PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS BENDA LANGIT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB NEGERI PURWAKARTA.

(1)

TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB NEGERI PURWAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Tari

Oleh Isti Widyanti

0900061

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS

BENDA LANGIT UNTUK MENGEMBANGKAN

KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA TUNAGRAHITA

RINGAN DI SDLB NEGERI PURWAKARTA

Oleh

Isti Widyanti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© RistiAmaiya 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

0900061

PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS BENDA LANGIT UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB NEGERI PURWAKARTA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Frahma Sekarningsih S.Sen. M.Si NIP. 195710181985032001

Pembimbing II

Heni Komalasari, M.Pd NIP. 197109152001122001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI

Dr. Frahma Sekarningsih S.Sen. M.Si NIP. 195710181985032001


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pembelajaran Tari Melalui Stimulus Benda Langit Untuk Mengembangkan Kemampuan Kognitif Siswa Tunagrahita Ringan di

SDLB Negeri Purwakarta”. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana

kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran tari dapat dikembangkan melalui stimulus benda langit. Tujuan pnelitian ini adalah untuk memperoleh data tingkat kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan melalui aplikasi stimulus benda langit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode

quasi eksperiment (eksperimen semu). Pengumpulan data digunakan dengan cara

observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran tari terjadi peningkatan yang signifikan setelah dilakukan perlakuan stimulus benda langit sebanyak lima kali pertemuan. Hal tersebut terbukti dari hasil pengumpulan dan analisis data berdasarkan perbandingan data hasil penilaian siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan tes perbuatan. Data yang diperoleh Dira pada saat pretest 45%, posttest 95%, Fatur pada saat pretest 50% ,

posttest 82%, Sodik pada saat pretest 45%, posttest 70%. Berdasarkan data

tersebut dapat terlihat adanya perubahan persentase yang signifikan yang artinya adanya perubahan pada peningkatan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan setelah diberikan treatmen dalam pembelajaran seni tari. Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan bahwa dengan diterapkannya pembelajaran unsur ruang melalui stimulus benda langit di SDLB Negeri Purwakarta, hasil penelitian mampu meningkatkan kualitas pembelajaran seni tari sekaligus dapat diimplementasikan lebih lanjut oleh guru dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran seni tari.


(5)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi dan Rumusan masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 7

E. Hipotesis ... 7

F. Struktur Organisasi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Anak Tunagrahita... 10

1. Pengertian Anak Tunagrahita ... 10

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 12

3. Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita ... 14

4. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan ... 18

B. Pendidikan Seni Tari ... 22

1. Peran Pendidikan Seni Di Sekolah ... 22

2. Pendidikan Seni Tari Bagi Anak Tunagrahita ... 23

C. Unsur Ruang Gerak Tari... 29


(6)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 35

1. Lokasi ... 35

2. Populasi ... 35

3. Sampel ... 35

B. Desain Penelitian ... 36

C. Metode Penelitian ... 37

D. Definisi Operasional ... 39

E. Instrumen Penelitian ... 40

1. Pedoman observasi ... 40

2. Pedoman tes ... 40

3. Pedoman wawancara ... 41

4. Pedoman dokumentasi ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1. Observasi ... 41

2. Wawancara ... 42

3. Tes ... 42

4. Dokumentasi ... 44

G. Langkah-langkah Penelitian ... 44

H. Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 49

1. Profil Sekolah ... 49

2. Visi, Misi, dan Tujuan ... 49

3. Kondisi Fisik Sekolah ... 50

4. Daftar Jumlah Siswa ... 50

5. Sumber Daya Manusia ... 51

6. Kondisi Pembelajaran Seni Tari di SDLB Negeri Purwakarta ... 51 7. Proses Pembelajaran Tari Melalui Stimulus Benda Langit Untuk


(7)

Mengembangkan Kemampuan Kognitif Siswa Tunagrahita

Ringan di SDLB Negeri Purwakarta...77 B.Pembahasan... 83

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Kesimpulan ... 88 B.Rekomendasi ... 89

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi saat ini, banyak sekali tantangan yang harus dihadapi baik dalam hal ekonomi, sosial, budaya, politik, maupun pendidikan. Semuanya dihadapkan kepada persaingan sumber daya manusia yang semakin sulit, sehingga dibutuhkan sumber daya manusia yang unggul dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu upaya pemerintah untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang unggul salah satunya adalah melalui pendidikan. Pendidikan memberikan peranan besar dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.“Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang” (UUD No. 2 Tahun 1989, Bab 1 pasal 1). Pelayanan pendidikan wajib diberikan kepada seluruh warga negara baik yang tegolong normal maupun tidak normal. Seperti terdapat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 yakni:

Setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (ayat 1), warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 2), warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang tepencil berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 4), setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Berdasarkan pernyataan di atas pada dasarnya setiap warga negara mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan. Sama hal nya untuk anak berkebutuhan khusus salah satunya yakni anak tunagrahita, mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan sebagaimana anak normal lainnya untuk mencapai perkembangan yang optimal. Sebagaimana dengan tujuan pendidikan yang salah satunya yaitu sebagai pembentukan manusia yang berkualitas, melalui pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku peserta didik menuju kedewasaanya, baik dewasa secara fisik, mental, emosional,


(9)

moral, intelektual maupun sosialnya. Menurut Depdikbud (1994:8-9) menjelaskan bahwa:

Tujuan pendidikan anak tunagrahita di SDLB bertujuan memberikan kemampuan dasar, pengetahuan, keterampilan dasar dan sikap yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan kelainan yang disandangnya dan tingkat perkembangannya serta memepersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan pada SMPLB.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tujuan pendidikan bagi anak tunagrahita yakni dapat mengembangkan potensinya secara optimal untuk mempersiapkan mereka ke dalam dunia kerja. Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai tingkat intelektual di bawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita pada umumnya diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) yakni tunagrahita ringan, tunagrahita sedang, dan tunagrahita berat. Seorang anak dikatakan tunagrahita apabila memiliki tiga faktor, yaitu (1) keterlambatan fungsi kecerdasan secara umum di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam prilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun (Direktorat PLB, 2004:16).

Moh. Amin (1995;23) mengemukakan yang dimaksud anak tunagrahita ringan adalah mereka yang meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terhambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam berbagai bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja. Menurut T. Sutjihati Somantri (2006:106) karakteristik Anak tunagrahita ringan disebut moron atau debil yang memiliki IQ antara 68-52 (menurut skala binet) atau IQ antara 69-55 (menurut skala weschler) memiliki karakteristik diantaranya yaitu

(1) Masih dapat belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana (2) Dapat dididik menjadi tenaga kerja semi-skill, (3) Tidak mampu melakukan penyesuaian sosial sosial secara independen, (4) Secara fisik anak tunagrahita ringan tampak seperti anak normal, sehingga sulit dibedakan secara fisik antara anak tunagrahita ringan dengan anak normal (4) Anak tunagrahita ringan masih dapat bersekolah bersama anak berkesulitan belajar, dengan dilayani pada kelas khusus dan guru dari pendidikan luar biasa.


(10)

3

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita ringan mempunyai karakteristik fisik tidak jauh berbeda dengan anak normal lainnya. Pada anak tunagrahita, mereka memiliki keterlambatan dalam mengikuti pembelajaran ditinjau dari sisi kognitif, afektif, motorik, sosial dan emosi. Aspek Kognitif merupakan salah satu aspek yang paling penting dari perkembangan peserta didik khususnya bagi anak tunagrahita. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai salah satu aspek perkembangan yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan). Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan anak menguasai pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu menjalankan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan sehari-hari.

Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi masalah besar bagi anak tunagrahita ketika mengalami proses perkembangannya. Beberapa hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif dan sekaligus menjadi karakteristiknya menurut Efendi (2008: 98), yaitu sebagai berikut:

(1) Cenderung memiliki kemampuan berfikir konkrit dan sukar berfikir. (2) Mengalami kesulitan dalam konsentrasi. (3) Kemampuan sosialisasinya terbatas. (4) Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit. (5) Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi. (6) Pada tunagrahita ringan, prestasi tertinggi bidang baca, tulis, hitung, tidak lebih dari anak normal setingkat kelas tiga/ empat Sekolah Dasar.

Karena keterlambatan tersebut, hal ini menyebabkan mereka kurang bisa/ mengalami kesulitan untuk mengikuti pembelajaran di sekolah biasa/ umum. Oleh karena itu anak tunagrahita membutuhkan layanan pendidikan secara khusus yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 23 ayat (1) disebutkan bahwa “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki kecerdasan dan bakat istimewa.”

Pendidikan khusus sebagai salah satu bentuk pendidikan yang khusus bagi mereka yang mengalami hambatan dalam proses belajarnya. SLB Negeri


(11)

Purwakarta merupakan suatu lembaga pendidikan khusus bagi anak yang mempunyai kelainan fisik untuk memperoleh pendidikan secara khusus yang membantu mencapai perkembangan secara optimal yang disesuaikan dengan tujuan institusional secara umum. SLB Negeri Purwakarta merupakan salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada di Purwakarta. SLB Negeri Purwakarta terdiri dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMA.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil jenjang SDLB untuk dijadikan sasaran penelitian. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan mengenai pembelajaran tari di SLB Negeri Purwakarta khususnya bagi SDLB masih belum diberikan secara khusus, pembelajaran tari hanya diberikan pada kegiatan ekstrakurikuler. Dalam pembelajaran tari di kelas, guru hanya mengaitkan mata pelajaran lain yang ada kaitannya dengan tari sehingga belum dipelajari secara khusus hanya sekilas dan kurang mendalam. Pada anak tunagrahita ringan, tari merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan dirinya, mengembangkan imajinasi dan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan ide dan gagasannya dalam bergerak sehingga menjadi gerak tari yang indah.

Siswa berkebutuhan khusus khususnya SDLB merupakan individu yang perlu diberikan kesempatan dan pelayanan terhadap pendidikan seni, dalam hal ini pendidikan seni tari dapat dijadikan media untuk membantu anak tunagrahita untuk dapat melatih dan mengembangkan kepekaan serta kecerdasan mereka walaupun mereka memiliki keterbatasan. Pembelajaran tari merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan dirinya, mengembangkan imajinasi, melatih daya konsentrasi dan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan ide dan gagasannya dalam bergerak sehingga menjadi gerak tari. Melalui kegiatan menari, siswa tunagrahita diharapkan dapat mengembangkan kemampuan kognitifnya sehingga menumbuhkan sikap apresiatif, memunculkan minat, bakat, dan kreatifitasnya dengan berbagai metode yang disesuaikan dengan keadaan dan karakeristik yang dimiliki anak tunagrahita.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan untuk menciptakan media,


(12)

5

model, strategi, konsep, dan metode dalam pembelajaran di kelas. Guru harus harus lebih kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran di kelas. Bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan yang mengasyikan. Bermain pada anak merupakan salah satu sarana untuk belajar. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan, anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain, maupun dengan lingkungan di sekitarnya. Metode bermain peran merupakan salah satu metode belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran tari. Metode bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Bermain peran adalah salah satu bentuk pembelajaran, dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu.

Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan

memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati.

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan stimulus benda langit dengan metode bermain peran, dimana siswa akan berimajinasi memerankan tokoh benda mati yaitu “bintang”. Dalam pembelajarannya siswa menerapkan salah satu unsur dalam tari yakni unsur ruang dalam melakukan gerak. Dalam pembelajaran ruang anak belajar mengenai gerak dengan menggunakan ruang volume (luas, sedang, sempit) berdasarkan bentuk bintang, ruang arah (depan, belakang, samping) berdasarkan garis pada bintang, serta level (tinggi, sedang, rendah) berdasarkan cerita.

Bagi anak tunagrahita yang mempunyai keterbatasan dalam segi intelektual dalam proses pendidikan, dalam pembelajaran tari melalui media stimulus benda langit ini siswa diharapkan memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh kemampuan kognitifnya, emosi yang meledak-ledak dapat menjadi halus dan tidak emosian, siswa yang lemah dalam mengendalikan dirinya dapat menjadi terkendali, siswa yang daya konsentrasinya terganggu menjadi fokus, siswa yang tadinya tidak memiliki rasa kepercayaan diri menjadi percaya diri.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, peneliti tertarik dalam melakukan penelitian skripsi yang berjudul “Pembelajaran Tari


(13)

Melalui Stimulus Benda Langit Untuk Mengembangkan Kemampuan Kognitif Siswa Tunagrahita Ringan Di SDLB Negeri Purwakarta ”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti berupaya membatasi topik pembahasan dengan cara merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan yang akan dijadikan acuan dalam penelitian, sehingga pada pembahasan bab selanjutnya lebih fokus pada topik bahasan. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta?

2. Bagaimana hasil pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta?

C. Tujuan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, tentunya terdapat tujuan-tujuan tertentu agar hal-hal yang telah dirumuskan dapat tertulis dengan terarah. Terdapat tujuan umum dan tujuan khusus dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Untuk mendeskripsikan mengenai pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk memperoleh data bagaimana proses pembelajaran tari melalui stimulus

benda langit untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta.

b. Untuk memperoleh data hasil pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta.


(14)

7

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, adalah : 1. Bagi guru

a. Sebagai bahan acuan atau pedoman guru dalam pembelajaran seni tari yang akan dilaksanakan selanjutnya

b. Sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam pembelajaran seni tari yang telah dilakukan

c. Sebagai alternatif dalam mengembangkan model pembelajaran yang

inovatif.

2. Bagi siswa (anak tunagrahita ringan)

a. Siswa dapat berimajinasi, bereksplorasi, berekspresi dalam

mengembangkan kemampuan kognitifnya.

b. Melatih rasa kepercayaan diri untuk menyampaikan ide dan gagasannya serta berani tampil dalam pembelajaran seni tari

3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman, dalam melaksanakan tari bagi anak berkebutuhan khusus.

4. Bagi Lembaga (UPI)

Dengan adanya penelitian pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta dapat memberikan informasi serta menambah literatur di perpustakaan UPI.

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimanarumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2012 : 99). Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan dalam penelitian yang dinyatakan dalam jawaban teoritis, belum dinyatakan dalam jawaban yang empirik melalui data.


(15)

Berdasarkan anggapan di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Hi : Terdapat pengaruh terhadap pengembangan kognitif setelah diberikan

treatment pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk siswa tunagrahita

ringan di SDLB Negeri Purwakarta.

Ho : Tidak terdapat pengaruh terhadap pengembangan kognitif setelah

diberikan treatment pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta.

F. Struktur Organisasi

Skripsi ini terdiri dari beberapa BAB. Yakni:

BAB I (Pendahuluan) dalam skripsi ini merupakan uraian dari beberapa sub judul yaitu latar belakang masalah, yang isinya acuan peneliti dan penjelasan peneliti tentang alasan mengambil penelitian dalam skripsi ini, kemudian terdapat rumusan masalah yang menjadi acuan dalam pembahasan dalam penelitian agar penelitian terfokus, selanjutnya tujuan penelitian yaitu berisi hal yang ingin dicapai dalam penelitian, manfaat penelitian yaitu manfaat bagi semua pihak yang terdiri dari manfaat bagi guru, siswa, peneliti, lembaga. Yang terakhir yaitu struktur organisasi.

BAB II (Kajian Pustaka) menjelaskan tentang teori-teori yang menguatkan dalam penelitian, terdiri dari beberapa sub judul diantaranya anak tunagrahita, pendidikan seni tari, unsur ruang gerak tari, metode bermain peran dalam pembelajaran seni tari

BAB III (Metode Penelitian) berisi tentang uraian proses penelitian yang dilakukan peneliti dengan menggunakan metode-metode yang sesuai untuk penelitian. Terdiri dari beberapa sub judul diantaranya lokasi populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, langkah-langkah penelitian, dan teknik analisis data.


(16)

9

BAB IV (Hasil Penelitian dan Pembahasan) merupakan penjabaran dari semua hasil penelitian dan pembahasan yang didalamnya membahas tentang data-data hasil observasi, proses dan analisis hasil penelitian yang peneliti lakukan.

BAB V (Kesimpulan dan Saran) berisi tentang simpulan atau ringkasan dari hasil penelitian dan saran sebagai masukan atau tindak lanjut untuk perbaikan pihak-pihak yang terkait di dalam penelitian ini.

Yang terakhir yakni Daftar Pustaka merupakan bagian akhir dari skripsi ini yang terdiri daftar-daftar sumber yang gunanya untuk memperkuat pembahasan skripsi.


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri Purwakarta yang berlokasi di Jl. Veteran Gg. Beringin No 2 Purwakarta. Peneliti mengambil jenjang SDLB untuk dijadikan sasaran penelitian. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena lokasi cukup representatif untuk dijadikan objek penelitian. Berdasarkan observasi awal yang dilakuan bahwa di SDLB Negeri Purwakarta pembelajaran tari masih kurang optimal dan memungkinkan untuk diteliti, selain itu belum ada yang mengkaji tentang pembelajaran tari menggunakan stimulus benda langit untuk siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta.

2. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011:117). Populasi yang dijadikan objek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa tunagrahita ringan kelas 3 tahun ajaran 2013/2014.

3. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Suharsimi Arikunto, 2010: 174). Adapun yang dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku bagi populasi. Pemilihan sampel penelitian sebagai fokus utama yang dijadikan sebagai objek penelitian.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik purpose


(18)

36

tertentu. Sample yang diambil dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas 3 yang berjumlah 4 orang, yang terdiri dari satu orang siswi perempuan dan tiga orang siswa laki-laki. Alasan peneliti mengambil sampel ini yakni dikarenakan jumlah siswa kelas 3 hanya berjumlah 4 orang maka keseluruhan yang ada dalam populasi dijadikan sampel penelitian. Selain itu berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan, mereka dianggap memiliki IQ dan daya tangkap yang lebih dibanding siswa lain sehingga memungkinkan untuk mengikuti ke dalam proses pembelajaran tari sehingga proses pengamatan dapat dilaksanakan dengan mudah dan terarah.

Tabel 3.1

Sampel Siswa Tunagrahita Ringan Kelas 3 SDLB Negeri Purwakarta

B. Desain Penelitian

1. Rencana Penelitian

Pada tahap perencanaan penelitian tahapan yang dilakukan oleh penelii yaitu dengan menghimpun informasi-informasi dari berbagai subyek melalui teknik pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi yang dilakukan selama satu bulan lebih.

2. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Negeri Purwakarta yang beralamat di Jl. Veteran Gg. Beringin No 2 Purwakarta.

No NamaSiswa L/P

1 Dira Amanda P

2 Faturrohman L

3 M. Sodikin. F L

4 Royan Firdaus L


(19)

3. Penyusunan Hasil Penelitian

Dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini meliputi beberapa proses kegiatan, diantaranya penyusunan data, dan pengetikan data.

a. Penyusunan Data

Penyusunan data dilakukan melalui tahap pengolahan data yang dihasilkan dalampenelitian di lapangan. Hal ini dilakukan agar penulisan laporan penelitian menjadi sistematis.

b. Pengetikan Data

Pengetikan data dilakukan setelah semua data yang diperoleh selama penelitian dilakukan tersusun secara sistematis melalui beberapa kali proses bimbingan.

C. MetodePenelitian

Metode dalam sebuah penelitian merupakan hal yang penting untuk mendapatkan data yang bertujuan untuk mencapai hasil penelitian yang diharapkan. Pemilihan metode yang tepat akan membantu dan menentukan keberhasilan suatu penelitian. Seperti yang diungkapkan Sugiyono (2010:3) bahwa “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode quasi eksperimen (eksperimen semu). Desain penelitian quasi eksperimen ada beberapa macam, diantaranya: (1) Model one shot case study, (2) Model one group pretest-posttest, dan (3) Model posttest-only group design. Mengenai penelitian eksperimen, Arikunto (2002:257) menjelaskan bahwa:

Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dilakukan pada subjek yang diteliti. Penelitian ekserimen dikenal dua jenis yaitu eksperimen murni (true

eksperimen) dan eksperimen semu (Quasi eksperimen).

Dalam penelitian ini digunakan metode quasi eksperimen dengan menggunakan desain model one group pretest-posttest, yakni penelitian dilakukan


(20)

38

hanya pada satu kelompok saja tanpa adanya kelompok pembanding. Dalam pelaksanaannya peneliti melakukan tes awal (pretest) sebelum diberikan treatment (perlakuan), setelah diberikan perlakuan kemudian dilakukan tes akhir (posttest). Hasil pengukuran dilakukan sebelum diberi perlakuan (O1), setelah diberikan

perlakuan(O2) dan hubungan sebab akibat dari keduanya (X). Desain ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Desain Model Eksperimen One-group Pretest-Posttest Keterangan:

O1 = Nilai Pretest (sebelum diberikan perlakuan)

X = Treatment (perlakuan)

O2 = Nilai Posttest (setelah diberikan perlakuan)

Dalam penelitian ini, pada tes awal yang dilakukan yakni siswa tunagrahita ringan diobservasi dengan pretest (O1) untuk mengetahui pengetahuan dasar dalam

pembelajaran unsur ruang tari secara sederhana tanpa adanya stimulus atau rangsangan. Setelah dilakukan tes awal dapat diketahui sejauh mana kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran tari. Selanjutya yaitu perlakuan (X) yang diberikan pada penelitian ini yakni penggunaan stimulus benda langit dalam pembelajaran unsur tari.

Hasil dari treatment bertujuan untuk mengarahkan perkembangan kognitif siswa tunagrahita ringan melalui kemampuan dalam mengingat, mengerti dan mengaplikasikan unsur ruang ke dalam gerak. Jika dalam hasil penelitian ini terdapat perbedaan antara O1 dan O2 dimana O1 lebih besar dari O2 maka

penggunaan stimulus benda langit berpengaruh positif terhadap perkembangan


(21)

kognitif siswa tunagrahita ringan, sebaliknya jika O2 lebih besar dari O1 maka

peggunaan stimulus benda langit berpengaruh negatif.

Metode penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini berupaya mengujicobakan suatu bentuk pengajaran seni tari dalam pembelajaran unsur ruang menggunakan stimulus benda langit pada siswa tunagrahita ringan dengan tujuan untuk melihat sebab akibat dari pengaruh stimulus benda langit terhadap kemampuan kognitif pada siswa tunagrahitaringan.

D. Definisi Operasional

Judul penelitian yang diambil dalam penelitian ini mengenai “pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta”.

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap penafsiran istilah-istilah tersebut, maka dalam hal ini peneliti memberikan pemahaman istilah yang dimaksud dalam penelitian sebagai berikut.

Pembelajaran tari merupakan suatu proses kegiatan pembelajaran melalui gerak yang mempunyai unsure estetis atau keindahan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Stimulus benda langit merupakan rangsangan yang diberikan oleh guru atau pengajar berupa gambar, lagu, dan cerita kepada murid agar tersampainya materi pembelajaran.

Kemampuan kognitif merupakan salah satu dari beberapa kecerdasan yang berpengaruh dalam mengoptimalkan kemampuan berfikir serta potensi-potensi yang dimilikinya.

Anak tunagrahita ringan merupakan bagian anak yang masih mempunyai karakteristik fisik yang tidak beda jauh berbeda dari anak normal lainnya, hanya saja perbedaan dalam kemampuan berfikir dengan anak normal lainnya yakni dalam


(22)

40

hal kognitif, motorik, sosial dan emosi dalam mengikuti pembelajaran akademik yang cenderung mengalami keterlambatan.

SDLB Negeri Purwakarta merupakan suatu lembaga pendidikan formal bagi anak yang mempunyai kelainan fisik yang membantu mencapai perkembangan secara optimal yang disesuaikan dengan tujuan institusional secara umum.

E. InstrumenPenelitian

Instrumen adalah alat untuk mengukur informasi atau melakukan pengukuran (Darmadi, 2011:85). Jadi, instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai masalah yang diteliti. Dengan demikian instrument pada penelitian ini merupakan alat yang digunakan untuk mengolah, menganalisa, dan mengumpulkan data-data secara sistematis dan objektif. Instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam kegiatan penelitian, karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka dari itu harus ada alat ukur yang tepat. Dengan penggunaan instrumen yang tepat maka kita bias mendapatkan data yang betul-betul dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dan menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan sebagai proses dalam menyimpulkan hasil penelitian. Instrument yang digunakan pada penelitian ini antara lain:

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi merupakan suatu pengamatan secara langsung dan sistematis yangdilakukan untuk memperoleh data. Data yang diperoleh dalam observasi itu dicatat dalam suatu catatan observasi. Pengamatan yang dilakukan dam penelitian ini adalah terhadap proses belajar dan hasil pembelajaran.

2. Pedoman Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu tau kelompok.Tes yang dilakukan dalam penelitian


(23)

penelitian ini menggunakan tes perbuatan. Tes perbuatan yang dinilai yakni penilaian dari aspek kognitif dimana dalam tujuannya untuk mengetahui tingkat kemampuan perkembangan kognitif siswa tunagrahita ringan.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi tentang uraian penelitian yang biasanya dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan dan pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden. Isi pertanyaan dan pernyataan bisa mencakup tentang fakta, data, informasi, maupun evaluasi yang berkenaan dengan masalah penelitian yang dikaji.

Pedoman wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap kepala sekolah, guru, dan siswa yaitu dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan secara lisan. Peneliti membuat pedoman wawancara yang berisi informasi yang dapat dijadikan sebagai data.

4. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi merupakan instrumen untuk teknik pengumpulan dokumentasi. Adapun pedoman dokumentasi yang digunakan dalam memperoleh data berupa dokumentasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Format pengamatan, penilaian, konsep pembelajaran, dan rencana pembelajaran

(RPP) yang gunanya untuk mengetahui respon siswa selama kegiatan berlangsung

b) Kamera foto dan videodalam proses pelaksanaan pembelajaran

F. TeknikPengumpulan Data

Ada beberapa teknik yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Observasi

Teknik observasi digunakan sebagai studi pendahuluan untuk mengamati dan mengidentifikasi objek yang diteliti yakni siswa, guru, dan lingkungan sekolah.


(24)

42

Observasi ini memusatkan perhatian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan objek yang dilihat yakni tentang keadaan sekolah, pembelajaran, reaksi siswa dalam merespon, tenaga pendidik (guru), maupun metode yang digunakan. Adapun observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a) Observasi langsung yakni pengamatan yang dilakukan langsung oleh peneliti terhadap gejala atau proses pembelajaran seni tari di SDLB Negeri Purwakarta. b) Observasi partisipasi yakni pengamatan yang harus diperlihatkan/ ikut serta

dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu/kelompok yang diamati. Dalam penelitian ini, Peneliti tidak hanya sebagai pengamat langsung, tetapi ikut seta dalam kegiatan yakni sebagai pengajar/guru tari yang dalam pembelajaran unsur ruang dengan menggunakan stimulus benda langit dalam pembelajaran tari di SDLB negeri Purwakarta.

2. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi- informasi yang erat kaitannya dengan objek penelitian.Wawancara dalam penelitian ini dilakukan melalui komunikasi secara lisan (tanya jawab) dengan responden atau narasumber yakni kepala sekolah, guru seni tari, serta siswa tunagrahita ringan kelas 3 yang mengikuti pembelajaran seni tari di SDLB Negeri Purwakarta. Tujuan wawancara dalam penelitian ini yaitu menggali data yang lebih luas terutama kaitannya dengan pembelajaran. Diharapkan daata-data yang diperoleh mampu memberikan informasi tentang keadaan sekolah, keberadaan mata pelajaran seni tari, permasalahan- permasalahan dalam pembelajaran seni tari, proses pembelajaran seni tari dan kontribusi siswa tunagrahita ringan terhadap mata pelajaran seni tari.

3. Tes

Tes dilakukan untuk memperoleh data tentang sejauh mana siswa tunagrahita ringan dalam proses pembelajaran seni tari di kelas. Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pretest dan posttest. Pretest yang dilakukan merupakan tes awal yang diberikan sebelum diberikan treatment dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan peserta didik tehadap bahan pelajaran,


(25)

mengetahui kemampuan awal siswa dalam mengetahui konsep ruang secara sederhana, serta kemampuan siswa untuk membuat gerakan melalui imajinasi mereka. Selanjutnya Posttest yang dilakukan yakni tes yang menguji mengenai bagaimana kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan setelah mendapatkan

treatment yakni melalui stimulus benda langit dengan tujuan dapat mengembangkan

kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan dalam mengingat, mengerti, dan mengaplikasikan ke dalam geak tari.

Tabel 3.2

Format observasi pretest

No Nama Siswa Item Penilaian Kognitif Jumlah R Kriteria

Penilaian

K1 K2 K3

1 Dira Amanda

2 Faturrohman

3 M. Sodikin

4 Royan Firdaus

Keterangan :

K1 (Pengetahuan) = Siswa mampu menyebutkan unsur ruang tari

K2 (Pemahaman) = Siswa mampu membedakan unsur ruang tari

K3 (Aplikasi) = Siswa mampu mengkoordinasikan anggota tubuh

dengan menggunakan unsur ruang gerak


(26)

44

4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam memperoleh data dari berbagai sumber tertulis dan dokumen. Dokumen dapat berupa data, foto-foto, dan arsip. Pada teknik studi dokumentasi ini, peneliti memperoleh innformasi dari bermacam-macam sumber tertulis mengenai data psikologi siswa tunagrahita ringan dan data mengenai sekolah SLB Negeri Purwakarta. Selain itu, pada penelitian ini dokumentasi yang digunakan berupa foto kegiatan pembelajaran siswa yang dilaksanakan saat pretest, posttest, dan berbagai kegiatan siswa lainnya yang dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung.

G. Langkah-langkah Penelitian

Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persiapan Penelitian

Dalam tahapan persiapan ini, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pra lapangan, berisi tentang menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan, menyusun perijinan dan melihat lokasi.

b. Memilih subjek penelitian, berdasarkan hasil informasi, pengamatan, dan seleksi maka peneliti memilih anak tunagrahita ringan yang mengalami gangguan kemampuan kognitifnya

c. Analisis data, yang berisi tentang konsep dasar analisis data serta merumuskan dan melakukan analisis.

d. Mencari sumber, baik sumber lisan (narasumber) maupun sumber tertulis (studiliteratur) yang ada hubungannya dengan penelitian.

e. Menyusun proposal penelitian dengan bimbingan melalui dosen pembimbing


(27)

f. Mengurus perizinan, pengurusan surat-surat izin dimulai dari jurusan kemudian ke fakultas yang kemudian diteruskan ke instansi yang terkait untuk memperlancar jalannya penelitian

g. Pelaksanaan, dimulai dengan memahami latar belakang penelitian,

mempersiapkan diri memasuki lapangan, pengumpulan data dengan melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan guru kelas, observasi dengan melakukan pengamatan situasi kelas dan mengadakan pretest pada sampel penelitian.

2. PelaksanaanPenelitian

Penelitian ini dilakukan di SDLB Negeri Purwakarta yang berlokasi di Jl. Veteran Gg. Beringin No 2 Purwakarta. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena lokasi cukup representatif untuk dijadikan objek penelitian. Selain itu, berdasarkan observasi awal yang dilakukan bahwa di SDLB Negeri Purwakarta dalam pembelajaran tari masih kurang optimal dan memungkinkan untuk diteliti, selain itu belum ada yang mengkaji tentang pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk siswa tunagrahita ringan di SDLB Negeri Purwakarta.

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan melalui beberapa proses yakni sebagai berikut :

a. Mengumpulkan data

Pengumpulan data yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan selama penelitian berlangsung, data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi.

b. Analisis data

Kegiatan menganalisis data ini dilakukan setelah terkumpul data sebelumnya, baik di awal pembelajaran (pretest) maupun proses dan akhir pembelajaran (posttest). Adapun tujuan dari analisis data ini adalah sebagai berikut :

1) Pretest/survey awal untuk mengetahui analisis data awal sebelum


(28)

46

2) Analisis proses pembelajaran, guna mengetahui perkembangan kognitif siswa

tunagrahita ringan

3) Analisis data terakhir (posttest) yaitu untuk menunjukan keberhasilan dari pembelajaran yang dilakukan.

3. Kegiatan Pasca Penelitian

a. Penulisan dan pelaporan hasil penelitian, kemudian melakukan pengolahan data yang didapat dari pretest, treatment, dan posttest.

b. Membuat grafik berdasarkan hasil pengolahan data agar pengaruh pembelajaran

unsur ruang melalui stimulus benda langit terhadap kemampuan kognitif agar dapat dianalisis dengan mudah

H. Analisis Data

Dalam kegiatan penelitian, kegiatan analisis data termasuk ke dalam daftar yang sangat penting. Langkah ini dilakukan agar data yang telah terkumpul mempunyai arti dan dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian, yang menjadi variabel yang diukur adalah kemampuan kognitif siswa yang dilihat dari pembelajaran unsur ruang melalui stimulus benda langit dalam pembelajaran seni tari. Kemampuan kognitif siswa di dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek pengetahuan, aspek pemahaman, dan aspek aplikasi.

Setelah data terkumpul kemudian data diolah. Data tersebut dianalisis ke dalam statistik deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil treatment dalam jangka waktu tertentu dengan data yang ditampilkan dalam bentuk statistik yang disertai analisis berupa paparan. Pemaparan data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif didapatkan dalam perhitungan nilai pretest dan nilai posttest, sedangkan data kualitatif digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap hasil penelitian.


(29)

Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisis data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjumlahkan hasil rata-rata pengukuran pretest terhadap subjek penelitian. 2. Menjumlahkan hasil rata-rata penskoran posttest terhadap subjek penelitian yang

dilakukan setelah diberikan treatment selama 5x pertemuan.

3. Membuat tabel untuk membandingkan skor yang yang telah diperoleh dari penjumlahan hasil rata-rata pretest dan posttest.

4. Membuat grafik dari data yang telah diperoleh pada pretest dan posttest

Perbedaan antara O1 dan O2 yaitu O2-O1 diasumsikan merupakan efek dari

treatment (X). Digambarkan menggunakan grafik untuk menunjukkan tingkat

signifikan hasil pengolahan data yang didasarkan pada sebelum diberikan perlakuan (treatment) dan sesudah diberikan perlakuan. Selain itu hasil data pretest dan

posttest dipaparkan untuk menunjukkan perbedaan hasil yang telah dicapai.

Pengolahan data dengan cara:

a) Menentukan bobot nilai huruf sebagai berikut:

A = Baik : Bobot 3,6 - 4

B = Cukup : Bobot 2,6 - 3

C = Kurang : Bobot 1,6 – 2

Bobot nilai tersebut penjabarannya dapat dilihat pada keterangan berikut: A = Siswa mampu menyebutkan unsur ruang tari, membedakan unsur ruang

tari, mengeksplor gerak, dan mengaplikasikan gerak ke dalam unsur ruang. B =Siswa mampu menyebutkan unsur ruang tari dan kurang mampu membedakan unsur ruang, mampu mengeksplorasi gerak, mengaplikasikan gerak ke dalam unsur ruang.

C = Siswa hanya mampu menyebutkan unsur ruang tari, kurang mampu dalam mengeksplor gerak, dan mengaplikasikan gerak ke dalam unsur ruang. b) Perhitungan nilai rata-rata siswa, menurut menurut Sugiyono (2012: 49)


(30)

48

seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut.

c) Perhitungan persentase (%) berdasarkan jumlah skor yang didapat siswa.

% =


(31)

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dari Bab I sampai Bab V, maka peneliti akan memberikan kesimpulan dan rekomendasi yang dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait, dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitin yang memiliki tema yang sama dengan cakupan atau lingkup yang lebih luas. Dari uraian dan perolehan hasil eksperimen, peneliti menarik beberapa kesimpulan pokok.

Dari sekian banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran seni tari, peneliti menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran unsur ruang untuk siswa tunagrahita ringan. Pada proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat cukup semangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran seni tari walaupun sering kali mereka merasa kesulitan pada saat berkomunikasi untuk menyampaikan ide dan gagasannya, kesulitan saat bereksplorasi sendiri dan saat menerima pembelajaran baru. Selain itu dengan metode ini dapat memberikan pengalaman bagi anak dalam memerankan suatu peran untuk menciptakan gerak dalam pembelajaran seni tari. Dalam pembelajaran unsur ruang menggunakan metode bermain peran, siswa tunagrahita ringan dapat mengetahui, mengeksplor, dan mengaplikasikan unsur ruang ke dalam gerak berdasarkan imajinasi dan pengetahuannya. Selain itu, siswa tunagrahita ringan dapat merasakan esensi pengalaman menari dengan ide dan gagasan yang ditemukannya.

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kognitif siswa tunagrahita ringan melalui pembelajaran tari melalui stimulus benda langit. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase sebelum dan sesudah diberikan stimulus benda langit terhadap kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan. Dira pada saat pretest 45% pada saat posttest 95%, Fatur pada saat pretest 50% pada saat posttest 82%, Sodik pada saat pretest 45% pada saat posttest 70%, Royan pada saat pretest


(32)

89

47,5% pada saat posttest 92,5%. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat adanya perubahan persentase yang signifikan yaitu nilai posttest setiap siswa lebih besar daripada nilai pretest. Hal tersebut membuktikan adanya perubahan pada peningkatan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan yang artinya kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan mulai berkembang dalam pembelajaran tari. Hasil penelitian mampu meningkatkan kualitas pembelajaran tari dan sekaligus dapat diimplementasikan lebih lanjut oleh guru dengan tujuan untuk mengembangkan kognitif siswa tunagrahita ringan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan, diharapkan memberikan rekomendasi yang dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait.

1. Lembaga Tinggi UPI

Dalam penerapan pembelajaran unsur ruang melalui stimulus benda langit yang berpengaruh terhadap keadaan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran seni tari dapat menambah khasanah kepustakaan, khususnya bagi Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI dalam memberikan konstribusi ilmu pengetahuan pada pembelajaran seni tari bagi siswa berkebutuhan khusus.

2. Bagi Mahasiswa Pendidikan Seni Tari

Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber literatur mengenai salah satu proses pelaksanaan pembelajaran seni tari bagi siswa berkebutuhan khusus (Siswa tunagrahita ringan). Adapun sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya yang meneliti tema yang sama dengan cakupan atau lingkup penelitian yang lebih luas.

3. Bagi Guru

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk menerapkan pembelajaran seni tari di sekolah luar biasa khususnya pembelajaran seni tari bagi siswa tunagrahita ringan yang berbasis untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa. Sehingga siswa mampu mengaplikasikan berbagai potensi yang


(33)

dimilikinya. Dengan begitu, pembelajaran seni tari mampu menyentuh berbagai aspek yang dimiliki siswa dalam kehidupannya sesuai dengan tingkat kecerdasannya, kemampuan dan potensinya.

4. Bagi Peneliti

Pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perkembangan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menambah ilmu pengetahuan, keterampilan serta pengalaman khususnya dalam proses pembelajaran seni tari bagi siswa berkebutuhan khusus (siswa tunagrahita ringan), sehingga peneliti dapat mengetahui lebih dalam mengenai kondisi, potensi maupun kemampuan yang dimiliki dari siswa tunagrahita ringan, serta dapat meningkatkan mutu pendidikan pembelajaran seni tari bagi siswa berkebutuhan khusus.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, et al. (2007). Penggunaan Media Animasi Komputer dalam Meningkatkan

Kemampuan Memahami Konsep Bilangan Anak Tunagrahita Ringan.

Skripsi S1 pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP Bandung: tidak diterbitkan.

Amin, M dan Entang, M. (1984). Pedoman Bimbingan Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.

Amin, Moh. (1995). Orthopedagogik Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud

Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Delphie, Bandi. (2012). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama

Depdiknas. (2003) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Efendi, Mohammad. (2008). PENGANTAR PSIKOPEDAGOGIK ANAK

BERKELAINAN. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. (2003). PERENCANAAN PENGAJARAN BERDASARKAN

PENDEKATAN SISTEM. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Haryati, Mimin. (2006). Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Persada Press Jakarta.

Hidajat, Robby. (2005). Menerobos Pembelajaran Tari Pendidikan. Bandung: Banjar Seni Gantar Gumelar.

Joyce Bruce, dkk. (2009). Models Of Teaching (Model-model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kamalia, Lela. 2009. Model Pembelajaran Seni Tari Bagi Anak Tunagrahita

Ringan Melalui Pendekatan Kontekstual. Skripsi S1 pada Jurusan

Pendidikan Seni Tari FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Masuah, Juju. 2012. TARI PENDIDIKAN. Bandung : FPBS UPI


(35)

Rahmawati, Reni. (2011). Pengaruh Tari Kreatif Terhadap Kecerdasan Emosi

Siswa Tunagrahita Ringan Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SLB-C YPM Kadungora Garut. Skripsi S1 pada Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI

Bandung: tidak diterbitkan

Soemantri, T. Sutjihati. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama

Sudjana, Nana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. ALFABETA. Tim MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran.

Bandung : UPI

Universitas Pendidikan Indonesia (2012) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Sumber dari Internet

Hidayat, Robby. (2011). Metode Pembelajaran Seni Tari. [Online]. Tersedia:

http://www.studiotari.com/2011/02/metode-pembelajaran-seni-tari.html?m=1

Wardani, Kamari. (2011). Peran Pendidikan Seni Di Sekolah. [Online]. Tersedia: http://www.dikbangkes-jatim.com


(1)

48

seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut.

c) Perhitungan persentase (%) berdasarkan jumlah skor yang didapat siswa.

% =


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dari Bab I sampai Bab V, maka peneliti akan memberikan kesimpulan dan rekomendasi yang dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait, dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitin yang memiliki tema yang sama dengan cakupan atau lingkup yang lebih luas. Dari uraian dan perolehan hasil eksperimen, peneliti menarik beberapa kesimpulan pokok.

Dari sekian banyak metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran seni tari, peneliti menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran unsur ruang untuk siswa tunagrahita ringan. Pada proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat cukup semangat dan antusias dalam mengikuti pembelajaran seni tari walaupun sering kali mereka merasa kesulitan pada saat berkomunikasi untuk menyampaikan ide dan gagasannya, kesulitan saat bereksplorasi sendiri dan saat menerima pembelajaran baru. Selain itu dengan metode ini dapat memberikan pengalaman bagi anak dalam memerankan suatu peran untuk menciptakan gerak dalam pembelajaran seni tari. Dalam pembelajaran unsur ruang menggunakan metode bermain peran, siswa tunagrahita ringan dapat mengetahui, mengeksplor, dan mengaplikasikan unsur ruang ke dalam gerak berdasarkan imajinasi dan pengetahuannya. Selain itu, siswa tunagrahita ringan dapat merasakan esensi pengalaman menari dengan ide dan gagasan yang ditemukannya.

Berdasarkan hasil yang didapat dari penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan kognitif siswa tunagrahita ringan melalui pembelajaran tari melalui stimulus benda langit. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase sebelum dan sesudah diberikan stimulus benda langit terhadap kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan. Dira pada saat pretest 45% pada saat posttest 95%, Fatur pada saat pretest 50% pada saat posttest 82%, Sodik pada saat pretest 45% pada saat posttest 70%, Royan pada saat pretest


(3)

89

47,5% pada saat posttest 92,5%. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat adanya perubahan persentase yang signifikan yaitu nilai posttest setiap siswa lebih besar daripada nilai pretest. Hal tersebut membuktikan adanya perubahan pada peningkatan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan yang artinya kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan mulai berkembang dalam pembelajaran tari. Hasil penelitian mampu meningkatkan kualitas pembelajaran tari dan sekaligus dapat diimplementasikan lebih lanjut oleh guru dengan tujuan untuk mengembangkan kognitif siswa tunagrahita ringan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dan kesimpulan yang dikemukakan, diharapkan memberikan rekomendasi yang dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait.

1. Lembaga Tinggi UPI

Dalam penerapan pembelajaran unsur ruang melalui stimulus benda langit yang berpengaruh terhadap keadaan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran seni tari dapat menambah khasanah kepustakaan, khususnya bagi Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI dalam memberikan konstribusi ilmu pengetahuan pada pembelajaran seni tari bagi siswa berkebutuhan khusus.

2. Bagi Mahasiswa Pendidikan Seni Tari

Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber literatur mengenai salah satu proses pelaksanaan pembelajaran seni tari bagi siswa berkebutuhan khusus (Siswa tunagrahita ringan). Adapun sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya yang meneliti tema yang sama dengan cakupan atau lingkup penelitian yang lebih luas.

3. Bagi Guru

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk menerapkan pembelajaran seni tari di sekolah luar biasa khususnya pembelajaran seni tari bagi siswa tunagrahita ringan yang berbasis untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa. Sehingga siswa mampu mengaplikasikan berbagai potensi yang


(4)

90

dimilikinya. Dengan begitu, pembelajaran seni tari mampu menyentuh berbagai aspek yang dimiliki siswa dalam kehidupannya sesuai dengan tingkat kecerdasannya, kemampuan dan potensinya.

4. Bagi Peneliti

Pembelajaran tari melalui stimulus benda langit untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perkembangan kemampuan kognitif siswa tunagrahita ringan dapat dijadikan salah satu alternatif dalam menambah ilmu pengetahuan, keterampilan serta pengalaman khususnya dalam proses pembelajaran seni tari bagi siswa berkebutuhan khusus (siswa tunagrahita ringan), sehingga peneliti dapat mengetahui lebih dalam mengenai kondisi, potensi maupun kemampuan yang dimiliki dari siswa tunagrahita ringan, serta dapat meningkatkan mutu pendidikan pembelajaran seni tari bagi siswa berkebutuhan khusus.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, et al. (2007). Penggunaan Media Animasi Komputer dalam Meningkatkan Kemampuan Memahami Konsep Bilangan Anak Tunagrahita Ringan. Skripsi S1 pada Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP Bandung: tidak diterbitkan.

Amin, M dan Entang, M. (1984). Pedoman Bimbingan Anak Luar Biasa. Jakarta: Depdikbud.

Amin, Moh. (1995). Orthopedagogik Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud

Arikunto, Suharsimi. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Delphie, Bandi. (2012). Pembelajaran Anak Tunagrahita. Bandung: Refika Aditama

Depdiknas. (2003) Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Efendi, Mohammad. (2008). PENGANTAR PSIKOPEDAGOGIK ANAK BERKELAINAN. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. (2003). PERENCANAAN PENGAJARAN BERDASARKAN PENDEKATAN SISTEM. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Haryati, Mimin. (2006). Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Persada Press Jakarta.

Hidajat, Robby. (2005). Menerobos Pembelajaran Tari Pendidikan. Bandung: Banjar Seni Gantar Gumelar.

Joyce Bruce, dkk. (2009). Models Of Teaching (Model-model Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Kamalia, Lela. 2009. Model Pembelajaran Seni Tari Bagi Anak Tunagrahita Ringan Melalui Pendekatan Kontekstual. Skripsi S1 pada Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(6)

Pamadhi, Hadjar, dkk (2008). Pendidikan seni di SD Jakarta : Universitas Terbuka Rahmawati, Reni. (2011). Pengaruh Tari Kreatif Terhadap Kecerdasan Emosi Siswa Tunagrahita Ringan Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SLB-C YPM Kadungora Garut. Skripsi S1 pada Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Soemantri, T. Sutjihati. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama

Sudjana, Nana. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. ALFABETA. Tim MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran.

Bandung : UPI

Universitas Pendidikan Indonesia (2012) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Sumber dari Internet

Hidayat, Robby. (2011). Metode Pembelajaran Seni Tari. [Online]. Tersedia:

http://www.studiotari.com/2011/02/metode-pembelajaran-seni-tari.html?m=1

Wardani, Kamari. (2011). Peran Pendidikan Seni Di Sekolah. [Online]. Tersedia: http://www.dikbangkes-jatim.com


Dokumen yang terkait

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DALAM MENGKLASIFIKASIKAN BENDA MELALUI MEDIA Upaya Mengembangkan Kemampuan Kognitif Dalam Mengklasifikasikan Benda Melalui Media Realia Alam Sekitar Pada Kelompok B Di Bustanul Athfal `Aisyiyah Babadan I Kecamatan

0 1 16

PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG.

0 6 47

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III SDLB MELALUI KEGIATAN MEMBACA Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas III SDLB Melalui Kegiatan Membaca Buku Cerita Di SLB Muhammadiyah Susukan Kabupaten Semara

0 0 13

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III SDLB MELALUI KEGIATAN MEMBACA Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas III SDLB Melalui Kegiatan Membaca Buku Cerita Di SLB Muhammadiyah Susukan Kabupaten Semara

0 0 14

PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS TARI KIJANG UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS IV DI SDN CINTABODAS 3 KABUPATEN TASIKMALAYA.

0 3 36

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA APLIKASI POWERPOINT.

1 19 45

MODEL PEMBELAJARAN PERMAINAN BAHASA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN JENJANG SDLB : Penelitian Subjek Tunggal pada Siswa SDLB-C di Kota Bandung).

0 1 71

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV SDLB DI SLB NEGERI 2 YOGYAKARTA.

0 0 141

PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG - repository UPI S SDT 1106203 Title

0 0 3

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN MERAWAT DIRI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDLB NEGERI KROYA KABUPATEN CILACAP

0 4 15