EFEKTIVITAS PENGGUNAAN E- BILLING BAGI WAJIB PAJAK.

(1)

i

EFEKTIVITAS PENGUNAAN e-BILLING BAGI WAJIB PAJAK

Oleh:

NGAKAN PUTU BAYU MAHAYASA NIM: 1306043038

Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing serta diuji pada tanggal :

Tim Penguji : Tanda Tangan

1. Ketua : Dr. I Ketut Sujana, SE., Ak., MSi ……….

2. Sekretaris : Naniek Noviari,

SE., M.Si., AK, ………

Mengetahui,

Ketua Program Pembimbing

( Drs. I Komang Ardana, MM ) (Dr. I Ketut Sujana, SE., AK., Msi )


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Esa , karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang berjudul “Efektifitas Penggunaan e-Billng Bagi Wajib Pajak”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Drs. I Komang Ardana, MM. Selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita Udayana.

4. Bapak Dr. I Ketut Sujana, SE., M.Si.,Ak. selaku pembimbing Tugas Akhir Studi yang telah banyak membantu dan memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis pada saat PKL dan dalam penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL).

5. Ibu Naniek Noviari, SE., M.Si., Ak. Selaku Pembimbing Akademik yang selalu senantiasa memberikan semangat, dorongan, pengarahan dan nasehat


(4)

iv

kepada penulis saat melaksanakan studi di Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita Udayana.

6. Seluruh staf dosen yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti kuliah pada Program Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Seluruh Panitia Tugas Akhir Studi.

8. Bapak N.Fian Varian Jaya Sukartha, S.E., M.A., selaku pimpinan CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan yang telah memberi penulis melaksanakan PKL pada instansi yang bersangkutan.

9. Seluruh staf dan pegawai CV. Sukartha Karya Sejahtera dan Rekan sebagai perusahaan tempat PKL penulis yang telah banyak membantu dan memberikan banyak kesempatan bagi penulis untuk menyalurkan ilmu yang pernah penulis pelajari di lapangan secara nyata.

10. Orang Tua Penulis dan Adik Kandung Penulis yang selalu memberikan dukungan moral maupun material untuk memotivasi penulis dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini.

11. Teman dan sahabat penulis, Decky Sanjya, Wayan Jyoti Subali, Edy Arimbawa, Komang Pande Gerry Astrana Putra, Made Dwi Arsa Wijaya, dan I Made Wira Adi Pratama, yang tiada henti memberikan masukan dan semangat kepada penulis.

12. Keluarga ST. Dharma Shanti yang selalu mendukung dan memberi semangat penulis agar dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja lapangan (PKL).


(5)

v

13. Semua pihak yang telah membantu dalam menyumbngkan pikiran, saran dan kritik secara langsung maupun tidak langsung sehingga menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL).

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir Studi ini masih belum sempurna karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, April 2016


(6)

vi

Judul : Efektivitas Penggunaan e-Billing bagi Wajib Pajak

Nama : Ngakan Putu Bayu Mahayasa

Nim : 1306043038

ABSTRAK

Melakukan pembayaran pajak merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sebagai wajib pajak. Seperti pengertiannya, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan infrastruktur- infratruktur yang diperlukan untuk membangun Indonesia menjadi Negara yang lebih baik.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini menjelaskan/ mendeskripsikan efektivitas sistem pembayaran pajak secara elektronik dengan sumber data dari dokumen surat setoran elektronik yang dimiliki oleh wajib pajak di CV. Sukartha Karya Sejahtera

Hasil penelitian ini menunjukkan efektivitas penggunaan e-Billing bagi wajib pajak, pembayaran pajak lebih efektif dalam hal pembuatan kode billing dan lebih akurat karena sistem membimbing wajib pajak dalam pengisian surat setoran pajak. Secara prosedur, pembayaran pajak lebih mudah karena bisa melalui anjungan tunai mandiri dan internet banking serta lebih cepat karena hanya tinggal memasukkan kode billing tanpa memasukkan identitas wajib pajak.


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kegunaan Penelitian…………... 4

1.4 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1 Landasan Teori ... 7

2.1.1 Pengertian Pajak ... 7

2.1.2 Fungsi Pajak ... 9

2.1.3 Pengertian Pajak Penghasilan ... 9

2.1.4 Subjek Pajak ... 10

2.1.5 Sistem Pemungutan Pajak ... 13

2.1.6 Pengertian Objek Pajak ... 14

2.1.7 Pengertian e-Billing ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Lokasi Penelitian ... 19

3.2 Objek Penelitian ... 19

3.3 Identifikasi Variabel ... 19

3.4 Defisini Operasional Variabel ... 20

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 20

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.7 Teknis Analisis Data ... 21

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 22


(8)

viii

4.1.1 Sejarah Berdirinya CV. Sukartha Karya Sejahtera .. 22

4.1.2 Bidang Tugas/ Instansi Kegiatan ... 23

4.1.3 Stuktur Organisasi dan Uraian Jabatan ... 24

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 27

4.2.1 Sistem Pembuatan Kode Billing ... 27

4.2.2 Prosedur Pembayaran Pajak dengan Kode Billing ... 29

4.2.3 Mekanisme Penyetoran Pajak Melalui Teller Bank/ Pos Persepsi dengan Menggunakan SSP ... 30

4.2.4 Efektivitas Penggunaan e-Billing Bagi Wajib Pajak 33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 34

5.1 Simpulan ... 34

5.2 Saran ... 36 DAFTAR RUJUKAN


(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran


(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melakukan pembayaran pajak merupakan suatu hal yang wajib dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sebagai wajib pajak. Seperti pengertiannya, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan infrastruktur – infratruktur yang diperlukan untuk membangun Indonesia menjadi Negara yang lebih baik.

Namun faktanya, banyak wajib pajak yang mengabaikan kewajiban perpajakannya dengan berbagai alasan. Salah satunya karena proses pembayaran yang sulit. Pemerintah telah mengupayakan berbagai cara agar pembayaran pajak menjadi lebih mudah dan tentu saja mengutamakan kepentingan wajib pajak Direktorat Jenderal Pajak telah banyak menerima kritikan terkait pembayaran pajak yang butuh energi ekstra. Bayar Pajak itu rumit, menyita waktu dan biaya. Pertama harus


(12)

2

minta surat setoran pajak ke kantor pajak. Kemudian diisi manual satu-satu dan tidak boleh salah.. Wajib pajak harus pergi ke Bank dengan perhitungan biaya bensin, biaya parkir dan mengantre di Teller Bank. Setelah itu wajib pajak harus ke Kantor Pajak lagi untuk lapor. Wajar jika wajib pajak banyak memiliki keluhan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Permasalahan lain yang tidak kalah penting adalah isian di dalam surat setoran pajak yang tidak sedikit dengan referensi Kode Akun Pajak dan Kode Jenis Setoran yang sulit dimengerti oleh wajib pajak. Belum lagi, surat setoran pajak tersebut diserahkan kepada Teller Bank/Pos, lalu direkam semuanya, sehingga bukan hanya lama, tapi sering terjadi kesalahan. Saat ini, banyak metode pembayaran yang tentu lebih efektif jika dibandingkan dengan metode pembayaran pajak menggunakan surat setoran pajak dan Direktorat Jenderal Pajak juga diharapkan menerapkan sistem pembayaran yang lebih cepat dan efisien.

Pajak bercita-cita bahwa pembayaran pajak bisa modern. Belajar dari best practice sistem pembayaran online, Direktorat Jenderal Pajak juga menerapkan sistem yang serupa untuk memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya yang disebut dengan Kode Billing.

Permasalahannya, penetapan jumlah pajak terutang ada dua macam, yaitu official assessment dan self assessment. Kalau official assessment, kita bisa menerapkan model seperti PLN atau Telkom, yakni


(13)

3

billing diterbitkan oleh Biller-nya. Dalam hal ini, untuk surat tagiha pajak, surat ketetapan pajak dan surat pemberitahuan pajak terutang akan diterbitkan Kode Billing.

Untuk jenis pajak self-assessment, Direktorat Jenderal Pajak mengadopsi model pembayaran tiket pesawat. Kalau tiket pesawat, pembeli mengisi data melalui website perusahaan. Jadi untuk pajak, wajib pajak merekam setorannya melalui portal pajak.go.id. Dengan menggunakan formulir elektronik, wajib pajak bisa dibantu dengan opsi-opsi dan fitur pengisian.

Saat ini Wajib Pajak dapat lebih mudah dalam pemenuhan kewajiban perpajakan karena sistem pembayaran ini sudah diterapkan dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas elektronik yang telah disediakan Direktorat Jenderal Pajak. Salah satu fasilitas tersebut adalah sistem pembayaran secara elektronik ( e-Billing ). Sistem pembayaran pajak secara elektronik adalah bagian dari sistem Penerimaan Negara secara elektronik yang diadministrasikan oleh Biller Direktorat Jenderal Pajak dan menerapkan e-Billing. e-Billing adalah sistem pembayaran elektronik dengan menggunakan kode billing. Namun dalam pelaksanaannya tentu sistem ini memiliki kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan dengan sistem yang sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang menjadi pokok permasalahan yaitu “ Bagaimana Efektivitas Penggunaan e-Billing Bagi Wajib Pajak”.


(14)

4

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana efektivitas penggunaan e-billing bagi wajib pajak.

1.3 Kegunaan Penelitian 1) Kegunaan Teoretis

Secara teoretis ,penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peningkatkan mutu pendidikan di bidang perpajakan khususnya mengenai efektivitas penggunaan e-billing bagi wajib pajak.

2) Kegunaan Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi wajib pajak untuk mengetahui efektivitas pengunaan e-billing bagi wajib pajak serta bagi pihak lain ini juga diharapkan dapat membantu dalam penyajian informasi jika melakukan penelitian serupa.

1.4 Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam pembahasan materi yang ada di dalam Tugas Akhir Studi ini, maka sistematika penulisan laporan ini dapat disajikan sebagai berikut:


(15)

5

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah,tujuan, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka

Bab ini memuat tentang landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini berisikan gambaran umum daerah/deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan bagian akhir dari laporan yang berisi simpulan berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dan dapat ditarik simpulan yang berguna bagi wajib pajak di masa mendatang.


(16)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional.

Menurut Mardiasmo (2011:1), “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan


(17)

8

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pada Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Menurut Waluyo (2011;2) “Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayar menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaram-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas yang menyelenggarakan pemerintahan”.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut.

1) Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan

pelaksanaanya yang sifatnya dapat dipaksakan.

2) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontrapretasi individual oleh pemerintah.

3) Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4) Pajak diperuntuhkan bagi pengeluaran – pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.


(18)

9

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak memiliki fungsi sebagai sumber pendapatan Negara, namun fungsi tersebut bukanlah merupakan fungsi utama. Ada dua fungsi pajak, yaitu:

1) Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai

instrument pengumpul dana guna membiayai

pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Ditujukkan dengan masuknya pajak ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

2) Fungsi Mengatur (Regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. yaitu pajak dimanfaatkan sebagai instrumen pengatur melalui kebijakan-kebijakan yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat, misalnya untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, redistribusi pendapatan, dan stabilisasi ekonomi.

2.1.3 Pengertian Pajak Penghasilan

Pajak penghasilan sesuai dengan pasal 1 Undang Undang pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan yang diterima dalam tahun pajak. Oleh karena itu Pajak Penghasilan melekat pada subyeknya. Pajak Penghasilan termasuk salah satu jenis pajak subjektif. Subyek pajak akan dikenai pajak apabila dia


(19)

10

menerima atau memperoleh penghasilan. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, subyek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan disebut sebagai Wajib Pajak.

Definisi penghasilan menurut UU PPh adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun adalah objek pajak.

2.1.4 Subjek Pajak

Subjek Pajak Penghasilan diatur pada Pasal 2 Ayat 1 Undang Undang Pajak Penghassilan N0. 36 tahun 2008, yaitu.:

1) Orang Pribadi yang dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak, atau ahli waris.

3) Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, Badan Usaha Milik Negaraatau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi


(20)

11

sosial politik atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

4) Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

Sedangkan pada Pasal 2 Ayat (2) Undang Undang Pajak Penghasilan, Subjek Pajak dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok, yaitu:

1) Subjek Pajak Dalam Negeri terdiri atas :

Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia, badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

2) Subjek Pajak Luar Negeri terdiri atas:

(1)Subjek Pajak Orang Pribadi, yaitu orang yang tidak bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan

(2)Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia


(21)

12

(3)Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

3) Subjek Pajak Badan, yaitu badan yang tidak berkedudukan di Indonesia yang:

(1)Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

(2)Dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Yang bukan termasuk subjek pajak:

1) Kantor perwakilan Negara Asing.

2) Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat:

(1)Bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatannya di Indonesia.

(2)Negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik. (3)Organisasi Internasional, dengan syarat:


(22)

13

b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari

c) Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

(4)Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat: a) Bukan warga negara Indonesia.

b) Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia

2.1.5 Sistem pemungutan pajak

Menurut Waluyo (2010:17), sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3, yaitu.

1)Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.

Ciri-ciri official assessment system adalah sebagai berikut.

a)Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.

b)Wajib Pajak bersifat pasif.

c)Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.


(23)

14

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jwab kepada Wajib Pajak

untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan

melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar 3)Withholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2.1.6 Pengertian Objek Pajak

Objek pajak yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:

1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;

2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; 3) Laba usaha;

4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah

dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.


(24)

15

6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

8) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. 10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tetentu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah.

12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing. 13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. 14) Premi asuransi.

15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. 16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

Sedangkan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Undang-Udang Nomor 36 Tahun 2008 adalah:

1) Bantuan sumbangan dan harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha


(25)

16

kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

2) Warisan

3) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

4) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.

5) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

6) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.

7) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

8) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.


(26)

17

9) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.

10) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha.

11) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia.

2.1.7 Pengertian e-Billing

Saat ini Wajib Pajak dapat lebih mudah dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas elektronik yang telah disediakan Direktorat Jenderal Pajak. Salah satu fasilitas tersebut adalah metode pembayaran pembayaran pajak menggunakan kode billing (Billing System). Sistem pembayaran pajak secara elektronik adalah bagian dari sistem Penerimaan Negara secara elektronik yang diadministrasikan oleh Biller Direktorat Jenderal Pajak dan menerapkan Billing System. Billing System adalah metode pembayaran elektronik dengan menggunakan kode billing.

Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran/penyetoran pajak dengan sistem pembayaran pajak secara elektronik. Pembayaran/penyetoran pajak meliputi seluruh jenis pajak, kecuali:


(27)

18

1) Pajak dalam rangka impor yang diadministrasikan pembayarannya oleh Biller Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; dan

2) Pajak yang tata cara pembayarannya diatur secara khusus.

Pembayaran/ penyetoran pajak tersebut, meliputi pembayaran dalam mata uang Rupiah dan Dollar Amerika Serikat. Pembayaran dalam mata uang Dollar Amerika Serikat hanya dapat dilakukan untuk Pajak Penghasilan Pasal 25, Pajak Penghasilan Pasal 29 dan Pajak Penghasilan yang bersifat Final yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak yang memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa

Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat. Transaksi

pembayaran/penyetoran pajak secara elektronik, dilakukan melalui Bank/ Pos Persepsi dengan menggunakan kode billing. Kode billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan melalui Sistem Billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan wajib pajak.


(1)

13

b) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari

c) Indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

(4)Pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat: a) Bukan warga negara Indonesia.

b) Tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia

2.1.5 Sistem pemungutan pajak

Menurut Waluyo (2010:17), sistem pemungutan pajak dibagi menjadi 3, yaitu.

1)Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.

Ciri-ciri official assessment system adalah sebagai berikut.

a)Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.

b)Wajib Pajak bersifat pasif.

c)Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus.


(2)

14

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jwab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar

3)Withholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2.1.6 Pengertian Objek Pajak

Objek pajak yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk:

1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;

2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan; 3) Laba usaha;

4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.


(3)

15

6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

8) Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. 10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tetentu yang ditetapkan Peraturan Pemerintah.

12) Keuntungan selisih kurs mata uang asing. 13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. 14) Premi asuransi.

15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. 16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak.

17) Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

18) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang–Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan.

Sedangkan yang tidak termasuk sebagai Objek Pajak berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Undang-Udang Nomor 36 Tahun 2008 adalah:

1) Bantuan sumbangan dan harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha


(4)

16

kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

2) Warisan

3) Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal.

4) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah.

5) Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

6) Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia.

7) Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai.

8) Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.


(5)

17

9) Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi.

10) Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha.

11) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia.

2.1.7 Pengertian e-Billing

Saat ini Wajib Pajak dapat lebih mudah dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas elektronik yang telah disediakan Direktorat Jenderal Pajak. Salah satu fasilitas tersebut adalah metode pembayaran pembayaran pajak menggunakan kode billing (Billing System). Sistem pembayaran pajak secara elektronik adalah bagian dari sistem Penerimaan Negara secara elektronik yang diadministrasikan oleh Biller Direktorat Jenderal Pajak dan menerapkan Billing System. Billing System adalah metode pembayaran elektronik dengan menggunakan kode billing.

Wajib Pajak dapat melakukan pembayaran/penyetoran pajak dengan sistem pembayaran pajak secara elektronik. Pembayaran/penyetoran pajak meliputi seluruh jenis pajak, kecuali:


(6)

18

1) Pajak dalam rangka impor yang diadministrasikan pembayarannya oleh Biller Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; dan

2) Pajak yang tata cara pembayarannya diatur secara khusus.

Pembayaran/ penyetoran pajak tersebut, meliputi pembayaran dalam mata uang Rupiah dan Dollar Amerika Serikat. Pembayaran dalam mata uang Dollar Amerika Serikat hanya dapat dilakukan untuk Pajak Penghasilan Pasal 25, Pajak Penghasilan Pasal 29 dan Pajak Penghasilan yang bersifat Final yang dibayar sendiri oleh Wajib Pajak yang memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat. Transaksi pembayaran/penyetoran pajak secara elektronik, dilakukan melalui Bank/ Pos Persepsi dengan menggunakan kode billing. Kode billing adalah kode identifikasi yang diterbitkan melalui Sistem Billing atas suatu jenis pembayaran atau setoran yang akan dilakukan wajib pajak.