PENGARUH PERSEPSI TENTANG KARIR PEKERJAAN DI INDUSTRI DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KOTA BANDUNG (2009).

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

MOTTO ... ii

ABSTRAK ... iii

PERNYATAAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 12

E. Asumsi ... 12

F. Hipotesis Penelitian ... 13

G. Metoda Penelitian ... 13

H. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Persepsi Tentang Kariri Pekerjaan di Industri ... 15


(2)

B. Konsep Motivasi Belajar ... 23

C. Konsep Praktik Kerja Industri ... 36

D. Sekolah Menengah Kejuruan ... 44

E. Kerangka Berfikir ... 47

F. Hasil Penelitian Terdahulu ... 49

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 54

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 55

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 55

D. Instrumen Penelitian ... 58

E. Teknik Analisis Data dan Hipotesis Statistik ... 63

F. Sampel Penelitian ... 69

G. Pengumpulan Data ... 69

H. Produr Penelitian dan Teknik Pengolahan Data ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 78

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 108

B. Rekomendasi ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 113


(3)

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan program pendidikan formal yang diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab VI Jalur, Jenjang, dan Jenis Pendidikan, Bagian Ketiga, bahwa bentuk pendidikan menengah adalah sekolah menengah atas (SMA), madrasah aliyah(MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam undang-undang tersebut merupakan salah satu bentuk pendidikan formal setingkat pendidikan menengah.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 26 ayat (3) Standar Kompetensi Lulusan pada satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya, dengan karakteristik pendidikan kejuruan sebagai berikut :

1. Mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu;

2. Didasarkan kebutuhan dunia kerja “Demand-Market-Driven”; 3. Penguasaan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja;

4. Kesuksesan siswa pada “Hands-On” atau performa di dunia kerja; 5. Hubungan erat dengan dunia kerja merupakan kunci sukses pendidikan

kejuruan;

6. Responsif dan antisipatif terhadap kemajuan Teknologi 7. Learning By Doing dan Hands On Experience;

8. Membutuhkan fasilitas mutakhir untuk praktik;

9. Memerlukan biaya investasi dan operasional yang lebih besar dari pendidikan umum. (Depdiknas, 2009; 6)


(5)

2 Hal ini sesuai dengan pendapat Kongres Amerika pada tahun 1976 menyatakan, bahwa pendidikan kejuruan didefinisikan organisasi program bidang pendidikan yang secara langsung dihubungkan dengan persiapan individu sebelum dan setelah memasuki dunia kerja, atau persiapan melanjutkan keperguruan tinggi untuk mengisi pekerjaan yang memerlukan pekerja setingkat sarjana muda atau yang derajat.

Organizes educational program which are directly related to the preparation of individuals for pain and unpain employment, or for addtional preparation for carrier requiring other than a baccalaureate or advanced degree. (Calfrey, 1976; 2)

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional Nomor 251/C/KEP/MN/2008 Tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan bahwa pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) terdapat enam Bidang Studi Keahlian, yaitu : (1) Teknologi dan Rekayasa, (2) Teknologoi Informasi dan Telekomunikasi, (3) Kesehatan, (4) Seni, Kerajinan dan Pariwisata, (5) Agrobisnis dan Agro Teknologi, (6) Bisnis dan Manajemen yang terbagi dalam delapan belas program studi keahlian dan seratus duapuluh satu kompetensi keahlian dengan masa pendidikan adalah 3 (tiga) atau dapat diperpanjang sampai 4 (empat) tahun setelah pendidikan dasar.

Peran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dalam tatanan Sistem Pendidikan Nasinoal di Indonesia abad ke 21 menurut Wowo (2006; 89) dapat dilihat dari aspek-aspek berikut :


(6)

3 a. Aspek filosofis, landasan filosofis yang dijadikan acuan adalah demokratis, pragmatis dan humanis, ini berarti, kurikulum SMK dirancang untuk mengembangkan nilai-nilai demokratis. Implikasinya, peserta didik diberi kebebasan unutk berkembang sesuai dengan minat, dan kebutuhannya, serta diberikan peluang untuk mengembangkan nilai-nilai demokratis pada dirinya.

b. Aspek ekonomis, aspek ekonomi yang menekankan pada efisiensi dan investasi merupakan dasar penyelenggaraan pendidikan kejuruan, artinya pendidikan kejuruan dijalankan atas dasar prinsip-prinsip efisiensi , baik internal maupun eksternal, juga dijalankan atas dasar investasi (human capital) sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin produktif.

c. Aspek psikologis, bahwa pendidikan kejuruan melandaskan diri panda kenyataan bahwa manusia itu memiliki perbedaan dalam dimensi-dimensi fisik, intelektual, emosional, dan spiritual.

Sedangkan menurut Lauglo dan Maclean (2005; 1) bahwa peran penting pendidikan kejuruan dalam mencetak tenaga kerja meiliki peran yang sangat strategis yang akan mengisi kebutuhan tenaga kerja di dunia usaha dan dunia industri.

as an important part of education for the world of work, technical and vocational education and training (TVET) has been identified by UNESCO member States as priority area within UNESCO's range of programme activities, this is expected since there is overwhelming evidence to demonstrate that TVET can play an essential role in promoting sustainable human development and economic growth, with clear benefit for individuals, their families, local communities and societies in general

.

Bahwa sebagai suatu bagian penting dari pendidikan bagi dunia kerja, pendidikan dan pelatihan teknik dan kejuruan (TVET) atau di Indonesia dikenal dengan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sudah dikenali oleh negara-negara anggota

UNESCO sebagai bagian prioritas program yang akan dilakukan oleh UNESCO,

hal ini dilakukan karena banyak keuntungan-keuntungan yang ditunjukkan bahwa

TVET yang dapat memainkan peran sangat penting dalam pengembangan


(7)

4 bangsa, dengan menambah penghasilan tiap individu, keluarga, masyarakat disebuah negara pada umumnya.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan program pendidikan formal strategis untuk menyediakan tenaga kerja tingkat menengah, pendidikan kejuruan dibentuk oleh ideologi kerja, salah satu tujuannya adalah menyiapkan individu agar produktif (Miller, 1985; 91), sedangkan secara spesifik pendidikan kejuran bertujuan untuk :

1. Menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya (Permendiknas No. 23 Tahun 2006);

2. Membangun manusia yang produktif, agar dapat menghidupi diri, masyarakat dan bangsanya. (Dedi Supriadi, 2002;17);

3. Diarahkan untuk mempelajari bidang khusus, agar para lulusan memiliki keahlian tertentu seperti bisnis, fabrikasi, pertanian, kerumahtanggaan, otomotif, telekomunikasi, listrik, bangunan dan sebagainya (Snedden, 1917:8); 4. Diselenggarakan bagi para siswa yang merencanakan dan mengembangkan

karirnya pada bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif.

Usaha-usaha yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan kejuruan (SMK) seperti tersebut di atas disamping melalui perluasan akses sekolah kejuruan yang tertuang dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009 pada Bab 5 Tentang Kebijakan Pokok Pembangunan Pendidikan Nasional bahwa pemerataan dan perluasan akses terhadap pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan lokal.


(8)

5 Perluasan SMK ini dilaksanakan melalui penambahan program pendidikan kejuruan yang lebih fleksibel sesuai dengan tuntutan pasar kerja yang berkembang, juga ditempuh melalui penerbitan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, pada Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 Tanggal 23 Mei 2007 Mengenai Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Dasar Pendidikan Dasar dan Menengah, dalam Bagian B Poin 10 Tentang Peranserta Masyarakat dan Kemitraan Sekolah/Madrasah menyatakan bahwa setiap sekolah harus menjalin kemitraan dengan lembaga lain dengan tujuan untuk meningkatkan mutu lulusannya, serta Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006 Standar Isi, pada Bab II Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Pendidikan Kejuruan bahwa Pendidikan SMK/MAK diselenggarakan dalam bentuk sistem ganda meliputi kegiatan pembelajaran tatap muka, praktik di sekolah dan kegiatan kerja praktik di dunia usaha/industri.

Salah satu bentuk kemitraan yang dilakukan oleh Sekolah Menengah Kejuruan dengan dunia kerja dan implementasi pendidikan sistem ganda adalah melalui program pembelajaran yang dilaksanakan di dunia kerja dengan tujuan: 1. Pemenuhan kompetensi sesuai tuntutan kurikulum

2. Implementasi kompetensi ke dalam dunia kerja 3. Penumbuhan etos kerja/pengalaman kerja. (Dir. Pembinaan SMK, 2008; 2)


(9)

6 Praktik Kerja Industri yang disingkat dengan “prakerin” merupakan bagian dari program pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh setiap peserta didik di dunia kerja. Program praktik kerja industri pada implementasinya disusun bersama antara sekolah dan dunia kerja dalam rangka memenuhi kebutuhan peserta didik dan sebagai kontribusi dunia kerja terhadap pengembangan program pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dengan praktik kerja industri peserta didik dapat menguasai sepenuhnya aspek-aspek kompetensi yang dituntut kurikulum, dan di samping itu mengenal lebih dini dunia kerja yang menjadi dunianya kelak setelah menamatkan pendidikannya melalui langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh sekolah dalam penyelenggaan praktik kerja industri adalah sebagai berikut:

1. Analisis pencapaian kompetensi hasil pembelajaran di sekolah 2. Pemetaan dunia kerja

3. Menyusun program praktik kerja industri 4. Tahapan implementasi

5. Evaluasi program dan tindak lanjut

Sebagai langkah awal pelaksanaan program praktik kerja industri sekolah melakukan analisis kompetensi hasil belajar di sekolah, kegiatan ini dilakukan untuk menganalisis standar kompetensi mata pelajaran kompetensi kejuruan yang didasarkan kepada fasilitas pembelajaran yang dibutuhkan. Dengan langkah ini akan dapat diketahui apakah keseluruhan fasilitas sudah tersedia di sekolah atau tidak serta inventarisasi kemampuan-kemampuan yang dapat dibelajarkan di


(10)

7 sekolah, maka akan terlihat dengan jelas kemampuan apa saja yang harus dibelajarkan kepada peserta didik melalui praktik kerja industri.

Data-data tersebut digunakan sebagai bahan untuk menyusun jurnal kerja yang akan dibawa peserta didik pada saat praktik kerja industri, pada kenyataannya jurnal yang diterbitkan di sekolah hanya memuat kemampuan-kemampuan yang telah diperoleh melalui pembelajaran disekolah saja tanpa mencantumkan kemampuan-kemampuan yang harus dibelajarkan di industri, sehinga pada pelaksanaan praktik kerja industri terjadi perbedaan perlakuan siswa peserta praktik kerja industri antara industri yang satu dengan lainnya dalam mengarahkan siswa mengikuti kegiatan praktik kerja industri terutama pada pemberian tugas-tugas pekerjaan yang seringkali tidak sesuai dengan kompetensi keahlian siswa bersangkutan, kenyataan ini ditambah pula dengan industri sebagai tempat praktik kerja industri siswa yang tidak sesuai dengan kompetensi keahlian siswa bersangkutan, hal ini terjadi karena industri yang dijadikan tempat praktik kerja industri siswa di cari dan dipilih langsung oleh siswa, sehingga kesesuaian lingkup pekerjaan di industri yang dipilih kadangkala tidak sesuai dengan kompetensi keahlian siswa.

Salah satu bagian yang tidak kalah pentingnya terhadap keberhasilan tahapan implementasi praktik kerja di industri disamping pemenuhan terhadap langkah-langkah yang dilakukan pada penyelenggaraan praktik kerja industri adalah persepsi tentang karir pekerjaan di industri dan motivasi belajar siswa.

Persepsi diartikan sebagai suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan


(11)

8 sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi), persepsi dalam psikologi diartikan sebagai salah satu perangkat psikologis yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan memaknakan sesuatu objek yang ada di lingkungannya, sehingga apabila siswa telah memiliki persepsi positif terhadap karir pekerjaan di industri yang akan ditempatinya setelah mereka bekerja nanti, selanjutnya akan mereka lihat dan mereka tempati pada saat mengikuti kegiatan praktik kerja industri maka akan mendorong siswa bersungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan praktik kerja di industri yang pada akhirnya akan ikut menentukan keberhasilan pelaksanaanya, pada kenyataannya program sekolah belum memberikan ruang yang luas kepada siswa untuk mendapatkan informasi yang akan membentuk persepsi terhadap karir pekerjaan di industri sesuai dengan kompetensi keahliannya, hal ini terlihat dari belum terintegrasikannya program bimbingan karir kejuruan kedalam program layanan bimbingan dan konseling.

Kegiatan pembelajaran praktik kejuruan yang merupakan bagian penting dari sekolah menengah kejuruan belum banyak mengaitkan kegiatan pembelajaran praktik yang dilaksanakan di sekolah dengan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan di industri, serta program pembekalan kegiatan praktik kerja industri yang dilakukan oleh sekolah sebelum melepas siswa mengikuti program praktik kerja industri hanya memberiakan informasi umum tentang tata tertib, program praktik kerja industri yang berhubungan dengan pekerjaa-pekerjaan yang harus dilakukan sebagai pemenuhan standar kompetensi yang diamanatkan oleh silabus sekolah, serta persiapan mental dan fisik tanpa membekali siswa dengan pengetahuan


(12)

9 tentang struktur karir yang ada di industri, jenis-jenis jabatan yang akan mereka masuki pada saat siswa berada di industri serta lingkup pekerjaan yang akan mereka lakukan di industri tempat praktik kerja, kenyataan ini mengakibatkan siwa pada saat berada di industri tidak mengetahui sesungguhnya struktur jabatan apa yang sedang mereka tempati, sehingga siswa tidak memiliki inisiatif pekerjaan yang dilakukan tetapi hanya mengunggu instruksi dan tugas yang sering tidak seharusnya dikerjakan yang pada akhirnya setelah siswa menyelesaikan parktik kerja industri tidak memiliki penambahan kemampuan sebagai tujuan pelaksanaan praktik kerja industri.

Motivasi belajar juga dapat mempengaruhi keberhasilan praktik kerja industri karena pada hakekatnya praktik kerja industri adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran di sekolah hal ini sesuai dengan pendapat Uno (2006; 23) bahwa motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal ini mempunyai peran besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar.

Mengingat bahwa pada pelaksanaan praktik kerja industri siswa melakukan pembelajaran diluar lingkungan sekolah, maka peran pembimbingan dan pengawasan menjadi faktor eksternal yang memiliki peran penting untuk memberikan motivasi terhadap pelaksanaannya menjadi sangat besar, tetapi pada kenyataannya fihak sekolah dan industri kurang memberikan pengawasan dan pembimbingan kepada siswa pada saat melaksanakan praktik kerja industri,


(13)

10 dimana sekolah hanya melakukan kegiatan monitoring sebanyak tiga kali selama pelaksanaan praktik kerja industri terhadap kehadiran saja dengan tidak melakukan pembimbingan terhadap siswa, hal ini terlihat pula pada proses pembimbingan, sekolah tidak menunjuk pembimbing praktik kerja industri untuk setiap siswa serta beberapa industri yang tidak menunjuk secara khusus pembimbing siswa dalam melaksanakan praktik kerja di industri, sehingga siswa kadangkala malas dan tidak mengukuti kegiatan praktik kerja industri sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditetapkan serta terkesan hanya pemenuhan waktu praktik kerja industri saja, sehingga implementasi kompetensi yang telah dikuasai dalam kegiatan belajar di sekolah ke dalam dunia kerja tempat praktik kerja industri serta penumbuhan etos kerja sebagai tujuan praktik kerja industri tidak dapat dicapai.

Melihat dari berbagai permasalahan yang terjadi pada tahapan implementasi praktik kerja industri siswa seperti tersebut di atas, maka persepsi tentang karir pekerjaan di industri dan motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaannya, untuk mengetahui seberapa besar persepsi siswa tentang karir pekerjaan di industri serta motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap keberhasilan praktik kerja industri dilakukan penelitian “Pengaruh Persepsi Tentang Karir Pekerjaan di Industri dan Motivasi Belajar Terhadap Pelaksanaan Praktik Kerja Industri Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Kota Bandung”.


(14)

11 B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan pemetaan faktor-faktor, atau variabel-variabel yang terkait dengan fokus-fokus masalah (Nana Syaodih, 2009; 275), dimana perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah persepsi siswa tetang karir pekerjaan di industri berpengaruh terhadap pelaksanaan praktik kerja industri ?

2. Apakah motivasi belajar siswa berpengaruh terhadap pelaksanaan praktik kerja industri ?

3. Apakah persepsi siswa tetang karir pekerjaan di industri dan motivasi belajar siswa berpengaruh secara bersama-sama terhadap pelaksanaan praktik kerja industri ?

4. Apakah persepsi siswa tetang karir pekerjaan di industri berhubungan dengan motivasi belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk dapat menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilaksanakan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa tentang karir pekerjaan di industri terhadap keberhasilan pelaksanaan praktik kerja industri.

2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa terhadap keberhasilan pelaksanaan praktik industri.

3. Untuk mengetahui apakah persepsi siswa tetang karir pekerjaan di industri serta motivasi belajar siswa berpengaruh secara simultan terhadap pelaksanaan praktik kerja industri


(15)

12 4. Untuk mengetahui hubungan persepsi siswa tetang karir pekerjaan di industri

dan motivasi belajar siswa.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam pelaksanaan penelitian ini diantaranya adalah:

1. Bagi sekolah, sebagai bahan masukan kepada satuan pendidikan yang membuka Bidang Studi Teknologi dan Rekayasa, Program Studi Teknik Pemesinan, Kompetensi Keahlian Teknik Pengelasan dalam penyusunan program prakatik kerja industri hendaknya memperhatikan persepsi siswa terhadap karir pekerjaan di industri dan motivasi belajarnya.

2. Bagi guru mata pelajaran kompetensi kejuruan, agar selalu mendorong siswa untuk lebih memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan kegiatan pembelajaran serta dengan mengaitkan kegiatan pembelajaran praktik kejuruan dan pekerjaan-pekerjaan di industri.

3. Bagi guru Bimbingan dan Konseling (BK), memberikan masukan bahwa pada waktu menyusun program dan mengimplementasikannya dengan memberikan penambahan wawasan siswa terhadap karir pekerjaan di industri sesuai dengan kompetensi keahliannya.

E. Asumsi

Asumsi-asumsi yang merupakan titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Asumsi-asumsi ini diperlukan untuk memperkuat


(16)

13 permasalahan, membantu peneliti dalam menjelaskan penetapan objek penelitian, wilayah pengambilan data dan instrumen pengumpul data (Riduan, 2008).

Asumsi-asumsi dirumuskan sebagai landasan bagi hipotesis pada penelitan ini adalah bahwa keberhasilan pelaksanaan praktik kerja industri sebagai program sekolah yang wajib diikuti oleh siswa SMK dipengaruhi oleh persepsi tentang karir pekerjaan di industri dan motivasi belajarnya pada mata pelajaran kompetensi kejuruan.

F. Hipotesis Penelitian

Mengingat permasalahan penelitian yang bersifat asosiatif simetris, maka hipotesisi penelitian dapat dirumuskan sebagi berikut :

1. Terdapat pengaruh antara persepsi siswa tentang karir pekerjaan di industri terhadap pelaksanaan paraktik kerja industri.

2. Terdapat pengaruh antara motivasi belajar siswa pada mata pelajaran kompetensi kejuruan terhadap pelaksanaan praktik kerja industri.

3. Terdapat pengaruh antara persepsi siswa tentang karir pekerjaan di industri dan motivasi belajar siswa secara bersama-sama terhadap pelaksanaan praktik kerja industri.

4. Terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang karir pekerjaan di industri dengan motivasi belajar siswa.

G. Metoda Penelitian

Metoda penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional, karena ingin mengetahui tingkat hubungan antara persepsi tentang karir pekerjaan di


(17)

14 industri dan motivasi belajar terhadap pelaksanaan praktik kerja industri, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, dimana menurut Nana Syaodih (2009; 56) bahwa penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel lain, dimana hubungan antara satu dengan beberapa variabel lainnya dinyatakan dengan besaran koefisien korelasi dan keberartian (signifikasi) secara statistik.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Kota Bandung dengan populasi siswa kelas XII Bidang Studi Keahlian Teknologi dan Rekayasa, Program Studi Keahlian Teknik Mesin, Kompetensi Keahlian Teknik Pengelasan yang telah melaksanakan paktik kerja industri, sedangkan teknik pengambilan sampel adalah sampling purposif dengan jumlah 34 siswa.


(18)

54 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh persepsi siswa tentang karir pekerjaan di industri dan motivasi belajar siswa terhadap keberhasilan pelaksanaan paraktik kerja industri ini adalah penelitian deskriptif analisis menggunakan teknik penelitian korelasional, penekanan pada penelitian korelasional memperkirakan hubungan antara dua atau lebih variabel. Jenis penelitian ini biasanya meliputi pengukuran statistik dari derajat hubungan, disebut korelasi karena merupakan pernyataan hubungan tentang derajat keterkaitan antara variabel, menurut Nana Syaodih (2009; 56) penelitian korelasional adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel lain. Dimana hubungan antara satu dengan beberapa variabel lainnya dinyatakan dengan besaran koefisien korelasi dan keberartian

(signifikasi) secara statistik.

Desain penelitian ini dipilih karena akan memperkirakan hubungan antara variabel persepsi tentang karir pekerjaan di industri dan motivasi belajar siswa terhadap pelaksanaan praktik kerja industri dengan pengukuran statistik, dimana hubungan variabel dinyatakan dengan koefisien korelasi dan keberartian


(19)

55 B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK Kota Bandung pada bulan April sampai dengan bulan Juni tahun 2010 terhadap siswa Bidang Studi Keahlian Teknologi dan Rekayasa, Program Studi Keahlian Teknik Mesin, Kompetensi Keahlian Teknik Pengelasan kelas XI yang telah melaksanakan praktik kerja industri pada tahun pelajaran 2009-2010.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Pada bagian ini dibahas tentang variabel-variabel penelitian dan definisi operasianoal dari variabel-variabel tersebut

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel utama, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen yaitu variabel penyebab atau diduga memberikan suatu pengaruh terhadap peristiwa lain yang diberi notasi X terdiri dari dua yaitu X1 dan X2, sedangkan varibel dependen yaitu

variabel respons yang diberi notasi Y terdiri dari satu variabel.

a. Variabel X1 = Persepsi siswa tentang karir pekerjaan di industri

Variabel X2 = Motivasi belajar siswa

b. Variabel Y = Pelaksanaan praktik kerja industri 2. Definisi konsep

a. Persepsi siswa terhadap karir pekerjaan di industri diartikan sebagai suatu aktivitas mental siswa dalam proses pengorganisasian dan penerjemahan kesan-kesan, penilaian, dan pendapat dalam merasakan serta


(20)

56 menginterpretasikan karir pekerjaan di industri bidang pengelasan berdasarkan informasi tentang karir pekerjaan bidang pengelasan.

b. Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruan.

c. Praktik kerja industri adalah merupakan satu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan dengan memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan sekolah dan program belajar melalui bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan, terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu, sebagai wujud nyata dari pelaksanaan sistim pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu Pendidikan Sistim Ganda (PSG) dan pendidikan berbasis kerja

(work-based learning)

3. Definisi operasional

Definisi operasional diperlukan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian serta memberikan petunjuk bagaimana variabel-variabel itu akan diukur

a. Persepsi siswa terhadap karir pekerjaan di industri yang diartikan sebagai suatu aktivitas mental siswa dalam proses pengorganisasian dan penerjemahan kesan-kesan, penilaian, dan pendapat dalam merasakan serta


(21)

57 menginterpretasikan karir pekerjaan di industri bidang pengelasan berdasarkan informasi tentang karir pekerjaan bidang pengelasan yang dapat diukur dengan pentingnya informasi karir pekerjaan di industri, persepsi terhadap level jabatan di industri, persepsi terhadap unit kompetensi dalam level jabatan di industri, persepsi terhadap pekerjaan-pekerjaan di industri, dan keinginan untuk bekerja di industri pengelasan.

b. Motivasi belajar yang diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, didorong oleh keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dari dalam dirinya ataupun yang datang dari luar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar Mata Pelajaran Kompetensi Kejuruanyang dapat diukur dengan ketekunan dalam melaksanakan pembelajaran praktik, keuletan dalam menghadapi kesulitan belajar, minat dan ketajaman perhatian dalam mealakukan pembelajaran praktik, berprestasi dalam melakukan pembelajaran praktik, yang diukur pada keinginan untuk penyelesaian tugas-tugas dengan tingkat kualitas yang tinggi, dan kemandirian dalam melakukan pembelajaran, yang diukur pada waktu penyelasaian tugas dan penggunaan waktu belajar diluar jam pembelajaran.

c. Praktik kerja industri adalah merupakan satu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian kejuruan dengan memadukan secara sistematis dan sinkron program pendidikan sekolah dan program belajar melalui bekerja langsung pada bidang pekerjaan yang relevan, terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu, sebagai wujud nyata dari


(22)

58 pelaksanaan sistim pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yaitu Pendidikan Sistim Ganda (PSG) dan pendidikan berbasis kerja (work-based

learning), yang dapat diukur dengan pemenuhan kompetensi sesuai dengan

tuntutan kurikulum, implementasi kompetensi ke dalam dunia kerja, dan pemenuhan etos kerja/pengalaman kerja yang diukur pada pemenuhan kebiasaan pada proses produksi di tempat kerja.

D. Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen

Data-data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan menggunakan kuesioner (angket), menurut Sugiono (2009; 142) kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan cara memberikan seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada reponden untuk dijawabnya. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, dimana pernyataan atau pertanyaan di dalam angket sudah memiliki alternatif jawaban (option) yang tinggal dipilih oleh responden. Responden tidak dapat memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai alternatif jawaban. Sedangkan penyusunan skala pengukuran digunakan metoda Likert Summated Rating (LSR) yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok pada variabel persepsi siswa terhadap karir pekerjaan-pekerjaan di industri, variabel motivasi belajar siswa, variabel praktik kerja industri, dengan alternatif pilihan sangat setuju (SS), setuju (S), kurang stuju (KS), dan tidak setuju (TS) untuk mengukur persepsi siswa


(23)

59 tentang karir pekerjaan di industri, dan selalu (SL), sering (S), kadang-kadang (KK), jarang (J), dan tidak pernah (TP) untuk mengukur motivasi belajaran dan implementasi praktik kerja industri.

Adapun item-item pertanyaan angket dirancang dalam kisi-kisi angket pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1. Kisi-kisi instrumen penelitian

VARIABEL ASPEK INDIKATOR NO. ITEM

Persepsi Siswa Pada Karir

Pekerjaan Di Industri (X1)

Persepsi pada karir pekerjaan di industri

a. Pentingnya informasi karir

pekerjaan di industri b. Persepsi terhadap level-level

jabatan di industri c. Persepsi terhadap unit-unit

komptensi dalam level jabatan di industri

d. Persepsi terhadap lingkup

pekerjaan dalam unit-unit kompetensi

e. Karir pekerjaan di industri pengelasan memerlukan kompetensi yang standar

f. Keinginan untuk bekerja di

industri pengelasan.

1, 2, 3, 4, 5,6, 7, 8

9, 10, 11,

12, 13

14, 15,16

17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24 25, 26 Motivasi

Belajar Siswa (X2)

1. Ketekunan dalam melakukan pembelajara n praktik

a. Kehadiran dalam

pembelajaran mata pelajaran

b. Aktivitas dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran

c. Mempelajari materi pelajaran

dari sumber-sumber terkait

d. Ketekunan dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran

1, 2, 3, 4, 5, 6

7, 8, 9

10, 11, 12

13, 14, 15

2. Keuletan dalam menghadapi kesulitan belajar

a. Keuletan dalam mengerjakan

tugas yang sulit

b. Melakukan usaha yang

optimal untuk mengatasi kesulitan

16, 17, 18, 19, 20, 21 22, 23, 24

3. Perhatian dalam melakukan pembelajara n praktek

a. Minat dalam mengikuti

pembelajaran praktik

b. Semangat dalam mengikuti

pembelajaran praktik

25, 26, 27, 28

29, 30, 31, 32, 33


(24)

60

VARIABEL ASPEK INDIKATOR NO. ITEM

4. Berprestasi dalam

melakukan pembelajara n praktik

a. Keinginan untuk berprestasi

b. Kepuasan terhadap prestasi

yang di capai

34, 35, 36 37, 38,39, 40

5. Mandiri dalam melakukan pembelajara n praktek

a. Mandiri dalam

menyelesaikan tugas pembelajaran praktik.

b. Menggunakan kesempatan

diluar jam pembelajaran praktek.

41, 42, 43, 44

45, 46, 47. 48

Aktivitas Praktik Kerja Industri (Y) 1. Pencapaian kompetensi sesuai dengan kurikulum

a. Melakukan kegiatan praktik

kerja sesuai jadwal praktik kerja industri

b. Melakukan tugas-tugas sesuai

dengan program praktik kerja industri

c. Mengerjakan tugas-tugas

dengan keterampilan baru sesuai kompetensi kehalian

1, 2, 3

4, 5, 6, 7

8, 9, 10, 11

2. Implementa si

Kompetensi ke dalam dunia kerja

a. Melakukan tugas-tugas

pekerjaan sesuai dengan kompetensi keahlian

b. Menerapkan pengetahuan

dalam penyelesaian tugas pekerjaan

c. Menerapkan kompetensi non

teknis dalam setiap

penyelesaian tugas pekerjaan

12, 13, 14, 15

16, 17, 18

19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28 3. Pencapaian

Pengalama n kerja di industri

a. Melakukan tugas pekerjaan

yang memperhatikan kualitas

b. Melakukan kebiasaan kerja

sesuai standar industri

c. Melakukan kegiatan proses

produksi

29, 30, 31

32, 33, 34, 35

36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46

2. Kalibrasi instrumen

Untuk menjamin instrumen penelitian telah memenuhi persyaratan, serta untuk memenuhi persyaratan analisis maka instrumen penelitian serta data yang terkumpul dari alat pengumpul data harus dilakukan pengujian.


(25)

61 Untuk instrumen penelitian kuesioner (angket) dilakukan pengujian yaitu pada uji normalitas sebaran, validitas dan uji reabilitas. a) Uji normalitas sebaran

Uji normalitas sebaran dimaksudkan untuk memeriksa ketepatan skala dari setiap pertanyaan dengan analsis sebaran frekensi jawaban dengan langkah-langkah analisis sebagai berikut :

(1) Menghitung frekuensi setiap katagori jawaban untuk setiap item pertanyaan.

(2) Menghitung proporsi frekuensi jawaban untuk setiap katagori jawaban (Px)

(3) Menghitung proporsi kumulatif (Pk) dan menentukan titik tengah dengan rumus (Md),

b) Uji validitas instumen

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah item-item pada kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan pasti apa yang akan diteliti. Cara yang dilakukan dengan analisis item, dimana setiap nilai total seluruh butir pertanyaan untuk satu variabel dengan menggunakan rumus Korelasi product Moment (Sudjana, 2005; 369) r = n ∑ X Y − (∑ X )(∑ Y )

n ∑ X − (∑ X ) n ∑ Y − (∑ Y ) dimana :

rxy = koefisien korelasi product moment antara


(26)

62 n = jumlah responden

X = skor tiap item

Y = skor total untuk setiap variabel yang diteliti

Selanjutnya untuk koefisien korelasi parsial dapat dihitung dengan menggunakan rumus uji-t (Tedjo, 2007; 177).

t =

Dimana :

r = jumlah korelasi parsial yang ditemukan n = jumlah sampel

t = t hitung yang selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel

jika pengujian dilakukan pada α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n-2), maka dapat disimpulkan item kuesioner valid apabila thitung >

ttabel, dan tidak valid apabila thitung < ttabel.

c) Uji reabilitas instumen

Uji reabilitas dimaksudkan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan berkali-kali pada waktu yang berbeda, untuk uji reabilitas yang digunakan menggunakan metoda belah dua dengan menggunakan sebuah tes dan diuji cobakan satu kali (single-test-single-trial method). Pada waktu membelah dua dan mengkorelasikan dua belah, baru diketahui reabilitas setengah item kuesioner saja, untuk mengetahui reabilitas


(27)

63 seluruh item harus dihitung dengan menggunakan rumus Spearman

Brown (Sugiyono, 2009; 131)

r =1 + r2r Dimana :

ri = reabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

(ganjil-genap)

Setelah dilakukan pengujian terhadap instrumen penelitian maka hasil pengumpulan data selanjutnya dilakukan dengan mengubah skor mentah menjadi skor baku atau menaikan data ordinal menjadi data interval dengan menggunakan persamaan di bawah ini, (Riduwan, 2008; 295).

T = 50 + 10 (X − x!)S Dimana :

T1 = skor baku (data interval)

X1 = skor mentah (data ordinal)

x! = rerata (mean)

S = simpangan baku (standar deviasi)

E. Teknik Analisis Data dan Hipotesis Statistik

Uji persyaratan analisis dilakukan dengan cara menguji normalitas, dan menguji linieritas data.


(28)

64 a) Mencari skor terbesar dan terkecil

b) Mencari nilai rentang (R) c) Mencari banyaknya kelas (BK) BK = 1 + 3,3 log n

d) Panjang kelas interval (P) P =BKR

e) Membuat tabulasi dengan tabel penolong f) Mencari rerata (mean)

X' =∑ f X*∑ +i )

g) Mencari simpangan baku (standar deviasi)

S = -n. ∑ f Xn. (n − 1))– (∑ f X)) h) Menghitung p-value

0 − 1 = 2 − (2 − 2 ) 34 − 44 − 4 65 2. Uji linieritas data

Untuk keperluan uji linieritas data baku diperlukan data-data untuk menyimpulkan karakteristik data penelitian atau disebut juga ukuran dari gejala pemusatan (Tejo, 2007; 23) dengan nilai sentral (central value) rerata hitung, akar kuadrat dari jumlah kuadrat selisih keseluruhan data terhadap rerata atau disebut juga simpangan baku, koefisien-koefisien regresi a dan b untuk regresi linier.


(29)

65 Uji linieritas regresi untuk variabel Y atas X1 ditempuh dengan menggunakan

analisis varian dimana semua nilai individu dipecah menjadi tiga bagian sumber variasi, sedangkan tiap jumlah kuadrat (JK) mempunyai derajat kebebasan masing-masing, yaitu n untuk ∑Y2, 1 untuk JK(a), 1 untuk JK(b|a)

dan (n-2) untuk JK(res). Jika tiap JK dibagi oleh dk-nya masing-masing, maka

diperoleh kuadrat tengah disingkat KT untuk tiap sumber varian. a) Mencari jumlah kuadrat regresi (JKReg[a]).

JKreg(a) =(∑Y)

2

n

b) Mencari jumlah kuadrat regresi (JKReg[b|a]).

JK(b|a) =b2.89X2Y−(∑X2). (∑Y)

n :

c) Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKReg[a]) dengan cara

JKres= 9Yi2−JK(b|a)− ;9Yi<

2

/n

d) Jumlah kuadrat kekeliruan eksperimen yang selanjutnya disingkat dengan JKE adalah.

JKE= 9 89Yi2−(∑Y)

2

ni :

Dari hasil perhitungan jumlah kuadrat kekeliruan eksperimen dapat dihitung jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC) sebagai berikut :

JK)? = JK @A− JKB

Dengan jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC) adalah :

RJKTC= JKTC k−2


(30)

66 Sedangkan rata-rata jumlah kuadrat eror (RJKE) adalah :

RJKE= JKE n−k e) Mencari Fhitung

Fhitung =RJKTC RJKE 3. Analisis data penelitian

Analisis data hasil penelitian dilakukan pada analisis korelasi sederhana, analisis korelasi ganda, dan korelasi parsial serta analisis regresi ganda.

a) Analisis korelasi sederhana

Analisis korelasi sederhana dilakukan dengan menggunakan rumus

rXCY = n∑X1Y− (∑X1)(∑Y)

n ∑X12− (∑X1)2 nY2− (∑Y)2

Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi dua variabel yang berasal dari populasi normal, maka distribusi sampling koefisien korelasi dibentuk dengan statistik (Sudjana, 2005; 377).

t= r√n−2 √1−r2

b) Analisis korelasi ganda

Analisis korelasi ganda dilakukan dengan menggunakan rumus

RXC.D .E = -rFC.Y

2 +r

X .Y 2 −2.r

FC.Y.rX .Y.rFC.X


(31)

67 Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifikansi dua variabel X1 dan X2

dengan Y yang berasal dari populasi normal, maka distribusi sampling koefisien korelasi dibentuk dengan statistik (Sudjana, 2005; 385).

F=

R2 k (1−R2) n−k−1

c) Analisis regresi ganda

Dilakukan dengan menggunakan persamaan di bawah ini (sudjana, 2005; 349) dapat dihitung koefisien-koefisien a, a1, dan a2.

a = Y' − a X' − a X'

a =(∑ x )(∑ x y) − (∑ x x )(∑ x y)(∑ x )(∑ x ) − (∑ x x ) a =(∑ x )(∑ x y) − (∑ x x )(∑ x y)(∑ x )(∑ x ) − (∑ x x )

Untuk menghitung kekeliruan baku taksiran digunakan rumus (Sudjana, 2005; 350).

S . =∑IY − YJKN − K − 1

Untuk melakukan uji regresi linier ganda dilakukan dengan rumus (Sudjana, 2005; 354).

JK @M = a 9 x y + a 9 x y

Untuk mengetahui tingkat signifikasi dua variabel X1 dan X2 dengan Y


(32)

68 F =

JK @M

k JK @A

(n − k − 1)

d) Analisis korelasi parsial

Koefisien korelasi parsial adalah merupakan koefisien korelasi antara sebagian dari sejumlah variabel apabila hubungan dengan sebagian variabel lainnya dianggap tetap, dari ketetapan tersebut untuk menghitung koefisien korelasi parsial anatara variabel pelaksanaan praktik kerja industri (Y) dan variabel persepsi tentang karir pekerjaan di industri (X1)

dengan menganggap variabel motivasi belajar (X2) tetap, dinyatakan

dengan notasi ry1.2, dan korelasi parsial anatara variabel pelaksanaan

praktik kerja industri (Y) dan variabel motivasi belajar (X2) dengan

menganggap variabel persepsi tentang karir pekerjaan di industri (X1)

tetap, dinyatakan dengan notasi ry2.1 menggunakan rumus (Sudjana, 2005;

386).

r . = r − r r

I1 − r K(1 − r )

r . = r − r r

I1 − r K(1 − r ) Dimana :

ry1 = koefisien korelasi antara Y dan X1

ry2 = koefisien korelasi antara Y dan X2


(33)

69 F. Sampel Penelitian

Teknik sampling yang digunakan adalah Non-Probability Sampling dengan jenis sampling purposif, sampling purposif ialah teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti (Sudjana, 2005; 161), teknik sampling ini digunakan dari responden yang akan diteliti yaitu siswa Sekolah Menengah Kejuruan Kota Bandung, Bidang Studi Keahlian Teknologi dan Rekayasa, Program Studi Keahlian Teknik Mesin, Kompetensi Keahlian Teknik Pengelasan yang telah melaksanakan praktik kerja industri dengan jumlah siswa yang akan dijadikan sampel penelitian sebanyak 34 siswa.

G. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (angket) yang merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab, menurut Sugiono (2009; 142) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari reponden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner (angket) pada penelitian ini digunakan untuk mengukur variabel persepsi siswa terhadap karir pekerjaan-pekerjaan di industri, motivasi belajar siswa pada mata pelajaran kompetensi kejuruan, dan pelaksanaan praktik kerja indutri siswa.


(34)

70 H. Prosedur Penelitian dan Teknik Pengolahan Data

1. Prosedur penelitian

Proses penelitian yang dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan sebagai berikut :

1) Tahapan persiapan

Pada tahapan persiapan, peneliti melakukan survey awal dilokasi penelitian yaitu semacam penelitian pendahuluan dengan tujuan untuk mengenali dengan baik lingkungan dimana penelitian dilakukan.

Pada tahapan ini dilakukan pula pengumpulan sumber-sumber masalah serta latar belakang dari permasalahan yang timbul, selanjutnya dilakukan identifikasi masalah atau disebut juga dengan fokus penelitian (research

focus) mengenai pelaksanaan praktik kerja industri baik secara empiris

maupun secara teoritis yang kemudian disusun rumusan masalah yang menjadi dasar pelaksanaan penelitian, rumusan masalah merupakan kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data (sugiyono, 2009; 35). Rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumusan masalah assosiatif dengan bentuk hubungan kausal, hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengarui) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi).

Untuk menjawab rumusan masalah yang bersifat sementara maka dilakukan pengkajian teoritis yang relevan dengan permasalahan juga


(35)

71 dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (hipotesis), sedangkan untuk

melakukan pengujian hipotesis dilakukan penetapan

metoda/strategi/pendekatan/desain penelitan yang sesuai. Setelah metoda penelitian yang sesuai dipilih, dilakukan penyusunan instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data dimana dalam penelitian ini instrumen pengumpul data dalam bentuk kuesioner (angket) tertutup. Sebelum kuesioner (angket) digunakan untuk mengumpulkan data, maka intrumen penelitian diuji validitas serta reabilitasnya.

Untuk pengujian validitas dan reabilitas instrumen penelitian dilakukan terhadap siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang memiliki karakeristik yang sama dengan responden penelitian yaitu siswa yang telah mengikuti praktik kerja industri dari SMK Kota Sukabumi sebanyak 15 orang dan SMK Lelea Indramayu 15 orang, sehingga jumlah seluruh responden yang dijadikan sampel uji coba instrumen penelitian adalah 30 orang.

2) Tahap pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan dilakukan pengumpulan data dari sampel penelitian dengan teknik sampling Non-Probability Sampling dengan jenis Sampling Purposif. Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik stasistik analisis regresi dan korelasi. Berdasarkan analisis


(36)

72 ini apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak.

Tahapan terakhir dari pelaksanaan penelitian adalah penyusunan kesimpulan berupa jawaban terhadap rumusan masalah yang telah disusun. 3) Tahap penyusunan laporan penelitian

Penyusan laporan dilakukan memalui pendokumentasi semua kegiatan penelitian yang dilakukan dalam bentuk laporan penelitian dengan format dan isi yang telah ditentukan.

Secara skematis prosedur penelitian yang dilakukan dengan beberapan tahapan yang diuraikan di atas disusun seperti gambat flow chart di bawah ini.

Gambar 3.1 Proses penelitian yang dilakukan (modifikasi dari Sugiono 2009; 18)


(37)

73 2. Teknik pengolahan data

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik statistik analisis regresi dan korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat kedekatan (closesess) hubungan antar variabel-variabel. Dengan kata lain, analisis regresi mempertanyakan pola hubungan fungsional, sedangkan analisis korelasi mempertanyakan kedekatan hubungan antara variabel-variabel (Tedjo, 2007; 129), adapun variabel-variabel yang akan diukur tingkat kedekatannya dalam penelitina ini adalah variabel persepsi siswa terhadap karir pekerjaan di industri, motivasi belajar, dan pelaksanaan praktik kerja industri, dengan alur hubungan antara variabel sebagai berikut :

Gambar 3.2 Alur hubungan antar variabel Keterangan :

X1 = persepsi siswa tentang karir pekerjaan di industri (variabel bebas)

X2 = motivasi belajar siswa (variabel bebas)


(38)

74 a. Analisis regresi

Untuk mempertanyakan pola hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) antara variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) penelitian dihitung denga menggunakan persamaan regresi sederhana (Tejo, 2007; 131). YJ = a + bX

Dimana :

YJ = subjek variabel terikat yang diproyeksikan

X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan a = nilai konstanta harga Y jika X = 0

b = nilai arah sebagai penentuan ramalan (prediksi) variabel Y

Untuk mempertanyakan pola hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) antara dua variabel bebas (X1) dan (X2) terhadap variabel terikat

(Y) penelitian dihitung dengan menggunakan persamaan regresi ganda (Riduwan, 2008; 152).

Y J= a + b1 X1 + b1X1

b. Analisis korelasi

Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui derajat hubunan antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y), dihitung dengan menggunakan persamaan korelasi Pearson Product Moment ( Riduwan. 2008; 136).

rP QR M = n ∑ X X − (∑ X )(∑ X )


(39)

75 Dimana :

rhitung = koefisien korelasi

X = variabel bebas Y = variabel terikat n = jumlah responden

Dengan interpretasi koefisien korelasi sesuai dengan tabel di bawah ini :

Tabel 3.2 Koefisien korelasi (Riduwan, 2008; 136)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

0,60 – 0,799 Kuat

0,40 – 0,599 Cukup Kuat

0,20 – 0,399 Rendah

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap variabel Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinasi sebagai beriku ( Riduwan. 2008; 136).

KP = r x 100% Dimana :

KP = koefisisen determinasi r = nilai koefisien korelasi

Untuk mencari makna hubungan variabel X dan variabel Y, maka hasil perhitungan korelasi product moment dilakukan uji signifikasi dengan statistik t ( Riduwan. 2008; 137).


(40)

76 tP QR M =r√n − 2

√1 − r Dimana :

tP QR M = nilai t yang dihitung r = nilai koefisien korelasi

n = jumlah sampel

Dengan menggunakan tabel distribusi t pada α = 0,05 serta derajat kebebasan dk = n-2 , maka berarti signifikan apabila thitung > ttabel , berarti tidak signifikan

apabila thitung < ttabel

Analisis korelasi ganda yang dilakukan untuk menguji hipotesis apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara praktik kerja industri (X1) dan persepsi

siswa terhadap karir pekerjaan di industri (X2) secara simultan terhadap motivasi

belajar siswa (Y). dihitung dengan menggunakan rumus korelasi ganda ( Riduwan. 2008; 139).

RDCD E =

-rDCE+ rD E− 2IrDCEKIrD EK(rDCD )

1 − rDCD

Selanjutnya untuk mengetahui signifikasi korelasi ganda dihitung dengan persamaan :

FP QR M =

r k (1 − R ) n − k − 1


(41)

77 Dimana :

FP QR M = nilai F yang dihitung

R = nilai koefisien korelasi ganda

n = jumlah sampel

k = jumlah variabel bebas (independen)

Dengan menggunakan tabel distribus F pada taraf signifikasi α = 0,01 atau α = 0,05 maka apabila Fhitung≥ Ftabel, maka tolah Ho artinya signifikan dan apabila


(42)

108 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian yang dilakukan, maka didapat kesimpulan bahwa :

1. Persepsi tentang karir pekerjaan di industri berpengaruh secara signifikan terhadap praktik kerja industri.

Besarnya pengaruh variabel pesepsi tentang karir pekerjaan di industri siswa terhadap praktik kerja industri adalah 0,64 yang menunjukkan adanya pengaruh variabel X1 terhadap Y.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi tentang karir pekerjaan di industri siswa yang positif sebagai hasil dari pemberian informasi baik pada kegatan pembelajaran mata pelajaran kompetensi kejuruan, proses bimbingan karir kejuruan, dan pembekalan siswa sebelum melaksanakan praktik kerja industri dapat memberikan pengaruh terhadap keberhasilan pelaksanan praktik kerja industri.

2. Motivasi belajar siswa berpengaruh secara signifikan terhadap praktik kerja industri.

Dari hasil perhitungan koefisien korelasi antara variabel X2 dan Y didapat

bahwa besarnya pengaruh motivasi belajar siswa terhadap praktik kerja industri adalah 0,68, ini menyatakan bahwa adanya pengaruh positif antara variabel motivasi belajar (X2) dan pelaksanaan praktik kerja industri (Y).


(43)

109 Temuan penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada pembelajaran praktik mata pelajaran kometensi kejuruan yang baik akan berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanan praktik kerja industri yang merupakan program pembelajaran wajib bagi siswa sekolah menengah kejuruan.

3. Persepsi tentang karir pekerjaan di industri dan motivasi belajar siswa berpengaruh secara secara bersama-sama terhadap praktik kerja industri.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka didapat besarnya pengaruh secara simultan antara variabel persepsi tentang karir pekerjaan di industri (X1) dan

motivasi belajar (X2) terhdap pelaksanaan praktik kerja industri (Y) adalah

0,74, ini menunjukkan bawa pengaruh secara bersama-sama antara variabel persepsi tentang karir pekerjaan di industri (X1) dan motivasi belajar (X2)

terhadap pelaksanaan praktik kerja industri (Y) memiliki tingkat pengaruh yang kuat, sedangkan untuk menyatakan besar kecilnya pengaruh variabel X1

dan X2, terhadap Y atau koefisien determinasi adalah R2 x 100% atau (0,74)2

x 100% = 54,70% sedangkan sisanya 45,30% ditentukan oleh variabel lainnya. Kemudian besar kecilnya pengaruh variabel persepsi tentang karir pekerjaan di industri (X2) dan motivasi belajar (X2) terhadap pelaksanaan

praktik kerja industri (Y) dapat diprediksi melalui persamaan regresi

Y = 10,73 + 0,38 X + 0,41 X .

4. Persepsi tentang karir pekerjaan di industri berhubungan dengan motivasi belajar


(44)

110 Dari hasil penghitungan koefisien korelasi antara variabel X1 dan X2 yang

dilakukan didapat nilai r = 0,58, ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel persepsi tentang karir pekerjaan di industri (X1) dan motivasi

belajar (X2) .

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang karir pekerjaan di industri mempunyai kaitan yang positif terhadap motivasi belajar pada mata pelajaran kompetensi kejuruan. Dengan demikian persepsi positif siswa terhadap karir pekerjaannya di industri setelah mereka lulus sekolah yang dibentuk oleh informasi-informasi yang didapat oleh mereka berkenaan dengan level-level pekerjaan, unit kompetensi dan lingkup pekerjaan baik dalam situasi pembelajaran praktik, pelaksanaan bimbingan karir kejuruan berhubungan dengan motivasi belajar siswa pada pembelajaran praktik mata pelajaran kompetensi kejuruan.

B. Rekomendasi

Dengan mengetahui ada pengaruh yang positif antara persepsi tentang karir pekerjaan di industri dan motivasi belajar dengan praktik kerja industri, baik secara bersama-sama maupun secara parsial serta mengetahui karakteristik yang memberi pengaruh yang paling besar terhadap praktik kerja industri maka di rekomendasikan hal-hal berikut :

1. Bagi sekolah pada waktu memberikan pembekalan sebelum melepas siswa melaksanakan prakerin mengundang fihak industri yang akan ditempati oleh siswa yang akan melaksanakan praktik kerja industri untuk memberikan penjelasan tentang jenjang karir berupa level-level jabatan, lingkup pekerjaan


(45)

111 serta persyaratan-persyaratan kompetensi yang harus dimiliki untuk menempati level-level jabatan tertentu serta memberikan penjelasan terhadap program yang akan dilaksanakan dan level jabatan yang akan ditempati siswa di industri bersangkutan, disamping itupula sekolah harus menunjuk guru pembimbing khusus dari guru mata pelajaran kompetensi kejuruan yang akan melakukan monitoring secara berkala dengan pembimbing industri terhadap siswa di industri.

2. Bagi guru mata pelajaran kompetensi kejuruan pada saat menyusun silabus serta mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran memasukkan unsur-unsur sumber belajaran berupa praktisi bidang pengelasan atau nara sumber dari industri manufaktur kedalam silabus mata pelajaran kompetensi kejuruan kelas X untuk memberikan informasi-informasi secara nyata tentang karir pekerjaan di industri yang berkait dengan level-level jabatan, lingkup pekerjaan yang akan membentuk persepsi positif pada siswa terhadap karir pekerjaan di industri yang mereka tempati setelah mereka lulus sekolah, sehingga akan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa melaksanakan praktik kerja industri.

3. Bagi guru Bimbingan dan Konseling (BK), dalam mengimplementasikan program bimbingan karir kejuruan harus melibatkan guru-guru pengajar mata pelajaran kompetensi kejuruan untuk memberikan masukan tentang kesesuaian karir dengan karakteristik siswa dan fihak industri yang telah melaksanakan kerja sama dengan sekolah untuk memberikan informasi berkaitan dengan karir pekerjaan di industri.


(46)

112 4. Mengingat bahwa persepsi tentang karir pekerjaan di industri dan motivasi

belajar siswa terutama pada pembelajaran praktik mata pelajaran kompetensi kejuruan memiliki peran penting dalam menunjang keberhasilan praktik kerja industri, untuk itu guru mata pelajaran kompetensi kejuruan harus selalu memberikan informasi tentang karir pekerjaan di industri serta mendorong siswa agar memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan pembelajaran praktik, yang merupakan upaya eksternal untuk menumbuhkan motivasi internal pada diri siswa, serta untuk mendapatkan tujuan program praktik kerja industri yang optimal diperlukan program-program kerja sama dengan industri sebagai institusi pasangan sekolah sehingga siswa yang akan melaksanakan praktik kerja industri tidak harus mencari sendiri industri tempat prakerin, tetapi telah ditempatkan oleh sekolah.


(47)

113

DAFTAR PUSTAKA

Asian Brain.com Content Team. Motivasi Belaja. Tersedi :

http://www.anneahira.com/ motivasi/ index.htm. 16/10/2009 7.55

Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin. (2006). Aplikasi Statistik Dalam

Penelitian. Bandung. Pustaka Setia

Bachtiar Hasan. (2008). Manajemen Industri Edisi 4. Bandung: Pustaka Ramadhan,

Bachtiar Hasan. (2008). Bahan Kuliah Kepempinan, Bimbingan dan Konseling

Karir Kejuruan S2 PTK. Sekolah Pascasarjana: Universitas Pedidikan

Indonesia.

Calfrey C. Calhoun and Alton V Finch. (1976). Vocational Education: Concepts

and Operations, Secon Edition. Wads Worth Publishing Company:

Belmont, Calivornia.

David Boud and Nicky Solomon. (2003). Work-based Learnig A New Higher

Education. Buckingham: SRHE and Open Unuversity Press Celtic Court

22 Ballmoor.

Direktorat Pembinaan SMK. (2008). Seri Bahan Bimbingan Teknis Impelentasi

KTSP SMK (Teknik Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Silabus Sekolah Menengah Kejuruan). Jakarta: Direktorat Jenderal

manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidikan Nasional, (2006) Permendikdas Nomor 23 Tahun 2006

Tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). . Jakarta: Depdiknas.

Hamzah B. Uno. (2006). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Iman Mulyana. (2007). Motivasi Belajar. 1-10. Tersedia:

http://admin.oeconomicusgroup.googlepage.com. 16/10/2009.

Jon Lauglo and Ruert Maclean. (2005). Vocationalosation of Secondary

Education Revisited. Netherland: Springer.

Made Wena. (1996). Pendidikan Sisten Ganda. Bandung:Tarsito.

Melvin D. Miller. (1985). Principles and Philosofphy for Vocational Education. Ohio: The National Center of Research in Vocational Education, The Ohio University, Columbus.

M. Sobry Sutikno. Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa, Tersedian : http: //www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html, 29/10/2009 7.33


(48)

114 Nana Syaodih S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Kerjasama

Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT. Remaja Rosdakarya.

Nihayati, Saidah. (2008). Pengaruh Implementasi Program Pendidikan Sistem

Ganda (PSG) dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK PGRI 2 Malang. Skripsi. Jurusan

Akuntansi, Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang.

Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabeta. Sardiman. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja

Garvindo Persada.

Soenaryo, dkk. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Jakarta; Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Sondang P Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2005). Metoda Statik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. CV.Alfabeta, Bandung. Sugiono. (2009). Metoda Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Syamsuri Hasan. (2005). Kesanggupan Mahasiswa Melaksanakan Praktik

Industri. Invotec, Volume II, halaman 25-32, tersedia:

pkk.upi.eduinvotec. 29/10/2009

Tejo Rekso N. (2007). Statika Untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Tejo Rekso N. (2008). Pengembangan Kurikulum Teknologi Pendidikan, Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Penddikan Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung, UPI.

Wakhinuddin. (2009). Penerapan PSG Melalui Praktek Kerja Industri Pada

SMK, Tersedia : http://wakhinuddin.wordpress.com. 2009/07/09/

Wowo Sunaryo Kuswana. (2006), Pengantar Kajian Pendidikan Teknologi

Pendidikan, Bandung; Bahan Ajar Jurusan Pendidikan Teknik Mesin


(1)

109 Temuan penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada pembelajaran praktik mata pelajaran kometensi kejuruan yang baik akan berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanan praktik kerja industri yang merupakan program pembelajaran wajib bagi siswa sekolah menengah kejuruan.

3. Persepsi tentang karir pekerjaan di industri dan motivasi belajar siswa berpengaruh secara secara bersama-sama terhadap praktik kerja industri.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka didapat besarnya pengaruh secara simultan antara variabel persepsi tentang karir pekerjaan di industri (X1) dan motivasi belajar (X2) terhdap pelaksanaan praktik kerja industri (Y) adalah 0,74, ini menunjukkan bawa pengaruh secara bersama-sama antara variabel persepsi tentang karir pekerjaan di industri (X1) dan motivasi belajar (X2) terhadap pelaksanaan praktik kerja industri (Y) memiliki tingkat pengaruh yang kuat, sedangkan untuk menyatakan besar kecilnya pengaruh variabel X1 dan X2, terhadap Y atau koefisien determinasi adalah R2 x 100% atau (0,74)2 x 100% = 54,70% sedangkan sisanya 45,30% ditentukan oleh variabel lainnya. Kemudian besar kecilnya pengaruh variabel persepsi tentang karir pekerjaan di industri (X2) dan motivasi belajar (X2) terhadap pelaksanaan praktik kerja industri (Y) dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y = 10,73 + 0,38 X + 0,41 X .

4. Persepsi tentang karir pekerjaan di industri berhubungan dengan motivasi belajar


(2)

110 Dari hasil penghitungan koefisien korelasi antara variabel X1 dan X2 yang dilakukan didapat nilai r = 0,58, ini menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel persepsi tentang karir pekerjaan di industri (X1) dan motivasi belajar (X2) .

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi siswa tentang karir pekerjaan di industri mempunyai kaitan yang positif terhadap motivasi belajar pada mata pelajaran kompetensi kejuruan. Dengan demikian persepsi positif siswa terhadap karir pekerjaannya di industri setelah mereka lulus sekolah yang dibentuk oleh informasi-informasi yang didapat oleh mereka berkenaan dengan level-level pekerjaan, unit kompetensi dan lingkup pekerjaan baik dalam situasi pembelajaran praktik, pelaksanaan bimbingan karir kejuruan berhubungan dengan motivasi belajar siswa pada pembelajaran praktik mata pelajaran kompetensi kejuruan.

B. Rekomendasi

Dengan mengetahui ada pengaruh yang positif antara persepsi tentang karir pekerjaan di industri dan motivasi belajar dengan praktik kerja industri, baik secara bersama-sama maupun secara parsial serta mengetahui karakteristik yang memberi pengaruh yang paling besar terhadap praktik kerja industri maka di rekomendasikan hal-hal berikut :

1. Bagi sekolah pada waktu memberikan pembekalan sebelum melepas siswa melaksanakan prakerin mengundang fihak industri yang akan ditempati oleh siswa yang akan melaksanakan praktik kerja industri untuk memberikan penjelasan tentang jenjang karir berupa level-level jabatan, lingkup pekerjaan


(3)

111 serta persyaratan-persyaratan kompetensi yang harus dimiliki untuk menempati level-level jabatan tertentu serta memberikan penjelasan terhadap program yang akan dilaksanakan dan level jabatan yang akan ditempati siswa di industri bersangkutan, disamping itupula sekolah harus menunjuk guru pembimbing khusus dari guru mata pelajaran kompetensi kejuruan yang akan melakukan monitoring secara berkala dengan pembimbing industri terhadap siswa di industri.

2. Bagi guru mata pelajaran kompetensi kejuruan pada saat menyusun silabus serta mengimplementasikannya dalam kegiatan pembelajaran memasukkan unsur-unsur sumber belajaran berupa praktisi bidang pengelasan atau nara sumber dari industri manufaktur kedalam silabus mata pelajaran kompetensi kejuruan kelas X untuk memberikan informasi-informasi secara nyata tentang karir pekerjaan di industri yang berkait dengan level-level jabatan, lingkup pekerjaan yang akan membentuk persepsi positif pada siswa terhadap karir pekerjaan di industri yang mereka tempati setelah mereka lulus sekolah, sehingga akan memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa melaksanakan praktik kerja industri.

3. Bagi guru Bimbingan dan Konseling (BK), dalam mengimplementasikan program bimbingan karir kejuruan harus melibatkan guru-guru pengajar mata pelajaran kompetensi kejuruan untuk memberikan masukan tentang kesesuaian karir dengan karakteristik siswa dan fihak industri yang telah melaksanakan kerja sama dengan sekolah untuk memberikan informasi berkaitan dengan karir pekerjaan di industri.


(4)

112 4. Mengingat bahwa persepsi tentang karir pekerjaan di industri dan motivasi

belajar siswa terutama pada pembelajaran praktik mata pelajaran kompetensi kejuruan memiliki peran penting dalam menunjang keberhasilan praktik kerja industri, untuk itu guru mata pelajaran kompetensi kejuruan harus selalu memberikan informasi tentang karir pekerjaan di industri serta mendorong siswa agar memiliki motivasi yang tinggi dalam melakukan pembelajaran praktik, yang merupakan upaya eksternal untuk menumbuhkan motivasi internal pada diri siswa, serta untuk mendapatkan tujuan program praktik kerja industri yang optimal diperlukan program-program kerja sama dengan industri sebagai institusi pasangan sekolah sehingga siswa yang akan melaksanakan praktik kerja industri tidak harus mencari sendiri industri tempat prakerin, tetapi telah ditempatkan oleh sekolah.


(5)

113

DAFTAR PUSTAKA

Asian Brain.com Content Team. Motivasi Belaja. Tersedi :

http://www.anneahira.com/ motivasi/ index.htm. 16/10/2009 7.55

Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin. (2006). Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. Bandung. Pustaka Setia

Bachtiar Hasan. (2008). Manajemen Industri Edisi 4. Bandung: Pustaka Ramadhan,

Bachtiar Hasan. (2008). Bahan Kuliah Kepempinan, Bimbingan dan Konseling Karir Kejuruan S2 PTK. Sekolah Pascasarjana: Universitas Pedidikan Indonesia.

Calfrey C. Calhoun and Alton V Finch. (1976). Vocational Education: Concepts and Operations, Secon Edition. Wads Worth Publishing Company: Belmont, Calivornia.

David Boud and Nicky Solomon. (2003). Work-based Learnig A New Higher Education. Buckingham: SRHE and Open Unuversity Press Celtic Court 22 Ballmoor.

Direktorat Pembinaan SMK. (2008). Seri Bahan Bimbingan Teknis Impelentasi KTSP SMK (Teknik Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Silabus Sekolah Menengah Kejuruan). Jakarta: Direktorat Jenderal manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidikan Nasional, (2006) Permendikdas Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). . Jakarta: Depdiknas.

Hamzah B. Uno. (2006). Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Iman Mulyana. (2007). Motivasi Belajar. 1-10. Tersedia:

http://admin.oeconomicusgroup.googlepage.com. 16/10/2009.

Jon Lauglo and Ruert Maclean. (2005). Vocationalosation of Secondary Education Revisited. Netherland: Springer.

Made Wena. (1996). Pendidikan Sisten Ganda. Bandung:Tarsito.

Melvin D. Miller. (1985). Principles and Philosofphy for Vocational Education. Ohio: The National Center of Research in Vocational Education, The Ohio University, Columbus.

M. Sobry Sutikno. Peran Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa, Tersedian : http: //www.bruderfic.or.id/h-129/peran-guru-dalam-membangkitkan-motivasi-belajar-siswa.html, 29/10/2009 7.33


(6)

114 Nana Syaodih S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Kerjasama

Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT. Remaja Rosdakarya.

Nihayati, Saidah. (2008). Pengaruh Implementasi Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK PGRI 2 Malang. Skripsi. Jurusan Akuntansi, Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang.

Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabeta. Sardiman. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja

Garvindo Persada.

Soenaryo, dkk. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Jakarta; Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Sondang P Siagian. (2004). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. (2005). Metoda Statik. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. CV.Alfabeta, Bandung. Sugiono. (2009). Metoda Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Syamsuri Hasan. (2005). Kesanggupan Mahasiswa Melaksanakan Praktik

Industri. Invotec, Volume II, halaman 25-32, tersedia:

pkk.upi.eduinvotec. 29/10/2009

Tejo Rekso N. (2007). Statika Untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.

Tejo Rekso N. (2008). Pengembangan Kurikulum Teknologi Pendidikan, Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Penddikan Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung, UPI.

Wakhinuddin. (2009). Penerapan PSG Melalui Praktek Kerja Industri Pada

SMK, Tersedia : http://wakhinuddin.wordpress.com. 2009/07/09/

Wowo Sunaryo Kuswana. (2006), Pengantar Kajian Pendidikan Teknologi Pendidikan, Bandung; Bahan Ajar Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI.