Potensi Pengembangan Ekowisata di Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit

(1)

Lampiran 1. Plot Pengamatan Flora

Kordinat

No.

Plot X Y Jenis Tanaman Jumlah Keterangan

1 98,591432 3,290783 - Kayu manis (Cinnamomum verum) 2

- Asam Jawa (Tamarindus indica) 1

- Beringin (Ficus benjamina) 1

2 98,591619 3,289829 - Mangga (Mangifera indica) 3

- Kemiri (Aleurites moluccana) 1

- Durian (Durio zibetinus) 1

- Tanjung (Mimusops elengi) 1

3 98,597607 3,298154 - Nangka (Arthocarpus heterophyllus) 1

- Rasamala (Altingia excelsa) 1

- Durian (Durio zibetinus) 1

4 98,995695 3,296848 - Beringin (Ficus benjamina) 1

- Jambu air (Syzygium aqueum) 1

5 98,596609 3,30007 - Tanjung (Mimusops elengi) 2

- Beringin (Ficus benjamina) 1

6 98,59585 3,297439 - Kapas 1

- Mangga(Mangifera indica) 1

- Kemiri (Aleurites moluccana) 1

- Durian (Durio zibetinus) 1

7 98,596542 3,298033 - Asam Jawa (Tamarindus indica) 1

- Rasamala (Altingia excelsa) 1

8 98,596813 3,298447 - Durian (Durio zibetinus) 1

- Mangga (Mangifera indica) 1

- Beringin (Ficus benjamina) 1


(2)

Kordinat No.

Temuan X Y Jenis Satwa Jumlah Keterangan

1 98,59545 3,300333 Beruang (Helarctus malayanus) 1 Bekas cakaran 2 98,599024 3,299661 Macan Dahan 1 Jejak kaki 3 98,598569 3,298638 Trnggiling 1 Jejak lintasan

4 98,598569 3,298844 Ayam Hutan 1

5 98,597478 3,298026 Biawak 1


(3)

No Nama Responden Umur Alamat Pekerjaan

Kelamin Terakhir

1 Luther Tarigan Laki-laki 40 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren

2 Pianus Sitepu Laki-laki 44 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

3 Lius Tarigan Laki-laki 43 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren

4 Nelson Ginting Laki-laki 52 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

5 Satria Sembiring Laki-laki 40 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren

6 Pedoman Tarigan Laki-laki 41 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren

7 Arjun Situmorang Laki-laki 24 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

8 Apti Sembiring Laki-laki 45 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

9 Simpang Ginting Laki-laki 42 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

10 Tison Sitepu Laki-laki 25 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren

11 Hemat Barus Laki-laki 42 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

12 Patar Bukit Laki-laki 25 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

13 Marhenis Sitepu Laki-laki 58 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren

14 Charles Tarigan Laki-laki 33 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren

15 Benteng Tarigan Laki-laki 56 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

16 Jefri Ginting Laki-laki 28 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

17 Kebun Bukit Laki-laki 50 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren

18 Alfani Simamora Laki-laki 32 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

19 Abadi Keliat Laki-laki 56 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

20 Khadafi Sitepu Laki-laki 29 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

21 Firman Tarigan Laki-laki 43 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren

22 Utama Ginting Laki-laki 40 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

23 Robert Bukit Laki-laki 37 Desa Buluh Awar SMK Petani Aren

24 Rahmat Tarigan Laki-laki 63 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

25 Renjab Sembiring Laki-laki 55 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren

26 Rudi Efendi Bukit Laki-laki 42 Desa Buluh Awar STM Sekdes

27 Nggerak Ginting Laki-laki 58 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren

28 Hendra Tarigan Laki-laki 38 Desa Buluh Awar SMA Petani Aren

29 Darma Ginting Laki-laki 58 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren

30 Albert Sembirng Laki-laki 35 Desa Buluh Awar SMP Petani Aren


(4)

Lampiran 4. Data Hasil Wawancara dengan Responden

Lampiran 4.1. Hasil rekapitulasi Kekuatan (Strenght) oleh responden

Memiliki Panorama Adanya

Merupakan beberapa Adanya yang indah flora dan

peninggalan Lokasi desa sungai yang Udara fauna yang

N desa penghasil

Nama Responden bersejarah seperti nyaman dan mengalir bersih dan menarik

o Aren terbaik

GBKP pertama di asri jernih dan sejuk

di Sumut

Tanah Karo dan deras

bukit Pelanja Sira

1 Luther Tarigan √ − √ √ − √ √

2 Pianus Sitepu √ √ √ √ √ √

3 Lius Tarigan √ √ √ √ √ √

4 Nelson Ginting √ √ √ − − √ √

5 Satria Sembiring √ √ √ √ √ √ √

6 Pedoman Tarigan √ √ √ √ √

− √

7 Arjun Situmorang √ √ √ √ √ √ √

8 Apti Sembiring √ √ √ √ √ √ −

9 Simpang Ginting √ √ √ √ √ − √

10 Tison Sitepu √ √ √ √ − √ √

11 Hemat Barus √ √ − √ √ − √

12 Patar Bukit √ √ √ √ √ − −

13 Marhenis Sitepu √ √ √ √ √ √ √

14 Charles Tarigan √ √ √ √ − √ √

15 Benteng Tarigan √ √ √ √ √ √ √

16 Jefri Ginting √ √ √ √ − √ √

17 Kebun Bukit √ √ √ √ √ − √

18 Alfani Simamora √ √ √ − √ − −

19 Abadi Keliat √ √ √ √ √ √

20 Khadafi Sitepu √ √ √ − √ √ −

21 Firman Tarigan √ √ √ √ √ √ √

Tanah Masyarakat

yang subur cukup ramah dalam menjaga dan membangun desa √ − √ − − − − − √ √ √ − − − √ √ − − √ − − − √ √ − − − − − √ √ − − √ √ − − − √ √ − −


(5)

22 Utama Ginting √ √ √ √ √ √ − √ −

23 Robert Bukit √ √ √ √ √ √ √

− √

24 Rahmat Tarigan √ √ √ √ √ − √ − √

25 Renjab Sembiring √ √ √ √ √ √ − √ −

26 Rudi Efendi Bukit √ √ √ √ √ √ √

− −

27 Nggerak Ginting √ √ √ √ √

− √ − √

28 Hendra Tarigan √ √ √ √ √ √ √ √

29 Darma Ginting √ √ √

− √ √ − − −

30 Albert Sembirng √ √ − √ √ − − √ √


(6)

Lampiran 4.2. Hasil Rekapitulasi Kelemahan (Weakness) oleh resonden

Kurangnya Akses yang Pengelolaan

Kurangnya masih buruk di Kurangnya

akomodasi wisata alam

No Nama Responden sarana dan beberapa titik pemasaran

menuju Desa yang belum

prasarana pada jalan wisata alam

Buluh Awar profesional

menuju desa

1 Luther Tarigan √ √ − √ −

2 Pianus Sitepu √ √ √ − −

3 Lius Tarigan √ √ √ √ −

4 Nelson Ginting √ − √ − −

5 Satria Sembiring √ √ − √ −

6 Pedoman Tarigan √ √ √ √ −

7 Arjun Situmorang √ √ √ − −

8 Apti Sembiring √ √ √ − −

9 Simpang Ginting √ √ √ √ −

10 Tison Sitepu √ √ √ √ −

11 Hemat Barus √ − − √ −

12 Patar Bukit √ √ √ − √

13 Marhenis Sitepu √ − √ √ −

14 Charles Tarigan √ √ √ √ −

15 Benteng Tarigan √ √ √ − √

16 Jefri Ginting √ √ √ √ √

17 Kebun Bukit √ − √ − √

18 Alfani Simamora √ √ √ − √

19 Abadi Keliat √ − √ √ −

20 Khadafi Sitepu √ √ √ − −

21 Firman Tarigan √ √ √ − √

22 Utama Ginting √ √ − √ −

23 Robert Bukit √ − √ √ √

24 Rahmat Tarigan √ − √ √ −

25 Renjab Sembiring √ √ − √ √

26 Rudi Efendi Bukit √ √ − √ √

27 Nggerak Ginting √ √ − √ −

28 Hendra Tarigan √ √ √ √ −

29 Darma Ginting √ √ √ − √


(7)

berada di sekitar Desa yang Lokasi desa dilalui

dekat dengan

tempat wisata terkenal sebagai jalur alternatif dari

ibukota dan pusat

No Nama Responden yang lebih desa wisata rohani kecamatan sibolangit

pemerintahan

terkenal bagi umat menuju desa Bandar

kecamatan

dikalangan kristiani Baru

maupun propinsi

wisatawan

1 Luther Tarigan √ √

− √

2 Pianus Sitepu √ √ √ −

3 Lius Tarigan √ √ √ √

4 Nelson Ginting − √ √ −

5 Satria Sembiring √ √ − √

6 Pedoman Tarigan √ √ √ √

7 ArjunSitumorang √ √ √ −

8 Apti Sembiring √ √ √ −

9 Simpang Ginting √ √ √ √

10 Tison Sitepu √ √ √ √

11 Hemat Barus √ √ − √

12 Patar Bukit √ √ √ −

13 Marhenis Sitepu √ − √ √

14 Charles Tarigan √ √ √ √

15 Benteng Tarigan √ √ − −

16 Jefri Ginting √ √ √ √

17 Kebun Bukit √ − √ −

18 Alfani Simamora √ √ − −

19 Abadi Keliat √ − √ √

20 Khadafi Sitepu √ √ √ −

21 Firman Tarigan √ √ √ −

22 Utama Ginting √ √ − √

23 Robert Bukit √ − √ √

24 Rahmat Tarigan √ − √ √

25 RenjabSembiring √ √ − √

26 Rudi EfendiBukit √ √ − √

27 Nggerak Ginting − √ − √

28 Hendra Tarigan √ √ √ √

29 Darma Ginting − √ √ −


(8)

Lampiran 4.4.Hasil Rekapitulasi Ancaman (Threath) oleh responden

Adanya

Kurangnya minat Adanya perambah

Adanya hutan yang Rawan

pengunjung kemungkinan

tempat wisata datang dari bencana

No Nama Responden karena longsor pada

yang lebih perkotan banjir

terbatasnya jalan menuju

menarik demi bandang

akomodasi desa kepentingan pribadi

1 Luther Tarigan √ √ √ √ √

2 Pianus Sitepu √ √ √ √ √

3 Lius Tarigan √ √ √ √ −

4 Nelson Ginting √ √ √ − √

5 Satria Sembiring √ √ √ √ √

6 Pedoman Tarigan √ √ √ √ √

7 Arjun Situmorang √ √ √ √ √

8 Apti Sembiring √ √ √ √ √

9 Simpang Ginting √ √ √ √ −

10 Tison Sitepu √ √ √ − −

11 Hemat Barus √ √ − √ √

12 Patar Bukit √ √ √ − √

13 Marhenis Sitepu √ √ √ √ √

14 Charles Tarigan √ √ √ √ −

15 Benteng Tarigan √ √ √ − −

16 Jefri Ginting √ √ − − −

17 Kebun Bukit √ √ √ − √

18 Alfani Simamora √ √ − √ −

19 Abadi Keliat √ √ √ √ −

20 Khadafi Sitepu √ √ √ − −

21 Firman Tarigan √ √ √ √ √

22 Utama Ginting √ √ √ − √

23 Robert Bukit √ √ √ √ √

24 Rahmat Tarigan √ √ √ √ −

25 Renjab Sembiring √ √ √ √ √

26 Rudi Efendi Bukit √ √ √ − √

27 Nggerak Ginting √ √ √ √ −

28 Hendra Tarigan √ √ √ − −

29 Darma Ginting √ √ √ √ −


(9)

(10)

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

a. Persawahan dan Agroforestri

b. Jalur Tracking


(11)

d. Monumen Adat Tambak Bukit Pendiri Desa Buluh Awar

e. Pelanja Sira di Bukit Pelanja Sira


(12)

g. Jalan Desa Buluh Awar

h. Pohon rasamala, nangka, tanjung, pada plot pengamatan flora


(13)

j. Pohon beringin, rasamala pada plot pengamatan flora

k. Pohon tanjung, kayu manis pada plot pengamatan flora


(14)

m. Jejak trenggiling di jalur tracking

n. Ayam hutan di jalur tracking


(15)

p. Pengambilan data ke lapangan bersama salah satu warga desa

q. Pengambilan data di lapangan, pempatan plot pengamatan flora dan pengambilan titik kordinat


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Alfira, R. 2014. Identifikasi Potensi dan Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Pada Kawasan Suaka Margasatwa Mampie Di Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar. [skripsi]. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Amran A, Wasidi, Hatta M, 2013. Studi Pengembangan Ekowisata Karst Pada Obyek Wisata Air Terjun Sri Getuk Di Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Pasca. Fakultas Kehutanan. Universitas hasanuddin. Makassar. Andre, T. 2013. Strategi Pengembangan Taman Wisata Alam Gunung Tampomas

Sebagai Kawasan Ekowisata Di Kabupaten Sumedang. Jurnal Ekowisata. 2 (1) : 1-8

Budiwati, 2013. Tanaman Penutup Tanah Untuk Pencegah Erosi. [penelitian]. Fakultas MIPA. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Damanik, J. Dan Weber, H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata. PUSPAR UGM dan Penerbit Andi. Yogyakarta

Dirjen PHKA. 2003. Pedoman Penilaian Analisis Daya Operasi Objek Daya Tarik Wisata Alam. Kementerian Kehutanan. Bogor.

Djuwantoko. 1999. Potensi dan Alternatif Satwaliar sebagai Objek Ekowisata.

Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Efendy M, Naemah D, Winarni E, Fitriani A. 2013. Studi Potensi Tanaman Aren Di Desa Batang Kulur, kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. [laporan penelitian]. Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat. Banjar Baru.

Flamin, A. Dan Asnaryati, 2013. Potensi Ekowisata dan Strategi Pengembangan Tahura Nipa Nipa, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea. 2 (2) : 154-168

Fandeli, C. 2000. Pengusahaan Ekowisata. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.


(17)

Mada. Yogyakarta.

Hisyam, M.S. 1998. Analisa SWOT Sebagai Langkah Awal Perencanaan Usaha. Makalah. Jakarta: SEM Institute.

Juankhan, 2008. Analisis SWOT : Manajemen teknik dan Kewirausahaan. https//:www.justassociates.org/ActionGuide.htm. [Diakses tanggal April 2016]

Karsudi, R., Soekmadi, dan H. Kartodiharjo. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. 16 (3) 148-154.

Maryam, S. 2011. Pendekatan Swot Dalam Pengembangan Objek Wisata Kampoeng Djowo Sekatul Kabupaten Kendal. Jurnal Skripsi Selvi 2 (1) : 1-26

Nisak, Z. 2013. Analisis Swot Untuk Menentukan Strategi Kompetitif. Jurnal Unisla 2 (4) : 1-8

Rangkuti, F. 2005. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

_________. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus - Integrated Marketing Communications . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rizky, A. 2015. Analisis Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Alam Air

Terjun Silimalima Di Kabupaten Tapanuli Selatan. [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Subadra, I. 2008. Ekowisata Hutan Mangrove Dalam Pengembangan Wisata Berkelanjutan. Univeritas Sumatera Utara. Medan.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Alfabetha. Bandung


(18)

Widowati, S. 2012. Kajian Potensi dan Evaluasi Penerapan Prinsip Prinsip dan Kriteria Ekowisata Di Kawasan Taman Wisata Kawah Ijen, Dea Taman Sari, Kabupaten Banyuwangi. [tesis]. Program Pascasarjana. Universitas Udayana. Denpasar

Yosevita, L. 2007. Studi Potensi Dan Pengebangan Ekowisata Di Tual Kabupaten Maluku Tenggara. Jurnal Agroforestri 2 (1) : 66-71

Yuliandra, F. 2007. Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir Berbasis Konservasi. Departemen FPIK. IPB. Bogor


(19)

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai dengan Juni 2016. Lokasi penelitian adalah Desa Buluh Awar dengan luas 2,5 km2 dan Kawasan Hutan Sekitar Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Peta wilayah administrasi kabupaten, kecamatan, data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan lokasi penelitian.


(20)

9

berbagai pustaka penunjang sebagai sumber data sekunder untuk membantu melengkapi pengamatan langsung di lapangan.

3. Kamera untuk dokumentasi lahan dan panorama yang disajikan obyek wisata. 4. GPS Garmin 67CSX untuk mengambil titik kordinat obyek

5. Arcgis 10.1 untuk pengolahan data pembuatan peta 6. Alat Tulis

Obyek dan Data Penelitian 1. Obyek Penelitian

Kegiatan ini melibatkan pihak yang terkait dalam pengelolaan obyek wisata, masyarakat setempat, serta kalangan lain yang ada di wilayah studi, dengan obyek penelitian :

a. Aparat desa, dan masyarakat Desa Buluh Awar

b. Desa Buluh Awar dan obyek wisata di Desa Buluh Awar

Data penelitian yang diambil adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain adalah kondisi umum lokasi penelitian atau data umum yang ada dari instansi pemerintahan desa dan kecamatan. Sedangkan data primer yang dikumpulkan antara lain data potensi ekowisata. Metode Pengumpulan Data

1. Pengambilan Sampel 1.1. Sampel Desa

Pendekatan yang digunakan dalam menentukan lokasi penelitian adalah metode purposive sampling (pengambilan sampel bertujuan). Desa yang diteliti adalah Desa Buluh Awar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang yang memiliki potensi wisata alam. Desa Buluh Awar adalah Desa yang


(21)

terletak dan berbatasan langsung dengan alira sungai deli bagian hulu. Desa Buluh Awar juga merupakan desa adat masyarakat suku Kabupaten Tanah Karo beragama kristen protestan, yang diduduki masyarakat adat yang mata pencariannya dominan masih memanfaatkan hasil hutan di sekitar Desa Buluh Awar.

1.2. Sampel Responden

Penelitian dilakukan dengan metode wawancara. Responden dalam penelitian ini adalah Kelompok Tani di Desa Buluh Awar. Penentuan responden menggunakan teknik purpose sampling, yakni aparat desa, kelompok tani dan orang orang yang dianggap mengetahui dengan baik tentang potensi ekowisata tersebut. Jumlah sampel responden sebanyak 30 orang. Menurut Suharsimi (2010), apabila subyeknya kurang dari seratus lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan populasi. Tetapi jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 15-25% atau lebih.

2.Teknik dan Tahapan Pengambilan Data

a. Melakukan observasi langsung di lapangan dan analisis obyek wisata untuk memperoleh informasi mengenai potensi obyek wisata.

b. Inventarisasi jenis flora dan fauna untuk mengetahui potensi flora dan fauna di sekitar objek penlitian. Inventarisasi flora dilakukan dengan teknik

purpose sampling yang mempergunakan sistem acak dengan pertimbangan faktor-faktor kemudahan pencapaian dari plot yang diambil sebagai sampel. Jenis Flora yang diambil yakni pohon, dan Plot yang diambil yakni di lokasi sekitar jalur tracking. Pengambilan sampel menggunakan petak ukur dengan


(22)

11

ukuran 20 m x 20 m (Yosevita, 2007). Adapun Kriteria keanekaragaman flora seperti dikemukakan oleh

(Fandeli, 2000) pada tabel :

Tabel 2. Kriteria Kualitas Keanekaragaman Flora

Skala Jumlah Jenis Kriteria

1 Terdapat < 5 jenis tumbuhan Buruk 2 Terdapat 6 –10 jenis tumbuhan Agak buruk 3 Terdapat 11 –20 jenis tumbuhan Sedang 4 Terdapat 21 –31 jenis tummbuhan Baik

Sumber : (Fandeli, 2000)

Sedangkan Untuk mengetahui potensi fauna, dilakukan penjelajahan (renaisance survey) bersama dengan inventarisasi vegetasi. Pengamatan terhadap jenis satwa dilakukan dengan mengamati secara langsung maupun tidak langsung, melalui jejak kaki, kotoran, suara, atau menanyakan pada petugas lapangan dan masyarakat sekitar (Alikondra, 1990). Potensi objek wisata mempunyai nilai tinggi jika mempunyai keanekaragaman jenis fauna yang tinggi, untuk itu dibuat kriteria kualitas keanekaragaman fauna seperti yang dikemukakan Fandeli (2000), pada Tabel :

Tabel 3. Kriteria Kualitas Keanekaragaman Fauna

Skala Jumlah Jenis Kriteria

1 Terdapat 1–2 Buruk

2 Terdapat 3–5 Agak Buruk

3 Terdapat 6 –10 Sedang

4 Terdapat 11–15 Baik

5 Terdapat > 15 Sangat baik


(23)

c. Wawancara terhadap responden di Desa Buluh Awar. Menurut

(Sugiono, 2010) Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seorang responden, caranya adalah dengan bercakap cakap secara tatap muka. Penentuan Responden dilakukan dengan metode purpose sampling. Responden dalam teknik ini adalah para aparat desa dan pihak kelompok tani yang ada di desa Buluh Awar. Sampel Responden yang diambil sebanyak 25 orang (Suharsimi, 2010).

d. Keseluruhan data, baik primer maupun sekunder selanjutnya ditabulasikan sesuai dengan kebutuhan sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian, serta dilakukan analisis para pihak untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan obyek wisata. e. Mengambil titik kordinat dan penandaan jalur menggunakan GPS (Global Positioning System) pada setiap obyek wisata dan obyek pendukung lainnya yang kemudian akan dipetakan dengan meng overlay dan digitasi pada peta Desa Buluh Awar menggunakan ArcGIS 10.1.

Analisis Data

1. Analisis Potensi Flora dan fauna

Dari hasil analisa flora dan fauna yang diperoleh kemudian diberikan diskripsinya untuk masing-masing jenis atau kelompoknya. Dengan demikian akan menjadi jelas untuk diketahui apakah keanekaragaman flora dan fauna yang ada tersebut mampu menjadi potensi pendukung sebagai objek dan daya tarik ekowisata yang akan dikembangkan (Yosevita, 2007).


(24)

13

2. Analisis Potensi Objek

Obyek dan daya tarik (flora, fauna dan obyek lainnya) yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan kriteria penskoringan pada Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen PHKA tahun 2003 sesuai dengan nilai yang telah ditentukan untuk masing-masing kriteria. Jumlah nilai untuk satu kriteria penilaian ODTWA dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut:

= ×

Keterangan : S = skor/nilai suatu kriteria

N = jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria B = bobot nilai

Kriteria yang dipakai sebagai dasar dalam penilaian terdiri dari : 1. daya tarik (potensi kawasan/areal)

2. aksesibilitas 3. akomodasi

4. dan sarana prasarana penunjang

Dari masing masing kriteria tersebut, dalam penilaiannya terdiri dari unsur dan sub unsur yang sangat berkaitan. Nilai/bobot dari masing masing kriteria tersebut berbeda beda satu sama lain antara 3 sampai 6 sesuai dengan ketentuan Dirjen PHKA tahun 2003 tentang penilaian ADO ODTWA. Sedangkan dalam suatu kriteria, nilai dari masing masing unsur dan sub unsur dapat berlainan, tergantung dari kondisi obyek yang dinilai.

Kriteria daya tarik diberi bobot 6 karena daya tarik merupakan modal utama yang memungkinkan datangnya pengunjung. Kriteria aksesibilitas diberi


(25)

bobot 5 karena merupakan faktor yang sangat penting dalam mendorong wisatawan berkunjung ke lokasi obyek wisata. Kriteria akomodasi diberi bobot 3 karena merupakan satu faktor yang diperlukan dalam kegiatan wisata khususnya pengunjung yang berasal dari tempat yang jauh dan kriteria sarana prasarana penunjang yang bersifat sebagai penunjang diberi bobot 3. Sedangkan untuk kriteria pengelolaan dan pelayanan (bobot 4) tidak dipakai karena Desa Buluh Awar merupakan desa yang memiliki potensi wisata alam yang belum dikelola oleh pihak manapun (Dirjen PHKA, 2003).

Adapun penilaian untuk masing masing kriteria disajikan dalam tabel berikut sesuai ketentuan Dirjen PHKA tahun 2003 tentang ADO ODTWA.

Tabel 4. Kriteria Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata (bobot 6)

No Unsur/Sub Unsur Nilai

1. Keunikan sumber daya alam: Ada Ada Ada Ada Ada 1

a. Air Terjun 5 4 3 2

b. Flora 30 25 20 15 10

c. Fauna

d. Adat istiadat/kebudayaan

e. Sungai

2. Banyaknya sumberdaya alam yang menonjol: Ada Ada Ada Ada Ada 1

a. Batuan 5 4 3 2

b. Flora 30 25 20 15 10

c. Fauna

d. Air

e. Gejala alam

3. Kegiatan wisata alam yang dapat dilakukan: ≥5 Ada Ada Ada Ada 1

a. Menikmati keindahan alam 4 3 2

b. Melihat flora dan fauna 30 25 20 15 10

c. Trekking

d. Penelitian/pendidikan

e. Berkemah

f. Kegiatan olahraga

g. Mandi

h. Bermain Air

4. Kebersihan lokasi obyek wisata, tidak ada Ada Ada Ada Ada Tidak

pengaruh dari: 6 5 3-4 1-2 ada

a. Industri 30 25 20 15 10

b. Jalan ramai

c. Pemukiman penduduk


(26)

15

e. Vandalisme (coret-coret) f. Pencemar lainnya

5. Keamanan kawasan: ≥5 Ada Ada Ada Ada 1

a. Tidak ada arus berbahaya 4 3 2

b. Tidak ada perambahan dan penebangan liar 30 25 20 15 10

c. Tidak ada pencurian

d. Tidak ada penyakit berbahaya seperti malaria

e. Tidak ada kepercayaan yang mengganggu f. Tidak ada tanah longsor

6. Kenyamanan: ≥5 Ada Ada Ada Ada 1

a. Udara yang bersih dan sejuk 4 3 2

b. Bebas dari bau yang mengganggu 30 25 20 15 10

c. Bebas dari kebisingan

d. Tidak ada lalu lintas yang mengganggu e. Pelayanan terhadap pengunjung yang baik f. Tersedianya sarana dan prasarana

Ket :Skor total maksimum = bobot daya tarik x nilai unsur = 1080

Sumber : (Rizky, 2015)

Tabel 5. Kriteria Penilaian Aksesibilitas (bobot 5)

No Unsur/Sub Unsur Nilai

1. Kondisi jalan Baik Cukup Sedang Buruk

30 25 20 15

2. Jarak <5 km 5-10 km 10-15 km >15 km

30 25 20 10

3. Tipe jalan Jalan aspal lebar Jalan aspal Jalan Jalan

>3m lebar <3 m batu/makadam tanah

30 25 20 15

4. Waktu tempuh 1-3 jam 2-3 jam

3-4

jam ≥5 j

dari pusat kota

30 25 20 15

Ket :Skor total maksimum = bobot aksesibilitas x nilai unsur aksesibilitas = 600

Sumber : (Rizky, 2015)

Tabel 6. Kriteria Penilaian Akomodasi (bobot 3)

No Unsur/Sub Unsur Nilai

1. Jumlah akomodasi ≥4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak ada

30 25 20 15 10

2. Jumlah kamar >100 75-100 30-75 <30 Tidak ada


(27)

30 25 20 15 10

Ket :Skor total maksimum = bobot akomodasi x nilai unsur akomodasi = 180 Tabel 7. Kriteria Penilaian Sarana dan Prasarana Penunjang (radius 15 km dari

objek, bobot 3)

No Unsur/Sub Unsur Jumlah

≥4 Ada 3 Ada 2 Ada 1 Tidak

ada

1. Prasarana 50 40 30 20 10

a. Kantor pos b. Jaringan telepon c. Puskesmas d. Jaringan listrik e. Jaringan air minum

2. Sarana penunjang 50 40 30 20 10

a. Rumah makan

b. Pusat perbelanjaan/pasar c. Bank

d. Toko cinderamata e. Transportasi

Ket : Skor total maksimum = bobot sarana dan prasarana x nilai unsur sarana dan

prasarana = 300

Sumber : (Rizky, 2015)

Setelah masing masing kriteria dinilai kemudian di input data kedalam tabel indeks kelayakan untuk mengetahui indeks kelayakan suatu lokasi wisata.

Tabel 8 . Indeks Kelayakan Lokasi Wisata

No Kriteria Bobot Nilai Skor Skor max Indeks (%) Ket

(B) (N) (S) (Sm) (I)

1 Daya tarik 6 1080

2 Aksesibilitas 5 625

3 Akomodasi 3 180

4 Sarana dan 3 300

Prasarana

Tingkat Kelayakan

Sumber : Rizki (2015)

Skor yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan skor total suatu kriteria apabila setiap sub kriteria memiliki nilai maksimum yang memiliki semua unsur dan sub unsur. Hasil penilaian tersebut adalah sebagai berikut :


(28)

17

Karsudi et al. (2010) menyatakan setelah dilakukan perbandingan, maka akan diperoleh indeks kelayakan dalam persen. Indeks kelayakan suatu kawasan ekowisata adalah sebagai berikut :

- Tingkat kelayakan > 66,6% : layak - Tingkat kelayakan 33,3% - 66,6% : belum layak - Tingkat kelayakan < 33,3% : tidak layak 3. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Pengembangan kepariwisataan tak bisa lepas dari faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhinya.Untuk dapat memahami faktor-faktor internal dan eksternal tersebut dengan lebih detail, maka dilakukan klasifikasi faktor internal ke dalam faktor kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness), sedangkan faktor eksternal dikelompokkan ke dalam faktor peluang (opportunity) dan ancaman (threat).

Yang dimaksudkan dengan kekuatan adalah hal-hal yang dimiliki objek ekowisata alam yang merupakan kelebihan sehingga menjadi kekuatan daya tarik bagi wisatawan (Yosevita, 2007), Sedangkan faktorkelemahan terdiri dari beberapa indikator antara lain meliputi; sumber dayamanusia, sarana akomodasi pariwisata, objek wisata dan tempat hiburan, infrastruktur pariwisata, sarana transportasi wisata dalam kawasan, ketersediaan air bersih dan fasilitas listrik (Anas, 2015). Data faktor eksternal dicari untuk menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan persoalan ekonomi, budaya, sosial, lingkungan, demografi, politik, hukum, pemerintahan, teknologi, dan persaingan pasar, yang mana pada peluang

(Opportunity) yakni hal hal yang apabila dimanfaatkan akan menambah keuntungan


(29)

menurunkan keuntunga (Maryam, 2011). Analisis faktor internal-eksternal ini sangat bermanfaat untuk dipergunakan dalam perumusan strategi dan program pengembangan kepariwisataan (Rangkuti, 2005).

4. Analisis Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT

Analisis SWOT digunakan sebagai metode dalam penelitian ini karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan pendekatan yang lain yaitu dengan Analisis SWOT maka dapat diketahui situasi objek wisata dengan mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang berpengaruh pada objek wisata, yaitu menganalisis peluang dan kekuatan yang dimiliki untuk menentukan rencana masa depan dan mengatasi kelemahan dan ancaman dengan cara rencana perbaikan (Maryam, 2011).

Tabel 9. Matriks SWOT Internal

Strengths Weakness

Eksternal Susunan Daftar Kekuatan Susunan Daftar Kelemahan

Oppurtunities Strategi SO Strategi WO

Menggunaan kekuatan Mengurangi kelemahan Susunan Daftar

untuk memanfaatkan dengan memanfaatkan Peluang

peluang peluang

Threats Strategi ST Strategi WT

Menggunakan kekuatan

Susunan Daftar Memperkecil kelemahan

untuk menghindari

Ancaman untuk menghindari ancaman

ancaman

(Sumber: Hisyam, 1998)

Penentuan empat macam strategi pengembangan berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal dilakukan dengan model sebagai berikut:

1. Strategi S –O, dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

2. Strategi S – T, dibuat dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk mengatasi segala ancaman yang ada.


(30)

19

3. Strategi W –O, dibuat dengan memanfaatkan peluang dan meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi W –T, dibuat untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

(Yuniandra, 2007).

5. Pemetaan Kawasan Ekowisata dan Obyek Wisata

Pembuatan peta lokasi obyek wisata dilakukan dengan menumpang tindihkan antara potongan (clip) peta desa dan peta Administratif Sibolangit dengan data titik yang diambil di lapangan dengan menggunakan GPS. Proses pengolahan data titik koordinat yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut:

1. Dimasukkan atau disambungkan GPS ke laptop hingga muncul di Computer (Removeable Disk E:).

2. Dibuka aplikasi DNRfile”.Garmin → Diklik “

3. Diklik “loadformfileMy Computer, dibuka folder → P Garminfolder→“GPX”.

4. Digantitextfile” “menjadi format “GPS”. 5. Didouble klik titik pengambilan koordinat.

6. Muncul kotakFeature Typedialog”→DipilihWayPoint” →“ Klik “OK”. 7. Lalu muncul titik-titik dari GPS → Diblok semua.

8. Diklik fileSave To→” pilih→Klikfile→“ Simpanfileditempat penyimpanan yang dikehendaki.


(31)

10. Muncul kotak dialog “DNR Garmin” yang berhasil → Klik “OK”.

11. Dibuka jendela ArcGIS 10.1 → Klik OK.

12. Klik icon Add Data , masukkan peta titik tumbuhan obat.

Klik icon Add Data masukkan potongan (clip) peta desa dan peta Administratif Sibolangit dengan titik yang sudah ada.

Data Lapangan berupa Titik Koordinat

DNR Garmin

Ubah ke .shp ArcGIS 10.1.

Peta Lapangan Berupa Titik Koordinat

Overlay

Lokasi Obyek Wisata Buluh Awar Sibolangit


(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Desa Buluh Awar

Buluh Awar adalah sebuah desa kecil di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Letak Buluh Awar arah tenggara dari Sibolangit, berjarak 12,5 km dari Desa andar Baru yang merupakan ibukota kecamatan Sibolangit. Luas Desa Buluh Awar sekitar 2,5 km2 dan terletak di ketinggian dari permukaan laut 500-600 m. Keadaan daerah landai dan berbukit-bukit dimana ditengah desa mengalir sebuah sungai bernama Lau Pei Pei. Iklim Di Desa Buluh Awar pada umumnya berhawa sedang dan terdiri dari dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau Musim penghujan biasanya terjadi sekitar bulan September sampai dengan Maret dan musimm kemarau terjadi dari bulan April sampai dengan Agustus untuk setiap tahunnya. Desa Buluuh Awar merupakan salah satu dari 30 Desa yang ada di Kecamatan Sibolangit yang mana secara geografis sebelah utara berbatasan dengan Desa Sala Bulan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Batu Layang, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Maju, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sibiru biru.

Wisata Aren Sebagai Karakterisktik Desa Buluh Awar

Tanaman Aren (Arenga pinata) merupakan pohon berbentuk tegak warna hijau kecoklatan, berupa roset batang dan berpelepah. Ketinggian tanaman bisa mencapai 25 meter tanpa banir dengan diameter dapat mencapai 65 cm. Hampir semua bagian tanaman aren dapat dimanfaatkan dimulai dari akar sebagai penyerapp air yang sangat baik menjadikan aren cocok sebagai tanaman pencegah erosi, batangnya yang keras dapat dimanfaatkan sebagai peralatan rumah tangga, pelepah daunnya dapat dimanfaatkan sebagai atap rumah, hingga bunga aren yang


(33)

menghasilkan air nira yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan gula aren dan buahnya dapat dimanfaatkan menjadi kolang kaling (Efendy, 2013).

Di Desa Buluh Awar, hampir seluruh masyarakat bekerja sebagai petani termasuk bertani aren. Berkisar 50% masyarakat hidup dengan memanfaatkan pohon aren yang menghasilkan air nira. Pemanfaatan yang dilakukan untuk memproduksi gula aren dan gula semut. Di Desa Buluh Awar tanaman aren cukup banyak terdapat di kawasan hutan rakyat Desa Buluh Awar di lahan seluas 10 hektare yang tersebar secara sporadis (terpisah-pisah). Sebagai salah satu kawasan yang memiliki tanaman aren yang cukup tinggi, masyarakat Desa Buluh Awar sangat memiliki ketergantungan pada tanaman aren. Air yang dimiliki salah satu jenis tanaman palem tersebut, merupakan suatu berkah tersendiri bagi penunjang perekonomian masyarakat di sana. Desa Buluh Awar berkisar 50% hidup dengan memanfaatkan pohon nira. Pemanfaatan yang dilakukan untuk memproduksi gula aren dan gula semut.

Secara umum, satu pohon aren bisa menghasilkan 15 liter air nira perhari tetapi sebagian lainnya ada juga yang mampu menghasilkan hingga 20 liter bahkan 30 liter perharinya. Dalam satu hari air nira bisa diambil dua kali dari satu pohon, pagi dan sore. Jumlah liter yang bisa dihasilkan satu pohon tergantung kualitas dari pohonnya masing masing. Untuk air nira itu perliternya dijual dengan harga Rp 2.000 dengan melakukan pengolahan dengan menciptakan produk turunannya berupa gula, dapat memeberikan nilai tambah bagi para petaninya.

Terdapat sebuah tempat bernama Villa Arenku yang merupakan sebuah Aren Centre tempat pembudidayaan, pembelajaran dan pembibitan aren di Desa Buluh Awar. Diatas tanah seluas 9000 m dipinggir Sungai Lau Pei Pei, ketinggian


(34)

23

700 m dari permukaan laut dengan Kelompok Tani nya GAPOKTAN AREN BULUH AWAR yang mengembangkan tanaman Agroforest dengan tanaman utama Aren. Pengunjung dapat menginap di Villa Arenku dengan menikmati pemandangan yang alami persawah, dan sungai yang dapat dimanfaatkan untuk mandi, bebas dari suara kebisingan perkotaan ditengah hutan lindung Sibolangit dan bebas dari sampah knalpot mobil dan motor atau CO2. Di pinggiran sungai Lau Pei Pei di Villa Arenku tersusun rapi 300 pohon aren dengan pohon pohoon buah lainnya sehingga tempat tersebut menjadi menyenangkan dan menyegarkan. Pengunjung yang datang ke Desa Bulluh Awar dapat berwisata edukasi pembelajaran aren serta pembudidayaannya serta menikmati sajian air nira segar yang dihasilkan dari pohon aren milik masyarakat.


(35)

Gambar 4. Penyadapan air nira oleh petani aren

Gambar 5. Tempat pembibitan aren dan penglolahan hasil aren

Analisis Potensi Flora dan Fana A. Potensi Flora

Hasil Inventarisasi dengan menggunakan plot ukur 20 x 20 m di sepanjang jalur tracking dan sungai ditemukan jenis jenis pohon yaitu Beringin

(Ficus benjamina), Rasamala (Altingia exelsa), Durian (Durio zibetinus), Nangka

(Arthocarpus heterophyllus), Mangga (Mangifera indica), Kayu Manis

(Cinnamomum verum), Kemiri (Aleurites moluccanus), Asam Jawa (Tamarindus indica), Kapas, Jambu Air (Syzygium aqueum), Tanjung (Mimusoph elengi).


(36)

25

Mengacu pada kriteria yang dikemukakan oleh Fandeli (2000), bahwa potensi flora yang dimiliki oleh kawasan sekitar objek wisata di Desa Buluh Awar berada pada kriteria sedang yaitu sekitar 11 sampai 20 jenis tumbuhan. Data ini menunjukkan bahwa kondisi lingkungan sekitar objek harus benar benar dijaga dan dipelihara agar vegetasi yang telah ada tetap terpelihara, jangan asal ditebang dalam memenuhi kebutuhan sehari hari karena dapat mempengaruhi kenyamanan sekitar objek. Semua ini menggambarkan khasanah kekayaan potensi keragaman hayati flora yang dimiliki dan dapat menunjang atau menambah daya tarik wisatawa untuk melihat dan menikmatinya.

Seperti yang dikatakan Fandeli (2000), penggunaan estetika untuk keanekaragaman hayati memberikan pilihan terhadap nilai nilai masyarakat yang tinggal untuk melihat, mendengar, pengalaman alam dan keanekaragaman bentuk bentuk kehidupan.

Ketertarikan pada nilai estetika ini tentu berperan untuk ekowisata, dan aktivitas-aktivitas lain yang dapat menghasilkan pendapatan ekonomi. Dengan demikian kawasan ekowisata Desa Buluh Awar merupakan kawasan alternatif untuk menjadi tujuan ekowisata yang menjanjikan untuk dikembangkan menjadi tujuan ekowisata yang memiliki potensi flora.

B. Potensi Fauna

Hasil Inventarisasi yang dilakukan baik pengamatan langsung, tidak langsung, dan wawancara dengan masyarakat sekitar, Keberadaan Flora didalam kawasan hutan maupun sekitar desa tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan satwanya, antara keduanya terdapat interaksi yang sangat erat oleh karena itu pada kawasan hutan di sekitar Desa Buluh Awar dari data yang diperoleh di lapangan


(37)

terdapat jenis burung dan non burung. Yang terinventaris jenis non burung seperti Rusa Kecil (Tragulus kanchil), Babi Hutan (Sus scrofa), Ayam Hutan (Gallus), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Ular Sawah (Ptyas korros), Biawak (Varanus), Macan Akar (Felis bengalensis), Trenggiling (Manis javanica), Kaki Seribu (Diplopoda), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Sedangkan jenis burung terdapat jenis kapas tembak (Alophoixus bres gutturalis), Elang (Haliastus indus), Kacer (Copsychus saularis).

Mengacu pada kriteria yang dikemukakan oleh Fandeli (2000), maka dapat dikatakan bahwa fauna yang berada pada Desa ini memiliki keanekaragaman tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai penunjang ekowisata. Sesuai dengan pendapat Djuwantoko (2000), bahwa sumberdaya alam hayati yang berupa satwa liar (Wildlife sources) memiliki berbagai nilai yang menjadikan sumberdaya alam ini harus diperhatikan secara intrinsik dan hakiki oleh setiap orang, khususnya bagi pengelola sumberdaya alam untuk dapat memanfaatkan nilai rekreasi dari satwa tersebut secara berkelanjutan.

Analisis Potensi Obyek A. Daya Tarik

Daya tarik wisata merupakan tujuan utama wisatawan untuk datang mengunjungi suatu tempat wisata. Daya tarik yang dimiliki Desa Buluh Awar dapat dilihat pada Tabel.


(38)

27

Tabel 10. Hasil Penilaian Daya Tarik Desa Buluh Awar

Unsur Uraian Bobot Nilai Skor

Keunikan sumber - Sungai 6 15 90

daya Alam - Adat Istiadat

6 20 120

Banyaknya sumber - Air daya alam yang - Flora

menonjol - Fauna

Kegiatan wisata - Menikmati keindahan alam 6 30 180

alam yang dapat - Tracking,

dilakukan - Melihat Flora dan Fauna

- Berkemah

- Mandi

- Bermain air

Kebersihan lokasi - Tidak adanya industri 6 25 150

objek wisata - Tidak ada jalan ramai

- Tidak ada sampah

- Tidak ada coretan coretan

- Tidak ada pencemar

Keamanan kawasan - Tidak ada arus berbahaya 6 30 180

- Tidak ada perambahan dan

penebangan liar

- Tidak ada pencurian

- Tidak ada penyakit berbahaya

- Tidak ada kepercayaan yang

mengganggu

- Tidak ada tanah longsor

Kenyamanan - Udara yang bersih dan sejuk 6 30 180

- Bebas dari bau mengganggu

- Bebas dari kebisingan

- Tidak ada lalu lintas yang

mengganggu

- Pelayanan terhadap pengunjung

yang baik

- Tersedianya sarana dan prasarana

Skor Total 150 900

Dari pengamatan yang dilakukan langsung di lapangan, Desa Buluh Awar memiliki beberapa keunikan sumberdaya alam seperti sungai dan adat istiadat. Sungai bernama Lau Pei Pei terletak pada bagian timur Desa Buluh Awar


(39)

merupakan salah satu sungai yang berada pada bagian hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli. Lau Pei Pei mengalir melintasi Desa Buluh Awar sekaligus menjadi pembatas antara pemukiman masyarakat desa dengan hutan masyarakat Desa Buluh Awar. Sungai Lau Pei Pei dengan lebar 4 –5 meter mengalir jernih dan deras sepanjang desa, memiliki pemandangan berupa persawahan, tebing, dan perkebunan masyarakat disepanjang tepi sungai. Lau Pei Pei memiliki bebatuan yang berada di pinggir sungai dan ditengah sungai menjadikan aliran air sungai bergelombang. Sungai Lau Pei Pei merupakan salah satu keunikan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata di Desa Buluh Awar, sesuai dengan pernyataan (fandeli, 2000), Kawasan hutan seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata. Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, daerah hulu atau muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata.

Gambar 6. Sungai Lau Pei Pei

Desa Buluh Awar juga merupakan Desa rohani yang pengelolaannya sekarang dilaksanakan oleh GBKP. Buluh Awar adalah lokasi dimana awal


(40)

29

penginjilan terhadap masyarakat karo dimulai dan dari Buluh Awar proses kristenisasi terhadap tanah Karo berawal. Dimana pada 18 April 1890, Nederlands Zendelingenootschap mengutus Pdt. H. C. Kruyt dari Tomohon, Minahasa, ke Tanah Karo. Kruyt tinggal di Buluh Awar yang menjadi pos penginjilan yang pertama di Tanah Karo dengan membangun sebuah rumah sederhana sebagai tempat istirahat dan tempat berkumpul dengan pengikut pengikutnya dan menjadi gereja batak karo protestan pertama di tanah Karo pada tanggal 24 desember 1899 dengan jumlah jemaat saat itu sebanyak 56 orang.

Desa Buluh Awar yang terletak di tanah Karo memiliki adat istiadat dan kebudayaan yang sampai sekarang masih dianut oleh masyarakat desa seperti masyarakat tanah Karo lainnya. Masyarakat Desa Buluh Awar adalah masyarakat agraris, maka beras menjadi salah satu corak kebudayaannya. Oleh karena itu diadakan pesta tahunan bernama Merdang Merdem. Merdang Merdem atau Kerja Tahun adalah sebuah perayaan tradisi masyarakat Tanah Karo yang diadakan setahun sekali. Merdang Merdem adalah sebuah ritual atau upacara penyembahan kepada sang pencipta, Beraspatih Taneh (yang dalam kepercayaan asli Suku Karo, sebagai penguasa tanah). Tujuannya agar setiap aktivitas pertanian yang dilakukan bisa menghasilkan panen yang berlimpah. Acara tahunan ini diselenggarakan di suatu tempat bernama Jambur, merupakan suatu bangunan yang luas tanpa dinding dan dilengkapi dapur umum dan peralatannya serta toilet. Di Desa Buluh Awar sendiri, Merdang Merdem diselenggarakan sekali dalam setiap tahun pada bulan April.


(41)

Gambar 7. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Pertama Di Tanah Karo

Gambar 8. Jambur sebagai tempat perayaan Merdang Merdem atau Kerja Tahun Pengunjung maupun masyarakat Desa Buluh Awar dapat melakukan kegiatan ekowisata dengan menikmati keindahan panorama alam di Desa Buluh Awar. Panorama yang dapat dinikmati yakni hamparan persawahan yang mengelilingi desa dan bersandingan dengan perkebunan masyarakat. Panorama lain juga dapat dinikmati dari puncak bukit bernama Pelanja Sira. Bukit Pelanja Sira adalah suatu bukit yang terletak di sebelah Timur Desa Buluh Awar yang mana bukit ini merupakan peniggalan bersejarah yang dahulunya adalah sebagai perlintasan bagi para pedagang garam dari Tanah Karo menuju Desa Sembahe


(42)

31

hingga kota Medan. Para Wisatawan yang hendak ke puncak bukit ini akan melakukan Tracking terlebih dahulu dengan menyeberang sungai Lau Pei Pei dan menyusuri jalur track sepanjang 3 kilometer dari Desa hingga menuju puncak bukit Pelanja Sira. Sepanjang jalur track dapat dijumpai berbagai jenis tumbuhan seperti durian, aren, pinang, beringin, mahoni, petai, kayu manis. Di sepanjang jalur track juga terdapat tanda tanda keberadaan satwa seperti macan akar, trenggiling, kancil, biawak, dan titik titik tempat pengamatan burung. Di puncak bukit Pelanja Sira wisatawan dapat berkemah dan mendirikan tenda karena areal puncak yang datar dengan luas 30 m x 30 m, cukup luas dan cocok untuk lokasi berkemah. Dari Puncak Bukit Pelanja Sira wisatawan dapat menikmati dari ketinggian panorama hamparan persawahan, pemukiman, hutan dan perkebunan milik warga Desa Buluh Awar. Para Wisatawan juga dapat menikmati aliran sungai Lau Pei Pei yang deras dan jernih dengan bermain air, mandi, karena kedalaman sungai yang tidak terlalu dalam.


(43)

Gambar 10. Pintu Masuk Jalur Tracking

Gambar 11. Panorama dari puncak bukit Pelanja Sira


(44)

33

Gambar 113. Sungai Lau Pei Pei dapat dinikmati untuk mandi dan bermain air Lokasi Desa Buluh Awar sampai saat ini masih aman dan nyaman bagi masyarakat desa maupun pengunjung yang ingin melakukan wisata alam dan wisata rohani. Desa Buluh Awar bebas dari kebisingan karena lokasi desa yang jauh dari jalan lintas kabupaten dan pusat keramaian maupun perkotaan. Desa Buluh Awar terletak pada ketinggian 700 meter diatas permukaan laut dan dikelilingi hutan lindung, hutan produksi, persawahan serta perkebunan masyarakat menjadikan udara di sekitar desa sejuk yang akan memberi kenyamanan bagi masyarakat dan pengunjung desa. Tidak ada kejahatan dan kriminal seperti pencurian dan perambahan liar yang terjadi di Desa Buluh Awar karena masyarakat sangat menjaga kenyamanan pengunjung khususnya para pengunjung wisata rohani. Mayarakat Desa Buluh Awar sangat menjaga kelestarian hutan lindung yang berada di sekitar desa dan hanya memanfaatkan beberapa lahan milik pribadi disekitar desa dengan menanami padi dan beberapa jenis tumbuhan seperti durian, mangga, kayu manis, dan aren.


(45)

Desa Buluh Awar dihuni oleh penduduk yang menganut agama Kristen Protestan dan tidak ada kepercayaan lain yang dianut di Desa Buluh Awar kecuali Kristen Protestan. Di Desa Buluh Awar tersedia sarana rumah ibadah berupa Gereja yang terletak di tengah pemukinan masyarakat desa dan sarana air bersih yang juga terletak di tengah pemukiman masyarakat desa. Di Desa Buluh Awar juga tersedia Pusat Kesehatan Desa (PUSKESDES) yang masih aktif beroperasi untuk menanagani masyarakat desa yang terkena penyakit.

Gambar 14. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) sebagai sarana tempat ibadah


(46)

35

Gambar 16. Sarana Pusat Kesehatan Desa (PUSKESDES) Buluh Awar B. Aksesibilitas

Hasil penilaian aksesibilitas untuk menuju Desa Simaninggir dari Kota Medan dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 11. Hasil Penilaian Aksesibilitas Menuju Desa Buluh Awar

Unsur/Sub Unsur Uraian Bobot Nilai Skor

Kondisi jalan Cukup 5 25 125

Jarak dari kota >15 km 5 10 100

Tipe jalan Jalan Aspal Lebar <3 m 5 25 125

Waktu tempuh dari 1-3 jam 5 30 150

kota

Skor Total 90 450

Berdasarkan pengamatan di lapangan, akses menuju desa buluh awar dapat ditempuh melalui jalan lintas kabupaten Deli Serdang –Kabupaten Tanah Karo yang akan melului sebuah persimpangan menuju Desa Buluh Awar di Kecamatan Sibolangit. jalan yang ditempuh menuju Desa Buluh Awar dari kota medan maupun Kabanjahe (Ibu kota Kabupaten Tanah Karo) cukup baik, jalan terbuat dari aspal dengan lebar 6 meter. Jarak yang ditempuh dari Kota Medan dimulai dari Simpang Pos kecamatan Medan Johor sampai Simpang Buluh Awar Kecamatan Sibolangit berjarak sejauh 26 km dengan waktu tempuh selama 1 jam


(47)

17 menit dan apabila dari kabanjahe berjarak sejauh 46 km dengan waktu tempuh 1 jam 30 menit. Setelah sampai di simpang Buluh Awar yang terletak di Kecamatan Sibolangit, pengunjung melanjutkan perjalanan menuju Desa Buluh Awar sejauh 5,5 km dengan melalui jalan desa yang terbuat dari jalan semen beton dan batuan dengan lebar jalan 2,5 meter.

Gambar 17. Jalan lintas Kabupaten Deli Serdang –Kabupaten Tanah Karo

Gambar 18. Simpang Buluh Awar di Jalan Lintas Kabupaten Deli Serdang –Kabupaten Tanah Karo


(48)

37

Gambar 19. Gapura gerbang masuk menuju Desa Buluh Awar terletak di simpang Buluh Awar

Gambar 20. Jalan menuju Desa Buluh Awar

Gambar 21. Jalan Desa dengan sebuah plang menandakan pengunjung telah sampai di Desa Buluh Awar


(49)

C. Akomodasi

Ketersediaan akomodasi untuk menuju Desa Buluh Awar dari Kota Medan dan serta penginapan bagi pengunjung di lokasi Desa Buluh Awar dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 12. Hasil Penilaian Akomodasi di Desa Buluh Awar

Unsur/Sub Unsur Jumlah Nilai Skor

Akomodasi > 4 30 90

Kamar < 30 15 45

Skor Total 40 120

Terdapat banyak akomodasi berupa angkutan umum yang melewati jalan lintas Kabupaten Deli Serdang –Kabupaten Tanah Karo dimulai dari jenis bus sampai jenis minibus. Angkutan umum dapat dinaiki dari kota Medan dan Kabanjahe atau dinaiki darimana saja antara kota Medan sampai Kabanjahe. Namun pengunjung hanya bisa menaiki angkutan umum sampai simpang Buluh Awar. Tidak angkutan umum yang tersedia dari simpang Buluh Awar menuju Desa Buluh Awar. Pengunjung dapat menempuh jalan desa dari Simpang Buluh Awar menuju Desa Buluh Awar dengan berjalan kaki atau bisa menumpang dengan warga Desa Buluh Awar yang sedang melintas menuju Desa Buluh Awar.

Gambar 22. Angkutan umum bernama Murni Ekspres jenis bus jursan Medan – Kabanjahe


(50)

39

Gambar 23. Angkutan umum bernama Dairi jenis minibus jurusan Medan –Kabanjahe Akomodasi berupa penginapan di Desa Buluh Awar terdapat 2 tempat penginapan yakni Villa Arenku dan Rumah Minahasa. Villa Arenku berjumlah 6 kamar yang didirikan oleh sebuah Kelompok Tani Aren di Desa Buluh Awar yakni sebuah penginapan alami mendengar suara air dari sawah dan sungai keluar dari suara kebisingan perkotaan ditengah hutan lindung Sibolangit dan bebas dari sampah dan Co2. Terletak dipinggiran sungai Lau Pei Pei yang dikelilingi 300 pohon aren dan pohon pohon buah buahan lainnya yang membuat tempat tersebut menjadi menyenangkan dan menyegarkan. Penginapan bernama Rumah Minahasa memiliki kamar berjumlah 9 kamar juga menyajikan hal serupa dengan Villa Arenku sekaligus menjadi penyedia fasilitas pengginapan untuk para pengunjung yang datang dari daerah yang jauh yang ingin berwisata rohani dan ingin menginap di Desa Buluh Awar.


(51)

Gambar 24. Villa Arenku

Gambar 25. Rumah Minahasa D. Sarana dan Prasarana Penunjang

Hasil pengamatan mengenai sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel

Tabel 13. Hasil Penilaian Sarana dan Prasara`na Penunjang

Unsur/Sub Unsur Jumlah Nilai Skor

Prasarana penunjang 3 40 120

Sarana penunjang 4 50 150

Skor Total Aksesibilitas 90 270

Terdapat beberapa Sarana penunjang berupa kantor pos yang terletak di ibukota kecamatan sibolangit yakni bandar baru yang berjarak 15,5 km dari Desa


(52)

41

Buluh Awar, Pusat Perbelanjaan bernama Pasar Sibolangit yang terletak di Jalan lintas Kabupaten Deli Serdang –Kabupaten Tanah Karo berjarak 7,5 km dari Desa Buluh Awar. Terdapat juga beberapa rumah makan dan Bank serta beberapa mesin ATM yang terletak di Ibukota Kecamatan Sibolangit yakni Bandar Baru yang berjarak 15,5 km dari Desa Buluh Awar.

Gambar 26. Bank BRI di Kecamatan Sibolangit


(53)

Gambar 28. Pasar Sibolangit

Sedangkan untuk prasarana penunjang tersedia jalan desa menuju desa Buluh Awar dari Kecamatan Sibolangit, terdapat jaringan listrik turbin mikro di Desa Buluh Awar yang digerakkan oleh arus sungai Lau Pei Pei. Pembangkit listrik mikro ini cukup menyuplai arus listrik bagi Desa buluh Awar siang dan malam hari. Terdapat juga jaringan drainase atau pengairan yang mengalir dialirkan dari hulu Kecamatan Sibolangit ke persawahan desa Buluh Awar dan bermuara di sungai Lau Pei Pei.

Tabel 14. Hasil Penilaian Potensi Ekowisata Desa Buluh Awar

No Kriteria Bobot Nilai Skor Skor max Indeks (%) Ket

(B) (N) (S) (Sm) (I)

1 Daya tarik 6 150 900 1080 83,33 Layak

2 Aksesibilitas 5 90 450 625 72 Layak

3 Akomodasi 3 40 120 180 66,67 Layak

4 Sarana dan 3 90 270 300 90 Layak

Prasarana

Tingkat Kelayakan 78 Layak

Hasil penilaian objek dan daya tarik wisata alam yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel. Tingkat kelayakan rata-rata dari semua faktor yang telah diberikan penilaian adalah 78%. Berdasarkan data tersebut, jika dibandingkan dengan Taman Wisata Alam Sibolangit yang memiliki nilai kelayakan 93,40%


(54)

43

(Ginting, 2012) Desa Buluh Awar memiliki nilai kelayakan yang lebih rendah di semua aspek. Daya tarik Desa Buluh Awar bernilai 83,33%, sedangkan daya tarik Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki nilai kelayakan daya tarik sebesar 86,11%. Aksesibilitas Desa Buluh Awar memiliki nilai kelayakan 72% sedangkan Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki nilai kelayakan aksesibilitas 87,5%. Hasil penilaian kelayakan pengembangan akomodasi Desa Buluh Awar adalah 66,67%, sedangkan akomodasi Taman Wisata Alam Sibolangit bernilai kelayakan sebsar 100%. Begitu juga dengan sarana dan prasarana penunjang dimana Air Terjun Silimalima memiliki nilai kelayakan pengembangan 90% sedangkan Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki nilai 100%. Hal ini dikarenakan lokasi Taman Wisata Alam Sibolangit yang berada di Jalur Lintas Sumatera Utara, sedangkan Desa Buluh Awar terletak di daerah sedikit terpelosok. Perbandingan ini dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 16.

Tabel 15. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Desa Buluh Awar No Kriteria Bobot Nilai Skor Skor max Indeks (%) Ket

(B) (N) (S) (Sm) (I)

1 Daya tarik 6 125 799 1080 83,33 Layak

2 Aksesibilitas 5 90 450 625 72 Layak

3 Akomodasi 3 40 120 180 66,67 Layak

4 Sarana dan 3 80 270 300 90 Layak

Prasarana

Tingkat Kelayakan 72,72 Layak

Tabel 16. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata Alam TWA Sibolangit No Kriteria Bobot Nilai Skor Skor max Indeks (%) Ket

(B) (N) (S) (Sm) (I)

1 Daya tarik 6 155 930 1080 86,11 Layak

2 Aksesibilitas 5 105 525 625 87,5 Layak

3 Akomodasi 3 60 180 180 100 Layak

4 Sarana dan 3 100 300 300 100 Layak

Prasarana

Tingkat Kelayakan 93,40 Layak


(55)

Meskipun memiliki nilai kelayakan yang lebih rendah, Desa Buluh Awar masih tetap layak untuk dikembangkan. Pembenahan pada berbagai aspek seperti aksesibilitas, akomodasi serta sarana dan prasarana sangat perlu dilakukan agar keberadaan Desa Buluh Awar sebagai destinasi wisata alam tidak kalah ataupun tertinggal dari wisata alam lainnya sehingga wisatawan pun tetap tertarik untuk mengunjungi Desa Buluh Awar. Kerjasama pemerintah dengan masyarakat sekitar akan sangat diperlukan dalam hal ini.

Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapatkan 10 poin kekuatan, 5 poin kelemahan, 6 poin peluang serta 5 poin ancaman. Hasil yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 17. Hasil Analisis Faktor Internal (kekuatan, kelemahan) dan Faktor Eksternal (peluang, ancaman) Desa Buluh Awar

No Kekuatan (strength) No Kelemahan (weakness)

1 Panorama alam yang 1 Kurangnya sarana dan prasarana

indah 2 Kurangnya akomodasi menuju Desa

2 Lokasi Desa nyaman dan 3 Buluh Awar

asri 4 Kurangnya pemasaran wisata alam

3 Tanah yang subur Pengelolaan wisata alam yang belum

4 Adanya flora dan fauna profesional

yang menarik 5 Akses yang masih buruk di beberapa

5 Udara yang bersih dan titik sepanjang jalan menuju Desa

sejuk

6 Adanya sungai yang

jernih dan deras cocok untuk pemandian alam

7 Masyarakat cukup

Ramah dan solid dalam menjaga dan membangun desa

Memiliki beberapa

8 peninggalan bersejarah

seperti GBKP pertama di Tanah Karo dan Bukit Pelanja Sira

Desa Buluh Awar

9 merupakan Desa


(56)

45

No Peluang (opportunity) No Ancaman (threat)

1 Lokasi Desa yang berada 1 Adanya kemungkinan longsor pada

di sekitar lokasi wisata jalan menuju desa

yang lebih terkenal 2 Adanya tempat wisata yang lebih

dikalangan wisatawan menarik

2 Lokasi Desa yang dekat 4 Kurangnya minat pengunjung karena

dengan Ibukota dan pusat terbatasnya akomodasi

pemerintahan kecamatan 5 Adanya perambah hutan yang datang

maupun propinsi dari perkotaan demi kepentingan

3 Lokasi Desa dilalui jalur pribadi

alternatif dari kecamatan Rawan bencana seperti banjir bandang

sibolangit menuju desa

bandar baru (perbatasan kabupaten Deliserdang dengan kabupaten Tanah Karo).

4 Ketersediaan


(57)

Strategi Pengembangan dengan Matriks SWOT Tabel 18. Matriks SWOT

Internal Strenght / S Weakness/ W

Eksternal (Kekuatan) (Kelemahan)

Opportunity

(Peluang) (S1) Panorama alam yang indah, lokasi Desa nyaman dan asri, (W1)Kurangnyasaranadanprasarana

adanya flora dan fauna yang menarik, udara yang bersih dan (W2) Kurangnya akomodasi menuju Desa Buluh Awar

sejuk, merupakan Desa Wisata Rohani bagi umat Kristiani dan (W3) Kurangnya pemasaran wisata alam

(O1) Lokasi Desa yang berada di sekitar lokasi wisata yang memiliki beberapa peninggalan bersejarah seperti GBKP (W4) Pengelolaan wisata alam yang belum profesional

lebih terkenal dikalangan wisatawan pertama di Tanah Karo dan Bukit Pelanja Sira, adanya sungai (W5) Akses yang masih buruk di beberapa titik sepanjang jalan menuju (O2) Lokasi Desa yang dekat dengan Ibukota dan pusat yang jernih dan deras cocok untuk pemandian alam Desa

pemerintahan kecamatan maupun propinsi (S2) Masyarakat cukup Ramah dan solid dalam menjaga dan

(O3) Lokasi Desa dilalui jalur alternatif dari kecamatan membangun desa

sibolangit menuju Desa Bandar Baru (perbatasan kabupaten (S3) Desa Buluh Awar merupakan Desa penghasil aren terbaik Deliserdang dengan kabupaten Tanah Karo) di Sumatera Utara

(O4) Ketersediaan pihak pemerintah (S4) Tanah yang Subur

Strategi SO Strategi WO

(S1,O1) Pengadaan tiket masuk bagi para pengunjung yang (W1, O4) Membangun sarana dan prasarana melalui kerjasama dan ingin berwisata rohani maupun wisata alam. keterlibatan masyarakat sekitar dengan instansi pemerintah terkait dalam

(S1,O2) Mengadakan promosi paket wisata rohani bagi umat pembangunan kawasan ekowisata

kristiani sekaligus paket wisata alam. (W2, O1) Menjalin kerjasama dengan perusahaan angkutan umum yang

(S1,O3) Mengadakan promosi paket wisata rohani bagi umat diminati wisatawan dengan membuka trayek baru menuju Desa Buluh kristiani sekaligus paket wisata alam. Awar untuk berwisata rohani dan wisata alam

(S2,O1) Mengadakan promosi paket wisata rohani bagi umat (W2,O2) Menjalin kerjasama dengan perusahaan angkutan umum yang kristiani sekaligus paket wisata alam. diminati wisatawan dengan membuka trayek baru menuju Desa Buluh

(S2,O2) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan Awar untuk berwisata rohani dan wisata alam.

wisatawan. (W2,O3) Menjalin kerjasama dengan perusahaan angkutan umum yang

(S2,O3) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan diminati wisatawan dengan membuka trayek baru menuju Desa Buluh

wisatawan. Awar untuk berwisata rohani dan wisata alam

(S2,O4) Keterlibatan masyarakat sekitar denganstakeholderdan (W3,O1) Melakukan promosi, sosialisasi dan pengiklanan. instansi pemerintahan dalam pengembangan ekowisata (W3,O2)elakukan promosi, sosialisasi dan pengiklanan.

(S3,O2) Melakukan Promosi dan pengiklanan melalui (W3,O4) Menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk memudahkan konsumen gula aren dari Desa Buluh Awar. proses promosi dan pengiklanan.

(S3,O4) Keterlibatan masyarakat sekitar denganstakeholderdan (W4,O4) Menjalin kerjasama dengan pemerintah untuk program dan instansi pemerintahan dalam pengembangan ekowisata melalui mekanisme pengelolaan wisata alam.

promosi dan pengiklanan kepada masyarakat luas. (W5, O4) Keterlibatan masyarakat dengan pemerintah untuk

(S4, O4) Keterlibatan masyarakat dengan pemerintah untuk memperbaiki akses menuju desa buluh awar yang merupakan jalan melakukan penanaman pohon. alternatif dari kecamatan Sibolangit dengan Desa Bandar Baru.


(58)

Threath/ T Strategi ST Strategi WT (Ancaman)

(T1)Adanyakemungkinanlongsor pada jalan menuju desa (S1,T2) Menata dan Mempertahankan Keunikan sumberdaya (W1,T2) Menambah sarana prasarana dengan sumberdaya yang ada (T2)Adanyatempatwisata yang lebihmenarik alam yang dimiliki dan menjaga kebersihan Desa. seperti kamar mandi umum, tempat Ibadah Mesjid.

(T3)Kurangnyaminatpengunjung karena terbatasnya akomodasi (S2,T2) pengadaan pemandu wisata rohani dan wisata alam. (W1,T3) Menyediakan Terminal tempat pemberhentian angkutan umum (T4) Adanya perambah hutan yang datang dari perkotaan demi (S2,T3) Mengadakan transportasi khusus bagi pengunjung Desa bagi para wisatawan.

kepentingan pribadi Buluh Awar yang ingin berwisata rohani sekaligus wisata alam (W2,T2) Menyediakan akomodasi oleh masyarakat desa khusus untuk (T5) Rawan bencana seperti banjir bandang (S2,T4) Mengadakan sosialisasi dengan seluruh masyarakat para wisatawan dengan sumberdaya yang dimiliki.

desa untuk menjaga keunikan sumberdaya alam yang dimiliki. (W2,T3) Menyediakan Terminal tempat pemberhentian angkutan umum

(S2,T5) Menata lokasi perkebunan masyarakat dan pemukiman bagi para wisatawan.

agar tidak memasuki kawasan hutan alam. (W3,T2) Mengadakan sosialisasi untuk semua masyarakat desa bahwa

(S3,T1) Menambah kerapatan vegetasi didaerah tebing dan desa memiliki keunikan sumberdaya alam yang harus dikembangkan dan jurang sepanjang jalan menuju desa dengan menanami tanaman diberitahukan kepada masyarakat luas.

Aren. (W4,T2) Penataan yang lebih serius pada lahan perkebunan masyarakat

(S4,T1) Menambah kerapatan vegetasi didaerah tebing dan dengan kawasan hutan yang memiliki keunikan sumberdaya alam. jurang sepanjang jalan menuju desa dengan menanami tanaman (W4,T4) Penataan yang lebih serius pada lahan perkebunan masyarakat

Aren. dengan kawasan hutan yang memiliki keunikan sumberdaya alam.

(S4, T2) Membudidayakan tanaman dan pohon yang memiliki (W5,T2) Memperbaiki jalan yang berlubang pada jalan menuju desa agar keunikan dan daya tarik. pengunjung tetap aman dari kecelakaan saat melintas di jalan menuju

(S4, T5) Menambah kerapatan vegetasi dibagian hulu dan desa. sekitar sungai.


(59)

Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT 1. Strategi Strenght–Opportunity(S-O)

Strategi S-O dalam analisis SWOT yakni strategi yang diciptakan dengan mengandalkan atau menggunakan kekuatan dan memanfatkan peluang untuk meraih keuntungan. Melalui strategi S-O, maka kekuatan yang dimiliki dimanfaatkan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada. Berdasarkan kekuatan internal yang dimiliki dan peluang eksternal yang ada maka dapat menghasilkan strategi pengembangan ekowisata pada Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit (Jasman dkk, 2013).

Desa Buluh Awar merupakan Desa yang memiliki sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekowisata seperti sungai yang mengalir jernih dan deras, hutan yang masih alami dengan berbagai jenis flora dan fauna didalamnya, lahan persawahan yang tertata dengan lahan agroforestri milik masyarakat. Dengan Adanya sosialisasi oleh masyarakat sekitar kepada masyarakat luas dengan adanya sumberdaya alam yang dimiliki Desa Buluh Awar yang dapat dijadikan untuk kegiatan ekowisata diharapkan akan menambah minat dan jumlah pengunjung ke Desa Buluh Awar.

Disamping itu, keterlibatan dan kerjasama masyarakat dengan instansi pemerintahan yang terkait dengan pengelolaan kawasan wisata alam juga akan berpengaruh terhadap perkembangan ekowisata di Desa Buluh Awar. Dengan adanya keterlibatan masyarakat dengan pemerintah, pengelolaan kawasan ekowisata akan lebih terjaga dan terjamin melalui konsep pembangunan ekowisata yang disusun berkat kerjasama antara masyarakat dengan instansi pemerintah yang terkait dengan pengelolaan ekowisata tersebut.


(60)

49

Selain itu, di Desa Buluh Awar juga terdapat beberapa bekas peninggalan bersejarah bagi umat kristiani yakni Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) yang pertama berdiri di Tanah Karo. Bagi umat kristiani, Desa Buluh Awar adalah sebagai tempat wisata rohani.

2. Strategi Weaknes - Opportunity (W-O)

Strategi W-O (Weknesses- Opportunities) adalah strategi diciptakan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada (Nisak, 2013). Pada Desa Buluh Awar, minimnya sarana prasarana, akomodasi, sosialisai dan pemasaran mengenai adanya potensi ekowisata di Desa Buluh Awar dapat diatasi dengan memanfaatkan peluang yang ada. Salah satunya dengan melakukan sosialisasi melalui promosi langsung maupun dengan pengiklanan terhadap masyarakat luas dan para wisatawan karena lokasi Desa Buluh Awar yang dekat dengan pusat pemerintahan propinsi maupun kecamatan dan terletak di sekitar daerah wisata yang terkenal seperti TWA sibolangit, Air Terjun Dua Warna. Hal ini akan lebih efektif jika masyarakat berperan aktif dan bekerjasama dengan pihak pemerintah. Ketersediaan pihak pemerintah dalam membangun Desa Buluh Awar ditandai dengan suksesnya program pembudidayaan tanaman Aren di Desa Buluh Awar untuk menghaslikan Aren Terbaik di Sumatera Utara yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Deli Serdang dan kelompok tani Aren yang dibentuk di Desa Buluh Awar. Hal ini membuktikan bahwa adanya ketersediaan pihak pemerintah dalam membangun perekonomian masyarakat Desa Buluh Awar dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang dimiliki Desa Buluh Awar. Keterlibatan Pemerintah dengan masyarakat dalam membangun ekowisata di Desa Buluh Awar akan membantu dalam hal dana dan sumberdaya


(61)

manusia untuk perbaikan ataupun penambahan akomodasi dan sarana prasarana serta pengelolaan ekowisata di Desa Buluh Awar yang lebih baik.

Desa Buluh Awar juga dilalui jalan alternatif yang menghubungkan Kecamatan Sibolangit dengan Desa Bandar baru. Hal ini akan menjadi dasar mengapa perbaikan akses menuju Desa Buluh Awar perlu dilakukan karena jalan alternatif ini dapat dimanfaatkan pengguna jalan apabila terjadi kemacetan atau penutupan jalan akibat bencana alam dan gangguan lainnya pada jalan lintas Kabupaten Deli Serdang dengan Kabupaten Tanah Karo di Kecamatan Sibolangit. Keterlibatan Masyarakat yang bekerjasama dengan pihak pemerintahan akan mempermudah proses perbaikan jalan menuju Desa Buluh Awar.

3. Strategi Strenght-Treath (S-T)

Ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman (Kunanda, 2014). Desa Buluh memiliki keindahan alam seperti panorama alam, sungai yang jernih, hutan alami, persawahan dan lahan agroforestri dengan perpaduan persawahan dan perkebunan milik masyarakat yang tidak kalah dengan tempat wisata alam lainnya terutama wisata alam yang berdekatan dengan Desa Buluh Awar. Selain itu Desa Buluh Awar juga merupakan Desa Wisata Rohani bagi umat Kristiani yang ditandai dengan adanya GBKP yg didirikan pertama di Tanah Karo. Hal ini dapat mengatasi ancaman kurangnya minat pengunjung wisatawan ke Desa Buluh Awar. Dengan masyarakat yang solid dan didukung dengan strategi (S-O), ancaman ini dapat diatasi dengan menjaga kelestarian sumberdaya alam, kebersihan, dan menjaga bekas peninggalan bersejarah untuk menjamin adanya destinasi wisata yang


(62)

51

menarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Desa Buluh Awar baik berwisata alam maupun wisata rohani.

Desa Buluh Awar merupakan desa yang memiliki tanah yang subur. Hal ini ditandai dengan banyaknya lahan perkebunan, persawahan, dan hutan alam yang ada hampir diseluruh wilayah desa. Disamping itu Desa Buluh Awar adalah Desa penghasil Aren terbaik di Sumatera Utara. Bagi Provinsi Sumatera Utara (Sumut), meskipun bukan sebagai salah satu provinsi tertinggi dalam memproduksi dan memanfaatkan hasil tanaman aren, namun untuk kualitas aren asal Sumut justru tergolong baik. Apalagi, aren yang disebut sebut berasal dari Desa Buluh Awar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deliserdang. Bahkan dari sekian banyak sentra aren yang ada di tanah air, Desa Buluh Awar memiliki kualitas terbaik se Indonesia. Aren cukup banyak terdapat di kawasan hutan rakyat Desa Buluh Awar. Keberadaannya menurut keterangan masyarakat sekitar, berada di lahan seluas 10 hektare yang tersebar secara sporadis (terpisah-pisah) (Winata, 2015). Oleh karena Desa Buluh Awar terletak dikelilingi dataran yang landai hingga curam, ancaman berupa longsor akibat erosi dan banjir di Desa Buluh Awar dan di beberapa titik pada jalan menuju desa dapat diatasi dengan menanami tanaman penutup tanah dengan menggunakan tanaman aren sebagai tanaman utama disepanjang jalan menuju desa untuk mengurangi resiko terjadinya erosi tanah dan banjir yang akan mengakibatkan kerusakan pada desa dan akses menuju desa. Menurut (Budiwati, 2013), Salah satucara mengatasi erosi tanah atau longsor yaitu dengan penanaman tanaman penutup tanah. Tanaman penutup tanah yaitu tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi dan untuk memperbaiki kondisi tanah. Tanaman penutup tanah


(63)

mempunyai peranan: (1) menahan atau mengurangi daya perusak butir butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (2) menambah bahan organic tanah melalui batang, ranting dan daun mati yang jatuh, dan (3) menyerap air dan melakukan transpirasi. Akar aren menyebar cukup dalam, sehingga cocok sebagai vegetasi untuk pencegahan erosi. (Rivaie, 2013) juga mengatakan pentingnya peranan tanaman aren untuk fungsi fungsi konservasi lahan dan air tersebut berkaitan dengan sifat perakarannya. Akar aren dikenal sangat kuat karena cukup dalam dan lebar menyebar pada lapisan lapisan tanah.

4. Strategi Weakness-treath (W-O)

Strategi ini digunakan pada strategi defensif, dimana strategi ini diciptakan untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki serta menghindari ancaman (Esra, 2015). Untuk menghindari ancaman kurangnya minat wisatawan dengan memberdayakan fasilitas pribadi dan fasilitas desa seperti balai desa masyarakat untuk rumah ibadah mesjid, kamar mandi dan toilet, untuk mengatasi kurangnya sarana prasarana di Desa Buluh Awar serta menyiapkan jasa sewa angkutan oleh kendaraan milik masyarakat sebagai akomodasi angkutan dari kecamatan sibolangit menuju Desa Buluh Awar agar Desa Buluh Awar tetap menarikdan nyaman untuk dikunjungi dan tidak mengurangi minat wisatawan untuk

berkunjung. Mengurangi resiko kerusakan jalan menuju desa melalui sumberdaya yang ada seperti menambal titik titik yang rusak pada jalan menuju desa dengan menggunakan batang pohon yang telah tumbang ataupun menimbun dengan tanah agar akses jalan menuju desa tetap aman dan dapat dilintasi oleh wisatawan yang akan berkunjung. Pengurangan lahan masyarakat untuk perkebunan, persawahan,


(64)

53

dan pertanian disekitar atau di dalam hutan dan sungai agar kelestarian ekosistem tetap terjaga.

Peta Lokasi Ekowisata Desa Buluh Awar, Peta Potensi Ekowisata, dan Peta Desa Ekowisata Buluh Awar

Tabel 19. Kordinat Objek

No Nama Obyek X Y

1 Balai Desa 98,594925 3,296972

2 Monumen Adat 98,594783 3,296704

3 Panorama 98,596609 3,300066

4 Lahan Agroforestri 98,593615 3,293117 5 Lahan Agroforestri 98,591763 3,290828 6 Gedung Adat 98,594476 3,295676

7 Campground 98,596913 3,298584

8 Pemukiman 98,594813 3,297075

9 Pengamatan Burung 98,598076 3,298494 10 Campground 98,596833 3,300027 11 Persawahan 98,596414 3,297149 12 Sungai/Pemandian 98,596033 3,297266 13 Penginapan/villa 98,594249 3,294869 14 Pengamatan Burung 98,595831 3,297436

15 Panorama 98,596898 3,298558

16 Pengamatan Burung 98,595929 3,30005 17 Sungai/pemandian 98,595115 3,299032 18 Penginapan/villa 98,593959 3,293891 19 Pengamatan burung 98,596816 3,298449 20 Pengamatan burung 98,598904 3,299553 21 Penginpan/villa 98,594357 3,295657 22 Pengamatan burung 98,599831 3,30005 23 Pengamatan Burung 98,595929 3,297436


(65)

Peta Lokasi Ekowisata Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Gambar 29. Peta Lokasi Ekowisata Desa Buluh Awar Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang


(66)

55

Peta Potensi Ekowisata Desa Buluh Awar


(67)

Peta Desa Ekowisata Buluh Awar


(68)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Potensi ekowisata yang terdapat di Desa Buluh Awar yakni daya tarik yang terdiri dari objek wisata alam sungai, flora dan fauna, objek wisata rohani GBKP Buluh Awar bagi umat Kristiani, adat istiadat masyarakat Tanah Karo. Potensi pendukung berupa Aksesibilitas, Akomodasi dan sarana prasaran yang terdapat di Desa Buluh Awar dan di sekitar Desa Buluh Awar.

2. Indeks kelayakan pada daya tarik yakni 83,33%, Aksesibilitas 72%, Akomodasi 66,67%, Sarana dan Prasarana 90%, dengan Total Tingkat kelayakan dari keempat kriterian penilaian sebesar 78%, maka Desa Buluh Awar layak dikembangkan sebagai kawasan ekowisata.

3. Langkah yang harus dilakukan untuk pengembangan ekowisata di Desa Buluh Awar yakni dengan sosialisasi kepada masyarakat luas dan peran aktif keterlibatan masyarakat menjalin hubungan dengan pemerintah, tetap menjaga kelestarian alam sekitar, serta memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk menjamin minat dan daya tarik pengunjung ke Desa Buluh Awar.

Saran

1. bagi peneliti selanjutnya, dengan adanya penelitian ini diharapkan di masa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu sumber data untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variabel yang berbeda, jumlah sampel yang lebih banyak, wilayahnya semakin luas dan tetap berhubungan dengan ekowisata di Desa Buluh Awar.


(69)

2. Bagi masyarakat Desa Buluh Awar, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang dimiliki baik dari aspek ekologi, ekonomi, sosial, namun dengan tetap menjaga kelestarian alam dan lingkungan.


(70)

TINJAUAN PUSTAKA

Ekowisata

Rumusan Ekowisata pertama kali dikemukan oleh dikemukakan oleh Hector Ceballos-Lascurain pada tahun 1987 yaitu sebagai berikut : "Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plantas and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in the areas." "Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini." Kemudian pada awal tahun 1990 disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) yaitu sebagai berikut: "Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people." "Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk

setempat”. Westren dalam Fandelibagai (1998) perjalanan bertanggungjawab ke wilayah wilayah alami yang melindungi

lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. (Priono, 2012). Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke suatu lingkungan baik alam yang alami maupun buatan serta budaya yang ada yang bersifat informatif dan partisifatisif yang bertujuan untuk menjamin kelesatarian alam dan sosial budaya.


(71)

Ekowisata menitik beratkan pada tiga hal utama yaitu keberlangsungan alam atau ekologi, memberikan manfaat ekonomi, dan secara psikologi dapat diterima dalam kehidupan sosisal masyarakat. Jadi, kegiatan ekowisata secara langsung memberi akses kepada semua orang untuk melihat, mengetahui, dan menikmati pengalaman alam, intelektual dan budaya masyarakat lokal. Kegiatan ekowisata dapat meningkatkan pendapatan untuk pelestarian alam yang dijadikan sebagai obyek wisata ekowisata dan menghasilkan keuntungan ekonomi bagi kehidupan masyarakat yang berada di daerah tersebut atau daerah setempat (Subadra, 2008).

Kawasan konservasi baik kawasan pelestarian alam maupun kawasan suaka alam atau kawasan hutan lindung, merupakan destinasi yang diminati oleh wisatawan ekotour, karena memiliki keanekaragaman flora dan fauna, fenomena alam yang indah, objek budaya dan sejarah serta kehidupan masyarakat lokal yang unik. Keseluruhan objek daya tarik wisata ini merupakan sumberdaya yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sekaligus sebagai sarana pendidikan dan pelestarian lingkungan. Pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungannya serta kepedulian pada masyarakat sekitar pada kawasan-kawasan konservasi sejalan dengan visi pengembangan ekowisata yaitu konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya serta pemberdayaan masyarakat lokal. Guna mencegah kerusakan hutan agar tidak semakin parah, banyak cara dilakukan berbagai negara yang sudah menyadari hutan mereka sudah hampir musnah. Salah satu upayanya adalah mengembangkan ekowisata (ecotourism) sebagai sumber mata pencaharian untuk mengurangi tekanan terhadap hutan (Fandelli, 200).


(72)

6

Potensi Ekowisata

Potensi pariwisata yang merupakan suatu modal nantinya menjadi daya tarik dan dikembangkan menjadi atraksi wisata ada tiga macam, yaitu : potensi alam, potensi kebudayaan, dan potensi manusia. Adapun jenis atraksi tersebut adalah : 1. Potensi Alam Potensi alam yang dimaksud adalah alam fisik (gua, sungai, danau, topografi yang menantang, dan pemandangan), fauna, dan floranya. Meskipun sebagai atraksi wisata ketiga - tiganya selalu bersama-sama dengan potensi kebudayaan dan manusia, akan tetapi tentu ada salah satu yang menonjol. 2. Potensi Kebudayaan Potensi kebudayaan disini adalah kebudayaan dalam arti luas, tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi, tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah suatu masyarakat. 16 3. Potensi Manusia Bahwa manusia dapat menjadi atraksi wisata yang menarik kedatangan wisatawan seperti akrobatik. Potensi Pariwisata adalah suatu aset yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata atau obyek wisata yang dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tidak mengesampingkan aspek sosial budaya (Widowati, 2012).

Analisis SWOT

Analisis SWOT yakni mencakup upaya upaya untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menentukan kinerja suatu daerah, lembaga atau perusahaan. Informasi eksternal mengeni peluang dan ancaman dapat diperoleh dari banyak sumber, termasuk pelanggan, masyarakat, dan perusahaan lain. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan yang dimasukkan kedalam tabel matrik SWOT (Nisak, 2013).


(73)

Matriks SWOT adalah alat untuk menyusun faktor faktor strategis organisasi yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman eksternal yang dihadapi organisasi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan eksternal yang dimiliki (Juankhan, 2008).

Tabel 1. Matriks SWOT Internal

Strengths Weakness

Eksternal Susunan Daftar Kekuatan Susunan Daftar Kelemahan

Oppurtunities Strategi SO Strategi WO

Menggunaan kekuatan Mengurangi kelemahan Susunan Daftar

untuk memanfaatkan dengan memanfaatkan Peluang

peluang peluang

Threats Strategi ST Strategi WT

Menggunakan kekuatan

Susunan Daftar Memperkecil kelemahan

untuk menghindari

Ancaman untuk menghindari ancaman

ancaman


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ...i

ABSTRAK...i

RIWAYAT HIDUP ...i

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ...iv

PENDAHULUAN Latar Belakang ...1

TujuanPenelitian...2

Manfaat Penelitian...2

TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata ...4

Potensi Ekowisata ...6

Analisis Swot...6

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ...8

Bahan dan Alat ...8

Objek dan Data Penelitian ...9

Metode Pengumpulan Data ...9

Analisis Data ...12

Analisis Potensi Flora dan Fauna ...12

Analisis Potensi Objek ...13

Analisis Faktor Internal dan Eksternal ...18

Analisis Strategi Pengembangan Ekowisata Dengan Analisis SWOT . 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Desa Buluh Awar ...21

Wisata Aren Sebagai Karakteristik Desa Buluh Awar...21

Potensi Flora dan Fauna ...24


(2)

Faktor Internal dan Eksternal ...44 Strategi Pengembangan Dengan Matriks SWOT ...45 Peta Potensi Ekowista Desa Buluh Awar ...53

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan...54 Saran ...54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Matriks SWOT ... 7

2. Kriteria Kualitas Keanekaragaman Flora ... 11

3. Kriteria Kualitas Keanekaragaman Fauna ... 11

4. Kriteria Penilaian Objek dan Daya tarik Wisata ... 14

5. Kriteria Penilaian Aksesibilitas ... 15

6. Kriteria Penilaian Akomodasi ... 15

7. Kriteria Penilaian Sarana dan Prasarana Penunjang ... 16

8. Indeks Kelayakan Lokasi Wisata ... 16

9. Matriks SWOT ... 18

10. Hasil Penilaian Daya Tarik Desa Buluh Awar ... 27

11. Hasil Penilaian Aksesibilitas Menuju Desa Buluh Awar ... 35

12. Hasil Penilaian Akomodasi Di Desa Buluh Awar ... 38

13. Hasil Penilaian Sarana dan Prasarana Penunjang ... 40

14. Hasil Penilaian Potensi Ekowisata Desa Buluh Awar ... 42

15. Hasil Penilaian Potensi Ekowisata Desa Buluh Awar ... 43

16. Hasil Penilaian Objek dan Daya Tarik Wisata TWA Sibolangit ... 43

17. Hasil Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal Desa Buluh Awar ... 44

18. Penentuan Strategi dalam Matriks SWOT ... 46


(4)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Peta Lokasi Penelitian di Desa Buluh Awar ... 8

2. Bagan Alur Pemetaan Potensi Ekowisata Desa Buluh Awar ... 20

3. Villa Arenku ... 23

4. Penyadapan Air Nira Oleh Petani Aren ... 24

5. Tempat Pembibitan Aren dan Pengolahan Hasil Aren... 24

6. Sungai Lau Pei Pei ... 28

7. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Pertama Di Tanah Karo... 30

8. Jambur Sebagai Tempat Pperayaan Merdang Merdem Atau Kerja Tahun 30 9. Persawahan dan Perkebunan Masyarakat ... 31

10. Pintu Masuk Jalur Tracking ... 32

11. Panorama Dari Puncak Bukit Pelanja Sira ... 32

12. Lokasi Campground Untuk Berkemah Di Puncak Bukit Pelanja Sira ... 32

13. Sungai Lau Pei Pei Dapat Dinikmati Untuk Mandi dan Bermain Air ... 33

14. Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) Sebagai Tempat Ibadah Kristiani . 34 15. Sarana Penyediaan Air Bersih ... 34

16. Sarana Pusat Kesehatan Desa (PUSKESDES)... 35

17. Jalan Lintas Kabupaten Deliserdang - Kabupaten Tanah Karo ... 36

18. Simpang Buluh Awar Di Jalan Lintas Kabupaten Deliserdang - Karo ... 36

19. Gapura Gerbang Masuk Menuju Desa Buluh Awar ... 37

20. Jalan Menuju Desa Buluh Awar ... 37

21. Jalan Desa Dengan Sebuah Plang ... 37

22. Angkutan Umum Bernama Murni Ekspres Jurusan Medan Kabanjahe 38 23. Angkutan Umum Bernama Dairi Jurusan Medan Kabanjahe ... 39

24. Villa Arenku ... 40

25. Rumah Minahasa ... 40

26. Bank BRI Di Kecamatan Sibolangit ... 41

27. Kantor Pos Kecamatan Sibolangit ... 41

28. Pasar Sibolangit ... 42


(5)

29. Peta ... 54 30. Peta Potensi Ekowisata Desa Buluh Awar ... 56


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Plot Pengamatan Flora Lampiran 2. Titik Temuan Fauna Lampiran 3. Data Responden

Lampiran 4. Data Hasil Wawancara Dengan Responden Lampiran 5. Peta Pengamatan Flora dan Fauna

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian