HUBUNGAN ANTARA FRUSTRASI Hubungan Antara Frustrasi Dengan Agresivitas Siswa SMP Negeri 3 Suruh.

HUBUNGAN ANTARA FRUSTRASI
DENGAN AGRESIVITAS SISWA SMP NEGERI 3 SURUH

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:
KHAIRUNISA AL FAJRIYAH
F 100 110 037

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

HUBUNGAN ANTARA FRUSTRASI
DENGAN AGRESIVITAS SISWA SMP NEGERI 3 SURUH

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:
KHAIRUNISA AL FAJRIYAH
F 100 110 037

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
i

ii

iii

HUBUNGAN ANTARA FRUSTRASI
DENGAN AGRESIVITAS SISWA SMP NEGERI 3 SURUH

Khairunisa Al Fajriyah

nisaalfa11@yahoo.com
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Mendapatkan bukti empiris hubungan
antara frustrasi dengan agresivitas siswa SMP Negeri 3 Suruh, 2) Mengetahui
tingkat frustrasi siswa SMP Negeri 3 Suruh, 3) Mengetahui tingkat agresivitas
siswa SMP Negeri 3 Suruh, 4) Mengetahui sumbangan efektif frustrasi terhadap
agresivitas siswa SMP Negeri 3 Suruh. Metode penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan alat ukur skala. Subjek penelitian adalah siswa
SMP Negeri 3 Suruh. Teknik analisis data yang digunakan dalam peneitian ini
adalah korelasi Product Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh koefisien korelasi sebesar �

=

0,401 dengan sig.= 0,000; p < 0,01,


sehingga hipotesis yang diajukan diterima, sehingga dapat dikatapkan ada
hubungan antara frustrasi dengan agresivitas. Sumbangan efektif frustrasi
terhadap agresivitas sebesar 16,8% dan sisanya 83,2% dipengaruhi variabel lain.
Tingkat frustrasi termasuk dalam kategori rendah dengan rerata empirik sebesar
35,86 dan rerata hipotetik sebesar 55. Tingkat agresivitas termasuk dalam kategori
rendah dengan rerata empirik sebesar 53,36 dan rerata hipotetik sebesar 70.

Kata kunci: frustrasi, agresivitas.

1

Pendahuluan
Remaja merupakan generasi

remaja sebagai massa peralihan atau

penerus bangsa di masa depan,

transisisi dari masa anak-anak ke


harapnya

mereka

masa

menggantikan

generasi

dapat

dewasa

menimbulkan

terdahulu

perubahan


manusia,

menegangkan. Perubahan ini berupa

kinerja dan moral yang lebih baik,

perubahan fisik dan mental yang

terlebih lagi untuk menghadapi era

maksimum

global saat ini. Kesiapan remaja

peningkatan

dengan sumber daya manusia yang

terhadap remaja. Remaja dituntut


potensial sangatlah diharapkan demi

untuk menunjukkan keremajaanya

terciptanya generasi masa depan

karena remaja dianggap bukan lagi

yang lebih baik untuk membangun

anak kecil. Tuntutan lingkungan

bangsa dan negara.

terhadap peran remaja menimbulkan

dengan

sumber


daya

Sekolah adalah lingkungan

yang

yang

sangat

mengakibatkan

tuntutan

lingkungan

kegelisahan dan ketegangan dalam

pendidikan sekunder. Bagi anak yang


berperilaku.

Kegelisahan

sudah bersekolah, lingkungan yang

ketegangan

ini

setiap

selain

banyaknya

konflik

adalah


dialami remaja (Pudjijogyanti, 1988).

sudah

Menurut (Suryabrata, 1984),

duduk di bangku SLTP atau SLTA

pada masa remaja ditandai dengan

umumnya

sifat-sifat negatif diantaranya yaitu

hari

dimasukinya

lingkungan
sekolahnya.


sekitar

rumah
Anak

remaja

menghabiskan
tujuh

jam

waktu

menyebabkan
yang

sering


di

negatif dalam sikap sosial yang

sekolahnya. Ini berarti bahwa hampir

berupa menarik diri dari masyarakat

sepertiga dari waktunya setiap hari

dan agresif terhadap masyarakat,hal

dilewatkan remaja di sekolah. Tidak

tersebut

mengherankan

pengaruh

meningkatnya tindak kekerasan yang

sekolah terhadap perkembangan jiwa

terjadi hamper di seluruh dunia dan

remaja cukup besar (Sarwono, 2008).

seluruh

segmen

khususnya

yang

kalau

sehari

dan

Masa remaja adalah masa
peralihan dari anak ke dewasa. Masa

remaja.

2

ditandai

dengan

masyarakat
dilakukan

oleh

2004)

sekolah pada tanggal 12 Februari

menjelaskan bahwa remaja belum

2015, penyebab perkelahian diduga

mampu untuk menguasai fungsi-

karena saling ejek saat upacara

fungsi

bendera. Kasus serupa juga terjadi di

Menurut

fisik

(Monks,

maupun

psikisnya.

Kekurangan

kemampuan

dalam

Sragen, Jawa Tengah, melalui media

menguasai

fungsi-fungsi

fisik

online joglosemar.co pada tanggal 26

dampak

Januari 2015 memberitakan bahwa

psikologis terutama berkaitan dengan

siswa SMP tewas diduga dianiaya

adanya gejolak emosi dan tekanan

oleh

jiwa sehingga mudah menyimpang

pemalakan

dari aturan-aturan dan norma-norma

Menurut pengakuan terahir korban

sosial yang berlaku. Ketegangan-

kepada

ketegangan yang dialami remaja

selama 2 tahun sekolah di SMP

kadang-kadang tidak terselesaikan

tersebut setiap harinya selalu dipalak

dengan

dan diancam oleh kakak kelasnya.

tersebut

membawa

baik

kemudian

menjadi

konflik

berkepanjangan.

Ketidakmampuan

remaja

dalam

konflik

akan

mengantisipasi

temanya,
oleh

serta

adanya

siswa

senior.

orangtuangnya,

Pemberitaan
media

online

sindonews.com

bahwa

lain

melalui

yang
pada

diperoleh
tanggal

14

menyebabkan perasaan gagal yang

Oktober 2014, memberitakan 20

mengarah pada frustrasi. Bentuk

pelajar

reaksi yang terjadi akibat frustrasi

terkait kekerasan di sekolah. Sekjen

yakni

Komnas

perilaku

kekerasan

untuk

meninggal

PA,

dunia

Samsul

terkait

Ridwan

menyakiti diri atau orang lain, yang

mencatat tahun 2012 terjadi 147

disebut agresi.

kasus kekerasan yang terjadi di

Pemberitaan melalui media
online

yang

dari

tahun 2013 angkanya meningkat

sindonews.com memberitakan bahwa

yakni sebanyak 255 kasus, kasus

seorang siswa madrasah tsanawiyah

kekerasan

(MTs) di Kendal, Jawa Tengah,

SMP/SMA,

tewas

berkelahi

dunia, selebihnya luka berat atau

dengan adik kelas di kamar mandi

ringan. Kasus di SD Bukittinggi

setelah

diperoleh

lingkungan sekolah. Sementara pada

diduga

3

antar
20

pelajar
anak

tingkat

meninggal

anak

sekolah dan milik teman-temannya.

di

Perilaku agresif ini tidak hanya

lingkungan sekolah yang jumlahnya

dilakukan siswa terhadap temannya

mencapai tujuh persen.

saja, namun juga terhadap guru

menambah

deretan

kasus

berhadapan

dengan

Berdasarkan
diperoleh

di

hukum

data

lapangan

seperti melawan dan mencemooh

yang

guru

melalui

ketika

belajar.

Hal

wawancara yang dilakukan oleh

mengakibatkan

peneliti pada tanggal 20 Januari 2015

berperilaku

dengan guru di SMP N 3 Suruh yang

teman-temannya dan membuat guru-

berinisial

bahwa

guru tidak senang dengan siswa

seringkali

tersebut (Restu, 2013). Banyak juga

terjadi pada saat di sekolah adalah

dijumpai siswa yang berperilaku

perkelahian antar teman. Selain itu,

agresif

seorang guru lainya yang berinisial H

berupa perampasan barang milik

juga menyatakan hal yang serupa,

teman, berkelahi, mendorong teman

seringkali siswa saling adu mulut

sampai jatuh, dan memukul. Hal itu

ketika di sekolah dan berahir dengan

memberikan dampak negatif bagi

perkelahian antar siswa.

siswa

perilaku

N

menyatakan

agresif

yang

agresif

lainya,

dan

siswa

ini
yang

dijauhi

perilaku

orang lain.

oleh

tersebut

Perilaku

yang

tersebut perlu mendapat perhatian

terdapat

khusus (Widodo, 2013). Orang akan

beberapa siswa di sekolah yang

marah dan agresif terhadap sumber

secara sengaja berperilaku agresif

serangan. Demikian juga terhadap

seperti

rangsangan yang tidak disukai dapat

Permasalahan

lain

ditemukan di lapangan,

memukul

dan

mencubit

temannya, berkata kasar, menghina

menimbulkan

dan mengejek serta merusak benda

Berkowitz

milik sekolah dan milik teman-

yang dijelaskan oleh (Restu, 2013)

temannya, sehingga menyebabkan

bahwa sebagian remaja menunjukkan

sakit fisik seperti memar dan luka

perilaku negatif, salah satunya adalah

bagi yang mendapatkan perlakuan

perilaku agresif, yaitu suatu tindakan

fisik dan sakit hati bagi siswa yang

yang dilakukan secara sengaja pada

dihina serta rusaknya benda milik

individu lain sehingga menyebabkan

4

agresi,

menurut

(Sears, 1994). Seperti

sakit fisik dan psikis pada individu

agresivitas

pada

lain.

menimbulkan

siswa

yang

kekerasan

fisik

maupun verbal pada orang lain.

Sebuah riset yang diperoleh
online

Menurut Berkowitz (Sobour, 2013)

pada tanggal 4

mendefinisikan agresi sebagai segala

Maret 2015 memuat riset yang

bentuk perilaku yang dimaksudkan

dilakukan

Plan

untuk menyakiti seseorang, baik

International

secara fisik maupun mental. Karena

Center for Research on Women

itu, secara sepintas, setiap perilaku

(ICRW) yang di rilis awal Maret

yang merugikan atau menimbulkan

2014, mendapati bahwa 84 persen

korban pada pihak orang lain dapat

anak

disebut sebagai perilaku agresif.

melalui

media

antaranews.com

oleh

International

di

LSM

dan

Indonesia

mengalami

Berbagai

kekerasan di sekolah, survei tersebut

ilustrasi

gambaran

faktual

dilakukan pada Oktober 2013 hingga

memberikan

perilaku

Maret 2014 dengan melibatkan 9.000

agresif yang terjadi di rumah maupun

siswa usia 12–17 tahun, guru, kepala

sekolah.

sekolah, orang tua, dan perwakilan

mengerjakan tugas guru di sekolah

LSM, sementara, dari beberapa siswa

sebagai gambaran agresivitas yang

di Indonesia, 51 persen mengaku

bersifat

pernah menyaksikan kekerasan di

lainnya yang biasa ditunjukkan anak-

sekolah.

anak, misalnya adalah mengganggu

Ketidakmampuan

pasif.

Perilaku

anak

agresif

dan

teman, berperilaku kasar, merusak

fenomena di atas disebut dengan

barang-barang, hingga mengacaukan

agresivitas yang berarti tingkah laku

proses

manusia yang dilakukan dengan

(Widodo,

tujuan untuk menyakiti manusia lain

merupakan gambaran ketika siswa

ataupun terhadap objek benda, baik

menginginkan sesuatu, namun belum

secara fisik maupun secara non fisik

terlaksana

(Tuasikal, 2008). Kenyataan yang

mengharapkan

muncul, terutama melalui media

mengerjakan tugas yang diberikan

massa

oleh guru, namun siswa masih

Kondisi

banyak

perilaku

ditemukan

kasus

5

pembelajaran
2013).

dengan

di

Hal

baik,
untuk

kelas,
di

atas

seperti
dapat

terhambat dalam mengerjakan tugas

waktu menganggur, keuangan yang

yang diberikan oleh guru, sehingga

pas-pasan dan adanya kebutuhan

dapat menimbulkan frustrasi pada

yang harus segera terpenuhi tetapi

guru maupun siswa. Orang sering

sulit

kali mengalami hambatan dalam

mereka menjadi mudah marah dan

pemuasan suatu kebutuhan, motif

berperilaku agresi. Hampir semua

dan keinginan. Keadaan terhambat

bentuk

dalam

tujuan

perilaku agresi dan inilah yang

dinamakan frustrasi (Ardani, 2013).

terlihat dalam bentuk tawuran yang

Frustrasi

marak

mrencapai

adalah

suatu

situasi

dimana

sekali

tercapai.

frustasi

Akibatnya,

berujung

akhir-akhir

ini.

pada

Tawuran

individu terhambat atau gagal dalam

sebenarnya terjadi karena frustasi

usaha mencapai tujuan tertentu yang

yang dialami pelajar tersebut dalam

diinginkanya,

mengalami

kehidupannya sehari-hari. Frustasi

hambatan untuk bebas bertindak

ini bisa terjadi di sekolah, di rumah

dalam

tujuan

dan lingkungan sosialnya. Frustrasi

sedangkan

terjadi bila seseorang terhalang oleh

frustrasi menurut (Sarwono, 2009)

sesuatu hal dalam mencapai suatu

adalah

tujuan,

atau

rangka

(Koeswara,

mencapai
1988),

terhambatnya

atau

kebutuhan,

keinginan,

tercegahnya upaya mencapai tujuan,

pengharapan atau tindakan tertentu.

dan kerap kali menjadi penyebab

Frustasi karena tidak bisa mengikuti

agresi.

frustrasi

pelajaran di sekolah dengan baik,

kekerasan

frustasi karena orangtua yang sering

menarik

bertengkar dan kurang mendapat

Orang

cenderung
ketika
batasan

yang

melakukan

isyarat

agresif

dalam

diri

perhatian

kemudian

dari

orangtua,

frustasi

melepaskan kemarahan yang tertahan

karena tidak bisa memenuhi standar

(Myers, 2012).

hidup seperti orang-orang lain di
sekitarnya

Agresi merupakan salah satu

(Kembaren,

cara merespon terhadap frustrasi.

Frustrasi

Remaja miskin yang nakal adalah

individu kepada bertindak agresif

akibat

karena frustrasi itu bagi individu

dari

berhubungan

frustrasi
dengan

yang

merupakan

banyaknya

6

dapat

2014).

situasi

mengarahkan

yang

tidak

menyenangkan
mengatasi

dan

atau

dia

individu,

ingin

dan

kegiatan

ekstrakurikuler, merupakan bagian

menghindarinya

dengan berbagai cara, termasuk cara

dari

agresif.

Berkowitz

agresivitas siswa tidak sama dengan

(Koeswara, 1988). Individu akan

mengobati penyakit. Setiap penyakit

memilih tindakan agresif sebagai

sudah ada obatnya, akan tetapi

reaksi atau cara untuk mengatasi

agresivitas siswa belum ada obatnya.

frustrasi yang dialaminya apabila

Upaya mengatasi agresivitas siswa

terdapat

yang

tidak hanya dapat dilakukan oleh

tindakan

guru pembimbing sekolah, namun

Menurut

stimulus-stimulus

menunjangnya

ke

arah

upaya

preventif.

Mengatasi

perlu perhatian oleh pihak lain atau

agresif itu .
Munculnya
perkelahian

dan

antarsiswa

merupakan

fenomena

stakeholders pendidikan. Hal tersebut

kekerasan

, menjadi PR semua pihak untuk
mengatasi (Widodo, 2013).

indikasi

terjadinya agresivitas di kalangan

Berdasarkan uraian di atas

siswa. Selain itu, munculnya geng

fenomena mengenai perilaku agresif

pelajar

seakan

pada siswa SMP merupakan suatu

agresivitas di kalangan siswa telah

persoalan yang menarik untuk dikaji

diorganisasi dengan baik.Timbulnya

lebih lanjut dari tinjauan psikologi

agresivitas

maka

menunjukkan

di

kalangan

siswa

rumusan

masalah

dalam

memerlukan perhatian dari berbagai

penelitian ini adalah bagaimana

pihak. Salah satu yang memiliki

hubungan antara frustrasi terhadap

peran

agresivitas siswa di SMP? Judul dari

penting

adalah

guru

pembimbing atau guru BK. Salah

penelitian

satu fungsi bimbingan dan konseling

antara Frustrasi dengan agresivitas

adalah pencegahan (preventif), yakni

siswa SMP Negeri 3 Suruh.

upaya untuk melakukan intervensi

Metode Penelitian

mendahului
kebutuhan

kesadaran
pemberian

ini

Penelitian

akan
dengan

bantuan.

adalah

ini

pendekatan

Hubungan

dilakukan
kuantitatif

Pembentukan kelompok belajar, bim-

dengan menggunakan alat ukur skala

bingan

frustrasi dan skala agresivitas Skala

kelompok,

bimbingan

7

frustrasi

yang

digunakan

data

dalam

dilakukan

dengan

program

penelitian ini merupakan sebuah alat

komputer SPSS Version 15.0.

ukur yang dibuat oleh peneliti dan

Hasil Penelitian dan Pembahasan

aspek-aspek

Dari hasil penelitian yang

frustrasi yang dikemukakan oleh

dilakukan diperoleh hasil bahwa

Cofer



disusun

berdasarkan

(Santoso,

psysical

2010)

barier

yaitu:
(keadaan

=

0,410 dengan sig = 0,000; p <

0,01. Hal ini menunjukkan bahwa

deficiences

ada korelasi positif sangat signifikan

(kekurangan pribadi), uncooperative

antara frustrasi terhadap agresivitas.

social arragement (kurang kerjasama

Jadi hipotesis yang diajukan oleh

secara sosial) sedangkan alat ukur

peneliti terbukti.

fisik),personal

agresivitas yang digunakan dalam

Hasil

penelitian

sesuai

penelitian ini merupakan sebuah alat

dengan teori (Koeswara, 1998) salah

ukur yang dibuat oleh peneliti dan

satu

disusun

peneliti

berdasarkan

aspek-aspek

faktor

menurut

yang

teoris

sering

dan

menjadi

agresivitas yang dikemukakan oleh

penyebab

(Buzz dan Perry, 1992) yaitu: agresi

agresivitas adalah frustrasi, frustrasi

fisik, agresi verbal, agresi marah,

merupakan suatu hambatan dalam

sikap permusuhan. Subjek penelitian

pencapaian tujuan kemudian menurut

dalam penelitian ini adalah siswa

(Baron dan Byrne, 2005) faktor

SMP Negeri 3 Suruh kelas VIII.

sosial yang memainkan peran dalam

Teknik sampling yang digunakan

agresivitas salah satunya merupakan

dalam mengambil subjek penelitian

faktor

adalah

cluster

sampling

dengan

munculnya

frustrasi

penghalang

perilaku

yang

menjadi

seseorang

untuk

sesuatu

yang

mengambil kelompok kelas dalam

mendapatkan

satu populasi. Pengambilan subjek

diinginkan atau diharapkan dalam

dilakukan dengan cara random, yaitu

berbagai situasi.

sebagian siswa dari kelas VIII.

Remaja belum mampu untuk

Teknik analisis data dalam penelitian

menguasai

ini menggunakan korelasi product

maupun psikisnya. Ketidakmampuan

moment dari Pearson. Pengolahan

remaja dalam mengantisipasi konflik

8

fungsi-fungsi

fisik

akan menyebabkan perasaan gagal

misalnya

yang

kepatuhan, provokasi, suhu udara.

mengarah

pada

frustrasi.

stres,

kekuasaan

dan

Bentuk perilaku yang terjadi akibat

Tingkat Frustrasi siswa SMP

frustrasi yakni perilaku kekerasan

Negeri 3 Suruh dapat dilihat dari

untuk menyakiti diri atau orang lain,

hasil kategorisasi yang diketahui

yang disebut agresivitas (Monks,

bahwa terdapat 15,6%

2004).

tergolong sedang, 50,6% (39 siswa)
Frustasi

bisa

terjadi

(12 siswa)

tergolong rendah, 33,8% (26 siswa)

di

sekolah, di rumah dan lingkungan

tergolong

sosial. Frustrasi terjadi bila seseorang

empirik

terhalang oleh suatu hal dalam

masuk

mencapai suatu tujuan, kebutuhan,

Sementara itu, dari kategorisasi skala

keinginan,

atau

agresivitas diketahui bahwa terdapat

Misalnya saja

37,7% (29 siswa) yang tergolong

frustrasi karena tidak bisa mengikuti

sedang, 57,1% (44 siswa) tergolong

pelajaran di sekolah dengan baik,

rendah, 5,2% (4 siswa) tergolong

frustasi karena orangtua yang sering

sangat

bertengkar dan kurang mendapat

agresivitas sebesar 53,36 masuk

perhatian dari orangtua, (Kembaren,

dalam kategori rendah. Hal tersebut

2014).

menendakan bahwa sebagian siswa

pengharapan

tindakan tertentu.

sangat

rendah.

Rerata

frustrasi

sebesar

35,86

dalam

kategori

rendah.

rendah.

Rerata

empiric

SMP Negeri 3 Suruh tidak rentan

Sumbangan efektif variabel
frustrasi terhadap agresivitas sebesar

terhadap

16,8%. Hal ini menandakan masih

agresivitas pada saat di sekolah.

ada

Kesimpulan

83,2%

variabel

lain

yang

frustrasi

Berdasarkan

memepengaruhi variabel agresivitas

dan

perilaku

hasil

analisis

yang ada di SMP Negeri 3 Suruh,

data penelitian, maka dapat diambil

dengan kata lain frustrasi merupakan

kesimpulan sebagai berikut ini :
1. Ada

salah satu dari banyak faktor yang
mempengaruhi

agresivitas

yang

siswa

hubungan
sangat

positif

signifikan

SMP Negeri 3 Suruh. Menurut

antara frustrasi dengan

(Koeswara, 1998) variabel tersebut

agresivitas

9

siswa.

Hubungan

positif

penelitian

dari

4. Sumbangan

ini

frustrasi

efektif
terhadap

bahwa

agresivitas sebesar 16,8%

semakin tinggi frustrasi

dan masih terdapat 83,2%

maka semakin tinggi pula

sisanya

agresivitas

siswa

SMP

variabel lainya.

Negeri

Suruh,

dan

menggambarkan

3

sebaliknya
rendah

Daftar Pustaka
Ardani, T. A. (2013). Catatan Ilmu
Kedokteran Jiwa. Bandung:
CV. Karya Putra Darwanti.

semakin

frustrasi

semakin

maka
rendah

agresivitas

siswa

Arnold H, B. M. (1992). The
Aggression
Questionnaire.
Journal of personality and
soocial psychology , 63 No,
03, 453-459.

SMP

Negeri 3 Suruh Hal ini
ditunjukan

oleh

nilai

koefisien korelasi sebesar


=

Baron, R. A & Byrne, Donn. 2005.
Psikologi Sosial. Jakarta:
Erlangga.
Brad J. Bushman, L. R. (2009).
Aggression. Michigan: ........

0,401 dengan sig.=

0,000; p < 0,01.

2. Tingkat frustrasi siswa
SMP Negeri 3 Suruh

David O. Sears, J. L. (1994). Agresi
(5 ed.). Jakarta: Erlangga.

termasuk dalam kategori

Eddie.

(2015),
Februari
12).
Berkelahi dengan adik kelas,
siswa MTs tewas. .Diunduh
dari
http://daerah.sindonews.com/
read/964142/22/berkelahidengan-adik-kelas-siswa-mtstewas-1423825719.
Irwanto, H. E. (1994). Psikologi
Umum : Buku Panduan
Mahasiswa. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

rendah. Rerara empirik
frustrasi sebesar 35,86.
Rerata

hipotetik

skala

frustrasi sebesar 55.
3. Tingkat agresivitas siswa
SMP

negeri

3

Suruh

termasuk dalam kategori
rendah. Rerata empirik
agresivitas sebesar 53,36.
Rerata

hipotetik

dipengaruhi

Kembaren, L. (2014), Desember 29).
Tawuran
trend
pelajar
indonesia. Jakarta. Sirulo Tv.
Diunduh
dari
http://www.sorasirulo.com/20

skala

agresivitas sebesar 70.

10

Tuasikal, Rahmat Fitrah. 2008.
Hubungan Antara Intensitas
Komunikasi Interpersonal
Dengan Afgresivitas. Jurnal
Pemikiran dan Penelitian
Psikolologi. Vol 13, No. 25.

13/12/17/tawuran-trendnegatif-pelajar-indonesia-apayang-bisa-kita-lakukanbagian-1/.
Koeswara. (1988). Agresi Manusia.
Bandung: PT Eresco.
Pudjijogyanti, Clara R. 1988. Konsep
Diri Dalam Pendidikan.
Jakarta: Arcan.
Restu,Yoshi. (2013). Studi Tentang
Perilaku Agesif Di Sekolah.
Jurnal Ilmiah Konseling ,
243-249.
Said (2014), Oktober 14). 20 Pelajar
meninggal
dunia
terkait
kekerasan
di
sekolah.
Diunduh
dari
http://daerah.sindonews.com/
read/911238/24/20-pelajarmeninggal-dunia-terkaitkekerasan-di-sekolah1413263599.
Santoso, S. (2010). Teori-Teori
Psikologi Sosial. Bandung:
Refika Aditama.
Sarwono, S. W. (2008). Psikologi
Remaja. Jakarta: Grafindo
Persada.
Sears, David O.,Freedman J.L, and
Peplau L.A. (2005) Psikologi
Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
Sobur, Alex. (2003). Psikologi
Umum. Bandung: Pustaka
Setia.
Syafputri, E. (2015, Maret 10). 84
Persen anak Indonesia alami
aekerasan di sekolah.Antara
News.
Diunduh
dari
http://www.antaranews.com/b
erita/483251/84-persen-anakindonesia-alami-kekerasandi-sekolah.
11