Pengaruh Intellectual Capital Dan Intellectual Capital Disclosure Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.

(1)

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL DAN INTELLECTUAL CAPITAL DISCLOSURE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN (Studi pada Perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia)

SKRIPSI

oleh: IKE FARADINA

1315351089


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh pembimbing, serta diuji pada tanggal : 26 Januari 2016

Tim Penguji: Tanda tangan

1. Ketua : Dr. I Made Sadha Suardhika, SE, Msi, Ak ...

2. Sekretaris : Dr. Dra. Gayatri, Msi, Ak, CA ...

3. Anggota : Drs. I Wayan Putra, Msi ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan... Pembimbing

Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak Dr. Dra. Gayatri, Msi,Ak, CA NIP.19650323 199103 1 004 NIP. 19651031 199103 2 002


(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalamm naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 26 Januari 2016

Ike Faradina 1315351089


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “Pengaruh Intellectual Capital dan Intellectual Capital Disclosure Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan” dapat diselesaikan sesuai dengan yang direncanakan. Pada Kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Udayana.

3. Dr. A. A. G. P. Widanaputra, SE., M.Si., Ak dan Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Drs. I Ketut Suardika Natha, Msi dan Drs. I Made Jember, Msi masing-masing sebagai Ketua dan Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. I Gede Suparta Wisadha, SE, M.Si., Ak sebagai Pembimbing Akademik.

6. Dra. Gayatri, M.Si., Ak, dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan serta motivasinya selama penyelesaian skripsi ini.

7. Dr. I Made Sadha Suardikha, SE., M.Si, Ak sebagai Pembahas yang sudah memberikan masukkan bermanfaat bagi peneliti.

8. Untuk keluarga besarku H. Marsudi family dan H. Soediman family atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada hentinya selama menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Udayana.

9. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satyu persatu yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap bertanggung jawab terhadap semua isi skripsi. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.


(5)

Judul : Pengaruh Intellectual Capital dan Intellectual Capital Disclosure Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.

Nama : Ike Faradina NIM :1315351089

Abstrak

Laporan keuangan perusahaan atau annual report telah digunakan secara luas oleh stakeholder seperti investor, karyawan, pemasok, pelanggan, dan kreditor. Informasi yang terdapat dalam annual report terdiri atas informasi yang bersifat wajib dan sukarela. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital dan Intellectual Capital Disclosure terhadap kinerja keuangan perusahaan yang termasuk dalam Indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan utama dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat Intellectual Capital dan luas informasi Intellectual Capital Disclosure terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA).

Penelitian ini dilakukan di perusahan-perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 8 perusahaan dan jumlah amatan sebanyak 40 dengan metode non probability sampling, khususnya purposive sampling. pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi non partisipan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel independen dan dependen, Variabel independen terdiri dari Intellectual Capial dengan metode Pulic yaitu VAICTM dan Intellectual Capital Disclosure (ICD), sedangkan variabel dependen Return On Asset (ROA).

Berdasarkan hasil analisis yang ditemukan bahwa Intellectual Capital (IC) dan Intellectual Capital Disclosure berpengaruh signifikan positif terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini menunjukkan bahwa Intellectual Capital (IC) dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, dimana semakin tinggi Return On Asset (ROA) maka keuntungan bagi perusahaan meningkat juga serta meningkatkan kepercayaan Stakeholder, dimana investor dapat menginvestasikan modalnya bagi perusahaan tersebut dan Intellectual Capital Disclosure pada perusahaan-perusahaan penelitian secara luas dapat menyakinkan stakeholder atau investor atas keunggulan atau kinerja perusahaan memiliki kinerja yang bagus.


(6)

DAFTAR ISI

Halama

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTARK... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 9

1.3 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Kegunaan Penelitian... 10

1.5 Sistematika Penulisan... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTEISI PENELITIAN 2.1 Landasan Teori... 12

2.1.1 Stakeholder Theory... 12

2.1.2 Resources Based Theory (RBT)... 14

2.1.3 Teori Legitimasi... 16

2.1.4 Kinerja Keuangan Perusahaan... 17

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan... 17

2.1.4.2 Tujuan Kinerja Keuangan Perusahaan... 18

2.1.4.3 Profitabilitas... 20

2.1.4.4 Keunggulan Return on Asset (ROA)... 21

2.1.5 Intellectual Capital... 22

2.1.5.1 Pengertian Intellectual Capital (IC)... 22

2.1.5.2 Komponen Utama Intellectual Capital... 24

2.1.5.3 Value Added Intellectual Coefficient... 26

2.1.6 Intellectual Capital Disclosure... 28

2.1.6.1 Konsep Intellectual Capital Disclosure... 28

2.1.6.2 Komponen Intelectual Capital Disclosure... 29

2.1.6.3 Manfaat Intellectual Capital Disclosure... 32

2.2 Hipotesis Penelitian... 32

2.2.1 Pengaruh Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan... 32

2.2.2 Pengaruh Intellectual Capital Disclosure terhadap kinerja keuangan perusahaan... 34

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 36

3.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Penelitian... 37


(7)

3.5.1 Kinerja Keuangan Perusahaan... 38

3.5.2 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)... 40

3.5.3 Intellectual Capital Disclosure... 42

3.6 Jenis dan Sumber Data... 42

3.6.1 Jenis Data... 42

3.6.2 Sumber Data... 43

3.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel... 43

3.8 Metode Pengumpulan Data... 44

3.9 Teknik Analisis Data ... 45

3.9.1 Statistik Deskriptif... 45

3.9.2 Uji Asumsi Klasik... 45

3.9.3 Analisis Regresi Linier Berganda... 47

3.9.4 Pengujian Hipotesis... 47

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian... 49

4.2 Statistik Deskriptif... 51

4.3 Hasil Penelitian dan Pembahasan... 53

4.3.1 Uji Asumsi Klasik... 53

4.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda... 57

4.5 Pengujian Hipotesis... 58

4.5.1 Uji Parsial (Uji F)... 58

4.5.2 Uji Simultan (Uji R2)... 58

4.5.3 Uji Koefisien Determinasi (t)... 59

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian... 60

4.6.1 Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan... 60

4.6.2 Pengaruh Intellectual Capital Disclosure Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 63

5.2 Saran... 64

DAFTAR RUJUKAN... 66


(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Proses Seleksi Sampel... 50

4.2 Daftar Sampel Penelitian... 51

4.3 Statistik Deskriptif... 52

4.4 Hasil Kolmogorov-Smirnov... 54

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas... 55

4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas... 55

4.7 Hasil Uji Autokorelasi... 56


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Halaman


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Indikator Intellectual Capital Disclosure... 73

2 Sampel Penelitian... 75

3 Indeks Intellectual Capital Disclosure... 78

4 Hasil Analisis Statistik Deskriptif... 88

5 Hasil Uji Asumsi Klasik... 89


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai perusahaan akan terus mengalami perubahan dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini dikarenakan adanya globalisasi, teknologi yang semakin maju, persaingan, serta ilmu pengetahuan yang semakin berkembang pesat. Persaingan yang ketat antara pelaku bisnis telah mendorong para produsen untuk terus berkembang demi mempertahankan diri di pasar. Perusahaan harus mampu memaksimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki agar dapat bersaing secara sehat dengan perusahaan lain (Surya, 2014). Salah satu faktor yang menunjang kegiatan perusahaan adalah modal. Modal merupakan instrumen yang penting untuk membangun, mengembangkan, dan mempertahankan perusahaan, sehingga dijadikan instrumen untuk mengantisipasi risiko kerugian perusahaan dan alat untuk melakukan ekspansi usaha (Ekowati, 2010).

Perkembangan ekonomi baru dikendalikan oleh informasi, teknologi dan pengetahuan, hal ini membawa sebuah peningkatan perhatian pada intellectual capital, dimana perusahaan-perusahaan merubah strategi bisnisnya yang didasarkan pada tenaga kerja (labor based business) menuju bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledge based business) (zuliyati, 2011). Menurut Hurwitz, et al., (2012) telah terjadi peningkatan yang besar pada knowledge workers dan aset tak berwujud pada dekade akhir ini.


(12)

Fenomena Intellectual Capital berkembang setelah munculnya PSAK No. 19 (revisi 2000) tentang aktiva tidak berwujud, walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai intellectual capital (IC), namun intellectual capital (IC) telah mendapat perhatian. Dimana intangible asset atau aset tak berwujud adalah aset non moneter yang teridentifikasi tanpa wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Dalam Paragraph 09 disebutkan beberapa contoh dari aktiva tidak berwujud antara lain pengetahuan dan teknologi, desain dan implikasi sistem baru, lisensi, hak kekayaan intelektual, pengetahuan mengenai pasar dan merk dagang. Banyak perusahaan yang mulai memperhatikan aktiva tidak berwujud sebagai strategi bisnisnya untuk mencapai keunggulan kompetitif. Hal ini yang menyebabkan perusahaan menerapkan knowledge based business (Dwipayani, 2014).

Penerapan perusahaan berbasis pengetahuan ini ditandai dengan adanya Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Study pada tahun 2005. MAKE menyatakan bahwa MAKE merupakan bentuk pengakuan yang diberikan kepada organisasi atau perusahaan yang mengelola pengetahuannya (company knowledge) menjadi produk, jasa atau kinerja yang unggul sehingga menghasilkan nilai lebih kepada para pemegang saham dan pihak-pihak yang berkepentingan di dalam perusahaan tersebut (Dwipayani, 2014). Selama 10 (sepuluh) tahun penyelenggaraan Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Study, berbagai organisasi atau perusahaan dari berbagai sektor industri berhasil


(13)

terpilih sebagai pemenang Indonesian Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Study Award tahun 2014, yaitu:

1. PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk 2. PT Astra Honda Motor

3. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 4. Binus University

5. PT Pertamina (Persero) 6. PT Rekayasa Industri

7. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk 8. PT Tigaraksa Satria Tbk

9. PT United Tractors Tbk

serta 3 (tiga) perusahaan yang memiliki inisiatif pengelolaan pengetahuan yang menonjol serta mengagumkan berhasil mendapatkan penghargaan khusus atau Special Recognition, yaitu:

1. PT Bank Syariah Mandiri - Special Recognition for admirable consistency in improving KM implementation.

2. PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk - Special Recognition for system in managing intellectual capital.

3. PT GMF Aero Asia - Special Recognition for admirable results through collaborative executioninilah.

Para pemenang Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Study tahun 2014 ini merupakan organisasi-organisasi yang membuktikan diri sebagai knowledge based organization dan telah berhasil mengembangkan dan mengoptimalkan


(14)

knowledge yang mereka miliki sehingga mampu meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan (http://www.dunamis.co.id). Artikel yang dimuat dalam websaite inilah yang menunjukkan bahwa intellectual capital sudah berkembang di Indonesia.

Intellectual Capital merupakan suatu konsep yang dapat memberikan sumber daya berbasis pengetahuan baru dan mendeskripsikan aset tak berwujud yang jika digunakan secara optimal memungkinkan perusahaan untuk menjalankan strateginya dengan efektif dan efisien (Hadiwijaya, 2013). Dipandangnya Intellectual Capital sebagai sub set modal tak berwujud, dimana kondisi demikian mengisyaratkan pentingnya dilakukan penilaian terhadap jenis aktiva tak berwujud. Namun sampai saat ini belum ada peraturan khusus yang mengatur mengenai pengukuran dan pelaporan dari Intellectual Capital. Tetapi dalam mengukur Intellectual Capital, perusahaan dapat menggunakan Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM). Komponen utama dari VAICTM dapat dilihat dari capital employed (value added capital employed - VACA) merupakan hubungan yang baik dan berkelanjutan antara perusahaan dengan para mitranya, seperti distributor, pemasok, pelanggan, karyawan, masyarakat, pemerintah, dan sebagainya (Ifada dan Hapsari, 2012), Human capital (value added human capital - VAHU) merupakan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan seperti pengetahuan, pengalaman, keterampilan, komitmen, hubungan kerja yang baik di dalam dan di luar lingkungan perusahaan, dan sebagainya. Structural Capital (value added structural capital - STVA) meliputi struktur organisasi, strategi, rangkaian proses, budaya kerja yang baik, serta kemampuan perusahaan


(15)

dalam memenuhi seluruh rutinitas perusahaan. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan Kumalasari (2013), bahwa metode Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) sebagai alat ukur yang baik digunakan untuk mengukur Intellectual Capital, dimana hasil dari koefisien determinasi Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) lebih besar daripada nilai perusahaan (MBV), sehingga metode VAICTM lebih baik digunakan untuk mengukur Intellectual Capital.

Tujuan utama Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) adalah untuk menciptakan value added, sedangkan untuk dapat menciptakan value added dibutuhkan ukuran yang tepat tentang physical capital (yaitu dana-dana keuangan) dan intellectual potential (direpresentasikan oleh karyawan dengan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya). Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) itu sendiri menunjukkan bagaimana kedua sumber daya tersebut (physical capital dan intellectual potential) telah secara efisien dimanfaatkan oleh perusahaan (Yuniasih, 2010).

Menurut Bruggen et al., (2009), pengungkapan Intellectual Capital (Intellectual Capital Disclosure) dapat membantu perusahaan untuk mengurangi asimetri informasi. Selain itu, pengungkapan Intellectual Capital dapat meningkatkan relevansi laporan keuangan. Pengungkapan Intellectual Capital juga dapat meningkatkan kepercayaan dan loyalitas karyawan serta stakeholders lainnya. Melalui pengungkapan Intellectual Capital, perusahaan dapat memberikan bukti tentang nilai sesungguhnya perusahaan dan kemampuan penciptaan kekayaan perusahaan. Informasi mengenai Intellectual Capital


(16)

Disclosure merupakan hal yang penting dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Bounjelbene dan Affes (2013) pengungkapan Intellectual Capital dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi oleh investor dan mengurangi biaya modal perusahaan.

Intellectual Capital Disclosure merupakan suatu cara perusahaan untuk menyampaikan informasi dalam bentuk annual report. Wardhani (2010) menyatakan bahwa Intellectual Capital Disclosure merupakan informasi yang diberikan berupa pernyataan, catatan mengenai pernyataan, dan tambahan pengungkapan informasi yang terkait dengan catatan. Tiga konsep disclosure yang umumnya dikemukakan yaitu adequate (cukup), fair (wajar), dan full disclosure (pengungkapan yang lengkap).

Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang maksimal. Namun berhasil tidaknya perusahaan dalam mencari keuntungan dan mempertahankan perusahaannya tergantung pada manajemen keuangan. Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk mendapatkan keuntungan atau laba. Oleh sebab itu, kinerja keuangan merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan didalam persaingan bisnis untuk mempertahankan perusahaannya (Ulum, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2010) yang menyatakan bahwa Intellectual Capital Disclosure tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa indonesia masih menggunakan


(17)

modal fisik dan keuangan dalam kontribusi kinerja keuangan perusahaan. pengujian yang berbeda yang dilakukan oleh Boedi (2008) yang menyatakan bahwa Intellectual Capital Disclosure berpengaruh positif terhadap kapitalisasi pasar pada perusahaan sektor industri lama dengan sektor industri baru.

Kumukama et al., (2011) menyelidiki hubungan antara efek mediasi dari keunggulan kompetitif dimana hubungan antara intellectual capital dan kinerja finansial di 78 perusahaan pembiayaan skala mikro di Uganda menggunakan data primer dengan survei pada pekerja di perusahaan tersebut untuk mengukur persepsi mereka mengenai human capital, structural capital dan relational capital. Selain menggunakan data primer, penelitian ini juga menggunakan data sekunder melalui laporan keuangan perusahaan yang telah di audit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa keunggulan kompetitif memiliki dampak mediasi positif untuk meningkatkan hubungan antara kinerja perusahaan dan intellectual capital yang dimiliki industri pembiayaan skala mikro di Uganda.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rehman et al., (2011) yang meneliti tentang kinerja modal intelektual dan dampak pada kinerja perusahan (EPS, ROE, dan ROI) sektor asuransi di Pakistan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa human capital yang lebih banyak memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja keuangan (ROE dan EPS) pada perusahaan sektor asuransi, namun dua komponen lainnya yaitu capital employed dan structural capital, juga layak memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja keuangan. Ting dan Lean (2009) mengungkapkan bahwa VAICTM dan ROA memiliki kaitan positif pada institusi keuangan Malaysia dan ketiga komponen dalam VAICTM memiliki


(18)

korelasi dengan profitabilitas, namun hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Maditinos et al., (2011) menunjukkan bahwa IC (Intellectual Capital) secara keseluruhan dan komponen-komponennya tidak berkolerasi dengan kinerja keuangan dan nilai pasar perusahaan. Wahdikorin (2010) menunjukkan bahwa secara agregat, IC (Intellectual Capital) berpengaruh signifikan dan negatif terhadap cost to asset (CTA) dan tidak berpengaruh terhadap ROA.

Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2015) yang meneliti pengaruh ukuran perusahaan, umur perusahaan, komisaris independen, leverage, dan konsentrasi kepemilikan terhadap intellectual capital disclosure. Sampel penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur pada tahun 2012 listing di Bursa Efek sebanyak 77 perusahaan. Hasil yang ditunjukkan bahwa tidak ada pengaruh variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, komisaris independen, leverage, dan konsentrasi kepemilikan terhadap intellectual capital disclosure baik secara simultan maupun parsial. Pramelasari (2010) meneliti pengaruh modal intelektual terhadap kinerja keuangan dan nilai pasar perusahaan. Hasilnya intellectual capital tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan (MtBV) dan kinerja keuangan (ROA, ROE, dan EP).

Beberapa penelitian tentang intellectual capital telah membuktikan bahwa intellectual capital mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Akan tetapi, ada juga penelitian lain mengungkapkan hal yang berbeda. Secara teoritis, pemanfaatan dan pengelolaan intellectual capital yang baik oleh perusahaan dapat membantu meningkatkan kinerja perusahaan (Pramelasari, 2010).


(19)

Berdasarkan penelitian sebelumnya terdapat ketidaksonsistenan hasil penelitian tentang intellectual capital dan intellectual capital disclosure terhadap kinerja keuangan perusahaan, maka peneliti memutuskan untuk meneliti kembali demi mendapatkan hasil penelitian yang akurat. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh pramelasi (2010) dan safitri (2010). Intellectual capital yang dimiliki perusahaan akan menciptakan nilai tambah yang dapat meningkatkan kinerja keuangan. Peningkatan kinerja keuangan merupakan sinyal positif bagi investor, sehingga investor akan tertarik untuk berinvestasi lebih banyak di perusahaan tersebut. intellectual capital disclosure merupakan informasi yang bernilai bagi investor, yang dapat membantu mereka mengurangi ketidakpastian mengenai prospek ke depan perusahaan dan menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang disampaikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1) Apakah Intellectual Capital berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan?

2) Apakah Intellectual Capital Disclosure berpengaruh terhadap Kineja Keuangan Perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian


(20)

1) Untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.

2) Untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital Disclosure terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan serta dijadikan referensi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang akan mendalami Value added yang dihasilkan oleh Intellectual Capital dan Intellectual Capital Disclosure serta implikasinya terhadap peningkatan kinerja keuangan Perusahaan.

2) Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi stakeholder untuk memahami akan pentingnya Intellectual Capital dan Intellectual Capital Disclosure dalam menunjang proses bisnis perusahaan agar dapat memberikan value added yang nantinya menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab satu dengan bab yang lainnya dan disusun secara terperinci dan sistematis. Untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan tentang skripsi ini, sistematika dari setiap bab dapat dirinci sebagai berikut:


(21)

BAB I PENDAHULAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Bab ini berisi landasan teori yang digunakan, juga membahas penelitian terdahulu yang sejenis dan kerangka pemikiran penelitian yang menggambarkan hubungan antar variabel penelitian serta hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini akan dibahas variabel penelitian beserta definisi operasionalnya, populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan deksripsi obyek penelitian, seluruh proses, dan teknik analisis data hingga hasil dari pengujian seluruh hipotesis penelitian.

BAB V PENUTUP

Berisikan kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan dari hasil pengujian hipotesis, keterbatasan dalam penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.


(22)

BAB II

Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Stakeholder Theory

Teori Stakeholder digunakan untuk menjelaskan bagaimana memelihara hubungan Stakeholder yang mencakup semua bentuk hubungan antara perusahaan dengan seluruh stakeholder, perusahaan yang anggota utamanya adalah customers, pekerja, masyarakat, pemasok, dan shareholder (Hadiwijaya, 2013). Teori Stakeholder menunjukkan bahwa komunitas, atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan (Efandiana, 2010).

Teori stakeholder lebih mempertimbangkan posisi para stakeholder yang dianggap powerfull daripada hanya posisi shareholder saja. Menurut teori ini, manajemen sebuah organisasi diharapkan melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh para stakeholder mereka dan kemudian melaporkan kembali aktivitas-aktivitas tersebut kepada para stakeholder. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi bahan pertimbangan utama bagi manajemen perusahaan dalam mengungkapkan atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan. Kelompok-kelompok stakeholder tersebut meliputi pemegang saham, pelanggan, pemasok, kreditor, pemerintah, dan masyarakat (Pramelasari, 2010).

Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di antara keberadaan hubungan-hubungan di lingkungan


(23)

perusahaan mereka. Namun demikian, tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder adalah untuk membantu manajer korporasi dalam meningkatkan nilai dari dampak aktifitas-aktifitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholder. Pada kenyataannya, inti keseluruhan teori stakeholder terletak pada apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan bisnis (Mumpuni, 2013).

Stakeholder dalam hal ini, memiliki kewenangan untuk mempengaruhi manajemen dalam proses pemanfaatan seluruh potensi yang dimiliki oleh organisasi. Karena hanya dengan pengelolaan yang baik dan maksimal atas seluruh potensi inilah organisasi akan dapat menciptakan value added untuk kemudian mendorong kinerja keuangan dan nilai perusahaan yang merupakan orientasi para stakeholder dalam mengintervensi manajemen (Widarjo, 2011).

Pihak perusahaan meyakini bahwa hubungan saling mempengaruhi antara manajer dan stakeholder seharusnya dikelola dalam rangka untuk mencapai kepentingan perusahaan yang semestinya tidak dibatasi pada asumsi konvensional yaitu mencari keuntungan saja. Bagi perusahaan semakin penting stakeholder maka semakin banyak usaha yang dilakukan untuk mengelola hubungan tersebut. Perusahaan memandang informasi merupakan elemen utama yang dapat digunakan untuk mengelola stakeholder dalam rangka mencari dukungan dan persetujuan mereka atau untuk mengalihkan perlawanan dan ketidaksetujuan mereka (Hadiwijaya, 2013).

Dalam konteks Intellectual Capital (IC), teori stakeholder memberikan argumen bahwa seluruh stakeholder memiliki hak untuk diperlakukan secara adil


(24)

dan manajer harus mengelola organisasi untuk keuntungan seluruh stakeholder. Dengan memanfaatkan seluruh potensi perusahaan, baik karyawan (human capital), aset fisik (capital employed), maupun structural capital, maka perusahaan akan mampu menciptakan value added bagi perusahaan. Dengan meningkatkan value added tersebut, maka kinerja keuangan perusahaan akan meningkat sehingga kinerja keuangan di mata stakeholder juga akan meningkat (Wicaksana, 2011).

2.1.2 Resources Based Theory (RBT)

Resource Based Theory adalah suatu pemikiran yang berkembang dalam teori manajemen strategik dan keunggulan kompetitif perusahaan yang meyakini bahwa perusahaan akan mencapai keunggulan apabila memiliki sumber daya yang unggul (Solikhah, 2010).

Resources Based Theory membahas mengenai sumber daya yang dimiliki perusahaan dan bagaimana perusahaan tersebut dapat mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber dayanya dengan baik dapat menciptakan keunggulan kompetitif sehingga dapat menciptakan nilai bagi perusahaan. Chang et al. (2011) menjelaskan bahwa dalam teori RBT (Resources Based Theory) ini, untuk mengembangkan keunggulan kompetitif, perusahaan harus memiliki sumber daya dan kemampuan yang superior dan melebihi para kompetitornya. Hal inilah yang membuat intellectual capital sebagai sumber daya bagi perusahaan untuk menciptakan value added bagi perusahaan dan nantinya akan tercapai keunggulan


(25)

bahwa keunggulan kompetitif perusahaan diperoleh dari kemampuan perusahaan untuk merakit dan memanfaatkan kombinasi sumber daya yang tepat (Chang et al., 2011).

Sumber daya harus memenuhi kriteria “VRIN” agar dapat memberikan keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan (Madhani, 2009). Kriteria “VRIN” adalah:

1) Valuable (V): sumber daya berharga jika memberikan nilai strategis bagi perusahaan. Sumber daya memberikan nilai jika membantu perusahaan dalam memanfaatkan peluang pasar atau membantu dalam mengurangi ancaman pasar. Tidak ada keuntungan dari memiliki sumber daya jika tidak menambah atau meningkatkan nilai perusahaan.

2) Rare (R): sumber daya yang sulit atau langka untuk ditemukan di antara pesaing dan menjadi potensi perusahaan. Oleh karena itu sumber daya harus langka atau unik untuk menawarkan keunggulan kompetitif. Sumber daya yang dimiliki oleh beberapa perusahaan di pasar tidak dapat memberikan keunggulan kompetitif, karena mereka tidak dapat merancang dan melaksanakan strategi bisnis yang unik dibandingkan dengan kompetitor lain.

3) Imperfect Imitability (I): sumber daya dapat menjadi dasar keunggulan kompetitif yang berkelanjutan hanya jika perusahaan yang tidak memegang sumber daya ini tidak dapat meniru sumber daya tersebut.

4) Non-Substitutability (N): non-substitusi sumber daya menunjukkan bahwa sumber daya tidak dapat diganti dengan alternatif sumber daya lain. Di sini,


(26)

pesaing tidak dapat mencapai kinerja yang sama dengan mengganti sumber daya dengan sumber daya alternatif lainnya.

Teori ini menyatakan bahwa Intellectual Capital memenuhi kriteria-kriteria sebagai sumber daya yang unik untuk menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan sehingga mampu menciptakan nilai bagi perusahaan dan dapat menguasai serta memanfaatkan Intellectual Capital, maka perusahaan akan dapat memperoleh keunggulan kompetitif yang berkesinambungan. Peran Intellectual Capital semakin strategis, bahkan Intellectual Capital dikatakan memiliki peran penting dalam upaya melakukan peningkatan nilai di berbagai perusahaan, hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa Intellectual Capital merupakan landasan bagi perusahaan untuk unggul dan bertumbuh (Murti, 2010).

2.1.3 Teori Legitimasi

Menurut Guthrie et al., (dalam Marisanti, 2012), legitimacy theory berhubungan erat dengan pelaporan intellectual capital. Perusahaan lebih mungkin untuk melaporkan intangible asset mereka, jika mereka memiliki kebutuhan yang spesifik untuk melakukannya. Mereka tidak dapat melegitimasi status mereka hanya lewat hard asset yang diakui sebagai simbol kesuksesan tradisional perusahaan.

Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi. hal ini sejalan dengan teori legitimasi yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan


(27)

berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi harus secara terus menerus mencoba untuk meyakinkan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-norma masyarakat (Rustiarini, 2010).

Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi atau perusahaan akan terus berlanjut keberadaannya jika masyarakat menyadari bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan perusahaan untuk meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Perusahaan menggunakan laporan tahunan mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga mereka diterima oleh masyarakat.

2.1.4 Kinerja Keuangan Perusahaan

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan membuat suatu laparan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akutansi Keuangan) atau GAAP (General Acepted Accouting Principle) (Fahmi, 2011: 2).

Menurut Munawir (2010: 30), kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Pihak yang


(28)

perusahaan untuk dapat melihat kondisi perusahaan dan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan. Kinerja dapat menjadi tolak ukur kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan segala sumber daya yang dimilikinya. Perusahaan harus terus melakukan peningkatan terhadap kualitas dan kinerja perusahaan, agar tujuan perusahaan tercapai. Laporan tahunan perusahaan merupakan informasi yang memberikan gambaran tentang kinerja perusahaan yang diberikan oleh manajemen perusahaan kepada stakeholder (Hadiwijaya, 2013).

Kinerja keuangan perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Hendaknya kinerja perusahaan merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai maka dilakukan penilaian kinerja (Danu, 2011).

2.1.4.2 Tujuan Kinerja Keuangan Perusahaan

Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2010: 31) adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.


(29)

2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. 4) Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan perusahaan

untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan. Penelitian ini menggunakan rasio profitablitas, dimana rasio ini merupakan perhitungan keuangan yang digunakan oleh para investor untuk mengevaluasi kinerja perusahaan go public serta untuk menilai kemampuan perusahaan dan mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2012), adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakan rasio keuangan, yaitu:

1) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

2) Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan.

3) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan.


(30)

4) Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditur dapat digunakan untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman.

5) Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi.

2.1.4.3 Profitabilitas

Rasio profitabilitas menurut Weston dan Copeland (2010:237) adalah mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan perusahaan tersebut. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 2010:122). Menurut Kasmir (2011:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan untuk kelangsungan kegiatan operasional perusahaan dimasa yang akan datang. Dimana profitabilitas dapat memberikan informasi tentang keadaan ataupun pertumbuhan dari perusahaan dilihat dari laba perusahaan. Umumnya profitabilitas diukur dengan membandingkan antara laba


(31)

keberhasilan perusahaan. Menurut Riyanto (2010:335) Rasio profitabilitas terdiri dari beberapa jenis, yaitu Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), dan Net Profit Margin.

Penilaian kinerja dalam penelitian ini menggunakan ROA karena salah satu indikator kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasi merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan. Laba menjadi indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor, serta merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan berkaitan dengan prospek perusahaan di masa depan. Return on asset (ROA) lebih dipilih daripada return on equity (ROE) karena total ekuitas yang merupakan denominator ROE adalah salah satu komponen dari Value added of Capital Employed (VACA). Jika menggunakan ROE, maka akan terjadi double counting atas akun yang sama (yaitu ekuitas), dimana VACA (yang dibangun dari akun ekuitas dan laba bersih) sebagai variabel independen dan ROE (yang juga dibangun dari akun ekuitas dan laba bersih) menjadi variabel dependen (Ulum dkk. 2008). Dewi (dalam Hadiwijaya, 2013) menjelaskan bahwa ROA mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total asset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi nilai ROA, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan asetnya, baik aset fisik maupun aset non-fisik (intellectual capital) akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

2.1.4.4 Keunggulan Return on Asset (ROA)


(32)

1) ROA merupakan pengukuran yang komprehensif, dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.

2) ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut. 3) ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit

organisasi yang bertanggungjawab terhadap profitabilitas dan unit usaha. Bagi para pemodal yang akan melakukan transaksi pembelian saham suatu perusahaan, penilaian terhadap kemapuan perusahaan dalam menghasilkan laba merupakan suatu hal yang sangat penting, hal ini dikarenakan apabila laba perusahaan meningkat, maka harga saham perusahaan juga akan meningkat dengan kata lain, profitabilitas akan mempengaruhi harga saham.

2.1.5 Intellectual Capital

2.1.5.1 Pengertian Intellectual Capital (IC)

Intellectual Capital pertama kali diperkenalkan oleh Jon Kenneth Galbraith pada tahun 1969 (Chang et al., 2011). Kozak (2011) menyatakan bahwa Intellectual Capital Masih dalam tahap pengembangan dan belum ada keseragaman definisi yang diterima untuk mengidentifikasi sub komponennya. Aset tidak berwujud pada umumnya merupakan properti intelektual perusahaan (seperti paten, hak cipta dan lainnya), goodwill serta pengakuan merek (Chang et al., 2011).

Intellectual Capital mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan. Modal intelektual telah di identifikasi


(33)

sebagai seperangkat tak berwujud (sumber daya, kemampuan, dan kompetensi) yang menggerakkan kinerja organisasi dan penciptaan nilai (Pangestika, 2010).

Zéghal dan Maaloul (2010) menyatakan bahwa saat ini beberapa perusahaan menginvestasikan dalam pelatihan karyawan, penelitian dan pengembangan, hubungan pelanggan, sistem komputer dan administrasi, dll. Investasi ini sering disebut sebagai intellectual capital yang bertumbuh dan bersaing dengan investasi modal fisik dan keuangan.

Intellectual Capital merupakan suatu konsep yang dapat memberikan sumber daya berbasis pengetahuan baru dan mendeskripsikan aset tak berwujud yang jika digunakan secara optimal memungkinkan perusahaan untuk menjalankan strateginya dengan efektif dan efisien. Dengan demikian intellectual capital merupakan pengetahuan yang memberikan informasi tentang nilai tak berwujud perusahaan yang dapat mempengaruhi daya tahan dan keunggulan bersaing (Hadiwijaya, 2013).

Intellectual Capital adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukaan peluang dan mengelola ancaman dalam kehidupan. Banyak pakar yang mengatakan bahwa Intellectual Capital sangat besar peranannya di dalam menambah nilai suatu kegiatan, Intellectual Capital terletak pada kemampuan untuk berfikir dan kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru (Putera, 2014).

Intellectual Capital merupakan aset tidak berwujud, termasuk informasi dan pengetahuan yang dimiliki badan usaha yang harus dikelola dengan baik untuk memberikan keunggulan kompetitif bagi badan usaha (Gunawan dkk.,


(34)

2013). Intellectual Capital adalah ilmu pengetahuan atau daya pikir yang dimiliki oleh perusahaan, tidak memiliki bentuk fisik (tidak berwujud), dan dengan adanya modal intelektual tersebut, perusahaan akan mendapatkan tambahan keuntungan atau kemapanan proses usaha serta memberikan perusahaan suatu nilai lebih dibanding dengan kompetitor atau perusahaan lain (Puspitasari, 2011).

Berdasarkan Pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Intellectual Capital merupakan suatu modal tak berwujud yang terdiri dari elemen human capital, structural capital dan customer capital yang dapat memberikan nilai lebih atau keuntungan bagi perusahaan serta pengetahuan yang harus dikelola oleh perusahaan dengan baik untuk memberikan keunggulan kompetitif.

2.1.5.2 Komponen Utama Intellectual Capital

Secara umum komponen Intellectual Capital adalah sebagai berikut: 1) Human Capital

Human capital adalah kompetensi, pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian yang dimiliki oleh karyawan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat sehingga menghasilkan nilai ekonomi bagi perusahaan (Pramudita, 2012). Perusahaan yang mempunyai sumber daya manusia dengan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang unggul, maka dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan sehingga mencapai keunggulan kompetitif. Apabila human capital dapat diolah dan dimanfaatkan dengan baik, maka human capital akan menjadi sumber daya kunci perusahaan (Kusumo, 2012). Sebagai human capital, seorang


(35)

mereka menjadi tindakan yang sejalan dengan strategi bisnis dan berkontribusi menjadi pencipta value yang berwujud maupun tidak berwujud bagi perusahaan.

2) Structural capital

Structural capital meliputi struktur organisasi, strategi, rangkaian proses, budaya kerja yang baik, serta kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh rutinitas perusahaan. Amiri et al., (2010) berpendapat bahwa structural capital adalah pengetahuan yang diciptakan oleh organisasi dan tidak dapat dipisahkan dari entitas organisasi tersebut. Seseorang mungkin dapat mempunyai intelektualitas yang tinggi, tetapi jika perusahaan mempunyai sistem dan prosedur yang buruk maka intellectual capital tidak dapat mencapai kinerja yang baik dan potensi yang ada tidak dapat digunakan secara optimal (Tarigan, 2011).

3) Customer Capital / Capital Employed

Chang et al., (2011) menyatakan Customer Capital merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan stakeholder yang mempengaruhi perusahaan. Customer capital merupakan Pihak diluar perusahaan yang berbisnis dengan perusahaan dan mempunyai hubungan baik dengan perusahaan (Pramudita, 2012). Customer capital berbasis pada hubungan antara organisasi dan konsumen (Khalique et al., 2011). Dengan demikian customer capital merupakan komponen penting dari Intellectual Capital (IC) dan customer capital berbasis pada kepuasan konsumen, loyalitas, dan jaringan kerja atau network.


(36)

2.1.5.3 Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM)

Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) adalah sebuah metode yang dikembangkan oleh Pulic (2000), untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tak berwujud (intangible asset) yang dimiliki oleh perusahaan. VAIC merupakan alat untuk mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. Model ini relatif mudah dan sangat mungkin untuk dilakukan karena dikonstruksikan dari akun-akun dalam laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi). Perhitungannya dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value added (VA). VA adalah indikator paling obyektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai (value creation). Value added didapat dari selisih antara output dan input. Metode ini menggunakan pendekatan tidak langsung untuk mengukur Intellectual Capital (IC) dengan mengukur efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil kemampuan intelektual perusahaan. Konsep nilai tambah adalah indikator objektif secara keseluruhan dari kesuksesan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai dengan memasukkan investasi sumber daya termasuk gaji dan bunga untuk aset keuangan, deviden, pajak serta biaya research and development (Solikhah, 2010). Nilai output (OUT) adalah revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan untuk dijual, sedangkan input (IN) meliputi seluruh beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam rangka menghasilkan revenue. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa beban


(37)

karyawan tidak termasuk dalam IN, karena karyawan berperan penting dalam proses penciptaan nilai.

Proses value creation dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC), Capital Employed (CE), dan Structural Capital (SC).

1) Value added of Capital Employed (VACA)

Value Added of Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari CE (Capital Employed) menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan (Intellectual Capital) IC yang lebih baik merupakan bagian dari (Intellectual Capital) IC perusahaan.

2) Value Added Human Capital (VAHU)

Value Added Human Capital (VAHU) menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dengan HC mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan nilai di dalam perusahaan.

3) Structural Capital Value Added (STVA)

Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang independen sebagaimana HC dalam proses penciptaan nilai.


(38)

Artinya, semakin besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA dikurangi HC.

2.1.6 Intellectual Capital Disclosure

2.1.6.1 Konsep Intellectual Capital Disclosure

Intellectual Capital Disclosure merupakan cara untuk mengatasi kendala pelaporan modal intelektual dalam laporan keuangan (Sir dkk. 2010). Intellectual Capital Disclosure diperlukan untuk mengurangi asimetri informasi sehingga membantu investor untuk memutuskan tujuan investasinya. Pengungkapan meliputi ketersediaan informasi keuangan dan nonkeuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan (Guthrie dan Parker dalam Suhardjanto dan Wardhani, 2010).

Menurut Hendriksen (dalam Suhardjanto dan Wardhani, 2010), pengungkapan adalah pemberian informasi dalam laporan tahunan, yang berisi pernyataan, catatan mengenai pernyataan, dan tambahan pengungkapan informasi yang terkait dengan catatan. Tiga konsep disclosure yang umumnya dikemukakan yaitu adequate, fair dan full disclosure (Hendriksen, dalam Suhardjanto dan Wardhani, 2010).

Singhvi dan Desai (dikutip dari Suhardjanto dan Wardhani, 2010) menunjukkan bahwa bentuk pengungkapan yang sangat penting adalah melalui laporan tahunan, yang berguna bagi investor dalam hal pengambilan keputusan


(39)

karena hanya physical capital yang telah diatur oleh profesi akuntansi (Yuniasih, 2011). Bila perusahaan tidak mengungkapkan informasi mengenai aktiva tidak berwujudnya maka akan ada beberapa konsekuensi negatif yang ditimbulkan. Misalnya terjadi volatilitas harga saham karena investor kurang memiliki informasi mengenai aktiva tidak berwujud perusahaan sehingga keputusan yang dibuat tidak akurat.

Di Indonesia, Intellectual Capital Disclosure merupakan pengungkapan yang bersifat sukarela (voluntary), dan belum ada standar akuntansi yang mengatur mengenai tata cara pengungkapan informasi Intellectual Capital perusahaan. Hal ini mengakibatkan masih kurangnya kesadaran perusahaan dalam menyampaikan informasi ini kepada para stakeholder (Yulistina, 2011).

2.I.6.2 Komponen Intelectual Capital Disclosure

Menurut Guthrie et al., (dalam Puasanti, 2013) Komponen-komponen Intellectual Capital Disclosure adalah sebagai berikut:

1) Merk terdiri dari 5 komponen meliputi: Merk, Pengakuan Merk, Perkembangan Merk, Goodwill, dan Trademark semua ini berkaitan dan berhubungan dengan nama logo ataupun merk yang dimiliki oleh perusahaan dan memiliki nilai instrinstik didalamnya.

2) Kompetisi terdiri dari 11 komponen meliputi: kecerdasan, ilmu pengetahuan, keterampilan, pendidikan, competence, motivasi, keahliah, intangible skills, daya pikir, spesialisasi, dan training semua komponen ini berhubungan dengan kualitas yang dimiliki oleh pegawai. “pelatihan”


(40)

terkait (seperti halnya proses yang terus berlangsung dalam perusahaan, dan tidak hanya sekedar atribut pegawai).

3) Budaya perusahaan terdiri dari 4 komponen meliputi: budaya perusahaan, filosofi manajemen, kepemimpinan, dan komunikasi semua komponen ini merupakan komponen lingkungan yang memberikan fasilitas berupa lingkungan kerja yang produktif dan kreatif.

4) Konsumen terdiri dari 8 komponen meliputi: kepuasan konsumen, pengakuan konsumen, loyalitas konsumen, customer base, mempertahankan konsumen, customer service, customer support dan market share semua komponen ini berhubungan dengan faktor konsumen sebagai asset perusahaan.

5) Teknologi informasi terdiri dari 7 komponen meliputi: teknologi informasi, jaringan, computer software, operating system, electronic data interchange, semua ini berhubungan dengan perangkat keras ataupun perangkat lunak dari sebuah manajemen informasi. Telekomunikasi dan infrastruktur berhubungan dengan teknologi informasi, tetapi tidak secara khusus, jadi hal ini akan diikutsertakan dalam kategori ini.

6) Intellectual property terdiri dari 7 komponen meliputi: intellectual property, hak paten, hak cipta, assets perusahaan semua komponen ini dalam lembar neraca perusahaan yang konvensional akan disertakan dalam intangibles, yang secara khusus didefinisikan dan dinyatakan sebagai asset dilindungi dan juga disertakan dalam kategori ini sebagai kesepakatan pemberian surat


(41)

ijin dan kesepakatan untuk melakukan franchising yang terpisah tetapi memiliki konsep terkait.

7) Partnership dan rekanan terdiri dari 2 komponen meliputi: rekanan dan join venture. Kategori ini mengacu pada perjanjian pekerjaan dengan entitas lain yang menghasilkan suatu produk dimana entitas lain tidak dapat memproduksinya secara individual. Masing-masing entitas ini memberikan sejumlah pengaruh dalam literatur yang mendukung nilainya sebagai kategori tunggal.

8) Personil terdiri dari 7 komponen meliputi: sumber daya manusia, kepuasan pegawai, personil, employee retention, fleksibilitas waktu, telecommunication, pemberdayaan semua ini merupakan komponen yang berhubungan dengan asset tenaga kerja atau asset sumber daya manusia bagi perusahaan, baik secara langsung maupun mengacu pada kebijakan spesifikasi yang dapat membantu untuk mempertahankan konsumen yang berkualitas.

9) Proses kepemilikan terdiri dari 6 komponen meliputi: inovasi, inovatif, proses kepemilikan, rahasia dagang, dan metodologi lainnya. Semua komponen ini berhubungan dengan cara pengiriman produk berupa barang atau jasa yang lebih baik oleh perusahaan. Semua ini termasuk dalam kategori yang disebut dengan nilai tambah yang merupakan konsep terpisah tetapi berkaitan.

10) Resource & Development komponen ini merupakan kategori tunggal yang berhubungan dengan usaha penelitian secara terus menerus untuk


(42)

menghasilkan produk atau jasa terbaru. Hal ini juga merupakan konsep penting yang seringkali disebutkan dalam literatur yang merupakan komponen terpisah secara logis dari semua komponen modal intelektual lainnya.

2.1.6.3 Manfaat Intellectual Capital Disclosure

Manfaat Intellectual Capital Disclosure antara lain dapat mendongkrak reputasi, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi perusahaan, serta memberikan informasi yang lebih komprehensif untuk membuat keputusan investasi. Intellectual Capital Disclosure merupakan informasi privat yang penting (Aboody dan Lev, 2000) sehingga dapat dijadikan sebagai dasar keputusan investasi, menurunkan risiko estimasi, mencapai harga saham yang tepat, serta menurunkan biaya ekuitas. Beberapa perusahaan memilih untuk tidak mengungkapkan modal intelektual secara komprehensif karena manajer khawatir jika pesaing dapat mengetahui letak keunggulan perusahaan (Mangena et al., 2010). Hal ini terjadi pada perusahaan kelas menengah kebawah yang masih rentan tergilas persaingan bisnis.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.

Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) sebagai ukuran efisiensi intellectual capital yang terdiri dari tiga komponen yaitu Human Capital, Structural Capital, dan Capital Employed. Kombinasi dari ketiga komponen


(43)

tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan. Perusahaan dalam mengelola pengetahuan, keterampilan dan keahlian modal manusia dengan didukung oleh modal struktural yang memudahkan dalam kegiatan operasional perusahaan, ditambah pula dengan modal yang digunakan akan meningkatkan aset perusahaan tersebut. Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen intellectual capital, menunjukkan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset (Wahdikorin, 2010).

Return on assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur jumlah laba yang diperoleh dari tiap rupiah aset yang dimiliki oleh perusahaan. Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi penggunaan total aset untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi Return on assets (ROA) suatu perusahaan semakin tinggi pula keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan aset. Return on assets (ROA) juga memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan mengkonversikan dana yang telah diinvestasikan menjadi laba bersih kepada para investor.

Sesuai dengan resource based theory, dimana dengan memiliki sumber daya dan pengetahuan yang dikelola dengan baik akan meningkatkan kinerja perusahaan. Apabila perusahaan memiliki intellectual capital yang baik maka nilai kinerja perusahaan dalam laporan keuangan meningkatkan kepercayaan para stakeholder terhadap perusahaan, karena stakeholder percaya dengan perusahaan sehingga stakeholder mau berinvestasi pada perusahaan tersebut.


(44)

Penelitian yang dilakukan oleh Zuliyati (2011), Kumukama et al., (2011), Kumalasari dan Astika (2011), Comepa et al., (2011) menunjukkan bahwa Intellectual Capital (IC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return on assets (ROA). Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah

H1: Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

2.2.2 Pengaruh Intellectual Capital Disclosure terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Legitimacy theory mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan sukarela sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban terhadap kontrak sosial yang dimiliki antara perusahaan dengan komunitas disekitarnya (Guthrie et al., 2004). Selain pengungkapan sukarela, aset tidak berwujud berupa Intellectual Capital, perusahaan juga mengungkapkan hasil kinerja finansial atau hasil kinerja ekonomi (Utomo, 2015).

Rasio profitabilitas memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat pengembalian dan mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari aktivitas operasional perusahaan akan penggunaan asset yang dimiliki perusahaan dalam pengkreasian nilai perusahaan. Kestabilan rasio ini menunjukkan stabilitas tingkat pengembalian atas modal yang ditanam oleh investor (Wardhani, 2009).


(45)

pada kinerja perusahaan di BEI, namun hasil yang berbeda penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2015) menyatakan bahwa Intellectual Capital Disclosure tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan (ROA). Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis penelitan ini adalah:

H2: Intellectual Capital Disclosure berpengaruh Positif terhadap kinerja keuangan.


(1)

terkait (seperti halnya proses yang terus berlangsung dalam perusahaan, dan tidak hanya sekedar atribut pegawai).

3) Budaya perusahaan terdiri dari 4 komponen meliputi: budaya perusahaan, filosofi manajemen, kepemimpinan, dan komunikasi semua komponen ini merupakan komponen lingkungan yang memberikan fasilitas berupa lingkungan kerja yang produktif dan kreatif.

4) Konsumen terdiri dari 8 komponen meliputi: kepuasan konsumen, pengakuan konsumen, loyalitas konsumen, customer base, mempertahankan konsumen, customer service, customer support dan market share semua komponen ini berhubungan dengan faktor konsumen sebagai asset perusahaan.

5) Teknologi informasi terdiri dari 7 komponen meliputi: teknologi informasi, jaringan, computer software, operating system, electronic data interchange, semua ini berhubungan dengan perangkat keras ataupun perangkat lunak dari sebuah manajemen informasi. Telekomunikasi dan infrastruktur berhubungan dengan teknologi informasi, tetapi tidak secara khusus, jadi hal ini akan diikutsertakan dalam kategori ini.

6) Intellectual property terdiri dari 7 komponen meliputi: intellectual property, hak paten, hak cipta, assets perusahaan semua komponen ini dalam lembar neraca perusahaan yang konvensional akan disertakan dalam intangibles, yang secara khusus didefinisikan dan dinyatakan sebagai asset dilindungi dan juga disertakan dalam kategori ini sebagai kesepakatan pemberian surat


(2)

ijin dan kesepakatan untuk melakukan franchising yang terpisah tetapi memiliki konsep terkait.

7) Partnership dan rekanan terdiri dari 2 komponen meliputi: rekanan dan join venture. Kategori ini mengacu pada perjanjian pekerjaan dengan entitas lain yang menghasilkan suatu produk dimana entitas lain tidak dapat memproduksinya secara individual. Masing-masing entitas ini memberikan sejumlah pengaruh dalam literatur yang mendukung nilainya sebagai kategori tunggal.

8) Personil terdiri dari 7 komponen meliputi: sumber daya manusia, kepuasan pegawai, personil, employee retention, fleksibilitas waktu, telecommunication, pemberdayaan semua ini merupakan komponen yang berhubungan dengan asset tenaga kerja atau asset sumber daya manusia bagi perusahaan, baik secara langsung maupun mengacu pada kebijakan spesifikasi yang dapat membantu untuk mempertahankan konsumen yang berkualitas.

9) Proses kepemilikan terdiri dari 6 komponen meliputi: inovasi, inovatif, proses kepemilikan, rahasia dagang, dan metodologi lainnya. Semua komponen ini berhubungan dengan cara pengiriman produk berupa barang atau jasa yang lebih baik oleh perusahaan. Semua ini termasuk dalam kategori yang disebut dengan nilai tambah yang merupakan konsep terpisah tetapi berkaitan.

10) Resource & Development komponen ini merupakan kategori tunggal yang berhubungan dengan usaha penelitian secara terus menerus untuk


(3)

menghasilkan produk atau jasa terbaru. Hal ini juga merupakan konsep penting yang seringkali disebutkan dalam literatur yang merupakan komponen terpisah secara logis dari semua komponen modal intelektual lainnya.

2.1.6.3 Manfaat Intellectual Capital Disclosure

Manfaat Intellectual Capital Disclosure antara lain dapat mendongkrak reputasi, meningkatkan akuntabilitas dan transparansi perusahaan, serta memberikan informasi yang lebih komprehensif untuk membuat keputusan investasi. Intellectual Capital Disclosure merupakan informasi privat yang penting (Aboody dan Lev, 2000) sehingga dapat dijadikan sebagai dasar keputusan investasi, menurunkan risiko estimasi, mencapai harga saham yang tepat, serta menurunkan biaya ekuitas. Beberapa perusahaan memilih untuk tidak mengungkapkan modal intelektual secara komprehensif karena manajer khawatir jika pesaing dapat mengetahui letak keunggulan perusahaan (Mangena et al., 2010). Hal ini terjadi pada perusahaan kelas menengah kebawah yang masih rentan tergilas persaingan bisnis.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.

Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) sebagai ukuran efisiensi intellectual capital yang terdiri dari tiga komponen yaitu Human Capital, Structural Capital, dan Capital Employed. Kombinasi dari ketiga komponen


(4)

tersebut akan menghasilkan nilai perusahaan. Perusahaan dalam mengelola pengetahuan, keterampilan dan keahlian modal manusia dengan didukung oleh modal struktural yang memudahkan dalam kegiatan operasional perusahaan, ditambah pula dengan modal yang digunakan akan meningkatkan aset perusahaan tersebut. Semakin baik perusahaan dalam mengelola ketiga komponen intellectual capital, menunjukkan semakin baik perusahaan dalam mengelola aset (Wahdikorin, 2010).

Return on assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang mengukur jumlah laba yang diperoleh dari tiap rupiah aset yang dimiliki oleh perusahaan. Return on assets (ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan efisiensi penggunaan total aset untuk operasional perusahaan. Semakin tinggi Return on assets (ROA) suatu perusahaan semakin tinggi pula keuntungan yang dicapai perusahaan tersebut dan semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan aset. Return on assets (ROA) juga memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan mengkonversikan dana yang telah diinvestasikan menjadi laba bersih kepada para investor.

Sesuai dengan resource based theory, dimana dengan memiliki sumber daya dan pengetahuan yang dikelola dengan baik akan meningkatkan kinerja perusahaan. Apabila perusahaan memiliki intellectual capital yang baik maka nilai kinerja perusahaan dalam laporan keuangan meningkatkan kepercayaan para stakeholder terhadap perusahaan, karena stakeholder percaya dengan perusahaan sehingga stakeholder mau berinvestasi pada perusahaan tersebut.


(5)

Penelitian yang dilakukan oleh Zuliyati (2011), Kumukama et al., (2011), Kumalasari dan Astika (2011), Comepa et al., (2011) menunjukkan bahwa Intellectual Capital (IC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan Return on assets (ROA). Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah

H1: Value Added Intellectual Coefficient (VAICTM) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

2.2.2 Pengaruh Intellectual Capital Disclosure terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Legitimacy theory mendorong perusahaan untuk melakukan pengungkapan sukarela sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban terhadap kontrak sosial yang dimiliki antara perusahaan dengan komunitas disekitarnya (Guthrie et al., 2004). Selain pengungkapan sukarela, aset tidak berwujud berupa Intellectual Capital, perusahaan juga mengungkapkan hasil kinerja finansial atau hasil kinerja ekonomi (Utomo, 2015).

Rasio profitabilitas memberikan informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan tingkat pengembalian dan mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari aktivitas operasional perusahaan akan penggunaan asset yang dimiliki perusahaan dalam pengkreasian nilai perusahaan. Kestabilan rasio ini menunjukkan stabilitas tingkat pengembalian atas modal yang ditanam oleh investor (Wardhani, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Ulum (2009) dan Wardhani (2009) yang menyatakan bahwa Intellectual Capital Disclosure berpengaruh positif signifikan


(6)

pada kinerja perusahaan di BEI, namun hasil yang berbeda penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2015) menyatakan bahwa Intellectual Capital Disclosure tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan (ROA). Berdasarkan penjelasan diatas, maka hipotesis penelitan ini adalah:

H2: Intellectual Capital Disclosure berpengaruh Positif terhadap kinerja keuangan.