PENGEMBANGAN POTENSI EKOWISATA DI DESA LIANG NDARA KABUPATEN MANGGARAI BARAT.
i
PENGEMBANGAN POTENSI EKOWISATA
DI DESA LIANG NDARA KABUPATEN MANGGARAI
BARAT
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu bidang pariwisata
AURILIA HANSNI YANITA ADA 1112015024
PROGRAM STUDI S1 DESTINASI PARIWISATA
FAKULTAS PARIWISATA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
(2)
ii HALAMAN PENGESAHAN
PENGEMBANGAN POTENSI EKOWISATA
DI DESA LIANG NDARA KABUPATEN MANGGARAI
BARAT
Nama : Aurilia Hansni Yanita Ada NIM : 1112015024
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Program Studi S1 Destinasi Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana.
Denpasar, 11 April 2016
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. I Nyoman Sukma Arida, S.Si.,M.Si. Ida Bagus Suryawan, ST,M.Si. NIP. 19750710200501 1 003 NIP. 19781229 200501 1 001
Mengetahui
Dekan Fakultas Pariwisata Ketua Program Studi S1 Destinasi Universitas Udayana Pariwisata Fakultas Pariwisata
Universitas Udayana
Drs. I Made Sendra, M.Si. IGA. Oka Mahagangga, S.Sos, M.si. NIP. 19650822 200003 1 001 NIP. 19771010 200604 1 004
(3)
iii HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI
PENGEMBANGAN POTENSI EKOWISATA
DI DESA LIANG NDARA KABUPATEN MANGGARAI
BARAT
Nama : Aurilia Hansni Yanita Ada NIM : 1112015024
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Program Studi S1 Destinasi Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana pada tanggal 11April 2016 dan dinyatakan Lulus dengan predikat Memuaskan.
TIM PENGUJI
Ketua : Dr. I Nyoman Sukma Arida, S.Si.,M.Si. ( )
Sekretaris : Ida Bagus Suryawan, ST,M.Si. ( )
Anggota : 1. I Made Adikampana, S.T.,M.Si. ( )
2. Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si. ( )
3. Dra. LP. Kerti Pujani, M.Si. ( )
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pariwisata Ketua Program Studi S1 Destinasi Universitas Udayana Pariwisata Fakultas Pariwisata
Universitas Udayana
Drs. I Made Sendra, M.Si. I Gst. Ag. Oka Mahagangga, S.Sos.,M.Si. NIP. 19650822 200003 1 001 NIP. 19771010 200604 1 004
(4)
iv KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengembangan Potensi Ekowisata di Desa
Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadarai sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. I Made Sendra, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana;
2. I Gusti Agung Oka Mahagangga S.Sos.,M.Si. selaku Ketua Program S1 Studi Destinasi Pariwisata yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;
3. I Made Adikampana, ST.,MT. selaku dosen pembimbing akademis yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran yang membangun kepada penulis selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Destinasi Pariwisata;
4. Dr. I Nyoman Sukma Arida, S.Si.,M. Si. selaku pembimbing 1 yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran-sarannya dalam proses penyusunan laporan akhir; penelitian di lapangan hingga penulisan skripsi ini;
5. Ida Bagus Suryawan, ST.,M.Si. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran-sarannya dalam proses penyusunan laporan akhir, penelitian di lapangan hingga penulisan skripsi ini; 6. Tim dosen penguji dan seluruh dosen di lingkungan Program Studi S1 Destinasi
Pariwisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana yang telah membagi ilmu dan pengetahuannya kepada penulis;
(5)
v 7. Para informan di Desa Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat yang telah memberikan akses dan informasi yang diperlukan penulis dalam menyusun skripsi ini;
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pariwisata Universitas Udayana;
9. Kepada kedua orang tua; Bapak Yoseph Ugis dan Ibu Maria Bia dan keluarga penulis yang mendukung, menyemangati dan menemani penulis secara moral dan material dalam menyelesaikan skripsi ini;
10.Teman-teman program Studi S1 destinasi Pariwisata angkatan 2011, yang telah mendukung dan menyemangati penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini tentunya masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan kepariwisataan di Indonesia pada umumnya dan Nusa Tenggara Timur pada khususnya.
Denpasar, 11 April 2016
(6)
vi DAFTAR ISI
JUDUL ...
JUDUL PRASYARAT ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
ABSTRAK ... xi
ABSTRACT ... xii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 8
1.3Tujuan Penelitian ... 9
1.4Manfaat Penelitian ... 9
1.5Sistematika Pembahasan ... 10
BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 12
2.2Landasan Konsep ... 14
2.2.1 Pariwisata Pedesaan ... 14
2.2.2 Pariwisata Berbasis Masyarakat ... 15
2.2.3 Pariwisata Berkelanjutan ... 16
2.2.4 Pariwisata Alternatif ... 18
2.2.5 Ekowisata ... 19
2.2.6 Konsep Prinsip-Prinsip Ekowisata ... 20
2.2.7 Konsep Potensi Wisata ... 23
2.2.8 Konsep Pengembangan Ekowisata ... 24
BAB III METODE PENELITIAN 3.1Lokasi Penelitian ... 25
3.2Ruang Lingkup Penelitian ... 25
3.3Jenis dan Sumber Data ... 29
3.3.1 Jenis Data ... 29
3.3.2 Sumber Data ... 30
3.4Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.5Teknik Penentuan Informan ... 32
3.6Teknik Analisis Data ... 32
BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Desa Liang Ndara ... 35
4.1.1 Letak Geografis Desa Liang Ndara ... 35
4.1.2 Penduduk dan Demografi ... 36
4.2Aksesibilitas ... 37
4.3Sarana Wisata ... 38
4.4Lembaga Pengelolaan ... 42
4.5Potensi dan Atraksi Ekowisata di Desa Liang Ndara ... 48
4.5.1 Potensi dan Atraksi Ekowisata Alamiah ... 48
(7)
vii 4.6Praktek Ekowisata dan Kesesuaiannya dengan Prinsip-
Prinsip Ekowisata ... 67 4.6.1 Praktek Ekowisata di Desa Liang Ndara berdasarkan
prinsip-prinsip ekowisata yang dihasilkan dalam
penyelenggaraan dan pelatihan ekowisata di Bali ... 67 4.6.2 Kesesuaian praktek ekowisata di Desa Liang Ndara
dengan prinsip-prinsip ekowisata yang dihasilkan dalam penyelenggaraan dan pelatihan ekowisata di Bali ... 80 4.7Upaya Yang Dapat Dilakukan Dalam Pengembangan Potensi
Ekowisata di Desa Liang Ndara ... 82 BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan ... 86 5.2Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA
(8)
viii DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Manggarai ... 2 Tabel 1.2 Data Kunjungan Wisatawan ke Desa Liang Ndara ... 5 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Desa Liang Ndara Menurut Pekerjaan ... 37 Tabel 4.3 Evaluasi Praktek Ekowisata di Desa Liang Ndara Berdasarkan
(9)
ix DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Manggarai Barat ... 35
Gambar 4.2 Peta Desa Liang Ndara ... 36
Gambar 4.3 Penginapan ... 39
Gambar 4.4 Kios Cendramata ... 40
Gambar 4.5 Papan Informasi Wisata ... 40
Gambar 4.6 Tempat Sampah ... 41
Gambar 4.7 Toilet ... 41
Gambar 4.8 Gunung Mbeliling ... 50
Gambar 4.9 Air Terjun Liang Kantor ... 51
Gambar 4.10 Air Terjun Cunca Rami ... 52
Gambar 4.11 Gua Liang Niki... 53
Gambar 4.12 Puncak Melo ... 55
Gambar 4.13 Perpustakaan Taman Bacaan Pelangi ... 56
Gambar 4.14 Tarian Caci ... 57
Gambar 4.15 Tarian Rangkuk Alu ... 58
Gambar 4.16 Tarian Ndundung Ndake ... 59
Gambar 4.17 Batu Compang Kafir ... 61
Gambar 4.18 Logam Talang ... 62
Gambar 4.19 Kegiatan Menenun dan Menganyam ... 64
Gambar 4.20 Hasil Kerajinan Masyarakat Liang Ndara ... 64
Gambar 4.21 Kegiatan Penyulingan Sopi ... 66
(10)
x DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Informan Lampiran 2 Pedoman Wawancara Lampiran 3 Dokumentasi
(11)
xi ABSTRAK
Program Studi S1 Destinasi Pariwisata Fakultas Pariwisata
Universitas Udayana Skripsi
A. Nama : Aurilia Hansni Yanita Ada
B. Judul : PENGEMBANGAN POTENSI EKOWISATA DI DESA LIANG NDARA KABUPATEN
MANGGARAI BARAT
C. Jumlah Halaman : xiii + 89 halaman + 8 lampiran
D. Ringkasan :
Ekowisata merupakan perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara melakukan konservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Perubahan permintaan pasar dan motivasi wisatawan untuk berwisata ke tempat-tempat yang masih alami semakin besar, merupakan faktor pendorong bagi dikembangkannya pariwisata yang berorientasi pada lingkungan alam dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Desa Liang Ndara merupakan salah satu desa yang berada di Kabupaten Manggarai Barat memiliki potensi ekowisata. Namun berdasarakan hasil observasi di lapangan pengembangan potensi ekowisata belum maksimal, sehingga berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui potensi dan atraksi ekowisata, mengetahui praktek ekowisata dan kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip ekowisata dan menentukan upaya apa yang dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi ekowisata di Desa Liang Ndara. Metode penelitian yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi kepustakaan dan teknik penentuan informan yang digunakan adalah purposive, yaitu peneliti menentukan informan atas dasar tujuan penelitian.
Hasil penelitian diperolah, bahwa potensi dan atraksi ekowisata di Desa Liang Ndara adalah Gunung Mbeliling, Air Terjun Liang Kantor, Air Terjun Cunca Rami, Gua Liang Niki, Puncak Melo, Atraksi seni dan budaya, Batu Compang Kafir, Logam
Talang, menenun dan menganyam, penyulingan sopi dan membajak sawah. Praktek ekowisata di Desa Liang Ndara belum sesuai dengan prinsip-prinsip ekowisata Bali. Ada 8 kriteria ekowisata Bali yang belum terpenuhi. Upaya pengembangan yang ideal adalah dengan memenuhi beberapa kriteria yang belum terpenuhi.
(12)
xii ABSTRACT
Tourism Destination Study Programme Tourism of Faculty
Udayana University Final Report A. Name : Aurilia Hansi Yanita Ada
B. Title : Development Ecotourism Potential of Liang Ndara Village West Manggarai Regency
C. Number of pages : xiii + 89 pages + 8 attachments
D. Summary :
Ecotourism is kind of traveling deal with nature by responsible to keep the nature conservation and upgrading the local people prosperity. The changes of marketing demand and tourist motivation to have a traveling to the place which is still nature is getting higher, becoming a supporting aspect in developing the tourism based nature and upgrading the local people.
Liang Ndara Village is one of the village in West Manggarai Regency which has ecotourism potential. Yet, based on the observation, the development of ecotourism potential is not maximize yet, so base on the case the observation was doing in order to know the potentials and the attraction of ecotourism, knowing the ecotourism practice and its similarity with ecotourism principles and to decide what action going to take in develop the ecotourism potential in Liang Ndara village with the research method of qualitative. The data collecting by observation, deeper interview, library study and the informant technique which is used is purposive, that is the researcher deciding the informant base on the research purpose.
The output of the research shows that the potential and the attraction of the ecotourism in Liang Ndara village is Mbeliling Mountain Liang Kantor Waterfall, Cunca Rami Waterfall, Liang Niki Cave,Puncak Melo, Attraction and Culture, Compang Kafir Stone, Logam Talang, weaving, Arak or local wine filtration and icefield culturation. The practice of ecotourism in Liang Ndara village is not the same as the principles of Balinese ecotourism.There are eight criteria of ecotourism which is not fulfilled yet. The ideal effort of ecotourism development is by fulfilling some criteria that is not fulfilled yet.
(13)
xiii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, didalam naskah laporan akhir program/skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh pihak lain untuk mendapatkan karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebut dalam sumber kutipan atau daftar pustaka.
Apabila ternyata didalam naskah laporan akhir/skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan/plagiat, saya bersedia laporan akhir/skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Strata 1) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
Denpasar, 11 April 2016 Yang membuat pernyataan
Nama : Aurilia Hansni Yanita Ada Nim : 1112015024
(14)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata mempersiapkan 10 destinasi wisata unggulan yang akan menjadi prioritas kunjungan wisatawan di tahun 2016, dan Flores khususnya Labuan Bajo menjadi salah satu dari 10 destinasi wisata unggulan di Indonesia yang akan dipromosikan secara besar-besaran di tahun 2016. Salah satu ajang promosi yang dilakukan adalah Tour De Flores yang di selenggarakan pada 16-26 mei 2016. Flores yang terletak di Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki magnet kepariwisataan utama yaitu Kadal Raksasa Komodo, Danau Tiga Warna Kelimutu, Wisata Bahari dan kampung tradisional; Kampung Wae Rebo, Kampung Bena, yang juga didukung oleh kekayaan budaya dan keanekaragaman hayati yang sangat atraktif serta keterbukaan perilaku masyarakat. Hal-hal itu menjadi kekuatan yang cukup meyakinkan untuk mengangkat sektor pariwisata menjadi sektor penggerak utama (leading sector) pembangunan di Flores.
Keberadaan Pulau Flores sebagai salah satu destinasi wisata yang diminati wisatawan tidak terlepas dari potensi-potensi alam maupun budaya yang dimiliki setiap daerah atau kabupaten yang ada di Flores. Kabupaten Manggarai Barat yang merupakan salah satu kabupaten yang berada di ujung barat Pulau Flores memiliki banyak keanekaragaman budaya seperti Tarian Caci, kerajinan lokal, dan potensi alam seperti pantai, danau dan juga potensi lain yang patut dibanggakan terutama dengan adanya Komodo yang pada tahun 2012 menjadi salah satu dari tujuh
(15)
2 keajaiban dunia. Keberadaan Komodo di Kabupaten Manggarai Barat tentu menjadi motivasi khusus wisatawan baik manca negara maupun domestik. Berikut merupakan data kunjungan wisatawan ke Kabupaten Manggarai Barat dari Tahun 2010 hingga Tahun 2014:
Tabel 1.1
Data Kunjungan WisatawanKe Kabupaten Manggarai Barat Priode 2010-2014
Tahun Wisman Wisnus Jumlah TingkatKunjungan
Wisatawan(%)
2010 38.217 2.900 41.117
2011 36.011 5.432 41.443 0,79
2012 26.631 4.734 31.365 -24,32
2013 35.475 9.104 44.579 42,13
2014 44.590 11.862 56.452 26,63
ta pRata-Rata Pertumbuhan Kunjungan 9,04
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Manggarai Barat (2015)
Tabel 1.1 di atas menjelaskan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2010-2011 mengalami peningkatan setiap tahun, namun pada tahun 2012 jumlah wisatawan yang berkunjung mengalami penurunan yang disebabkan oleh kurangnya wisatawan mancanegara yang melakukan cruise ke
(16)
3 Taman Nasional Komodo dengan jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 31.365 orang dengan persentasi tingkat kunjungan sebesar -24,32%. Pada tahun 2013 hingga tahun 2014 kunjungan wisatawan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dimana pada tahun 2013 diadakan Sail Komodo yang mendatangkan banyak wisatawan dengan jumlah kunjungan sebesar 44.579 orang dan pada tahun 2014 sebesar 56.452 orang.
Persaingan yang ketat antara daerah mengharuskan pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat perlu membuat inovasi dengan menyuguhkan berbagai atraksi wisata baik alam maupun budaya melalui berbagai promosi dan kreasi. Melihat potensi daya tarik wisata yang masih sangat alami maka konsep kegiatan wisata yang sangat cocok adalah ekowisata, dimana dalam pengembangan pariwisata dengan konsep ekowisata dapat melestarikan kekayaan alam dan budaya untuk tetap berkelanjutan, selain itu dengan konsep ekowisata dapat memberdayakan masyarakat lokal semaksimal mungkin, karena seluruh aset produksi yang digunakan merupakan milik masyarakat lokal (Suryawan,2014). Sehingga dengan menerapkan konsep ekowisata diharapkan dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Manggarai Barat.
Secara umum perkembangan ekowisata terjadi karena pergeseran pariwisata massal menjadi pariwisata alternatif, dimana ekowisata juga merupakan salah satu bentuk pariwisata alternatif. Wisatawan semakin sadar akan dampak yang terjadi akibat adanya pariwisata massal, sehingga mereka mulai beralih ke pariwisata alternatif. Laporan yang dikeluarkan World Tourism Organization (WTO), mengungkapkan adanya beberapa kecendrungan dan perkembangan baru dalam
(17)
4 dunia kepariwisataan yang mulai muncul pada tahun 1990-an. Dengan adanya kecendrungan masyarakat global, regional dan nasional untuk kembali ke alam (back to nature) maka minat masyarakat untuk berwisata ke tempat-tempat yang masih alami semakin besar. Minat tersebut merupakan faktor pendorong bagi dikembangkannya pariwisata yang berorientasi pada lingkungan alam atau yang lebih dikenal dengan ekoturisme atau wisata ekologi. Melalui beberapa penelitian, para praktisi pariwisata menegaskan bahwa motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi telah berubah drastis dan sekarang wisatawan lebih tertarik kepada suatu hal yang terspesifik, aktivitas kegemaran yang ia sukai dan yang paling penting yaitu adanya kualitas dari pengalamannya terkait produk dan servis pariwisata (Arida, 2009).
Kabupaten Manggarai Barat memperkenalkan bahwa pariwisata adalah sumber utama pembangunan. Hal ini tertuang dalam Rancangan Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Kabupaten Manggarai Barat pada tahun 2008 yang menitikberatkan pembangunan pariwisata pada tiga segi utama, yakni ekonomi, sosial dan kebudayaan. Akan tetapi titik fokus pengembangan pariwisata yang tertuang dalam RIPPDA tersebut tidak berjalan sesuai yang diharapkan.Pengembangan pariwisata di Kabupaten Manggarai Barat tentu mengharapkan perubahan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat, dalam hal peningkatan lapangan kerja, serta peningkatan pendapatan asli daerah, memperkenalkan budaya yang dimiliki serta menggali potensi-potensi yang ada. Namun dalam proses pencapaian semuanya itu, dalam perjalanannya terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan berbagai kendala dalam pengembangan pariwisata di Manggarai Barat, yaitu masih kurangnya
(18)
5 perhatian pemerintah terhadap potensi pariwisata desa yang dapat mendukung keberadaan destinasi Pulau Komodo, sehingga keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pariwisata sangat rendah terutama masyarakat kecil, juga kendala lainnya yaitu krisis sumberdayamanusia dan keterbatasan finansial.
Pengembangan ekowisata memang dibutuhkan oleh masyarakat dan pariwisata mendukung kearah itu. Prospek yang dijanjikan oleh ekowisata selama ini dan potensi perubahan permintaan pasar dan motivasi wisatawan yang terjadi akhir-akhir ini menghembuskan suatu iklim yang menghantarakan masyarakat untuk terus giat menggali produk-produk alam dan budayanya yang sebelumnya nyaris terpendam. Begitu banyak potensi-potensi wisata alam dan budaya yang tersebar diberbagai desa yang ada di Kabupaten Manggarai Barat yang belum dikembangkan. Melihat kondisi ini timbul berbagai harapan masyarakat agar msyarakat seutuhnya dapat melibatkan diri dalam aksi membangun perekonomian dengan mengembangkan potensi pariwisata yang ada di desa.
Salah satu desa yang memiliki potensi ekowisata di Kabupaten Manggarai Barat adalah Desa Liang Ndara. Letak Desa Liang Ndara sangat strategis yaitu berada dijalur utama jalan raya Trans Flores dan letaknya tidak jauh dari Kota Labuan Bajo (Ibukota Kabupaten Manggarai Barat) yaitu sekitar tiga puluh menit dengan menggunakan kendaraan roda dua/empat. Selain itu kekhasan budaya dan keadaan alam yang masih asri merupakan potensi yang dimilki oleh Desa Liang Ndara. Sehingga keberadaan Desa Liang Ndara telah menjadi salah satu tempat berwisata sekaligus tempat menginap bagi wisatawan. Adapun data kunjungan wisatawan dari
(19)
6 Tahun 2010 hingga Tahun 2014ke Desa Liang Ndara, baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik adalah sebagai berikut:
Tabel 1.2
Data Kunjungan Wisatawan Ke Desa Liang Ndara Periode 2010-2014
Tahun Wisman Wisnus Jumlah Tingkat Pertumbuhan Kunjungan (%)
2010 795 336 1.131
2011 1.117 739 1.856 64
2012 1.055 451 1.506 -18.86
2013 1.325 564 1.889 25.43
2014 1.472 628 2.100 11.17
Rata-rata pertumbuhan kunjungan 16.37
Sumber: Sanggar Compang To’e (2015)
Tabel 1.2 diatas menunjukan tingkat kunjungan wisatawan ke Desa Liang Ndara pada Tahun 2010 hingga Tahun 2014 mengalami fluktuasi, dengan rata – rata pertumbuhan kunjungan adalah 16.37 % per tahun. Pada Tahun 2010 hingga Tahun 2011 tingkat kunjungan wisatawan mengalami peningkatan, namun pada Tahun 2012 tingkat kunjungan wisatawan mengalami penurunan yang disebabkan oleh jumlah
(20)
7 kunjungan wisatawan mancanegara yang mengalami penurunan. Tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Maggarai Barat yang mengalami penurunan pada Tahun 2012, juga memberikan dampak pada Desa Liang Ndara.
Keberadaan wisatawan dan aktivitas wisata di Desa Liang Ndara ini dapat berdampak baik maupun buruk bagi keberlangsungan sumber daya yang ada. Keberadaan lahan pertanian yang masih asri dan alami di Desa Liang Ndara ini rentan akan alih fungsi lahan pertanian menjadi sarana penunjang kebutuhan wisata yang dikembangkan. Untuk potensi wisata, sampai saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Desa Liang Ndara memang sudah memiliki suatu paket wisata tersendiri yaitu wisata budaya, karena di Desa Liang Ndara memiliki empat Sanggar Budaya yang mementaskan budaya lokal, yaitu budaya Manggarai, sehingga kebanyakan wisatawan yang datang hanya sebatas datang untuk menyaksikan atraksi budaya yang dipentaskan. Padahal masih banyak daya tarik wisata lainnya yang perlu dikunjungi.
Desa Liang Ndara merupakan salah satu desa penyangga pengembangan ekowisata Kawasan Gunung Mbeliling yang merupakan kawasan tutupan hutan terluas di Pulau Flores. Hutan ini mempunyai banyak peranan bagi kelangsungan hidup 26.868 orang masyarakat sekitar Kawasan Mbeliling dan 46.116 orang penduduk Kota Labuan Bajo (Ibukota Kabupaten Manggarai Barat) dan Kecamatan Komodo (BPS Kabupaten Manggarai barat, 2015). Kawasan Ekowisata Mbeliling dikelola oleh lembaga swasta (LSM Burung Indonesia). Lembaga ini berperan dalam menjaga dan melestarikan Hutan Mbeliling dan kawasan sekitarnya termasuk kawasan Desa Liang Ndara.
(21)
8 Upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan pengelola di Desa Liang Ndara untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di Desa Liang Ndara bukan hanya berpaku pada pemerintah saja. Berbagai upaya yang dilakukan mulai dari pembentukan beberapa sanggar budaya, mempromosikan maupun sudah bekerja sama dengan berbagai pemangku pengembangan pariwisata. Pada tahun 2009 Desa Liang Ndara sudah mengusulkan untuk dijadikan Desa Wisata, tetapi pemerintah pusat dan pemerintah daerah belum mengeluarkan SK penetapan Desa Liang Ndara sebagai desa wisata. Namun dengan adanyaprogram dari Uni Eropa bekerjasama dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Indonesian Ecotourism Network
(INDECON)yang mencanangkan proyek Inovasi Pengembangan Ekowisata Flores untuk Perdagangan Berkelanjutan (INFEST) yang berjalan dalam periode tiga tahun, selama 2013 sampai 2015 dan Desa Liang Ndara dipilih menjadi salah satu desa yang menjadi fokus dari program tersebut, sehingga pengembangan daya tarik wisata di Desa Liang Ndara akan berfokus pada pengembangan daya tarik ekowisata.
Proyek INFEST ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas kelembagaan pariwisata masyarakat di desa sehingga dapat memberikaan jasa dan produk ekowisata yang berkualitas.Proyek ini akan diimplementasikan di lima kawasan desa di Flores yaitu Wae Sano (Kabupaten Manggarai Barat), Liang Ndara (Kabupaten Manggarai Barat), Tado (Kabupaten Manggarai Barat), Wae Rebo (Kabupaten Manggarai) dan Bena (Kabupaten Ngada), serta kota-kota di Flores yaitu Labuan Bajo (Kabupaten Manggarai Barat) dan Bajawa (Kabupaten Ngada).Dalam mengoptimalkan potensi wisata kawasan Desa Liang Ndara LSM Burung Indonesia juga melakukan pola pendampingan dalam meningkatkan kualitas sumber daya
(22)
9 masyarakat lokal sehingga masyarakat dapat berpartisipasi secara langsung dalam pengembangan kawasan wisata Desa Liang Ndara berbasis masyarakat dengan membentuk kelompok Ekowisata Desa Liang Ndara.
Sejumlah potensi yang dikembangkan dan upaya pengembangan yang dlakukan oleh lembaga swasta dan masyarakat, ternyata belum berjalan dengan baik, masih banyak kendala yang dihadapi danmasih banyak potensi-potensi wisata yang dimiliki yang belum dikembangkan. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumber daya, kurangnya keterlibatan pemerintah dan keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata di daerah tersebut. Melihat fenomena-fenomena tersebut, maka penelitian ini penting dilakukan untuk menentukan potensi dan atraksi ekowisata, untuk mengetahui bagaimana praktek ekowisata dan kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip ekowisatadan upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi ekowisata menjadi atraksi wisata di Desa Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat. Sehingga potensi-potensi ekowisata di Desa Liang Ndara dapat dikembangkan secara berkelanjutan dan memberikan manfaat yang signifikan terhadap kegiatan ekonomi masyarakat di Desa Liang Ndara.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apa potensi dan atraksi ekowisata yang ada di Desa Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat?
(23)
10 2. Bagaimana praktek ekowisata di Desa Liang Ndara dan kesesuaiannya dengan
prinsip-prinsip ekowisata?
3. Upaya apa yang dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi ekowisata menjadi atraksi wisata di Desa Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui potensi dan atraksi ekowisata yang ada di Desa Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat.
2. Mengetahui praktek ekowisata di Desa Liang Ndara dan kesesuainnya dengan prinsip-prinsip ekowisata.
3. Menentukanupaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi ekowisata menjadi atraksi wisata di Desa Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis
Penelitian ini dapat menambah wawasan mahasiswa selaku peneliti serta dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah, yaitu dalam memahami dan mengaplikasi konsep potensi ekowisata dan praktek ekowisata yang ada di suatu daerah berdasarkan konsep prinsip-prinsip ekowisata, sehingga dapat menentukan upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan
(24)
11 potensi ekowisata menjadi atraksi wisata. Selain itu, dapat juga dijadikan landasan untuk peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan agar bermanfaat bagi pihak yang terkait atau pihak pengelola pariwisata, bahwa pengembangan potensi ekowisata di suatu daerah sangat pentingdimana dalam pengembangan pariwisata dengan konsep ekowisata dapat melestarikan kekayaan alam dan budaya untuk tetap berkelanjutan, selain itu dengan konsep ekowisata dapat memberdayakan masyarakat lokal semaksimal mungkin, karena seluruh aset produksi yang digunakan merupakan milik masyarakat lokal. Sehingga dengan menerapkan konsep ekowisata diharapkan dapat memberikan manfaat yang signinifikan terhadap kegiatan ekonomi masyarakat di daerah tersebut, yaitu masyarakat di Desa Liang Ndara.
1.5Sistematika Pembahasan
Penelitian yang berjudul “Pengembangan Potensi Ekowisata di Desa Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat” ini menggunakan sestematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara akademis dan praktis, serta sistematika pembahasan.
(25)
12 BAB II : LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS
Bab ini menguraiakan tentang kajian penelitian sebelumnya dan landasan konsep terkait dengan masalah yang dibahas, seperti; pariwisata pedesaan, pariwisata berbasis masyarakat, pariwisata berkelanjutan, pariwisata alternatif, ekowisata, konsep prinsip-prinsip ekowisata,konsep potensi ekowisata, dan konsep pengembangan ekowisata.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini meliputi; lokasi penelitian, ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode penentuan informan, dan metode analisis data. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai gambaran umum lokasi penelitian, potensi dan atraksi ekowisata yang ada di Desa Liang Ndara, praktek ekowisata dan kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip ekowisata dan upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi ekowisata menjadi atraksi wisata di Desa Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat.
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan tentang permasalahan yang diteliti dan saran-saran dari hasil penelitian.
(26)
1 BAB II
LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS
2.1 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya berkaitan dengan pengembangan potensi ekowisata, dilakukan oleh Suryawan (2014), di Desa Cau Belayu, Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa di Desa Cau Belayu terdapat potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan konsep ekowisata, dimana konsep ekowisata merupakan sarana cukup ampuh bagi partisipasi masyarakat, karena seluruh aset produksi yang digunakan merupakan milik masyarakat lokal. Kendala pengembangan potensi ekowisata yang dihadapi yaitu kendala fisik berupa kemungkinan longsor, kondisi jalan yang buruk, kondisi topografi pada daerah sungai dan kekeringan. Kendala SDM yang ada berupa kurangnya kompetensi dari masyarakat. Kendala kebijakan yang terdiri atas kebijakan kawasan konservasi, kebijakan fungsi kawasan, kebijakan regulasi kelembagaan. Kendala motivasi berupa keinginan masyarakat untuk mengoptimalkan lahan pertanian untuk kegiatan wisata. Kendala adat istiadat berupa pengambilan keputusan melalui paruman seluruh krama dan tidak adanya reward terhadap pengelolaan aset desa. Sehingga melihat potensi dan kendala pengembangan yang dihadapi, maka dirancanglah strategi pengelolaan potensi ekowisata. Untuk merancang strategi pengelolaan, dilakukan evaluasi studi dengan menggunakan metode analisis SWOT (Strong, Weakness, OpportunitydanThreat). Setelah dilakukan evaluasi, Sehingga di rancang strategi pengelolaan potensi ekowisata dengan
(27)
2 menggunakan strategi fungsional Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST, dan Strategi WT.
Adapun persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang potensi wisata yang bisa dikembangkan dengan menggunakan konsep ekowisata. Persamaan lainnya yaitu, dimana Desa Cau Belayu dan Desa Liang Ndara, pengembangan potensi ekowisatanya masih belum maksimal, dan juga masyarakat dari kedua desa tersebut belum terlibat secara aktif, sehingga mereka belum merasakan dampak, baik ekonomi maupun sosial, sehingga perlu dirumuskan upaya yang dilakukan dalam mengembangkan potensi ekowisata di ke dua desa tersebut. Perbedaan dari kedua penelitian ini adalah terdapat pada strategi pengembangan ekowisata, dimana di Desa Cau Belayu strategi yang digunakan adalah Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST, dan Strategi WT, sedangkan di Desa Liang Ndara akan menggunakan konsep prinsip-prinsip ekowisata yang dihasilkan dalam penyelenggaraan dan pelatihan ekowisata di Bali, penelitian yang dilakukan di Desa Liang Ndara juga membahas tentang praktek ekowisata dan kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip ekowisata.
Penelitian lain dilakukan oleh Sulistyawati (2011), di Banjar Nyuh Kuning, Desa Mas, Ubud, Gianyar. Dalam penelitian ini membahas tentang potensi ekowisata dan pengembangan ekowisata dengan menggunakan prinsip ekowisata yang dihasilkan dalam penyelenggaraan dan pelatihan ekowisata di Bali. Jika dilihat dari sembilan prinsip dan kriteria ekowisata, Banjar Nyuh Kuning telah memenuhi sebagain besar prinsip sesuai dengan lokakarya ekowisata se-Bali, dengan terpenuhinya 7 prinsip. Alternatif pola pengembangan ekowisata yang ideal yang
(28)
3 dapat dilakukan yaitu dengan memenuhi dua prinsiptambahan yang belum dipenuhi, yaitu; prinsip memiliki kepedulian, komitmen dan tanggungjawab terhadap konservasi dan warisan budaya dan prinsip dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan harapan (pemasaran yang bertanggungjawab).
Persamaan dari kedua penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang potensi ekowisata serta upaya yang dilakukan dalam pengembanganpotensi ekowisata dengan menggunakan prinsip ekowisata yang dihasilkan dalam penyelenggaraan dan pelatihan ekowisata di Bali. Namun perbedaan dalam kedua penelitian ini adalah dalam tahap pengembangan.Pengembangan potensi Ekowisata di Banjar Nyuh Kuning, Desa Mas, Ubud, Gianyar sudah berjalan maksimal, hal ini terlihat jelas, dimana dari kesembilan prinsip ekowisata terdapat tujuh prinsip yang sudah terpenuhi dan masyarakat di Banjar Nyuh Kuning juga sudah terlibat aktif dalam pengembangan ekowisata, selain itu Banjar NyuhKuning sudah dikenal oleh banyak wisatawan. Sedangkan di Desa Liang Ndara pengembangannya masih belum maksimal, dan masyarakat di Desa Liang Ndara masih belum terlibat aktif dalam pengembangan ekowisata di desa tersebut, sehingga perlu dirumuskan upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi ekowisata menjadi atraksi wisata yang berkelanjutan. Perbedaan lainnya adalah dalam penelitian ini akan membahas tentang praktek ekowisata dan kesesuaiannya denganprinsip-prinsip ekowisata.
2.2 Landasan Konsep 2.2.1 Pariwisata Pedesaan
(29)
4 Saat ini dalam industri pariwisata telah terjadi pergeseran paradigma pembangunan dari top-down planning menjadi bottom-up planning. Di sektor pariwisata model tersebut sejalan dengan paradigma pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism). Salah satu bentuk pengembangan pariwisata berbasis masyarakat tersebut adalah wisata pedesaan (rural tourism).
Wisata pedesaan adalah suatu kegiatan pariwisata di wilayah yang menawarkan daya tarik wisata berupa keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan, baik dari kehidupan sosial, ekonomi dan adat istiadat masyarakat setempat, arsitektur bangunan maupun struktur tata ruang desa yang khas atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik. Daya tarik utama wisata pedesaan adalah produk yang unik, khas serta ramah lingkungan (Depbudpar, 2001, dalam jurnal; Pariwisata Pedesaan Sebagai Paket Wisata Alternatif: Kasus Desa Wisata Taman Slau).
2.2.2Pariwisata Berbasis Masyarakat
Secara umum pariwisata berbasis masyarakat sering juga disebut dengan istilah Community Based Tourism (CBT), pariwisata berbasis masyarakat ini merupakan sebuah konsep pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal. Dimana masyarakat turut andil dalam perencanaan, pengelolaan dan penyampaian pendapat (Goodwin dan Santili, 2009).
Community Based Tourism (CBT) adalah pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial dan budaya. CBT merupakan alat bagi
(30)
5 pembangunan komunitas dan konservasi lingkungan atau dengan kata lain CBT merupakan alat bagi pembangunan pariwisata berkelanjutan (Suansri, 2003).
2.2.3Pariwisata Berkelanjutan
Munculnya konsep pembangunan berkelanjutan menandai menyatunya pembangunan ekonomi dan lingkungan, dimana dinyatakan secara resmi pada tahun 1972 dalam Konferensi mengenai Manusia dan Lingkungan. Konsep pembangunan berkelanjutan ini kemudian mulai diterima secara luas oleh berbagai kalangan dan mulai memberi inspirasi bagi pelaksanaan pembangunan di berbagai bidang, termasuk pariwisata.Untuk menjalankan konsep pembangunan berkelanjutan dalam dunia pariwisata, beberapa usaha nyata telah dilakukan, misalnya; tersusunnya indikator dari pembangunan pariwisata berkelanjutan yang dikembangkan WTO, akreditasi yang dikembangkan oleh Green Globe dan Australian Nature and Ecotourism Accreditation Program.
World Tourism and Travel Council (WTTC) bersama-sama dengan World Tourism Organization dan Earth Council menuangkan konsep pariwisata berkelanjutan dalam Agenda 21 untuk Industri Perjalanan dan Pariwisata. Dalam dokumen tersebut dinyatakan bahwa pariwisata berkelanjutan adalah: “Pariwisata yang memenuhi kebutuhan wisatawan dan wilayah yang didatangi wisatawan (destinasi wisata) pada saat ini, sekaligus melindungi dan meningkatkan kesempatan di masa depan”. Pengertian tersebut mengarah pada pengelolaan seluruh sumber daya sedemikian mungkin, sehingga kebutuhan ekonomi, sosial dan estetika dapat terpenuhi sekaligus memelihara integritas kultural, berbagai proses ekologi yang
(31)
6 esensial, keanekaragaman hayati dan berbagai sistem pendukung kehidupan. Produk-produk pariwisata berkelanjutan adalah Produk-produk-Produk-produk yang dioperasikan secara harmonis dengan lingkungan, masyarakat dan budaya setempat sehingga mereka terus menerus menjadi penerima manfaat bukannya korban pembangunan pariwisata. Dari konsep tersebut, tersurat beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan. Adapun prinsip dan sasaran yang ingin dicapai dari piagam tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan pariwisata harus berdasarkan kriteria keberlanjutan dapat didukung secara ekologis dalam waktu yang lama, layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial bagi masyarakat setempat.
2. Pariwisata harus berkontribusi kepada pembangunan berkelanjutan dan diintegrasikan dengan lingkungan alam, budaya dan manusia.
3. Pemerintah dan otoritas yang kompeten, dengan partisipasi lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat setempat harus mengambil tindakan untuk mengintegrasikan perencanaan pariwisata sebagai kontribusi kepada pembangunan berkelanjutan.
4. Pemerintah dan organisasi multilateral harus memprioritaskan dan memperkuat bantuan, langsung atau tidak langsung, kepada proyek-proyek pariwisata yang berkontribusi kepada perbaikan kualitas lingkungan.
5. Ruang-ruang dengan lingkungan dan budaya yang rentan saat ini maupun di masa depan harus diberi prioritas khusus dalam hal kerjasama teknis dan bantuan keuangan untuk pembangunan pariwisata berkelanjutan.
(32)
7 6. Promosi/dukungan terhadap berbagai bentuk alternatif pariwisata yang
sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
7. Pemerintah harus mendukung dan berpartisipasi dalam penciptaan jaringan untuk penelitian, diseminasi informasi dan transfer pengetahuan tentang pariwisata dan teknologi pariwisata berkelanjutan.
8. Penetapan kebijakan pariwisata berkelanjutan memerlukan dukungan dan sistem pengelolaan pariwisata yang ramah lingkungan, studi kelayakan untuk transformasi sektor, dan pelaksanaan berbagai proyek percontohan dan pengembangan program kerjasama internasional(Suardana, 2011).
2.2.4 Pariwisata Alternatif
Sekitar tahun 1980-an, lahir suatu konsep Alternatif Tourism yang memberikan suatu kritik terhadap paradigma lama tentang pariwisata. Pembangunan pariwisata pada paradigma lama cendrung merupakan pembangunan besar-besaran dengan dicirikan oleh pertumbuhan yang cepat, eksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan pelestarianya, dan kepentingan masyarakat lokal. Paradigma baru pariwisata muncul sebagai kritik terhadap segenap penyimpangan praktik pariwisata massal (mass tourism). Pariwisata alternatif dikembangkan dibeberapa daerah tujuan wisata, agar dapat mencegah kerusakan alam dan mencegah dampak negatif dari pariwisata massal. Jadi pariwisata alternatif merupakan kecendrungan baru dari bentuk pariwisata yang telah dikembangkan (konvensional) atau sering juga diartikan sebagai suatu bentuk pariwisata yang sengaja disusun dalam skala kecil (Small Scale Tourism) yang lebih memperhatikan aspek lingkungan fisik, sosial dan budaya
(33)
8 masyarakat setempat.Ada berbagai jenis pariwisata alternatif yang dikembangkan di berbagai daerah, salah satu jenis dari pariwisata alternatif tersebut adalah ekowisata.
2.2.5 Ekowisata
Ekowisata merupakan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Secara umum pengembangan ekowisata harus dapat meningkatkan kualitas hubungan antara manusia, meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan (Damanik dan Weber, 2006).Menurut masyarakat ekowisata internasional atau TIES (The International Ecotourism Society), ekowisata merupakan perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara melakukan konservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (TIES, 2000). Dari pengertian ini ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni pertama ekowisata sebagai produk; kedua, ekowisata sebagai pasar; dan ketiga, ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumber daya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan dan sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan (Arida, 2009).
2.2.6 Konsep Prinsip-Prinsip Ekowisata
Dalam pengembangan ekowisata haruslah berpedoman pada beberapa prinsip dan kriteria pengembangan ekowisata sebagai tolak ukur pengembangan ekowisata di
(34)
9 suatu destinasi pariwisata. Ada banyak versi prinsip-prinsip ekowisata yang ada, seperti prinsip ekowisata menurut TIES, 2000 (dalam Damanik dan Weber, 2006), yakni sebagai berikut:
1. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.
2. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya.
3. Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi ODTW.
4. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.
5. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal.
6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan wisata.
7. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata.
(35)
10 Adapun prinsip dan kriteria ekowisata yang dihasilkan dalam penyelengaraan pelatihan ekowisata se-Bali oleh Kantor Kementerian Lingkungan Hidup pada tanggal 3-5 September 2002 (dalam Arida, 2009), dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Memiliki kepedulian, komitmen dan tanggung jawab terhadap konservasi alam dan budaya, kriteria prinsip ini adalah:
a. Tercapainya keseimbangan pemanfaatan lahan b. Penggunaan teknologi ramah lingkungan.
c. Pemanfaatan areal warisan budaya sebagai objek ekowisata disesuaikan dengan daya dukung.
d. Melestarikan keanekaragaman hayati dan cagar budaya. e. Memperhatikan keberadaan endemis.
2. Menyediakan pemahaman yang dapat memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam. Kriteria prinsip ini antara lain:
a. Menyediakan pramuwisata profesional dan berlisensi.
b. Menyediakan fasilitas pendukung dan informasi yang memadai terkait dengan objek ekowisata.
2. Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat. Kriteria prinsip ini adalah sebagai berikut:
a. Memprioritaskan pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian.
(36)
11 b. Memprioritaskan pemanfaatan produk lokal untuk operasional objek
ekowisata.
c. Melibatkan lembaga adat setempat.
3. Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. Adapun kriteria prinsip ini adalah:
a. Pembangunan dan operasional disesuaikan dengan tata krama, norma setempat dan kearifan lokal.
b. Keberadaan dan kegiatan ekowisata tidak mengganggu aktifitas keagamaan masyarakat setempat.
4. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kriterianya adalah sebagai berikut:
a. Mentaati undang-undang dan perangkat peraturan lainnya yang terkait. b. Mentaati awig-awig(peraturan) desa setempat.
5. Pengembangannya harus didasarkan atas musyawarah dan dengan persetujuan masyarakat setempat. Kriteria prinsip ini adalah:
a. Pembangunan perlu mendapat persetujuan masyarakat dan lembaga adat.
b. Menjalin komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat dan lembaga adat setempat dalam pengembangan objek.
6. Secara konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen. Yang termasuk kriteria prinsip ini antara lain:
a. Menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan prima dan memuaskan kepada konsumen.
(37)
12 b. Menyediakan media untuk memperoleh umpan balik dari konsumen. 7. Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan
harapan dan kenyataan. Yang termasuk kriteria prinsip ini antara lain: a. Materi pemasaran harus akurat, jelas dan berkualitas
b. materi pemasaran yang jujur dan harus sesuai dengan kenyataan.
8. Sistem pengelolaan yang serasi dan seimbang sesuai dengan konsep Tri Hita Karana. Kriteria prinsip ini antara lain:
a. Memperhatikan keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan (parhyangan).
b. Memperhatikan keselarasan hubungan antara manusia dengan manusia (pawongan).
c. Memperhatikan keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan (palemahan).
Dalam penelitian ini,prinsip dan kriteria ekowisata yang dihasilkan dalam penyelenggaraan dan pelatihan ekowisata di Bali akan menjadi acuan untuk mengetahui praktek ekowisata di Desa Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat.
2.2.7Konsep Potensi Wisata
Menurut Pendit (1999) menjelaskan bahwa potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat disuatu daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. Secara umum potensi wisata yang ada dapat dijabarkan sebagai berikut:
(38)
13 1. Potensi alamiah merupakan potensi yang ada dimasyarakat seperti potensi fisik
dan geografis.
2. Potensi budaya merupakan potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, yakni kehidupan sosial budaya masyarakat, kesenian, adat istiadat, mata pencaharian dan lainnya.
Dalam penelitian ini potensi yang dimaksud adalah potensi ekowisata yang ada di Desa Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata, yang mencakupi potensi alamiah dan potensi budaya.
2.2.8 Konsep Pengembangan Ekowisata
Desa Liang Ndara untuk dapat dijadikan sebagai daya tarik ekowisata harus diketahui dulu praktek ekowisata di Desa Liang Ndara berdasarkan prinsip-prinsip ekowisata yang dihasilkan dalam penyelenggaraan dan pelatihan ekowisata di Bali, setelah itu dilakukan evaluasi praktek ekowisata agar dapat mengetahui kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip ekowisata yang dihasilkan dalam penyelenggaraan dan pelatihan ekowisata di Bali. Setelah dilakukan evaluasi, maka dapat dirumuskan strategi pengembangan yang ideal, yaitu dengan memenuhi kriteria yang belum dapat dipenuhi dari hasil evaluasi praktek ekowisata di Desa Liang Ndara, sehingga pengembangan ekowisata di Desa Liang Ndara akan berjalan dengan baik nantinya.
(1)
masyarakat setempat.Ada berbagai jenis pariwisata alternatif yang dikembangkan di berbagai daerah, salah satu jenis dari pariwisata alternatif tersebut adalah ekowisata.
2.2.5 Ekowisata
Ekowisata merupakan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan mengikuti kaidah-kaidah keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Secara umum pengembangan ekowisata harus dapat meningkatkan kualitas hubungan antara manusia, meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan (Damanik dan Weber, 2006).Menurut masyarakat ekowisata internasional atau TIES (The International Ecotourism Society), ekowisata merupakan perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara melakukan konservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (TIES, 2000). Dari pengertian ini ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni pertama ekowisata sebagai produk; kedua, ekowisata sebagai pasar; dan ketiga, ekowisata sebagai pendekatan pengembangan. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumber daya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan dan sebagai pendekatan pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan (Arida, 2009).
2.2.6 Konsep Prinsip-Prinsip Ekowisata
Dalam pengembangan ekowisata haruslah berpedoman pada beberapa prinsip dan kriteria pengembangan ekowisata sebagai tolak ukur pengembangan ekowisata di
(2)
suatu destinasi pariwisata. Ada banyak versi prinsip-prinsip ekowisata yang ada, seperti prinsip ekowisata menurut TIES, 2000 (dalam Damanik dan Weber, 2006), yakni sebagai berikut:
1. Mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan wisata.
2. Membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisata lainnya.
3. Menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi ODTW.
4. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.
5. Memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal.
6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan dan politik di daerah tujuan wisata.
7. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati atraksi wisata sebagai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan
(3)
Adapun prinsip dan kriteria ekowisata yang dihasilkan dalam penyelengaraan pelatihan ekowisata se-Bali oleh Kantor Kementerian Lingkungan Hidup pada tanggal 3-5 September 2002 (dalam Arida, 2009), dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Memiliki kepedulian, komitmen dan tanggung jawab terhadap konservasi alam dan budaya, kriteria prinsip ini adalah:
a. Tercapainya keseimbangan pemanfaatan lahan b. Penggunaan teknologi ramah lingkungan.
c. Pemanfaatan areal warisan budaya sebagai objek ekowisata disesuaikan dengan daya dukung.
d. Melestarikan keanekaragaman hayati dan cagar budaya. e. Memperhatikan keberadaan endemis.
2. Menyediakan pemahaman yang dapat memberikan peluang kepada wisatawan untuk menikmati alam dan meningkatkan kecintaannya terhadap alam. Kriteria prinsip ini antara lain:
a. Menyediakan pramuwisata profesional dan berlisensi.
b. Menyediakan fasilitas pendukung dan informasi yang memadai terkait dengan objek ekowisata.
2. Memberdayakan dan mengoptimalkan partisipasi serta sekaligus memberikan kontribusi secara kontinyu terhadap masyarakat setempat. Kriteria prinsip ini adalah sebagai berikut:
a. Memprioritaskan pemanfaatan tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian.
(4)
b. Memprioritaskan pemanfaatan produk lokal untuk operasional objek ekowisata.
c. Melibatkan lembaga adat setempat.
3. Peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. Adapun kriteria prinsip ini adalah:
a. Pembangunan dan operasional disesuaikan dengan tata krama, norma setempat dan kearifan lokal.
b. Keberadaan dan kegiatan ekowisata tidak mengganggu aktifitas keagamaan masyarakat setempat.
4. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kriterianya adalah sebagai berikut:
a. Mentaati undang-undang dan perangkat peraturan lainnya yang terkait. b. Mentaati awig-awig(peraturan) desa setempat.
5. Pengembangannya harus didasarkan atas musyawarah dan dengan persetujuan masyarakat setempat. Kriteria prinsip ini adalah:
a. Pembangunan perlu mendapat persetujuan masyarakat dan lembaga adat.
b. Menjalin komunikasi dan koordinasi dengan masyarakat dan lembaga adat setempat dalam pengembangan objek.
6. Secara konsisten memberikan kepuasan kepada konsumen. Yang termasuk kriteria prinsip ini antara lain:
(5)
b. Menyediakan media untuk memperoleh umpan balik dari konsumen. 7. Dipasarkan dan dipromosikan dengan jujur dan akurat sehingga sesuai dengan
harapan dan kenyataan. Yang termasuk kriteria prinsip ini antara lain: a. Materi pemasaran harus akurat, jelas dan berkualitas
b. materi pemasaran yang jujur dan harus sesuai dengan kenyataan.
8. Sistem pengelolaan yang serasi dan seimbang sesuai dengan konsep Tri Hita Karana. Kriteria prinsip ini antara lain:
a. Memperhatikan keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan (parhyangan).
b. Memperhatikan keselarasan hubungan antara manusia dengan manusia (pawongan).
c. Memperhatikan keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan (palemahan).
Dalam penelitian ini,prinsip dan kriteria ekowisata yang dihasilkan dalam penyelenggaraan dan pelatihan ekowisata di Bali akan menjadi acuan untuk mengetahui praktek ekowisata di Desa Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat.
2.2.7Konsep Potensi Wisata
Menurut Pendit (1999) menjelaskan bahwa potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang terdapat disuatu daerah tertentu yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata. Secara umum potensi wisata yang ada dapat dijabarkan sebagai berikut:
(6)
1. Potensi alamiah merupakan potensi yang ada dimasyarakat seperti potensi fisik dan geografis.
2. Potensi budaya merupakan potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, yakni kehidupan sosial budaya masyarakat, kesenian, adat istiadat, mata pencaharian dan lainnya.
Dalam penelitian ini potensi yang dimaksud adalah potensi ekowisata yang ada di Desa Liang Ndara Kabupaten Manggarai Barat yang bisa dikembangkan menjadi atraksi wisata, yang mencakupi potensi alamiah dan potensi budaya.
2.2.8 Konsep Pengembangan Ekowisata
Desa Liang Ndara untuk dapat dijadikan sebagai daya tarik ekowisata harus diketahui dulu praktek ekowisata di Desa Liang Ndara berdasarkan prinsip-prinsip ekowisata yang dihasilkan dalam penyelenggaraan dan pelatihan ekowisata di Bali, setelah itu dilakukan evaluasi praktek ekowisata agar dapat mengetahui kesesuaiannya dengan prinsip-prinsip ekowisata yang dihasilkan dalam penyelenggaraan dan pelatihan ekowisata di Bali. Setelah dilakukan evaluasi, maka dapat dirumuskan strategi pengembangan yang ideal, yaitu dengan memenuhi kriteria yang belum dapat dipenuhi dari hasil evaluasi praktek ekowisata di Desa Liang Ndara, sehingga pengembangan ekowisata di Desa Liang Ndara akan berjalan dengan baik nantinya.