ANALISIS KEMAMPUAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH PADA PEMBELAJARAN SAINS DI TAMAN KANAK-KANAK.

(1)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrhiim

Maha suci Allah SWT dan segala puji hanya bagi-Nya. Atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini, dengan harapan akan memberi manfaat dan maslahat yang tiada terkira bagi perkembangan ilmu pendidikan dan senantiasa penulis mengamalkan ilmu di jalan yang diridhoi Alloh SWT. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjunan alam Rosulullah SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya sampai akhir zaman. Dengan penuh kerendahan hati sebagai makhluk yang tidak memiliki daya dan tidak memiliki kekuatan kecuali hanya dengan pertolongan Allah SWT, tak henti-hentinya penulis panjatkan syukur Alhamdulillahi Robbil al-Alamin.

Penulisan tesis yang berjudul “Analisis Kemampuan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran Sains Di Taman Kanak-kanak” ini merupakan laporan penelitian tertulis untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian sidang master pendidikan pada Program Studi Pendidikan Dasar Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Keseluruhan tesis ini terdiri dari lima bab yaitu, BAB I merupakan pendahuluan yang memaparkan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, definisi operasional, asumsi penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian. Bab II memaparkan tentang landasan teori yang mendukung kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak ppada pembelajaran sains di Taman Kanak-kanak. Bab III berisi tentang metodologi penelitian yang memaparkan pendekatan penelitian, metode


(2)

ii

penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, obyek penelitian, langkah-langkah penelitian, pelaksanaan penelitian, pengembangan instrumen penelitian dan validitas data. Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang memaparkan tentang kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak. Bab V memaparkan tentang kesimpulan dan rekomendasi.

Harapan penulis semoga uraian dalam tesis ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi Program Studi Pendidikan Dasar Pasca Sarjana dan umumnya bagi pihak yang membutuhkan.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun laporan penelitian ini, namun tidak menutup kemungkinan banyak terdapat kekurangan sehingga penulis sangat mengharapkan sumbang saran dan pemikiran untuk perbaikan penulisan laporan selanjutnya.

Akhir kata penulis mengucapkan segala puji syukur kepada Dzat Illahi Robbi yang telah memberikan kekuatan lahir dan bathin, melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan, semoga dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Aamiin.

Bandung, Agustus 2011


(3)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala hidayah dan limpahan karunia-Nya sehingga dengan izin-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini tidak luput dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Dengan segala kerendahan hati dan sebagai penghargaan yang tak ternilai penulis ingin menyampaikan terimakasih yang tulus kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Hj. Ernawulan Syaodih, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membuka cakrawala berfikir penulis dengan teliti dan kritis serta penuh kesabaran memberikan arahan yang berharga selama penulisan tesis ini, maaf kalau hasilnya kurang maksimal.

2. Bapak Dr. H. Phil. Ari Widodo, M.Ed. selaku pembimbing II yang telah dengan sabar, cermat membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

3. Bapak Prof.H. Fuad Abdul Hamied, M.A., Ph.D. selaku Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia serta seluruh jajaran staf dan karyawan/karyawati yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

4. Bapak Dr. M. Solehuddin, M.A, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan motivasi yang tidak henti-hentinya bagi penulis.


(4)

iv

5. Para Dosen Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, yang telah memberikan ilmunya selama penulis menyelesaikan studi.

6. Ibu Een selaku Tata Usaha pada Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia yang selalu sabar membantu menyelesaikan masalah administrasi selama dibutuhkan.

7. Teman-temanku angkatan 2009 Program Studi Pendidikan Dasar Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Tetap semangat ya...

8. Sahabat-sahabatku, kelas A angkatan 2009 terimakasih atas kebersamaan yang selalu kita buat seru dan bermakna....kompak trus....spesial buat Akat yang selalu bilang “haseuuuummmm”

9. TK Jauharul Insiyyah Kecamatan Babakan Ciparay Kota Bandung terutama kepada Kepala Sekolah yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di TK tersebut. Terimakasih pada guru-guru yang telah mendukung dan membantu terlaksananya penelitian ini.

10. Temanku Ibu Hj. Yuyun Lestari Salim, M.Pd. Tuti Melia Sopa, S.Pd, Tini Nuraeni. S.Pd yang selalu mendukung dan mendo’akan bagi terselesaikannya penulisan tesis ini.

11. Spesial buat kedua pengawal dan jagoanku...Adam Muhammad Rizqi Fadlillah Azis dan Ajriel Muhammad Zainul Muttaqien yang sudah tersita waktu bermain bersama mamah...ini mamah persembahkan untuk kalian... kalian harus lebih baik dari mamah....anak mamah PASTI bisa...mamah sayang kalian....


(5)

v

12. Hj. Netty Sa’adatul Hazatiyah dengan H. Bambang Suprapto kakak sekaligus motivator di keluarga besar KH. Muhammad Faqih.

13. Bunda Ir. Siti Homsiah Fauzia Faqih dengan Prof. Dr. Elvinaro Ardianto, M.Si kakak juga penasehat spiritual yang selalu mencurahkan do’a dan dukungannya. 14. Teh In in sareng a Hilman kakak yang selalu mengajarkan makna kehidupan

hingga penulis jalani semua dengan ikhlas dan pasrah...

15. Ibunda Hj. Siti Hafsah, teh Aam, kang Asep sareng teh Eli, Kang Popo sareng teh Yuli, serta ade-adeku mang Rana sareng bi Ai, mang Opik sareng bi Nci, mang Ichsan sareng bi Ilah, dan si bungsu mang Ifan yang tak henti-hentinya mendukung dan mendo’akan.

16. Buat seseorang sebagai motivator, inspirator yang tak pernah bosan mendukung dengan do’a dan kasih sayangnya, semoga Alloh membalas segala kebaikanmu...trimakasih sudah mewarnai hidupku....!

17. Buat sahabat-sahabatku....yang tidak bisa disebutkan satu per satu...terimakasih ya...sudah mendengarhan dan menjadi teman curhat aku....

18. Untuk mengenang kasih sayang ayahanda H. Muhammad Faqih (alm) dan Drs. Azis Ganedi (alm) yang sangat berarti dalam hidupku...dari mereka penulis belajar ketegaran dan kesabaran semoga dilapangkan...diterangkan... dibukakan pintu sorga dan di tempatkan disisi Allah SWT...Aamiin ya robbal alamiin...namamu slalu hidup dalam sanubariku...I LOVE YOU pah...


(6)

vi

19. Kepada semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah membantu dan mendukung selesainya penulisan tesis ini, dengan penuh keikhlasan penulis panjatkan do’a kehadirat Alloh SWT jazakumullahu khairan katsiron... semoga semua amal sholeh yang telah mereka berikan mendapat pahala yang berlimpah dari Allah SWT, Aamiin ya robbal alamiin...

Bandung, Agustus 2011


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... ...i

LEMBAR PENGESAHAN ... . ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... .iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... .vi

DAFTAR ISI ... .. x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... .. 1

A. Latar Belakang Masalah ... .. 1

B. Rumusan Masalah ... .. 8

C. Tujuan Penelitian ... .. 9

D. Manfaat Penelitian ... .. 9

E. Definisi Operasional ... 10

BAB II KONSEP KEMAMPUAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SERTA PEMBELAJARAN SAINS DI TAMAN KANAK-KANAK ... 12

A. Hakekat Pembelajaran Sains ... 12

B. Kemampuan Proses Sains ... 15

C. Sikap Ilmiah ... 24

D. Pembelajaran Sains pada Anak TK... 29


(8)

viii

F. Peran Guru dalam Kemampuan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Anak .. . 57

G. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 61

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 61

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 63

C. Teknik Pengunpulan Data... 64

D. Teknik Analisa dan Validasi Data ... 66

E. Langkah-langkah Penelitian ... 69

F. Pelaksanaan Penelitian ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77

A. Hasil Penelitian ... 77

B. Pembahasan ... 141

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 178

A. Kesimpulan ... 178

B. Rekomendasi ... 180

DAFTAR PUSTAKA ... 181 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Perbandingan Kemampuan proses Sains Menurut Para Ahli...17

2.2. Kemampuan Proses Sains Menurut Waynne Harlen...19

2.3. Kemampuan Proses Sains Anak TK Menurutut Ali Nugraha... . ...21

2.4. Aspek Kemampuan Proses Sains. Menurut Rustaman.... ... ...23

2.5. Dimensi, Tujuan dan Target Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini...33

3.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian... ... ...72

4.1. Kemampuan Observasi... ... ...78

4.2. Kemampuan Mengajukan Pertanyaan.... . ...83

4.3. Kemampuan Interpretasi... ...87

4.4. Kemampuan Prediksi... ... ...92

4.5. Kemampuan Klasifikasi... ... ...96

4.6. Kemampuan Merencanakan Percobaan. ...100

4.7. Kemampuan Hipotesis... ... ...104

4.8. Kemampuan Mengkomunikasikan... ...109

4.9. Sikap Berfikir Kritis... ... ...115

4.10. Sikap Memahami Bukti... ... ...118

4.11. Sikap Mencari Bukti... ... ...123

4.12. Sikap Jujur... ... ...128

4.13. Sikap Objektif... ... ...133


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Mengenal Gerak. ... ...43

2.2. Tenggelam dan Terapun. .... ...43

2.3. Mengenal Benda Cair... ... ...44

2.4. Larut dan Tidak Larut... ... ...44

2.5. Timbangan Neraca... ... ...45

2.6. Percobaan Sederhana Dengan Tanah... ... ...46

2.7. Mengenal Es... ... ...46

2.8. Bermain Gelembung... ... ...47

2.9. Bermain Warna... ... ...47

2.10. Bermain Bayang-bayang... ... ...48

2.11. Bermain Bunyi... ... ...48

2.12. Bermain Magnet... ... ...49


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. Sebagai bagian dari pendidikan anak usia dini, kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak yang meliputi semua aspek perkembangan dilakukan secara terintegrasi atau terpadu. Kegiatan tersebut memuat bahan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kemampuan anak. Berbagai kemampuan dan kecerdasan baru pada anak akan memungkinkan anak untuk mengerti serta memahami dunia di sekitarnya, mereka mengenali dengan cara yang lain sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Taman Kanak-kanak (TK) didirikan sebagai usaha mengembangkan seluruh segi kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani pendididkan dalam keluarga ke pendidikan sekolah. TK merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yaitu pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan selanjutnya.

Kegiatan di TK tentunya sangat berbeda dengan kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar. Kegiatan di TK dilaksanakan dengan cara bermain sesuai dengan prinsip TK yaitu "bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain" hal ini merupakan cara yang paling efektif, karena dengan bermain anak dapat mengembangkan berbagai kemampuan dan kreativitasnya.


(12)

Kegiatan bermain bagi anak dapat mengembangkan seluruh aspek pancainderanya. Dengan bermain anak dapat menemukan lingkungannya, memotivasi anak untuk mengetahui segala sesuatu secara lebih mendalam, dan secara spontan anak dapat mengembangkan berbagai aspek kemampuan atau potensi yang ada dalam dirinya.

Kegiatan pembelajaran di TK adalah bermain yang kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian anak tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran dijenjang pendidikan berikutnya. Dalam memberikan kegiatan belajar pada anak harus diperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak, alat bermain atau alat bantu, metode serta bahan yang digunakan.

Hasil penelitian tentang intervensi pendidikan pada anak usia dini melaporkan signifikansi pemberian layanan pendidikan pada anak usia dini terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak pada berbagai dimensi perkembangan. Hal ini sesuai dengan hasil yang dituliskan Bracey tahun 1996, Campbell dan Ramey tahun 1994 (Essa, 2003: 145) yang menemukan adanya korelasi positif antara pemberian layanan pendidikan anak usia dini terhadap keberhasilan akademis pada pendidikan selanjutnya. Anak yang mengikuti program pendidikan anak usia dini sejak bayi sampai usia 5 tahun cenderung memiliki nilai tes kognitif yang lebih tinggi pada saat masuk sekolah dasar (SD).

Sementara itu hasil studi di bidang neurolog mengetengahkan antara lain bahwa perkembangan intelektual telah mencapai 50% ketika anak berusia 4 tahun, mencapai 30% setelah anak berusia 8 tahun, dan genap 100% setelah anak berusia 18 tahun Jalal (2002: 5-6). Studi tersebut menguatkan pendapat para ahli


(13)

3

sebelumnya tentang keberadaan masa peka atau masa emas pada anak usia dini. Masa ini hanya datang sekali dalam seumur hidup dan tidak akan terulang. Usia ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan yang meliputi aspek bahasa, sosial, emosi, kemandirian, fisik motorik serta kognitif yang didalamnya ada pengembangan sains dan matematika.

Dalam kontek kognitif, Piaget (1952) mengungkapkan bahwa pada usia 3-6 tahun anak berada pada tahap praoperasional, pada masa ini anak sudah dapat berfikir melalui simbol, namun belum dapat menggunakan logika. Mengacu pada karakteristik anak tersebut maka peran guru menjadi suatu keharusan untuk merencanakan pembelajaran yang dilengkapi dengan pemilihan metode yang menyenangkan serta proses pembelajaran dalam bentuk konkrit.

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 butir 14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Anak sampai usia 6 tahun merupakan usia yang sangat menentukan, dalam pembentukan karakter, sikap, kepribadian dan pengembangan seluruh aspek kemampuan anak. Usia tersebut sebagai usia penting bagi pengembangan intelegensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap stimulus dan informasi yang sangat tinggi dari lingkungannya.


(14)

Pendidikan anak usia dini khususnya TK, perlu menyediakan beragam kegiatan dalam meningkatkan kemampuan berbagai aspek perkembangan. Menurut Gardner (Jalal, 2004: 3) anak usia TK (4 – 6 th) berada pada masa peka atau masa emas (golden age). Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensinya dan pada masa ini mulai terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik, psikis, siap meresponss stimulasi yang diberikan oleh lingkungannya.

Perkembangan berbagai aspek seorang anak tidak terjadi secara terpisah tetapi berkembang secara menyeluruh serta dipengaruhi berbagai faktor dari dalam dirinya dan lingkungan terdekat dengan anak. Faktor yang ada dalam diri anak adalah berbagai aspek kemampuan atau potensi yang dimiliki anak dan faktor lingkungan yang terdekat dengan anak adalah orang tua, guru, teman, lingkungan rumah dan lingkungan sekolah.

Menurut Hildebrand (1986), anak TK mempunyai dorongan yang kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya lebih baik. Anak ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar (Moeslichatoen, 1999 : 10). Segala sesuatu yang diamati oleh inderanya. Untuk menanggapi dorongan tersebut anak berusaha menemukan jawaban sendiri dengan berbagai cara, misalnya jawaban terhadap segala sesuatu yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba, bagaimana terjadinya, dari mana segala sesuatu itu berasal atau apa yang terjadi bila sesuatu itu dipegang serta bagaimana kalau benda diubah posisinya.


(15)

5

Anak TK mempunyai motivasi untuk menjelajahi dan meneliti lingkunganya. Dengan menggerakkan dan memainkan sesuatu, anak akan memperoleh pengalaman. Anak juga mempunyai dorongan yang kuat untuk menguji dan mencoba kemampuan dan ketrampilanya terhadap sesuatu. Kegiatan mencoba ini tidak hanya memberikan kesenangan bagi anak melainkan juga memberi pengalaman yang lebih baik tentang sifat-sifat yang dimiliki sesuatu benda. Karena itu, bila anak TK diberi kesempatan untuk bereksperimentasi, mencoba, menguji dengan berbagai sumber belajar, mereka akan memperoleh pengetahuannya sendiri dan tanpa mereka sadari mereka sudah belajar sains.

Anak adalah ilmuwan alamiah, karena melalui panca inderanya anak mampu mengamati fenomena di sekitarnya. Untuk mendorong kemampuan ini banyak cara yang dapat dilakukan guru dalam membantu anak agar kemampuan atau potensinya berkembang menjadi ilmuwan muda yang kreatif dan inovatif.

Hakikat setiap anak dilahirkan dengan membawa potensi atau kemampuan menjadi ilmuwan. Anak dilahirkan dengan membawa potensi rasa ingin tahu yang tinggi, dan selalu ingin mencari tahu tentang apa yang dilihat, didengar dan dirasakan di lingkungan sekitarnya. Guru di Taman Kanak-kanak (TK) memiliki peranan yang sangat penting untuk memfasilitasi munculnya semua aspek perkembangan atau kemampuan yang dimiliki anak.

Pembelajaran sains pada anak memiliki peranan sangat penting seperti bidang pengembangan lainnya dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan sumber daya manusia yang diharapkan. Pentingnya mengenalkan pembelajaran sains pada anak tidak lepas dari kesadaran bahwa manusia hidup di


(16)

dunia yang terus berkembang, menuju masa depan yang penuh dengan tantangan baik itu teknologi yang semakin canggih maupun berbagai gejala alam sepert gunung meletus, banjir dan tsunami. Jika pembelajaran sains dianggap penting bagi kehidupan manusia, maka sudah sepantasnya pembelajaran dan stimulasinya diberikan sedini mungkin, yaitu ketika seorang anak berada pada rentang usia dini berarti mereka sedang berada dalam masa keemasan dalam sepanjang hidupnya. Pada usia tersebut potensi anak sedang berada pada puncak pertumbuhan dan perkembangan, hal ini bergantung pada peran guru dalam memfasilitasi bagaimana pembelajaran sains dikenalkan pada anak.

Hasil penelitian Curson dalam Holt (Nugraha, 2008: 13) mengungkapkan bahwa berdasarkan pengamatannya terhadap perilaku anak-anak ketika berinteraksi dengan berbagai benda sains, maka ia menarik kesimpulan bahwa pembelajaran sains bagi anak-anak adalah segala sesuatu yang menakjubkan, sesuatu yang ditemukan dan dianggap menarik serta memberi pengetahuan atau merangsang anak untuk mengetahui dan menyelidikinya.

Pengenalan pembelajaran sains pada anak akan berhasil apabila didukung dengan kemampuan guru memahami batasan pembelajaran sains yang terdiri dari penguasaan kemampuan proses sains, penguasaan produk sains dan guru memfasilitasi sikap sains atau sikap ilmiah pada diri anak, agar pemahaman anak terhadap kemampuan-kemampuan tersebut meningkat dan dapat dikenalkan dengan cara-cara yang tidak memaksa, bahkan sebaliknya dapat dikenalkan dengan cara yang menyenangkan bagi anak sesuai dengan tahapan perkembangannya, rasa ingin tahu anak usia dini sangat tinggi.


(17)

7

Rasa ingin tahu tersebut perlu difasilitasi oleh guru sehingga akan mendatangkan manfaat bagi dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Sebagaimana kata-kata bijak ”teach less learn more” yang maksudnya agar pendidik tidak perlu mengajar banyak untuk memenuhi rasa ingin tahu anak. Peran guru dalam hal ini cukup dengan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk terus mempelajari semua yang ada di sekitarnya.

Pembelajaran bagi anak usia dini dengan melibatkan lingkungan sekitar, dapat memperkaya pengalaman anak. Anak akan belajar bereksperimen, bereksplorasi dan menginvestigasi lingkungan sekitarnya, sehingga anak mampu membangun pengetahuan yang nantinya dapat digunakan pada masa dewasanya.

Sebagian besar guru belum memahami akan potensi atau kemampuan luar biasa yang dimiliki anak-anak pada usia dini. Keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki guru, menyebabkan kemampuan yang dimiliki anak tidak berkembang. Selain itu, ada juga guru pada pendidikan anak usia dini yang tidak tahu bagaimana caranya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak

Masih banyak guru yang belum mengembangkan kemampuan atau potensi yang dimiliki anak. Guru belum menggunakan kegiatan pembelajaran yang bervariasi, kegiatan yang sering digunakan yaitu menggambar, mewarnai dan melipat. Pembelajaran sains di TK akan menyenangkan dan bermakna bagi anak apabila didukung dengan pemilihan kegiatan yang menarik minat anak dalam proses pembelajarannya. Melalui pemilihan kegiatan yang tepat, anak memiliki kesempatan untuk berekplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan belajar secara menyenangkan.


(18)

Fenomena yang terjadi dilapangan kalau tidak segera ditangani akan memberi dampak yang besar terhadap berbagai kemampuan yang dimiliki anak dan perkembangan belajar anak. Anak akan cepat bosan dengan cara pembelajaran konvensional, karena kurang menariknya guru menyajikan bahan yang harus dikenalkan pada anak maka berdampak kurang baik juga terhadap motivasi belajar dan berkembangnya kemampuan atau potensi anak. Artinya guru harus pandai memilih kegiatan yang tepat untuk merangsang perkembangan kemampuan anak dan memfasilitasi rasa ingin tahu yang tinggi terhadap suatu kejadian di lingkungan terdekat dengan anak.

Dengan demikian keberhasilan pembelajaran di TK tergantung pada peran guru sebagai pembimbing, motivator dan fasilitator bagi berlangsungnya proses belajar mengajar di TK. Berdasarkan uraian di atas peneliti mendapatkan gambaran bahwa pembelajaran sains penting dikenalkan sejak dini untuk menstimulus munculnya berbagai aspek perkembangan pada diri anak.

B. Rumusan Masalah

Pembelajaran sains di Taman Kanak-kanak (TK) merupakan salah satu bidang pengembangan yang harus dikenalkan pada anak. Mengingat begitu pentingnya anak mengenal pembelajaran sains sejak usia dini maka dalam penelitian ini yang akan diselidiki adalah kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak dalam pembelajaran sains di TK.


(19)

9

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dan ditemukan di lapangan, untuk memudahkan penelitian maka penulis membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan proses sains anak di kelompok B TK Jauharul Insiyyah Kota Bandung ?

2. Bagaimana sikap ilmiah anak di kelompok B TK Jauharul Insiyyah Kota Bandung ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah diuraikan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran kemampuan proses sains anak di kelompok B TK Jauharul Insiyyah Kota Bandung

2. Untuk mengetahui gambaran sikap ilmiah anak di kelompok B TK Jauharul Insiyyah Kota Bandung

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi guru Taman Kanak-kanak (TK), program pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PGPAUD), bagi peneliti selanjutnya, dan umumnya bagi semua pihak yang memerlukan hasil penelitian ini. Lebih rinci manfaat yang diharapkan dijelaskan sebagai berikut.


(20)

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dalam menambah pengetahuan terutama dalam memahami karakteristik anak sehingga mampu memfasilitasi kebutuhan belajar anak di Taman Kanak-kanak serta memberikan wawasan dalam pemilihan kegiatan yang menyenangkan bagi pembelajaran anak.

2. Dapat digunakan sebagai masukkan baik materi maupun bahan bagi calon guru untuk mengembangkan kemampuan proses dan sikap yang dimiliki anak dengan cara meningkatkan kualitas pembelajaran dan kreativitas guru dalam membuat dan menerapkan program pembelajaran pada bidang pengembangan lainnya di TK.

3. Memberikan gambaran tentang kemampuan proses dan sikap ilmiah anak serta hasil penelitian ini memberikan kontribusi bagi peneliti dalam melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kemampuan lain yang dimiliki anak pada bidang pengembangan lain di Taman Kanak-kanak.

E. Definisi Operasional 1. Kemampuan Proses Sains

Kemampuan proses sains adalah berbagai kemampuan yang dilatihkan pada anak untuk memahami konsep dan prinsip yang diperoleh anak melalui mengamati, mengajukan pertanyaan, menyimpulkan, memperkirakan, menggolongkan, merencanakan percobaan, hipotesis dan mengkomunikasikan atau melaporkan hasil temuannya.


(21)

11

2. Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah adalah sikap yang disiapkan untuk bertindak melalui perbuatan yang berdasarkan pada pendirian, pendapat dan keyakinannya. Seseorang dikatakan memiliki sikap ilmiah apabila memiliki kemampuan berfikir kritis, memahami data yang ditemukan, mampu mencari data penelitian, jujur melaporkan hasil temuannya, objektif dan terbuka terhadap kritik dan saran yang diterimanya.

3. Pembelajaran Sains

Pembelajaran sains adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman langsung dengan cara mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, melihat apa yang terjadi, melakukan sesuatu, menggunakan simbol-simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.


(22)

61 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeskripsikan tentang kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak pada pembelajaran sains. Berdasarkan tujuan tersebut maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualirtatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah (Moleong, 2007: 6). Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran kemampuan proses dan sikap ilmiah pada pembelajaran sains di Taman Kanak-kanak.

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Menurut Sujana (2005) studi kasus (case study) merupakan penelitian yang dilakukan terhadap suatu kesatuan sistem baik berupa program, kegiatan, peristiwa atau kelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu. Metode studi kasus dipilih untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus yang diteliti. Kasus sama sekali tidak mewakili populasi dan tidak dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan dari populasi. Kesimpulan pada penelitian studi kasus hanya berlaku untuk kasus tersebut saja.

Suatu kasus dapat terdiri dari satu orang atau lebih tetapi merupakan satu kesatuan. Dalam studi kasus digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu


(23)

62

wawancara, observasi dan studi dokumentasi yang semuanya difokuskan ke arah mendapatkan kesatuan data dan kesimpulan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kemampuan proses sains dan sikap ilmiah pada pembelajaran sains di Taman Kanak-kanak (TK). Penelitian ini tidak ditujukan untuk menguji hipotesis, tetapi untuk mendapatkan potret tentang kemampuan proses dan sikap ilmiah pada pembelajaran sains. Penelitian ini berupaya melakukan pencatatan terhadap masalah-masalah atau kejadian-kejadian yang muncul terkait dengan objek yang diteliti dan dideskripsikan secara apa adanya sesuai hasil temuan dilapangan.

Penelitian ini menggunakan studi kasus karena peneliti ingin mempelajari dan mengetahui lebih mendalam mengenai kemampuan proses sains dan sikap ilmiah pada pembelajaran sains di TK Jauharul Insiyyah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang diungkapkan Sudjana (2004: 69) bahwa pada penelitian studi kasus peneliti dapat mempelajari secara mendalam dan menyeluruh tentang apa yang ditelitnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka melalui penelitian ini diharapkan terkumpul data untuk menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan fenomena yang ada kemudian dapat dijadikan kesimpulan yang akan dilaporkan sebaga hasil penelitan. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian mengenai kemampuan proses sains yang diteliti adalah aspek kemampuan observasi, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, mengklasifikasikan, memprediksi, menginterfretasikan dan mengkomunikasikan serta berbagai


(24)

kejadian yang muncul secara alamiah pada pembelajaran sains yang akan mempengaruhi sikap ilmiah anak pada pembelajaran sains.

B. Populas dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anak kelompok B Taman kanak-kanak (TK) Jauharul Insiyyah yang berlokasi di Jalan Satria Raya Blok F no 60 Komplek Cibolerang Bandung. Dipilihnya TK Jauharul Insiyyah sebagai lokasi penelitian karena Kepala Sekolah lulusan dari S-1 PGTK, setidaknya memahami karakteristik dan kebutuhan belajar anak, di TK tersebut sering melakukan kegiatan percobaan terutama dalam pembelajaran sains. Hal ini sangat membantu dalam mengumpulkan data mengenai kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak.

Menurut Spradley (Sugiyono, 2005: 49) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif tidak digunakan istilah populasi tapi menggunakan istilah social situation atau situasi sosial yang terdiri dari tempat ( place), pelaku (actors), dan kegiatan (activity).

Yang menjadi sampel dalam penelitian adalah anak-anak kelompok B Semester genap tahun pelajaran 2010-2011 yang berjumlah 19 anak yang difokuskan kepada 5 orang anak, terdiri dari anak laki-laki 2 orang dan anak perempuan 3 orang. Alasan pemilihan lima orang anak kelompok B di TK Jauharul Insiyyah adalah berdasarkan pertimbangan kematangan usia yang rata-rata 6 tahun dan kemampuan memahami pembelajaran sudah lebih baik di bandingkan dengan kelompok A.


(25)

64

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, yaitu data kualitatif. Data kualitatif meliputi data hasil wawancara, observasi secara langsung serta studi dokumentasi, foto dan video pembelajaran.. Untuk mengumpulkan data-data tersebut penulis menggunakan lembar observasi, pedoman wawancara, pedoman studi dokumentasi, foto dan video pembelajaran.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang perencanaan, pelaksanaan serta kemampuan proses dan sikap ilmiah anak yang di tampilkan berbentuk deskripsi berupa pemaparan dan gambaran sebagai data hasil penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik wawancara dan studi dokumentasi.

1. Teknik Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung pada saat pembelajaran sans berlangsung. Hal ini memungkinkan peneliti mengamati sendiri, mencatat kemampuan dan sikap yang muncul pada pembelajaran sesuai keadaan sesungguhnya.

Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Menurut Alwasilah (2006: 155) teknik observai memungkinkan peneliti untuk mengambil inferensi ihwal makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa atau proses yang diamati.

Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran serta kegiatan atau peristiwa yang terjadi. Observasi dilakukan setiap proses


(26)

pembelajaran berlangsung. Hasil observasi ini digunakan sebagai masukan dalam melihat kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak..

2. Teknik Wawancara

Wawancara dilakukan secara informal dan bebas atau tidak terstruktur, hal ini sesuai dengan pernyataan Sudjana (2008) dalam wawancara bebas jawaban yang digunakan tidak dipersiapkan sehingga sumber bebas mengungkapkan pendapatnya. Wawancara merupakan kumpulan pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan mengenai data yang diperlukan. Wawancara bersifat luwes dan terbuka sehingga memungkinkan peneliti mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian. Denzin (Wiraatmaja, 2002: 117)

Pengambilan informasi yang dilakukan dalam penelitian ini diadakan melalui wawancara langsung dengan responden dalam hal ini adalah guru dengan panduan wawancara yang telah disiapkan. Wawancara ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan judul penelitian dan sebagai penunjang kelengkapan data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yang diperoleh dari sekolah berupa, kurikulum, Rencana Kegiatan Mingguan (RKM), Rencana Kegiatan Harian (RKH), catatan-catatan guru kelas dan buku perkembangan anak. Data yang menggambarkan perencanaan pembelajaran sains untuk mengetahui kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi dan data


(27)

66

baik dari kurikulum yang digunakan, rencana kegiatan mingguan (RKM) maupun rencana kegiatan harian (RKH).

Data pencapaian hasil kemampuan proses dan sikap ilmiah anak pada pembelajaran sains dikumpulkan menggunakan studi dokumentasi, foto kegiatan anak, foto hasil karya anak, laporan kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak dengan menggunakan lembar observasi yang khusus mencatat kemampuan yang dicapai anak selama proses pembelajaran berlangsung.

D. Teknk Analisis dan Validitas Data

Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara kualitatif terhadap setiap pertanyaan yang muncul dari anak, kemampuan merencanakan penelitian, kemampuan menggunakan alat atau bahan penelitian, kemampuan menggunakan data penelitian dan kemampuan mengkomunikasikan. Analisis data dilakukan melalui tahapan penyusunan data yang diperoleh, berupa hasil wawancara, observasi, studi dokumentasi, foto dan video pembelajaran, selanjutnya menganalisis data berdasarkan teori dan konsep yang dijadikan rekomendasi dalam penelitian, memeriksa validitas, menyusun laporan hasil penelitian.

Model analisis data yang digunakan mengacu pada model yang dibuat Miles dan Huberman (Sopyan, 2007: 160) bahwa analisis dan pengumpulan data kualitatif memperlihatkan sifat interaktif sebagaimana suatu sistem dan merupakan suatu siklus. Pengumpulan data ditempatkan sebagai bagian komponen yang merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data.


(28)

Sependapat dengan uraian di atas Alwasilah (2006: 156) dalam penelitian kualitatif peneliti tidak boleh menunggu dan membiarkan data menumpuk untuk kemudian baru menganalisisnya. Analisis dalam setiap tahapan kemudian akan menampilkan kategori sebagai bahan pengembangan teori yang semakin mantap pada tahap selanjutnya. Berdasrkan pendapat di atas, maka peneliti menganalisis data hasil lapangan melalui tahap-tahap berikut.

1. Koleksi data. Pada tahap ini data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilaksanakan peneliti terhadap subjek penelitian dan sumber informasi merupakan langkah awal dalam pengolahan data. Hasil observasi dan wawancara terhadap guru maupun anak TK Jauharul Insiyyah Kota Bandung, dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan studi dokumentasi diharapkan dapat melihat data kemampuan proses dan sikap ilmiah anak. Peran guru dalam membantu kemampuan proses dan sikap ilmiah anak dapat membantu sebagai rujukkan bagi peneliti untuk melihat kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak.

2. Reduksi data. Pada tahap ini peneliti menganalisa kembali data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi sehingga dapat diperoleh data yang spesifik sesuai dengan fokus penelitian, mengenai perkembangan kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak.

3. Display data. Tahap ini merupakan kegiatan penyusunan hal-hal pokok hasil yang sudah dikaji ulang secara terstuktur dan sistematis tentang perkembangan kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak.


(29)

68

4. Kesimpulan dan verifikasi. Pada tahap ini adalah upaya pencarian makna dari data yang telah terhimpun dan memantapkan kesimpulan dengan cara member check dan triangulasi.

Validitas data pada penelitian kualitataif menunjukkan sejauh mana iterpretasi dan konsep yang diperoleh memiliki makna yang sesuai antara partisipan dan peneliti. Peneliti dan partisipan memiliki kesamaan dalam mendeskripsikan dan menggambarkan kejadian pada kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak.

Berkaitan dengan hal tersebut Alwasilah (2006: 178) menjelaskan bahwa apa yang diungkapkan responden belum tentu benar, oleh karena itu untuk menghindari salah dalam penafsiran terhadap jawaban responden pada saat di wawancara dan pada saat di observasi serta mengkonfirmasi perspektif responden pada saat proses berlangsung maka diperlukan member check. Untuk memvalidasi data peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Member Check

Teknik member check dilakukan untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data hasil temuan penelitian, dengan cara mengkonfirmasikannya dengan sumber data. Adapun untuk mendukung hasil data penelitian divalidasi dengan cara mengkonsultasikan hasil temuan kepada para ahli (expert opinion) dalam hal ini peneliti mengkonsultasikan kepada pembimbing untuk mendapatkan arahan dalam penyusunan hasil pelaporan di lapangan.


(30)

b. Trianggulasi

Teknik trianggulasi memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari sumber lain mengenai kebenaran tentang data penelitian melalui kegiatan diskusi yang dilakukan setiap kegiatan selesai dilakukan maupun setiap bimbingan. Sumber lain yang dapat digunakan untuk konfirmasi hasil penelitian adalah guru kelas dan anak yang terlibat langsung dalam penelitian.

E. Langkah-langkah Penelitian

Pada penelitian kualitatif instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, karena penelitian kualitatif menurut Sukmadinata (2005) menjadikan peneliti sebagai instrumen. Tugas yang dilakukan peneliti adalah penghimpun data, penganalisa dan sekaligus sebagai pelapor hasil penelitian.

Fokus penelitian tertuju pada kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak. Data yang diperlukan dalam penelitian ini akan diperoleh melalui observasi, wawancara, pemotretan dan video pembelajaran.

Langkah penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah-langkah berikut 1) pra lapangan/pra penelitian; 2) pelaksanaan studi/pelaksanaan penelitian; 3) analisis data; dan 4) pelaporan hasil penelitian, hal ini sesuai dengan langkah-langkah penelitian menurut teori yang dikemukakan oleh Moleong (1989). Alur langkah-langkah penelitian ini digambarkan pada bagan berikut ini.


(31)

70

GAMBAR 3.1

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

KEMAMPUAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH ANAK PADA PEMBELAJARAN SAINS

Kegiatan pra lapangan atau pra penelitian adalah kegiatan peneliti sebelum mengumpulkan data yang mencakup kegiatan studi literatur yaitu peneliti mengumpulkan sumber atau kajian teori yang dapat dijadikan acuan diadakannya penelitian ini. Kegiatan observasi pendahuluan dilakukan peneliti untuk mengetahui kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak. Dalam tahap ini tidak lupa peneliti mengurus perizinan.

PRA PENELITIAN Studi kepustakaan Observasi pendahuluan

Perizinan

PELAKSANAAN PENELITIAN Observasi

Wawancara Studi dokumentasi Foto dan video pembelajaran

ANALISIS DATA Pengkodingan

Trianggulasi

Analisis data secara kualitatif

PELAPORAN HASIL PENELITIAN Penulisan dan pelaporan


(32)

Kegiatan pelaksanaan studi atau pelaksanaan penelitian merupakan kegiatan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian dengan menggunakan observasi, wawancara, studi dokumentasi, foto dan video pembelajaran.

Kegiatan analisis data merupakan kegiatan pengolahan data yang dikumpulkan dari lapangan melalui aktivitas 1) penyusunan dan pengelompokkan data, 2) analisis data awal, 3) menyusun format laporan awal, 4) mengumpulkan dan melengkapi data lanjutan, 5) pengolahan dan analisis data, 6) melakukan trianggulasi yaitu mengkomunikasikan dengan para ahli yang bertujuan untuk menemukan objektivitas data yang diperoleh. Setelah semua kegiatan dilakukan maka kegiatan terakhir adalah menyusun laporan hasil penelitian.

F. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Nopember 2010 sampai dengan Juni 2011. Kegiatan penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu 1) studi pendahuluan, yang terdiri dari kegiatan studi literatur, 2) studi lapangan, merupakan kegiatan pengumpulan data melalui studi dokumentasi, observasi, wawancara, foto dan video pembelajaran, 3) kegiatan akhir meliputi kegiatan anlisis data, trianggulasi, penyusunan data dan pelaporan.

Jadwal kegiatan pelaksanaan penelitian kemampuan proses dan sikap ilmiah pada pembelajaran sains dapat dilihat pada Tabel berikut ini.


(33)

72

TABEL 3.1

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

KEMAMPUAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH ANAK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DI TK

KEGIATAN BULAN

NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI

1. Studi Pendahuluan

2. Seminar Proposal

3. Bimbingan dan

Penyusunan Instrumen

4. Studi Lapangan

5. Pengolahan dan

Analisis Data

6. Pelaporan

Penelitian tentang kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak dilaksanakan di TK Jauharul Insiyyah, alasan dipilihnya TK ini karena Kepala TK adalah lulusan dari S-1 PGPAUD setidaknya sangat memahami karakteristik dan kebutuhan belajar anak, di TK ini sudah mengembangkan berbagai bidang pengembangan termasuk pada pembelajaran sains sering dilakukan percobaan dengan menstimulus munculnya kemampuan proses sains dan sikap ilmiahh anak. Pada proses pembelajaran sains di TK Jauharul Insiyyah dilakukan tiga tahapan kegiatan yaitu:

Pertama menentukan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Pada dasarnya tujuan pembelajaran sains sama dengan pembelajaran lain di TK yaitu membantu mengembangkan seluruh potensi atau kemampuan dan memenuhi rasa ingin tahu yang ada pada diri anak.


(34)

Untuk menentukan tujuan pembelajaran sains, guru hendaknya merealisasikan beberapa hal penting sesuai dengan pendapat Leeper (Nugraha, 2008: 25) yang memaparkan empat hal dalam menentukan tujuan pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini, yaitu: 1) pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya melalui penggunaan metode sains, sehingga anak-anak terbantu dan menjadi terampil dalam menyelesaikan berbagai hal yang dihadapinya; 2) pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak memiliki sikap-sikap ilmiah. Hal yang mendasar, misalkan tidak cepat-cepat dalam mengambil keputusan, dapat melihat segala sesuatu dari berbagai sudut pandang, berhati-hati terhadap informasi-informasi yang diterimanya serta bersifat terbuka; 3) pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak mendapatkan pengetahuan dan informasi ilmiah (yang lebih percaya dan baik), maksudnya adalah segala informasi yang diperoleh anak berdasarkan standar keilmuan yang semestinya, karena informasi yang disajikan merupakan hasil temuan dan rumusan yang obyektif serta sesuai kaidah-kaidah keilmuan yang manaunginya; 4) pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini ditujukan agar anak-anak menjadi lebih berminat dan tertarik untuk menghayati sains yang berada dan ditemukan di lingkungan dan alam sekitarnya

Kedua, perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru sama seperti pada perencanaan pengembangan pembelajaran yang rutin dilakukan. Pada tahap perencanaan pembelajaran sains guru melakukan persiapan dengan membuat


(35)

74

rencana kegiatan mingguan (RKM), dan membuat rencana kegiatan harian (RKH). Pembuatan perencanaan baik rencana kegiatan mingguan maupun rencana kegiatan harian mengacu pada Kurikulum 2004 ditambah dengan Kurikulum Yayasan yang sering disebut muatan lokal. (lihat lampiran).

Penyususnan perencanaan pembelajaran sains membantu guru dalam menyampaikan materi bahan ajar. Nugraha (2008: 109), menyimpulkan beberapa alasan pentingnya melakukan perencanaan pembelajaran sains, yaitu: a) pilihan-pilihan kegiatan serta hal-hal yang dibutuhkan dan akan dilakukan dalam pembelajaran sains menjadi terjabarkan secara lebih sistematis, sesuai format yang dipilih dan tertib; b) perencanaan sains yang dikembangkan dapat memberikan arah dan tugas jelas, sehingga hal-hal yang harus ditempuh dan dilaksanakan guru terhindar dari kesalahan; c) mempermudah guru dalam melaksanakan pembelajaran sains; d) menumbuhkan rasa percaya diri guru dalam melaksanakan pembelajaran sains; e) menjamin kontinuitas program dan pembelajaran sains yang dilaksanakan.

Pendapat tersebut memberikan gambaran bahwa dalam menyusun perencanaan pembelajaran sains, hendaknya ditentukan dulu, metode, materi, media, alokasi waktu, evaluasi yang digunakan, model pembelajaran serta bentuk kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan sehingga apa yang diharapkan dari pembelajaran sains dapat tercapai.

Pada pembelajaran sains yang dilakukan guru selama penelitian ini guru memilih 1) metode yang digunakan adalah metode eksperimen, metode proyek dan metode pemberian tugas; 2) materi disesuaikan dengan pemilihan tema yaitu


(36)

tema air, gejala alam, pekerjaan, alam semesta dan udara; 3) media yang digunakan yaitu gelas, air,sendok, pewarna makanan (essen), cotton buds, timbangan neraca, magnet, sedotan, gunting, daun kembang sepatu, sabun, wadah plastik dan berbagai macam mainan baik dari bahan plastik, kayu dan besi; 4) alokasi waktu yang digunakan setiap hari adalah 150 menit, pembagian waktunya terdiri dari 30 menit pembukaan, 60 menit kegiatan inti, 30 menit istirahat dan 30 menit kegiatan penutup. Alokasi waktu yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pada penelitian ini mengambil pada kegiatan inti yaitu 30 menit; 5) evaluasi dilakukan selama pembelajaran sampai kegiatan selesai dilakukan, evaluasi dilakukan dengan cara tanya jawab tentang pembelajaran yang dilakukan hari itu dan pengumpulan fortovolio atau hasil karya anak; 6) kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari kegiatan bermain bunyi dengan air, bermain warna, bermain timbangan neraca, bermain magnet, bermain bunyi dengan sedotan dan bermain gelembung.

Ketiga, pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini anak diberi waktu untuk mencoba sendiri memecahkan masalah yang mereka temukan, guru hanya mengawasi, mengarahkan dan menstimulus pembelajaran melalui pertanyaan dan fasilitas yang diperlukan. Anak-anak tidak menyadari bahwa kegiatan penyelidikan atau penemuan yang mereka lakukan sebenarnya merupakan suatu kegiatan sains.

Pengalaman awal dari sejumlah kegiatan dengan menggunakan alat-alat dan bahan-bahan sederhana membuat anak lebih mudah memahami konsep sains yang cenderung abstrak. Pada dasarnya konsep ilmu pengetahuan dapat dipelajari


(37)

76

melalui pengalaman sehari-hari yang nyata dan sederhana. Suasana yang menarik dan menyenangkan akan memotivasi anak untuk terus menerus mencari jawaban terhadap apa yang dia pikirkan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sujiono (Rosalina, 2009: 47) bahwa fokus dan pedoman untuk mendorong anak melakukan kegiatan sains adalah mengikuti apa yang anak inginkan, serta menjaga agar tidak memberi petunjuk atau mendominasi apa yang anak inginkan.


(38)

178 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi terhadap kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak di TK Jauharul Insiyyah, peneliti menyimpulkan bahwa melalui pembelajaran sain dapat mengembangkan kemampuan proses dan dapat memunculkan sikap ilmiah pada diri anak. Hal ini sesuai dengan karakteristik pembelajaran sains yaitu pembelajaran yang mendorong, memberi kesempatan dan menyediakan ruang yang luas pada anak untuk terlibat dalam proses pembelajaran hingga anak menemukan pengetahuannya sendiri. Yang paling penting adalah anak mengerti proses sains karena dari proses itulah anak akan menemukan pengalaman belajar dan pembentukan sikap secara terpadu.

Kemampuan proses sains yang ditemukan dari penelitian ini sekalipun sederhana adalah pada saat anak mampu melakukan pengamatan, mengajukan pertanyaan, menyimpulkan, memperkirakan, mengelompokkan, merencanakan, mengetahui sebab-akibat dan komunikasi atau melaporkan hasil yang ditemukan anak. Maknanya adalah dengan kemampuan proses sains maka semua kemampuan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan baik berupa kemampuan mental, kemampuan fisik maupun kemampuan sosial yang dimiliki anak dapat terangsang untuk berkembang.

Sikap ilmiah anak yang muncul dalam penelitian ini adalah anak mampu berfikir kritis terhadap percobaan yang dilakukan, anak mampu memahami dan mencari bukti atau data, anak mampu bersikap jujur terhadap apa yang ditemukan,


(39)

179

anak mampu bersikap objektif, dan anak mampu bersikap terbuka dengan mengusulkan percobaan sekalipun mendapatkan kritikan dari temannya.

Sikap ilmiah yang dimiliki anak muncul dari stimulus yang diberikan guru. Peran guru sangat mempengaruhi sikap ilmiah anak. Guru yang memahami karakteristik yang dimiliki anak maka akan membantu guru memahami kebutuhan belajar anak.

Dengan memahami banyaknya persamaan antara karakteristik anak usia dini dengan indikator sikap ilmiah memberi tugas pada guru untuk menggali potensi anak menjadi ilmuwan dengan memberi pengalaman awal sains pada anak. Potensi sikap ilmiah yang ada pada diri anak dapat dimunculkan dengan cara anak difasilitasi dan biarkan anak berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian pendidikan dan pembelajaran sains pada anak akan berkembang secara optimal, bermakna, fungsional dan sinergis dengan kondisi anak baik dari aspek psikologis maupun pedagogis. Jadi sangat jelas bahwa peran guru adalah memfasilitasi anak, sehingga anak membangun atau pemahamannya sendiri. Anak secara aktif mengasimilasikan dan mengakomodasi pengalaman baru ke dalam kerangka kognitifnya jadi sikap ilmiah atau sikap sainstis tidak dilahirkan tetapi dihasilkan melalui pembinaan, pembiasaan dan pelatihan secara bertahap, simultan dan membutuhkan konsistensi dalam pembentukan karakternya.


(40)

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan yang diperoleh dalam penelitian mangenai kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak pada pembelajaran sains, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi guru Taman Kanak-kanak (TK), program pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PGPAUD), bagi peneliti selanjutnya, dan umumnya bagi semua pihak yang memerlukan hasil penelitian ini. Lebih rinci manfaat yang diharapkan dijelaskan sebagai berikut.

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dalam menambah pengetahuan terutama dalam memahami karakteristik anak sehingga mampu memfasilitasi kebutuhan belajar anak di Taman Kanak-kanak serta memberikan wawasan dalam pemilihan kegiatan yang menyenangkan bagi pembelajaran anak.

2. Dapat digunakan sebagai masukkan baik materi maupun bahan bagi calon guru untuk mengembangkan kemampuan proses dan sikap yang dimiliki anak dengan cara meningkatkan kualitas pembelajaran dan kreatifitas guru dalam membuat dan menerapkan program pembelajaran pada bidang pengembangan lainnya di TK.

3. Memberikan gambaran tentang kemampuan proses dan sikap ilmiah anak serta hasil penelitian ini memberikan kontribusi bagi peneliti dalam melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kemampuan lain yang dimiliki anak pada bidang pengembangan lain di Taman Kanak-kanak.


(41)

181

DAFTAR PUSTAKA

Abruscato, J. (1982). Teaching Children Science. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Alwasilah, C.A. (2006). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

--- (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta. PT. Rineka Cipta

Bredekamp, S. (1987). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs Serving From Birth Throught Age 8. Washington: NAEYC. Bogdan, R dan Taylor, S.G. (1993) Introduction Qualitatif Research Method, Alih

Bahasa Furhan, A. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 1, halaman 243 - 244, Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1997.

Brewer, J. (2007). Introduction to Early Childhood Education. Pearson Allyn and Beon: USA.

Crain, W (2007). Theories of Development, Concepts and Applications, Third Edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey 07632. (Terjemahan Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, Edisi Ke-Tiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Couglin, A. (1997). Menciptakan Kelas Berpusat pada Anak (terjemah), Children Resources International, Inc.

Catharina, A. (2005). Psikologi Pendidikan. Semarang : UPT MKK UNNES.

http://www.rhynosblog.com/2010/06/lebih-jauh-tentang-pengertian-sikap.html

Fujianti. F. (2010). Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Pemahaman dan Keterampilan Proses Sains Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Pokok Bahasan Daur Air. Skripsi Sarjana Pendidikan guru Sekolah Dasar FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hanifah. R. N. (2009). Peranan Kegiatan Praktikum dengan Pendekatan Guided Inquiry terhadap Keterampilan Proses Siswa pada Konsep Sistem Syaraf. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.


(42)

Hasyim, M. (2008). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Melalui Kegiatan Praktikum Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Harlock. B (1978) Child Development, Six Edition. Mc Graw-Hill, Inc-Psikologi Perkembangan, Edisi Kelima, Alih Bahasa dr. Med Meitasari Tjandrasa. (1999). Jakarta: Erlangga.

Izzaty, R. (2005). Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Jalal, F. (2003). Kurikulum Generik Untuk Anak Usia Dini, Jurnal Ilmiah AnakUsia Dini. Direktorat PAUD. Jakarta ISSN 1693-1947.

Jamaris, M. ( 2005). Asesmen Perkembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak Berbasis Kecerdasan Jamak” .Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 3, (1), 19-55

Joyce, B. Weil, M. Calhoun, E. (2009). Model of Teaching. Edisi Delapan, Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran.

Kresnadi, H. (2001). Pengembangan Bentuk Tes Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran IPA di Kelas Sekolah Dasar. UPI: tidak diterbitkan. Kholil. A. (2008). Permudah Pemahaman KonsepPembelajaran. (on line).

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/permudah-pemahaman-konsep-pembelajaran.html.

KOMPAS.com — Bagaimana cara si kecil belajar? Sabtu, 25/9/2010 | 14:37 WIB 7 cara menyemangati anak belajar www.pitoyo.com

Mahmudin. (2009). Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA. (online). http://mahmudin.wordpress.com/2009/11/05/pendekatan-keterampilan-proses-dalam-pembelajaran-IPA/

Martiningsih. (2007) Macam-macam Metode Pembelajaran.

http://martiningsih.blogspot.com/2007/12/macam-macam-metode-pembelajaran.html.

Masitoh, et al. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.


(43)

183

Moleong, L.J (1988). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

--- (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

--- (2005) Jurnal Pendidikan Usia Dini. Jakarta : Program Studi Pendidikan Anak

--- ( 2004). Teori dan Aplikasi Kecerdasan Jamak (Multip;e Intelligence). Makalah pada Seminar dan Lokakarya Nasional pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta.

Mustofa. (2009). Keterampilan Proses sains siswa Pada pembelajaran kooperatif dalam Materi Pengolahan Air Melalui Metode Praktikum Berbasis Green Chemistry. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Musthafa, B. (2007). Perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia: Praktik Dewasa ini dan Arah Kebijakan di Masa Depan. Bandung: SPs. UPI.

--- (2011). Jurnal Reflektif Mata Kuliah Pengembangan Bahasa dan Pengenalan Anak dan Dunianya dan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia. Bandung: SPs. UPI.

Nasution. S. (1992). Metode research. Bandung: Jemmars.

--- (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT Tarsito

Nugraha. A. (2003). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depatremen Pendidikan Nasionsl Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan.

--- (2008). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Bandung: JILSI Foundation.

Nuryani, A (1990). Pengembangan Keterampilan Proses Dan strategi Belajar Aktif. Bandung: FMIPA.

Ramdhani, D. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Latihan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(44)

Roestiyah, (2001). Strategi Belajar Mengajar. Cetakan Enam. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rosalina. A (2009). Analisis Pengembangan Produk, Proses dan Sikap Sains Melalui Bermain pada Anak Usia Dini. SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Santrock. W (2002). Life Span Depelovment, Alih Bahasa Ahmad Chussairy. Jakarta: Erlangga.

Sanjaya, W. (2007). Kajian Kurikulum Pembelajaran. Bandung: Buku Materi Pokok Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

---(2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Solehuddin, M (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Sopasahara, Mira. (2008). Pelaksanaan Metode Pembelajaran Di Luar Kelas (Field trip) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Kelas I SD Rancatungku I. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiyono, Y.N. (2005). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

--- (20080. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suyanto, S. (2005). Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Suyitno, A. (1997). Pengukuran Skala Sikap Seseorang Terhadap Mata Pelajaran Matematika. Semarang: FMIPA IKIP Semarang. Wantah, M.J. (2004). Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak

Usia Dini. Universitas Negeri Manado.

Wijayanti, P. (2009). Pengaruh Metode Pembelajaran Eksperimen Terhadap Keterampilan Proses Sains Anak. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(45)

185

Wulandari, D. (2006). Kontribusi kecerdasan emosional dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kimia dalam metode pembelajaran GI (group investigation) dan STAD (student teams achievement division) materi pokok laju reaksi pada siswa kelas XI Ipa semester 1 SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2005/2006. Surakarta: tidak diterbitkan

http://www.digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/53950106200908452.pdf

______(2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI 2009. Bandung UPI.

______(2009). Preschool Science. Tersedia di:

http://www.Science%20For%20Childhood/preschool-science.html (21Januari2009).

_____(2007). Konsep Pengembangan Standard dan Bahan Ajar PAUD Non Formal. Pusat Kurikulum Badan penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.


(1)

180

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan yang diperoleh dalam penelitian mangenai kemampuan proses sains dan sikap ilmiah anak pada pembelajaran sains, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya bagi guru Taman Kanak-kanak (TK), program pendidikan guru pendidikan anak usia dini (PGPAUD), bagi peneliti selanjutnya, dan umumnya bagi semua pihak yang memerlukan hasil penelitian ini. Lebih rinci manfaat yang diharapkan dijelaskan sebagai berikut.

1. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi guru dalam menambah pengetahuan terutama dalam memahami karakteristik anak sehingga mampu memfasilitasi kebutuhan belajar anak di Taman Kanak-kanak serta memberikan wawasan dalam pemilihan kegiatan yang menyenangkan bagi pembelajaran anak.

2. Dapat digunakan sebagai masukkan baik materi maupun bahan bagi calon guru untuk mengembangkan kemampuan proses dan sikap yang dimiliki anak dengan cara meningkatkan kualitas pembelajaran dan kreatifitas guru dalam membuat dan menerapkan program pembelajaran pada bidang pengembangan lainnya di TK.

3. Memberikan gambaran tentang kemampuan proses dan sikap ilmiah anak serta hasil penelitian ini memberikan kontribusi bagi peneliti dalam melakukan penelitian lebih lanjut terhadap kemampuan lain yang dimiliki anak pada bidang pengembangan lain di Taman Kanak-kanak.


(2)

181

DAFTAR PUSTAKA

Abruscato, J. (1982). Teaching Children Science. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Alwasilah, C.A. (2006). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

--- (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta. PT. Rineka Cipta

Bredekamp, S. (1987). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs Serving From Birth Throught Age 8. Washington: NAEYC. Bogdan, R dan Taylor, S.G. (1993) Introduction Qualitatif Research Method, Alih

Bahasa Furhan, A. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 1, halaman 243 - 244, Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1997.

Brewer, J. (2007). Introduction to Early Childhood Education. Pearson Allyn and Beon: USA.

Crain, W (2007). Theories of Development, Concepts and Applications, Third Edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey 07632. (Terjemahan Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi, Edisi Ke-Tiga). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Couglin, A. (1997). Menciptakan Kelas Berpusat pada Anak (terjemah), Children Resources International, Inc.

Catharina, A. (2005). Psikologi Pendidikan. Semarang : UPT MKK UNNES.

http://www.rhynosblog.com/2010/06/lebih-jauh-tentang-pengertian-sikap.html

Fujianti. F. (2010). Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Pemahaman dan Keterampilan Proses Sains Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Pokok Bahasan Daur Air. Skripsi Sarjana Pendidikan guru Sekolah Dasar FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hanifah. R. N. (2009). Peranan Kegiatan Praktikum dengan Pendekatan Guided Inquiry terhadap Keterampilan Proses Siswa pada Konsep Sistem Syaraf. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung. Tidak diterbitkan.


(3)

182

Hasyim, M. (2008). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Melalui Kegiatan Praktikum Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Harlock. B (1978) Child Development, Six Edition. Mc Graw-Hill, Inc-Psikologi Perkembangan, Edisi Kelima, Alih Bahasa dr. Med Meitasari Tjandrasa. (1999). Jakarta: Erlangga.

Izzaty, R. (2005). Mengenali Permasalahan Perkembangan Anak Usia TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Jalal, F. (2003). Kurikulum Generik Untuk Anak Usia Dini, Jurnal Ilmiah AnakUsia Dini. Direktorat PAUD. Jakarta ISSN 1693-1947.

Jamaris, M. ( 2005). Asesmen Perkembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak Berbasis Kecerdasan Jamak” .Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 3, (1), 19-55

Joyce, B. Weil, M. Calhoun, E. (2009). Model of Teaching. Edisi Delapan, Edisi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajaran.

Kresnadi, H. (2001). Pengembangan Bentuk Tes Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran IPA di Kelas Sekolah Dasar. UPI: tidak diterbitkan. Kholil. A. (2008). Permudah Pemahaman KonsepPembelajaran. (on line).

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/permudah-pemahaman-konsep-pembelajaran.html.

KOMPAS.com — Bagaimana cara si kecil belajar? Sabtu, 25/9/2010 | 14:37 WIB 7 cara menyemangati anak belajar www.pitoyo.com

Mahmudin. (2009). Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA. (online). http://mahmudin.wordpress.com/2009/11/05/pendekatan-keterampilan-proses-dalam-pembelajaran-IPA/

Martiningsih. (2007) Macam-macam Metode Pembelajaran.

http://martiningsih.blogspot.com/2007/12/macam-macam-metode-pembelajaran.html.

Masitoh, et al. (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.


(4)

Moleong, L.J (1988). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

--- (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

--- (2005) Jurnal Pendidikan Usia Dini. Jakarta : Program Studi Pendidikan Anak

--- ( 2004). Teori dan Aplikasi Kecerdasan Jamak (Multip;e Intelligence). Makalah pada Seminar dan Lokakarya Nasional pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta.

Mustofa. (2009). Keterampilan Proses sains siswa Pada pembelajaran kooperatif dalam Materi Pengolahan Air Melalui Metode Praktikum Berbasis Green Chemistry. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Musthafa, B. (2007). Perawatan dan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia: Praktik Dewasa ini dan Arah Kebijakan di Masa Depan. Bandung: SPs. UPI.

--- (2011). Jurnal Reflektif Mata Kuliah Pengembangan Bahasa dan Pengenalan Anak dan Dunianya dan Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia. Bandung: SPs. UPI.

Nasution. S. (1992). Metode research. Bandung: Jemmars.

--- (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT Tarsito

Nugraha. A. (2003). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depatremen Pendidikan Nasionsl Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan.

--- (2008). Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Bandung: JILSI Foundation.

Nuryani, A (1990). Pengembangan Keterampilan Proses Dan strategi Belajar Aktif. Bandung: FMIPA.

Ramdhani, D. (2007). Implementasi Model Pembelajaran Latihan Inkuiri untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(5)

184

Roestiyah, (2001). Strategi Belajar Mengajar. Cetakan Enam. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Rosalina. A (2009). Analisis Pengembangan Produk, Proses dan Sikap Sains Melalui Bermain pada Anak Usia Dini. SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Santrock. W (2002). Life Span Depelovment, Alih Bahasa Ahmad Chussairy. Jakarta: Erlangga.

Sanjaya, W. (2007). Kajian Kurikulum Pembelajaran. Bandung: Buku Materi Pokok Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

---(2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Solehuddin, M (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Sopasahara, Mira. (2008). Pelaksanaan Metode Pembelajaran Di Luar Kelas (Field trip) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Pada Kelas I SD Rancatungku I. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiyono, Y.N. (2005). Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka.

--- (20080. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta

Suyanto, S. (2005). Pembelajaran Untuk Anak TK. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Suyitno, A. (1997). Pengukuran Skala Sikap Seseorang Terhadap Mata Pelajaran Matematika. Semarang: FMIPA IKIP Semarang. Wantah, M.J. (2004). Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak

Usia Dini. Universitas Negeri Manado.

Wijayanti, P. (2009). Pengaruh Metode Pembelajaran Eksperimen Terhadap Keterampilan Proses Sains Anak. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(6)

Wulandari, D. (2006). Kontribusi kecerdasan emosional dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kimia dalam metode pembelajaran GI (group investigation) dan STAD (student teams achievement division) materi pokok laju reaksi pada siswa kelas XI Ipa semester 1 SMA Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2005/2006. Surakarta: tidak diterbitkan http://www.digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/53950106200908452.pdf ______(2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI 2009. Bandung UPI.

______(2009). Preschool Science. Tersedia di:

http://www.Science%20For%20Childhood/preschool-science.html (21Januari2009).

_____(2007). Konsep Pengembangan Standard dan Bahan Ajar PAUD Non Formal. Pusat Kurikulum Badan penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.