PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari

Oleh Laras Setyandini

1106203

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Oleh Laras Setyandini

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Seni Tari

© Laras Setyandini

Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian,


(3)

PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK

TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG Oleh:

LARAS SETYANDINI 1106203

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dr. Desfina, M.Hum NIP. 196102201990032001

Pembimbing II

Dr. Heni Komalasari, M.Pd NIP. 197109152001122001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Seni Tari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen, M.Si NIP. 195710181985032001


(4)

ii ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pembelajaran Tari Melalui Stimulus Gerak Burung Untuk Meningkatkan Kemampuan Kinestetik Pada Anak Tunagrahita Sedang Di SLB

YPLAB Lembang”. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana

kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang dalam pembelajaran tari dapat ditingkatkan melalui stimulus gerak burung. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh data tingkat kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang melalui aplikasi stimulus gerak burung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen menggunakan rancangan Single Subject Research (SSR) dengan desain A-B-A. Proses pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung dilakukan sebanyak 3 fase dan 12 sesi yaitu baseline 1(A-1) sebanyak 3 sesi, intervensi sebanyak 6 sesi, dan Baseline 2(A-2) sebanyak 3 sesi. Hasil penelitian dan pengamatan yang dilakukan bahwa kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang dalam pembelajaran tari terjadi peningkatan setelah dilakukannya intervensi stimulus gerak burung. Hal ini terbukti dari hasil pengumpulan dan analisis data dengan cara membandingkan baseline 1(A-1) dan baseline 2(A-2), maka kemampuan kinestetik anak fase baseline 1(A-1) pada aspek koordinasi gerak mean level sebesar 5 point, aspek keseimbangan gerak mean level sebesar 11 point, dan ketepatan gerak mean level sebesar 9 point. Pada fase baseline 2(A-2) kemampuan kinestetik yang mampu dikuasai dalam aspek koordinasi gerak mean level sebesar 11,33 point, aspek keseimbangan gerak sebesar 20,66 point, dan aspek ketepatan gerak sebesar 20, 66 point. Dilihat dari hasil tersebut bahwa intervensi yang dilakukan berdampak positif, maka Pembelajaran Tari melalui Stimulus Gerak Burung Dapat meningkatkan Kemampuan Kinestetik Pada Anak Tunagrahita Sedang Di SLB YPLAB Lembang.

Kata Kunci: Pembelajaran Tari, Stimulus gerak burung, Kemampuan Kinestetik,


(5)

ABSTRACT

This study entitled "Dance Learning through Birds Motion Stimulation to Improve Kinaesthetic Ability in Medium Mentally Retarded Children in SLB YPLAB

Lembang”. The problem in this research was how the kinaesthetic ability of

mentally retarded children on the dance learning can be enhanced through the birds motion stimulation. The purpose of this study was to obtain the level data on the kinaesthetic ability of mentally retarded children through the birds motion stimulus application. The method used was an experimental method using a Single Subject Research (SSR) with ABA design. The learning process through the stimulus of birds motion dance performed a total of three phases and 12 sessions: baseline 1 (A-1) of 3 sessions, the intervention of 6 sessions, and Baseline 2 (A-2) of 3 sessions. Research and observation result was found that kinaesthetic ability of mentally retarded children in dance was increased after the intervention of birds motion stimulation. The evident was from the result of data collection and analysis by comparing the baseline 1 (A-1) and baseline 2 (A-2), then the children kinaesthetic ability of baseline phase 1 (A-1) on the mean level of motor coordination aspect is 5 points, the mean level of balance motion is 11 points, and the mean level of precision motion is 9 points. At baseline phase 2 (A-2) the capability of kinaesthetic abilities mastered in the mean level of motor coordination aspects is 11.33 points, the balance motion aspect is 20.66 points, and the accuracy motion aspect is 20, 66 points. As can be seen from these results that the intervention had a positive impact, then dance learning through the birds motion stimulation can increase the kinaesthetic ability in medium mentally retarded children in SLB YPLAB Lembang.

Key Words: Dance Learning, Birds Motion Stimulation, Kinaesthetic Ability, Medium Mentally Retarded Children


(6)

vi

DAFTAR ISI

hal

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN ... ii

iii iv vi

1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah... 7

. C.Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan Umum ... 7

2. Tujuan Khusus ... D.Manfaat Penelitian ... 7 7 1. Segi Teori ... 8

2. Segi Praktik ... 3. Segi Kebijakan ... E. Struktur Organisasi Sripsi ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

A.Penelitian Terdahulu ... 1. Subjek Penelitian ... 2. Temuan Penelitian ... 3. Posisi Teoritis Peneliti ... B.Pembelajaran Tari. ... 1. Pengertian Pembelajaran Tari ... 2. Pembelajaran Tari Untuk Anak

Tunagrahita Sedang ... C.Anak Tunagrahita ... 1. Pengertian Anak Tunagrahita ... 2. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 3. Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang...

8 8 9 10 10 10 11 11 12 12 14 18 18 19 21


(7)

D.Kemampuan Kinestetik ... 1. Pengertian Kemampuan Kinestetik ... 2. Unsur-unsur Gerak Kinestetik ... 3. Perkembangan Motorik ...

BAB III Metode Penelitian ...

A.Desain Penelitian ... B.Partisipan dan Tempat Penelitian ... C.Populasi dan Sampel Penelitian ... D.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan

Data ... E. Prosedur Penelitian ... 1. Langkah Penelitian ... 2. Definisi Operasional ... 3. Variabel Penelitian ... 4. Asumsi dan Hipotesis ... F. Analisis Data ...

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ...

A.Temuan ... 1. Proses Pembelajaran Tari Melalui Stimulus Gerak

Burung Untuk Meningkatkan Kemampuan Kinestetik Pada Anak Tunagrahita Sedang di SLB YPLAB Lembang ... 2. Hasil Penelitian Pembelajaran Tari Melalui

Stimulus Gerak Burung Untuk Meningkatkan Kemampuan Kinestetik Pada Anak Tunagrahita Sedang di SLB YPLAB Lembang... 2.1 Kemampuan Koordinasi Gerak ...

a. Hasil Penelitian ... b. Analisis Data ... 1. Analisis Dalam Kondisi... 2. Analisis Antar Kondisi ... 2. 2 Kemampuan Keseimbangan Gerak ...

22 22 26 28 30 30 32 32 35 39 43 43 44 45 49 49 52 52 53 57 57 57 62 62 70 76


(8)

viii

a. Hasil Penelitian ... b. Analisis Data ... 1. Analisis Dalam Kondisi ... 2. Analisis Antar Kondisi... 2. 3 Kemampuan Ketepatan Gerak ... a. Hasil Penelitian... b. Analisis Data ... 1. Analisis Dalam Kondisi ... 2. Analisis Antar Kondisi ... B.Pembahasan ...

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN

IMPLIKASI ...

A.Kesimpulan ... B.Rekomendasi dan Implikasi ...

DAFTAR PUSTAKA ... RIWAYAT HIDUP

76 81 81 89 96 96 100 100 109 116

123 123 125 127


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi saat ini, dihadapkan pada banyak tantangan baik dalam bidang

sosial, ekonomi, politik, budaya juga pendidikan. Semakin hari persaingan sumber daya manusia semakin sulit, maka dibutuhkan suatu upaya untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Salah satu upaya untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu melalui pendidikan. Pendidikan merupakan bagian utama untuk menghasilkan manusia yang berkualitas. Pelayanan pendidikan tidak hanya diberikan kepada warga negara yang normal saja, tetapi warga negara yang tidak normalpun berhak menerimanya. Seperti yang telah ditetapkan pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 5 yakni:

Setiap warga mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu (ayat 1), warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/ atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 2), warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan khusus (ayat 4), setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Selain itu, Gwang-Jo Kim Direktur UNESCO Asia and Pacific Regional Bureau for Education mengatakan anak-anak penyandang cacat (disability) juga mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan, sebagaimana tercantum dalam konvensi Hak Anak (1989) dan Konvensi Hak Penyandang Dissabilas (2008).

(http://wwwwanabilacom.blogspot.com/2012/01/etnis-gender-kelas-sosial-dan.html) Dari dua pernyataan di atas, maka setiap warga negara dengan keadaan maupun keterbatasan fisik atau intelektual apapun berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan mendapat kesempatan untuk meningkatkan pendidikannya sepanjang hayat. Anak disability merupakan anak berkebutuhan khusus.


(10)

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan dalam keadaan dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka adalah secara fisik, psikologis, kognitif, atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara maksimal, sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga profesional (Suron dan Rizzo, 1979).

Anak berkebutuhan khusus pun dapat dikategorikan menjadi dua kelompok besar yaitu anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) dan anak berkebutuhan khusus bersifat menetap (permanen). Anak berkebutuhan khusus yang bersifat sementara (temporer) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, meliputi:anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan anak berkebutuhan khusus yang bersifat menetap (permanen) adalah anak yang mengalami hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang bersifat internal dan akibat langsung dari kondisi kecacatan, meliputi anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and Hiperactivity Disorders), Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan lain-lain.

(http://mahasiswa.ung.ac.id/831413104/home/2015/5/21/setrategi-pembelajaran-dan-model-pembelajaran-dikjas-adaptif-bagi-anak-berkebutuhan-khusus.html)

Berdasarkan pernyataan di atas, maka anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki hambatan dalam fisik, kecerdasan, emosi dan perkembangan. Salah satu bagian dari anak berkebutuhan khusus adalah anak tunagrahita. Mereka memerlukan layanan khusus agar pembelajaran dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya. Layanan khusus yang dibutuhkan agar mereka memperoleh hak yang sama dengan anak normal lainnya yaitu dengan pendidikan tadi. Dengan pendidikan diharapkan adanya perubahan perilaku, mampu mengontrol emosional, dan jiwa anak sebagai eksistensi dirinya dalam bersosialisasi. Depdikbud (1994: 8-9) menjelaskan bahwa:


(11)

Tujuan pendidikan anak tunagrahita di SDLB bertujuan memberikan kemampuan dasar, pengetahuan, keterampilan dasar dan sikap yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan kelainan yang disandangnya dan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan pada SMPLB.

Kutipan ini menjelaskan bahwa tujuan pendidikan bagi anak tunagrahita yaitu dapat memberikan kemampuan dasar untuk mempersiapkan mereka ke jenjang berikutnya bahkan sampai ke dunia kerja. Anak tunagrahita merupakan anak yang memiliki keterlambatan kemampuan mental di bawah normal. Menurut AAMD (American Assosiation on Mental Deficiency) dan PP No. 72 tahun 1991 dalam Amin (1995:22-24) Anak tunagrahita dapat diklasifikasikan menurut tingkat kecerdasan:

1) tunagrahita ringan IQ antara 52 s/d 70 (mampu didik/debil) anak ini mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam bidang pelajaran akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja, 2) tunagrahita sedang IQ antara 36 s/d 51 (mampu latih/embisil) anak ini mempunyai kemampuan intelektual dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita ringan, 3) tunagrahita berat dan sangat berat IQ dibawah 32 (mampu rawat/idiot) anak ini sulit mencapai keterampilan hidup yang diharapkan secara normal.

Dengan melihat definisi tunagrahita tersebut, maka muncul hambatan bagi anak tunagrahita tersebut. Hambatan yang terjadi pada anak tunagrahita adalah kesulitan dalam beradaptasi, kesuliatan dalam melakukan suatu pekerjaan, melakukan aktifitas gerak dan keterampilan hidup. Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca, dan berhitung walaupun mereka masih dapat menulis secara sosial, misalnya menulis namanya sendiri, alamat rumahnya dan lain-lain. Masih dapat didik mengurus diri, seperti mandi, berpakaian, makan, minum dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari, anak tunagrahita sedang membutuhkan pengawasan yang terus-menerus. Mereka juga masih dapat bekerja di tempat kerja terlindung (sheltered workshop) (dalam Somantri, 2005, hlm. 107). Dari hambatan tersebut akan berdampak dan mempengaruhi kehidupan anak tunagrahita di masa yang akan datang.

Anak normal dalam kemampuan kinestetik sudah sesuai dengan perkembangan fisiknya jika dibandingkan dengan anak tunagrahita sedang karena mereka secara


(12)

otomatis memahami instruksi dan perintah dengan baik. Kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang dipengaruhi oleh perkembangan motorik (motorik kasar dan motorik halus), banyaknya stimulus gerak kepada anak maka akan menghasilkan respon yang baik begitupun sebaliknya. Pada umumnya kemampuan kinestetik anak akan berkembang seiring dengan perkembangannya. Pada tahap ini anak akan melakukan imitasi terhadap lingkungan sehingga gerakan yang dilakukan akan disesuaikan dengan apa yang anak lihat. Selain itu pemahaman dalam menerima dan mengerti perintah dalam bentuk gerakan menjadi salah satu hal yang penting dalam perkembangan motorik anak.

Penelitian ini difokuskan pada kemampuan kinestetik yang didalamnya bersangkutan dengan gerak motorik kasar dan gerak motorik halus serta merupakan kajian ilmu dan menjadi inti pembahasan. Kemampuan kinestetik diperlukan untuk merangsang munculnya suatu gerakan yang pada akhirnya motorik anak akan berkembang dengan baik. Kemampuan kinestetik juga diperlukan dalam pembelajaran di sekolah, misalnya pelajaran olahraga, seni tari. Hal ini dilakukan untuk melenturkan badan agar otot- otot pada anak menjadi tidak kaku dan lebih luwes dalam melakukan gerakan.

Pembelajaran tari pada penelitian ini menggunakan stimulus gerak burung karena dengan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung dapat dipakai sebagai wahana atau upaya untuk menjembatani kesulitan – kesulitan anak tunagrahita sedang dalam kemampuan kinestetiknya. Pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung merupakan pembelajaran tari dengan menggunakan gerak burung sebagai stimulus. Imajinasi anak dalam keseharian gerak burung dapat diungkapkan melalui gerak tari, sehingga anak akan lebih mudah untuk memahami gerak tari. Dalam hal ini, sama halnya seperti yang telah diungkapkan oleh Hawkins, 1990, hlm. 2 bahwa tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya. Dari hal tersebut, maka dengan menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung anak akan lebih mudah untuk memahami materi karena hasil ekspresi melalui hasil imajinasi yang ia lihat berdasarkan keseharian gerak burung diungkapkan


(13)

melalui gerak tari yang indah dan selaras. Selain itu, pembelajaran tari bermanfaat bagi kesehatan, kedisiplinan, solidaritas sosial, dan menumbuhkan kepercayaan diri sekaligus variabel bebas oleh peneliti, karena dianggap mempunyai keterkaitan yang cukup erat dengan dengan hal – hal mengenai kemampuan kinestetik. Dalam Pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung itu sendiri tidak terlepas dari rangsangan visual dan kinestetik, dimana indera visual membantu memberikan pemahaman tentang objek yang dilihat kemudian oleh kinestetik diproses dalam bentuk gerakan sehingga terjalin sebuah singkronisasi pembelajaran tari burung yang selaras, senada dan harmonis.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan ke SLB YPLAB Lembang pada tanggal 16 Januari 2015, anak tunagrahita sedang memiliki karakteristik lambat dalam menerima hal baru, kesulitan dalam menerima intruksi, cepat lupa jika menerima perintah, kesulitan dalam menerima banyak perintah. Dari segi gerak mereka cenderung setingkat lebih rendah dibanding dengan anak normal pada umumnya, gerakan-gerakan yang dilakukan monoton, dan kesulitan memahami intruksi yang berhubungan dengan gerak, misalnya saat mengikuti satu gerakan (mengangkat tangan, berjongkok) anak memerlukan waktu yang cukup lama dibandingkan teman yang lainnya, koordinasi gerak, keseimbangan gerak, ketepatan gerak tubuh kurang baik sehingga emosi kurang terkendali dan pembelajaran di dalam kelas kurang efisien serta sedikit berekspresi. Jika didengarkan musik anak tunagrahita sedang tidak mau bergoyang atau jika mau bergoyang mengikuti iramapun harus dengan intruksi. Gerakan-gerakan yang dilakukan anak tunagrahita sedang di sekolah biasanya hanya sebatas saat pelajaran olahraga saja, sehingga anak tunagrahita sedang cenderung malas untuk bergerak.

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan maka dapat dikatakan bahwa anak tunagrahita sedang memiliki kesulitan dalam gerak, sedikit berekspresi, kurang peka terhadap bunyi, cenderung malas untuk melakukan gerakan jika terlalu banyak intruksi yang diterima dan kurangnya rangsang kinestetik, sehingga gerakan yang ditimbulkannya kurang luwes serta pembelajaran yang ada di sekolah hanya sebatas gerakan senam.


(14)

Berdasarkan permasalahan inilah diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang yaitu menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung. Penulis memiliki anggapan bahwa pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melatih anak tunagrahita sedang dalam meningkatkan kemampuan kinestetik. Pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung ini pula ditunjang dengan penggunaan media gambar sebagai media visual yang merupakan apersepsi dalam pembelajaran tari agar mampu menumbuhkan ketertarikan dalam meningkatkan kemampuan kinestetik pada anak tunagrahita sedang.

Dalam penelitian ini, pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung dijadikan sebagai inspirasi dilihat dari pembelajaran di sekolah yang kurang merangsang anak tunagrahita sedang untuk mau bergerak. Di samping itu, pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung juga dapat membantu anak tunagrahita sedang dalam memahami unsur gerak secara sederhana. Dengan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung diharapkan anak tunagrahita sedang mampu melakukan gerakan sesuai dengan unsur gerak secara sederhana, mampu melatih koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak serta melatih ingatannya sehingga anak tunagrahita sedang lebih luwes dalam gerak dan menambah kepercayaan diri anak.

Untuk itulah peneliti ingin mencoba meneliti tentang kemampuan kinestetik pada anak tunagrahita sedang dengan menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung. Dilihat dari hambatan yang dimiliki anak tunagrahita sedang, peneliti mencoba untuk melihat sejauh mana kemampuan kinestetik pada anak tunagrahita sedang melalui pembelajaran tari. Merujuk dari masalah yang ditemukan, maka penelitian ini berjudul “PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS

GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB


(15)

B. Rumusan Masalah Penelitian

Sejalan dengan uraian pada latar belakang, masalah dalam penelitian dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana proses pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk meningkatkan kemampuan kinestetik pada anak tunagrahita sedang di SLB YPLAB Lembang?

b. Bagaimana hasil pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk meningkatkan kemampuan kinestetik pada anak tunagrahita sedang di SLB YPLAB Lembang?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk meningkatkan kemampuan kinestetik pada anak tunagrahita sedang.

2. Tujuan Khusus Penelitian

a. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data proses pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk meningkatkan kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang di SLB YPLAB Lembang. b. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data hasil

pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk meningkatkan kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang di SLB YPLAB Lembang.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat untuk berbagai

kalangan. Manfaat ini terdiri dari manfaat dari segi teori, manfaat dari segi praktik dan manfaat dari segi kebijakan.


(16)

1. Segi Teori

a. Bagi Guru

Dalam penelitian ini, diharapkan bisa sebagai pedoman untuk pembelajaran selanjutnya dan bahan evaluasi bagi guru dalam pembelajaran mengenai kinestetik yang dilakukan sebelumnya.

b. Bagi Peneliti

Dalam penelitian ini, diharapkan memberi manfaat peneliti untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan kinestetik yang dimiliki anak tunagrahita sedang.

2. Segi Praktik

Bagi Siswa

Dalam penelitian ini, diharapkan memberi manfaat bahwa melalui media tubuhnya, koordinasi gerak tubuhnya membaik, emosi yang lebih tenang, mendapatkan kepuasan dalam proses perkembangan fisik, mampu berekspresi, dan jiwa anak sebagai eksistensi dirinya dalam bersosialisasi dan memudahkan anak untuk melakukan gerakan.

3. Segi Kebijakan

a. Bagi Lembaga (UPI)

Dengan adanya penelitian peningkatan kecerdasan kinestetik pada siswa tunagrahita sedang di SLB YPLAB dapat memberikan informasi dan sebagai literatur di perpustakaan UPI.

b. Bagi Departemen Pendidikan Seni Tari UPI

Dengan penelitian ini diharapkan bisa menambah informasi dan pengetahuan khususnya mengenai pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung pada anak tunagrahita sedang.

c. Bagi Sekolah

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai masukan bagi lembaga pendidikan khusus serta bahan atau metode pembelajaran khususnya bagi anak tunagrahita sedang.


(17)

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi berisikan mengenai penerapan yang diteliti oleh peneliti dalam setiap BAB dalam skripsi, yaitu BAB 1 sampai BAB V, seperti yang dipaparkan berikut ini:

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang B.Rumusan Masalah C.Tujuan penelitian D.Manfaat penelitian

E. Struktur Organisasi Sripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA

A.Penelitian Terdahulu B.Pembelajaran Tari C.Anak Tunagrahita D.Kemampuan Kinestetik

BAB III METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian

B.Partisipan dan Tempat Penelitian C.Populasi dan Sampel Penelitian

D.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data E. Prosedur Penelitian

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A.Temuan Penelitian

1. Proses Pembelajaran Tari Melalui Stimulus Geak Burung 2. Hasil Pembelajaran Tari Melalui Stimulus Gerak Burung B.Pembahasan Penelitian

BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI A.Kesimpulan


(18)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

Secara garis besar penelitian dibedakan menjadi dua macam, yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif karena dianggap tepat untuk sebuah penelitiannya. Penelitian kuantitatif merupakan realita yang terdiri atas bagian dan unsur yang terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan instrumen, maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan terkontrol (dalam Aunurrahman dkk, 2009, hlm. 23). Penelitian kuantitatif tidak dapat terpisahkan dengan pengukuran yang menggunakan instrumen dan pengolahan statistik serta struktur secara teratur. Pada penelitian kuantitatif terdapat beberapa metode yang salah satunya digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen dengan menggunakan rancangan single Subject

Research (SSR), yaitu “Penelitian yang dilakukan pada satu subjek dengan tujuan

untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan pada satu subjek secara berulang-ulang dengan periode waktu tertentu” (Sunanto, 2006, hlm. 41). Dalam sebuah penelitian, metode penelitian merupakan salah satu hal yang penting untuk mendapatkan data yang bertujuan agar dapat mencapai hasil yang diharapkan.

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain A-B-A. desain A-B-A merupakan penelitian yang pengolahan datanya digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku, dalam hal ini yang digunakan adalah pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk meningkatkan kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang. Desain A-B-A mempunyai tiga tahap, yaitu: baseline 1 (A-1), B (intervensi), baseline 2 (A-2). Tahapan ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui besarnya pengaruh dari suatu perilaku yang diberikan kepada individu.


(19)

Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai desain penelitian Single Subject Research (penelitian subjek tunggal) dengan desain A-B-A, maka adapun grafik yang digambarkan sebagai berikut.

100%

80% baseline - 1 intervensi baseline - 2 60%

40%

20%

0%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Grafik 3.1 Pola Desain A-B-A

Keterangan:

1. Baseline 1 (A- 1)

Pada fase ini merupakan suatu gambaran sebelum diberikan perlakuan, yakni kemampuan awal anak tunagrahita sedang sebelum diberikannya pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung sesuai dengan unsur ruang gerak (volume luas, sedang sempit dan level tinggi, sedang, rendah) secara sederhana. Pada fase ini peneliti sudah mulai mengukur peningkatan kemampuan kinestetik berdasarkan aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak. 2. Intervensi (B)

Fase selanjutnya yaitu fase intervensi dimana anak diberi perlakuan secara berulang-ulang dengan menggunakan stimulus gerak burung dengan menggunakan media gambar hewan dan gerak burung dalam pembelajaran unsur ruang gerak (volume luas, sedang, sempit dan level tinggi, sedang, rendah) untuk meningkatkan kemampuan kinestetik berdasarkan aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak dengan melihat hasil pada saat intervensi.


(20)

3. Baseline 2 (A- 2)

Fase yang terakhir yaitu baseline 2 merupakan suatu gambaran tentang perkembangan kemampuan kinestetik yang dimiliki sebagai bahan evaluasi untuk mengetahui perubahan setelah diberikan intervensi. Pengukuran dilakukan untuk melihat seberapa besar perkembangan gerakan kemampuan kinestetik berdasarkan aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak sesuai dengan unsur ruang gerak (volume luas, sedang sempit dan level tinggi, sedang, rendah) secara sederhana.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian 1. Partisipan

Partisipan adalah orang yang ikut berperan serta disuatu kegiatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 732). Dari pernyataan diatas maka partisipan dalam penelitian merupakan orang yang turut berperan serta atau terlibat langsung dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini yang ikut berparisipasi yaitu peneliti dan siswa selain itu adapun kepala sekolah dan guru yang berperan sebagai narasumber untuk mengetahui seberapa jauh perkembangan atau kemampuan kinestetik yang dimiliki oleh siswa.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan tempat dimana dilakukannya penelitian. Penelitian ini dilakukan di SLB YPLAB Lembang yang beralamat di Jl. Barulaksana No. 183 Lembang Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013, hlm. 297). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah kelas 4 SDLB-C1 tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 3 orang siswa di SLB YPLAB Lembang. Alasan peneliti


(21)

mengambil populasi ini karena kesesuaian materi pembelajaran tari dan usia subjek dengan kemampuan kinestetik yang akan diubah. Adapun data karakteristik siswa kelas 4 SDLB-C1 SLB YPLAB Lembang adalah sebagai berikut:

Nama : Sr

Ttl : Bandung, 11 November 2003 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kelas : IV SDLB - C1 Usia : 11 Tahun

Karakteristik : Sulit konsentrasi, artikulasinya sudah jelas, motorik kasar dan motorik halusnya sudah baik, pandai menyanyi karena turunan orang tua, kemampuan akademisnya terbatas seperti calistungnya masih perlu bimbingan.

Nama : Sa

Ttl : Bandung, 23 Mei 2003 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kelas : IV SDLB - C1 Usia : 11 Tahun

Karakteristik : lebih mudah dalam berkonsentrasi, motorik kasar dan motorik halusnya sudah baik, kemampuan akademisnya sudah lebih baik namun terkadang masih perlu bimbingan, artikulasinya sudah jelas, dan emosinya mampu terkontrol dengan baik.

Nama : Nn

Ttl : Bandung, 1 November 2004 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam


(22)

Usia : 11 Tahun

Karakteristik : Emosinya mudah berubah, perlu motivasi dan reward dalam proses pembelajaran, memerlukan latihan dalam hal yang berhubungan dengan motorik karena gerakannya masih kurang dalam bergerak. Perhatiannya mudah beralih, dalam segi motorik kasar sudah mampu namun masih perlu diarahkan dan diberi contoh, motorik halus seperti menulis, menggunting dan menempel masih memerlukan bantuan karena anak seringkali melamun dalam melakukan kegiatan tersebut.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti) (Suharsimi Arikunto, 1998, hlm. 117). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDLB di SLB YPLAB Lembang yaitu 1 orang siswa. Alasan pemilihan sampel didasarkan pada kemampuan kinestetik yang kurang, gerak motorik anak masih kurang, koordinasi mata tangan masih belum bagus. Selain itu, subjek tersebut memiliki kemampuan kinestetik yang lebih rendah diantara dua populasi lainnya. Dari alasan di atas maka subjek tersebut dijadikan sebagai sampel penelitian.

Nama : Nn

Ttl : Bandung, 1 November 2004 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kelas : IV SDLB - C1 Usia : 11 Tahun

Alamat : Kp. Citespong RT. 02/02 Desa Sukajaya Lembang Kabupaten Bandung Barat


(23)

Karakteristik : Emosinya mudah berubah, perlu motivasi dan reward dalam proses pembelajaran, memerlukan latihan dalam hal yang berhubungan dengan motorik karena gerakannya masih kurang dalam bergerak. Perhatiannya mudah beralih, dalam segi motorik kasar sudah mampu namun masih perlu diarahkan dan diberi contoh, motorik halus seperti menulis, menggunting dan menempel masih memerlukan bantuan karena anak seringkali melamun dalam melakukan kegiatan tersebut.

D. Instrumen Penelitian dan Tekhnik Pengumpulan data 1. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif (Ibnu Hadjar, 1996, hlm. 160). Maka dari itu, instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi secara objektif dan dalam penelitian ini instrumen dijadikan sebagai alat untuk mengolah dan mengumpulkan data-data secara sistematis dan lebih objektif lagi. Dalam hal ini, instrumen menjadi bagian yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, karena dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan alat ukur yang akurat untuk menjawab permasalahan dan menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan untuk menyimpulkan hasil penelitian. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan berupa instrumen kemampuan kinestetik, di antaranya instrumen yang digunakan pada penelitian ini antara lain:

1) Alat Ukur

Untuk memperoleh data yang sistematis dan akurat maka terdapat alat ukur yang tepat. Tes merupakan suatu pengujian yang dianggap tepat dalam hal ini. Tes yang dilakukan berupa tes perbuatan dalam bentuk latihan gerakan kinestetik berdasarkan aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak sesuai unsur ruang gerak (volume luas, sedang sempit dan level tinggi, rendah) secara sederhana. Latihan ini untuk mengukur seberapa jauh keterampilan,


(24)

pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh anak tunagrahita sedang kelas 4 SDLB. Tes yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan tes perbuatan, di antaranya:

a. Melakukan asesmen atau penilaian. Asesmen yang dilakukan guna untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan kinestetik yang dimiliki anak tunagrahita sedang tersebut

b. Membuat kisi – kisi yang merupakan sebuah rancangan penyusunan instrumen agar dalam penelitian peneliti memiliki pedoman yang jelas dan terperinci mengenai butir soal yang akan disusun.

c. Membuat butir soal yang disesuaikan dengan indikator. Pembuatan butir soal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam penilaian dan mengukur kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang. Butir soal yang dibuat sebanyak 20 soal.

d. Pada setiap butir soal dibuat sistem penilaian agar diketahui skor di tahap

baseline 1, intervensi, dan baseline 2.

Kisi – Kisi Instrumen dan kriteria penilaian dalam Mengukur Kemampuan Kinestetik Anak Tunagrahita Sedang

Variabel Sub Variabel

Aspek Indikator Skor

1 2 3 4 Kemampuan

Kinestetik.

Gerak anggota

tubuh.

Kemampuan koordinasi gerak:

-Mampu

menggenggam properti tari (sampur) yang digunakan diantara sela – sela jari


(25)

Kemampuan Keseimbangan Gerak:

Kemampuan Ketepatan Gerak:

(berdasarkan stimulus gerak burung) - Mampu

menggerakan kepala dan tangan (berdasarkan stimulus gerak burung) - Mampu

menggerakan tangan dan kaki (berdasarkan

stimulus gerak burung)

- Mampu duduk

dan berdiri (berdasarkan stimulus gerak burung) - Mampu

memutarkan pergelangan tangan di samping kepala dan di depan


(26)

pinggang (berdasarkan stimulus gerak burung) - Mampu

menggerakan tangan ke atas dan ke bawah (berdasarkan stimulus gerak burung)

- Mampu

menyilang-kan kedua tangan di depan dada (berdasarkan stimulus gerak burung) - Mampu

menggerakan tangan dengan pola lingkaran besar

(berdasarkan stimulus gerak burung)


(27)

- Mampu

bertepuk tangan di samping kepala (berdasarkan stimulus gerak burung) Tabel 3. 1

Kisi – Kisi Instrumen dan kriteria penilaian dalam Mengukur Kemampuan Kinestetik Anak Tunagrahita Sedang

Ket:

1= belum mampu melakukan gerak sama sekali

2 = mampu melakukan gerak dengan bantuan orang lain

3 = mampu melakukan gerak tanpa bantuan namun masih kaku dan lambat dalam melakukannya

4 = mampu melakukan gerak tanpa bantuan dengan sempurna

2. Validitas

Pada penelitian ini perlu adanya validitas dimana penggunaannya digunakan untuk menguji apakah instrument yang digunakan layak (valid) atau tidak. Selain itu uji validitas dimaksudkan apakah suatu data tersebut dapat dipercaya sesuai dengan kenyataannya. Seperti yang telah diungkapkan oleh Sugiyono (2011, hlm. 267) bahwa data valid berarti data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian . Pada instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi yang diajarkan. Untuk menguji instrumen tersebut dibutuhkan seorang ahli dibidangnya agar instrument tersebut dikonsultasikan lalu bisa diujicobakan dan dianalisis. Para ahli dapat memberikan penilaian (expert-judgment) melalui beberapa butir instrumen yang telah disediakan


(28)

lalu memberikan tanda ceklis pada kolom yang telah tersedia (kolom sesuai/cocok dan kolom tidak sesuai/ tidak cocok).

Apabila hasil penilaian butir-butir instrumen telah diketahui, hal selanjutnya yang dilakukan adalah menghitung presentase dengan menggunakan rumus:

P = F x 100% N

Ket:

P = Skor/ Presentase F = Jumlah sesuai N = Jumlah penilai

Terdapat ahli yang melakukan expert-judgment yaitu salah satu dosen Pendidikan Seni Tari dan dosen Pendidikan Khusus. Adapun penjelasannya terdapat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. 2

Ahli yang Melakukan Expert-Judgment

No Nama Ahli Keterangan

1 Beben Barnas, M. Pd Dosen Pendidikan Seni Tari 2 Prinanda Gustarina Ridwan, M. Pd Dosen Pendidikan Khusus

Tabel 3. 3 Kriteria Uji Validasi

No Kriteria Presentase

1 Valid 80% - 100%

2 Kurang Valid 50% - 80%


(29)

Tabel 3. 4

Hasil Perhitungan Uji Validasi

Butir Soal

Bobot Penilaian Presentase (%) Keterangan

Cocok Tidak Cocok

1 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

2 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

3 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

4 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

5 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

6 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

7 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

8 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

9 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

10 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

11 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

12 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

13 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

14 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

15 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

16 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

17 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

18 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

19 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

20 √ 2/2 x 100% = 100 Valid

Dari data yang terdapat pada tabel di atas maka dapat dipastikan bahwa instrumen bersifat valid atau layak digunakan untuk pembelajaran tari melalui


(30)

stimulus gerak burung untuk meningkatkan kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang.

3. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi adalah instrumen atau alat yang dipergunakan untuk tekhnik pengumpulan data berupa dokumentasi. Beberapa dokumentasi yang digunakan dalam memperoleh data dalam penelitian ini sebagai berikut:

a) Berupa konsep pembelajaran, format penilaian, dan RPP (rencana proses pembelajaran) yang berguna untuk mengetahui seberapa jauh respon siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung

b) Mempergunakan alat teknologi seperti kamera untuk mendokumentasikan proses pelaksanaan pembelajaran

2. Tekhnik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat memperlihatkan ada tidaknya peningkatan kemampuan kinestetik setelah menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui peningkatan kemampuan kinestetik pada aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak sesuai dengan unsur ruang gerak (luas, sedang sempit dan level tinggi, rendah) setelah menggunakan teknik pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes perbuatan.

Untuk mendapatkan data, maka dilakukan uji coba pada tahap baseline 1 (A-1), intervensi (B), dan baseline 2 (A-2) sebanyak 12 sesi. Adapun banyak sesi dalam pengumpulan data sebagai berikut: tahap baseline 1 (A1) 3 sesi, tahap intervensi (B) sebanyak 6 sesi dan pada tahap baseline 2 (A2) sebanyak 3 sesi. Dalam pengumpulan data tersebut, terdapat beberapa langkah seperti menyiapkan kamera, rancangan rencana pembelajaran (RPP), instrumen untuk mengukur kemampuan kinestetik dengan rentang nilai dari 1 sampai dengan 4 yang digunakan pada tahap


(31)

baseline (A1), intervensi dan baseline (A2), dan media gambar yang digunakan sebagai penunjang dalam meningkatkan kemampuan kinestetik.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data yang dapat memperlihatkan ada tidaknya peningkatan kemampuan kinestetik sebelum dan setelah melakukan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui peningkatan kemampuan kinestetik setelah melakukan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung.

E. Prosedur Penelitian 1. Langkah Penelitian

Agar dapat memperoleh hasil yang optimal dalam pelaksanaan penelitian, maka

terdapat langkah-langkah penelitian sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan terdapat kegiatan yang dilakukan yaitu: 1) Merencanakan kegiatan penelitian

2) Menentukan fokus penelitian 3) Mengamati proses pembelajaran b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

pada tahap pelaksanaan penelitian, terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Menentukan baseline 1 (A-1), intervensi dan baseline 2 (A-2)

2) Mempersiapkan instrumen penelitian (tes menggunakan instrumen yang disusun yang mengacu pada instrumen asesmen pola Geddes Psychomotor Inventory (GPI) (Delphie, B, 2006)).

3) Pengumpulan data

4) Pengolahan data dan analisis data 5) Penarikan kesimpulan


(32)

Pada tahap akhir penelitian, peneliti melakukan penyusunan laporan hasil penelitian dengan bimbingan dan arahan pembimbing skripsi baik pembimbing 1 maupun pembimbing 2.

2. Definisi Oprasional a. Pembelajaran Tari

Pembelajaran tari merupakan pembelajaran yang menggunakan gerak tubuh sebagai medianya. Pembelajaran tari dianggap cocok untuk meningkatkan kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang karena dalam tari terdapat gerak yang dapat merangsang atau membantu anak tunagrahita dalam melatih atau menjembatani anak dalam kinestetiknya dimasa yang akan datang. Selain itu gerak juga merupakan unsur pokok yang terdapat dalam diri manusia. Seperti yang telah diungkapkan bahwa tari merupakan bagian dari kehidupan manusia, tari memiliki tempat yang penting dalam kehidupan manusia, dengan demikian dilihat dari segi sosial, tari dapat bersifat rekreatif dan juga edukatif (dalam Amir Rohkyatmo, 1986, hal. 73, 74). Maka dari itu tari tidak terlepas dari kehidupan manusia dan khususnya bisa dijadikan sebagai metode pembelajaran bagi anak tunagrahita sedang dalam mengontrol keseimbangan tubuh dalam melatih kemampuan kinestetiknya.

b. Stimulus Gerak Burung

Stimulus merupakan sebuah rangsangan dari dalam diri seseorang untuk mendorong terjadinya kegiatan. Dalam pembelajaran, stimulus diberikan untuk mempermudah guru melatih seberapa jauh kemampuan anak dalam merspon materi yang diberikan. Stimulus bisa diberikan dalam bentuk apapun sesuai dengan materi pembelajaran. Pada hal ini, stimulus yang diberikan yaitu berupa stimulus gerak burung karena dirasa tepat bagi anak tunagrahita sedang. Melalui stimulus gerak burung anak akan lebih mudah untuk memahami karena stimulus


(33)

yang diberikan bersifat sederhana dan anak melihat bagaimana keseharian burung berdasarkan apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini lagu Manuk Dadali dijadikan sebagai musik pengiring dalam pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung untuk meningkatkan kemampuan kinestetik pada anak tunagrahita sedang.

c. Kemampuan kinestetik

Robbin (2007:57) mengungkapkan kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok faktor, yakni: (1) kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas mental berfikir, menalar dan memecahkan masalah, dan (2) kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa. Dengan demikian dalam melakukan sesuatu seseorang memiliki kapasitas apakah bisa terjangkau atau tidak. Kapasitas atau kemampuan yang dimiliki seseorang dibagi menjadi dua, yaitu kemampuan yang berkaitan dengan pola pikir dan kemampuan yang berkaitan dengan fisik.

Kinestetik termasuk ke dalam macam – macam kecerdasan. Kecerdasan kinestetik atau kecerdasan gerak badan merupakan salah satu unsur dari kesembilan kecerdasan yang telah dikelompokan oleh Gardner dimana telah diungkapkan bahwa kecerdasan kinestetik atau gerak badan merupakan kemampuan seseorang yang berkaitan dengan olah tubuh yang dapat dirangsang melalui gerakan, tarian, olahraga, dan gerakan gerakan tubuh lainnya (Howard Gardner (2003: 24). Dalam kajian yang dibahas kemampuan kinestetik adalah sebuah upaya yang dilakukan agar sanggup melakukan gerak dengan baik melalui tarian maupun olahraga. Kinestetik sangat berkaitan dengan gerak


(34)

motorik kasar maupun halus. Kemampuan kinestetik adalah kapasitas seseorang untuk melakukan gerak yang seimbang, menggunakan tubuh secara terampil akibat adanya rangsangan kepada sistem persyarafan yang ada di otak.

3. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (dalam Arikunto, 2006, hal. 118). Maka dari itu dalam sebuah penelitian pasti memiliki titik perhatian yang akan dituju dalam sebuah penelitian. Penelitian dengan menggunakan subjek tunggal ini variabel bebasnya disebut dengani intervensi atau perlakuan. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel bebas adalah variabel yang memberikan pengaruh atau diuji pengaruhnya terhadap penelitian lain, dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung. Pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung adalah latihan gerak tari menggunakan gerak buurng sebagai stimulusnya. Latihan tari yang dimaksud yaitu latihan tari dalam unsur gerak dasar, unsur ruang dan stimulus gerak burung melalui media gambar hewan. Hewan yang dituju yaitu hewan burung, karena dianggap lebih mudah dimengerti bagi anak. Adapun tahap pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi berbagai hewan di sekitar melalui media gambar hewan 2. Menyebutkan beberapa macam gerak hewan terbang (burung) 3. Eksplorasi gerak hewan terbang (burung)

4. Menyusun gerak

5. Mendengarkan musik Manuk Dadali 6. Latihan

7. Demonstrasi

8. Pemahaman unsur ruang gerak (volume dan level)

Selain itu, terdapat beberapa gerak tari yang menjadi bahan pembelajaran yaitu: No

Aspek Gerak


(35)

Kinestetik

1 Koordinasi Gerak Menggenggam properti tari (sampur) yang digunakan diantara sela – sela jari seperti gerak burung yang akan mengepakkan dan memainkan sayapnya

2 Menggerakan kepala ke samping kanan sambil menggerakkan tangan kanan ke samping kanan (diputar ½ lingkaran) seperti gerak burung yang sedang memainkan kepala dan sayapnya

3 Menggerakkan kepala ke samping kiri sambil

menggerakkan tangan ke samping kiri (diputar ½ lingkaran) seperti gerak burung yang sedang memainkan kepala dan sayapnya

4 Mengayun tangan kanan ke depan dan tangan kiri ke belakang sambil melangkahkan kaki kiri ke depan seperti gerak burung yang sedang bermain 5 Mengayun tangan kiri ke depan dan tangan kanan

ke belakang sambil melangkahkan kaki kanan ke depan seperti gerak burung yang sedang bermain 6 Keseimbangan Gerak Duduk seperti gerak burung yang bersiap-siap akan

terbang

7 Berdiri seperti gerak burung yang sedang terbang 8 Berjongkok seperti gerak burung yang hendak

terbang

9 Berjinjit seperti gerak burung yang sedang bermain di dahan pohon

10 Berputar seperti gerak burung yang sedang bermain 11 Berputar di tempat seperti gerak burung yang


(36)

12 Melangkah ke samping kanan dan kiri seperti gerak burung yang sedang bermain

13 Melompat dengan satu kaki secara bergantian seperti gerak burung yang sedang bermain

14 Ketepatan Gerak Memutarkan pergelangan tangan kanan di samping kepala bagian kanan seperti gerak burung yang sedang menarik perhatian lawan jenis

15 Memutarkan pergelangan tangan kiri

di samping kepala bagian kiri seperti gerak burung yang sedang menarik perhatian lawan jenis

16 Memutrakan kedua pergelangan tangan di depan pinggang seperti gerak burung yang sedang menarik perhatian lawan jenis

17 Menggerakkan tangan ke atas dan ke bawah seperti gerak burung yang sedang memainkan sayapnya 18 Menyilangkan kedua tangan di depan dada seperti

gerak burung yang akan mengepakkan sayapnya 19 Menggerakan tangan dengan pola lingkaran besar

(360◦) seperti gerak burung yang sedang bermain

20 Bertepuk tangan di samping kepala bagian kanan dan kiri seperti gerak burung yang menarik perhatian lawan jenis

Tabel 3.5

Bahan pembelajaran gerak tari

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah kemampuan kinestetik. Kemampuan kinestetik merupakan kesanggupan seseorang/anak dalam gerak yang terdiri atas unsur – unsur gerakan seperti penyesuaian komponen-komponen


(37)

koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak yang yang dilakukan agar timbul keserasian atau keselarasan gerak secara optimal. Pembelajaran tari ini diberikan saat tahap intervensi, dimana anak tunagrahita sedang akan dilatih dengan menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung.

Kemampuan kinestetik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan seorang anak tunagrahita sedang kelas 4 SDLB dalam melakukan gerakan kinestetik berdasarkan aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak sesuai dengan unsur ruang gerak (volume luas, sedang sempit dan level tinggi, sedang, rendah) secara sederhana.

4. Asumsi dan Hipotesis a) Asumsi

Dengan menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung ini kinestetik anak tunagrahita sedang dapat meningkat diantaranya adalah mampu melakukan gerakan sesuai dengan unsur gerak secara sederhana, mampu melatih koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak juga melatih ingatannya. Dengan pembelajaran tari ini merupakan suatu cara untuk mengasah kemampuan kinestetik anak tunagrahita sedang dalam berekspresi.

b) Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2006, hlm. 64) “Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.” Adapun hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah :

H(i) : Terdapat peningkatan dalam kemampuan kinestetik dengan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung pada anak tunagrahita sedang kelas 4 SDLB di SLB YPLAB Lembang.

H(o) : Tidak ada peningkatan dalam kemampuan kinestetik dengan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung pada anak tunagrahita sedang kelas 4 SDLB di SLB YPLAB Lembang.


(38)

F. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul melalui format pencatatan kemudian data diolah dan dianalisis ke dalam statistik deskriptif dengan tujuan memperoleh gambaran secara jelas mengenai hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu. Analisis data dilakukan dengan satu subjek.

Penggunaan analisis dengan grafik diharapkan akan lebih memperjelas gambaran stabilitas perkembangan kemampuan kinestetik menggunakan metode pembelajaran tari dari pelaksanaan sebelum diberi perlakuan maupun setelah diberi perlakuan.

Desain subjek tunggal ini menggunkan tipe garis yang sederhana (type simple

line graph). Menurut Sunanto (2006:30) komponen- komponen yang penting dalam

membuat grafik diantaranya :

1. Absis , adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (mis. Sesi, hari dan tanggal)

2. Ordinat, adalah sumbu Y yang merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (mis. Persen, frekuensi, dan durasi)

3. Titik awal, merupakan pertemuan antara sumbu Xan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4. Skala, garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran 5. Tabel kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen,

misalnya baseline atau intervensi.

6. Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertikal yang menujukkan adanya perubahan dari kondisi lainnya.

7. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.

Adapun langkah- langkah yang dapat diambil dalam menganalisis data ialah sebagai berikut :


(39)

2. Menskor hasil pengukuran pada fase intervensi dari subjek pada tiap sesi.

3. Menskor hasil pengukuran pada fase baseline A-2 dari setiap subjek pada setiap sesi.

4. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, kondisi intervensi dan baseline-2.

5. Membandingkan hasil skor pada kondisi 1, skor intervensi dan baseline-2.

6. Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.


(40)

123 BAB V

KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data maka dapat ditarik kesimpulan dalam proses pembelajaran tari menggunakan stimulus burung anatara lain:

1. Konsisten dalam melakukan gerakan sesuai dengan intruksi yang diberikan sehingga gerakan yang dilakukan tampak sesuai dengan gerakan yang semestinya.

2. Subjek terlibat langsung dan aktif dalam melakukan gerakan, mampu memahami unsur ruang gerak (luas,sedang dan sempit serta level tinggi dan rendah) secara sederhana.

3. Mampu melakukan koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak Disamping proses pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung ada pula hasil dari kemampuan kinestetik yang dapat dilihat dengan cara membandingkan kemampuan sebelum dan setelah diberikannya intervensi.

Kemampuan kinestetik pada masing-masing aspek diantaranya aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak pada subjek Nn sebelum diberikannya intervensi menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung hasilnya sebagai berikut:

1. Kemampuan kinestetik pada aspek koordinasi gerak dengan indikator mampu menggenggam properti tari yang digunakan diantara sela-sela jari, mampu menggerakkan kepala dan tangan, dan mampu menggerakkan tangan dan kaki belum mampu dikuasai subjek dengan baik bahkan subjek belum mampu untuk melakukan gerak tersebut.

2. Kemampuan kinestetik pada aspek keseimbangan gerak dengan indikator mampu duduk dan berdiri juga sama, subjek belum mampu melakukan secara optimal namun seperti gerak berdiri subjek mampu menguasai bahkan subjek mampu melakukan tanpa bantuan orang lain dengan sempurna.


(41)

3. Kemampuan kinestetik pada aspek ketepatan gerak dengan indikator mampu memutarkan pergelangan tangan di samping kepala dan di depan pinggang, mampu menggerakan tangan ke atas dan ke bawah, mampu menyilangkan kedua tangan di depan dada, mampu menggerakan tangan dengan pola lingkaran besar, dan mampu bertepuk tangan di samping kepala belum mampu dilakukan oleh subjek dengan baik walaupun terdapat gerakan yang sudah dikuasai namun gerakan yang dilakukan masih kaku dan lambat dalam melakukannya.

Dalam hal ini aspek koordinasi gerak hanya mencapai skor 5 dari 5 soal yang diberikan (total skor maksimum seharusnya bisa mencapai 20 point), aspek keseimbangan gerak hanya mencapai skor 11 dari 8 soal yang diberikan (total skor maksimum seharusnya bisa mencapai 32 point), serta aspek ketepatan gerak hanya mencapai skor 9 dari 7 soal yang diberikan (total skor maksimum seharusnya bisa mencapai 28 point). kondisi tersebut dapat dilihat pada fase baseline 1 (A-1) yang menunjukkan bahwa kemampuan subjek Nn dalam kemampuan kinestetik pada aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak masih rendah.

Kemampuan kinestetik dalam aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak pada subjek Nn setelah diberikannya intervensi menggunakan pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada fase baseline 2 (A-2) sebagai berikut:

1. Kemampuan kinestetik pada aspek koordinasi gerak dengan indikator mampu menggenggam properti tari yang digunakan diantara sela-sela jari, mampu menggerakkan kepala dan tangan, dan mampu menggerakkan tangan dan kaki mampu dikuasai subjek dengan baik walaupun ada gerak yang tidak mampu dilakukan namun ada pula gerak yang mampu dilakukan tanpa bantuan tapi geraknya masih kaku dan lambat dalam melakukannya.

2. Kemampuan kinestetik pada aspek keseimbangan gerak dengan indikator mampu duduk dan berdiri, subjek mampu melakukan secara optimal. Terdapat gerak yang sudah mampu dilakukan tanpa bantuan dan sudah sempurna namun ada juga gerak yang belum mampu untuk melakukannya.


(42)

3. Kemampuan kinestetik pada aspek ketepatan gerak dengan indikator mampu memutarkan pergelangan tangan di samping kepala dan di depan pinggang, mampu menggerakan tangan ke atas dan ke bawah, mampu menyilangkan kedua tangan di depan dada, mampu menggerakan tangan dengan pola lingkaran besar, dan mampu bertepuk tangan di samping kepala sudah mampu dilakukan oleh subjek dengan baik walaupun ada gerakan yang belum mampu dikuasai namun ada pula gerakan yang mampu dilakukan tanpa bantuan orang lain bahkan mencapai sempurna.

Perolehan jumlah skor tertinggi pada aspek koordinasi gerak sebesar 12 point dan jumlah skor terendah sebesar 11 point, aspek keseimbangan gerak perolehan jumlah skor tertinggi sebesar 21 point dan jumlah skor terendah sebesar 20 point serta aspek ketepatan gerak perolehan jumlah skor tertinggi sebesar 21 point dan jumlah skor terendah sebesar 20 point. Adapun mean level pada baseline 2 (A-2) dalam aspek koordinasi gerak sebesar 11,33 point, aspek keseimbangan gerak sebesar 20,66 point, dan aspek ketepatan gerak sebesar 20,66 point.

Dengan meningkatnya kemampuan kinestetik dalam pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung yang dilakukan kepada subjek Nn terlihat peningkatan yang signifikan, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dalam hal ini, pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung dapat dijadikan sebagai terapi bagi anak tunagrahita sedang ataupun anak berkebutuhan khusus lainnya untuk melatih atau meningkatkan kemampuan kinestetik.

B. Rekomendasi dan Implikasi 1. Bagi Guru

Dengan adanya pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung diharapkan dapat memberikan penanganan anak tunagrahita sedang dalam melatih kemampuan kinestetik baik dalam aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak maupun dalam aspek lainnya. Hal tersebut sangat diperlukan bagi anak dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Diharapkan anak tunagrahita baik subjek maupun yang bukan bisa mendapatkan pembelajaran tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kinestetik.


(43)

(44)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan pada pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung, yaitu dengan menambahkan aspek selain aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak. peneliti selanjutnya dapat menambahkan media yang lebih inovatif agar pembelajaran dapat lebih menarik. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian hanya berjumlah satu orang karena menggunakan metode single subjek tunggal, maka dari itu diharapkan penelitian selanjutnya bisa menggunakan metode penelitian yang lain agar dapat diketahui perbedaannya apabila diberikan intervensi pada suatu kelompok dan dapat membandingkan hasilnya dari masing-masing subjek pada kelompok tersebut.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud

Abimanyu, Soli, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran 3 SKS. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Aunurrahman, dkk. (2009). Penelitian Pendidikan SD 4 SKS. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Armstrong, Thomas. (2002). Sekolah Para Juara-Menerapkan Multiple

Intelligences. Bandung: Kaifa

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita Ringan disesuaikan dengan satuan pendidikan sekolah luar biasa. Jakarta: Depdikbud

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika Aditama.

Gardner, Howard. (2003). Multiple Intelligences- Kecerdsan Majemuk Teori

Dalam Praktek. Jakarta: Interaksara.

Hartinah, Sitti. (2008). Pengembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1997). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Rokhyatmo, Amir. (1986). Pengetahuan Elementer Tari Dan Beberapa Masalah

Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, hlm. 73-74.

Soeteja, Z, dkk. (2009). Pendidikan Seni 4 SKS. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Somantri, Sutjihati. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama, hlm. 107.

Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.


(46)

Soemantri, Sutjihati. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sunanto, Juang, Koji Takeuchi, Hideo Nakata (2005). Pengantar Penelitian

Dengan Subjek Tunggal. CRICED. University of Tsukuba.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

U. Z Mikdar. (2006). Hidup Sehat: Nilai Inti Berolahraga. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktotat Ketenagaan.

Internet:

Alfani, Shinta. (2011). Definisi anak berkebutuhan khusus. [Online]. Diakses dari http://pendidikanabk.blogspot.com/2011/10/definisi-anak-berkebutuhan-khusus.html

Ali, Irfan. (2012). Pengertian, fungsi, jenis, dan peran seni tari. [Online]. Diakses dari http://kuliah-seni.blogspot.co.id/2012/09/pengertianfungsijenisdan-peran-seni-tari.html

Budi, Woody (2014). Tiga Gerak Dasar Jasmani. [online]. Diakses dari www.frewaremini.com/2014/09/3-tiga-gerak-dasardasar-jasmani.html Djphie. (2009). Perkembangan Motorik. [Online]. Diakses dari

http://djphie.wordpress.com/2009/06/24/perkembangan-motorik/

Fandholin. (2012). Etnis, gender, kelas sosial dan disabilitas (urgensi pendidikan

multikultural. [Online]. Diakses dari http:// wwwanabila.com.blogspot.

com/2012/01/etnis-gender-kelas-sosial-dan.html.

Fithgallagher. (2010). Undang-undang no. 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional. [Online]. Diakses dari http://fithgallagher.wordpress.

com/2010/09/30/undang-undang-no-20-tahun-2003-tentang-sistempendidi kan-nasional/


(47)

Publicado. (2010). Peran pendidikan tinggi dalam mendorong mahasiswa

berprestasi melalui pengembangan kecerdasan kinestetik. [Online]. Diakses

dari http://bearsort.blogspot.com/2015/05/peran-pendidikan-tinggi-dalam-mendorong.html.

Siska, v, Sania. (2012). Pengertin Tari. [Online]. Diakses dari http://saniavandsiska.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-tari-menurut-para-ahli.html

Sudrajat, Edi (2015). Setrategi Pembelajaran dan Model Pembelajaran Dikjas

Adaptif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. [Online]. Diakses dari

http://mahasiswa.ung.

Sumaryasih, S (2012). Pengajaran Remedial Dengan Kartu Angka Dan Puzzle

Angka Untuk Meningkatkan Penguasaan Simbol Bilangan Pada Anak Tunagrahita Sedang. [Online]. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/9572/

2/bab%202%20-08103249073.pdf.

Uthame, (2010). Unsur Dasar dan Elemen Komposisi Tari. [Online]. Diakses dari Materisenibudayablog.blogspot.co.id/2010/12/unsur-dasar-dan-komposisi-tari.html


(1)

125

3. Kemampuan kinestetik pada aspek ketepatan gerak dengan indikator mampu memutarkan pergelangan tangan di samping kepala dan di depan pinggang, mampu menggerakan tangan ke atas dan ke bawah, mampu menyilangkan kedua tangan di depan dada, mampu menggerakan tangan dengan pola lingkaran besar, dan mampu bertepuk tangan di samping kepala sudah mampu dilakukan oleh subjek dengan baik walaupun ada gerakan yang belum mampu dikuasai namun ada pula gerakan yang mampu dilakukan tanpa bantuan orang lain bahkan mencapai sempurna.

Perolehan jumlah skor tertinggi pada aspek koordinasi gerak sebesar 12 point dan jumlah skor terendah sebesar 11 point, aspek keseimbangan gerak perolehan jumlah skor tertinggi sebesar 21 point dan jumlah skor terendah sebesar 20 point serta aspek ketepatan gerak perolehan jumlah skor tertinggi sebesar 21 point dan jumlah skor terendah sebesar 20 point. Adapun mean level pada baseline 2 (A-2) dalam aspek koordinasi gerak sebesar 11,33 point, aspek keseimbangan gerak sebesar 20,66 point, dan aspek ketepatan gerak sebesar 20,66 point.

Dengan meningkatnya kemampuan kinestetik dalam pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung yang dilakukan kepada subjek Nn terlihat peningkatan yang signifikan, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dalam hal ini, pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung dapat dijadikan sebagai terapi bagi anak tunagrahita sedang ataupun anak berkebutuhan khusus lainnya untuk melatih atau meningkatkan kemampuan kinestetik.

B. Rekomendasi dan Implikasi 1. Bagi Guru

Dengan adanya pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung diharapkan dapat memberikan penanganan anak tunagrahita sedang dalam melatih kemampuan kinestetik baik dalam aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak maupun dalam aspek lainnya. Hal tersebut sangat diperlukan bagi anak dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Diharapkan anak tunagrahita baik subjek maupun yang bukan bisa mendapatkan pembelajaran tersebut yang


(2)

(3)

127

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan pada pembelajaran tari melalui stimulus gerak burung, yaitu dengan menambahkan aspek selain aspek koordinasi gerak, keseimbangan gerak dan ketepatan gerak. peneliti selanjutnya dapat menambahkan media yang lebih inovatif agar pembelajaran dapat lebih menarik. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian hanya berjumlah satu orang karena menggunakan metode single subjek tunggal, maka dari itu diharapkan penelitian selanjutnya bisa menggunakan metode penelitian yang lain agar dapat diketahui perbedaannya apabila diberikan intervensi pada suatu kelompok dan dapat membandingkan hasilnya dari masing-masing subjek pada kelompok tersebut.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud

Abimanyu, Soli, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran 3 SKS. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Aunurrahman, dkk. (2009). Penelitian Pendidikan SD 4 SKS. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Armstrong, Thomas. (2002). Sekolah Para Juara-Menerapkan Multiple

Intelligences. Bandung: Kaifa

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Tujuan Pendidikan Anak Tunagrahita Ringan disesuaikan dengan satuan pendidikan sekolah luar biasa. Jakarta: Depdikbud

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung: Refika Aditama.

Gardner, Howard. (2003). Multiple Intelligences- Kecerdsan Majemuk Teori

Dalam Praktek. Jakarta: Interaksara.

Hartinah, Sitti. (2008). Pengembangan Peserta Didik. Bandung: Refika Aditama. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1997). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Rokhyatmo, Amir. (1986). Pengetahuan Elementer Tari Dan Beberapa Masalah

Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian Proyek Pengembangan Kesenian Jakarta

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, hlm. 73-74.

Soeteja, Z, dkk. (2009). Pendidikan Seni 4 SKS. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional

Somantri, Sutjihati. (2005). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama, hlm. 107.

Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.


(5)

128

Soemantri, Sutjihati. (2012). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sunanto, Juang, Koji Takeuchi, Hideo Nakata (2005). Pengantar Penelitian

Dengan Subjek Tunggal. CRICED. University of Tsukuba.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

U. Z Mikdar. (2006). Hidup Sehat: Nilai Inti Berolahraga. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti, Direktotat Ketenagaan.

Internet:

Alfani, Shinta. (2011). Definisi anak berkebutuhan khusus. [Online]. Diakses dari http://pendidikanabk.blogspot.com/2011/10/definisi-anak-berkebutuhan-khusus.html

Ali, Irfan. (2012). Pengertian, fungsi, jenis, dan peran seni tari. [Online]. Diakses dari http://kuliah-seni.blogspot.co.id/2012/09/pengertianfungsijenisdan-peran-seni-tari.html

Budi, Woody (2014). Tiga Gerak Dasar Jasmani. [online]. Diakses dari www.frewaremini.com/2014/09/3-tiga-gerak-dasardasar-jasmani.html Djphie. (2009). Perkembangan Motorik. [Online]. Diakses dari

http://djphie.wordpress.com/2009/06/24/perkembangan-motorik/

Fandholin. (2012). Etnis, gender, kelas sosial dan disabilitas (urgensi pendidikan

multikultural. [Online]. Diakses dari http:// wwwanabila.com.blogspot.

com/2012/01/etnis-gender-kelas-sosial-dan.html.

Fithgallagher. (2010). Undang-undang no. 20 Tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional. [Online]. Diakses dari http://fithgallagher.wordpress.

com/2010/09/30/undang-undang-no-20-tahun-2003-tentang-sistempendidi kan-nasional/


(6)

Publicado. (2010). Peran pendidikan tinggi dalam mendorong mahasiswa

berprestasi melalui pengembangan kecerdasan kinestetik. [Online]. Diakses

dari http://bearsort.blogspot.com/2015/05/peran-pendidikan-tinggi-dalam-mendorong.html.

Siska, v, Sania. (2012). Pengertin Tari. [Online]. Diakses dari http://saniavandsiska.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-tari-menurut-para-ahli.html

Sudrajat, Edi (2015). Setrategi Pembelajaran dan Model Pembelajaran Dikjas

Adaptif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. [Online]. Diakses dari

http://mahasiswa.ung.

Sumaryasih, S (2012). Pengajaran Remedial Dengan Kartu Angka Dan Puzzle

Angka Untuk Meningkatkan Penguasaan Simbol Bilangan Pada Anak Tunagrahita Sedang. [Online]. Diakses dari http://eprints.uny.ac.id/9572/

2/bab%202%20-08103249073.pdf.

Uthame, (2010). Unsur Dasar dan Elemen Komposisi Tari. [Online]. Diakses dari Materisenibudayablog.blogspot.co.id/2010/12/unsur-dasar-dan-komposisi-tari.html