Efek Minyak Serai (Cymbopogon citratus) Pada Mencit Galur Swiss Webster Model Ulkus Gaster.

(1)

ABSTRAK

EFEK MINYAK SERAI (Cymbopogon citratus) PADA MENCIT GALUR SWISS WEBSTER MODEL ULKUS GASTER

Vivi Indrawati, 0810119.

Pembimbing : 1. Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M. Kes.

2. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt

Ulkus gaster tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi berbeda tergantung pada sosial, ekonomi, dan demografi. Manajemen ulkus gaster semakin baik seiring dengan ditemukannya faktor penyebab sehingga berhasil menemukan dan mengembangkan obat-obat yang sangat berpotensi untuk penyembuhan ulkus gaster. Masyarakat di Brazil banyak menggunakan serai (Cymbopogon citratus) sebagai tanaman obat keluarga yang bermanfaat untuk pengobatan gangguan saraf, pencernaan, dan demam (antiinflamasi).

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek minyak serai dalam mencegah ulkus gaster dengan mengamati kedalaman erosi mukosa gaster mencit.

Metode penelitian adalah eksperimental laboratorik dengan menggunakan rancangan acap lengkap (RAL) yang bersifat komparatif. Hewan coba yang digunakan adalah mencit jantan dengan galur Swiss Webster yang dibagi menjadi 6 kelompok (n=5). Kelompok I, II, dan III diberi minyak serai (0,26; 0,52; 1,04 mg/kgBB mencit/hari), kelompok IV diberi larutan surfaktan Tween 80 tanpa pemberian asetosal, kelompok V diberi asetosal pada hari ketujuh, dan kelompok VI diberi omeprazole. Data yang akan diamati adalah kedalaman erosi dari mukosa gaster mencit berdasarkan sistem skoring. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann - Whitney.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada uji statistik dengan Kruskal Wallis didapatkan nilai p < 0,05 maka H0 ditolak. Pada uji statistik dengan Mann-Whitney didapatkan perbedaan yang sangat signifikan antara kelompok I, II, dan III dengan kelompok V; dan antara kelompok I dengan kelompok VI; perbedaan yang signifikan antara kelompok II dengan kelompok VI; perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok III dengan kelompok VI.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah minyak serai (Cymbopogon citratus) mencegah erosi mukosa gaster pada mencit (ulkus gaster).


(2)

Vivi Indrawati, 0810119.

Tutors : 1. Laella K. Liana, dr., Sp.PA, M. Kes.

2. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt

Gastric ulcers scattered throughout the world with different prevalence depending on the social, economic, and demographic. Management development of gastric ulcers grew well in line with the finding of contributing factors so it successfully discover and develop drugs that are highly potential for healing gastric ulcers. There are many societies in Brazil that use lemongrass (Cymbopogon citratus) as a family’s medicinal plant, it is useful for the treatment of neurological disorders, digestive, and fever (inflammatory).

The purpose of this research is to determine the effects of lemongrass oils in preventing gastric ulcers by observing the depth erosion of gastric mucosa of mice.

The research method used is experimental laboratory with complete randomized design which is comparative. The experimental subjects used were Swiss Webster strains male mice, that is divided into 6 groups (n=5). Group I, II, and III were given lemongrass oils (0.26; 0.52; 1.04 mg/kg mice/day), group IV was given Tween 80 surfactant solution without giving asetosal solution, group V was given asetosal on the seventh day, and group VI was given omeprazole. Data to be observed is the depth of erosion from the gastric mucosa of mice based on the scoring system. The data is analyzed by using the nonparametric statistical Kruskal Wallis test followed by Mann-Whitney test.

The results obtained indicate that the Kruskal Wallis test obtained p-value < 0.05 then H0 is rejected. While the statistical tests with Mann-Whitney obtained a very high significant difference between groups I, II, and III with group V; and also between group I with group VI. There is also a significant difference between group II with group VI; while no significant difference between group III with group VI.

The conclusion of this research shows that lemongrass oils (Cymbopogon citratus) prevent erosion of gastric mucosa in mice (gastric ulcer).


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2 Hipotesis ... 5

1.6 Metodologi Penelitian ... 5

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaster (Lambung) ... 6

2.1.1 Anatomi Gaster ... 6

2.1.2 Histologi Gaster ... 8

2.1.3 Fisiologi Gaster ... 13

2.2 Ulkus Gaster ... 18


(4)

2.2.6 Diagnosis Ulkus Gaster ... 21

2.2.7 Penatalaksanaan ... 22

2.3 Asetosal/Aspirin ... 27

2.3.1 Indikasi ... 27

2.3.2 Farmakodinamik ... 28

2.3.3 Farmakokinetik ... 30

2.3.4 Efek Samping Asetosal ... 30

2.4 Serai (Cymbopogon citratus) ... 32

2.4.1 Klasifikasi ... 32

2.4.2 Nama Lain Serai ... 33

2.4.3 Kandungan Kimia ... 34

2.4.4 Morfologi ... 34

2.4.5 Mekanisme Kerja ... 36

2.4.6 Khasiat ... 37

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian, Alat Penelitian, dan Hewan Coba ... 38

3.1.1 Bahan Penelitian ... 38

3.1.2 Alat Penelitian ... 38

3.1.3 Hewan Coba ... 39

3.2 Metode Penelitian... 39

3.2.1 Desain Penelitian ... 39

3.2.2 Variabel Penelitian ... 40

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 40

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 40

3.2.3 Prosedur Kerja ... 42


(5)

3.2.3.2 Prosedur Penelitian ... 43

3.2.3.3 Pembuatan Sediaan Histologi ... 44

3.2.3.4 Karakteristik Erosi Mukosa Gaster... 50

3.3 Metode Penarikan Sampel... 51

3.4 Perhitungan Besar Sampel ... 51

3.5 Analisis Statistik ... 51

3.6 Hipotesis Statistik ... 52

3.7 Kriteria Uji ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 53

4.2 Pembahasan ... 56

4.3 Uji Hipotesis ... 58

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 59

5.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

LAMPIRAN ... 63


(6)

Tabel 4.2 Hasil Analisis Uji Statistik Nonparametrik Kruskal Wallis ... 54 Tabel 4.3 Hasil Analisis Uji Statistik Mann-Whitney ... 55


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pembentukan Prostaglandin ... 18 Gambar 2.2 Patogenesis Terjadinya Ulkus Gaster Akibat Pemberian OAINS ... 20 Gambar 2.3 Tanaman Serai ... 33


(8)

Lampiran 2 Kriteria Erosi Mukosa Gaster Mencit (Wattimena) ... 65

Lampiran 3 Hasil Uji Statistik Nonparametrik Kruskal Wallis Test ... 67

Lampiran 4 Hasil Uji Analisis Nonparametrik Mann-Whitney Test ... 69

Lampiran 5 Gambar Kegiatan Penelitian Ilmiah ... 75


(9)

63

LAMPIRAN

Lampiran 1

Perhitungan Dosis

Berat rata-rata mencit adalah 25 g

Dosis konversi untuk mencit lebih tepat menggunakan dalil Clark berdasarkan 50 kgBB orang dewasa yaitu :

Dosis = Dosis Dewasa x Berat Badan (kg)/70

1. Bahan induksi ulkus gaster adalah asetosal.

Sebelum menentukan dosis asetosal yang menyebabkan ulkus gaster, telah dilakukan uji coba terlebih dahulu terhadap mencit sehingga diperoleh dosis asetosal 300 mg/kgBB mencit.

Persiapan asetosal yang dibutuhkan untuk 5 kelompok mencit adalah : 25/1000 x 300 mg = 7,5 mg/mencit/hari x 25 ekor mencit = 187,5 mg

2. Dosis minyak serai.

Dosis yang akan diberikan ke mencit dibagi menjadi tiga variasi dosis yaitu 100 mg/70 kgBB manusia, 200 mg/70 kgBB manusia, dan 400 mg/70 kgBB manusia.

 Dosis I (100 mg/70 kgBB manusia) = 0,0026 x 100 mg = 0,26 mg/kgBB mencit/hari.

Persiapan minyak serai untuk perlakuan selama 7 hari adalah :

0,26 mg/kgBB mencit/hari x 5 ekor mencit x 7 hari = 9,1 mg/kgBB mencit.

 Dosis II (200 mg/70 kgBB manusia) = 0,0026 x 200 mg = 0,52 mg/kgBB mencit/hari.


(10)

0,52 mg/kgBB mencit/hari x 5 ekor mencit x 7 hari = 18,2 mg/kgBB mencit.

 Dosis III (400 mg/70 kgBB manusia) = 0,0026 x 400 mg = 1,04 mg/kgBB mencit/hari.

Persiapan minyak serai untuk perlakuan selama 7 hari adalah :

1,04 mg/kgBB mencit/hari x 5 ekor mencit x 7 hari = 36,4 mg/kgBB mencit.

3. Dosis omeprazole untuk orang dewasa adalah 20 mg/hari (MIMS, 2008/2009). Dosis konversi omeprazole dari 50 kgBB orang dewasa untuk mencit adalah : 50/70 x 0,0026 x 20 mg = 0,0371 mg/kgBB x 1000/25

= 1,484 mg/kgBB

= 1,5 mg/kgBB mencit/hari Persiapan omeprazole untuk perlakuan selama 7 hari adalah :


(11)

65

Lampiran 2


(12)

Skor erosi mukosa/ulkus gaster mencit berdasarkan kriteria Wattimena (1982) yaitu :

Skor 1 : Tidak ditemukan erosi mukosa/ulkus gaster.

Skor 2 : Erosi mukosa/ulkus gaster hanya pada epitel permukaan.

Skor 3 : Erosi mukosa/ulkus gaster mencapai kedalaman 1/3 kelenjar gaster bagian atas.

Skor 4 : Erosi mukosa/ulkus gaster mencapai kedalaman 1/3 kelenjar gaster bagian tengah.

Skor 5 : Erosi mukosa/ulkus gaster mencapai kedalaman 1/3 kelenjar gaster bagian bawah.

Skor 6 : Erosi mukosa/ulkus gaster mencapai kedalaman lamina muskularis mukosa.


(13)

67

Lampiran 3

Hasil Uji Statistik Nonparametrik Kruskal Wallis Test

Descriptive Statistics

N Mean Std.

Deviation Minimum Maximum

Erosi Mukosa/Ulkus 30 2.67 1.348 1 5

Kelompok Hewan Coba 30 3.50 1.737 1 6

Ranks

Kelompok Hewan

Coba N

Mean Rank

Erosi Mukosa/

Ulkus

Serai-1 5 20.90

Serai-2 5 19.20

Serai-3 5 9.90

Tween 80 5 3.50

Asetosal 5 28.00

Omeprazole 5 11.50


(14)

Test Statistics (a,b)

Erosi Mukosa/ Ulkus

Chi-Square 26.845

df 5

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test


(15)

69

Lampiran 4

Hasil Uji Analisis Nonparametrik Mann-Whitney Test

Descriptive Statistics

N Mean Std.

Deviation Minimum Maximum

Serai-1-2 10 3.10 .568 2 4

Serai-1-3 10 2.50 .850 1 4

Serai-1-Tween 80 10 2.10 1.197 1 4

Serai-1-Asetosal 10 4.10 .994 3 5

Serai-1-Omeprazole 10 2.60 .699 2 4

Serai-2-3 10 2.40 .843 1 4

Serai-2-Tween 80 10 2.00 1.155 1 4

Serai-2-Asetosal 10 4.00 1.155 2 5


(16)

Ranks

Grup/Kelompok

Hewan Coba N

Mean Rank

Sum of Ranks

Serai-1-2 Grup-1 5 5.90 29.50

Grup-2 5 5.10 25.50

Total 10

Serai-1-3 Grup-1 5 8.00 40.00

Grup-2 5 3.00 15.00

Total 10

Serai-1-Tween 80 Grup-1 5 8.00 40.00

Grup-2 5 3.00 15.00

Total 10

Serai-1-Asetosal Grup-1 5 3.00 15.00

Grup-2 5 8.00 40.00

Total 10

Serai-1-Omeprazole Grup-1 5 8.00 40.00

Grup-2 5 3.00 15.00

Total 10

Serai-2-3 Grup-1 5 7.60 38.00

Grup-2 5 3.40 17.00


(17)

71

Serai-2-Tween 80 Grup-1 5 8.00 40.00

Grup-2 5 3.00 15.00

Total 10

Serai-2-Asetosal Grup-1 5 3.00 15.00

Grup-2 5 8.00 40.00

Total 10

Test Statistics (b)

Serai-1-2 Serai-1-3 Serai-1-Tween 80 Serai- 1- Aseto-sal Serai-1-Ome -prazole Serai-2-3 Serai-2-Tween 80 Serai- 2-A seto-sal

Mann-Whitney U 10.500 .000 .000 .000 .000 2.000 .000 .000

Wilcoxon

W 25.500 15.000 15.000 15.000 15.000 17.000 15.000 15.000

Z -.516 -2.785 -2.887 -2.887 -2.887 -2.373 -2.825 -2.825

Asymp. Sig. (2-tailed)

.606 .005 .004 .004 .004 .018 .005 .005

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]


(18)

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable : Grup/Kelompok Hewan Coba

Descriptive Statistics

N Mean Std.

Deviation Minimum Maximum

Serai-2-Omeprazole 10 2.50 .707 2 4

Serai-3-Tween 80 10 1.40 .516 1 2

Serai-3-Asetosal 10 3.40 1.713 1 5

Serai-3-Omeprazole 10 1.90 .316 1 2

Tween 80-Asetosal 10 3.00 2.108 1 5

Tween 80-Omeprazole 10 1.50 .527 1 2

Asetosal-Omeprazole 10 3.50 1.581 2 5

Grup 10 1.50 .527 1 2

Ranks

Grup/Kelompok

Hewan Coba N

Mean Rank

Sum of Ranks

Serai-2-Omeprazole Grup-1 5 7.50 37.50

Grup-2 5 3.50 17.50


(19)

73

Serai-3-Tween 80 Grup-1 5 7.50 37.50

Grup-2 5 3.50 17.50

Total 10

Serai-3-Asetosal Grup-1 5 3.00 15.00

Grup-2 5 8.00 40.00

Total 10

Serai-3-Omeprazole Grup-1 5 5.00 25.00

Grup-2 5 6.00 30.00

Total 10

Tween 80-Asetosal Grup-1 5 3.00 15.00

Grup-2 5 8.00 40.00

Total 10

Tween 80-Omeprazole Grup-1 5 3.00 15.00

Grup-2 5 8.00 40.00

Total 10

Asetosal-Omeprazole Grup-1 5 8.00 40.00

Grup-2 5 3.00 15.00


(20)

Test Statistics (b) Serai-2-Ome -prazole Serai- 3-Tween 80 Serai- 3-A seto-sal Serai-3-Ome -prazole Tween 80-Asetosal Tween 80-Ome -prazole Asetosal -Ome -prazole

Mann-Whitney U 2.500 2.500 .000 10.000 .000 .000 .000

Wilcoxon

W 17.500

17.50

0 15.000 25.000 15.000 15.000 15.000

Z -2.390 -2.449 -2.887 -1.000 -3.000 -3.000 -3.000

Asymp. Sig.

(2-tailed) .017 .014 .004 .317 .003 .003 .003

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]

.032(a) .032(a

) .008(a) .690(a) .008(a) .008(a) .008(a)

a. Not corrected for ties.


(21)

75

Lampiran 5

Gambar Kegiatan Penelitian Ilmiah

Adaptasi Mencit


(22)

Pemeliharaan dan Perlakuan Mencit dengan Menggunakan Sonde Oral


(23)

77

Persiapan Pembedahan Mencit


(24)

Memotong dan Mengambil Bagian Gaster Mencit


(25)

79

Lampiran 6

Gambar Mikroskopik Erosi Mukosa/Ulkus Gaster Mencit

Skor 1 : Tidak Ditemukan Erosi Mukosa/Ulkus Gaster


(26)

Skor 3 : Erosi Mukosa/Ulkus Gaster Mencapai Kedalaman 1/3 Kelenjar Gaster Bagian Atas

Skor 4 : Erosi Mukosa/Ulkus Gaster Mencapai Kedalaman 1/3 Kelenjar Gaster Bagian Tengah


(27)

81

Skor 5 : Erosi Mukosa/Ulkus Gaster Mencapai Kedalaman 1/3 Kelenjar Gaster Bagian Bawah


(28)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Vivi Indrawati

NRP : 0810119

Tempat/Tanggal Lahir: Dumai, 28 Juli 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Budha

Alamat Asal : Jl. Jeruk No. 38 A Dumai - Riau Alamat Sekarang : Jl. Cassa No. 8 Bandung

Riwayat Pendidikan :

 Lulus TK Santo Tarcisius Dumai tahun 1996

 Lulus SD Santo Tarcisius Dumai tahun 2002

 Lulus SMP Santo Tarcisius Dumai tahun 2005

 Lulus SMA Santo Tarcisius Dumai tahun 2008

 Menempuh pendidikan S1 di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha sejak tahun 2008


(29)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) yaitu ulkus gaster (tukak lambung) dan ulkus duodenum (tukak duodenum) merupakan penyakit yang masih banyak ditemukan terutama dalam kelompok umur di atas 45 tahun. Ulkus peptikum didefinisikan sebagai suatu defek mukosa atau submukosa yang berbatas tegas yang dapat menembus lapisan muskularis mukosa sampai lapisan serosa sehingga terjadi perforasi (Akil, 2006). Ulkus gaster merupakan suatu gambaran bulat atau semibulat/oval dengan ukuran lebih dari 5 mm dari kedalaman submukosa pada mukosa gaster akibat terputusnya kontinuitas/integritas mukosa gaster dengan dasar ulkus ditutupi debris (Tarigan, 2006).

Ulkus gaster tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi berbeda tergantung pada sosial, ekonomi, dan demografi, dijumpai lebih banyak pada pria dengan insidensi yang meningkat pada usia lanjut dan kelompok sosial ekonomi rendah dengan puncak pada dekade keenam (Tarigan, 2006). Tetapi ada studi yang membuktikan bahwa perbandingan kejadian ulkus gaster antara pria dan wanita adalah 1,5 : 2,1 (Liu C dan Crawford JM, 2005). Secara klinis, ulkus duodenum lebih sering dijumpai daripada ulkus gaster. Pada beberapa negara seperti Jepang dijumpai lebih banyak ulkus gaster daripada ulkus duodenum. Ulkus gaster berukuran lebih besar dan lebih menonjol sehingga pada pemeriksaan autopsi lebih sering atau mudah dijumpai dibandingkan dengan ulkus duodenum (Tarigan, 2006).

Di Inggris sekitar 6–20% penduduk menderita ulkus pada usia 55 tahun, sedangkan prevalensinya 2–4%. Di Amerika Serikat ada 4 juta pasien dengan gangguan asam–pepsin, prevalensinya adalah 12% pada pria dan 10% pada wanita dengan angka kematian pasien 15.000 per tahun dan menghabiskan dana 10 milyar dolar per tahun (Tarigan, 2006). Di Indonesia, khususnya di Makassar, ditemukan prevalensi ulkus duodenum sebanyak 14% dan ulkus duodenum


(30)

disertai dengan ulkus gaster sebanyak 5%. Umur terbanyak yaitu antara umur 45-65 tahun dengan kecenderungan semakin tua umur, prevalensi semakin meningkat dengan didominasi pria lebih banyak dibandingkan dengan wanita. Dari waktu ke waktu, manajemen ulkus gaster lebih baik seiring dengan ditemukannya faktor-faktor penyebab yang ditunjang dengan kemajuan dalam bidang farmasi yang berhasil menemukan dan mengembangkan obat-obat yang sangat berpotensi untuk penyembuhan ulkus gaster (Akil, 2006).

Masyarakat di Brazil banyak menggunakan serai (Cymbopogon citratus) sebagai tanaman obat keluarga yang bermanfaat untuk pengobatan gangguan saraf, pencernaan, dan demam (Carlini, 2006). Serai (Cymbopogon citratus) telah diakui secara luas kegunaannya dalam ethnobotanikal dan obat (Sforcin, 2009). Serai (Cymbopogon citratus) dikenal dengan nama tanaman sereh atau serai. Serai merupakan salah satu jenis rumput–rumputan yang sudah sejak lama dibudidayakan di Indonesia. Sehingga jenis ini mempunyai banyak nama daerah, diantaranya yaitu sereh, sere, sere gulai, sere sayur, serai dapur, dan sebagainya (Sastrapradja, 1978). Tanaman serai (Cymbopogon citratus) ini kadang juga disebut sebagai lemon grass, barbed wire grass, silky heads, citronella grass ataupun fever grass (Anonim, 1989).

Serai mempunyai aroma yang kuat dan wangi menyerupai lemon sehingga banyak digunakan untuk aromaterapi, pewangi sabun dan sampo. Selain itu, minyak atsiri serai bermanfaat untuk mengobati kembung (flatulence), pergerakan usus yang tidak tetap dan rangsangan gaster, serta baik untuk merawat rheumatism (Anonim, 1989). Serai dipakai sebagai rempah penyedap masakan dan pengusir nyamuk. Selain itu juga bermanfaat untuk pengobatan gangguan saraf, pencernaan, diuretik, antibakteri, antirematik, ekspektoran, dan antipiretik. Minyak serai juga dipakai dalam industri kosmetik untuk pembuatan parfum dan sabun, sebagai minyak pengoles yang dibalurkan ke tubuh untuk memberi efek menghangatkan (Trubus, 2010).

Tanaman obat serai perlu diuji karena efek samping dari tanaman herbal relatif kecil dibandingkan dengan obat-obatan. Selain itu, serai juga mudah didapatkan karena manfaat dan khasiatnya yang banyak dimanfaatkan oleh


(31)

3

masyarakat. Penelitian mengenai serai pernah dilakukan di Jepang, terutama mengenai minyak atsiri dari serai terhadap bakteri Helicobacter pylori di dalam lambung mencit. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa serai mempunyai efek antibakteri (Ohno, 2006). Sedangkan salah satu penyebab ulkus gaster yang tersering adalah adanya infeksi Helicobacter pylori (48%) di dalam gaster (Robert, 2007).

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah penelitian ini adalah apakah minyak serai (Cymbopogon citratus) dapat mencegah erosi mukosa gaster pada mencit (ulkus gaster).

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian untuk mengetahui khasiat serai dalam mencegah ulkus gaster.

Tujuan penelitian untuk mengetahui efek serai dalam mencegah ulkus gaster dengan mengamati kedalaman erosi mukosa gaster mencit.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis penelitian untuk menyatakan khasiat serai sebagai antiulkus gaster.

Manfaat praktis penelitian untuk meningkatkan pemanfaatan serai dalam mencegah ulkus gaster kepada masyarakat dan dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat keluarga.


(32)

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Salah satu penyebab ulkus gaster adalah pemakaian Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (OAINS) yang berkepanjangan. OAINS ini dapat menyebabkan erosi mukosa atau submukosa dari gaster. OAINS ini juga bekerja menghambat siklooksigenase (COX) sehingga menghambat pembentukan prostaglandin (PG) dan mediator pelindung berupa COX-2 yang berfungsi untuk perlindungan mukosa gaster dengan merangsang sekresi lendir dan bikarbonat dan proliferasi sel epitel serta meningkatkan aliran darah mukosa (Robert, 2007). Selain itu, salah satu penyebab ulkus gaster yang tersering adalah adanya infeksi Helicobacter pylori (48%) di dalam gaster (Robert, 2007). Sehingga pasien ulkus gaster biasanya mengeluh dispepsia. Dispepsia merupakan suatu sindroma klinik/kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh di ulu hati, dan cepat merasa kenyang (Tarigan, 2006).

Sebagian besar masyarakat di Brazil menggunakan serai sebagai terapi alternatif dalam bentuk teh (Sforcin, 2009). Serai memiliki aroma khas lemon karena terdapat senyawa bergugus fungsi aldehid, yaitu sitral sebagai senyawa utama minyak. Sitral merupakan campuran dari stereoisomer, geranial (α-sitral), dan neral ( -sitral) yang merupakan komponen utama minyak serai (Cymbopogon citratus) dan memiliki efek antiinflamasi, imunomodulator, dan antikarsinogenik (Sforcin, 2009).

Efek antiinflamasi serai ini teruji dengan ditemukannya bahwa aktivitas promotor COX-2 disupresi oleh minyak serai dan sitral merupakan kandungan utama yang menekan (supresi) ekspresi dari COX-2 serta sebagai aktivator Peroxisome Proliferator–Activated Receptor (PPAR) α dan (Katsukawa, 2010). Hasil penelitian di Jepang menunjukkan bahwa serai juga mempunyai efek antibakteri (Ohno, 2006). Selain itu juga bermanfaat untuk pengobatan gangguan


(33)

5

saraf, pencernaan, diuretik, antibakteri, antirematik, ekspektoran, dan antipiretik (Trubus, 2010).

1.5.2 Hipotesis

Minyak serai (Cymbopogon citratus) mencegah erosi mukosa gaster pada mencit (ulkus gaster).

1.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah eksperimental laboratorik dengan menggunakan rancangan acap lengkap (RAL) yang bersifat komparatif. Peneliti menggunakan hewan coba mencit jantan dengan galur Swiss Webster yang akan diamati kedalaman erosi dari mukosa gaster mencit (ulkus gaster) berdasarkan sistem skoring. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann - Whitney.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi Universitas Kristen Maranatha, laboratorium Farmakologi Rumah Sakit Hasan Sadikin, laboratorium Patologi Anatomi Universitas Kristen Maranatha, laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Immanuel, dan Pusat Penelitian Ilmu Kedokteran (PPIK). Penelitian dimulai pada Nopember 2010 hingga Desember 2011.


(34)

59 5.1 Simpulan

Minyak serai (Cymbopogon citratus) mencegah erosi mukosa gaster pada mencit (ulkus gaster).

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian, penulis mengajukan beberapa saran, yaitu :

a. Perlu dilakukan parameter lain pada kerusakan mukosa gaster mencit. b. Minyak serai dapat membantu mencegah erosi mukosa gaster (ulkus

gaster), sehingga bagi penderita ulkus gaster maupun yang memiliki faktor risiko ulkus gaster dapat dianjurkan untuk mengkonsumsinya.


(35)

60

DAFTAR PUSTAKA

Akil, HAM. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : FKUI. Hal 345-8.

Altman DF. 2004. Obat yang Digunakan dalam Penyakit Gastrointestinal. Dalam Katzung BG 3 : Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika. Hal 541-8.

Anugrah Lando. 2010. Peptic Ulcer Disease. Makassar. http://www.docstoc.com/docs/40112575/Ulkus-Peptikumum

diunduh pada 7 Januari 2011

Anonim. 1989. Materia Medika Indonesia. Jakarta : Depkes RI. Hal. 177-9.

Ardani. 2007. Tanaman Obat Indonesia : Cymbopogon citratus. Yogyakarta. http://toiusd.multiply.com/journal/item/72/Cymbopogon_citratus

diunduh pada 7 Januari 2011

Carlini EA, Leite JR, Seabra Mde, Maluf E, Assolant K, Suchecki D, et al. 2006. EBSCOhost.

Daniel SW, Daniel WP. 2007. Anatomi Tubuh Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal 326-30.

Fahn A. 1998. Anatomi Tumbuhan. Edisi ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University. Hal 309-441.

Fauci AS, Kasper DL, Braunwald E, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J : Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th Edition. United State of Amerika : McGraw-Hill.

Furst DE, Munster T. 2002. Obat-obat Antiinflamasi Nonsteroid, Obat-obat Antireumatik Pemodifikasi Penyakit, Analgesik Nonopiod dan Obat-obat untuk Pirai. In Katzung BG 2 : Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika. Hal 449-61.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Propulsi dan Pencampuran Makanan dalam Saluran Pencernaan. Dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.

Hurwitz ES, et al. 1984. Public Health Service Study of Reye’s Syndrome and Medications. JAMA 1987;257:1905.

Ivey KJ. 1986. Gastrointestinal Intolerance and Bleeding with Non-narcotic Analgesics. Drugs 1986:32 (Suppl 4):71.


(36)

Junqueira LC, Carneiro J. 2007. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : EGC.

Kasahara. 1995. Medicinal Herb Index in Indonesia. Edisi 2. Jakarta : Eisai Indonesia.

Katsukawa M, Nakata R, Takizawa Y, Hori K, Takahashi S, Inoue H. 2010. Citral

a Component of Lemongrass oil, Activates PPARα and γ and Suppresses

COX-2 Expression. Japan. Biochimica Et Biophysica Acta Vol. 1801(11) : 1214-20.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi Kondisional Bidang Pertanian, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hal 12.

Liu C, Crawford JM. 2005. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th ed. Philadelphia : Elsevier. Pg 816-9.

Lullmann H, Mohr K, Ziegler A, Bieger D. 2000. Color Atlas of Pharmacology. 2nd ed. New York : Thieme.

McPhee SJ, Lingappa VR, Ganong, WF. 2006. Pathophysiology of Disease : An Introduction to Cinical Medicine. 5th Ed. McGraw-Hill : Lange.

MIMS. 2008. MIMS Petunjuk Konsultasi. Jakarta : CMP Medica.

Muhlisah, Fauziah. 1999. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya.

Ohno T, Kita M, Yamaoka Y, Imamura S, Yamamoto T, Mitsufuji S, et al. 2006. Antimicrobial Activity of Essential Oils Against Helicobacter pylori. Department of Microbiology. Kyoto 602-8566.

Onawunmi GO, et al. 1984. J. Ethnopharmacol. 12(3):279-86.

Perry LM. 1980. Medicinal Plant of Cast and Southeast Asia. Cambridge : The Massachusetts Institute of Technology.

Robert CS, Kalyanakrishnan Ramakrishnan. 2007. Peptic Ulcer Disease. Universitu of Oklahoma Health Sciences Center. Oklahoma.

Schiff E, et al. 1989. The Use of Aspirin to Prevent Pregnancy-induced Hypertension and Lower the Ratio of Thromboxane A2 to Prostacyclin in Relatively High Risk Pregnancies. N Engl J Med 1989;321:351.


(37)

62

Sforcin JM, Amaral JT, Fernandes A J, Sousa JP, Bastos JK. 2009. Lemongrass effects on IL-1beta and IL-6 production by macrophages. Natural Product Research 23:1151-9.

Shayne P. 2010. Emedicine : Gastritis and Peptic Ulcer Disease. Southern California. http://emedicine.medscape.com/article/776460-overview

diunduh pada 7 Januari 2011

Silbernagl S, Lang F. 2000. Color Atlas of Pathophysiology. New York : Thieme.

Suaeyun R, et al. 1997. Carcinogenesis. 18(5):949-55.

Tanwir YM. 1989. Teknik Pengelolaan Sediaan Histopatologi dan Sitologi. Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Hal 89-111.

Tarigan Pengarapen. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : FKUI. Hal 338-44.

Thun MJ, Namboodiri MM, Health CW. 1991. Aspirin Use and Reduced Risk of Fatal Colon Cancer. N Engl J Med 1991;325:1593.

Trubus. 2010. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : Trubus Swadaya.

Viana GS, et al. 2000. J. Ethnopharmacol. 70(3):323-27.

Wiart C. 2002. Medicinal Plants of Southeast Asia. 2nd ed. Malaysia : Prentice Hall.


(1)

4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Salah satu penyebab ulkus gaster adalah pemakaian Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (OAINS) yang berkepanjangan. OAINS ini dapat menyebabkan erosi mukosa atau submukosa dari gaster. OAINS ini juga bekerja menghambat siklooksigenase (COX) sehingga menghambat pembentukan prostaglandin (PG) dan mediator pelindung berupa COX-2 yang berfungsi untuk perlindungan mukosa gaster dengan merangsang sekresi lendir dan bikarbonat dan proliferasi sel epitel serta meningkatkan aliran darah mukosa (Robert, 2007). Selain itu, salah satu penyebab ulkus gaster yang tersering adalah adanya infeksi Helicobacter pylori (48%) di dalam gaster (Robert, 2007). Sehingga pasien ulkus gaster biasanya mengeluh dispepsia. Dispepsia merupakan suatu sindroma klinik/kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran cerna seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh di ulu hati, dan cepat merasa kenyang (Tarigan, 2006).

Sebagian besar masyarakat di Brazil menggunakan serai sebagai terapi alternatif dalam bentuk teh (Sforcin, 2009). Serai memiliki aroma khas lemon karena terdapat senyawa bergugus fungsi aldehid, yaitu sitral sebagai senyawa utama minyak. Sitral merupakan campuran dari stereoisomer, geranial (α-sitral), dan neral ( -sitral) yang merupakan komponen utama minyak serai (Cymbopogon citratus) dan memiliki efek antiinflamasi, imunomodulator, dan antikarsinogenik (Sforcin, 2009).

Efek antiinflamasi serai ini teruji dengan ditemukannya bahwa aktivitas promotor COX-2 disupresi oleh minyak serai dan sitral merupakan kandungan utama yang menekan (supresi) ekspresi dari COX-2 serta sebagai aktivator Peroxisome Proliferator–Activated Receptor (PPAR) α dan (Katsukawa, 2010). Hasil penelitian di Jepang menunjukkan bahwa serai juga mempunyai efek antibakteri (Ohno, 2006). Selain itu juga bermanfaat untuk pengobatan gangguan


(2)

saraf, pencernaan, diuretik, antibakteri, antirematik, ekspektoran, dan antipiretik (Trubus, 2010).

1.5.2 Hipotesis

Minyak serai (Cymbopogon citratus) mencegah erosi mukosa gaster pada mencit (ulkus gaster).

1.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah eksperimental laboratorik dengan menggunakan rancangan acap lengkap (RAL) yang bersifat komparatif. Peneliti menggunakan hewan coba mencit jantan dengan galur Swiss Webster yang akan diamati kedalaman erosi dari mukosa gaster mencit (ulkus gaster) berdasarkan sistem skoring. Analisis data yang digunakan adalah uji statistik nonparametrik Kruskal Wallis dan dilanjutkan dengan uji Mann - Whitney.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di laboratorium Farmakologi Universitas Kristen Maranatha, laboratorium Farmakologi Rumah Sakit Hasan Sadikin, laboratorium Patologi Anatomi Universitas Kristen Maranatha, laboratorium Patologi Anatomi Rumah Sakit Immanuel, dan Pusat Penelitian Ilmu Kedokteran (PPIK). Penelitian dimulai pada Nopember 2010 hingga Desember 2011.


(3)

59

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Minyak serai (Cymbopogon citratus) mencegah erosi mukosa gaster pada mencit (ulkus gaster).

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian, penulis mengajukan beberapa saran, yaitu :

a. Perlu dilakukan parameter lain pada kerusakan mukosa gaster mencit. b. Minyak serai dapat membantu mencegah erosi mukosa gaster (ulkus

gaster), sehingga bagi penderita ulkus gaster maupun yang memiliki faktor risiko ulkus gaster dapat dianjurkan untuk mengkonsumsinya.


(4)

60

Akil, HAM. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : FKUI. Hal 345-8.

Altman DF. 2004. Obat yang Digunakan dalam Penyakit Gastrointestinal. Dalam Katzung BG 3 : Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika. Hal 541-8.

Anugrah Lando. 2010. Peptic Ulcer Disease. Makassar. http://www.docstoc.com/docs/40112575/Ulkus-Peptikumum

diunduh pada 7 Januari 2011

Anonim. 1989. Materia Medika Indonesia. Jakarta : Depkes RI. Hal. 177-9. Ardani. 2007. Tanaman Obat Indonesia : Cymbopogon citratus. Yogyakarta.

http://toiusd.multiply.com/journal/item/72/Cymbopogon_citratus diunduh pada 7 Januari 2011

Carlini EA, Leite JR, Seabra Mde, Maluf E, Assolant K, Suchecki D, et al. 2006. EBSCOhost.

Daniel SW, Daniel WP. 2007. Anatomi Tubuh Manusia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal 326-30.

Fahn A. 1998. Anatomi Tumbuhan. Edisi ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University. Hal 309-441.

Fauci AS, Kasper DL, Braunwald E, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J : Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17th Edition. United State of Amerika : McGraw-Hill.

Furst DE, Munster T. 2002. Obat-obat Antiinflamasi Nonsteroid, Obat-obat Antireumatik Pemodifikasi Penyakit, Analgesik Nonopiod dan Obat-obat untuk Pirai. In Katzung BG 2 : Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika. Hal 449-61.

Guyton AC, Hall JE. 2006. Propulsi dan Pencampuran Makanan dalam Saluran Pencernaan. Dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC. Hurwitz ES, et al. 1984. Public Health Service Study of Reye’s Syndrome and

Medications. JAMA 1987;257:1905.

Ivey KJ. 1986. Gastrointestinal Intolerance and Bleeding with Non-narcotic Analgesics. Drugs 1986:32 (Suppl 4):71.


(5)

61

Junqueira LC, Carneiro J. 2007. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : EGC.

Kasahara. 1995. Medicinal Herb Index in Indonesia. Edisi 2. Jakarta : Eisai Indonesia.

Katsukawa M, Nakata R, Takizawa Y, Hori K, Takahashi S, Inoue H. 2010. Citral a Component of Lemongrass oil, Activates PPARα and γ and Suppresses COX-2 Expression. Japan. Biochimica Et Biophysica Acta Vol. 1801(11) : 1214-20.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi Kondisional Bidang Pertanian, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Hal 12.

Liu C, Crawford JM. 2005. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th ed. Philadelphia : Elsevier. Pg 816-9.

Lullmann H, Mohr K, Ziegler A, Bieger D. 2000. Color Atlas of Pharmacology. 2nd ed. New York : Thieme.

McPhee SJ, Lingappa VR, Ganong, WF. 2006. Pathophysiology of Disease : An Introduction to Cinical Medicine. 5th Ed. McGraw-Hill : Lange.

MIMS. 2008. MIMS Petunjuk Konsultasi. Jakarta : CMP Medica.

Muhlisah, Fauziah. 1999. Tanaman Obat Keluarga. Jakarta : Penebar Swadaya. Ohno T, Kita M, Yamaoka Y, Imamura S, Yamamoto T, Mitsufuji S, et al. 2006.

Antimicrobial Activity of Essential Oils Against Helicobacter pylori. Department of Microbiology. Kyoto 602-8566.

Onawunmi GO, et al. 1984. J. Ethnopharmacol. 12(3):279-86.

Perry LM. 1980. Medicinal Plant of Cast and Southeast Asia. Cambridge : The Massachusetts Institute of Technology.

Robert CS, Kalyanakrishnan Ramakrishnan. 2007. Peptic Ulcer Disease. Universitu of Oklahoma Health Sciences Center. Oklahoma.

Schiff E, et al. 1989. The Use of Aspirin to Prevent Pregnancy-induced Hypertension and Lower the Ratio of Thromboxane A2 to Prostacyclin in Relatively High Risk Pregnancies. N Engl J Med 1989;321:351.


(6)

Sforcin JM, Amaral JT, Fernandes A J, Sousa JP, Bastos JK. 2009. Lemongrass effects on IL-1beta and IL-6 production by macrophages. Natural Product Research 23:1151-9.

Shayne P. 2010. Emedicine : Gastritis and Peptic Ulcer Disease. Southern California. http://emedicine.medscape.com/article/776460-overview

diunduh pada 7 Januari 2011

Silbernagl S, Lang F. 2000. Color Atlas of Pathophysiology. New York : Thieme. Suaeyun R, et al. 1997. Carcinogenesis. 18(5):949-55.

Tanwir YM. 1989. Teknik Pengelolaan Sediaan Histopatologi dan Sitologi. Bandung : Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Hal 89-111.

Tarigan Pengarapen. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta : FKUI. Hal 338-44.

Thun MJ, Namboodiri MM, Health CW. 1991. Aspirin Use and Reduced Risk of Fatal Colon Cancer. N Engl J Med 1991;325:1593.

Trubus. 2010. Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta : Trubus Swadaya. Viana GS, et al. 2000. J. Ethnopharmacol. 70(3):323-27.

Wiart C. 2002. Medicinal Plants of Southeast Asia. 2nd ed. Malaysia : Prentice Hall.