakat itu sendiri yang dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.

Bertitik tolak dari pandangan secara umum di atas, kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam suatu wilayah atau suatu komunitas, sehingga kemudian menciptakan suatu identitas budaya dari masyarakat yang bersangkutan. Setiap masyarakat mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan yang kaitannya untuk kepentingan kemasyarakatan itu sendiri dan salah satunya yaitu kesenian. Keberadaan kesenian dalam suatu masyarakat tidak lain merupakan ungkapan rasa estetik sesuai dengan pandangan, inspirasi, kebutuhan, dan gagasan manusia itu. Tatacara pemuasan terhadap kebutuhan estetik tersebut, biasanya terintegrasi dengan aspek kebudayaan lain yang saling pengaruh dan mempengaruhi. Proses pemuasan kebutuhan estetik tersebut lazimnya diatur oleh nilai dan azas yang berlaku dalam masyarakat, oleh karena itu, perwujudan generasi pelaku seni diwujudkan melalui proses pewarisan antar generasi.


(4)

Kegiatan-kegiatan kesenian yang dilakukan masyarakat secara bersamaan akan melahirkan barbagai macam tatacara atau aturan sesuai dengan kebiasaan setempat. Perkembangan kesenian Ronggeng Lisung mampu bertahan dikarenakan adanya pihak dan pelaku seni yang peduli dari masyarakat sebagai pendukungnya. Seperti yang dikatakan oleh (Janet Wolff dalam Caturwati, 2000:37) mengungkapkan bahwa “perkembangan seni tidak lepas dari masyarakat pendukungnya, dengan kata lain seni merupakan produk sosial”. Kesenian ini terbentuk karena adanya kekompakan masyarakat dalam merayakan sesuatu atau rasa syukur atas apa yang telah didapatkan dilingkungan sekitarnya dan juga sebagai alat komunikasi dan informasi. Sejalan dengan pendapat (Hauser dalam Caturwati 2000:38), bahwa “masyarakat dan seni merupakan kesatuan yang satu sama lain saling terikat dan berkaitan”. Di dalam masyarakat tradisional pedesaan telah dicirikan dengan sifat egalitarian atau sama derajat. Mereka menganggap bahwa seluruh tari atau kesenian berasal dari mereka dan untuk mereka sendiri. Sifat kebersamaan dapat terlihat dari berbagai macam pelembagaan tari atau kesenian yang sifatnya komunal, bentuk tariannya berjenis kelompok besar, dan tidak ada perbedaan penokohan yang prinsipil.

Kesenian rakyat pada umumnya adalah lahir dari kehidupan alam dan lingkungan sekitarnya. Alam dan lingkungan tak pernah terpisahkan dari kehidupan manusia karena hidup manusia amat bergantung pada alam dan lingkungan. Seperti halnya kesenian Ronggeng Lisung yang ada di Desa Kujang Jaya, dimana komunitasnya bermata pencaharian dari bercocok tanam. Kesibukan-kesibukan yang dilakukan masyarakat setempat dalam pemenuhan hidupnya, kaum perempuan dimasa itu sampai sekarang masih menyempatkan diri untuk melakukan kegiatan berkesenian dalam pemenuhan hidup itu sendiri. Seperti halnya yang dilakukan oleh Bi Asminah, Bi Mae, dan Bi Rumsih yang masih eksis sebagai ronggeng lisung, akan


(5)

tetapi sangat disayangkan keberadaan kesenian Ronggeng Lisung baru dikenal di Kecamatan Cibeber. Berbeda halnya dengan kesenian ronggeng yang berada di Jawa Barat. Kesenian ronggeng yang tersebar dan sudah dikenal oleh masyarakat luas seperti Ronggeng Gunung dari Ciamis, Ronggeng Bugis dari Cirebon, dan Ronggeng Ketuk dari Indramayu. Bahkan ketiga kesenian ronggeng tersebut tidak hanya dikenal oleh masyarakat luas tetapi juga sudah adanya pendokumentasian tertulis di berbagai lembaga pendidikan seni.

Ronggeng Lisung yang barada di desa Kujang Jaya merupakan kesenian yang lahir ditengah-tengah kehidupan masyarakat untuk kebutuhan hiburan saja. Ronggeng Lisung ini merupakan kesenian yang menghargai akan adat istiadat dan tatacara masyarakat dalam memperlakukan dewi padi (Nyi Sri).

Keberadaan Ronggeng Lisung ini belum dapat dipastikan kapan dan siapa penciptanya, hal ini dikarenakan tidak adanya pendokumentasian dan bukti yang akurat. Menurut Bi Mae (70 tahun) yaitu ronggeng dan pewaris kesenian Ronggeng Lisung, bahwa kesenian Ronggeng Lisung ini sudah ada sejak zaman dahulu, yaitu dimana negara Indonesia masih dipimpin oleh raja-raja di setiap daerah, tetapi tidak ada yang mengetahui betul kapan tercipta dan siapa yang pertama kali menciptakan kesenian Ronggeng Lisung. Ada juga yang menyebutkan bahwa lahirnya kesenian ini bersamaan dengan hari kemerdekaan, yaitu pada tanggal 17 agustus 1945 karena masyarakat ketika mengetahui Indonesia merdeka, mereka menari dan membunyikan lesung tanda kebahagiaan secara bersama-sama. Itulah penuturan Olot Ro’ah selaku orang yang selalu mengikuti kesenian ini juga sebagai ibu kasepuhan Kampung Rabig. Menurut beberapa tokoh kesenian bukan tanggal 17 karena mengetahui Indonesia merdeka tidak langsung cepat dalam sehari, ini dikarenakan keterbatasan teknologi dan alat komunikasi pada waktu itu.


(6)

Dengan ketikdak jelasan tentang kapan dan siapa penciptanya Ronggeng Lisung itulah peneliti merasa tertarik untuk menelitinya, karena yang diharapkan kesenian ini dikenal oleh masyarakat luas dan adanya pendokumentasian tertulis. Selain itu juga diharapkan dapat membangunkan kembali dan memacu masyarakat untuk peduli dalam melestarikannnya. Kesenian ini adalah kekayaan budaya yang patut dibanggakan dan dijunjung tinggi paling tidak, langkah awal yang dilakukan peneliti sebagai tanda kepedulian akan budaya warisan dengan cara yang dipaparkan diatas.

Selanjutnya peneliti akan memfokuskan penelitian itu pada aspek asal-usul dan penyajian Ronggeng lisung, yang peneliti beri judul “Kesenian Ronggeng Lisung di Desa Kujang Jaya Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Banten”. Dipilihnya judul ini mengingat bahwa kurangnya perhatian dari pihak pemerintah dan sebagian masyarakat setempat akan kesenian Ronggeng lisung khususnya desa Kujang Jaya.

1.2 Rumusan Masalah

Agar masalah-masalah penelitian yang akan dilakukan lebih spesifik, terarah dan terfokus pada persoalan-persoalan yang penting untuk diteliti, maka dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang kesenian Ronggeng Lisung ? 2. Bagaimana penyajian tari kesenian Ronggeng Lisung ?


(7)

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mendeskripsikan latar belakang kesenian Ronggeng Lisung di Desa Kujang jaya.

b. Untuk mendeskprisikan bagaimana penyajian tari kesenian Ronggeng Lisung di Desa Kujang jaya.

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan peneliti ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak terutama, antara lain:

1.4.1 Pemerintah Daerah Setempat

Untuk mengetahui seberapa pentingnya kesenian Ronggeng Lisung khususnya bagi masyarakat Desa Kujang jaya dan umumnya bagi tujuan pariwisata pemerintah daerah setempat, sehingga bisa dijadikan pengamatan langsung untuk pengkoreksian atas pelaksanaan kegiatan kesenian Ronggeng Lisung saat ini dan berikutnya.

1.4.2 Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI

Menambah sumber kepustakaan yang dapat dijadikan bahan kajian dan bacaan bagi para mahasiswa, khususnya Jurusan Pendidikan Seni Tari dengan harapan menambah wawasan keilmuan mengenai pertunjukan kesenian rakyat seperti kesenian Ronggeng Lisung yang terdapat di Provinsi Banten.

1.4.3 Penikmat Seni

Sebagai wawasan baru dan semangat baru untuk eksis dalam menggeluti seni tradisional, dan berusaha melestarikan serta mempertahankan seni budaya Nusantara.


(8)

Dalam hal ini, secara tidak langsung peneliti memperkenalkan salah satu kesenian yang berada di Provinsi Banten.

1.4.4 Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan tentang kesenian Ronggeng Lisung dan dapat memotivasi untuk melestarikan.

1.5 Metode Penelitian

Selaras dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai pada pelaksanaan program ini, maka metode yang dipergunakan di dalam membantu penelitian dalam mencapai tujuan tersebut adalah menggunakan metode deskriptif analisis. Penelitian deskriptif ini memusatkan pada masalah-masalah aktual pada saat pelaksanaan penelitian untuk dianalisis dan dipaparkan sebagaimana adanya. Metode ini merupakan sebuah langkah kongkrit untuk memperoleh informasi data dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam penelitian. Dalam hal ini seorang peneliti sebagai subjek penelitian yang berusaha mendeskripsikan serta menganalisis data yang diperoleh. Kegiatan analisis dilakukan sebagai salah satu langkah dalam memahami masalah yang diteliti.

1.6 Lokasi Penelitian

Dalam kepentingan ini dipilih di Desa Kujang jaya sebagai lokasi penelitian. Alasannya karena para pemain atau tokoh kesenian Ronggeng Lisung masih tersebar dan mudah dijumpai dan keinginan peneliti untuk mengembangkan kembali kesenian ini di tengah masyarakat Kujang jaya khususnya dan Kecamatan Cibeber pada umumnya juga lokasi penelitian ini merupakan tempat tinggal sendiri.


(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Seperti halnya yang di singgung dalam pembahasan pada BAB I, metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode diskriptif analisis. Penelitian deskriptif ini memusatkan pada masalah-masalah aktual pada saat pelaksanaan penelitian untuk di paparkan sebagaimana adanya. Metode ini merupakan sebuah langkah konkrit untuk memperoleh informasi data dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam penelitian. Dalam hal ini seorang peneliti sebagai subjek penelitian yang berusaha mendeskripsikan serta menganalisis data yang diperoleh. Kegiatan analisis dilakukan sebagai salah satu langkah dalam memahami masalah yang diteliti, data-data yang dihimpun, disusun dan dijelaskan untuk kemudian di analisis berdasarkan pemecahan masalah-masalah yang lebih aktual. Ditegaskan oleh Surakhmad (1985:139) tentang metode deskripitif sebagai berikut :

Metode deskriptif adalah metode yang dalam pelaksanaannya tidak terbatas hanya pada pengumpulan data saja, tetapi analisis dan interpretasi sehingga arti data itu penekanannya ditujukan kepada pemecahan masalah yang terjadi secara aktual, setelah data dan informasi yang di peroleh diklasifikasikan untuk dijadikan acuan sebagai bahan analisis pada langkah berikutnya agar menghasilkan kesimpulan dan implikasi pada langkah yang bermakna secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta yang di teliti.

Selain pendapat tersebut, Arikunto (1998:45) berpendapat bahwa “metode deskriptif adalah penelitian yang lebih menekankan pada pengungkapan unsur-unsur yang diteliti dan dianalisa untuk lebih memahami permasalahan yang diteliti “.

Pendekatan kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisa. Pendekatan kualitatif lebih menekankan pada


(10)

penggunaan diri peneliti sebagai alat dimana mampu mendeskripsikan dan menganalisis dengan cepat. Sukmadinata (2008: 60) mengungkapkan bahwa:

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan.

Penggunaan metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif, peneliti bermaksud mendeskripsikan masalah-masaah kejadian di lapangan dengan mengadakan pengamatan secara subyektif yang mengungkap berbagai temuan dengan sejumlah data yang ada berdasarkan fakta-fakta aktual, sehingga alasan peneliti melihat adanya kesesuaian antara sifat peneliti dengan masalah yang diungkapkan.

Bogdan dan Taylor dalam Moleong (1990:3) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh). Jenis penelitian yang akan dilakukan ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Tan dalam Koentjaraningrat (1991: 29-31) dijelaskan, bahwa penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Langkah ini merupakan sifat yang pokok dari penelitian deskriptif. Data dalam penelitian deskriptif berupa data kulitatif.

3.2 Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah dan menghindari terjadinya salah penafsiran terhadap judul penelitian yang diangkat yaitu “Kesenian Ronggeng Lisung di Desa Kujang Jaya Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Banten”, maka peneliti memberikan batasan-batasan istilah yang terdapat dalam judul penelitian, diantaranya.


(11)

Kesenian Ronggeng Lisung merupakan kesenian yang lahir ditengah-tengah lingkungan masyarakat Banten Selatan yang tepatnya di Desa Kujang Jaya Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak. Kesenian ini merupakan kesenian yang berfungsi sebagai hiburan dimana untuk memeriahkan suatu acara seperti khitanan, pernikahan dan seren taun.

Ronggeng yang dimaksud dalam kesenian ini tidak menampilkan sesuatu yang erotis, karena dalam penyajian geraknya diambil dari gerak jaipong yang baku dan kostum yang digunakan sangat sederhana, juga ronggeng dalam kesenian ini adalah perempuan yang sudah berumur.

Lisung merupakan tempat untuk menumbuk padi yang terbuat dari kayu besar dicekungkan pada bagian tengahnya yang berfungsi untuk menumbuk padi agar terpisah dari sekamnya.

Kujang jaya merupakan nama sebuah desa yang terdiri dari 12 kampung yaitu kampung Rabig, kampung Cilayi, kampung Pasir Kuray, kampung Babakan Kimahaya, kampung Cikarang, kampung Nangerang, kampung Ciawer, kampung Kalapa dua, komplek, kampung Cipulus, Kampung Apicita dan kampung Babakan Asri.

3.3 Lokasi dan Sumber Data Penelitian

3.3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Kujang Jaya Kecamatan CIbeber Kabupaten Lebak Banten. Adapun alasan peneliti mengambil lokasi ini karena tokoh kesenian Ronggeng Lisung tersebar di Desa Kujang Jaya dan mudah dijumpai dikarenakan kesenian Ronggeng Lisung hanya ada di Desa Kujang Jaya. Peneliti


(12)

sebanyak 4 kali mengikuti setiap kelompok kesenian Ronggeng Lisung ini melakukan pementasan.

3.3.2 Sumber Data Penelitian

Pada penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah Bi Asminah selaku pimpinan dan pewaris kesenian Ronggeng Lisung pada tahun sekarang yang melestarikan kesenian ini yang terletak di Desa Kujang Jaya Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Banten. Maka sumber data pada penelitian ini adalah asal-usul kesenian Ronggeng Lisung dan struktur penyajian kesenian Ronggeng Lisung.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiyono (2008: 102) bahwa, “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara (terlampir) yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan ditujukan kepada narasumber untuk mendapatkan data yang akurat.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merangkap instrumen penelitian dalam arti peneliti terjun langsung ke lapangan dengan teknik observasi dan wawancara. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2008:222) bahwa, “Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Hal ini mengingat tujuh karakteristik yang menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian yang memiliki kualifikasi baik, yaitu sifatnya responsive, adaptif, lebih holistik, kesadaran pada konteks tak terkatakan, mampu memproses segera, mampu mengejar klarifikasi dan mampu meringkaskan segera, mampu menjelajahi jawaban, idiosinkratik, dan mampu mengejar pemahaman yang mendalam (Guba dan Lincoln,


(13)

dalam Moleong, 1990:3). Alat yang digunakan untuk memperlancar penelitian berupa pedoman wawancara dan pedoman observasi, video dan kamera foto.

3. 5 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, proses pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, studi pustaka dan studi dokumentasi. Hal tersebut peneliti lakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih maksimal dan akurat, serta sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari penelitian ini.

3.5.1. Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data/fakta untuk mempelajari suatu sistem. Observasi juga merupakan pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. Kegiatan observasi ini merupakan langkah awal peneliti dalam mengumpulkan data dan informasi tentang permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian. Disamping melakukan pengamatan langsung ke lapangan terhadap objek serta unsur-unsur yang diteliti seperti masyarakat yang terlibat, baik langsung maupun tidak langsung dari kesenian Ronggeng Lisung, peneliti melakukan observasi secara langsung yaitu dengan cara terjun ke lapangan. Dalam hal ini peneliti melakukan kegiatan observasi sebanyak 4 kali yaitu pada Bulan Juni 2009, Juli 2009, Desember 2009 dan terakhir Mei 2010.

Pada Bulan Juni 2009 merupakan observasi pertama yang diadakan di Desa Cisungsang. Peneliti berusaha mencari tahu apa kesenian Ronggeng Lisung dan bagaimana pertunjukkan kesenian Ronggeng Lisung pada saat seren taun berlangsung.


(14)

Observasi kedua peneliti menyaksikan acara seren taun pula yang terdapat di Desa Ciptagelar. Peneliti berusaha mencari tahu siapa yang terlibat dan penyajian kesenian Ronggeng Lisung.

Bulan Desember 2009 peneliti mengadakan observasi langsung ke lapangan yaitu ke acara hajatan khitanan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui struktur penyajian dalam acara khitanan yang bertempat di kampung Babakan Asri.

Selanjutnya pada Bulan Mei 2010 peneliti mengadakan acara pertunjukkan Kesenian Ronggeng Lisung yaitu dengan cara memanggil kelompok kesenian Ronggeng Lisung. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat mengenai penyajian kesenian Ronggeng Lisung dan asal-usul juga untuk mengetahui siapa saja yang terlibat.

3.5.2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi dari yang diwawancai (Arikunto, 1998:26). Pada bagian ini peneliti mengumpulkan data dengan cara wawancara langsung dengan subjek penelitian. Pemilihan subjek yang akan diwawancarai lebih difokuskan pada orang-orang yang dianggap berkompeten didalam memberikan informasi atau data-data yang berkaitan dengan objek penelitian, seperti pimpinan kesenian, Bapak Kasepuhan, kepala DISPARBUD, dan masyarakat umum.

Dalam proses wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur dilakukan kepada Bapak DISPARBUD dan wawancara tidak terstruktur ditujukan kepada bapak kasepuhan, pimpinan kesenian dan masyarakat umum, yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan. Tentu saja kreativitas pewawancara sangat diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan jenis pedoman ini lebih banyak bergantung dari wawancara.


(15)

Pewawancaralah sebagai pengemudi jawaban responden. Jenis penelitian ini cocok untuk digunakan pada penelitian kasus.

Adapun pedoman wawancara yang dilakukan berkaitan dengan bagaimana asal-usul dan penyajian tari pada pertunjukan Kesenian Ronggeng Lisung di Desa Kujang Jaya Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Banten. Teknik pengumpulan data ini diharapkan dapat saling melengkapi sehingga informasi yang diperlukan sesuai dengan fokus penelitian.

3.5.3. Studi pustaka

Pada penelitian ini studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data-data dari berbagai sumber bacaan yang berupa dokumen, naskah, karya ilmiah maupun buku-buku yang berhubungan dan menunjang dengan pembahasan penelitian. Adapun sumber-sumber tersebut antara lain :

1. Buku “Pengantar Ilmu Antropologi” oleh Koentjaraningrat, diterbitkan di Jakarta oleh Rineka Cipta. Di dalam buku ini terdapat pembahasan mengenai dinamika masyarakat dan kebudayaan. Keterkaitannya dengan penelitian karena peneliti membahas tentang asal-usul kesenian Ronggeng Lisung.

2. “Ronggeng Gunung Sebuah Kesenian Rakyat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat” diterbitkan di Jakarta oleh Proyek Media kebudayaan Jakarta Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam buku ini dibahas mengenai kostum, tata rias pada kesenian tersebut yang dapat dijadikan acuan dalam memperoleh data-data yang diharapkan.

3. Buku “Perempuan dan Ronggeng di Tatar Sunda Telaahan Sejarah Budaya” oleh Endang Caturwati pada tahun 2006 di Bandung. Di dalam buku ini terdapat pembahasan kehidupan seorang ronggeng dan citra ronggeng.


(16)

Selain ketiga sumber dan buku di atas tadi, masih ada beberapa buku/sumber-sumber lain yang digunakan peneliti dalam proses penulisan sebagai reperensi dan sumber penelitian.

3.5.4. Studi Dokumentasi

Untuk memperoleh data penelitian, maka dilakukan studi dokumentasi yaitu usaha mengumpulkan dan menyimpan data dalam bentuk gambar dan rekaman yang bersifat audio dan visual. Pendokumentasian oleh pihak kelompok kesenian Ronggeng Lisung tidak ada sama sekali, hal ini sangat disayangkan karena tidak adanya pendokumentasian dari tahun ke tahun. Akhirnya peneliti hanya mendapatkan sumber berdasarkan wawancara dan pendokumentasian pribadi. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah Kamera Photo dan Handycam guna menghasilkan gambar yang dikehendaki dan diliput sebagai bukti dari penelitian yang dilakukan. Data-data tersebut peneliti mengamati serta mempelajarinya agar mudah dipahami demi mempertegas analisis sesuai dengan keadaan sebenarnya.

3.6 Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau tahap-tahap yang harus dilalui atau dikerjakan dalam suatu penelitian. Data yang telah diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi dikumpulkan dan diklasifikasikan, kemudian dianalisis guna untuk mendapatkan kesimpulan yang diperlukan untuk kepentingan penulisan. Tahap-tahap penelitian sebagai berikut:

3.6.1 Pra Penelitian

Langkah-langkah yang terdapat pada proses pra penelitian adalah sebagai berikut:


(17)

a. Survei

Kegiatan survei awal dilaksanakan pada bulan Januari 2010. Guna survei ini dilakukan untuk menentukan objek yang akan diteliti. Ketika melakukan survei awal di lapangan, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian dan judul yang kemudian diajukan kepada dewan skripsi Jurusan Pendidikan Seni tari.

b. Pengajuan Judul

Setelah melihat fenomena yang terjadi dalam kesenian Ronggeng Lisung, kemudian peneliti menemukan masalah-masalah yang bisa dijadikan sebagai bahan kajian dalam penelitian. Selanjutnya setelah masalah dirumuskan, kemudian menentukan judul penelitian yang akan diajukan kepada dewan skripsi pada bulan Januari 2010 untuk diseleksi ulang. Setelah melalui tahap seleksi dan bimbingan dengan dewan skripsi, maka pada akhirnya peneliti mengambil judul “Kesenian Ronggeng Lisung di Desa Kujang Jaya Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Banten”.

c. Penetapan Instrumen Penelitian

Langkah terakhir dari tahap persiapan ini adalah dengan membuat instrumen penelitian yang disusun dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalahan yang ditemukan.

3.6.2 Pelaksanaan Penelitian

Setelah melewati beberapa tahap, maka sampailah ke tahap pelaksanaan penelitian. Tahap-tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan ini meliputi observasi, pengumpulan data, pengolahan data, penyusunan laporan, sidang tahap I, sidang tahap II, dan penggandaan laporan (skripsi).


(18)

1. Observasi

Langkah-langkah yang terdapat dalam proses observasi adalah pada akhir bulan April 2010. Penelitian melakukan observasi awal dengan mengunjungi lokasi dimana terdapatnya kesenian Ronggeng Lisung yang dimaksud yaitu di Desa Kujang Jaya Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Banten, untuk mendapatkan gambaran dan data umum mengenai objek yang akan diteliti. Melihat struktur pertunjukan Kesenian Ronggeng Lisung secara keseluruhan.

2. Pengumpulan data

Data yang diperoleh pada pengumpulan data menggunakan cara diantaranya, observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Pengumpulan data ini dilakukan kira-kira pada bulan April 2010 sampai dengan Mei 2010.

3. Pengolahan Data

Kegiatan pengolahan data ini merupakan kelanjutan dari pengumpulan data. Dalam pengolahan data ini peneliti akan mengelompokan, mengurutkan, dan mengkategorikan data-data yang telah terkumpul. Pengolahan data dilakukan pada akhir bulan Mei 2010.

4. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar, sedangkan penafsiran data adalah memberi arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara uraian-uraian. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah analisis isi yang dilakukan dengan penggunaan dokumen, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Peneliti mengolah seluruh data yang telah di dapat dan menganalisis data


(19)

dengan mendeskripsikan mengenai asal-usul dan penyajian tari kesenian Ronggeng Lisung.

Setelah data di identifikasi kemudian diolah sedemikian rupa hingga memberikan sebuah hasil penelitian, akhirnya peneliti menarik kesimpulan atas jawaban dari segala permasalahan.

3.6.3 Penyusunan Laporan Penelitian

Dalam penulisan laporan penelitian disusun secara lengkap dan benar dari halaman judul, BAB I samapai BAB V tetapi sebelum penyusunan laporan tulisan, diadakan proses kegiatan bimbingan bersama pembimbing I dan 2 terlebih dahulu. Berpijak dari penyusunan laporan, selanjutnya melakukan penggandaan laporan penulisan setelah disetujui pembimbing 1 dan pembimbing 2.


(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Kesenian Ronggeng Lisung dilaksanakan sebagai penonjolan identitas masyarakat Rabig bahwa masyarakat disini masih mengangkat kehidupan bergotong-royong dan hidup bersosialisasi masih sangat erat dan kuat. Dalam mempertahankan keutuhan kesenian Ronggeng Lisung yang sudah tercipta dari masa nenek moyang.

Kesenian Ronggeng Lisung tercipta karena masyarakat sering melaksanakan tetabuhan yang disebut ngarempug untuk memeriahkan acara-acara besar seperti hajatan pernikahan, khitanan, seren taun dan hari-hari kemerdekaan. Kesenian ini berfungsi untuk alat komunikasi bahwa akan diadakannya suatu acara dan untuk membedakan antara hari pada saat ada acara dengan hari yang tidak ada acara. Karena hal ini sering dilakukan maka menjadi suatu kegiatan pokok yang harus tetap dilaksanakan dalam acara-acara besar, bahkan apabila kesenian ini pada masa sekarang tidak dilaksanakan walaupun acara hajatan semewah apapun tetap acara tersebut tidak akan meriah.

Kesenian Ronggeng Lisung dalam pertunjukkannya menyertakan padi. Mereka percaya bahwa padi itu memiliki roh maka dalam penyajiannya perlu adanya tata tertib yang harus dilaksanakan terlebih dahulu untuk kelangsungan dan keselamatan bersama. Tata tertib tersebut yaitu harus adanya izin dari pihak kasepuhan dan meminta do’a dalam bentuk kemenyan dan panglay. Ini bertujuan untuk meminta keberkatan agar Nyi Sri tidak merasa terganggu atau merasa diperlakukan tidak sopan.


(21)

Struktur penyajian tari Kesenian Ronggeng Lisung sangatlah sederhana. Alat musik sederhana yang terdiri dari lesung dan alu, kostum dan tata rias yang sederhana dan kostum yang digunankan merupakan pakain sehari-hari, gerak yang baku dan sederhana, spontan serta tidak adanya aturan tertentu. Durasi waktu pertunjukkan kesenian Ronggeng Lisung tergantung dari jumlah padi yang ditumbuk pada saat pertunjukkan dan jumlah padi tersebur harus ganjil. Hal ini disesuaikan dengan jumlah hari yang ganjil. Penyajian Kesenian Ronggeng Lisung terdiri dari tiga tahap yaitu pembukaan (ngukus), inti (ngagondang), dan penutupan (hujan palis).

Kesenian Ronggeng Lisung pada masa sekarang masih tetap hadir dan eksis dalam setiap acara-acara besar bahkan setiap tahun di kampung Rabig ketika tanggal 17 Agustus dan hari Besar Agama Islam selalu ditabuh yaitu pada subuh hari. Ini sebagai pertanda bahwa hari ini adalah hari kebahagiaan, bahwa kita sudah mendapatkan kemenangan, kita patut untuk merayakannya. Dari tahun ke tahun kesenian ini terus meningkat dalam jadwal pertunjukkan dimulai dari desa-desa tetangga sampai ke kota kesenian ini pun tetap hadir. Walaupun kesenian ini selalu hadir dalam acara besar seperti seren taun yaitu hajatan atas bersyukurnya hasil panen padi yang dilaksankan oleh satu kampung pada waktu yang sama, biasanya banyaknya tamu yang hadir dari pemerintahan, namun tetap dari pihak pemerintahan tidak adanya perhatian khusus untuk kesenian ini.

5.2 Rekomendasi

Kesenian Ronggeng Lisung selalu tetap hadir dari tahun ke tahun dan mengalami peningkatan dalam jadwal pertunjukkan tetapi tetap menjaga keutuhan. Kesenian Ronggeng Lisung ini merupakan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat banten yang patut dibanggakan dan patut ada perhatian yang khusus.


(22)

Untuk itu peneliti mngajukan relomendasi kepada pihak pemerintah daerah setempat untu memperhatikan keberadaan kesenian ini seperti adanya pendokumentasian tertulis mengenai kesenian ini dan adanya dukungan materi karena kesenian ini belum mempunyai kostum seragam. Hal ini dikarenakan, kelompok kesenian Ronggeng Lisung apabila ada panggilan tidak pernah mematok harga. Jadi, tidak adanya pemasukan kas untuk kepentingan kelompok kesenian.

Selain itu peneliti juga merekomendasikan hasil penelitian ini bagi jurusan Pendidikan Seni Tari khususnya bagi mahasiswa dan staf-staf pendidik untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai tambahan bahan ajar ataupun sebagai bahan apresiasi siswa dalam pengetahuan atau pembelajaran seni.


(23)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

A Yoety, Oka. (1990). Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Ahmad, K. (1984). Teater rakyat. Jawa Barat: Buletin Kebudayaan.

Caturwati, Endang. (2006). Perempuan dan Ronggeng di Tatar Sunda Telaahan sejarah Budaya. Bandung: Pusat Kajian LBPB.

Caturwati, Endang. (2000). Tari di Tatar Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press STSI. Caturwati, Endang dan Sudjatmi, Sri. (1983). Tata Rias Tari Sunda. Bandung: ASTI. Khayam, U. (1981). Seni Tradisional Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.

Koentjaraningrat. (1991). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong. (1990). Metodologi Pendidikan Kualitatif. Bandung: Remaja Pustaka Karya.

Narawati, T. dan Soedarsono, R.M. (2005). Tari Sunda Dulu, Kini, dan Esok. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan pendidikan Seni Tradisional (P4ST) Universitas Pendidikan Indonesia.

Rohidi, T.R. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI Press.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(24)

Sumaryono dan Suanda, E. (2006). Tari Tontonan. Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara.

Surakhmad, W. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Tim Penyusun. (1981). Ronggeng Gunung Sebuah Kesenian Rakyat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Jakarta: Proyek Media kebudayaan Jakarta Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim Penyusun kamus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-dua. Jakarta: Perum Balai Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI


(1)

dengan mendeskripsikan mengenai asal-usul dan penyajian tari kesenian Ronggeng Lisung.

Setelah data di identifikasi kemudian diolah sedemikian rupa hingga memberikan sebuah hasil penelitian, akhirnya peneliti menarik kesimpulan atas jawaban dari segala permasalahan.

3.6.3 Penyusunan Laporan Penelitian

Dalam penulisan laporan penelitian disusun secara lengkap dan benar dari halaman judul, BAB I samapai BAB V tetapi sebelum penyusunan laporan tulisan, diadakan proses kegiatan bimbingan bersama pembimbing I dan 2 terlebih dahulu. Berpijak dari penyusunan laporan, selanjutnya melakukan penggandaan laporan penulisan setelah disetujui pembimbing 1 dan pembimbing 2.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Kesenian Ronggeng Lisung dilaksanakan sebagai penonjolan identitas masyarakat Rabig bahwa masyarakat disini masih mengangkat kehidupan bergotong-royong dan hidup bersosialisasi masih sangat erat dan kuat. Dalam mempertahankan keutuhan kesenian Ronggeng Lisung yang sudah tercipta dari masa nenek moyang.

Kesenian Ronggeng Lisung tercipta karena masyarakat sering melaksanakan tetabuhan yang disebut ngarempug untuk memeriahkan acara-acara besar seperti hajatan pernikahan, khitanan, seren taun dan hari-hari kemerdekaan. Kesenian ini berfungsi untuk alat komunikasi bahwa akan diadakannya suatu acara dan untuk membedakan antara hari pada saat ada acara dengan hari yang tidak ada acara. Karena hal ini sering dilakukan maka menjadi suatu kegiatan pokok yang harus tetap dilaksanakan dalam acara-acara besar, bahkan apabila kesenian ini pada masa sekarang tidak dilaksanakan walaupun acara hajatan semewah apapun tetap acara tersebut tidak akan meriah.

Kesenian Ronggeng Lisung dalam pertunjukkannya menyertakan padi. Mereka percaya bahwa padi itu memiliki roh maka dalam penyajiannya perlu adanya tata tertib yang harus dilaksanakan terlebih dahulu untuk kelangsungan dan keselamatan bersama. Tata tertib tersebut yaitu harus adanya izin dari pihak kasepuhan dan meminta do’a dalam bentuk kemenyan dan panglay. Ini bertujuan untuk meminta keberkatan agar Nyi Sri tidak merasa terganggu atau merasa diperlakukan tidak sopan.


(3)

Struktur penyajian tari Kesenian Ronggeng Lisung sangatlah sederhana. Alat musik sederhana yang terdiri dari lesung dan alu, kostum dan tata rias yang sederhana dan kostum yang digunankan merupakan pakain sehari-hari, gerak yang baku dan sederhana, spontan serta tidak adanya aturan tertentu. Durasi waktu pertunjukkan kesenian Ronggeng Lisung tergantung dari jumlah padi yang ditumbuk pada saat pertunjukkan dan jumlah padi tersebur harus ganjil. Hal ini disesuaikan dengan jumlah hari yang ganjil. Penyajian Kesenian Ronggeng Lisung terdiri dari tiga tahap yaitu pembukaan (ngukus), inti (ngagondang), dan penutupan (hujan palis).

Kesenian Ronggeng Lisung pada masa sekarang masih tetap hadir dan eksis dalam setiap acara-acara besar bahkan setiap tahun di kampung Rabig ketika tanggal 17 Agustus dan hari Besar Agama Islam selalu ditabuh yaitu pada subuh hari. Ini sebagai pertanda bahwa hari ini adalah hari kebahagiaan, bahwa kita sudah mendapatkan kemenangan, kita patut untuk merayakannya. Dari tahun ke tahun kesenian ini terus meningkat dalam jadwal pertunjukkan dimulai dari desa-desa tetangga sampai ke kota kesenian ini pun tetap hadir. Walaupun kesenian ini selalu hadir dalam acara besar seperti seren taun yaitu hajatan atas bersyukurnya hasil panen padi yang dilaksankan oleh satu kampung pada waktu yang sama, biasanya banyaknya tamu yang hadir dari pemerintahan, namun tetap dari pihak pemerintahan tidak adanya perhatian khusus untuk kesenian ini.

5.2 Rekomendasi

Kesenian Ronggeng Lisung selalu tetap hadir dari tahun ke tahun dan mengalami peningkatan dalam jadwal pertunjukkan tetapi tetap menjaga keutuhan. Kesenian Ronggeng Lisung ini merupakan kekayaan budaya yang dimiliki oleh masyarakat banten yang patut dibanggakan dan patut ada perhatian yang khusus.


(4)

Untuk itu peneliti mngajukan relomendasi kepada pihak pemerintah daerah setempat untu memperhatikan keberadaan kesenian ini seperti adanya pendokumentasian tertulis mengenai kesenian ini dan adanya dukungan materi karena kesenian ini belum mempunyai kostum seragam. Hal ini dikarenakan, kelompok kesenian Ronggeng Lisung apabila ada panggilan tidak pernah mematok harga. Jadi, tidak adanya pemasukan kas untuk kepentingan kelompok kesenian.

Selain itu peneliti juga merekomendasikan hasil penelitian ini bagi jurusan Pendidikan Seni Tari khususnya bagi mahasiswa dan staf-staf pendidik untuk menjadikan hasil penelitian ini sebagai tambahan bahan ajar ataupun sebagai bahan apresiasi siswa dalam pengetahuan atau pembelajaran seni.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

A Yoety, Oka. (1990). Komersialisasi Seni Budaya dalam Pariwisata. Bandung: Angkasa.

Ahmad, K. (1984). Teater rakyat. Jawa Barat: Buletin Kebudayaan.

Caturwati, Endang. (2006). Perempuan dan Ronggeng di Tatar Sunda Telaahan sejarah Budaya. Bandung: Pusat Kajian LBPB.

Caturwati, Endang. (2000). Tari di Tatar Sunda. Bandung: Sunan Ambu Press STSI. Caturwati, Endang dan Sudjatmi, Sri. (1983). Tata Rias Tari Sunda. Bandung: ASTI. Khayam, U. (1981). Seni Tradisional Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.

Koentjaraningrat. (1991). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Moleong. (1990). Metodologi Pendidikan Kualitatif. Bandung: Remaja Pustaka Karya.

Narawati, T. dan Soedarsono, R.M. (2005). Tari Sunda Dulu, Kini, dan Esok. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan pendidikan Seni Tradisional (P4ST) Universitas Pendidikan Indonesia.

Rohidi, T.R. (2000). Kesenian Dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI Press.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(6)

Sumaryono dan Suanda, E. (2006). Tari Tontonan. Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara.

Surakhmad, W. (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Tim Penyusun. (1981). Ronggeng Gunung Sebuah Kesenian Rakyat di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Jakarta: Proyek Media kebudayaan Jakarta Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim Penyusun kamus, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-dua. Jakarta: Perum Balai Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI