HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Delinkuen Pada Remaja SMA Negeri 1 Polanharjo.

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU
DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukanoleh:
TAUFIK AJI PERMONO
F100090118

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU
DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Derajar Sarjana S-1 Psikologi

Diajukanoleh:
TAUFIK AJI PERMONO
F100090118

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

ii

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU
DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO

ABSTRAKSI
Setiap siswa diharapkan dapat taat pada aturan yang berlaku di sekolah,
namun kenyataanya masih terdapat siswa yang melanggar aturan. Dari
pengambilan data awal yang di lakukan peneliti kepada 20 siswa SMA Negeri 1

Polanharjo, dapat diketahui siswa yang di tanya peneliti tentang kenakalan yang
ada di sekolah tersebut menjawab bahwa mereka pernah melihat perkelahian antar
teman di sekolah, melihat teman yang membolos, mengakui kalau temanya ada
yang merokok di sekolahan, dan menyontek saat ulangan di dalam kelas. Dari
survey tersebut faktor kontrol diri menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku delinkuen. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara
kontrol diri dengan perilaku delinkuen pada remaja SMA Negeri 1 Polanharjo.
Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan
perilaku delinkuen pada remaja SMA Negeri 1 Polanharjo.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa/siswi SMA Negeri 1 Polanharjo.
Sampel tersebut diambil dengan tehnik cluster random sampling. Alat ukur yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala kontrol diri dan skala perilaku
delinkuen. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
korelasi product moment dari Pearson.
Hasil analisis diperoleh data koefisien korelasi (rxy) sebesar -0,420 dengan
Signifikansi p = 0,000 (p≤0,01). Ada hubungan negativ yang sangat signifikan
antara kontrol diri dengan perilaku delinkuen pada remaja SMA, yang berarti
hipotesis diterima. Sumbangan efektif dari variabel kontrol dengan variabel
perilaku delinkuen adalah 17,6% , hal ini berarti masih terdapat 82,4% variabelvariabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku delinkuen. Variabel perilaku
delinkuen mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 55,18 dan rerata hipotetik (RH)

sebesar 85 yang berarti perilaku delinkuen pada subjek tergolong tinggi. Variabel
kontrol diri diketahui rerata empirik (RE) sebesar 70,55 dan rerata hipotetik (RH)
sebesar 60 yang berarti tergolong rendah.
Kata Kunci : kontrol diri dan perilaku delinkuen pada remaja SMA.

v

ternyata kontrol diri mempunyai

PENDAHULUAN

peranan penting dalam tumbuhnya

Remaja sangat rentan sekali
masalah-masalah

kenakalan remaja, mereka mungkin

psikososial yakni masalah psikis atau


gagal membedakan tingkah laku

kejiwaan yang timbul sebagai akibat

yang dapat diterima dan tidak dapat

terjadinya perubahan sosial. Dari

diterima, atau mungkin sebenarnya

masalah-masalah

dialami

remaja tersebut sudah mengetahui

remaja, masalah kenakalan remaja

perbedaan anatara keduanya namun


tumbuh, berkembang dan membawa

gagal mengembangkan kontrol yang

akibat-akibat

memadai

mengalami

yang

tersendiri

sepanjang

dalam

menggunakan


masa yang sulit untuk dicari ujung

perbedaan itu untuk membimbing

pangkalnya, selain frekuensi dan

tingkah laku mereka.

meningkat,

Kartono (1998) menjelaskan

kenakalan remaja saat ini sudah

perilaku delinkuen pada dasarnya

mengarah

merupakan


kegagalan

pengontrolan

diri

intensitasnya

terus

pada

melanggar

perbuatan

norma,

yang


hukum,

dan

agama. Elfida (2005), menerangkan

dorongan-dorongan

anak

anak

nakal

yaitu

anak

yang


tersebut

anak

sistem
terhadap

instingtifnya,
tidak

mampu

mempunyai perilaku menyimpang

mengendalikan dorongan tersebut

dari norma-norma sosial, moral dan

dan menyalurkan keperbuatan yang


agama.

bermanfaat.

Perilaku

tersebut

akan

Kontrol

berdampak negatif, yaitu merugikan
keselamatan

dirinya

diri

(self-control)


sendiri,

mempunyai pengertian yaitu suatu
kecakapan individu dalam kepekaan

mengganggu

serta

meresahkan

ketentraman

dan

ketertiban

membaca

situasi

diri

dan

masyarakat juga kehidupan keluarga

lingkungannya

atau masyarakat.

untuk mengontrol dan mengelola

Kenakalan remaja merupakan

faktor-faktor

serta

kemampuan

yang mempengaruhi

kegagalan dalam mengontrol diri

perilaku sesuai dengan situasi dan

yang cukup dalam hal tingkah laku.

kondisi untuk menampilkan diri

Santrock (2003) menunjukkan bahwa

1

2

dalam

melakukan

sosialisasi

melakukan tindakan delinkuen tanpa
memikirkan efek jangka panjangnya

(Meldrum, 2009).
Dari penelitian awal yang

Dengan adanya program dari

sudah dilakukan di SMA NEGERI 1

bimbingan konseling sekolah dan

POLANHARJO terhadap 20 subyek,

perhatian dari orang tua diharapkan

dapat diketahui bahwa benar adanya

para peserta didik mampu melewati

kalau di sekolahan tersebut memang

masa transisi (puber), identifikasi diri

terjadi kenakalan yang dilakukan

dengan lebih baik dan mandiri, tidak

oleh para siswanya. Dari 20 siswa

asal ikut-ikut teman atau terpengaruh

yang

dengan lingkungan yang tidak baik.

di

tanya

peneliti

tentang

Berdasarkan latar belakang

kenakalan yang ada di sekolah
yang

diatas, maka di dapatkan rumusan

menjawab bahwa mereka pernah

masalah sebagai berikut: Apakah ada

melihat perkelahian antar teman di

hubungan antara kontrol diri dengan

sekolah, 16 siswa menjawab pernah

perilaku delinkuen pada remaja SMA

melihat teman yang membolos, 15

Negeri

siswa mengakui kalau temanya ada

menjawab permasalahan di atas,

yang merokok di sekolahan, dan 19

maka

siswa melihat dan mengakui kalau

mengadakan

mereka menyontek saat ulangan di

mengambil judul “Hubungan antara

dalam kelas.

kontrol

tersebut,

ada

10

siswa

Hal tersebut membuktikan
memang benar siswa di sekolah
tersebut

memang

melakukan

ada

perilaku

yang

delinkuen.

Perilaku delinkuen tergantung pada

1

Polanharjo.

penulis

diri

tertarik

penelitian

dengan

Untuk

untuk
dengan

perilaku

delinkuen pada remaja SMA Negeri
1 Polanharjo”.
Adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini ialah :
1. Untuk mengetahui apakah ada

setiap

hubungan kontrol diri dengan

individu, dapat disimpulkan bahwa

perilaku delinkuen pada remaja

individu yang memiliki kontrol diri

SMA

rendah,

POLANHARJO.

kemampuan

kontrol

lebih

diri

rentan

untuk

NEGERI

1

3

2. Untuk

mengetahui

tingkat

oleh individu terutama remaja, bukan

perilaku delinkuen pada remaja

tidak mungkin remaja tersebut akan

SMA

terhindar dari perilaku delinkuen,

NEGERI

1

POLANHARJO.
3. Untuk

sebab aspek-aspek tersebut akan

mengetahui

tingkat

menjadi penguat dalam pengontrolan

kontrol diri pada remaja SMA

diri untuk tidak melakukan perilaku

Negeri 1 Polanharjo

delinkuen.

Accola dan Calhoum (1990)

Hurlock (1990) menyatakan

mengatakan kontrol diri sebagai

beberapa faktor yang mempengaruhi

pengaturan

fisik,

kontrol diri adalah orientasi religius,

psikologis, dan perilaku seseorang,

pola asuh orang tua dan faktor

dengan arti lain serangkaian proses

kognitif.

yang

kemampuan

tersebut kontrol diri juga dipengaruhi

menmyusun,

oleh faktor internal dan eksternal,

proses-proses

membentuk

individu

untuk

Selain

daripada

faktor

dan

faktor internal sendiri terjadi melalui

mengarahkan bentuk perilaku yang

pengalaman evolusi, kontrol emosi

dapat membawa individu kearah

yang sehat yang di dapat dari

konsekuensi positif.

kekuatan ego yang baik, dalam arti

membimbing,

mengatur

Berdasarkan konsep Averril

mampu untuk menahan diri dan

(dalam Gustinawati, 1990), aspek-

tindakan luapan emosi. Sedangkan

aspek

untuk faktor eksternal meliputi dari

tersebut

dapat

diperinci
yaitu:

keadaan sosio-emosional lingkungan

perilaku,

individu tersebut, terutama didalam

kemampuan mengontrol stimulus,

lingkungan keluarga dan juga teman

kemampuan

sebaya, karena dari faktor pendukung

menjadi

lima

kemampuan

komponen

mengontrol

mengantisipasi

suatu

peristiwa atau kejadian, kemampuan

tersebut

remaja

menafsirkan peristiwa atau kejadian,

kematangan emosi.

mencapai

kemampuan mengambil keputusan,

Sudarsono (1995) memberi

Semuanya sangat berhubungan satu

tinjauan secara sosiokultural tentang

sama lain, jika kesemua aspek

pengertian delinkuen, yaitu suatu

tersebut bisa di lakukan dengan baik

perbuatan itu dikatakan delinkuen

4

apabila perbuatan-perbuatan tersebut

b. Perilaku

yang

menimbulkan

bertentangan dengan norma-norma

korban materi. Seperti memalak,

yang ada di dalam masyarakat

merusak fasilitas sekolah maupun

dimana individu berada, atau suatu

fasilitas umum lainnya dan lain-

perbuatan

lain.

yang

anti-sosial

yang

didalamnya terkandung unsur-unsur

c. Perilaku

sosial

yang

tidak

perilaku

menimbulkan korban di pihak

berupa

orang lain. Seperti pelacuran,

menggertak, agresi fisik, merusak,

hubungan seks bebas, narkoba

negativistik terhadap orang dewasa

dan lain sebagainya.

normative.
antisosial

Contoh
antara

lain

dan juga perilaku kejam terhadap

Seperti mengingkari status anak

teman sebayanya.
Santrock
mendefinisikan

delinkuen

(1995)

sebagai

adalah

membolos, minggat dari rumah,

suatu rentang perilaku yang luas,
baik

perilaku

d. Perilaku yang melanggar status.

yang

tidak

bisa

pelajar

dengan

cara

membantah perintah.
Santrock

(2003),

diterima secara sosial (seperti tidak

mengemukakan faktor-faktor yang

mentaati

mempengaruhi perilaku delinkuen

peraturan

disekolah),

pelanggaran (seperti melarikan diri

pada remaja:

dari rumah), dan tindakan kriminal

a. Identitas negatif, Erikson yakin
bahwa

(seperti merampas, mencuri).
Jensen

(dalam

Sarwono,

perilaku

muncul karena remaja gagal

2011) juga mengatakan bahwa ada

menemukan

empat aspek kenakalan remaja:

peran.

a. Perilaku

yang

menimbulkan

delinkuen

suatu

identitas

b. Kontrol diri rendah, beberapa

korban fisik. Seperti tawuran

anak

dan

remaja

gagal

antar sekolah , berkelahi dengan

memperoleh

kontrol

yang

teman

esensial yang sudah dimiliki

satu

sekolah,

pemerkosann, pembunuhan dan

orang

lain

lain sebagainya.

pertumbuhan.

selama

proses

5

c. Usia, munculnya tingkah laku
antisosial di usia dini (anak-anak)
berhubungan
delinkuen

dengan

yang

perilaku

lebih

serius

d. Jenis kelamin (laki-laki), anak
laki-laki lebih banyak melakukan
tingkah laku antisosial daripada

untuk

menjadi pelaku kenakalan.
h. Status

ekonomi

sosial.

Penyerangan serius lebih sering

berasal dari kelas sosial ekonomi
yang lebih rendah.
i. Kualitas

lingkungan

sekitar

tempat tinggal. Tempat dimana

anak perempuan.
e. Harapan dan nilai-nilai yang
terhadap

resiko

dilakukan oleh anak-anak yang

nantinya di masa remaja.

rendah

meningkatkan

pendidikan.

individu

tinggal

dapat

membentuk

perilaku

Remaja

menjadi

pelaku

tersebut,

masyarakat

kenakalan

seringkali

diikuti

lingkungan

yang

individu
dan

membentuk

karena memiliki harapan yang

kecenderungan

kita

untuk

rendah terhadap pendidikan dan

berperilaku ”baik” atau ”jahat”.
Berdasarkan tinjauan teoritis

juga nilai-nilai yang rendah di

yang telah dikemukakan di atas,

sekolah.
f. Pengaruh orang tua dan keluarga.

maka hipotesis

yang

diajukan

nakal

peneliti untuk diuji kebenarannya

seringkali berasal dari keluarga,

adalah “ada hubungan negatif antara

di mana orang tua menerapkan

kontrol

pola disiplin secara tidak efektif,

delinkuen pada remaja SMA Negeri

memberikan

1 POLANHARJO.

Seseorang

berperilaku

mereka

sedikit

diri

dengan

perilaku

dukungan, dan jarang mengawasi
anak-anaknya sehingga terjadi
hubungan yang kurang harmonis

teman

Teknik sampling yang dalam
penelitian

antar anggota keluarga.
g. Pengaruh

METODE PENELITIAN

sebaya.

ini

menggunakan

adalah
teknik

dengan
cluster

Memiliki teman-teman sebaya

sampling. Dengan mengambil tiap

yang

kelompok

kelas

populasi.

Pengambilan

melakukan

kenakalan

dalam

suatu
subyek

6

menggunakan

lain, dan yang terakir dari 83 subjek

random, yaitu mengambil sebagian

ada 41 subjek yang menunjukan nilai

siswa kelas X, kelas XI, dan kelas

skor tertinggi pada aspek perilaku

XII. Alasan penggunaan random

yang melawan status.

adalah

dengan

sampling agar semua individu dalam

Berdasarkan

hasil

potensi baik secara individu maupun

perhitungan teknik analisis product

kelompok diberi kesempatan yang

moment dari Pearson diperoleh nilai

sama untuk dijadikan sampel dalam

koefisien

penelitian tersebut.

dengan p = 0,000 (p < 0,01) yang

Metode
digunakan

(r)

=

-0,420

yang

artinya terdapat hubungan negatif

Metode

yang sangat signifikan antara kontrol

penelitian

kuantitatif

korelasi

pengumpulan data menggunakan alat

diri dengan perilaku delinkuen.

ukur skala kontrol diri dan skala

Hasil penelitian ini sesuai

perilaku delinkuen. Analisis data

dengan hipotesis yang diajukan oleh

yang

peneliti

digunakan

adalah

korelasi

product moment.

yaitu

hubungan

negative antara kontrol diri dengan
perilaku

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan

adanya

aspek-aspek

delinkuen,

menjelaskan

bahwa semakin tinggi tingkat kontrol
diri maka semakin rendah perilaku

delinkuen yang ada pada skala

delinkuen,

sebaliknya

perilaku delinkuen, dari 83 subjek

rendah tingkat kontrol diri maka

ada 16 subjek yang menunjukan nilai

semakin tinggi perilaku delinkuen.

skor tertinggi pada aspek perilaku

Kontrol diri dalam penelitian ini

yang menimbulkan korban fisik, dari

termasuk

83 subjek ada 29 subjek yang

perilaku delinkuen yang tergolong

menunjukan nilai skor tertinggi pada

rendah. Hal ini dapat diartikan

aspek perilaku yang menimbulkan

bahwa kontrol diri mempengaruhi

korban fisik, dari 83 subjek ada 30

perilaku delinkuen.

tinggi

dengan

semakin

tingkat

Pemaparan hubungan antara

subjek yang meunjukan nilai skor
tertinggi pada aspek perilaku yang

kontrol

diri

dengan

perilaku

merugikan diri sendiri dan orang

delinkuen diatas sesuai dengan apa

7

yang dikemukakan oleh Santrock

kategorisasinya yaitu 0 subyek (0%)

(1998), mengemukakan faktor-faktor

yang berkategori

yang

terdapat

mempengaruhi

perilaku

9

sangat

subjek

rendah,
(10,8%)

delinkuen pada remaja salah satunya

berkategori rendah kontrol dirinya,

adalah

11

pengendalian

diri

yang

subyek

(13,2%)

berkategori

rendah, para remaja yang melakukan

sedang kontrol dirinya, ada 50 subjek

perilaku

(60,3%)

delinkuen

dapat

sebagai

bentuk

digambarkan

yang bekategori tinggi

kontrol dirinya, 13 subyek (15,7%)

kegagalan dalam mengembangkan

yang

pengendalian diri yang cukup dalam

tingkat kontrol dirinya.

perilaku

tinggi

(1989)

yang memiliki kontrol diri yang baik,

pada

remaja

dapat mencegah munculnya perilaku

termotivasi

oleh

delinkuen pada diri remaja tersebut,

memperoleh

sebaliknya remaja yang mempunyai

Kartono

delinkuen

disebabkan

sangat

Hal ini dapat diartikan remaja

hal tingkah laku.
Menurut

berkategori

keinginan

untuk

perhatian,

status

social,

dan

kontrol

diri

tidak

baik,

lebih

penghargaan dari lingkungan. Selain

cenderung untuk melakukan perilaku

hal tersebut, ada faktor lain yang

delinkuen. Sifat remaja yang masih

menyebabkan munculnya perilaku

labil dan cenderungh ikut-ikutan

delinkuen pada remaja yang berasal

teman, membuat remaja tersebut

dari dalam dirinya yaitu kurangnya

dituntut harus memiliki kontrol diri

rasa percaya diri dan pengontrolan

yang

diri yang di miliki oleh remaja

menghindarkan remaja tersebut dari

tersebut.

perilaku

baik,

hal

tersebut

delinkuen.

untuk

Perilaku

Variabel kontrol diri dalam

ndelinkuen dapat dicegah dengan

penelitian ini diperoleh hasil analisis

pembentukan moral remajatersebut

data

bahwa

mulai sejak dini, dengan didukung

kontrol diri pada subjek tergolong

beberapa faktor, diantaranya pola

tinggi dengan rerata empiric (RE)

asuh orang tua, pendidikan, dan

70,55 serta rerata hipotetik (RH) 60.

lingkungan

Adapun

tersebut berada

yang

menunjukkan

didapatkan

rincian

lingkungan

remaja

8

perilaku

delinkuen

rerata

perilaku

delinkuen

rerata

dipengaruhi oleh variabel kontrol

hipotetik (RH) 85. Terdapat rincian

diri. Dimana kontrol diri memiliki

dari kategorisasinya yakni 41 subjek

kontribusi

(49,4%) yang termasuk perilaku

perilaku delinkuen pada remaja yang

delinkuen sangat rendah, 38 subjek

dapat

(45,8%) yang berkategori perilaku

kontrol diri yang dimiliki seorang

delinkuen rendah, 4 subjek (4,8%)

remaja,

termasuk dalam perilaku delinkuen

kecenderungan

yang sedang, dan 0 subjek (0%) yang

perilaku

berkategori tinggi dan sangat tinggi

apabila perilaku delinkuen

dalam perilaku delinkuen.

dilakukan

Variabel perilaku delinkuen
tergolong
empiric

rendah
(RE)

dengan

55,18

Sumbangan

dan

efektif

dari

variebel kontrol diri dengan variebel

yang

meskipun
tidak

positif

diartikan

hanya

terhadap

semakin

maka

semakin
untuk

delinkuen,

cukup

tinggi

rendah

melakukan
sebaliknya

tinggi,

yang
berarti

kontrol diri yang di lakukan cukup
rendah.

perilaku delinkuen yaitu sebesar
17,6%, berarti masih terdapat 82,4%

KESIMPULAN DAN SARAN

variabel-variabel lain yang dapat

Ada hubungan negative yang

mempengaruhi perilaku delinkuen

sangat signifikan antara kontrol diri

selain dari variable kontrol diri yaitu

dengan perilaku delinkuen. Semakin

identitas negative, faktor usia, jenis

tinggi tingkat kontrol diri yang di

kelamin, pengaruh orang tua dan

miliki remaja, maka akan semakin

keluarga, pengaruh teman sebaya,

rendah perilaku delinkuen yang di

status

dan

lakukan, sebaliknya jika perilaku

lingkungan tempat tinggal, Santrock

delinkuen cukup tinggi, maka kontrol

(1998).

diri yang dimiliki remaja sangat

social

ekonomi

ini

rendah. Nilai koefisien korelasi (rxy)

menunjukkan bahwa kontrol diri

= -0,420: Signifikansi p = 0,000

dengan

(p

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada Remaja.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kecenderungan Perilaku Delinkuen Pada Remaja.

0 6 19

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMP NEGERI 3 SRAGEN Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Perilaku Delinkuen pada Remaja SMP Negeri 3 Sragen.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

1 8 13

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja.

1 5 18

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONFORMITAS DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 Hubungan Antara Perilaku Konformitas Dengan Perilaku Delinkuen Pada Remaja Sma Negeri 1 Polanharjo.

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Perilaku Konformitas Dengan Perilaku Delinkuen Pada Remaja Sma Negeri 1 Polanharjo.

0 1 8

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KONFORMITAS DENGAN PERILAKU DELINKUEN REMAJA SMA NEGERI 1 Hubungan Antara Perilaku Konformitas Dengan Perilaku Delinkuen Pada Remaja Sma Negeri 1 Polanharjo.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Delinkuen Pada Remaja SMA Negeri 1 Polanharjo.

0 2 18

BAB 1 PENDAHULUAN Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Perilaku Delinkuen Pada Remaja SMA Negeri 1 Polanharjo.

0 2 6