Penerimaan masyarakat Betawi Muslim terhadap kesenian musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

(1)

KROMONG DAN TARI RONGGENG BLANTEK DI

PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU

BABAKAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh :

SITI USWATUN CHASANAH

1110022000014

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2014


(2)

(3)

(4)

SITI USWATUN CHASANAH

Penerimaan Masyarakat Betawi Muslim Terhadap Kesenian Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Kuatnya asumsi bahwa Betawi identik dengan Islam, telah memberikan pengaruh pada sikap masyrakat Betawi muslim khusunya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dan masyarakat Betawi secara keseluruhan dalam menerima dan memilih bentuk kesenian yang mampu mewakili identitas etnis mereka. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif-analitis dengan pendekatan sosio-budaya untuk mengetahui kronologi peristiwa, proses serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Betawi dalam menerima kesenian gambang kromong dan tari ronggeng blantek. Berangkat dari kuatnya asumsi bahwa Betawi identik dengan Islam maka masalah pokok dalam penulisan skripsi ini adalah, bahwa ada indikator nilai-nilai Islam dalam kesenian gambang kromong dan tari ronggeng blantek sehingga masyarakat Betawi yang identik dengan Islam dengan mudah dapat menerima dua kesenian tersebut. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan penulis, bahwasannya proses penerimaan tari Ronggeng Blantek dan Gambang Kromong pada masyarakat muslim Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Bababakan didasari pada konsistensi yang kuat serta pengejawantahan sikap dan perilaku masyarakat muslim Betawi terhadap Islam. Serta adanya peran pemerintah daerah dalam menjaga dan melestarikan kesenian tersebut. Kini seni musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek telah melekat sebagai kesenian masyarakat Betawi.


(5)

kasih dan sayang-Nya, semoga rahmat dan hidayah-Nya selalu tercurah kepada kita semua, amin. Shalawat serta salam senantiasa kita persembahkan kepada junjungan alam baginda Rasulullah SAW, keluarga serta sahabat, semoga kita sebagai ummatnya mendapat pertolongannya kelak, amin.

Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi dan mencapai gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis menyusun skripsi ini dengan judul : “PROSES PENERIMAAN MASYARAKAT BETAWI MUSLIM TERHADAP KESENIAN MUSIK GAMBANG KROMONG DAN TARI RONGGENG BLANTEK DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI

SETU BABAKAN“.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, begitu banyak penulis temui rintangan dan hambatan. Sungguh pun begitu Alhamdulillah atas kerja keras semangat dan dukungan dari semua pihak akhirnya skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik. Oleh karena itu izinkan penulis untuk menghaturkan ucapan terimakasih serta penghargaan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan memberikan dukungn moril dan materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tanpa kendala yang berarti.

1. Kepada ayahanda tersayang Bapak Sutrisno Susanto yang telah membimbing, membantu dan memotivasi penulis unuk menjadi pribadi yang tangguh, bersemangat, bermanfaat bagi keluarga, nusa dan bangsa. Besar harapan penulis untuk membuat ayahanda selalu bangga . Tak luput juga penulis haturkan terimakasih banyak untuk Ibunda tersayang Ibu Siti Asngadah yang telah melahirkan, membimbing, mendoakan dan yang setiap malamnya tak pernah bosan mendoakan dan menemani penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga suatu hari penulis mampu membahagiakan dan membanggakan Ayah dan Ibunda tersayang, semoga Allah selalu membalas semua kebaikan dan perjuangan mereka


(6)

membimbing penulis dalam menyelesaikan materi skripsi ini.

3. Kepada seluruh civitas akademik Fakultas Adab dan Humaniora, kepada Ketuaa jurusan dan sekertaris jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam, Pembimbing Akademik Drs Saidun Derani MA, Ibu Awalia Rahma, yang selalu bersedia meluangkan waktu bagi penulis untuk bertanya dan meminta solusi atas beberapa kendala yang penulis hadapi.

4. Kepada Ibu Wiwiek Widiyastuti selaku koreografer tari Ronggeng Blantek, beserta jajaran pengurus segyo Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat, Bapak Abdul Rachem berserta staffnya di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, yang telah meluangkan waktunya bagi penulis untuk mendapatkan informasi yang akurat guna kebutuhan data skripsi ini.

5. Kepada Bapak Sardi Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Suku Dinas Kebudayaan Walikota Jakarta Selatan yang telah memberikan referensi dan arahan kepada penulis untuk menemui tokoh-tokoh dengan kompetensi mumpuni dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada budayawan Betawi di Lembaga Kebudayaan Betawi, bang Yahya Andi Saputra, Bang Yovie selaku Sekertaris Jendral LKB beserta jajarannya yang telah mempermudah jalan bagi penulis dalam mendapatkan sumber-sumber primer terkait penulisan skripsi ini.

7. Kepada seluruh pengurus Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, bang Indra dan Dokter H Sibroh, yang selalu meluangkan waktu dan membantu penulis dalam mendapatkan berbagai sumber, informasi dan lain hal terkait keadaan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Tak lupa kepada tokoh agama setempat Bang Gumin Has, penulis ucapkan terimakasih.

8. Kepada seniman Betawi di Sanggar Seni Setu Babakan bang Andi Supardi, dengannya penulis lebih memahami bentuk fisik dan segala detail mengenai tari Ronggeng Blantek dan Gambang Kromong di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.


(7)

dan Humaniora, teman-teman KKN Cendikiawan, serta kawan-kawan SKI angkatan 2010, Anto, Lidya, Iwan, Endi, Firman, Dede, Okta, Ela, Rina, Wulan, Nurjannah, Dian, Hana Hanifah, Hana Nurrahmah, Fitri, Tati dan Irna yang tak hentinya memberikan dukungan,semangat,doa dan tawa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dalam hangatnya ikatan keluarga. Bila Siti Nurbaya memiliki Syamsul Bahri, Srikandi memiliki Arjuna, maka penulis juga memiliki laki-laki pendamping yang menjadi tempat penulis becerita, berdiskusi, belajar dan terus berproses dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepadanya tak lupa penulis sampaikan terimakasih.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis memahami bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga tulisan ini bisa memberikan manfaat kepada siapa saja yang menjadikan ini sebagai bahan bacaan mereka dan dapat menjadikan tulisan ini sebagai referensi.

Jakarta , 10 Agustus 2014


(8)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah ... 8

2. Pembatasan Masalah ... 11

3. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 12

D. Tinjauan Pusataka ... 13

E. Pendekatan dan Landasan Teori ... 15

F. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II. POTRET MUSIK DAN TARI BETAWI A. Gambaran Umum Musik dan Tari Betawi ... 21

1. Musik Gambang Kromong ... 25

2. Tari Ronggeng Blantek ... 33

B. Unsur-unsur Islam dalam Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek ... 58

C. Hubungan Nilai Islam dengan Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek ... 65

BAB III. ETNIS BETAWI DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN A. Sejarah Etnis Betawi di Perkampungan Budaya Betawi di Perkampungan Setu Babakan ... 68


(9)

1. Kondisi Geografis Perkampungan Budaya Betawi

Setu Babakan ... 74 2. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Betawi Perkampungan

Budaya Betawi Setu Babakan ... 75 3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Betawi

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ... 76 C. Penerimaan Kesenian Gambang Kromong dan Tari Ronggeng

Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu

Babakan ... 83 BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 89 B. Saran-saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(10)

PENERIMAAN MASYARAKAT BETAWI MUSLIM TERHADAP

KESENIAN MUSIK GAMBANG KROMONG DAN TARI RONGGENG

BLANTEK DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Masyarakat Betawi adalah suatu kelompok masyarakat dengan identitas etnis dan budaya yang terbentuk berdasarkan perpaduan beberapa suku bangsa dengan budaya dan adat istiadat yang berbeda. Dari masa ke masa masyarakat Betawi terus berkembang dengan ciri budaya yang kian hari kian mapan sehingga mudah dibedakan dengan kelompok etnis lain.

Masyarakat Betawi lahir dan terbentuk di Batavia. Terjadinya perkawinan antar etnis di Batavia pada masa itu semakin memperlemah identitas etnis mereka. Selain itu identifikasi individu maupun kelompok terhadap suatu agama juga merupakan salah satu unsur yang menyebabkan melunturnya identitas etnis. Dan pada akhirnya identifikasi yang kuat terhadap Islam mampu menjelaskan kesamaan identitas mereka.

Islam memang sejak lama telah mewarnai kehidupan penduduk Batavia. Ada tiga fase yang menunjukkan eksistensi Islam di Batavia, pertama saat Sunda Kelapa berhasil ditaklukkan oleh Fatahillah. Pada fase itu seluruh kehidupan


(11)

sosial, ekonomi, politik di Jakayakarta didasari pada ajaran Islam dan mendapat pengawasan langsung dari Kesultanan Cirebon.1

Kedua, sejak banyaknya masjid dan pusat-pusat kegiatan Islam yang didirikan pada abad ke 18.2 Selain menggambarkan perkembangan Islam di Batavia, masjid-masjid itu juga menggambarkan adanya percampuran berbagai kelompok etnis yang menjadi landasan bagi munculnya kelompok etnis baru yang kemudian mengidentifikasikan diri mereka sebagai orang Islam di Batavia.3

Ketiga, semakin populernya penggunaan bahasa melayu Betawi pada abad ke 19, yang disebabkan karena menghilangnya pengaruh bahasa Portugis Mardjiker. Sepertinya penggunaan bahasa melayu betawi ini berkaitan erat dengan proses Islamisasi orang Betawi. Mereka bukan saja menggunakan bahasa melayu menjadi bahasa komunikasi sehari-hari masyarakat Betawi, akan tetapi mereka telah mengadopsi Islam sebagai pandangan hidup.4

Pesan egalitarian dan kesamaan derajat sosial yang dibawa oleh ajaran Islam ternyata diterima dengan baik oleh masyarakat Betawi. Dengan demikian seiring semakin menguatnya identifikasi orang Betawi terhadap Islam, bahasa Melayu menjadi semakin populer sebagai bahasa pergaulan sehari-hari masyarakat Betawi

1

Muhammad Zafar Iqbal, Islam di Jakarta Studi Sejarah Islam dan Budaya Betawi, (Jakarta : Disertasi Program Pasca Sarjana IAIN, tidak diterbitkan 2002, h.iii.

2

Abdul Azis, Islam dan Masyarakat Betawi, Jakarta: LP3S, 2002, h.45.

3

Masjid pertama yang didirikan adalah Masjid Al-mansur di Kampung Sawah, Jembatan Lima pada tahun 1777, lalu Masjid Pekojan yang didirikan di Perkampungan Arab pada tahun 1755, pada tahun 1761 berdiri Masid Kampung Angke di perkampungan orang-orang bali tinggal, kemudian masjid Kebon Jeruk yang didirikan oleh peranakan Cina Islam tahun 1786, dan masjid yang didirikan orang-orang Banda di Kampung Banda tahun 1789.

4

Catatan seorang pelancong dari Surakarta Raden Arya Sastradarma yang menuliskan

pengalamannya selama di Batavia pada tahun 1870 dalam buku berjudul “Kawontenan Ing Nagari Batawi”. Ia menemukan bahwa penduduk umumnya berbahasa melayu dalam percakapan sehari-hari dan mereka menyebut dirinya dengan sebutan orang Islam.


(12)

dan masyarakat lain yang tinggal di Jakarta.5 Maka dapat dikatakan bahwa Islam telah membuka jalan bagi perkembangan kebudayaan Melayu di kalangan orang-orang Betawi di Jakarta saat itu. Fenomena seperti ini dikatakan oleh Bondan Kanumoyoso bahwa: Identifikasi yang kuat terhadap suatu agama dapat

menegasikan kesamaan identitas etnis” .6

Sejarah panjang Jakarta sedari awal perkembangannya memang telah menjadi tempat bertemunya varian etnis, budaya maupun agama antar kelompok. Memasuki era modernisasi, kini Jakarta dihadapkan pada globalisasi budaya dan tingkat urbanisasi yang kian hari jumlahnya semakin meningkat. Alih-alih peran Islam dalam kehidupan masyarakat Betawi secara cepat atau lambat akan terkikis sebagai akibat modernisasi, namun pada kenyataannya terjadi keadaan yang sebaliknya.

Bangunan-bangunan fisik tidak hentinya berdiri di seluruh Jakarta, deru mesin-mesin industrialis dan kepulan asap kendaraan setiap hari semakin memenuhi wajah baru Jakarta. Namun di tengah proses perubahan itu masih tetap mengakar kuat pada denyut jantung Jakarta nafas keagamaannya.7

Betawi dan Islam memang merupakan dua sisi dari sebuah mata uang.8 Peran Islam yang signifikan dan pengaruhnya pada setiap lini kehidupan masyarakat Betawi nampak pada peneguhan identitas Betawi dengan Islam yang

5

Abdul Azis, “Islam dan Masyarakat Betawi”, h 30.

6

Kutipan diambil dalam kata pengantar Bondan Kanumoyoso pengajar Departeman Sejarah FIB UI, kandidat Doktor Sejarah Leden University, hasil penelitian Lance Castles yang telah diterjemahkan dalam buku berjudul Profil Etnik Jakarta.

7

Ridwan, Saidi, Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, LSIP: Jakarta, 1994, h 29.

8

Yasmine Z Shahab, Konflik Identitas:Etnis dan Religi, dalam Yasmine Z Shahab, Identitas dan Otoritas : Rekontruksi Tradisi Betawi (Depok, Laboratorium Antropologi FISIP UI, 2004) h 119.


(13)

terlihat jelas pada proses rekacipta tradisi Betawi yang ramai bermunculan sejak tahun 1970-an.

Dalam proses rekacipta tradisi Betawi ini nilai Islam semakin ditekankan pada setiap tradisi hasil kreasi anak Betawi. Berbagai upacara keagamaan, kesenian, dan hiburan masyarakat Betawi baik yang asli dalam artian tidak dikurangi atau ditambahkan dengan unsur-unsur luar Betawi, maupun tradisi yang dihasilkan dari proses rekacipta, kesemuanya itu dapat diterima dan diakui oleh seluruh lapiasan masyarakat Betawi apabila tidak bertentangan dengan nilai Islam.

Masyarakat Betawi secara aktif hanya menerima, memilih dan mengakui kreasi baru pada seni dan budaya Betawi yang bernuansa Islam, atau setidaknya tidak berbenturan dengan nilai-nilai Islam. Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi objek kajian pada seni musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek.

Pemilihan objek gambang kromong didasari oleh beberapa faktor diantaranya: pertama gambang kromong adalah jenis musik tradisional Betawi yang pertama kali masuk dan diperkenalkan oleh para peranakan Cina.9 Kemudian pada tahun 1800 gambang kromong mulai dikombinasikan dengan instrumen musik pribumi.10

Kedua karena gambang kromong adalah salah satu musik karawitan Betawi yang sampai saat ini masih bertahan dan banyak digunakan dalam setiap acara

9

Berdasarkan hasil wawancara dengan peranakan Cina di Jakarta Phoa Kian Soe, beliau mengatakan bahwa bangsa Tionghoa sejak sekitar tahun 1300 telah masuk ke Pulau Jawa, Madura dan Bali untuk berdagang maupun menyebarkan agama. Mereka turut serta membawa instrumen musik gambang untuk mengisi waktu luangnya..

10

Data milik Lembaga Kebudayaan Betawi, berupa transkip wawancara dengan salah satu tokoh keturunan Cina di Jakarta, bernama Phoa Kian Soe, beliau seorang penulis naskah film dokumenter Anak Naa Beranak Naga: Gambang Kromong Akultuasi Budaya Tionghoa-Betawi


(14)

kebetawian. Ketiga karena perkembangan gambang kromong yang penulis rasa unik.11 Keempat, adanya indikator nilai-nilai Islam pada seni musik gambang kromong sebagai wujud representatif marwah budaya Betawi.12

Proses panjang akulturasi musik gambang kromong sebagai perpaduan unsur Cina dan pribumi, sampai masa perkembangannya yang sempat menerima penolakan dari masyarakat Betawi, pada akhirnya telah menarik perhatian penulis untuk mengungkap faktor apa saja yang melatarbelakangi diterimanya gambang kromong bagi setiap masyarakat Betawi sebagai musik karawitan mereka.

Selanjutnya pemilihan tari ronggeng blantek sebagai objek penulisan skripsi ini berdasarkan beberapa faktor, pertama keberhasilan Ronggeng Blantek sebagai pelopor jenis tari kreasi Betawi yang diprakasai oleh pemerintah daerah, dalam hal ini para seniman Betawi bersama Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta.13

Kedua, karena Ronggeng Blantek adalah satu-satunya jenis tari kreasi Betawi yang diawal kemunculannya telah menuai banyak penghargaan, baik

11

Sebelum maraknya pertunjukan gambang kromong pada acara pemerintah maupun acara yang diselenggarakan oleh masyarakat Betawi pasca tahun 1970-an, perlu diketahui bahwa gambang kromong sempat mendapat penolakan dari masyarakat Betawi, Terkait beberapa unsur dalam penampilannya yang tidak mewakili marwah budaya betawi, dengan kata lain tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam

12

Tidak seperti musik karawitan Samrah, Gambus maupun Rebana yang memang sejak awal kemunculannya telah dipengaruhi oleh musik dan budaya bangsa Melayu yang notebene berpedoman pada nilai-nilai Islam.

13

Ronggeng Blantek merupakan tari kreasi baru hasil produksi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta bersama ibu Wiwiek Widiyastuti. Tari kreasi ini sengaja diciptakan pada tahun 1978 sebagai jawaban bahwa masyarakat Betawi dengan budayanya masih tetap eksis di Jakarta, di tengah anggapan masyarakat lain bila Betawi mulai terpinggirkan keberadaanya.


(15)

dalam tingkatan nasional maupun internasional.14 Banyaknya penghargaan yang diperoleh tari Ronggeng Blantek, menjadi indikasi bahwa tari Ronggeng Blantek telah berkembang dengan baik dan membanggakan sejak masa awal diciptakan sampai dengan masa perkembangannya mampu meraih berbagai penghargaan di tengah masyarakat luas.

Ketiga, adanya indikator nilai-nilai Islam, nilai moral dan kesopanan pada gerak, busana, maupun komposisi lagu dalam penampilan tari ronggeng blantek.15 Dalam proses pembuatannya sang koreografer benar-benar memperhatikan setiap unsur gerak, busana dan komposisi musik dalam tari rongeng blantek untuk tetap berada pada koridor nilai-nilai Islam sebagai marwah budaya Berawi. Sehingga saat ini tari ronggeng blantek telah diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Betawi muslim mapun masyrakat di luar Betawi.

Nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup mayoritas etnis Betawi telah memberikan pengaruh besar pada berbagai jenis kesenian dan budaya Betawi, tidak terkecuali pada poses penerimaan masyarakat Betawi terhadap musik gambang kromong yang pada mulanya sempat mendapat penolakan, juga pada tari ronggeng blantek yang merupakan tari kreasi baru.16

14

Berikut adalah prestasi tari ronggeng blantek, juara pertama lomba tari remaja se-DKI Jakarta tahun 1978, juara pertama festival kesenian anak tingkat nasional tahun 1979, juara pertama pekan tari daerah tingkat nasional tahun 1985, juara pertama mewakili Indonesia dalam Festival Folklore Internasional. ke 33 di Sicilia tahun 1987

15

Tidak seperti tari zapin atau tari blenggo yang memang sejak awal kemunculannya telah mendapat diakui sebagai salah satu tari betawi, karena dalam penampilannya sarat dengan unsur-unsur melayu Islam.

16

Ridwan Saidi, Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan dan Adat Istiadatnya, PT Gunara Jakarta: Jakarta, 2001, h 139


(16)

Kuatnya asumsi bahwa Betawi identik dengan Islam telah melapangkan jalan atas pengakuan masyarakat Betawi terhadap musik gambang kromong dan tari Ronggeng Blantek yang memiliki indikator Islam dalam penampilannya.17

Identifikasi Betawi terhadap Islam dalam berbagai aspek kehidupannya termasuk kesenian Betawi, agaknya sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Clifford Geertz bahwa agama adalah realitas sosial yang eksis dan termanifestasikan dalam setiap aktivitas kemanusiaan. Dengan demikian agama tidak bisa dilepaskan dari segala aspek kemanusiaan dan segala perubahan yang

bersifat alami atau manusiawi”.18

Berdasarkan beberapa sumber dan bukti penelitian di lapangan penulis berkesimpulan bahwa adanya indikator nilai-nilai Islam dalam kesenian gambang kromong dan ronggeng blantek, maka kesenian tersebut dengan mudah dapat diterima oleh masyarakat Betawi yang identik dengan Islam.

Beralih pada Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, yang hadir sebagai jawaban atas eksistensi dari masyarakat dan kebudayaan Betawi. Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan hadir sebagai kawasan cagar budaya Betawi yang diresmikan oleh Gubernur Jakarta tahun 2004.19 Perkampungan ini adalah suatu kawasan yang sampai saat ini masih berpegang teguh pada nilai-nilai budaya Betawi.

Setiap minggunya Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan mempunyai agenda pagelaran seni budaya Betawi seperti: rebana, lenong, gambang kromong,

17

Yasmine Z Shahab, Sisi Otoritas dalam Proses Nasionalisasi Tradisi Lokal, dalam Yasmine Z Shahab, Identitas dan Otoritas : Rekontruksi Tradisi Betawi, Depok: Laboratorium Antropologi FISIP UI, 2004, h 91.

18

Zakiyudin Baidhawy, Agama dan Pluralitas Budaya Lokal, Surakarta: Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial , UMS, 2003, h 3.

19

Laporan Akhir Kajian Pembentukan Kelurahan Setu Babakan di Kecamatan Jagakarsa Kota Administrasi Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta, Biro Tata Pemerintahan Sekreatariat Daerah Provinsi Jakarta, Jakarta, 2011, h II-34


(17)

hadrah, tarian ronggeng blantek serta aneka jenis tari-tarian Betawi lain, silat Beksi, dan berbagai bentuk seni Betawi lain yang kesemuanya itu memiliki ciri khas tersendiri, yakni adanya nilai-nilai Islam dalam penampilannya.

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang telah diintegrasikan dalam unsur religius, dapat dilihat dari berbagai hasil kreasi seni dan tradisi budaya Betawi yang dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Betawi dan non-Betawi, karena penampilan maupun pesan yang disampaikan sekalipun tidak secara kontekstual mewakili nilai-nilai agama tertentu, dengan contoh Islam, tetapi kesenian-kesenian itu tetap berada pada norma-norma kesopanan dan nilai-nilai Islam. Hal menarik yang diambil dari penelitian ini adalah, terjadinya respon religius terhadap kesenian lokal yang selama ini dianggap negatif.20

B.Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis menduga kuat bahwasannya masyarakat Betawi itu identik dengan Islam, mereka hanya menerima dan memilih suatu kesenian yang dalam pertunjukkannya terdapat indikator nilai-nilai Islam atau norma-norma kesopanan yang diajarkan Islam. Hal tersebut dapat dibuktikan pada jenis pakaian, tata panggung, tata gerak dalam kesenian gambang kromong dan tari ronggeng blantek.

20

Pada mulanya judul penulisan penelitian ini adalah Pelestarian Budaya Betawi Studi Kasus Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, namun setelah bertemu dengan berbagai narasumber baik sejarawan, budayawan yang spesifikasi keilmuannya adalah etnis Betawi. Saya diberikan saran, anjuran, dan masukan untuk mengganti judul dengan spesifikasi kasus yang pada akhirnya menjadi judul penulisan penelitian saya sekarang ini, yaitu : Penerimaan Masyarakat Betawi Muslim terhadap kesenian Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.


(18)

Skripsi ini akan menjelaskan mengenai seni musik dan seni tari Betawi. Berikut adalah macam-macam musik karawitan atau musik tradisional Betawi berdasarkan kelompok bentuk penyajian dan instrumennya.21

1. Gambang Kromong 2. Gamelan Ajeg 3. Topeng 4. Tanjidor 5. Samrah

6. Keroncong Tugu 7. Gambus

8. Rebana Biang 9. Ketimpring 10.Sampyong

Kemudian berikut ini adalah tabel hasil identifikasi tari Betawi :

1. Kembang Topeng 2. Gegot

3. Topeng Kedok 4. Silat 1 (Beksi) 5. Blenggo Asli 6. Tapak Tangan 7. Cokek Sirih Kuning 8. Zapin Arab

21

Data ini penulis dapatkan dari hasil penyusunan standar dan kompetensi Karawitan dan Tari Betawi milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.


(19)

9. Ronggeng Blantek

10.Enjot-Enjotan 11.Gejruk Jidat 12.Nandak Ganjen 13.Gandes Kipas 14.Silat 2 (Pengasinan) 15.Lenggo Jikek 16.Topeng Gong 17.Lambang Sari 18.Wayang Botoh 19.Silat 3

20.Kotebang

Dari sekian banyak macam tari dan musik Betawi pada akhirnya penulis memilih musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek sebagai objek penulisan skripsi.

Identifikasi yang kuat terhadap Islam pada akhirnya mengantar masyarakat Betawi untuk menerima musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek sebgaai bentuk kesenian mereka. Mereka hanya mau menerima kesenian Betawi hasil rekacipta tradisi pada tahun 1970-an apabila kesemua unsur dalam dua kesenian tersebut berpedoman pada norma-norma kesopanan Islam. Hal ini terbukti dengan penerimaan dan pengakuan masyarakat Betawi terhadap kesenian gambang kromong setelah proses rekacipta tradisi Betawi dengan menghilangkan beberapa bagian yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu pengakuan terhadap tari ronggeng blantek sebagai salah satu jenis tarian Betawi yang sengaja


(20)

diciptakan pasca proses rekacipta tradisi Betawi, dapat dengan mudah diterima dan diakui oleh mayoritas etnis Betawi karena memang dalam prakteknya tetap berpedoman pada norma-norma kesopanan yang diajarkan Islam.

Proses penerimaan kesenian gambang kromong dan tari ronggeng blantek secara berangsur-angsur ini mengidentifikasikan beberapa sebab akibat mengapa kesenian yang sebelumnya ditolak bahkan tidak diakui, sekarang justru dilestarikan dan mendapat pengakuan sebagai kesenian Betawi. Ini adalah sebuah indikasi bahwa telah terjadi respon religius terhadap kesenian lokal yang selama ini dianggap negatif, bahwa agama telah berpengaruh pada kesenian masyarakat.

2. Pembatasan Masalah

Terkait judul penulisan penelitian “PENERIMAAN MASYARAKAT

BETAWI MUSLIM TERHADAP KESENIAN MUSIK GAMBANG

KROMONG DAN TARI RONGGENG BLANTEK DI PERKAMPUNGAN

BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN”, penulis membatasi masalah

berdasarkan tiga hal pokok, pertama, batasan spasial, yaitu batasan ruang yang hanya meliputi wilayah yang terbatas pada perkampungan Betawi di sekitar danau Setu Babakan. Kedua, batasan temporal berupa batasan tahun, yang dimulai dari tahun 1970 hingga tahun 2010. Tahun-tahun tersebut adalah tahun dimana kesenian Betawi seperti seni musik Gambang Kromong dan tari Blantek, mengalami perpaduan dan perubahan signifikan dalam gaya, gerak dan nilai yang telah bercampur dengan nilai-nilai agama. Ketiga, adalah tentang tema. Tema ini hanya terfokus pada bagian tentang seni dan perubahannya ketika bertemu dengan unsur agama, dalam hal ini gambang kromong dan tari ronggeng blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.


(21)

3. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Mengapa kesenian Betawi di Setu Babakan dipadukan dengan nilai-nilai Islam?

2. Bagaimanakah bentuk perubahannya?

3. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap kesenian Betawi yang telah bercampur dengan unsur-unsur Islam?

Masalah pokok dalam penulisan penelitian ini adalah, bagaimana proses penerimaan masyarakat Betawi terhadap kesenian musik Gambang Kromong dan tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan?

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menguraikan faktor apa saja yang menyebabkan diterimanya kesenian musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek oleh masyarakat Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Adapun manfaat yang ingin penulis berikan melalui penulisan penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi tentang bagaimana proses penerimaan masyarakat Betawi muslim terhadap kesenian musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

2. Menyumbangkan hasil pemikiran berupa karya sejarah dalam bentuk skripsi bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora, Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam terkait dengan sejarah lokal dengan tema sosial budaya.


(22)

3. Menjadi motivasi bagi para akademisi sejarah Islam untuk mengkaji sejarah lokal dengan tema sejarah sosial-budaya.

D.Tinjauan Pusataka

Penulis telah mencari referensi tentang bagaimana peran dan pengaruh Islam dalam proses penerimaan kesenian masyarakat Betawi terhadap kesenian musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Belum ada pembahasan secara spesifik tentang peran maupun pengaruh Islam di dalamnya.

Buku rujukan pertama adalah tulisan Ninuk Kleden berjudul Teater Lenong Betawi-Studi Perbandingan Diakronik, yang memberi gambaran kepada penulis mengenai kemunculan awal gambang kromong dan tari Ronggeng Blantek di Jakarta.

Buku-buku karya Ridwan Saidi dengan tema Sejarah Jakarta dan Etnis Betawi, berjudul Orang Betawi dan Modernisasi Jakarta, Sejarah Jakarta dan Peradaban Melayu-Betawi, Profil Orang Betawi, Potret Budaya Manusia Betawi, dan Masyarakat Betawi dan Tinjauan Sejarah. Buku-buku dengan judul tersebut di atas tidak menjelaskan bagaimana nilai-nilai Islam sebagai identitas Betawi berperan penting dalam proses penerimaan kesenian oleh masyarakat Betawi. Walaupun demikian buku-buku tersebut memberikan inspirasi bagi saya khususnya tentang sejarah lokal Jakarta fokus pada pembentukan etnis Betawi.

Selain itu buku Abdul Azis Islam dan Masyarakat Betawi, memang menjelaskan bagaimana Islam menjadi faktor pembeda etnis Betawi dengan enis lain di Jakarta pada masa kolonial, akan tetapi buku ini tidak menjelaskan bagaimana hubungan Islam sebagai agama mayoritas etnis Betawi dan kaitannya


(23)

dengan peran Islam dalam kesenian Gambang Kromong dan tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

Studi lainnya adalah berbentuk laporan penelitian, yaitu Laporan Akhir Kajian Pembentukan Kelurahan Setu Babakan di Kecamatan Jagakarsa Kota Administratif Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta yang dilakukan oleh Biro Tata Pemerintah Sekretariat Daerah Provinsi DKI Jakarta tahu 2001. Laporan ini secara jelas dan rinci menjelaskan proses demi proses, aturan, kebijakan, putusan pemerintah DKI Jakarta dalam pembentukan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, akan tetapi laporan ini tidak menjelaskan adanya korelasi antara Islam dan kesenian Betawi. Namun laporan ini merupakan rujukan yang berarti dalam penulisan skripsi saya karena memiliki informasi yang kaya, sehingga penulis mengeksplorasinya sesuai dengan kajian penulis.

Selanjutnya adalah buku Standar dan Kompetensi Karawitan dan Tari Betawi, milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DKI Jakarta. Buku ini menjelaskan semua jenis musik dan tarian Betawi.

Dari beberapa buku dan kajian yang sekiranya relevan dengan tema penulisan skripsi saya adalah studi Yasmine Zaki Shahab tentang identitas agama dan budaya Betawi yang telah banyak memberikan informasi bagi penulis mengenai kerangka nilai-nilai agama yang dipegang teguh oleh masyarakat Betawi dan memiliki implikasi langsung pada corak kebudayaan dan kesenian Betawi.

Untuk itu sejauh referensi yang saya temukan, karena penulis belum menemukan buku-buku, jurnal, maupun hasil penelitian yang menjelaskan peran maupun pengaruh Islam dalam proses penerimaan kesenian musik Gambang


(24)

Kromong dan tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, maka penulis merasa bahwa tema yang penulis kembangkan ini akan menjadi karya sejarah yang berbeda dan tidak sama dengan karya sejarah lainnya sekalipun dengan tema serupa.

E. Pendekatan dan Landasan Teori

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian deskriptif analitis, dengan pendekatan sosio-budaya untuk merekontrusksi peristiwa masa lampau yang bersifat komperhensif 22 , mengetahui kronologi persitiwa, proses serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat Betawi dalam menerima kesenian musik gambang kromong dan tari ronggeng blantek.

Seni musik dan tari adalah produk kebudayaan dari hasil karya dan cipta suatu kelompok masyarakat, sebagai salah bentuk eskpresi kehidupan23 Peneliti berusaha menjelaskan variabel-variabel yang terjadi dan berlaku dalam bagian-bagian kecil kebudayaan Betawi di Setu Babakan, oleh karena itu diperlukan teori yang relevan bagi penelitian tersebut.

Teori yang dianggap relevan oleh peneliti dalam penelitian ini, yaitu teori Disseminasi, yaitu teori tentang pengaruh agama terhadap bagian dari produk-produk kebudayaan seperti seni musik dan seni tari. Menurut Triyono Bramantyo, tentang seni adalah:

“seni adalah sebuah ungkapan estetika dari sebuah kelompok masyarakat (etnis), sekaligus

simbol dan alat untuk berkomunikasi serta mengekspresikan apa yang telah dimilikinya (kultur), untuk kemudian dituangkan dalam bentuk audio-visual. Segala bentuk perubahan nilai, tidak dapat mempengaruhi unsur materialnya, hanya mempengaruhi unsur

22

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan llmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992, h .4-5, 144-156 .

23

H.Th. Fischer, Pengantar Anthropologi Kebudayaan Indonesia, terj. Anas Makruf, Jakarta: PT Pembangunan, 1960,h. 66-72.


(25)

penggeraknya saja berupa subyek, sebab subyeknya adalah manusia, sedangkan obyeknya

adalah seni itu sendiri”.24

Pada dasarnya masyarakat Betawi telah mempunyai variabel-variabel kebudayaannya sendiri yang berupa bahasa, arsitektur dan seni, yang meskipun telah dipengaruhi oleh kebudayaan di sekitarnya seperti Sunda, Jawa dan Eropa, orang-orang Betawi secara intensif mempertahankan kultur mereka dengan cara asimiliasi budaya. Setelah Islam masuk, maka aspek-aspek dan sendi-sendi kehidupan telah dipengaruhi unsur-unsur Islam, sebagai pembeda antaraEropa, Sunda dan Jawa yang mempunyai kultur sendiri.25

Menurut Kuntowijoyo, nilai-nilai Islam tidak harus dilihat dan dimaknai secara normatif dan bergaya Arab yang kering, namun Islam dimaknai dan diwujudkan dalam bentuk lain yang mempengaruhi sistem dan budaya di tempat dimana Islam itu masuk.

Unsur-unsur pembentuk seperti agama hanya mempengaruhi moral dan etika dari subyeknya saja, yaitu para pelaku budayanya saja, semisal komunitas Betawi Tugu, Betawi Koja, Condet dan bahkan komunitas Betawi di Setu Babakan, namun secara umum nilai-nilai tersebut tidak dapat menghilangkan unsur materialnya seperti seni musik dan seni tari, sehingga nuansa budayanya akan terlihat kental akan unsur agama.

Adapun dalam penelitian ini penulis mengunakan metode pengumpulan data yang meliputi 4 tahapan yaitu 26 :

24

Triyono Bramantyo, Disseminasi Musik Barat di Timur, Studi Historis Penyebaran Musik Barat di Indonesia dan Jepang Lewat Aktivitas Missionaris Pada Abad Ke-16, terj. Emmanuel Cahyo Kristanto, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 2004.

25

Kuntowijoyo Muslim Tanpa Masjid: Esai-esai Agama, Budaya, dan Politik Dalam Bingkai Strukturalisme Transendental, (Bandung: Mizan, 2001), hlm. 23.

26


(26)

Heuristik, berupa kegiatan mengumpulkam sumber sejarah. Adapun sumber yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yaitu : sumber primer yang bersifat tertulis, berupa sumber yang diterbitkan seperti biografi, dokumen, naskah-naskah, sumber yang tidak diterbitkan seperti sumber tertulis di arsip, dokumen negara, dokumen milik lembaga budaya Betawi, kemudian wawancara dan pengamatan langsung.

Adapun sumber data sekunder berupa pandangan, buku-buku terkait, tesis, disertasi, majalah, surat kabar, jurnal serta sumber elektronik dari website milik instansi resmi derah maupun pemerintah.

Pengumpulan sumber-sumber yang dilakukan penulis dengan menggunakan metode penelusuran kepustakaan (Library Research), yakni mengunjungi beberapa lembaga yang memiliki koleksi buku maupun arisp terkait tema penelitian ini, seperti Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) untuk memperoleh data berupa arsip-arsip yang menjelaskan etnis Betawi, Perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk mencari buku-buku, hasil penelitian, tesis, jurnal, disertasi terkait dengan Islam dan etnis Betawi, Perpusatakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mencari buku-buku maupun skrispi dengan tema serupa, Perpustakaan Umum Universitas Indonesia untuk mencari hasil penelitian, kajian, disertasi milik Yasmin Z Shahab dengan tema sejarah etnis Betawi di Jakarta hubungannya dengan Islam, Perpustakaan penerbit Komunitas Bambu untuk mencari buku-buku, jurnal maupun arsip dengan tema terkait, Perpustakaan pribadi milik Drs Saidun Derani, M.A, Perpustakaan Dinas Kebudayan Pariwisata dan Permuseuman DKI Jakarta, Perpustakaan Daerah Jakarta Selatan,


(27)

Perpustakaan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan untuk mencari hasil penelitian maupun pelaporan mengenai sejarah terbentukmya Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

Kemudian setalah mengumpulkan data-data, tahapan selanjutnya adalah kritik sumber. Penulis berusaha membandingkan, menganalisis dan mengkritisi beberapa sumber yang telah penulis dapat, baik sumber primer, sekunder maupun sumber elektronik guna mendapat sumber yang valid dan relevan dengan tema kajian.

Tahapan selanjutnya interpretasi data, yakni penulis melakukan analisa sejarah untuk mengungkap masalah yang ada, dalam hal ini penulis berusaha melihat fakta yang penulis dapat dari pengumpulan data dan kritik sumber, sehingga memperoleh pemecahan atas masalah tersebut.

Terakhir penulis menuliskan hasil pemikiran dari penelitian serta memaparkan hasil dari penelitian sejarah secara sistematik yang telah diatur dalam pedoman penulisan skripsi, sehingga penelitian ini bukan hanya baik dari segi isi tetapi juga baik dalam metode penulisannya. Tahapan terakhir ini disebut dengan historiografi.27

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab dan didalamnya terdapat beberapa sub bab yang terdiri atas :

Bab I. Pendahuan

A. Latar Belakang Masalah B. Permasalahan

27


(28)

1. Identifikasi Masalah 2. Pembatasan Masalah 3. Perumusan Masalah C. Tujuan dan Manfaat Penelitian D. Tinjauan Pusataka

E. Pendekatan dan Landasan Teori F. Sistematika Penulisan

BAB II. Potret Musik dan Tari Betawi

A. Gambaran Umum Musik dan Tari Betawi 1. Musik Gambang Kromong

2. Tari Ronggeng Blantek

B. Unsur-unsur Islam dalam Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek Hubungan Nilai Islam dengan Musik Gambang Kromong dan Tari Ronggeng

BAB III. ETNIS BETAWI DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN

A. Sejarah Etnis Betawi di Perkampungan Budaya Betawi di Perkampungan Setu Babakan

B. Gambaran Umum Masyarakat Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

1. Kondisi Geografis Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2. Kehidupan Ekonomi Masyarakat Betawi Perkampungan Budaya

Betawi Setu Babakan

3. Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Betawi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

C. Penerimaan Kesenian Gambang Kromong dan Tari Ronggeng Blantek di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan


(29)

A. Kesimpulan B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA


(30)

BAB II

POTRET MUSIK DAN TARI BETAWI

A. Gambaran Umum Musik dan Tari Betawi

Jakarta sebagai ibu kota Indonesia dalam sejarahnya telah menjadi muara mengalirnya para pendatang dari seluruh penjuru Nusantara. Mereka datang dengan membawa serta adat istiadat dan tradisi budaya mereka masing-masing. Dan pada akhirnya mereka melebur ke dalam satu identitas baru. Identitas baru ini adalah masyarakat Betawi.

Berdasarkan komposisi pembentuk etnisnya yang heterogen, maka bentuk kesenian Betawi juga memperlihatkan adanya unsur kesamaan maupun perbedaan dengan bentuk kesenian asal daerahnya. Hal ini bukan berarti kesenian Betawi sebagai hasil akuisisi masyarakat Betawi terhadap kesenian masyarakat lain. Akan tetapi bagi masyarakat Betawi apapun yang tumbuh dan berkembang di dalam kehidupan dirasakan mereka sebagai jati diri mereka seutuhnya. Karena semua unsur dalam seni maupun budaya tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan hidup maupun tata aturan mereka.

Berbicara ciri-ciri masyarakat Betawi atau ciri kebetawian maka kesenian Betawi mampu merepresentasikannya dengan tepat, terutama pada seni pertunjukan Betawi, musik karawitan Betawi, tari Betawi, makanan khas Betawi dan lain sebagainya.1 Kesenian Betawi lahir dari akulturasi berbagai unsur etnis dan suku bangsa yang ada di Betawi. Maka dalam seni musik Betawi terdapat pengaruh dari bangsa Eropa, Tionghoa, Arab, Portugis, Melayu, Jawa dan Sunda.

1

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, “Profil Seni Budaya Betawi”, Jakarta :


(31)

Berikut adalah macam-macam musik karawitan atau musik tradisonal Betawi berdasarkan kelompok bentuk penyajian dan instrumennya.2

NO Jenis

Reportoar Kelompok Reportoar Tokoh Karawitan Keterangan

1 Gambang

Kromong

Gamelan Lampiran: Notasi

Lagu-lagu Gambang Kromong

2 Ajeng Gamelan Boang Lampiran: Notasi

Lagu-lagu Gamelan Ajeng Gong Bolong

3 Topeng Gamelan Edi dan Eda Lampiran: Notasi Lagu

Topeng

4 Tanjidor Melodis Said Lampiran: Lagu-lagu

Tanjidor

5 Samrah Melodis Wiwit Lampiran: Notasi

Lagu-lagu Samrah 6 Keroncong

Tugu

Melodis Andre Lampiran: Notasi

contoh lagu Keroncong Tugu

7 Gambus Melodis Djafar MZ Lampiran: Lagu-lagu

Gambus 8 Rebana

Biang

Perkusi H Abd Rahman Lampiran: Notasi

Lagu-lagu Rebana Biang

9 Ketimpring Perkusi H Moh Sibli Lampiran: Notasi

bentuk pukulan

ketimpring

10 Sampyong Perkusi Lampiran: Sampyong

Kemudian Berbicara sejarah tari Betawi, tari merupakan cabang seni Betawi yang umumnya berasal dari pinggiran kota Jakarta (Betawi Udik)3, yang paling banyak dikreasikan dan ditampilkan dalam acara Betawi. Bentuk-bentuk tari lama Betawi banyak mendapat pengaruh kuat dari daerah Sunda. Terutama pada jenis tari yang menjadi bagian dalam pertunjukan topeng Betawi. Tetapi Sunda bukan satu-satunya budaya yang mempengaruhi bentuk tari Betawi, mengingat Betawi

2

Data ini penulis dapatkan dari hasil penyusunan standar dan kompetensi Karawitan dan Tari Betawi milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.

3

Adanya klasifikasi sosial dalam masyarakat Betawi yang terbagi dalam beberapa kelompok. Kelompok Betawi Kota, tidak banyak orang Berawi kota yang berprofesi di bidang seni. Lain halnya dengan kelompok Betawi Udik, karena kesenian Betawi justru muncul dari kelompok ini. Maka kelompok Betawi Udik dilihat sebagai lahan yang kaya tradisi.


(32)

merupakan kelompok etnis yang terbentuk berdasarkan meleburnya beberapa identitas etnis dan budaya beberapa bangsa beberapa kelompok. Maka sama dengan musik karawitan Betawi, tari Betawi juga memiliki unsur dan pengaruh budaya yang heterogen.

Pada umumnya karya-karya tari Betawi adalah hasil dari pengembangan gerak dari berbagai daerah sekitar yang melingkupinya. Kondisi ini berkaitan dengan letak geografis DKI Jakarta yang berdekatan dengan Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok. Beberapa wilayah tersebut memang termasuk dalam wilayah persebaran masyarakat Betawi dewasa ini. Faktor geografis serta adanya interaksi dan pertukaran budaya telah memberikan pengaruh pada perkembangan tari Betawi sehingga menjadi lebih kompleks dan beragam.4 Pengaruh ini dapat terlihat pada gerak, tata rias, busana, musik pengiring tari, lagu atau nyanyian yang mengiringi tari serta pola lantainya.

Tari Betawi terdiri dari beberapa jenis kelompok tari seperti topeng, cokek dan silat. Jenis kelompok tari topeng dan cokek tujuannya lebih kepada hiburan. Sebuah hal baru adalah silat yang dimasukkan dalam kelompok jenis tari. Awalnya fungsi silat adalah untuk bela diri, tetapi dewasa ini silat sudah mulai dikreasikan dengan unsur gerak tari, maka banyak ragam tari Betawi yang memiliki gerak silat di dalamnya. 5

4

Wawancara dengan Bapak Abdulrachem bagian GIBANG (Pengkajian dan Pengembangan) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Senin 12 Mei 2014, pukul 13:30

5

Wawancara dengan Ibu Wiwiek Widitastuti, 11 Mei 2014, pukul 13:00 . Dalam mengkreasikan tari Ronggeng Blantek beliau membagi 3 bagian dalam tarian itu, bagian pertama beliau katakan bagian manis, dimana seorang penari menari dengan lemah gemulai, dengan ritme gerak santai. Bagian kedua saat ritme mulai cepat, gerakan penari terlihat lebih enerjik dan bagian terakhir adalah bagian klimaks tari Ronggeng Blantek dengan memasukkan beberapa gerakan silat Betawi. Tujuannya adalah pencapaian klimak pada bagian akhir tari.


(33)

Berikut ini adalah tabel hasil identifikasi tari Betawi :

NAMA TARI PENATA TARI JENIS TARI

Kembang Topeng Joko Topeng

Gegot Kartini Topeng

Topeng Kedok Kartini Topeng

Silat 1 (Beksi) Wahab Silat

Blenggo Asli Abdurahman Saabah Silat

Tapak Tangan Wiwiek Widiyastuti Silat

Cokek Sirih Kuning Wiwiek Widiyastuti Cokek

Zapin Arab Zainal Abidin Zapin

Ronggeng Blantek Wiwiek Widiyastuti Topeng

Enjot-enjotan Amung/Kartini/Andi Topeng

Gejruk Jidat Entong Kisan Topeng

Nandak Ganjen Entong Kisam Cokek

Gandes Kipas Dewi Kondangsih Cokek

Silat 2 (Pengasinan) Ali Sabeni Silat

Lenggo Jingkek Abdurachem Zapin

Topeng Gong Wiwiek Widiyastuti Topeng

Lambang Sari Wiwiek Widiyastuti Topeng

Lenggang Nyai Wiwiek Widiyastuti Cokek

Wayang Botoh Abdurachem Topeng

Silat 3 Ali Sabeni Silat

Kotebang Abdurachem Silat

Hasil identifikasi ini dikelompokkan berdasarkan jenisnya yaitu topeng, cokek, zapin dan silat. Pengelompokan ini berdasarkan kriteria dan standarisasi


(34)

yang disetujui oleh para pakar pendidikan, budayawan, para ahli tari dan penata tari.6

Latar belakang penciptaan sebuah tari kreasi baru adalah tuntutan kebutuhan di tengah sedikitnya tradisi seni masyarakat Betawi, padahal identitas etnis mereka sangat dibutuhkan di tengah pesatnya laju perkembangan Jakarta dengan budayanya yang heterogen, komposisi penduduk dan keadaan sosial yang kian hari beragam.

Dalam hal ini Pemerintah Daerah bersama praktisi profesional dan masyarakat Betawi secara bersama-sama fokus melihat peluang pada daerah Betawi Udik7, sebagai lahan yang kaya tradisi sehingga bisa dilakukan proses rekacipta tradisi Betawi dan disesuaikan dengan tuntutan situasi kontemporer saat ini agar bisa diterima masyarakat luas.

Berdasarkan gambaran umum mengenai musik karawitan dan tari Betawi, pada akhirnya penulis memilih musik gambang kromong dan tari ronggeng balntek sebagai objek penulisan skripsi ini.

1. Musik Gambang Kromong

6

Penulis mendapatkan data ini langsung dari Bapak Abdulrachem di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta bagian GIBANG. Setelah dikonfirmasi, data ini adalah isi dari buku standar dan kompetensi karawitan dan tari betawi milik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta yang dibuat pada bulan Desember tahun 2012.

7

Betawi Udik adalah hasil pengelompokan masyarakat Betawi berdasarkan wilayah geografis, akan tetapi faktor sosial, pendidikan dan keagamaan juga turut berperan. Masyarakat Betawi Udik termasuk dalam klasfikikasi BetawiAbangan, dimana perempuan juga ikut serta dalam sebuah tarian. Lai n halnya dengan kelompok Betawi Santri, mereka tidak menghendaki kegiatan menari yang dilakukan oleh perempuan. Bukan berarti kelompok Betawi Santr tidak memiliki kesenian tari, tari Zapin dan tari Blenggo hadir dari kelompok masyarakat Betawi Santri. Karena kedua tarian ini dilakukan oleh penari laki-laki


(35)

Gambang Kromong merupakan salah satu seni musik Betawi hasil perpaduan antara unsur pribumi dengan unsur non-pribumi yakni Tionghoa8. Unsur Tionghoa dalam Gambang Kromong tampak pada alat musik gesek tehyan, kongahyan dan sukong. Sedangkan yang lainnya terdiri dari alat musik pribumi seperti gambang, kromong, gendang, kecrek, dan gong.9

Definisi Gambang Kromong berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan dalam masing-masing kata, Gambang adalah alat musik pukul tradisional, yang terbuat dari sebilah kayu terdiri dari 16-25 bilah yang panjang dan besarnya tidak sama, dan dimainkan dengan alat pukul. Sedangkan Kromong adalah gamelan khas Betawi, digunakan untuk mengiringi drama rakyat Betawi yaitu lenong dan cokek.10

Asal mula musik Gambang Kromong tidak bisa terlepas dari akulturasi budaya Tionghoa, dalam hal ini Nie Hoe Kong yang telah memiliki andil besar dalam menghadirkan suatu perpaduan musik yang harmonis antara unsur pribumi dan unsur Tionghoa. Nie Hoe Kong adalah seorang pemusik keturunan Tionghoa

8

Awal mula kedatangan etnis Tionghoa di Jakarta telah terjadi sejak akhir masa kekuasaan Dinasti Tang. Mereka mulai melakukan perjalanan ke Asia Tenggara (Indonesia). Tempat yang pertama mereka datangi adalah Palembang, pada saat itu merupakan pusat perdagangan kerajaan besar Sriwijaya. Kemudian mereka datang ke Pulau Jawa untuk mencari rempah-rempah. Banyak dari mereka yang kemudian tinggal dan menetap di wilyah sekitar pelabuhan pantai utara Jawa seperti Tuban, Surabaya, Gresik, Banten (Tangerang) dan Jakarta. Mereka datang bukan hanya untuk berdagang tetapi mereka juga membawa dan menyebarkan agama dan kebudayaan mereka. Oleh sebab itu sekarang ini banyak kita lihat kebudayaan lokal hasil akulturasi Tionghoa. Dalam artikel Asal usul China Benteng, China Benteng, Kampung Teluk Naga, Tragedi China Benteng.

http://asalusulchinabenteng,chinabenteng,kampungteluknaga,tragedichinabenteng/htm (diakses 13 Mei 2014)

9

Rachmat, Syamsudin dan Dahlan, Petunjuk Praktis Latihan Dasar Bermain Gambang Kromon, Jakarta: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, 1996, h.5

10Kamus Besar Bahasa Indonesia

, Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta : Balai Pustaka, 2005, h.329


(36)

yang tinggal di Jakarta pada pertengahan abad ke 18.11 Dia lah yang berhasil menggabungkan beberapa alat musik yang berasal dari Cina dengan alat-alat musik yang biasa dimainkan dalam gamelan seperti pelog dan selendro.

Pada saat itu musik Gambang Kromong hanya diperuntukkan sebagai hiburan untuk mengiringi tari Cokek dan sebagai musik pengiring dalam pertunjukan teater lenong Betawi.12 Persebaran Gambang Kromong sebagai seni musik Betawi sekarang ini bukan hanya sebatas wilayah administratif DKI Jakarta saja, melainkan sampai ke wilayah Bekasi, Karawang, Cibinong, Bogor, Tangerang, Serang dan Sukabumi. 13

Berikut ini adalah instumen musik Gambang Kromong beserta nadanya : 1. Gambang14 :

11

Penulis mendapatkan data yang tidak diterbitkan oleh LKB, berupa hasil transkip wawancara dengan etnis Tionghoa bernama Phoa Kian Soe, seorang penulis naskah film dokumenter Anak Naga Beranak Naga, Gambang Kromong:Akulturasi Budaya Tionghoa Betawi. Phoa Kian Shoe memaparkan bahwa tidak ada keterangan jelas tentang asal usul gambang kromong sebagai musik akulturasi Betawi-Tionghoa. Tetapi ada satu pendapat umum yg mengatakan bahwa Gambang Kromong mulai diperkenalkan oleh seorang keturunan Tionghoa bernama Kapiten Nie Hoe Koeng yang tinggal di Jakarta. Pada saat itu gambang kromong dimainkan untuk memeriahkan sebuah pesta, untuk memeriahkan acara pesta mereka membawa lima musik orkes Gambang, singkat cerita setela pesta selesai, kelima alat musik tersebut diserahkan oleh sang kapiten Nie Hoe Koeng. Alhasil terus berkembang menjadi musik gambang kromong yang kita kenal sekarang ini, dengan akulturasi kromong sebagai alat musik asli pribumi.

12

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sibroh Malisi selaku bagian pemasaran dan kesenian Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, fungsi gambang kromong bukan sebatas untuk pengiring tari cokek dan teater lenong saja, sekarang fungsinya dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Betawi, bisa untuk sekedar musik pembuka dalam acara formal ataupun non-formal, bisa untuk syiar Islam atau menyampaikan berbagai hal positif lain, semua tergantung kebutuhan si pengguna gambang kromong.

13

http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/637/Gambang-Kromong (diakses 13 mei 2014)

14

Dokumentasi penulis , dalam acara Festival Setu Babakan persembahan Suku Dinas Pariwisata Kota Administrasi Jakarta Selatan, 9 Agustus 2014.


(37)

Gambang adalah instrumen musik karawitan Betawi, terdiri dari delapan belas bilah kayu dari jenis kayu Manggarawan, ke delapan belas bilah kayu itu dibagi dalam tiga oktaf, nada terendah adalah liuh dan nada tertinggi adalah siang.

2. Kromong dan tehyan

3. Kromong terdiri dari sepuluh buah gong kecil tersusun dalam dua baris, terbuat dari perunggu atau kuningan, baris luar (dari nomor satu, dua dan seterusnya) terdiri atas nda siang-liuh-ukong-che atau c-a-g-e-d, ditabuh berbarengan dengan baris luar dan dalam . Teh-hian adalah instrumen gesek berdawai dua, dilaras dengan nada siang (c) dan liuh (g)


(38)

Sukong adalah instrumen gesek semacem rebab berukuran besar dengan dua dawai yang berasal dari China, dilaras dalam nada su (a) dan kong (e). Tabung bagian bawah biasanya terbuat dari cangkang buah gerenuk yang keras.

5. Kong-a-hian

Kong-a-hian adalah instrumen gesek berdawai dua berukuran kecil, dilaras dalam nada liuh (g) dan che (d)

6. Bangsing atau suling15 :

Bangsing atau Suling adalah salah satu instrumen musik dalam Gambang Kromong, dimainkan dengan cara ditiup secara horizontal sejajar dengan mulut

7. Dua buah gong berbahan dasar perunggu atau kuningan, yang digantungkan, dilaras dengan nada siang (c)

15

Foto pada point enam adalah dokumentasi pribadi penulis dalam acara Festival Setu Babakan tanggal 9 Agustus 2014, sebelah kiri adalah pemain suling gambang kromong kelompok Jali Putra


(39)

8. Seperangkat Gendang yang dimainkan dengan cara ditabuh

9. Pan atau Kecrek

Pan atau Kecrek terbuat dari bilah-bilah logam tipis yang dipukul sehingga menghasilkan bunyi crek-crek-crek


(40)

10.Sio-lo (Ningnong dan Ningning) , terdiri dari dua buah pringan kecil canang.

Selain itu ada beberapa instrumen musik yang sudah tidak ditemukan lagi, diantaranya : Ji-Hian (instrumen gesek berdawai dua), Sam-Hian (instrumen gesek berdawai tiga), Gweh-Kim (semacam gitar berbentuk bulat berdawai dua).16

Nada dan laras dalam gambang kromong hanya memakai lima tangga nada yang disebut pentatonic, kelima tangga nada itu memakai nama Tionghoa yaitu : Liuh (sol=g), U (La=a), Siang (do=c), Che (re=d) dan Kong (mi=e). Lagu-lagu yang dibawakan gambang kromong dibagi dalam tiga bagian yaitu Lagu Pobin, Lagu Dalem dan Lagu Sayur. Lagu Pobin adalah generasi awal lagu-lagu yang dibawakan gambang kromong, lagunya sebatas pada lagu-lagu instrumental Tionghoa saja. Lagu pobin adalah lagu tertua dalam repertoar gambang kromong. Kemudian Lagu Dalem, lagu dalem adalah lagu-lagu yang diciptakan setelah lagu phobin, memiliki lirik sehingga bisa dinyanyikan tidak seperti lagu phobin yang hanya instrumental saja. Contoh lagu dalem adalah: Poa-Si-Li-Tan, Peca Piring, Semar Gunem, Mas Nona, Tanjung Burung, Burung Nuri dan Centeh Manis Berduri. Setelah lagu dalem yang menjadi lagu klasik gambang kromong, diciptakanlah lagu sayur. Lagu sayur diciptakan untuk keperluan ngibing.17 Contoh lagu sayur : Onde-onde, Glatik nguknguk, Surilang, Jali-jali, Stambul, Centeh manis, Balo-balo, Ronggeng Manis, Akang Haji, Ronggen Buyut, Blenderan, Lenggang Kangkung, Kicir-kicir dan Sirih Kuning.

16

Dokumen milik LKB, artikel ini ditulis oleh David Kwa seorang pemerhati etnis

Tionghoa, judul artikel ini “Lebih Dalam Tentang Gambang Kromong dan Wayang Cokek”.

17

Gambang kromong adalah instrumen musik pengiring dalam pertunjukan wayang dan tari cokek, biasanya pertunjukan ini diperuntukan sebagai hiburan dalam sebuah pesta pernikahan. Ngibing adalah istilah bagi penari cokek untuk menari bersama para tamu, menggunakan selendang yang disebut cukin atau soder. Ngibing inilah salah satu unsur dalam pertunjukan gambang kromong yang ditolak oleh masyarakat muslim Betawi, karena dianggap bertentangan dengan nilai Islam.


(41)

Pada akhirnya penulis memilih gambang kromong sebagai objek penulisan skripsi yang didasari oleh beberapa faktor, pertama gambang kromong adalah jenis musik tradisional Betawi yang pertama kali masuk dan diperkenalkan oleh masyarakat peranakan Cina. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang peranakan Cina di Jakarta Phoa Kian Soe, beliau mengatakan bahwa bangsa Tionghoa sejak sekitar tahun 1300 telah masuk ke Pulau Jawa, Madura dan Bali untuk berdagang maupun menyebarkan agama. Dalam perjalanannya mereka turut serta membawa instrumen musik salah satunya gambang untuk mengisi waktu luang.18 Kemudian pada tahun 1800 gambang kromong mulai dikombinasikan dengan instrumen musik pribumi.

Kedua karena gambang kromong adalah salah satu musik karawitan Betawi yang sampai saat ini masih eksis. Ketiga karena proses perkembangan gambang kromong yang penulis rasa unik. Sebelum maraknya pertunjukan gambang kromong sejak tahun 1970-an pada acara-acara pemerintahan DKI Jakarta maupun acara milik masyarkat Betawi, perlu diketahui bahwa gambang kromong sempat mendapat penolakan dari masyarakat Betawi. Penolakan tersebut didasari oleh nilai-nilai Islam yang dirasa tidak menjadi satu kesatuan dalam pertunjukan musik gambang kromong.

Keempat karena gambang kromong sekarang ini mampu

mereperesentasikan marwah budaya Betawi yang dalam prosesnya setelah proses rekacipta yang dilaksanakan tahun 70-an, gambang kromong telah mampu

18

Data milik Lembaga Kebudayaan Betawi, berupa transkip wawancara dengan salah satu tokoh keturunan Cina di Jakarta, bernama Phoa Kian Soe, beliau seorang penulis naskah film dokumenter Anak Naa Beranak Naga: Gambang Kromong Akultuasi Budaya Tionghoa-Betawi”.


(42)

mengadopsi nilai-nilai Islam pada penampilannya. Tidak seperti musik karawitan Samrah, Gambus maupun Rebana yang memang sejak awal kemunculannya telah mendapat respon baik karena dalam penampilannya sarat dengan indikator Islam.

Proses panjang akulturasi musik gambang kromong sebagai perpaduan unsur Cina dan pribumi, sampai masa perkembangannya yang sempat menerima penolakan dari masyarakat Betawi, sebagai indikasi adanya proses penyesuaian antara agama sebagai pedoman hidup dengan seni sebagai produk kebudayaan suatau masyarakat, pada akhirnya menarik perhatian penulis untuk mengungkap faktor apa saja yang melatarbelakangi diterimanya gambang kromong bagi setiap masyarakat Betawi sebagai musik karawitan mereka.

2. Tari Ronggeng Blantek

Ronggeng Blantek adalah tari kreasi baru yang diproduksi oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta sekitar tahun 80-an. Tari Betawi ini dikreasikan oleh seorang koreografer handal bernama Wiwiek Widiyastuti. Pemerintah DKI Jakarta sengaja meminta ibu Wiwiek Widyastuti dibantu beberapa seniman lain untuk menciptakan tari kreasi baru ini, bersamaan dengan tahun-tahun di saat masyarakat Betawi mulai sadar bahwa mereka harus tetap eksis dan bertahan dengan menunjukkan identitas sosial dan budayanya di tengah laju perkembangan Jakarta menuju kota metropolitan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah DKI Jakarta melalui Loka Karya Tradisi Betawi tahun 1970 berusaha membangkitkan kesadaran masyarakat Betawi atas eksistensinya, salah satunya


(43)

dengan mengkreasikan tari Ronggeng Blantek sebagai salah satu wujud seni tari Betawi.19

Tari Ronggeng Blantek adalah tari kreasi yang diciptakan oleh ibu Wiwiek Widiyastuti pada tahun 1985 atas instruksi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Ibu Wiwiek Widiyastuti ialah salah seorang seniman tari Betawi yang lahir di Yogyakarta pada tanggal 31 Juli 1952. Beliau telah memulai karirnya sebagai seniman tari sejak kelas 5 SD dengan bergabung bersama bengkel tari milik seniman besar Indonesia bapak Bagong Kussudiarjo di Yogyakarta. Setelah menamatkan pendidikannya di Akademi Seni Tari Indonesia di Jogja dan Institut Kesenian Jakarta, beliau kemudian mengabdikan diri di Dinas Kebudayaan DKI Jakarta.20

Tari Ronggeng Blantek adalah tari kreasi baru yang diangkat dari teater rakyat Betawi yaitu Topeng Betawi21, dimana dalam memulai sebuah pertunjukan topeng biasanya sebagai pembuka diawali dengan sebuah pertunjukan tari yang disebut Blantek22, atau Ronggeng Blantek23. Dalam perkembangannya tarian ini menjadi tarian lepas, terpisah dari kesatuan pertunjukan topeng dan banyak diminati oleh masyarakat sebagai tari pertunjukan pada acara penyambutan tamu.

19

Wawancara dengan Ibu Wiwiek Widiyastuti , Minggu 11 Mei 2014, pukul 13 : 00

20http://www.tamanismailmarzuki.co.id/tokoh/wiwiek.html

diakses 11 Mei 2014.

21

Topeng Betawi termasuk dalam seni pertunjukan rakyat atau teater rakyat yang tumbuh di Jakarta dan sekitar daerah lainnya di Jawa Barat. Topeng Betawi selalu ditampilkan dalam bentuk teater dan tari. Dalam penampilannya ada yang menggunakan topeng (dalam artian penutup wajah = kedok) ada yang tidak. Pertunjukan Topeng terdiri dari beberapa bagian berbeda, setiap bagiannya terdiri dari nyanyian, komedi, drama dan musik, dan dibawakan dengan percampuran bahasa yang berbeda di setiap wilayahnya. Secara umum pembukaan teater topeng selalu diawali dengan pertun jukan tari, dengan tidak ada pembicaraan di dalamnya sama sekali, kemudian dilanjutkan dengan beberapa dialog dengan sedikit selingan tari.

22

Henry Spiller, Topeng Betawi : The Sounds of Bodies Moving, Asian Theatre Journal, vol 16, No 2 (Autumn, 1999), h. 260. ( http://www.jstor.org/stable/1124556 diakses 7 Januari 2014, pukul 01:29)

23

Berdasarkan hasil wawancara dengan bang Andi pelatih tari di Sanggar Tari Setu Babakan, arti Ronggeng adalah seorang primadona dalam pertunjukan teater atau dalam pertunjukan tari.


(44)

Berikut adalah deskripsi tari Ronggeng Blantek yang telah dirumuskan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta selama satu bulan, terhitung dari bulan November sampai Desember tahun 2012.24 Tari Ronggeng Blantek terdiri dari tiga puluh satu gerak yang terbagi dalam empat bagian, kaki, badan, tangan dan kepala.

Susunan Gerak Tari

Bagian Uraian Hitungan

1.Lenggang Rongeh25

Kaki Dimulai dengan posisi kaki kanan menyilang di depan kaki kiri, kemudian melangkah maju dengan lamgkah kaki kiri menyilang di depan kaki kanan dan berjaalan maju dengan posisi kaki tetap merendah dan sedikit diayun

1x8 dilakukan sebanyak 8 kali

Badan Pada saat tangan kiri

digerakkan ke dalam, maka badan digerakkan ke serong samping kiri, dan pada saat melangkah badan menghadap depan.

Tangan Tangan kiri lurus ke samping kiri, lalu diayunkan ke dalam

dengan posis telapak

menghadap luar dan

pergelangan tangan ditekuk, kemudian diayunkan kembali ke posisi samping pada saat kaki berjalan maju.

Kepala Menghadap pergerakan tangan kiri, kemudian menghadap depan sambil mengayunkan kepala (gedek) ke kanan dan ke kiri dengan hadapan tetap ke

24

Bidang Pengkajian dan Pengembangan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Standar Kompetensi Karawitan dan Tari Betawi, Jakarta, Desember 2012, h 1-26.

25

Penamaan setiap gerakan dalam tari Betawi ini dilakukan oleh ibu Wiwiek saat awal mula menciptakan pola dasar gerakan dalam tari Betawi. Saat itu beliau bersama pemerintah daerah mengumpulkan semua seniman tari Betawi, mereka diminta menari dan menunjukkan setiap detail gerakannya, sekaligus memberikan nama untuk setiap gerakan tersebut. Pada saat itu belum ada penyeragaman gerak dari setiap gerakan yang dibawakan oleh para seniman yang memang asalnya dari berbagai wilayah, maka pada saat itu mulai dirumuskanlah gerakan-gerakan dasar atau pakem dasar tari Betawi.


(45)

depan.

2.Ogek Kaki Kedua kaki rapat dengan

telapak membentuk huruf V, dan membuka lutut sehingga posisi kaki menjadi merendah

2x8 (gerakan dilakukan sebanyak 2 kali putaran, dimulai dari lenggang ronggeh sampai ogek) Badan Tegap menghadap ke depan

kemudian menggerakkan

badan (torso) ke kanan dan ke kiri, dan memberikan efek pada bahu ke kanan dan ke kiri.

Tangan Tangan kiri direntangkan ke samping sebatas pinggang, dan tangan kanan memegang selendang di pinggang sebelah

kanan, kemudian

menyampirkan selendang dengan telapak kanan ketika bahu bergerak ke kanan. Kepala Menghadap ke bahu kanan

ketika badan (torso) bergerak ke kanan, begitu pula sebaliknya.

3.Selancar Ngepik atas

Kaki Kaki kanan menyilang di

depan kaki kiri dengan posisi merendah kemudian berjalan maju dan mundur dengan posisi tetap merendah.

Hitungan cepat dilakukan sebanyak 4x8 Badan Tegap dan merendah, sedikit

condong ke depan, dan membusungkan dada

Tangan Kedua tangan direntangkan ke atas dengan posisi berada di depan setinggi atas kepala,

kemudian menggerakan

telapak tangan dengan memutar pergelangan tangan ke arah luar dan dalam secara bergantian

Kepala Menghadap ke arah kaki yang melangkah

4.Selancar Ronggeng

Kaki Posisi kedua kaki merendah

dengan membuka lutut

kemudian melangkah maju

1x8 maju, 1x8 mundu, dilakukan


(46)

empat kali dan mundur empat kali perlahan, dengan menggenjot lutut naik turun secara perlahan

sebanyak 4x8

Badan Tegap dan merendah,

membusungkan dada dengan sedikit condong kedepan Tangan Kedua tangan direntangkan ke

samping, masing-masing sisinya sejajar pinggang,

kemudian menggerakkan

telapak tangan bergantian dimulai dengan telapak tangan

kiri dengan memutar

pergelangan dari jari-jari yang menghadap atas, kemudian menghadap kebawah, begitu pula sebaliknya

Kepala Menghadap ke tangan yang memutarkan pergelangan tangan

5.Pakblang Kaki Dengan posisi merendah kedua

kaki melangkah maju sebanyak empat langkah, kemudian jongkok dengan tumpuan kaki kanan, dan bangun dengan posisi kaki kanan merendah, dan kaki kiri lurus ke samping dengan telapak membuka depan. Kemudian melangkah mundur dengan sedikit meloncat dan merendah, kemudian diakhiri dengan posisi kedua telapak kaki sejajar, membuka lutut dan merendahkan badan.

2x8 setiap satu kali putaran gerak

Badan Tegap menghadap depan,

dengan dada membusung dan sedikit condong ke depan Tangan Dimulai dari tangan kiri

ditekuk ke bahu dan jari telunjuk menyentuh bahu dengan telapak menghadap

bawah, tangan kanan

direntangkan ke sampin kanan sepinggang, lalu bergerak bergantian sebanyak tiga kali. Kemudian pada saat bangun


(47)

dari jongkok tangan kiri lurus ke atas samping kiri dengan telapak menghadap luar, dan tangan kanan ditekukkan ke bahu dengan jari telunjuk menyentuh bahu. Pada saat mundur, tangan bergerak seperti selancar ngepeik atas dan diakhiri dengan posisi tangan kanan lurus ke depan, menggerakkan telapak tangan ke dalam, dan tangan kiri berada di pinggang

Kepala Menghadap ke tangan yang berada di bahu, pada saat

bangun dari jongkok

menghadap ke tangan kiri atas,

dan diakhiri dengan

menghadap ke depan 6.Selancar

Pakblang

Kaki Gerakan kaki sama dengan gerakan selancar pakblang, hanya pada saat akhir gerakan kaki merendah, kemudian sedikit menggenjot lutut, mengikuti gerakan pinggul ke kanan dan ke kiri

2x8 setiap satu gerakan (gerakan dilakukan sebanyak dua putaran mengulang) Badan Sama pada gerakan selancar

pakblang, posisi badan tegap dan merendah. Diakhiri menggerakkan pinggul kekiri sebanyak empat kali

Tangan Sama seperti gerakan selancar pakblang, diakhiri dengan tangan kanan lurus dan menggerakkan telapak tangan dengan memutar pergelangan ke arah dalam, sementara tangan kiri ditekuk ke pinggang dan memegang

selendang kemudian

menyampirkan selendang

dengn telapak tangan

mengikuti goyangan pinggul Kepala Sama seperti gerakan selancar

blonter

7.Ngepak blonter Kaki Dimulai kaki kanan merendah dan kaki kiri berjinjit rendah di samping kaki kanan, dan


(48)

diakhiri dengan posisi kaki kanan dijinjit ke samping kaki kiri, dengan posisi kedua kaki merendah.

Badan Tegap dan merendah, sedikit condong ke depan dengan dada

membusung, kemudian

menggerakkan badan ke kiri dan ke kanan dengan dimulai gerakan ke kanan yang mengakibatkan efek pada bahu

Tangan Pada saat kaki kanan

merendah, kedua tangan disilangkan di samping kanan

bawah dengan telapak

menghadap luar. Kemudian tangan kiri ditekuk ke depan setinggi atas kepala dengan jari-jari menghadap kanan dan telapak menghadap ke depan, dan tangan kanan ditekuk ke pundak dengan jari telunjuk menyentuh bahu dan telapak menghadap bawah.

Kepala Menghadap depan dengan menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri dengan pandangan ke depan mengikuti gerakan badan (torso)

8.Tepak Ngarojeng

Kaki Melangkah ke kanan dengan posisi merendah dengan irama makin lama makin cepat, dan diakhiri dengan posisi kiri merendah dan kaki kanan berjinjit di samping kanan dengan posisi merendah

Gerakan 1x8

Badan Tegap dan merendah dengan membusungkan dada

Tangan Tangan kiri berada di pinggang dengan memegang selendang

sambil menyampirkan

selendang, tangan kanan diluruskan ke samping kanan sejajar dengan pinggang,

kemudian menggerakkan

tangan dengan gerakan ayunan tangan ke luar dan ke dalam. Kemudian kedua tangan


(49)

disilangkan di samping kanan sebatas pinggang, dan diakhiri dengan posisi tangan seperti selancar ngepik atas

Kepala Menghadap ke tangan kanan dan diakhir dengan hadapan ke depan

9.Kepak dua

tangan mundur

Kaki Setelah menbentuk sikap

kemudian melangkah mundur perlahan dengan posisi kanan menyilang berjinjit di belakang kaki kiri yang posisinya merendah, kemudian bergerak dengan sedikit menggenjot naik turun.

Gerakan 2x8

Badan Seteleh membentuk posisi, badan menggerakkan (torso) ke kanan dan ke kiri masing-masing satu kali, dan saat berjalan posisi badan tegap merendah dengan menghadap depan

Tangan Posisi tangan seperti possi selancar ngepik atas, tetapi menggerakkan pergelangan tangan hanya sekali ke arah dalam dan diakhiri dengan telapak meghadap luar dengan jari-jari saling berhadapan ke dalam.

Kepala Pada saat badan bergerak (torso), kepala bergerak mengikuti pergerakan badan ke kanan dan ke kiri. Lalu pada saat kaki kiri melangkah, kepala menunduk dan pada saat kaki kanan melangkah kepala menghadap ke depan

10.Koma Gelong Kaki Kaki kanan merendah,

kemudian kaki kiri diletakkan di belakang kaki kanan dengan posisi berjinjit, lalu memutar dengan poros kaki kiri, kemudian diakhiri dengan posisi kedua kaki merendah dan telapak membentuk huruf V

Gerakan 1x8


(50)

dada membusung

Tangan Tangan kiri berada di samping pinggang dengan posisi telapak menghadap bawah dan jari-jari menghadap depan. Tangan kanan direntangkan lurus sejajar sepinggang sebelah

kanan dengan telapak

menghadap kanan dan jari-jari menghadap atas

Kepala Menghadap ke tangan kanan 11.Goyang Cendol

Ijo

Kaki Posisi kedua kaki sejajar kemudian membuka lutut hingga posisi menjadi merendah dan telapak kaki membentuk huruf V.26

Badan Tegap dan merendah dengan membusungkan dada dan sedikit condong ke depan.

Kemudian menggerakkan

pinggul ke kanan dan ke kiri masing-masing satu kali

Tangan Kedua tangan memegang

selendang masing-masing sisinya sambil memegang selendang di pinggang dan menyampirkan selendang dengan mengepakkan telapak tangan kanan ketika pinggul bergoyang ke kanan, dan ke kiri ketika pinggul bergoyang ke kiri

Kepala Mengayun dan mengikuti gerakan pinggul

12.Koma Gelong Kaki Kaki kanan merendah,

kemudian kaki kiri diletakkan di belakang kaki kanan dengan posisi berjinjit, lalu memutar dengan poros kaki kiri dan kemudian diakhiri dengan posisi kedua kaki merendah dan membentuk huruf V

Gerakan 1x8

Badan Tegap dan merendah dengan dada membusung

26

Pada dasarnya sikap atau posisi siap dalam tari Ronggeng Blantek adalah badan tegap menghadap ke depan, dengan sedikit membusungkan dada, posisi lutut sedikit ditekuk sehingga badan merendah, dan telapak kaki membentuk huruf V. Hasil wawancara langsung dengan ibu Wiwiek Widyastuti , 11 Mei 2014


(51)

Tangan Tangan kiri berada di samping pinggang dengan possi telapak menghadap bawah dan jari-jari menghadap depan. Tangan kanan direntangkan lurus sejajar pinggang sebelah kanan dengan telapak menghadap kanan dan jari-jari menghadap atas

Kepala Menghadap ke tangan kanan 13.Kewer kanan Kaki Posisi kedua kaki sejajar

kemudian membuka lutut hingga posisi menjadi merendah dan telapak kaki membentuk huruf V

Gerakan 1x8

Badan Tegap dan merendah dengan membusungkan dada dan sedikit condong ke depan Tangan Kedua tangan direntangkan ke

samping masing-masing

sisinya sejajar dengan pinggang, kemudian tangan kiri digerakkan ke atas sehingga posisi akhirnya ditekuk ke bahu dengan jari telunjuk menyentuh bahu, sementara tangan kanan tetap ke samping, begitu pula sebaliknya.

Kepala Menghadap ke tangan yang berada di bahu

14.Koma Gleong Kaki Kaki kanan merendah,

kemudian kaki kiri diletakkan di belakang kaki kanan dengan posisi berjinit, lalu memutar dengan poros kaki kiri dan kemudian diakhiri dengan posisi kedua kaki merendah dan membentuk huruf V

Badan Tegap dan merendah dengan dada membusung

Tangan Tangan kiri berada di samping pinggang dengan possi telapak menghadap bawah dan jari-jari menghadap depan. Tangan kanan direntangkan lurus sejajar pinggang sebelah kanan dengan telapak menghadap


(1)

sadja persaingan memekaken Tjio Kek ada begitoe heibat, djoega roemah-roemah

plesiran oentoek mendengerken “orkest gambang” orang bikin besar dan bagoes.

Oey Tamba Sia bikin gedong di Antjol dengen nama “Bintang Mas” dengen dikoeliling oleh emang sepoeternja. Sajang ini gedong soeda roeboeh, tapi

empang “Bintang Mas” sampe sekarang orang masih kenal. Majoor Tan dan

luitenant Oey, jang mendjadi saingan dari Oey Tamba Sia, tida maoe kalah boeat bersaing. Di Kampoen Baroe, Djakarta, ada satoe perceel jang loeas, dimana ada

berdiri satoe gedong besar. Orang sekarang namai itoe perceel “Kebon Majoor”.

Di sitoelah adanja roemah plesir majoor Tan di djeman doe loe oentoek

mendegeri iapoenja “Bouw Tan Hoa” menjanji dan pertoendjoeki actienja.

Luitenant Oey tida maoe kalah dalem persaingan. Boeat mengasi liat pada oemoem, bahoea ia poen sampe hartawan, ia beli satoe tanah particulier tida brapa djaoe dari kota Djakarta, di atas tanah mana ia telah berdiriken satoe gedong besar, gedong mana ada ditinggali oleh Tjio Keknja jang bernama Kim Hoa. Boeat menjenangken hantinja Kim Hoa, luitenan Oey ada sediaken satoe kreta koets (kreta koeroeng) dengen ampat ekor koe da. Kaloe Kim Hoa keisengan serta baba kapitannja tida ada, ia boleh pake itoe kreta dengan ditarik oleh ampat ekor koeda dateng di kota Djakarta. Dari sebab Kim Hoa ada satoe gadis Indonesia jang terlahir dan mendjadi besar di satoe desa jang letaknja deket dengen kali Tjisedane, ia terkenal sebagi satoe an tara wanita-wanita Indonesia jang pande bernang. Boeat kasi liat kepandeannja, luitenant Oey tida sajang keloarken oewang banjak, satoe zwembad telah dibikin dari batoe jang dikasi dateng dari Tiongkok dan dikerdjaken oleh toekang-toekang bangsa Tionghoa.

Kromong, kempoel, gendang dan gong mendjadi alat dari “orkest gambang”. Waktoe anak-anak dari Khouw Kap, Lie Kap, Souw Kap serta Tan Wangwee moelai djadi besar, marika mengarti, membikn roeman plesiran tjaranja Oey Tamba Sia, majoor Tan dan luitenant Oey boekan sedikit ongkosnja. Marika ada mempoenjai pikiran gotong-rojong dan laloe berdami, soepaja di kota, Pasar

Baroe, Pasar Senen dan Tanah Abang berdiriken satoe “soehian” oentoe plesir

serta mendenger gambang dan soearanja Tjio Kek. Plesiran itoe dilakoeken tiap-tiap hari Minggoe dan hari-hari besar dengen bergiliran. Bek Teng Tjoe, wijkmeester Tionghoa di Pasar Senen (sajang orang tida inget shehnja) telah kasi denger di soehiannja Tan Wangwe iapeonja kepandean maenken gambang dengen di-iring kromong, kempoel, gendang dan gong. Pertjobahan wijkmeester Teng Tjoe telah berhasil. Lagoe-lagoe gambang ditaboeh dengen tambahan alat terseboet di atas membikin tambah goembira Tjio Kek dan pendenger-pendenger nja. Dan moelai itoe waktoe lagoe-lagoe Soenda banjak dipake oleh orkest gambang. Djoega orang moelai brani pegang slendang boeat tjoba mengibing. Sedari itoe waktoe masjarakat Tionghoa kenal orkest gam bang kromong (+ 1880). Selaennja di waktoe orang pesta mengawinken atawa shedjit, gambang kromong nja Bek Teng Tjoe poen dipanggil boeat merajaken Taon Baroe Tionghoa sampe Tjap Go Meh, sebab dari orang hartawan sampe para orang miskin, kaloe marika tida panggil gambang kromongnja Bek Teng Tjoe, marika tida merasa telah samboet harian Taon Baroe dan telah merajaken pesta Goan Siauw..Selagi nama nja Bek Teng Tjoe begitoe kesohor, Bek Nam Ho dari Tanah Tinggi telah kasi denger iapoenja kepandean taboeh mangkok sajoer boeatan


(2)

Tiongkok, jang dikasi aer di dalemnja boeat diakoeri soeranja pada Soe kong dan Kongngahian. Bek Nam Ho peonja pendapetan poen dapet samboetan anget dari bebrapa baba sia jang soeka plesir dengen gambang, tjoema gambang mangkok tida bisa dimaenken di moeka oemoem, sebab terlaloe soesah oentoek menjetemnja, dan djarang ada orang yang mempoenjai koeping begitoe te rang seperti Bek Nam Ho. Bek Tjoe Kong Koen dari Kampoeng Kwitang, meliat colleganja mendapet nama begitoe tinggi dalem kesenian gambang, laloe beli piano. Ini piano ia goenaken boeat beladjar sampe baek. Sesoedanja bisa maenken piano, ia tjoba akoerin soearanja dengen gambang, dari mana laloe tertjipta gambang-piano. Seperti djoega gambang kromong jang ditjiptaken oleh Bek Teng Tjoe, gambang piano nja Bek Tjoe Kong Koen sanget populair dalem kota Djakarta (+ 1900)

Lantaran terlaloe banjak soehian, kesenian gambang moendoer.

Bertambah banjaknja soehian dalem kota Djakarta membikin orang takoet peladjarken permaenan gam bang. Njonja-njonja roemah jang sopan tida kasi anak-anaknja toeroet maen gambang, kerna di djeman blakangan

pemoeda-pemoeda jang bisa maen gambang mendjadi “setan soehian” dengen kebanjakan

mempoenjai tabeat taoe-taoe maloe. Toekang-toekang gambang liar sangat terpake oleh pendiri-pendiri soehian, boekan sadja kerna marika bisa maenken lagoe-lagoe “Gelatik ngoengoek” dan “Onde-onde” jang sangat digemarken oleh pemoeda-pemoeda jang soeka mabok-mabokan di soehian, hanja djoega sebab marika bisa membawa prampoean-prampoean tjantik dari kampoeng dan desanja. Moelai itoe waktoe orang tida kenal lagi Koan Wajang, sebab itoe Tjio Kek-Tjio

Kek boekan speciaal ditjari oleh “baba-baba”, tapi marika dateng sendiri

boeat….mentjari oentoeng. toapekong Song Kang, Tjio Kek-Tjio Kek blakangan tida kenal sama sekali.

Ngo Hong Lauw diberdiriken.

Dalem taon 1913 toean-toean Boe Gie Hong, Tan Tjoen Hong alias Endong, Lim Tjio San alias Serang, Tan Jan Tji serta bebrapa orang lagi, semoeanja achli pemaen gambang setjara doeloe, dateng pada toean Khoe Siauw Eng, jang di itoe waktoe ada mendjadi secretaris dari Chineesche Raad (Kongkoan). Marika menerangken, lantaran adanja toeakng-toekang gambang liar, kesenian Peranakan Tionghoa aseli, jaitoe permaenan gambang dengan noot, soeda ampir mati. Kerna toekang-toekang gambang itoe telah meroe sak lagoe-lagoe dengen maenken itoe setjara sembarangan oentoek orang-orang moeda mengibing sambil mabok-mabokan jang merendahken deradjat. Tentoe sadja hal ini membikin orang jang tida mengarti kese nian gambang, jang sebetoelnja sanget haloes dan tinggi, djadi anggep, semoea orang jang soeka maen gambang ada orang-orang jang moraalnja rendah. Toean Khoe Siauw Eng memang mengarti kesenian gambang dan ia njataken soeka trima diangkat mendjadi ketoea dari perkoempoelan Ngo Hong Lauw, jang itoe waktoe clubgebouwnja berada di Gang Torong. Oleh kerna toean Khoe Siauw Eng sanget populair dalem masjarakat Tionghoa, dalem sedikit waktoe sadja Ngo Hong Lauw soeda mempoenjai anggota boe kan sedikit. Dari sebab clubgebouwnja di Gang Torong ada terlaloe ketjil, toean Khoe telah menjewa satoe gedong di Gang Boeroeng. Di sini saban hari Minggoe atawa hari


(3)

besar, orang bisa liat orang-orang ber pangkat, hartawan dan orang orang dagang bangsa Tionghoa berkoempoel boeat mendengerken lagoe-lagoe doeloe dari gambang kromong. Maskipoen Ngo Hong Lauw ada mempoenjai anggota banjak, boeat ongkos hidoep itoe pemaen-pemaen gambang, marik di-idjinken trima panggilan dari publiek Tionghoa jang hendak bikin pesta mengawinken atawa shedjit. Waktoe toean Khoe Siauw Eng meninggal doenia, tida ada satoe offcier Tionghoa jang soeka gantiken djabatannja di Ngo Hong Lauw, lantaran mana tenaga keoewangan perkoempoelan ini semingin serat. Menoeroet keterangan toean Nio Djit Seng, pemimpin seka rang dari Ngo Houw Lauw, dalem djeman pendoedoekan Djepang Ngo Hong Lauw telah dapetken crisis be sar. Beroentoeng dengen ketegoehan hatinja toean-toean Tan Liauw Lioe dan Nio Djit Seng, Ngo Hong Lauw masiah bisa kasi denger pada oemoem kesenian Peranakan Tionghoa dari ratoesan taon blakangan ini. Kedoea toean-toean itoe sanget menjesel, Peranakan Tionghoa jang mengarti hoeroef Tionghoa tida hargai kesenian ini, jang kalangannja sekarang amat terwates, jaitoe kota Djakarta, sepoeternja Tangeran dan sepoeternja Bekasi. Kaloe di Semarang ada djoega Gambang Semarang, itoe asalnja tjangkokan dari orang-orang Djakarta. Apa jang di

Djakarta dinamaken “Lagoe Kramat Karem” di Semarang diseboet “la goe Eng -ong (Iseng-iseng)”. Seperti di Tiongkok poenja lagoe “Soemia” kita di Djakarta

namaken “Lagoe Dajoen Sampan”!


(4)

DAFTAR GAMBAR

Penari Ronggeng Blantek bersama koreografer ibu Wiwiek Widiyastuti1 :

Penulis bersama beberapa penari Betawi dengan koreografer tari Ronggeng Blantek2 :

1

Foto pribadi diambil saat acara penutupan Pelatihan Seni Tari Betawi Tingkat Dasar Bagi Pelaku di Balai Latihan Kesenian Jakarta Timur. Pelatihan seni seperti ini merupakan agenda tahunan Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, dengan tujuan mengenalkan ragam dasar tari Betawi kepada generasi muda, serta mengasah kemampuan para penari muda dimasing-masing sanggar yang ada diseluruh walikota administratif provinsi DKI Jakarta.

2

Foto penulis bersama beberapa penari tari Betawi, yang berwarna hijau menarikan tari Ngarojeng, yang berwarna merah muda adalah penari Ronggeng Blantek.


(5)

Penulis bersama Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Bang Indra Sutisna3 :

Penulis bersama seniman Betawi di Sanggar Seni Betawi Setu Babakan Bang Andi4 :

Penulis bersama dR Sibroh Malisi di sekretariat Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan5 :

3

Indra Sutisna beliau salah satu pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

4

Bang Andi pria kelahiran Bogor 19 September 1960 dengan nama Andi Supardi. Beliau selaku seniman Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Beliau biasa mengajar tari dan gambang kromong di sanggar seni Setu Babakan setiap rabu jam 4 sore dan minggu jam 9 pagi.

5

dR H Sibroh Malisi, seorang keturunan Betawi asli yang menjadi salah satu pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, beliau bertindak sebagai Kepala Pemasaran dan Kesenian.


(6)

Bang Yahya Andi Saputra6 :

Bang Gumin Has S.Pd7 :

6

Yahya Andi Saputra biasa dipanggil Bang Yahya, beliau adalah budayawan Betawi yang berkantor di Lembaga Kebudayaan Betawi di Gedung Nyi Ageng Serang, Kuningan Jakarta Selatan. Beliau juga seorang aktivis Badan Pemberdayaan Budaya Betawi. Lahir di Jakarta 5 Desember 1961.

7

Tokoh agama Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, beliau juga pengurus Masjid Raya Baitul Makmur, masjid dengan gaya arsitektur Betawi yang terletak di RW 07, Kelurahan Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan.