PENGARUH SISTEM KOMPENSASI DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA INOVATIF GURU : Studi Tentang Pengaruh Sistem Kompensasi dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Inovatif Guru di Madrasah Aliyah Kota Palembang.

(1)

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI………..vi

DAFTAR TABEL………viii

DAFTAR GAMBAR………..x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………1

B. Rumusan Masalah………11

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan ………12

D. Kerangka Berfikir………14

E. Asumsi……….19

F. Hipotesis Penelitian……….19

G. Metode Penelitian………..………..20

H. Populasi dan Sampel Penelitian………...22

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Administrasi Pendidikan………24

B. Sistem Kompensasi………..26

C. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah ………...40

D. Kinerja Inovatif Guru………..49

E. Sistem Kompensasi dan Kemempuan Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Inovati Guru ………69

F. Hasil Penelitian terdahulu yang relevan ……….70

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian………71

B. Paradigma Penelitian………...72

C. Populasi dan Penentuan Sampel………..75

D. Definisi Operasional………78

E. Instrumen Penelitian………81

F. Teknik Pengumpulan Data………..92

G. Teknik Analisis Data………...93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian……….104

B. Analisis Data……….126

C. Pembahasan………...153

D. Model Pengembangan Kinerja Guru……….169


(2)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. ALAT-ALAT PENGUMPUL DATA B. DATA-DATA HASIL PENELITIAN

C. SURAT-SURAT KETERANGAN MENGADAKAN PENELITIAN RIWAYAT HIDUP


(3)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting untuk menunjang kehidupan dan untuk menyesuaikan perkembangan dunia. Oleh sebab itu pemerintah membuat undang-undang tentang pendidikan guna memenuhi kebutuhan yang selalu berkembang. Untuk mengatasi perkembangan tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah ini memberi arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi : (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan dan (8) standar penilaian.

Pada era otonomi sekarang ini, sekolah harus berubah kearah yang sesuai dengan tuntutan masa, agar tidak ketinggalan zaman. Jam’an Satori dalam Suhardan, H. Dadang (2006:8-9) menyatakan bahwa perubahan yang seharusnya terjadi di sekolah pada era otonomi pendidikan terletak pada : (1). Peningkatan kinerja staf, (2). Pengelolaan sekolah menjadi berbasis lokal, (3). Efisiensi dan efektivitas pengelolaan lembaga, (4). Akuntabilitas, (5). Transparansi, (6).


(4)

Partisipasi masyarakat, (7) Profesionalisme pelayanan belajar, dan (8). Standarisasi. Kedelapan aspek tersebut seharusnya membawa sekolah kepada keunggulan mutu lembaga, sebab sekolah memiliki keleluasaan dalam melaksanakan peningkatan mutu layanan belajar, namun kenyataannya belum terjadi. Menurut Dadang Suhardan (2006:9) bahwa sekolah-sekolah kini belum mampu memberi layanan belajar bermutu karena belum mampu memberi kepuasan belajar peserta didiknya.

Sistem kompensasi merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kinerja inovatif guru ke arah yang lebih peroaktif, inovatif dan adaptif terhadap perubahan. Sistem kompensasi akan mendorong pegawai untuk tidak hanya bekerja dan berperan secara rutin namun juga berupaya melakukan perubahan melalui upaya mempengaruhi guru agar lebih kreatif, terbuka dan mau berubah berdasarkan visi yang jelas terhadap masa depan sehingga dapat mendorong pada implementasi hal-hal baru.

Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana prasarana. Walaupun sempurnanya kurikulum, tersedianya fasilitas pengajaran yang memadai, tetapi jika kepala sekolah tidak mampu mengelola dengan baik, maka keberhasilan peningkatan mutu pendidikan pada level sekolah akan sulit terwujud. Untuk menjalankan fungsinya secara maksimal tentunya kepala sekolah harus memiliki kemampuan manajerial yang memadai sehingga potensi yang dimiliki sekolah dapat


(5)

diberdayakan kearah efektivitas implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Sementara itu, Mahmud Khalifah dan Usamah Quthub (2009: 63) menjelaskan bahwa guru harus mengatur materi pelajarannya dengan baik, menjelaskan dan menjabarkannya dengan cara yang tersusun rapi dan mudah dipahami siswa dan juga guru harus selalu berusaha memperbarui cara pengajarannya, tidak menoton, serta memahami urgensi perencanaan dalam pengajaran. Dengan kata lain guru berperan sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pemberi penasehat, pembaharu (innovator), teladan, sem,anagat (motivasi). Dengan demikian guru tidak cukup hanya menjalankan tugasnya secara rutin, namun pembaharuan/inovasi menjadi tuntutan yang harus terus menerus dikembangkan. Moh Surya (2004:5-6) berpendapat bahwa tantangan globalisasi dalam tingkatan operasional pendidikan menuntut peningkatan kualitas guru sebagai pelaku pendidikan yang berada di front terdepan melalui interaksinya dengan peserta didik. Untuk itu guru harus profesional dalam menjalankan tugasnya. Dan profesionalisme guru akan tercermin dalam perwujudan yang secara ideal akan terlihat dalam lima hal berikut:

1) Guru yang memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas keimanann dan ketaqwaan yang mantap

2) Guru yang mampu mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan iptek

3) Guru yang memiliki kualitas kompetensi pribadi dan profesional yang memadai disertai etos kerja yang kuat

4) Guru yang memiliki kualitas kesejahteraan yang memadai 5) Guru yang kreatif dan berwawasan masa depan

Pembelajaran bukan saja usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan , melainkan juga usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan


(6)

siswa secara optimal, karenanya guru dituntut untuk menguasai beberapa ketrampilan dalam mengajar yaitu ketrampilan bertanya, ketrampilan meemberi penguatan, ketrampilan mengadakan variasi, ketrampilan menjelaskan, ketrampi-lan menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok, mengelola kelas dan ketrampilan mengajar perorangan. (Sutikno, 2008: 73).

Berdasarkan pada ketrampilan-ketrampilan yang harus dimilki oleh guru maka guru dituntut untuk memilki kemampuan profesional, kreatif dan inovatif serta peduli pada perubahan karena di zaman kemajuan menginginkan paradigma belajar melalui proyek-proyek dan permasalahan-permasalahan, desain, menemukan dan penciptaan. Praktek pembelajaran abad pengetahuan memerlukan upaya perubahan/reformasi pembelajaran, melalui cara-cara baru pembelajaran yang akan lebih efektif. Praktek pembelajaran di abad pengetahuan (knowledge society) nampaknya lebih sesuai dengan arah yang diinginkan oleh sistem pendidikan nasional, meskipun bukan dengan mengganti cara yang positif yang sudah dijalankan dewasa ini, dan di sinilah peran kreativitas guru untuk dapat melaksanakan kinerja inovatif dalam meningkatkan kualitas pendidikan amat menentukan bagi peningkatan kualitas pendidikan/pembelajaran.

Kreativitas guru adalah tingkat kreativitas yang dimiliki oleh guru, setiap guru mempunyai kadar kreativitasnya sendiri sendiri, oleh karena itu pembicaraan tentang kreativitas guru bukan berbicara tentang guru kreatif dan tidak kreatif, namun melihat kreativitas guru dalam gradasi kreativitasnya. Keratifitas ditentukan oleh motivasi, lingkungan dan iklim kerja sehingga tingkatan


(7)

kreatifitas itu berbeda bagi setiap individu. Perbedaan tingkat dalam kreatifitas menunjukkan adanya perbedaan individu, dan perbedaan ini tidak terlepas dari perbedaan karakteristik individu itu sendiri, dalam lingkungan yang sama kreatifitas seseorang jelas tidak akan sama. Kreatifitas merupakan hasil interaksi antara faktor individu dalam lingkungan dan dalam konteks organisasi, maka linngkungan organisasipun dapat berpengaruh terhadap kreatifitas seseorang.

Memang diakui bahwa pada abad dan masyarakat pengetahuan nampaknya praktek pembelajaran cenderung banyak menggunakan piranti-piranti pengetahuan modern yakni komputer dan telekomunikasi. Namun demikian, meskipun teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan katalisator yang penting yang membawa kita pada cara pembelajaran di abad pengetahuan, tapi yang perlu menjadi perhatian utama adalah bagaimana hasilnya dan bukan alatnya. Guru dapat melengkapi pelaksanaan proses pendidikan/pembelajaran dengan teknologi canggih tanpa sedikitpun membawa dampak pada hasil pendidikan yang diperoleh peserta didik, di sini yang penting adalah bagaimana pelaksanaan peran dan tugas guru dapat memberikan nuansa baru bagi pengembangan dan peningkatan proses pendidikan dengan atau tanpa bantuan teknologi modern, dan ini jelas memerlukan kreativitas yang dapat mendorong pada kinerja inovatif dari guru dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan/pembelajaran tersebut.

Berdasarkan gambaran pembelajaran di abad pengetahuan di atas, nampak bahwa pentingnya pengembangan profesi guru dalam menghadapi berbagai tantangan ini, maka pengembangan profesionalisme guru merupakan suatu


(8)

tuntutan, sehingga dengan berlakunya UU No. 14 tahun 2005 dapat dipandang sebagai upaya untuk lebih meningkatkan profesionalisme pendidik serta memposisikan profesi pendidik/guru dalam status terhormat dan setara dengan profesi lainnya. Menurut para ahli profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah beserta strategi penerapannya.

Sagala (2009: 2) mengemukakan bahwa profesionalisme adalah orang yang ”menjalankan tugas sebagaimana mestinya dan akan membangkitkan diri mereka untuk tugas tersebut”. karena itu Alma, Buchari (2009: 133) mengemukakan bahwa ”Profsionalisme bukan sekedar menguasai teknologi dan menajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki ketrampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan”.

Dewasa ini, sekolah tidak dapat mengabaikan perubahan yang terjadi dalam lingkungan eksternal yang lebih luas, untuk itu hubungan/koneksi sadar dan konstruksi antara sekolah dengan lingkkungan eksternal tersebut perlu dilakukan karena Hargraeves dalam Fullan (1991:5) mengemukakan:

1) School can not shut their gates and leave the outside world on the doorstep

2) School share losing their monopoly on learning

3) School are one of our last hopes for rescuing and reinventing community

4) Teachers need a lot more help

5) Market competition, parental choice and individual self-management are already redefining how schools relate to their wider environments 6) Schools can no longer be indifferent to the working lives that await


(9)

Lembaga pendidikan/sekolah dan pendidik/guru tidak bisa lagi melakukan respon yang biasa dalam menghadapi kenyataan tersebut, ini berarti diperlukan komitmen bersama bahwa mendidik dan membelajarkan memerlukan pendidik kompeten yang kreatif dan kondisi organisasi yang juga mampu mensinergikan pengetahuan yang ada di dalamnya dan mengintegrasikannya dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu upaya untuk melakukan reformasi pendidikan di sekolah (school reform) harus selalu memberikan perhatian khusus pada guru sebagai pendidik, karena guru itulah yang mengimplementasikan berbagai kebijakan pendidikan dalam tataran praktis, sehingga perannya bagi peningkatan kualitas pendidikan guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia jelas amat dominan.

Berkaitan dengan berbagi kebijakan pendidikan guru sebagai pembentuk anak masa depan dituntut kerja yang kreatif dan inovatif, Suyatno (2009: 21) menjelaskan tanda kreatif sebagai berikut:

1. Keterbukaan terhadap pengalaman baru 2. Kelenturan dalam berfikir

3. Kebebasan dalam ungkapan diri 4. Menghargai fantasi

5. Minat terhadap kegiatan kreatif 6. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri

7. Kemandirian dalam memberikan pertimbangan sendiri

Kondisi yang demikian, jelas menuntut guru sebagai fihak yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah untuk selalu berupaya menjalankan tugasnya secara dinamis dan inovatif sesuai dengan perkembangan dan tuntutan perubahan. Tuntutan masyarakat akan kualitas pendidikan selalu berimplikasi pada tuntutan


(10)

akan perlunya guru yang berkualitas istimewa yang dapat membantu memenuhi kebutuhan peserta didik dengan pengetahuan yang terus berkembang.

Pelaksanaan peran dan tugas guru yang monoton sesuai dengan kebiasaan yang ada jelas akan menjadikan proses pendidikan selalu ketinggalan, sehingga peran institusi sekolah sebagai lembaga pendidikan yang penting di masyarakat akan mengalami kemerosotan karena tidak memberi kepuasan pada stakeholder pendidikan yang tuntutannya cenderung makin meningkat. Keadaan tersebut menunjukkan pentingnya upaya-upaya untuk mengembangkan kinerja guru dari kinerja yang bersifat rutin ke arah kinerja yang inovatif.

Secara umum, kajian para pakar pendidikan menunjukkan bahwa masalah guru/kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah masih perlu ditingkatkan mengingat kualitasnya masih rendah (Fasli Jalal dan Dedi Supriadi. 2001). Hal ini akan semakin kompleks bila melihat pada kenyataan bahwa pengaruh faktor sekolah dan kualitas guru terhadap prestasi belajar siswa lebih besar dibandingkan pengaruh faktor-faktor luar sekolah. Kondisi ini jelas berakibat pada perlunya upaya-upaya untuk memeperbaiki dan meningkatkan kualitas kinerja guru agar makin berkualitas dan inovatif, sehingga tujuan pendidkan termasuk prestasi belajar siswa dapat semakin meningkat. Memang diakui bahwa banyak factor yang mempengaruhi efektifitas pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, namun jelas factor guru nampaknya menduduki posisi penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah.


(11)

Dalam perkembangan belakangan ini, nampaknya tuntutan pada kinerja guru tidak lagi hanya bersifat rutin melainkan perlu ditumbuhkan kinerja inovatif. Hal ini dikarenakan kompleksitas perubahan yang selalu menuntut respon baru, sebagaimana dikemukakan oleh Lampert dalam Hammond (2006:39) bahwa Teaching is never routin. Teachers must cope with changing situations, learning needs, challanges, questions, and dilemma. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, khususnya dalam konteks pelaksanaan kurikulum baru seperti KTSP, jelas memerlukan kreativitas serta kinerja inovatif dari para guru untuk dapat mengimplementasikannya, dan dalam hal ini kreativitas dan inovasi lembaga pendidikan menjadi hal yang perlu termasuk kreativitas dan keinovatifan guru dalam menjalankan tugasnya dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah/kelas.

Dengan demikian keberhasilan implementasi berbagai perubahan yang diarahkan untuk memperbaiki proses pendidikan/pembelajaran tidak dapat mengandalkan pada kinerja rutin saja, tetapi juga kinerja inovatif dan terus berupaya untuk mengimplementasikan inovasi dalam proses pendidikan/pembelajaran, dimana semua itu jelas memerlukan suatu sikap terbuka dan mau berubah serta dapat mengimplementasikannya dalam proses pendidikan/pembelajaran. Ini berarti bahwa diperlukan kinerja guru yang inovatif agar semua arah kebijakan pemerintah dan tuntutan masyarakat yang berubah dapat menjadi bagian yang inhern dalam proses pendidikan/pembelajaran. Jika hal ini dapat terwujud maka upaya untuk meningkatkan kualitas SDM bangsa melalui pendidikan dapat menjadi suatu kenyataan yang mennggambarkan


(12)

kontribusi pendidikan dalam pembangunan bangsa, dan hal ini tentu saja memerlukan upaya untuk terus menerus memperbaiki kualitas pendidikan melalui perbaikan proses pendidikan/pembelajaran.

Namun demikian kondisi yang ada secara umum masih belum menunjukkan tingkat kualitas yang diharapkan sesuai dengan tuntutan perubahan. Kinerja guru sebagai agen pembelajaran, harapan masa depan anak dalam melaksanakan tugasnya masih cenderung monoton. Kondisi ini jelas menunjukkan kurangnya sikap kreatif dan inovatif di kalangan guru dalam melaksanakan tugasnya, sehingga yang nampak adalah kinerja rutin dan bukan kinerja inovatif yang berdampak pada mutu lulusan. Data dari Badan Standar Nasional Pendidikan yang disampaikan kepada Kantor Wilayah Kementrian Agama Profinsi Sumatera Selatan hasil UN tahun pelajaran 2008/2009 jurusan IPA Madrasah Aliyah di Kota Palembang hasil yang tertinggi 8,14 diraih oleh MAN 2 Palembang, hal ini untuk tingkat Kota masih menduduki ranking ke 50 dari 100 SMA/MA, untuk tingkat Profinsi masih menduduki peringkat ke 135 dari 374 SMA/MA sedangkan tingkat Nasional masih menduduki urutan ke 1515. Untuk jurusan IPS hasil UN tahun 2008/2009 nilai rata-rata tertinggi untuk tingkat MA masih diraih oleh MAN 2 Palembang dengan rata-rata 7,86, namun masih berada pada urutan ke 38 dari 127 SMA/MA se Kota Palembang, dan urutan ke 135 dari 374 SMA/MA dan secara nasional masih berada pada urutan ke 1184, berarti masih jauh dibawah sekolah/madrasah lain.

Berdasarkan gambaran di atas penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian tentang: Pengaruh Sistem Kompensasi dan Kemampuan


(13)

Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Inovatif Guru (Studi Tentang Pengaruh Sistem Kompensasi dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Inovatif Guru pada Madrasah Aliyah Kota Palembang).

B. Rumusan Masalah

Pokok permasalahan yang akan diteliti adalah mengenai keterkaitan antara system kompensasai dan kemampuan manajerial kepalaa sekolah dan kinerja inovatif guru, dengan dibatasi pada faktor system kompensasi dan kemampuan manajerial kepala sekolah. Adapun permasalahan yang ingin dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana Sistem Kompensasi pada Madrasah Aliyah di Kota Palembang?

2) Bagaimana gambaran umum kemampuan Manajerial Kepala Madrasah Aliyah di Kota Palembang ?

3) Bagaiamana profil kinerja guru Madtasah Aliyah di Kota Palembang ? 4) Seberapa besar Sistem Kompensasi berpengaruh terhadap Kinerja Inovatif

Guru?

5) Seberapa besar Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja Inovatif Guru?

6) Seberapa besar Sistem Kompensasi berpengaruh terhadap Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah?


(14)

7) Seberapa besar Sistem Kompensasi dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kinerja Inovatif Guru?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan 1. Tujuan

a). Tujuan Umum

Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka secara umum peneliti bermaksud ingin mengidentifikasi, mendiskripsikan, dan menganalisa pengaruh Sistem kompensasi dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Inovatif Guru. b).Tujuan Khusus.penelitian ini adalah:

1). Untuk mengetahui bagaimana gambaran Sistem Kompensasi pada Madrasah Aliyah di Kota Palembang.

2).Untuk mengetahui Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah/Madrasah Aliyah di Kota Palembang.

3). Untuk mengetahui Profil Kinerja Guru pada Madrasah Aliyah di Kota Palembang. Kreativitas Guru dan Kinerja Inovatif Guru. 4). Untuk menganalisis seberapa besar Kompensasi berpengaruh

terhadap Kinerja Inovarif Guru.

5). Untuk menganalisis seberapa besar Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah berpengaruh terhadap Kinerja Inovatif Guru.


(15)

6), Untuk menganalisis seberapa besar Sistem Kompensasi berpengaruh terhadap Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah. 7). Untuk menganalisis seberapa besar Sistem Kompensasi dan

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kinerja Inovatif Guru.

2) Kegunaan

a) Dari segi akademik.

Ingin mengungkap dan mengkaji secara empiris tentang sebagian faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya, khusunya dalam proses pembelajaran di kelas, dimana hasil penelitiannya nanti diharapkan dapat berguna, baik dari seggi teoritis maupun dari segi praktis. Untuk itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berdasarkan bukti-bukti empiris tentang bagaimana kinerja guru di sekolah dipengaruhi oleh faktor individu yang melatarbelakanginya dan juga dipengaruhi oleh faktor organisasi yang dalam penelitian ini terdiri dari Sistem Kompensasi dan Kemapuan Manajerial Kepala Sekolah. Dengan kenyataan ini diharapkan akan makin mendorong upaya-upaya pengkajian tentang Kinerja Guru khususnya dalam konteks perubahan yang makin menuntut perlunya inovasi.

b) Dari segi praktis.

Penelitian ini nanti diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak-pihak yang berwenang sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan


(16)

kebijakan dalam mengembangkan kinerja guru agar lebih inovatif melalui ketepatan dalam rekrutmen guru, serta pembinaannya dalam upaya mengembangkan kinerja guru agar terwujud kinerja inovatif, serta kebijakan manajemen sekolah untuk mendorong terciptanya budaya sekolah, kepemimpinan dan sistem/kebijakan yang kondusif bagi upaya meningkatkan kualitas pendidikan melalui pengembangan Kinerja Guru, sehingga inovasi pendidikan sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan yang menjadi tuntutan dewasa ini, dapat terlaksana dalam tataran teknis pendidikan, yakni pembelajaran, dan dalam konteks tersebut.

D. Kerangka Berfikir

Proses pembelajaran di kelas bukan suatu kondisi dan kejadian yang terisolasi, berbagai faktor eksternal akan berpengaruh di dalamnya. Pengetahuan yang diperoleh guru dan siswa diluar proses pembelajaran melalui berbagai media akan memberikan warna pada pola interaksi dan komunikasi pembelajran. Pengetahuan yang dibawa dalam proses pembelajaran akan mengganggu atau mendorong kualitas pembelajran, dan ini akan ditentukan oleh kreativitas guru dalam memanfaatkan sumber pengetahuan tersebut bagi meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

Sistem kompensasi merupakan faktor yang dapat berpengaruh terhadap kreativitas dan kinerja inovatif guru melalui iklim kerja di sekolah yang dapat mentransformasikan oraganisasi sekolah ke arah yang lebih peroaktif, inovatif dan adaptif terhadap perubahan. Sistem kompensasi akan mendorong pegawai


(17)

untuk tidak hanya bekerja dan berperan secara rutin namun juga berupaya melakukan peruabahan melalui upaya mempengaruhi guru agar lebih kreatif, terbuka dan mau berubah berdasarkan visi yang jelas terhadap masa depan sehingga dapat mendorong pada implementasi hal-hal baru.

Dalam kondisi sekarang ini guru sebagai praktisi pendidikan akan menentukan berjalannya suatu perubahan atau reformasi dalam bidang pendidikan, namun tanpa diimplementasikan oleh guru melalui kinerja yang inovatif, maka semua perubahan itu akan terhambat Kreativitas akan mendorong suatu kinerja yang berorientasi pada perubahan dan inovasi dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai pendidik. Hal ini tentu saja memerlukan berbagai kondisi yang dapat mewujudkan hal tersebut. Dalam konteks perkembangan dan perubahan yang cepat, berbagai pengaruh sudah barang tentu tidak bisa dihindari sehingga respon yang tepat dan kemampuan untuk berubah serta beradaptasi suatu tuntutan bagi setiap orang termasuk guru sebagai pendidik/pengajar. Interaksi yang terus menerus dengan peserta didik dalam proses pembelajaran menjadikan suasana pembelajaran akan lebih menuntut perubahan yang terus menerus, untuk itu guru dituntut untuk kreatif serta dapat mewujudkannya dalam suatu kinerja yang inovatif sehingga proses pembelajaran akan memberi sumbangan yang signifikan bagi tumbuhnya output pendidikan yang kreatif dan inovatif. Kreatifitas guru pada dasarnya akan menjadi dasar dan pengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan guru tersebut sebagai pendidik/pengajar, tingkat kretifitas yang bervariasi di kalangan guru akan berdampak pada variasi dalam


(18)

kinerja berkaitan dengan penyikapan terhadap tuntutan perubahan yang terus berkembang dan makin meningkat sebagai dampak globalisasi.

Pada dasarnya, perubahan kinerja guru ke arah yang inovatif akan ditentukan oleh para guru itu sendiri, karena dalam tataran teknis, perubahan pendidikan sangat tergantung pada guru, seperti dinyatakan Fullan (1991:117) bahwa educational change depends on what teachers do and think. Guru dapat memveto apakah inovasi pendidikan/pembelajaran dilaksanakan atau tidak, meskipun begitu dorongan dari luar tetap merupakan hal yang penting. Dalam hubungan ini Hargreaves dalam Fullan (1991:3) bahwa faktor guru dan factor eksternal perlu dilihat secara parallel meski perbaikan secara internal dimana guru menjalankan tugasnya lebih penting.

Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidik baik dalam tataran makro maupun mikro, kebijakan nasional dalam upaya meningkatkan pendidikan makin kokoh dengan terbitnnya peraturan pemerintah No 19 tahun 2005, dimana di dalamnya mengatur tentang standar nasional pendidikan. PP 19 itu sendiri merupakan upaya penyetandaran secara minimal, oleh karena itu upaya untuk dapat memenuhi dan atau melampaui standar tersebut sangat dimungkinkan, bahkan didorong melalui otonomi pendidikan pada tingkatan sekolah melalui manajemen berbasis sekolah (MBS) pada tataran manajerial, serta diberlakukannya KBK dan KTSP pada tataran teknis, yang semua itu pada dasarnya memberikan otonomi pada sekolah dan guru untuk mengembangkan kreativitasnya dalam melakukan aktivitas pendidikan khususnya pada tataran proses pembelajaran.


(19)

Kinerja inovatif seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik factor individu maupun faktor oganisasi. Kinerja inovatif individu dipengaruhi daya tarik sistem kompensasi serta persepsi atas keinginan organisasi dalam mendukung kerja inovatif. Dengan demikian faktor kepemimpinan (pengaruh pemimpin) serta sistem reward/kompensasi serta dukungan organisasi merupakan faktor yang penting dalam menentukan kinerja inovatif pegawai. Sementara itu Wayan Bagja (2005) dalam penilitiannya memperoleh temuan bahwa kreatifitas berpengaruh langsung pada inovasi pelayanan serta berperan sebagai perantara (variabel intervening) dari modal intelektual dan kepuasan kerja, inovasi pelayanan menunjukkan suatu pelaksanaan pekerjaaan pegawai yang inovatif sehingga hal tersebut dapat menggambarkan kinerja pegawai yang inovatif dalam melaksanakan fungsi pelayanan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana instrumen penelitian dalam bentuk angket/skala sikap sangat dominan ditambah dengan instrument lain yang dapat membantu mempertajam analisis. Teknik analisis data menggunakan analisis jalur (path analysis) yang dimaksudkan untuk mengetahui jalur-jalur yang berpengaruh dari variable-variable yang diteliti.

Untuk lebih jelasnya, kerangka pikir penelitian dapat ditunjukkan pada bagan berikut.


(20)

Kerangka Pikir Penelitian

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Kemampuan

Manejerial Kepala Sekolah

(X2)

Kinerja Inovatif Guru

(Y)

Pendidikan yang berkualitas Sistem

Kompensasi (X1)

Sumber Daya Manusia

ADMINISTRASI

PENDIDIKAN

FENOMENA - Sistem kompensasi tidak

berkembang dengan baik

- Pola kepemimpianan kepala sekolah tidak jelas

- Visi dan misi tidak jelas - Perlakuan kepala

sekolah tidak adil - Adanya friksi dalam

organisasi sekolah - Kinerja inovatif guru

kurang terpacu


(21)

E. Asumsi

Dalam penelitian ini asumsi yang mendasari dari kerangka penelitian dapat dikemukakan sebagai beriktu:

1) Sistem Kompensasi atau imbalan yang baik akan mampu menjamin kepuasan anggota otganisasi yang pada gilirannya akan bersikap, berperilaku positif bekerja dengan produktif bagi kepentingan organisasi, (Siagian, 2008: 253)..

2) Dale Yoder dalam Hasibuan (3007: 118) menyebutkan: The payment made to member of work team for their partiscipation, artnya balas jasa mebuat anggota tim kerja dapat bekerja sama dan berprestasi, 3) Kompensasi yang bervariasi akan cukup menarik bagi karyawan,

karena mereka merasa dihargai oleh perusahaan.(Buchari Alma, 2009: 220)..

4) Kecepatan dan ketepatan pengambilan keputusan akan membuat organisasi menjadi lebih efektif dan kompetitif menghadapi kompetitornya, (Wahab, 2008: 100).

5) .Inovasi (Innovation) ialah suatu ide barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi sesorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri, (Udin S. Saud dan Ayi Suherman 2006: 2)


(22)

Sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2008: 96) ”hipotesis merpakan jawaban sementara terhadap rumusan penelitian”, sementara berarti baru berdasarkan teori yang relevan, belum berdasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui data hasil penelitian, karena itu ”hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian” (Sugiyono,2008: 96)..

Berdasarkan pengertian hipotesis dan rumusan masalah yang ada, dapat dirancang hipotesis sebagai berikut:

1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan Sistem Kompensasi terhadap Kreativitas Guru.

2) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Inovatif Guru.

3) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan Sistem Kompensasi terhadap Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah.

4) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan Sistem Kompensasi dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Inovatif Guru.

G. Metode Penelitian 1) Jenis Penelitian

Karena menggunakan data yang tidak mengalami perlakuan khusus dalam pengumpulan data (bersifat alamiah, bukan buatan), maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian survey (Sugiyono, 2008:12). Metode survey menurut Kerlinger dalam Ridwan (2008: 49) adalah “Penelitian yang dilakukan pada


(23)

populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif distribusi dan hubungan antar variabel, sosiologis, maupun psikologis”.

.Menurut Alreck dan Settle (1995:456) suvey adalah:

A research technique where information requirement are specified, a population is identified, a sample selected and systematically questioned, and the results analyzed, generalized to the population, and reported to meet the information needs

Servey adalah merupakan teknik/metode penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi dari suatu sample dalam suatu populasi untuk kemudian dianalisis guna memperoleh generalisasi atas populai dimana sample itu diambil/ditarik.

2) Desain Penelitian

Desain atau rencana penelitian (research design) pada dasarnya merupakan rencana studi/penelitian yang menggambarkan prosedur dalam menjawab pertanyaan masalah penelitian. Stoner (1999:87) menyatakan bahwa

The design of research generally follows the statement of a research problem and the specification of one or more empirically testable hypothesis. A research design is simply a plan for conducting research in such a way as to allow the results of a study to be interpreted with a minimum degree of equivocality.

Dengan mengacu pada masalah penelitian serta jenis desain penelitian, maka desain penelitian ini adalah desain kausal, dimana kajiannya dimaksudkan untuk menganalisis hubungan/pengaruh antar variabel yaitu Kinerja Inovatif Guru (Y), Sistem Kompensasi (X1) dan Kemampuan Manajerial Kepala


(24)

Sekolah(X2). Pengaruh yang dikaji/dianalisis dalam penelitian ini mencakup

pengaruh langsung antar variabel maupun pengaruh tidak langsung yang analisisnya menggunakan analisis jalur (path analysis).

Secara sederhana desain penelitin ini dapat ditunjukkan seperti gambar berikut:

X1 : Sistem Kompensasi

X2 : Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

Y : Kinerja Inovatif guru

H. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diperlajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu (Sugiyono, 2008:117).

X1

X2


(25)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin memperlajari semua yang ada pada pupulasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulan akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili (Sugiyono, 2008:118).

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh guru dan Kepala Madarasah Aliyah (MA) di Kota Palembang yang terdiri dari 3 Madrasah Aliyah Negeri dan 10 Madrasah Aliyah Swasta, gurunya berjumlah 365 orang terdiri dari guru PNS 187 orang dan non PNS 178 orang sedangkan sampel diambil secara random, dan penentuan besar sampel sebagiamana disarankan Roscore dalam (Sugiyono, 2008: 131) ”bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate, maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel” maka dalam sampel dari penelitian ini adalah 10 x 3 = 30, karena itu sampel ditetapkan sejumlah 50 orang guru dan 5 Madrasah Aliyah.


(26)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, 2008), Aplikasi Statistika dan Metode penelitian untuk Administrasi & Manajemen, Bandung: Dewa Ruchi.

Alma B, (2009), Pengantar Bisnis, Bandung: Alfabeta.

………..(2009), Guru Profesional, Bandung: Alfabeta

Anwar, Moch Idochi (2004), Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, Bandung: Alfabeta

Arikunto Suharsimi, (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Danim Sudarwan., (2007). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.

Davis, Rusel G (1980). Planning Education for Devlopment, Cambridge: Massachusetts

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (2004). Pedoman Pengembangan Sekolah Standar Nasional.


(27)

Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagakerjaan. (2007). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Pengembangan Inovasi Pembelajaran di Sekolah Tahun 2007.

Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagakerjaan. (2007). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Pembelajaran LPTK (PPKP) Tahun Anggaran 2007.

Engkoswara (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah, Bandung Yayasan Amal Keluarga,..

Engkoswara dan Denny Meleawan, (2007), Revitalisasi Bangsa Menuju Indonesia Moderen da Sejahtera 2020, Bandung: Jurusan Kurikulum UPI

Fattah, Nanag.(2008). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya

Fullan, Michael, & Suzanne Stiegelbaver (1991). The New Meaning of Educational Change, New York: Teahcer College Press.

Hasibuan, H. Malayu S.P. (2007) Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.


(28)

Hammond, Linda Darling, & Gary Sykes. (1999). Teaching as the Learning Profession, Handbook of Policy and Practice. San Francisco : Jossey – Bass.

Hoy, Wayne K., Cecil G. Miskel, (2001). Educational Administration, New York: McGraw Hill co.

Jalal, Fasli dan Dedi Supriadi, (2002), Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta: Adi Cita

Mathis, Robert L., & John H. Jackson. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Terj. Jilid 1 dan 2, Jakarta: Salemba Empat.

McCall, Jack. (1994). The Principal’s Edge. Princeston Junction, New Jersey, Eye on Education Inc.

Moekijat, (1995), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Bandung: Mandar Maju

Mulyasa, E .(2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya


(29)

Panggabean, Mutiara S. (2004), Manajemen Sumber Daya manusia, Bogor: Galia Indonesia.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Razik, Taher A dan Austin D.S, (1995), Fundamental Concepts of Educational Leadership and Management, Englewood Cliffs, Newn Jersey: Prentice-Hall

Riduan, (2008), Metode Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta

Rivai, Veithzal (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sagala, Syaiful (2009), Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta

..., (2009), Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta


(30)

Sallis, Edward, (2998), Total Quality Management in Wducation Manajemen Mutu Pendidikan, (terjemahan), Jokjakarta: IRCSoD

Sanjaya, Wina, (2006), Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta.

Suhardan, H .Dadang ,(2006). Supervisi Bantuan Profesional,. Bandung. Mutiara Ilmu.

Surya M. (2003). Percikan Perjuangan Guru. Semarang: Aneka Ilmu.

Suter, Meister, Robert A. (1976), People and Productivity, New York: McGraw Hill

Suyatno, (2009), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka

Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, (2008), Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.


(31)

Wahab, Abdul Azis (2008), Anatomi Organisasi Kepemimpinan Pendidikan, Bandung: Alfabeta


(32)

73 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini karena menggunakan data yang tidak mengalami perlakuan khusus dalam pengumpulan data (bersifat alamiah, bukan buatan), maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian survey (Sugiyono, 2008:12). Metode survey menurut Kerlinger dalam Ridwan (2008: 49) adalah “Penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif distribusi dan hubungan antar variabel, sosiologis, maupun psikologis”.

Menurut Alreck dan Settle (1995:456) survey adalah: ”A research technique where information requirement are specified, a population is identified, a sample selected and systematically questioned, and the results analyzed, generalized to the population, and reported to meet the information needs”. Servey adalah merupakan teknik/metode penelitian yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi dari suatu sample dalam suatu populasi untuk kemudian dianalisis guna memperoleh generalisasi atas populai dimana sample itu diambil/ditarik.


(33)

Pola hubungan antara variabel yang akan diteliti disebut sebagai paradigma penelitian (Sugiyono, 2008:65). Untuk mrmberikan gambaran dan arah penelitian yang akan dilakukan terlebih dahulu akan dibuat desain atau paradigma penelitian, dengan tujuan untuk mempermudah melakukan penelitian, pembahasan dan menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.

Secara sederhana paradigma penelitin ini dapat ditunjukkan hubungan antara variabel seperti gambar berikut:

Gambar 3.1.Hubungan antara Variabel

X1 : Sistem Kompensasi

X2 : Kemampouan manajerial Sekolah

Y : Kinerja Inovatif Guru

Paradigma atau pola hubungan antar variabel penelitian pada dasarnya merupakan rencana studi/penelitian yang menggambarkan prosedur dalam menjawab pertanyaan masalah penelitian. Menurut Stelltiz dalam Umar (2003:90) terdapat tiga jenis desain penelitian yaitu: desain eksploratoris, desain deskriptif, dan desain kausal. Desain eksploratoris merupakan desain penelitian untuk menjajagi dan mencari ide-ide atau hubungan-hubungan yang baru atas

X1

X2


(34)

persoalan-persoalan yang relatif baru. Desain deskriptif merupakan desain penelitian yang bertujuan menguraikan sifat atau karakteristik suatu gejala atau masalah tertentu, dan desain kausal merupakan desain penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan atau pengaruh antar variabel.

Dengan mengacu pada masalah penelitian serta jenis desain penelitian, maka desain penelitian ini adalah desain kausal, dimana kajiannya dimaksudkan untuk menganalisis hubungan/pengaruh antar variabel yaitu Kinerja Inovatif Guru (Y), Sistem Kompensasi (X1) dan Kemampuan Manajerial Kepala sekolah (X2).

C. Populasi dan Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi kasus (Suharsimi Arikunto, 2006:130). Sugiyono (2008:117) memberikan penjelasan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sugiyono (2008:118) mengatakan bahwa sampel adalah bagian dari


(35)

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin memperlajari semua yang ada pada pupulasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel, kesimpulan akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif atau mewakili.

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: Probability sampling dan Nonprobability sampling. Probability sampling meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random, dan area random. Non-Probability sampling meliputi, sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling (Sugiyono, 2008:119).

Suharsimi (2006:133) menjelaskan bahwa pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sample (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain, sampel harus representative. Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih.

Teknik pengambilan sampel juga bisa menggunakan rumus Taro Yamane dalam Akdon, (2008:107), yaitu:

1 2 + =

Nd N n


(36)

Dimana:

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d2 = Presisi yang ditetapkan

Roscoe dalam Sugiyono (2008: 131-132) memberikan saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini:

1) Ukuran sample yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.

2) Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai negeri-swasta dan lain-lain), maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.

3) Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variable penelitiannya ada 5 (independent dan dependent), maka jumlah anggota sample = 10 x 5 = 50.

4) Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok control, maka jumlah anggota sample masing-masing kelompok antara 10 sampai dengan 20. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan, oleh karena itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua guru Madrasah Aliyah di Kota Palembang. Berdasarkan pendapat diatas dan karena jumlah variabel dalam penelitian ini ada 3 (tiga) variabel, yaitu 2 (dua) variabel bebas (indepensenti) dan 1 (satu) variable terikat (dependent), dan juga karena mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan dana penulis menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 sampel.dan lima madrasah Aliyah. Pengambilan sampel sebanyak 50 ini diambil secara acak (random) dan proporsional pada guru-guru yang tersebar pada lima Madrasah Aliyah di Kota Palembang yang terdiri seluruh Madrasah Aliyah Negeri dan dua Madrasah


(37)

Aliyah Swasta yang dianggap terbaik, dimana setiap Madrasah Aliyah yang ditetapkan masing-masing diambil 20% dari jumlah guru yang ada ditambah seorang Kepala Sekolah/Madrasah.

Tabel 3.1

Jumlah guru dan penetapan sampel

No Nama Madrasah Jumlah Guru 20% Kep MA

Sampel

1 MAN 1 Palembang 54 11 1 12

2 MAN 2 Palembang 45 9 1 10

3 MAN 3 Palembang 59 12 1 13

4 MA Paradigma 35 7 1 8

5 MA YPM Plaju 28 6 1 7

Jumlah 221 45 5 50

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang akan dikaji terdiri dari tiga variabel, yaitu Kinerja Inovatif Guru (Y), Sistem Kompensasi (X1) dan

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah (X2). Dari masing-masing variabel

tersebut dikelompokkan ke dalam dua jenis variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) yang terdiri dari variabel X1 dan X2, dan variabel terikat

(dependent variable) yang terdiri dari variabel Y.

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan penelitian, maka variabel-variabel tersebut perlu dijabarkan ke dalam bentuk operasional guna melakukan


(38)

pengukuran bagi kepentingan analisis. Berikut ini akan dikemukakan definisi operasional dari variabel tersebut serta penjabarannya ke dalam indikator-indikator seabagai acuan dalam penyusunan instrumen penelitian.

1. Sistem Kompensasi (X1)

Sistem kompensai merupakan segala kebijakan yang dilakukan oleh pimpinan dari suatu organisasi dalam melaksanakan dan menetapkan kompensasi kepada pegawai dalam menjalankan tugas kegiatan organisasi baik bersifat moneter maupun non moneter.

Perinsip keadilan, kewajaran dan kesetaraan perlu mendapat perhatian utama dalam pelaksanaan sistem kompensasi, dengan demikian akan menambah gaya tarik bagi tenaga kerja yang berkualitas tinggi untuk bergabung, akan mempertahankan pegawai/karyawan yang sudah berkarya dan berjasa untuk tetap bergabung dan akan memacu pegawai/karyawan berprestasi yang tinggi, tekun, tanggungjawab dan bekerja kreatif dan inovatif.

Sedangkan Kompensasi itu sendiri adalah setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi (Pangabean, Mutiara S. 2004: 75)

Moekijat (1995: 161) Kompensasi adalah apa yang diterima pegawai sebagai pertukaran pekerjaannya. Apakah itu upah jam-jaman atau gaji berkala.


(39)

2. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah (X2)

Kepala Sekolah/Madrasah adalah manajer pendidikan di sekolahnya mengelola upaya pencapaian tujuan pendidikan bersama dengan masyarakat yang ada disekitarnya, konsekwensinya kepala sekolah/madrasah dituntut untuk bertanggung jawab atas seluruh komponen sekolah dan harus berupaya meningkatkan mutu pelayanan dan mutu hasil belajar yang berorientasi kepada pemakai, baik internal dalam hal ini siswa maupun eksternal atau masyarakat, pemerintah maupun lembaga industri dan dunia kerja.

Kemampuan manajerial merupakan kemampuan Kepala sekolah/madrasah dalam mengelola dan menyelesaikan suatu masalah sesuai dengan kondisi yang diharapkan di sekolahnya dan kemampuan dalam menemukan alternatif-alternatif keputusan yang terbaik.

3. Kinerja Inovatif Guru

Kinerja inovatif guru dalam penelitian ini dilihat dalam empat bidang/dimensi yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi pembelajaran, serta dalam pengembangan profesi melalui upaya peningkatan pengetahuan dan kompetensi lain yang diperlukan bagi peningkatan kualitas pembelajaran. Adapun indikator yang dipergunakan untuk mengukur bidang/dimensi tersebut mengacu pada ciri kinerja inovatif yaitu: kepercayaan diri, ketekunan, ketegasan, proatktif, dan kekompetitifan. Indikator-indikator tersebut dikembangkan sesuai dengan


(40)

dimensi-dimensi dalam pembelajaran untuk menjadi dasar dalam mengukur kinerja inovatif guru. Dan indikatornya adalah:

Keinginan untuk selalu mencari konsep yang baru dalam antisipasi perubahan

Kesenangan berinisiatif, kreatif, motivatif, inovatif mengantisipasi perubahan

Tingkat kemandirian dalam menyusun rencana pemebelajaran

Tingkat kesungguhan dalam meninjau kembali perencanaan pendidikan

Tingkat keaktifan dan inisiatif dalam mengembangkan bahan untuk menyusun rencana pembelajaran.

Belajar dari berbagai sumber untuk memperbaharui rencana pembelajaran.

Tingkat kesiapan membandingkan rencana pemebelajaran dengan sumber lain.

E. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2008:148).

Instrumen penelitan dalam bidang pendidikan sering disusun sendiri, termasuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen dalam penelitian ini


(41)

ada tiga, yaitu instrument untuk mengukur Sistem Kompensasi, Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah, dan Kinerja Inovatif Guru.

Sesuai dengan karakteristik penelitian dengan pendekatan kuantitatif, penyusunan instrumen penelitian sebagai alat untuk mengumpulkan data menjadi hal yang penting yang akan menentukan pada kualitas hasil penelitian. Dalam hubungan ini alat pengumpul data, khususnya angket, dimaksudkan untuk mengukur variabel-variabel penelitian sehingga dapat diperoleh data kuantitatif untuk kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan formula statistik yang relevan dengan tujuan penelitian.

Untuk lebih jelasnya instrumen penelitian ini disusun dalam bentuk kisi-kisi sebagai berikut.

KISI INSTRUMEN PENELITIAN Variabel X1 : Sistem Kompensasi

Variabel X2 : Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

Variabel Y : Kinerja Inovatif Guru

Variabel Konseptualisasi Indikator Sumber Data

No. Item Sistem

Kompensasi (X1)

Semua

pendapatan yang berbentuk

financial atau non financial yang diterima guru atas jasa atau / pekerjaan yang dilakukan

♦ Kelayakan

kompensasi yang diterima

♦ Keadilan

kompensasi yang diterima

♦ Keseimbangan kompensasi

dengan beban

Angket Wawancara

Observasi

1, 2, 3, 4, 5, 6

7, 8, 9


(42)

tugas ♦ Jaminan

Kesehatan dan hari tua

♦ Kompensasai yang diterima

mendorong kinerja (memotivasi bekerja)

♦ Keamanan dan Kenyamanan

11, 12, 13 14, 15, 16, 17

18, 10, 20

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah (X2)

Kemampuan Kepala Sekolah mengelola dan menyelesaikan suatu masalah sesuai dengan kondisi yang diharapkan di sekolahnya atau menemukan

alternatif-alternatif yang terbaik dalam mengelola

sumber daya pendidikan

♦ Menyusun Perencanaan ♦ Mengembangkan

Organisasi ♦ Memimpin

Sekolah ♦ Mengelola

Perubahan ♦ Menciptakan

Budaya dan Iklim Sekolah

♦ Mengelola guru dan staf

♦ Mengelola sara dan pra sarana ♦ Mengelola Humas ♦ Mengelola peserta

didik ♦ Mengelola

Angket Wawancara Observasi 1, 2. 3 4, 5, 6. 7, 8 9, 10,


(43)

pengembangan kurikulum ♦ Mengelola keuangan ♦ Mengelola

ketatausahaan ♦ Mengelola unit

layanan khusus ♦ Mengelola sitem

informasi ♦ Memanfaatkan

kemajuan teknologi informasi ♦ Melakukan

monitoring,

evaluasi dan pelaporan 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17 18, 19, 20. Kinerja Inovatif Guru (Y)

Kinerja inovatif (innovative performance) guru adalah kinerja yang dalam

melaksanakannya disertai dengan penerapan hal-hal baru dalam upaya meningkatkan

Keinginan untuk selalu mencari konsep yang baru dalam antisipasi perubahan

Kesenangan berinisiatif,

kreatif, motivatif, inovatif mengantisifasi perubahan Angket Wawancara Observasi

1, 2, 3

4, 5, 6


(44)

kualitas pendidikan

Tingkat kemandirian dalam menyusun rencana

pembelajaran Tingkat kesungguhan dalam meninjau kembali

perencanaan pendidikan

Tingkat keaktifan dan inisiatif dalam mengembangkan bahan untuk menyusun rencana pembelajaran Belajar dari berbagai sumber untuk

memperbaharui rencana

pembelajaran Tingkat kesiapan membandingkan rencana

pembelajaran dengan sumber lain

9, 10, 11, 12, 13

14, 15

16, 17

18, 19, 20


(45)

1. Pengujian Instrumen a) Uji Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2008:173). Validitas instrumen dalam penelitian ini diawali dengan validitas konstrak (construct validity) dan validitas isi (content validity). Untuk menguji validitas konstrak dan validitas isi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judment experts). Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang isi dan aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal tiga orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doktor sesuai dengan lingkup yang diteliti (Sugiyono, 2008:177).

Setelah pengujian validitas konstrak dan validitas isi dari ahli dan berdasarkan pengalaman selesai, maka diteruskan dengan uji validitas empirik (empirical-validity) di lapangan, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen dalam suatu faktor, dan


(46)

mengkorelasikan skor faktor dengan skor total, dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment:

Ha : instrumen soal valid. Ho : instrumen soal tidak valid α = 0,05 atau 5%

Ha diterima bila r(hitung) > r(tabel)

b) Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2010:348). Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat dilakukan dengan test-retestb (stability), equivalent, dan gabungan keduanya. Secara internal reliabilitas instrumen dapat diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2010:356).

Untuk menguji reliabilitas instrumen dalam penelitian, dapat digunakan Teknik Belah Dua (split half) yang dianalis dengan rumus Spearman Brown. Untuk keperluan itu, maka butir-butir instrumen dibelah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen nomor

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =


(47)

ganjil dan kelompok instrumen nomot genap. Selanjutnya skor total antara kelompok ganjil dan kelompok genap dicari korelasinya dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment:

Kemudian hasil korelasi tersebut dimasukkan dalam rumus Spearman Brown: b b i r r r + = 1 . 2 (Sugiyono, 2008:190)

Sugiyono, (2008:172) mengatakan ”hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda”. Maksudnya instrumen yang digunakan beberapa kali pada waktu yang berbeda untuk mengukur objek sama akan menghasilkan data yang sama, dengan demikian instrumen yang valid dan reliabel akan menghasilkan penelitian yang valid dan relibel.

2. Uji Coba Instrumen

Untuk melakukan uji coba instrumen secara empirik dalam penelitian ini dilakukan pada 18 responden guru-guru Madrsah Aliyah di Kota Palembang Sumatera Selatan yang diambil secara acak. Dan hasilnya sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut:

( )( )

( )

{

2 2

}

{

2

( )

2

}

Y Y N X X N Y X XY N rxy Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ − Σ =


(48)

Tabel 3.2

Uji validitas empirik instrumen Sistem Kompensasi (X1)

No. Koefisien t t

Keputusan Item Pertansaan Korelasi (hitung) (tabel)

1 0.480 2.19 1.75 valid

2 0.438 1.95 1.75 valid

3 0.640 3.33 1.75 valid

4 0.423 1.87 1.75 valid

5 0.706 3.98 1.75 valid

6 0.529 2.50 1.75 valid

7 0.799 5.32 1.75 valid

8 0.708 4.01 1.75 valid

9 0.654 3.46 1.75 valid

10 0.456 2.05 1.75 valid

11 0.645 3.37 1.75 valid

12 0.637 3.31 1.75 valid

13 0.511 2.38 1.75 valid

14 0.744 4.45 1.75 valid

15 0.693 3.84 1.75 valid

16 0.665 3.57 1.75 valid

17 0.732 4.30 1.75 valid

18 0.479 2.18 1.75 valid

19 0.616 3.13 1.75 valid

20 0.443 1.97 1.75 valid

Berdasarkan Tabtel 3.2 di atas, ternyata dari 20 item soal yang diujicobakan secara empirik, insturmen penelitian (angket) sistem kompensasi semuanya terbukti valid. Sehingga semua item soal yang sudah diujicobakan akan dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya lihat lampiran 3.1).


(49)

Tabel 3.3

Uji validitas empirik instrumen

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah (X2)

No. Koefisien t t

Keputusan Item Pertansaan Korelasi (hitung) (tabel)

1 0,912 8,92 1.75 valid

2 0,744 4,46 1.75 valid

3 0,661 3,52 1.75 valid

4 0,912 8,92 1.75 valid

5 0,744 4,46 1.75 valid

6 0,809 5,51 1.75 valid

7 0,912 8,92 1.75 valid

8 0,744 4,46 1.75 valid

9 0,631 3,25 1.75 valid

10 0,494 2,27 1.75 valid

11 0,912 8,92 1.75 valid

12 0,744 4,46 1.75 valid

13 0,912 8,92 1.75 valid

14 0,495 2,28 1.75 valid

15 0,912 8,92 1.75 valid

16 0,777 4,93 1.75 valid

17 0,912 8,92 1.75 valid

18 0,818 5,69 1.75 valid

19 0,756 4,62 1.75 valid

20 0,912 8,92 1.75 valid

Dari Tabtel 3.3 di atas, ternyata dari 20 item soal yang diujicobakan secara empirik, insturmen penelitian (angket) Kemampuan Manajerial Kepala sekolah semuanya terbukti valid. Sehingga semua item soal yang sudah diujicobakan akan dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya lihat lampiran 3.2).


(50)

Tabel 3.4

Uji validitas empirik instrumen Kinerja Inovatif Guru (Y)

No. Koefisien t t

Keputusan Item Pertansaan Korelasi (hitung) (tabel)

1 0,44 1.95 1.75 valid

2 0,44 1.97 1.75 valid

3 0,62 3,14 1.75 valid

4 0,43 1,92 1.75 valid

5 0,41 1,79 1.75 valid

6 0,58 2.85 1.75 valid

7 0,56 2,69 1.75 valid

8 0,45 2.03 1.75 valid

9 0,44 1,99 1.75 valid

10 0,47 2,11 1.75 valid

11 0,40 1,77 1.75 valid

12 0,50 2.09 1.75 valid

13 0,55 2.60 1.75 valid

14 0,66 3,52 1.75 valid

15 0,63 3,24 1.75 valid

16 0,55 2,60 1.75 valid

17 0,49 2,26 1.75 valid

18 0,45 2,44 1.75 valid

19 0,53 2,53 1.75 valid

20 0,42 1,84 1.75 valid

Melihat Tabtel 3.4 di atas, ternyata dari 20 item soal yang diujicobakan secara empirik, insturmen penelitian (angket) Kinerja Inovatif Guru semuanya terbukti valid. Sehingga semua item soal yang sudah diujicobakan akan dipakai dalam penelitian ini (Perhitungan selengkapnya lihat lampiran 3.3).


(51)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk kepentingan penelitian. Adapun teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah angket, wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

1. Angket

Angket merupakan daftar pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk memperoleh data yang disebarkan kepada seluruh responden yang menjadi sampel dalam penelitian.

2. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pemerolehan data melalui tanya jawab dengan pihak yang ada hubungannya dengan permasalahan yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan pejabat yang membidangi Madrasah Aliyah di Kota Palembang. Wawancara ini dimaksudkan untuk menambah pemahaman tentang masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini.

3. Observasi

Yaitu teknik pemerolehan data melalui pengamatan langsung kepada obyek penelitian. Dalam penelitian ini observasi dilakukan kepada lima Madrasah Aliyah di Kota Palembang Sumatera Selatan untuk lebih menambah pemahaman tentang masalah yang menjadi fokus penelitian. 4. Studi Dokumentasi


(52)

Merupakan cara pemerolehan data melalui bukti-bukti atau dokumen tertulis yang berkaitan dengan masalah penelitian. Dokumen-dokumen yang menjadi sumber data diperoleh dari Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Sumatera Selatan.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Uji Persyaratan Analisis

a) Uji Normalitas

Uji normalitas data ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak. Apabila ternyata datanya berdistribusi normal maka olah data yang digunakan adalah dengan statistik parametris, dan apabila datanya tidak normal, maka olah data yang digunakan dengan statistik nonparametris (Sugiyono, 2008:211). Dan rumus yang digunakan untuk uji normalitas data adalah:

(Sugiyono, 2008:241) b) Uji Linieritas

Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linieritas. Maksudnya apakah garis regresi antar variabel independent dan variabel dipendent

(

)

=

t t

f f f0 2 2


(53)

membentuk garis linier atau tidak. Kalau tidak linier maka analisis regresi tidak dapat dilanjutkan (Sugiyono, 2008:265).

Adapun untuk menguji linieritas hubungan antar variabel dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Merumuskan Hipotesis, yaitu:

Ho : hubungan antar variabel berpola tidak llinier Ha : hubungan antar variabel berpola linier

2) Mencari Jumlah Kuadrat Error (JKE), dengan rumus:

3) Mencari Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (JKTC), dengan rumus:

4) Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Tuna Cocok (RJKTC), dengan

rumus:

5) Mencari Rata-rata Jumlah Kuadrat Error (RJKE), dengan rumus:

6) Mencari Nilai F(hitung), dengan rumus:

      Σ − Σ = k E n Y Y JK 2

2 ( )

E s

TC JK JK

JK = Re

2 − =

k JK

RJKTC TC

k n

JK

RJK E

E =

E TC hitung RJK RJK F =


(54)

7) Mencari Nilai F (tabel), dengan rumus:

8) Menentukan keputusan pengujian linieritas, dengan ketentuan: Jika, F (hitung) < F (tabel), maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti linier, dan

Jika, F (hitung) > F (tabel), maka Ha diterima dan Ho ditolak, berarti tidak linier (Sugiyono, 2010: 274).

2. Pengolahan dan Analisis Data

a) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh Sistem Kompensasi (X1)

terhadap Kinerja Inovatif Guru (Y).

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan antara sistem kompensasi dengan kinerja

inovatif guru.

Ha : ada hubungan antara sistem kompensasi dengan kinerja inovatif

guru.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259) ) ( ) ( x2 y2

xy rxy Σ Σ Σ = 2 1 2 r n r t − − = ) ( , ) ( ) 1

(( dkTC dkE tabel F


(55)

Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan ketentuan:

Ho: diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261).

Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah:

Dimana,

Y = nilai yang diprediksikan a = konstanta

b = koefisien regresi

X = nilai variabel independen

Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan regresi, dengan menggunakan rumus: (Sugiyono, 2010:262) 2 2 2 2 2 ) ( ) )( ( ) ( ) )( ( ) )( ( i i i i i i i i i i i i i X X N Y X Y X N b X X N Y X X X Y a Σ − Σ Σ Σ − Σ = Σ − Σ Σ Σ − Σ Σ = X b a


(56)

Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai r 2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2010:275).

b) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala sekolah (X2) terhadap Kinerja Inovatif guru (Y).

Pertama kali yang yang dilakukan adalah menguji korelasi antar variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan antara kemampuan manajerial kepala

sekolah dengan kinerja inovatif guru.

Ha : ada hubungan antara kemampuan manjerial kepala sekolah

dengan kinerja inovatif guru.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan ketentuan:

Ho: diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan )

( ) ( x2 y2

xy rxy

Σ Σ

Σ =

2 1

2 r n r t

− − =


(57)

Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261). Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah:

Dimana,

Y = nilai yang diprediksikan a = konstanta

b = koefisien regresi

X = nilai variabel independen

Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan regresi, dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2010:262)

Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai r2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2010:275).

c) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh Sistem Kompensasi (X1)

terhadap Kemampuan Manajerial Kepala sekolah (X2)

X b a

Y= +

2 2 2 2 2 ) ( ) )( ( ) ( ) )( ( ) )( ( i i i i i i i i i i i i i X X N Y X Y X N b X X N Y X X X Y a Σ − Σ Σ Σ − Σ = Σ − Σ Σ Σ − Σ Σ =


(58)

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : tidak ada hubungan antara sistem kompensasi dengan

kemampuan manjerial kepala sekolah.

Ha : ada hubungan antara sistem kompensasi dengan kemampuan

manajerial kepala sekolah.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2008:259)

Kemudian nilai t-hitung dibandingkan dengan nilai t-tabel dengan derajat kebebasan, dk = n-2 dan derajat kesalahan 5%, dengan ketentuan:

Ho: diterima, jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel dan Ha: diterima, jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel.

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresinya. Persamaan regresi dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen

) ( ) ( x2 y2

xy rxy

Σ Σ

Σ =

2 1

2 r n r t

− − =


(59)

dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:261). Adapun persamaan regresi yang dimaksud adalah:

Dimana,

Y = nilai yang diprediksikan a = konstanta

b = koefisien regresi

X = nilai variabel independen

Untuk mencari nilai a dan b pada persamaan regresi, dengan menggunakan rumus:

(Sugiyono, 2010:262 dan Agus Irianto, 2009: 162)

Kemudian menentukan koefisien determinasi dengan mencari nilai r 2, untuk menentukan prosentasi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2010:275).

d) Untuk menguji hipotesis ada pengaruh Sistem Kompensasi (X1) dan

Kemampuan Manajerial Kepala sekolah (X2) secara

bersama-sama dengan Kinerja Inovatif Guru (Y).

Pertama kali yang harus dilakukan adalah menguji korelasi antar variabel, dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut:

X b a

Y= +

2 2 2 2 2 ) ( ) )( ( ) ( ) )( ( ) )( ( i i i i i i i i i i i i i X X N Y X Y X N b X X N Y X X X Y a Σ − Σ Σ Σ − Σ = Σ − Σ Σ Σ − Σ Σ =


(60)

Ho : tidak ada hubungan antara sistem kompensasi dan Kemampuan

Manajerial Kepala Sekolah secara bersama-sama dengan kinerja inovatif guru.

Ha : ada hubungan antara sistem kompensasi dan kemampuan

manajerial kepala sekolah secara bersama-sama dengan kinerja inovatif guru.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus:

Dimana,

Ryx1x2 : korelasi antaran X1 dan X2 secara bersama-sama dengan

variabel Y.

r yx1 : korelasi Product Moment antara X1 dengan Y.

r yx2 : korelasi Product Moment antara X2 dengan Y.

r x1x2 : korelasi Product Moment antara X1 dengan X2.

(Sugiyono, 2008:266)

Dan dilanjutkan uji signifikansi dengan menggunakan rumus:

Dimana,

R : koefisien korelasi ganda k : jumlah variable independen n : jumlah sampel

2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 x x r x x r yx r yx r yx r yx r x yx R − − + = ) 1 ( / ) 1 ( / 2 2 − − − = k n R k R Fh


(61)

(Sugiyono, 2008:266)

Kemudian nilai F-hitung dibandingkan dengan nilai F-tabel dengan derajat kebebasan, dk pembilang = k dan dk penyebut = (n-k-1) dan taraf kesalahan 5%, dengan ketentuan:

Ho: diterima, jika nilai F-hitung lebih kecil dari nilai F-tabel dan Ha: diterima, jika nilai F-hitung lebih besar dari nilai F-tabel.

Analisa selanjutnya adalah menghitung persamaan regresi ganda. Persamaan regresi ganda ini dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai kedua variabel independen secara bersama-sama dimanipulasi atau dirubah-rubah (Sugiyono, 2008:267). Adapun persamaan regresi ganda yang dimaksud adalah:

Dimana,

Y = nilai yang diprediksikan a = konstanta

b1 = koefisien regresi independen 1

b2 = koefisien regresi independen 2

X1 = nilai variabel independen 1

X2 = nilai variabel independen 2

Untuk mencari nilai a, b1 dan b2 pada persamaan regresi ganda, dengan menggunakan persamaan:

2 2 1

1X b X

b a


(62)

) 3 ( . . . ) 2 ( . . . ) 1 ( . . . 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 X b X X b X a Y X X X b X b X a Y X X b X b n a Y + Σ + Σ = Σ + Σ + Σ = Σ Σ + Σ + = Σ

(Sugiyono, 2010:278 dan Agus Irianto, 2009: 176)

Nilai penskoran dalam penelitian ini disesuaikan dengan hasil jawaban responden yaitu memakai skala 1 sampai dengan 5, dengan ketentuan 0 sampai 1,0 sangat kurang, 1,1 sampai dengan 2,0 kurang, 2,1 sampai dengan 3,0 sedang, 3,1 sampai dengan 4,0 baik dan 4,1 sampai 5,0 sangat baik untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut:

Tabel 3.5 Skala Penilaian

No Nilai Kriteria Persentase (%)

1 4,1 – 5,0 Sangat Baik 81 - 100

2 3,1 – 4,0 Baik 61- 80

3 2,1 – 3,0 Sedang 41 -60

4 1,1 – 2,0 Kurang 21 – 40


(1)

179

sama, yakni kuantitatif, pengukuran variabel secara substantif bukan didasarkan persepsi atas suatu kondisi, perlu dikembangkan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang lebih akurat.


(2)

180

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, 2008), Aplikasi Statistika dan Metode penelitian untuk Administrasi & Manajemen, Bandung: Dewa Ruchi.

Alma B, (2009), Pengantar Bisnis, Bandung: Alfabeta. ………..(2009), Guru Profesional, Bandung: Alfabeta

Alreek, Pamela L, & Settle, Robert R. (1995) The Survey Research Hand Book. Chicago, Irwin.

Arikunto Suharsimi, (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Bagia, I Wayan (2005), Pengaruh Modal Intelektual dan Kepuasan Kerja

Terhadap Kinerja Pegawai Pemerintah daerah Kabupaten di Provinsi Bali, Disertasi PPS Unpad Bandung

Barth, Rooland S. 1990. Improving shool from within. San Fransisco: Jossey – Bass.

Buckman, Robert H. (2004). Building A Knowledge Driven Organization, New York : McGraw - Hill.

Castetter, William B, (1996), The Human Resources Function In Educational Administration, Six Edition, New Jersey: Prentic-Hall

Cuttance, Peter, (ed) (2001). Shool Innovation, Pathway to the Knowlwdge society, Department of Education Australia, www.dest.govt.au (7 November 2009)

Danim, Sudarwan., (2007). Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. David G.Gliddon (2007, www.en.wikipedia.com

Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. (2004). Pedoman Pengembangan Sekolah Standar Nasional.

Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagakerjaan. (2007). Pedoman Penyusunan Usulan dan Laporan Pengembangan Inovasi Pembelajaran di Sekolah Tahun 2007.


(3)

181

Engkoswara (1987), Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan..

---, (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah, Bandung Yayasan Amal Keluarga,..

Fattah, Nanang.(2008). Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya

Frans Johansson (2004), www.en.wikipedia.com

Fullan, Michael, & Suzanne Stiegelbaver (1991). The New Meaning of Educational Change, New York: Teahcer College Press.

Gaynor, Gerrard H. (2002) Innovation by Design, Washington D. C.: Amacom. Gibson, Oliver R dan Hunt, Herold C (1965), The School Personnel

Administrator, Boston: Houghton Mefflin Company

Hasibuan, H. Malayu S.P. (2007) Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.

Hammond, Linda Darling, & Gary Sykes. (1999). Teaching as the Learning Profession, Handbook of Policy and Practice. San Francisco : Jossey – Bass.

Hersey, Paul dan Blanchad, KA, (1988), Management of Organization Behaviour Utilizing Human Resources, New Delhi: Prentice Haal Inc

Hoy, Wayne K., Cecil G. Miskel, (2001). Educational Administration, New York: McGraw Hill co.

Irianto, Agus, (2009), Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: Kencana. Ivael Risalati (2004), Hubungan Tingkat Kesejahteraan dengan Produktifitas

kerja Guru pada madrasah Aliyah di Kota Bandung, Tesis Adpend SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Jalal, Fasli dan Dedi Supriadi, (2002), Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta: Adi Citra

Jaenudin, Yudi, (2004), Pengaruh tingkat Pendidikan dan Kesejahteraan guru terhadap kualitas kinerjanya di Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Majalengka, Tesis Adpend SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


(4)

John Kao (2005), www.en.wikipedia.com

Khalifah, Mahmud dan Usamah Quthub, (2009), Kaifa Tashibaha Mu’alliman Mutamayyizan, Terj Muhtadi Kadi, Surakarta: Ziyad Visi Media.

Kurniadi, Dede Hasan (2002), Kemampuan Manajerial Pimpinan dalam memotivasi dan Mendesiplinkan Karyawan Dikaitkan Dengan Produktivitas Kerjanya, Tesis Adpend SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Lueccke & Katz, 2003, www.en.wikipedia.com, 21 November 2009

Margioli, Gabriel Diaz. (2000). Profesional Development. Virgenia: ASCD. Mathis, Robert L., & John H. Jackson. (2002). Manajemen Sumber Daya

Manusia. Terj. Jilid 1 dan 2, Jakarta: Salemba Empat.

McCall, Jack. (1994). The Principal’s Edge. Princeston Junction-New Jersey, Eye on Education Inc.

Moekijat, (1992), Administrasi Gaji dan Upah, Bandung: Mandar Maju

______, (1995), Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Bandung: Mandar Maju

Morris, Wayne (2006). Creativity, Its Place in Education, www.jpb.com (5 Juni 2009).

Mulyasa, E .(2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyati, Yati Siti dan Aan Komariah, (2008), Manajemen Sekolah dalam Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan UPI

Murdick, Robert G. et al, (1997), Information Systems For Modern Management, terj. J.Djamil, Jakarta: Erlangga.

Mustari, Lomri (2002), Pengaruh Kompensasi terhadap Produktifitas Kerja Guru, Tesis Adpend SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Panggabean, Mutiara S. (2004), Manajemen Sumber Daya manusia, Bogor: Galia Indonesia.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.


(5)

183

Poerwadarminta, WJS, (1987), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka

\

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah

Riduan, (2008), Metode Teknik Menyusun Tesis, Bandung: Alfabeta

Rivai, Veithzal (2005), Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Rosyada, Dede, (2004), Paradigma Pnedidikan Demokratis: Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana

Sagala, Syaiful (2009), Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta

..., (2009), Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta

Sahertian, (2000), Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan: Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta: Rineka Cipta. Sanjaya, Wina, (2006), Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana

Sa’ud, Udin S dan Ayi Suherman, (2006), Inovasi Pendidikan, Bandung: UPI Press

Schuler, Rondall S (1987), Personall and Human Resource Management, Third Edition, USA: West Publishing Company

Siagian, Sondang P, (2008), Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara

Silalahi, Ubert, (2009), Studi Tentang Ilmu Administrasi, Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Stoner, J.A.F, dan R.E. Freeman, (1999), Manajemen, Jakarta: Intermedia Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta. ..., (2010), Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alfabeta.


(6)

Suhardan, H .Dadang ,(2006). Supervisi Bantuan Profesional,. Bandung. Mutiara Ilmu.

Surya M. (2003). Percikan Perjuangan Guru. Semarang: Aneka Ilmu. Sutikno, M. Sobri, (2008), Landasan Pendidikan, Bandung: Prospect

Suyatno, (2009), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Waru Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Tshahindra, (2008), Manajemen Kompensasi – Prinsip Dasar, http://ilmusdm. wordpress.com, 12-02-2010.

Uharsputra, (2008), http/uharsputra.word press.com

Umar, Husein, (2003). Metode Riset Perilaku Organisai, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.

Undang-undang nomor 14 tahun 2005.tentang guru dan dosen

Wahab, Abdul Azis (2008), Anatomi Organisasi Kepemimpinan Pendidikan, Bandung: Alfabeta

Wiharjadi, Otji S, (2000), Hubungan Pembinaan oleh Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru, Tesis Adpend SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH, SARANA PRASARANA, DAN BUDAYA KERJA TERHADAP KINERJA GURU MADRASAH Kontribusi Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah, Sarana Prasarana, Dan Budaya Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Di Kabupaten Wono

0 2 15

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG KETRAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA Pengaruh Persepsi Guru Tentang Ketrampilan Manajerial Kepala Sekolah Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru.

0 1 14

KONTRIBUSI SIKAP INOVATIF DAN KEMAMPUAN MANAJERIAL TERHADAP KINERJA KEPALA MADRASAH SE-KABUPATEN ACEH TENGGARA.

0 0 23

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA MADRASAH DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH DI KOTA TANGERANG:Studi Tentang Kemampuan Manajerial Kepala Madrasah Dan Kompetensi Guru Terhadap Peningkatan Kualitas Pendidikan Ma

1 2 62

KONTRIBUSI SISTEM PENILAIAN KINERJA GURU DAN KOMPETENSI MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU MADRASAH ALIYAH DI KABUPATEN SUMEDANG.

1 7 59

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SDN SE-KECAMATAN BAMBANGLIPURO BANTUL.

0 0 148

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN KOMPENSASI NON FINANSIAL TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KABUPATEN SLEMAN.

0 1 212

PENGARUH KEMAMPUAN MANAJERIAL DAN KEWIRAUSAHAAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU

0 0 11

MENINGKATKAN KINERJA GURU MELALUI KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN IKLIM ORGANISASI DI MADRASAH

0 0 10

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kompetensi Guru Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Guru

1 3 17