MIGRAN PKL DAN DAMPAKNYA TERHADAP KETERTIBAN SOSIAL.

(1)

2117/UN.40.2.8/PL/2014

MIGRAN PKL DAN DAMPAKNYA TERHADAP

KETERTIBAN SOSIAL

(Studi Kasus di Pasar Anyar Kota Bogor)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sosiologi

Oleh

Seli Septiana Pratiwi 1001798

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

Migran PKL Dan Dampaknya

Terhadap Ketertiban Sosial

(Studi Kasus di Pasar Anyar Kota

Bogor)

Oleh

Seli Septiana Pratiwi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Seli Septiana Pratiwi 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Struktur Organisasi ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Teori Fungsionalisme Struktural ... 12

B. Adaptasi ... 14

C. Migrasi ... 16

1. Pengertian Migrasi ... 17

2. Jenis-Jenis Migrasi ... 17

3. Faktor-Faktor Penyebab Migrasi ... 19

D. Pedagang Kaki Lima ... 20

1. Asal Usul Istilah Pedagang Kaki Lima ... 20

2. Pengertian Pedagang Kaki Lima ... 21

3. Ciri-Ciri Pedagang Kaki Lima ... 22

4. Klasifikasi Pedagang Kaki Lima ... 22

5. Jenis Dagangan ... 24


(6)

F. Ketertiban Sosial ... 26

G. Pembelajaran Sosiologi... 28

1. Makna Belajar dan Pembelajaran ... 28

2. Pembelajaran Sosiologi di SMA ... 30

3. Model-Model Pembelajaran Sosiologi ... 31

4. Fenomena PKL sebagai Bahan dan Sumber Pembelajaran Sosiologi ... 32

H. Penelitian Terdahulu ... 33

I. Asumsi ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 35

1. Lokasi Penelitian ... 35

2. Subjek Penelitian ... 35

B. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian ... 36

1. Pendekatan Penelitian ... 36

2. Metode Penelitian ... 37

C. Definisi Operasional ... 38

D. Instrumen Penelitian ... 38

E. Tahap Penelitian ... 39

1. Tahap Pra Penelitian ... 39

2. Tahap Perizinan Penelitian... 40

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data... 41

1. Observasi ... 41

2. Wawancara ... 42

3. Studi Dokumentasi ... 43

4. Studi Literatur ... 44

5. Triangulasi ... 44

G. Teknik Analisis Data ... 45

1. Reduksi Data ... 47


(7)

3. Kesimpulan/Verifikasi ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 50

1. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 50

2. Potensi PKL di Pasar Anyar Kota Bogor ... 52

3. Keanggotaan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor ... 52

4. Sanksi dan Denda yang Dijatuhkan Kepada Para PKL ... 53

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 54

1. Proses dan Asal-Usul Datangnya Migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor ... 55

2. Faktor-Faktor Penyebab PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Mengganggu Ketertiban Sosial ... 60

3. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor ... 67

4. Pemanfaatan Kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Dalam Pembelajaran Sosiologi Sebagai Bahan Ajar ... 75

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 80

1. Proses dan Asal-Usul Datangnya Migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor ... 80

2. Faktor-Faktor Penyebab PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Mengganggu Ketertiban Sosial ... 85

3. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor ... 89

4. Pemanfaatan Kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Dalam Pembelajaran Sosiologi Sebagai Bahan Ajar ... 92

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 97

A. Simpulan ... 97

1. Simpulan Umum ... 97

2. Simpulan Khusus ... 99

B. Saran ... 100


(8)

LAMPIRAN ... 105

Lampiran 1 SK Skripsi ... 106

Lampiran 2 Buku Laporan Kemajuan Penulisan Skipsi ... 111

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian ... 115

Lampiran 4 Instrumen Penelitian ... 121

Lampiran 5 Hasil Observasi dan Deskripsi Hasil Wawancara ... 133

Lampiran 6 Profil Unit Pasar Kebon Kembang dan Paguyuban PKL Pasar Anyar Kota Bogor ... 172

Lampiran 7 Dokumen Peraturan Daerah ... 183

Lampiran 8 Foto Dokumentasi ... 249


(9)

ABSTRAK

Migran PKL Dan Dampaknya Terhadap Ketertiban Sosial (Studi Kasus di Pasar Anyar Kota Bogor)

Manusia tentu menginginkan kehidupan yang lebih baik lagi, tempat yang dianggap dapat mewujudkan keinginan tersebut yaitu wilayah perkotaan. Kehidupan masyarakat di perkotaan akan sangat jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat di pedesaan, hal ini yang menyebabkan ketertarikan untuk melakukan perpindahan atau migrasi. Masyarakat yang melakukan perpindahan dari desa ke kota disebut dengan migran. Para migran ini cenderung memiliki pemikiran bahwa lebih mudah mendapatkan pekerjaan di perkotaan, padahal pekerjaan di perkotaan memiliki persaingan yang tinggi dan ketat serta harus disertai dengan keahlian yang mumpuni. Para migran yang tersingkir dari pekerjaan sektor formal kemudian memilih pekerjaan di sektor informal yaitu sebagai Pedagang Kaki Lima (PKL). PKL ini kemudian menyebabkan masalah baru muncul yaitu yang berkaitan dengan ketertiban sosial, ketertiban sosial yang dimaksud disini yaitu yang berkaitan dengan kemacetan, kebersihan dan keamanan. PKL biasanya akan memilih lokasi yang ramai agar mudah ditemukan keberadaannya, salah satu tempat yang biasanya digunakan oleh PKL adalah pasar. Pasar Anyar Kota Bogor merupakan pasar yang tempatnya strategis yaitu berada dipusat kota, sehingga tidak pernah sepi dari pembeli baik dari Kota Bogor maupun dari luar Kota Bogor. Hal ini yang memunculkan ketertarikan migran PKL untuk berjualan di Pasar Anyar Kota Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses dan asal-usul datangnya migran PKL ke Kota Bogor, faktor-faktor yang menyebabkan migran PKL berjualan tidak beraturan serta upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menertibkan migran PKL. Pada penelitian yang dilakukan di Pasar Anyar Kota Bogor mengenai migran PKL menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pendekatan dan metode yang dipilih untuk lebih memahami dan menggambarkan secara lebih terperinci dan mendalam mengenai migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Temuan dari penelitian mengenai dampak migran PKL adalah : (1) Para migran PKL ini mayoritas berasal dari luar Pulau Jawa, mendapat informasi mengenai Kota Bogor dan Pasar Anyar dari keluarga atau teman satu daerah asal yang sudah terlebih dahulu tinggal di Kota Bogor; (2) Faktor pendorong melakukan migrasi disebabkan keinginan untuk mencari nafkah, keinginan untuk merantau, keinginan untuk mencari pengalaman baru, dan ikut dengan keluarga; (3) Pemilihan pekerjaan sebagai PKL disebabkan keterbatasan modal usaha, tidak memiliki keahlian lain, dan meneruskan usaha keluarga; (4) Faktor yang menyebabkan migran PKL mengganggu ketertiban adalah lokasi lapak, pengunjung yang lebih sering berbelanja kepada PKL, kebersihan lapak PKL kurang terpelihara; (5) Upaya-upaya yang dilakukan dengan penerapan peraturan dan saksi serta penertiban lapak PKL; (6) Kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor dapat dijadikan sumber dan bahan pembelajaran dalam mata pelajaran sosiologi.


(10)

ABSTRACT

Migrant Hawkers And The Impact To Social Order (Case Studies In Pasar Anyar Of Bogor City)

The human certainly want a better life, a place that is considered to realize the desire that urban areas. Life in urban communities will be very much different from the lives of people in rural areas, which is why the interest to make the move or migration. People who moving from rural to urban called migrants. These migrants tend to have the thought that it is easier to get a job in urban areas, whereas in urban jobs have a high and tight competition and must be accompanied by a qualified expertise. The migrants are excluded from formal sector employment then choose employment in the informal sector as hawkers, namely hawkers (PKL). Then hawkers led to new problems arise that are related to the social order, social order in question here is related to congestion, cleanliness and safety. Hawkers will usually choose the location that crowded so you can easily find its existence, one of which is usually used by hawkers is the market. Pasar Anyar of Bogor City is a market place that is located at the center of the city, so it is never empty of shoppers both Bogor city and outside of Bogor City. It is appear interesting migrant hawkers to sell in Pasar Anyar of Bogor City. This research intend to determine the origin of the process and the arrival of migrant hawkers to the Bogor City, the factors that cause the irregular migrant hawkers selling and the efforts made by the government to curb migrant hawkers. In the research conducted in Pasar Anyar of Bogor City migrant hawkers using a qualitative approach with case study methods. Approaches and methods chosen to better understand and describe in more detail and depth of the migrant hawkers in the Pasar Anyar of Bogor City. Data collection techniques used were observation, interviews, literature study, and study documentation. The findings of the research on the impact of migrant hawkers are: (1) The majority of migrant hawkers come from outside the Java Island, received information about the Bogor City and Pasar Anyar from family or friends of the region of origin who are already living in the Bogor city; (2) factors driving migration caused a desire to earn a living, the desire to go abroad, the desire to seek new experiences, and share with family; (3) Selection of work as hawkers due to lack of venture capital, do not have any other skills, and continue the family business; (4) Factors that cause migrant hawkers stalls disturbing is the location, visitors are more likely to shop at hawkers, hawkers stall cleanliness poorly maintained; (5) The efforts made by the application of rules and witnesses as well as the control of stall hawkers; (6) The case of hawkers in the Pasar Anyar of Bogor City can be used as material for teaching and learning resource of sociology.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam menjalani kehidupan manusia tidak dapat hidup sendiri, oleh sebab itu manusia tersebut menyatu pada struktur masyarakat guna mencapai tujuan yang di cita-citakan. Paul.B.Horton (dalam Setiadi, 2011:36) mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama cukup lama, mendiami wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama dan melakukan sebagian besar kegiatan dalam kelompok tersebut.

Berbicara mengenai masyarakat tentu saja tidak terlepas dari dinamika didalamnya. Di Indonesia sendiri secara umum terdapat dua bagian masyarakat yaitu masyarakat yang tinggal diperkotaan (urban community) dan masyarakat yang tinggal dipedesaan (rural community). Soekanto (2007:138) menjelaskan bahwa antara masyarakat perkotaan dan pedesaan terdapat perbedaan perhatian terutama dalam hal keperluan hidupnya.

Banyak yang dapat menjadi faktor pendorong (push factor) di pedesaan dan faktor penarik (pull factor) di perkotaan yang menyebabkan masyarakat melakukan migrasi. Bukan hal yang tabu lagi bahwa masyarakat akan cenderung melakukan mobilisasi ke wilayah-wilayah yang dianggap dapat mewujudkan harapan serta cita-citanya untuk menuju kehidupan yang lebih baik. Salah satu lingkungan yang dianggap dapat mewujudkan harapan tersebut yaitu wilayah perkotaan. Perbedaan kualitas kehidupan antara kota dan desa tersebut yang menjadi penyebab terjadinya migrasi ke wilayah di perkotaan secara besar-besaran.

Pekerjaan merupakan salah satu faktor pendorong bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan untuk melakukan perpindahan. Persepsi masyarakat tentang lingkungan perkotaan yang mewah, modern serta jenis pekerjaan yang heterogen dan mudah mendapatkannya merupakan kesalah pahaman pada masyarakat yang mengakibatkan terjadinya migrasi besar-besaran. Migrasi


(12)

tersebut pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan penduduk di perkotaan yang tinggi dan cepat.

Pekerjaan diperkotaan menuntut setiap individu memiliki skill yang tinggi sehingga pendidikan formal menjadi salah satu penentu keberhasilan mendapatkan pekerjaan di wilayah perkotaan. Terbatasnya lapangan pekerjaan menjadikan setiap individu berusaha sebaik mungkin untuk bisa bersaing dengan yang lainnya guna mendapatkan pekerjaan pada sektor-sektor formal. Tingkat persaingan di perkotaan mengenai pekerjaan sangat tinggi, sehingga diperlukan keahlian dan pengalaman kerja yang cukup untuk dapat memenuhi kualifikasi yang diinginkan. Kebanyakan masyarakat desa yang melakukan migrasi minim dalam segi keahlian, pada umumnya masyarakat tersebut memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga tidak mampu bersaing. Hal ini yang kemudian memberikan efek berantai bagi masalah – masalah yang muncul di perkotaan. Tersingkirnya dari persaingan pekerjaan menyebabkan banyak masyarakat pendatang yang pada akhirnya menjadi pengangguran, hal ini tentu saja menambah beban kota karena akan semakin banyak masyarakat miskin yang tinggal di perkotaan.

Adapun masyarakat yang melakukan migrasi tetapi tidak memiliki keahlian apapun kemudian bekerja pada sektor-sektor informal. Pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak jarang merupakan Pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tenaga fisik yang kuat, merupakan kategori pekerjaan kasar dan berhubungan dengan keadaan yang kotor. Melihat kenyataan tersebut para migran terus berusaha mencari pekerjaan yang dianggap lebih baik dan tidak memerlukan keahlian khusus dalam menjalankannya.

Menurut UU No.25 Tahun 1997 Pasal 1 Tentang Ketenagakerjaan, usaha sektor informal merupakan kegiatan orang perseorangan atau keluarga, atau beberapa orang yang melaksanakan usaha bersama untuk melakukan kegiatan ekonomi atas dasar kepercayaan dan kesepakatan, dan tidak berbadan hukum. Masih dalam undang-undang yang sama pekerja sektor informal adalah tenaga


(13)

3

kerja dalam hubungan kerja sektor informal dengan menerima upah dan/atau imbalan.

Menjadi Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu alternatif pilihan karena dengan modal yang tidak besar mereka dapat meneruskan kehidupannya dibandingkan harus pulang kembali ke daerah asal. Menjadi PKL juga dianggap lebih baik karena dalam melakukannya mereka tidak memerlukan tenaga fisik yang besar serta tidak harus bersentuhan dengan tempat-tempat yang keadaannya kotor. Akan tetepi, kemunculan PKL ini menjadi masalah baru lagi diperkotaan. Menjamurnya PKL tersebut menyebabkan wilayah-wilayah tertentu diperkotaan terlihat tidak teratur, padahal kota seharusnya menjadi wilayah percontohan dengan pola kehidupan yang lebih teratur, bersih dan mengambarkan kehidupan yang modern dan lebih baik dalam segi penataan kotanya.

Ketertiban yang terjadi dalam masyarakat dapat terwujud jika masyarakat didalamnya telah melaksanakan kewajiban-kewajibannya serta berprilaku sesuai dengan norma dan nilai yang terdapat didalamnya. Para pendatang yang hijrah ke wilayah perkotaan umumnya masih lekat dengan kehidupannya dipedesaan. Mereka secara cepat dituntut untuk bisa beradaptasi dengan baik dengan kondisi kehidupan di perkotaan. Semakin beragam latar belakang masyarakat di dalamnya semakin beragam juga kebudayaan serta pola-pola interaksi. Ketidakteraturan di perkotaan seakan telah menjadi hal yang lumrah terjadi, pelanggaran-pelanggaran menjadi suatu hal yang biasa bahkan kemudian dibenarkan dalam masyarakat, padahal di perkotaan juga terdapat norma-norma serta nilai-nilai yang mengatur masyarakat didalamnya.

Menurut Setiadi dan Kolip (2011:853), permasalahan sosial di perkotaan tidak hanya terbatas pada masalah pekerjaan dan pengangguran saja tetapi dapat juga diringkas sebagai berikut : (1) masalah pencemaran dan sampah; (2) masalah pengangkutan dalam kota; (3) masalah pertumbuhan penduduk yang tinggi dan cepat; (4) masalah pemukiman yang tidak memenuhi persyaratan untuk hidup; dan (5) masalah kemasyarakatan yang timbul di


(14)

kalangan penduduknya (pengangguran, kemiskinan, kejahatan, dan hubungan antar kelompok etnis).

Kota Bogor merupakan kota penyangga ibu kota yang menjadi salah satu kota tujuan dari migrasi karena akses dan fasilitas ke ibu kota yang dianggap cukup mudah. Jumlah pendatang yang terus menerus bertambah dari tahun ke tahun menyebabkan kepadatan penduduk serta tingkat persaingan kerja yang semakin dirasakan ketat. Para pendatang yang tidak dapat menembus pasar kerja formal pada akhirnya memilih bekerja pada sektor informal atau menjadi pengangguran. Para migran yang memilih bekerja menjadi PKL secara otomatis akan memilih tempat-tempat yang dianggap ramai sebagai tempat berjualan. Salah satu tempat yang dianggap cocok sebagai tempat berjualan adalah pasar. Keramaian dan menjadi salah satu tempat transaksi jual beli menyebabkan pasar tidak akan sepi dari pengunjung, terlebih jika pasar tersebut berada di wilayah yang strategis dan memiliki akses yang mudah.

Para migran yang memiliki modal yang minim cenderungan tidak dapat menyewa kios atau tempat di dalam pasar sehingga mereka lebih memilih berdagang diluar pasar atau menjadi PKL. Padahal berjualan diluar pasar juga tidak terlepas dari pungutan-pungutan atau biaya-biaya retribusi yang harus mereka bayarkan. Hal ini kemudian tidak jarang menyebabkan para pedagang yang berada di dalam pasar memilih berdagang di luar pasar karena para pembeli enggan masuk kedalam pasar mengingat barang-barang yang dibutuhkannya telah tersedia di luar pasar dengan harga yang relatif lebih murah.

Hal-hal tersebut membuat pasar terlihat tidak teratur, banyak fasilitas-fasilitas publik yang kemudian beralih fungsi menjadi tempat berjualan. Selain itu, fasilitas lainnya juga menjadi tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Selain ketidakteraturan yang terlihat, masalah kebersihan juga menjadi sorotan karena didalam masyarakat tidak jarang menganggap bahwa pasar tradisional identik dengan keadaan yang tidak layak, becek serta wilayah yang kotor dengan sampah-sampah.


(15)

5

Kondisi ini menyebabkan masyarakat cederung akan memilih berbelanja pada pusat-pusat perbelanjaan modern dengan segala fasilitas didalamnya. Hal ini telah membuktikan bahwa masyarakat menginginkan sebuah kondisi dan situasi yang tertib dan bersih. Penertiban bukan lagi merupakan hal yang asing bagi para PKL, mereka cenderung kembali ke tempat-tempat asalnya berjualan bahkan banyak yang kemudian mendirikan bangunan permanen. Penertiban ini tidak jarang menimbulkan sebuah konflik sosial di dalamnya, dalam hal ini tetap saja masyarakat yang akan dirugikan.

Para migran PKL yang telah dianggap sukses kemudian mengajak sanak saudara atau kerabatnya untuk ikut tinggal di perkotaan. Hal ini tentu menjadi masalah baru karena daya tampung kota akan semakin sempit terlebih lagi para pendatang ini belum tentu memiliki keahlian yang diharapkan. PKL migran yang mengajak sanak saudara atau kerabatnya untuk bekerja di perkotaan umumnya karena merasa kehidupannya di perkotaan dapat dinilai sukses.

Berdasarkan hasil pra penelitian yang telah dilaksanakan peneliti, di Kota Bogor Pasar Anyar merupakan salah satu tempat pilihan para PKL berjualan karena letaknya yang strategis berada di pusat kota dan mudah dalam hal transportasi. Selain itu, pemilihan lokasi juga disebabkan karena Pasar Anyar memiliki luas yang lebih besar dibandingkan pasar lainnya di Kota Bogor. PKL yang berada di Pasar Anyar juga jarang bahkan hampir tidak pernah terkena razia penertiban oleh aparat pemerintah setempat.

Para PKL yang berjualan di Pasar Anyar menjajakan berbagai macam kebutuhan pokok masyarakat. Tempat-tempat yang dipilih oleh para pedagang untuk berjualan kebanyakan berada di trotoar jalan, jalan raya, hingga ke dekat perlintasan kereta api. Para pembeli di Pasar Anyar juga lebih sering berbelanja di PKL dibandingkan di dalam pasar. Disamping itu para PKL di Pasar Anyar Kota Bogor dikelola oleh dua pihak yaitu oleh PD. Pasar Pakuan Jaya dan oleh Paguyuban Pedagang Kaki Lima Pasar Anyar.

Berdasarkan paparan diatas menarik perhatian peneliti untuk meneliti lebih dalam mengenai perilaku PKL di Pasar Anyar Kota Bogor, khususnya para


(16)

PKL yang berasal dari luar Kota Bogor guna melihat dampak yang ditimbulkan oleh keberadaan mereka. Hal ini dengan harapan akan ditemukannya solusi untuk menertibkan para PKL di Pasar Anyar Kota Bogor. Oleh sebab itu penulis mengambil judul “Migran PKL dan Dampaknya Terhadap Ketertiban Sosial (Studi Kasus di Pasar Anyar Kota Bogor)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat di identifikasi beberapa masalah, sebagai berikut :

1. Migran yang tidak memiliki skill tidak dapat bekerja pada sektor formal, dan beberapa diantaranya memilih bekerja sebagai PKL. 2. Keberadaan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor menyebabkan

munculnya masalah baru khususnya menyangkut ketertiban sosial seperti kemacetan dan kebersihan.

3. PKL di Pasar Anyar hampir tidak pernah terkena razia penertiban.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas dapat dilanjutkan kedalam pertanyaan penelitian, sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses dan asal-usul datangnya migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor ?

2. Faktor-Faktor apa sajakah yang menyebabkan PKL di Pasar Anyar berjualan tidak beraturan dan cenderung mengganggu ketertiban sosial ?

3. Upaya-upaya apa saja yang sudah dilakukan baik oleh pemerintah daerah Kota Bogor maupun masyarakat dalam upaya menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor ?

4. Bagaimanakah pembelajaran sosiologi dapat memanfaatkan kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor sebagai bahan ajar untuk membina perilaku masyarakat dalam menjaga ketertiban sosial ?


(17)

7

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan informasi-informasi mengenai Migran PKL dalam melaksanakan ketertiban sosial.

2. Tujuan Khusus

a) Diketahuinya proses dan asal-usul datangnya migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor.

b) Diketahuinya faktor-faktor yang menyebabkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor berdagang tidak beraturan dan cenderung mengganggu ketertiban sosial.

c) Diketahuinya upaya-upaya yang sudah dilakukan baik oleh pemerintah daerah Kota Bogor maupun masyarakat dalam upaya menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor.

d) Diketahuinya pembelajaran sosiologi memanfaatkan kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor sebagai bahan ajar untuk membina perilaku masyarakat dalam menjaga ketertiban sosial.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoretik

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masalah-masalah ketertiban sosial khususnya dalam kajian sosiologi perkotaan. 2. Manfaat Praktis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara para PKL untuk dapat mengungkapkan masalah-masalah yang mereka hadapi sehari-hari.


(18)

b) Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi mengenai perilaku migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor dalam hal ketertiban sosial.

c) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi serta bahan pertimbangan untuk menertibkan para PKL di daerah Kota Bogor khususnya wilayah Pasar Anyar oleh lembaga-lembaga terkait.

F. Struktur Organisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Struktur Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Fungsionalisme Struktural B. Adaptasi

C. Migrasi

1. Pengertian Migrasi 2. Jenis-Jenis Migrasi

3. Faktor-Faktor Penyebab Migrasi D. Pedagang Kaki Lima

1. Asal Usul Istilah Pedagang Kaki Lima 2. Pengertian Pedagang Kaki Lima 3. Ciri-Ciri Pedagang Kaki Lima 4. Klasifikasi Pedagang Kaki Lima 5. Jenis Dagangan

E. Penyimpangan Sosial F. Ketertiban Sosial


(19)

9

G. Pembelajaran Sosiologi

1. Makna Belajar dan Pembelajaran 2. Pembelajaran Sosiologi di SMA 3. Model-Model Pembelajaran Sosiologi

4. Fenomena PKL sebagai Bahan dan Sumber Pembelajaran Sosiologi H. Penelitian Terdahulu

I. Asumsi

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian 2. Subjek Penelitian

B. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

2. Metode Penelitian C. Definisi Operasional D. Instrumen Penelitian E. Tahap Penelitian

1. Tahap Pra Penelitian 2. Tahap Perizinan Penelitian 3. Tahap Pelaksanaan Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi 2. Wawancara

3. Studi Dokumentasi 4. Studi Literatur 5. Triangulasi G. Teknik Analisis Data

1. Reduksi Data 2. Penyajian Data


(20)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek Penelitian 2. Potensi PKL di Pasar Anyar Kota Bogor

3. Keanggotaan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor

4. Sanksi dan Denda yang Dijatuhkan Kepada Para PKL B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Proses dan Asal-Usul Datangnya Migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor

2. Faktor-Faktor Penyebab PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Mengganggu Ketertiban Sosial

3. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor

4. Pemanfaatan Kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Dalam Pembelajaran Sosiologi Sebagai Bahan Ajar

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Proses dan Asal-Usul Datangnya Migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor

2. Faktor-Faktor Penyebab PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Mengganggu Ketertiban Sosial

3. Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor

4. Pemanfaatan Kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Dalam Pembelajaran Sosiologi Sebagai Bahan Ajar

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

1. Simpulan Umum 2. Simpulan Khusus B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(21)

11

Lampiran 1 SK Skripsi

Lampiran 2 Buku Laporan Kemajuan Penulisan Skipsi Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Instrumen Penelitian

Lampiran 5 Hasil Observasi dan Deskripsi Hasil Wawancara

Lampiran 6 Profil Unit Pasar Kebon Kembang dan Paguyuban PKL Pasar Anyar Kota Bogor

Lampiran 7 Dokumen Peraturan Daerah Lampiran 8 Foto Dokumentasi


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi pada penelitian ini di Pasar Anyar Kota Bogor yang beralamat di Jalan Dewi Sartika No.10 Kota Bogor. Adapun pemilihan Pasar Anyar sebagai lokasi penelitian karena beberapa alasan sebagai berikut :

a. Letak Pasar Anyar yang berada di Pusat Kota dan terdapat perlintasan kereta api.

b. Pasar Anyar menjadi tujuan akhir dari beberapa trayek angkutan kota sehingga menimbulkan kemacetan sepanjang hari.

c. Pedagang Kaki Lima yang berjualan jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan pasar lainnya di Kota Bogor bahkan hingga ke perlintasan kereta api.

d. Pasar Anyar tidak pernah sepi dari pembeli.

2. Subjek Penelitian

Dalam penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor peneliti menggunakan

purposive sampling untuk teknik pengambilan subjek penelitian. Menurut

Sugiyono (2007:53-54) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Kaitannya dengan penelitian yang dilakukan di Pasar Anyar pengambilan sampel didasarkan kepada orang-orang yang paham dengan kondisi dan situasi di Pasar Anyar Kota Bogor. Adapun Subjek penelitiannya sebagai berikut :

a. Pengelola Unit Pasar Kebon Kembang Kota Bogor.

b. Pengurus Paguyuban Pedagang Kaki Lima Pasar Anyar Kota Bogor.

c. Pembeli di Pasar Anyar Kota Bogor.

d. Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Bogor. e. Guru Mata Pelajaran Sosiologi di Kota Bogor.


(23)

36

B. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang dilakukan terhadap migran pedagang kaki lima di Pasar Anyar Kota Bogor merupakan kajian terhadap pedagang kaki lima yang berasal dari luar daerah. Pada penelitian ini dilihat dampak dan pengaruh pedagang yang berasal dari luar daerah terhadap lingkungannya khususnya yang berkaitan dengan ketertiban sosial. Menurut Moleong (2000:30) penelitian pada hakikatnya merupakan wahana untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran.

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih karena peneliti beranggapan masalah-masalah yang menjadi fokus penelitian masih dapat berubah saat berlangsungnya penelitian maupun setelah berlangsungnya penelitian, yang dalam penelitian ini hal-hal yang berhubungan dengan migran pedagang kaki lima di Pasar Anyar Kota Bogor. Menggunakan pendekatan ini dapat melihat secara keseluruhan dari kondisi sosial yang terjadi di lapangan yang meliputi perilaku, tempat serta aktivitas yang dilakukan oleh subjek penelitian.

Adapun pengertian penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000:3) sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan pendapat tersebut Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2000:3) mendefinisikan penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

Berdasarkan pengertian penelitian kualitatif yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan pengamatan pada manusia mengenai hubungan dan perilakunya dalam suatu kelompok yang kemudian akan menghasilkan


(24)

data-data dalam bentuk tulisan maupun lisan. Oleh sebab itu, penelitian kualitatif erat kaitannya dengan subjek penelitian terutama perilakunya serta lingkungan tempat subjek penelitian.

Berdasarkan penjelasan diatas, penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor dipilih agar peneliti dapat lebih mudah mengamati hubungan dan perilaku para migran pedagang kaki lima di Pasar Anyar Kota Bogor dengan para pedagang lainnya, pembeli dan pengelola pasar. Selain itu peneliti dapat fokus pada tujuan penelitian yaitu mengenai dampak yang diakibatkan keberadaan pedagang kaki lima terhadap ketertiban sosial di Pasar Anyar Kota Bogor. Penelitian ini juga memerlukan kemampuan komunikasi yang baik dari peneliti agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan teknik studi kasus. Menurut Arikunto (2006:142) penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, maka penelitian kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit, tetapi ditinjau dari sifat penelitian, penelitian kasus lebih mendalam.

Menurut Nasution (1987:45) studi kasus adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya. Studi kasus dapat dilakukan terhadap seorang individu, sekelompok individu, segolongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga sosial. Studi kasus dapat mengenai perkembangan sesuatu, dapat pula memberi gambaran tentang keadaan yang ada.

Berdasarkan pengertian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian dengan menggunakan metode studi kasus adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara intensif dan mendalam mengenai suatu aspek di dalam lingkungan sosial manusia, seperti terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu yang akan memberikan gambaran mengenai kondisi yang terjadi. Penelitian yang dimaksudkan tersebut yaitu


(25)

38

penelitian yang dilakukan secara intensif dan mendalam mengenai dampak keberadaan migran pedagang kaki lima di Pasar Anyar Kota Bogor terhadap ketertiban sosial.

Penggunaan metode studi kasus dapat melihat perilaku migran pedagang kaki lima yang berdampak terhadap ketertiban sosial di lingkungan Pasar Anyar Kota Bogor. Penelitian dengan studi kasus juga diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan yang berkaitan dengan ketertiban sosial di lingkungan Pasar Anyar Kota Bogor yang dilakukan oleh para migran pedagang kaki lima. Berdasarkan hal tersebut peneliti diharapkan dapat mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi yang berkaitan dengan ketertiban sosial di lingkungan Pasar Anyar Kota Bogor.

C. Definisi Operasional 1. Migran

Merupakan seseorang yang berpindah dari suatu wilayah politik atau administratif ke tempat lainnya.

2. Pedagang Kaki Lima (PKL)

Pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat golongan ekonomi lemah untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan modal yang rendah dan tempat berdagang yang tidak memiliki izin serta tidak menetap dan bersifat sementara.

3. Ketertiban Sosial

Sistem kemasyarakatan, hubungan dan kebiasaan yang berlangsung secara lancar demi mencapai sasaran masyarakat.

D. Instrumen Penelitian

Pada penelitian kualitatif peneliti memiliki fungsi sebagai instrumen penelitian. Menurut Moleong (2007:168) pada penelitian kualitatif yang menjadi ciri utamanya yaitu manusia sangat berperan dalam keseluruhan proses penelitian, termasuk dalam pengumpulan data, bahkan peneliti itu


(26)

sendiri yang menjadi instrumennya. Ciri manusia sebagai instrumen ialah harus responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan dan mencari respons yang tidak lazim.

Menurut Sugiyono (2007:61) dalam penelitian kualitatif pada awalnya permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Namun, setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana. Pada penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor mengenai ketertiban sosial instrumen penelitian yang digunakan berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara.

E. Tahap Penelitian

Sebuah penelitian tidak akan mencapai tujuan yang diharapkan apabila dilakukan tanpa persiapan dan tidak secara sistematis. Oleh sebab itu, agar

penelitian yang berjudul “Migran PKL dan Dampaknya terhadap Ketertiban Sosial (studi kasus di Pasar Anyar Kota Bogor)” dapat bencapai tujuan yang

diinginkan penulis menyusun langkah-langkah penelitiannya sebagai berikut :

1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap ini yang pertama kali dilakukan adalah memilih masalah, menentukan judul dan memilih lokasi penelitian. Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih oleh peneliti yaitu Pasar Anyar Kota Bogor yang beralamat di Jalan Dewi Sartika No.10 Kota Bogor. Kemudian setelah ditentukan subjek penelitiannya kemudian dilakukan tahap pra penelitian.

Pada tahap pra penelitian ini dilakukan studi pendahuluan untuk melihat gambaran awal mengenai subjek penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi terhadap wilayah yang akan diteliti untuk mendapatkan informasi mengenai wilayah tersebut. Peneliti melakukan wawancara pada pihak-pihak yang dianggap mengetahui subjek penelitian sebagai gambaran awal dari penelitian yang dilakukan di Pasar Anyar Kota Bogor.


(27)

40

2. Tahap Perizinan Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan mendapat legalitas, peneliti terlebih dulu harus mengurus prosedur perizinan dalam penelitian. Prosedur tersebut sebagai berikut :

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi untuk direkomdasikan kepada Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bogor.

b. Menyerahkan surat rekomendasi kepada Kepala Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bogor.

c. Kepala Dinas Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Bogor mengeluarkan surat izin penelitian kepada PD. Pasar Pakuan Jaya dan Dinas Pendidikan Kota Bogor.

d. Kepala kantor PD. Pasar Pakuan Jaya mengeluarkan izin melakukan penelitian yang diserahkan kepada Kepala Unit Pasar Kebon Kembang. Dinas Pendidikan Kota Bogor memberikan izin penelitian.

e. Konfirmasi dari Pasar Kebon Kembang untuk melakukan penelitian di wilayahnya. Konfirmasi dari SMA di Kota Bogor untuk dilakukan penelitian.

3. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap selanjutnya yang dilakukan setelah dilakukan pra penelitian yaitu tahap pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data-data yang terkait dengan penelitian ini dengan teknik wawancara, observasi, dokumentasi dan literatur. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti, sebagai berikut :

a. Menghubungi staf Unit Pasar Kebon Kembang dan pihak sekolah untuk mengkonfirmasi melakukan penelitian.

b. Memilih responden untuk dilakukan proses wawancara.

c. Mengadakan wawancara dengan responden yang telah ditentukan. d. Membuat catatan yang berkaitan dengan penelitian.


(28)

Setelah proses wawancara di lapangan selesai kemudian peneliti menyusun data-data yang diperoleh menjadi sebuah laporan. Data-data yang telah diperoleh melalui wawancara kemudian dicocokan dengan data-data yang diperoleh melalui studi dokumentasi. Selama proses tersebut peneliti juga melakukan kajian terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian yang dilakukan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dapat diperoleh berdasarkan sumber, tempat penelitian, serta cara penelitian. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data yang sesuai dengan standar penelitian yang ditetapkan. Berkaitan dengan penelitian ini data penelitian dapat diperoleh melalui subjek penelitian yaitu para migran yang menjadi pedagang kaki lima di Pasar Anyar Kota Bogor, selain itu, data dapat diperoleh dari pengelola Unit Pasar Kebon Kembang Kota Bogor, pengurus paguyuban pedagang kaki lima di Pasar Anyar Kota Bogor, pembeli di Pasar Anyar Kota Bogor, dan Guru SMA di Kota Bogor. Adapun tempat pengumpulan data penelitian adalah Pasar Anyar Kota Bogor. Kemudian cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini dapat dilakukan melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, studi literatur dan triangulasi.

1. Observasi

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu melakukan pra-penelitian yang bertujuan untuk melihat kondisi dan gambaran mengenai objek penelitian. Observasi merupakan tahap pertama yang harus dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh hasil pra-penelitian. Observasi yang dilakukan untuk melihat tiga hal yaitu kondisi tempat penelitian, aktivitas dari pelaku penelitian dan pelaku dalam penelitian.

Pada penelitian ini tempat penelitian yang dimaksudkan adalah di lingkungan Pasar Anyar Kota Bogor. Observasi yang dilakukan untuk melihat secara keseluruhan hal-hal yang tidak dapat diungkapkan dengan teknik pengumpulan data lainnya, dalam penelitian ini tentu saja hal-hal


(29)

42

yang berkaitan dengan perilaku objek penelitian yaitu para migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor.

Menurut Marshall (dalam Sugiyono 2007:64) menyatakan bahwa

through observation, the researcher learn about behavior and the

meaning attacted to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar

tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Berdasarkan pengertian tersebut maka dalam proses observasi ini peneliti belajar mengenai perilaku para migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor yang menjadi objek penelitian.

Melalui teknik observasi peneliti dapat secara langsung mengamati kondisi dan situasi para migran di Pasar Anyar Kota Bogor, yang diperlihatkan melalui interaksinya dengan sesama penjual maupun pembeli, dan perilakunya yang berkaitan dengan ketertiban di lingkungan tempatnya berdagang, hal ini untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

2. Wawancara

Dalam penelitian teknik wawancara digunakan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari responden. Dalam penelitian ini wawancara berguna untuk mendukung hasil dari observasi, wawancara dapat digunakan untuk menemukan atau menggali lebih dalam mengenai permasalahan yang tidak dapat dilakukan melalui teknik observasi.

Esterberg (dalam Sugiyono 2007:72) mendefinisikan wawancara sebagai :

a meaning of two persons to exchange information and idea through

question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Pada penelitian ini wawancara dilakukan secara tatap muka dengan narasumber, sehingga selain peneliti melakukan tanya jawab peneliti juga mengamati kondisi dan situasi narasumber ketika menjawab pertanyaan. Melalui wawancara dengan tatap muka akan lebih memudahkan peneliti


(30)

untuk menganalisis jawaban narasumber faktual atau tidaknya. Ketika jawaban yang diberikan oleh narasumber dirasakan masih bias, maka peneliti dapat melakukan wawancara ulang.

Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada pihak-pihak terkait dengan keberadaan para migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor, yaitu sebagai berikut :

a. Kepala kantor Unit Pasar Kebon Kembang Kota Bogor.

b. Pengurus Paguyuban Pedagang Kaki Lima Pasar Anyar Kota Bogor.

c. Pembeli di Pasar Anyar Kota bogor.

d. Para migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi diperlukan dalam sebuah penelitian kualitatif untuk melengkapi pengumpulan data yang diambil menggunakan metode observasi dan wawancara. Menurut Sugiyono (2007:83), hasil penelitian dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan di masa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di masyarakat, dan autobiografi. Data dokumentasi yang dikumpulkan selama melakukan penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor diperoleh di PD. Pasar Pakuan Jaya dan Unit Pasar Kebon Kembang, yang berupa :

a. Daftar Pedagang Kaki Lima di Unit Pasar Kebon Kembang Kota Bogor.

b. Profil Unit Pasar Kebon Kembang Kota Bogor.

Moleong (2007:216) mendefinisikan dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Sehingga, dokumen dapat membantu peneliti untuk melengkapi data penelitian karena dokumen merupakan data pendukung dari data-data yang telah diperoleh menggunakan metode observasi dan wawancara.


(31)

44

4. Studi Literatur

Teknik pengumpulan data menggunakan studi literatur untuk mengungkapkan teori-teori yang relevan dengan penelitian mengenai ketertiban sosial. Teknik ini dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari berbagai literatur yang berhubungan dengan ketertiban sosial. Literatur tersebut dapat berupa buku-buku, media masa, internet dan media lainnya yang dapat membantu memberikan informasi mengenai subjek penelitian.

5. Triangulasi

Sugiyono (2007:83) mendefinisikan triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari beberapa teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dalam penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor peneliti menggabungkan teknik pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi literatur. Meskipun terdapat perbedaan dalam teknik pengumpulan data namun sumber pengumpulan data yang digunakan sama.

Metode observasi dalam penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor digunakan untuk melihat kondisi dan situasi di lingkungan Pasar Anyar Kota Bogor sebelum PKL berdagang, saat PKL berdagang dan setelah PKL berdagang. Metode wawancara dilakukan kepada pihak-pihak yang mengerti dan bersangkutan dengan objek yang diteliti. Narasumber tersebut meliputi :

a. Kepala kantor Unit Pasar Kebon Kembang Kota Bogor.

b. Pengurus Paguyuban Pedagang Kaki Lima Pasar Anyar Kota Bogor.

c. Pembeli di Pasar Anyar Kota Bogor.

d. Para migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor. e. Guru mata pelajaran sosiologi di Kota Bogor.

Setelah menjalankan metode diatas kemudian data yang diperoleh dilengkapi dengan data yang diperoleh dari teknik studi dokumentasi. Hal tersebut juga untuk menyesuaikan data yang diperoleh dari lapangan


(32)

dengan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Adapun dokumen yang dijadikan bahan acuan, yaitu :

a. Daftar Pedagang Kaki Lima di Unit Pasar Kebon Kembang Kota Bogor.

b. Profil Unit Pasar Kebon Kembang.

Tujuan digunakannya teknik triangulasi adalah untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap yang telah ditemukan dilapangan, bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sugiyono (2007:85) yang menyatakan bahwa :

“Tujuan penelitian kualitatif memang bukan semata-mata mencari kebenaran, tetapi lebih pada pemahaman subyek terhadap dunia sekitarnya. Dalam memahami dunia sekitarnya, mungkin apa yang dikemukakan subyek salah, karena tidak sesuai dengan teori, tidak

sesuai dengan hukum.”

Dengan penggunan teknik triangulasi data yang dihasilkan akan lebih pasti dan konsisten. Triangulasi yang dilakukan pada penelitian ini berdasarkan data yang dikumpulkan selama peneliti melakukan penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sehingga data diperoleh berdasarkan berbagai macam teknik pengumpulan data yang dilakukan secara terus menerus hingga data tersebut mencapai titik jenuh. Menurut Sugiyono (2007:87) dalam penelitian kualitatif data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Sugiyono (2007:89) juga mengemukakan bahwa :

“Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan


(33)

46

Berdasarkan pendapat tersebut analisis data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan di Pasar Anyar Kota Bogor. Data yang telah dikumpulkan tersebut kemudian dipilih dan dipelajari, berdasarkan data yang telah dipilih dapat ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini analisis data di fokuskan sebelum dan selama proses di lapangan yaitu di Pasar Anyar Kota Bogor yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Analisis sebelum di lapangan dilakukan dengan observasi di Pasar Anyar Kota Bogor untuk menentukan fokus dari penelitian, karena fokus penelitian dalam kualitatif dapat berubah setelah peneliti masuk ke lapangan. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007:91) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi. Langkah-langkah analisis menurut Miles dan Huberman ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 3.1

Komponen Dalam Analisis Data (flow model)

Periode pengumpulan data

Reduksi data

antisipasi selama setelah

Penyajian Data Analisis

selama setelah Kesimpulan/Verifikasi

selama setelah


(34)

Berdasarkan gambar tersebut, setelah peneliti melakukan pengumpulan data, kemudian peneliti melakukan anticipatory sebelum melakukan reduksi data. Berikut ini merupakan model interaktif dalam analisis data menurut Miles dan Huberman yang ditunjukan oleh gambar berikut :

Gambar 3.2

Komponen Dalam Analisis Data (interactive model)

Sumber : Sugiyono, 2007:92

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan untuk memilih hal-hal yang pokok dan penting berdasarkan hasil penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor. Hal ini dilakukan agar data yang telah direduksi mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Sugiyono (2007:93) menyatakan bahwa mereduksi data setiap peneliti akan dipandu tujuan yang akan dicapai.

Reduksi data yang dilakukan untuk menemukan hal-hal yang dianggap berbeda dari hasil pengumpulan data di Pasar Anyar Kota Bogor. Proses ini memerlukan tingkat kepekaan atau sensitivitas yang tinggi terhadap segala perubahan yang terjadi di lokasi penelitian yaitu Pasar Anyar Kota Bogor sehingga data yang direduksi dapat berkembang menjadi sebuah teori.

Data collection

Data display Data

reduction

Conclusions: drawing/verifying


(35)

48

2. Penyajian Data

Proses selanjutnya yang perlu dilakukan setelah melakukan proses reduksi data yaitu penyajian data. Dalam penelitian ini penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat mengenai temuan selama melakukan penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono,2007:95) menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini disajikan dengan teks naratif mengenai hasil penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor yang berupa kata-kata dari peneliti itu sendiri. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2007:95) juga menyarankan, dalam melakukan display data, selain teks yang naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network, dan

chart. Penyajian data dapat memudahkan untuk memahami kondisi

yang terjadi di Pasar Anyar Kota Bogor serta kemudian dapat direncanakan langkah selanjutnya berdasarkan pemahaman tersebut.

3. Kesimpulan/Verifikasi

Kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam analisis data kualitatif. Sugiyono (2007:99) menyatakan kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal atau mungkin juga tidak karena masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

Sugiyono (2007:99) juga mengungkapkan bahwa kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor masih dapat berubah-ubah. Hal ini karena setelah peneliti


(36)

berada di lapangan kemungkinan masalah-masalah baru akan muncul dan berkembang. Sehingga dalam penelitian ini diharapkan peneliti menemukan hal-hal baru yang diharapkan dapat menjadi sebuah teori baru.


(37)

BAB V

Simpulan dan Saran

Berdasarkan penjelasan mengenai migran PKL dan dampaknya terhadap ketertiban sosial pada bab-bab sebelumnya, bab ini akan menjelaskan mengenai simpulan dan saran berdasarkan pemaparan tersebut.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Pasar Anyar Kota Bogor mengenai migran PKL dan dampaknya terhadap ketertiban sosial maka diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. pertanyaan penelitian tersebut berkaitan dengan aktivitas migran PKL yang ada di Pasar Anyar Kota Bogor. Berikut ini merupakan simpulan atas penelitian yang telah dilakukan.

1. Simpulan Umum

a) Proses dan Asal-Usul Datangnya Migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor

Migran PKL banyak berada di wilayah Unit Pasar Kebon Kembang, migran ini mayoritas berasal dari daerah Padang, Medan dan Suku Jawa. Hal yang mendorong untuk melakukan migrasi adalah keinginan untuk mencari nafkah, keinginan untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru, dan ikut bekerja dengan keluarga. Sehingga para migran ini memperoleh informasi mengenai peluang usaha di Pasar Anyar Kota Bogor dari keluarga dan teman-teman satu daerah asalnya. Kemudian, migran memilih bekerja sebagai PKL disebabkan modal yang dimiliki tidak cukup untuk menyewa kios/los, tidak memiliki keahlian lain, dan meneruskan usaha keluarga sehingga sudah memiliki pelanggan tetap. Alasan para migran memilih Pasar Anyar Kota Bogor sebagai tempat usaha disebabkan kondisi pasar yang selalu ramai bahkan ketika pedagang belum atau sudah selesai berjualan, berada di lokasi yang strategis, dan merupakan pasar tradisional terbesar yang ada di wilayah Kota Bogor.


(38)

Keahlian yang dimiliki para migran PKL untuk berjualan sebagai PKL diperoleh dari keluarga dan teman satu daerah asalnya, para migran ini memperhatikan cara berdagang ataupun ikut serta berdagang dengan keluarga atau teman sebelum memiliki lapak sendiri.

b) Faktor-Faktor Penyebab PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Menganggu Ketertiban Sosial

Faktor-faktor yang mendorong migran PKL mengganggu ketertiban sosial adalah lokasi lapak mereka yang berada terlalu dekat dengan jalan raya maupun trotoar, serta berada di depan pertokoan dan pintu masuk, sehingga menyulitkan pengunjung lain untuk melakukan mobilisasi. Meskipun, PKL tidak menggunakan fasilitas umum seperti jalan raya dan trotoar untuk menempatkan lapaknya akan tetapi para pembeli tetap mengggunakan fasilitas tersebut, hal ini mengganggu pengunjung lain yang sedang melakukan perpindahan. Hal selanjutnya adalah para pengunjung pasar dalam hal ini pembeli yang tidak pernah melakukan protes terhadap keberadaan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor, bahkan para pembeli ini terkesan mendukung keberadaan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor. Interaksi yang terjadi antara PKL dengan pedagang di dalam pasar, PKL dengan pembeli, dan PKL dengan PKL terjalin baik menyebabkan PKL tidak memiliki motivasi untuk pindah berdagang ke dalam pasar.

c) Upaya-Upaya yang Dilakukan Untuk Menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor

Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak pengelola pasar adalah melakukan penertiban, akan tetapi penertiban ini tidak bersifat pengusiran tetapi penataan ulang lapak PKL agar tidak terlihat kotor dan kumuh. Hal ini dianggap dapat meminimalisir ketidak tertiban PKL, padahal upaya ini tidak memotivasi PKL untuk menyewa kios/los di dalam pasar. Kemudian, pihak pengelola juga memberlakukan berbagai peraturan untuk mengatur PKL tetap tertib, adanya peraturan tentu saja ada sanksi yang diberlakukan, sanksi


(39)

99

tersebut diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh PKL, sanksi tersebut yaitu sosialisasi, peringatan 1 sampai 3, penyitaan barang-barang dagangan, dan yang paling berat adalah penghapusan dari PKL binaan Unit Pasar Kebon Kembang. Lamanya sanksi diberikan tergantung dari itikad baik PKL dalam mengurus pelanggaran yang dilakukan. Untuk langkah selanjutnya pihak pengelola akan melakukan penertiban dan pembaharuan legalitas PKL binaan. Upaya-upaya dalam menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor selain dilakukan oleh pihak pengelola juga dilakukan oleh masyarakat, masyarakat ikut mendukung program-program pemerintah untuk menertibkan PKL, masyarakat juga ikut mengawasi jalannya penegakkan upaya tersebut.

d) Pemanfaatan Kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Dalam Pembelajaran Sosiologi Sebagai Bahan Ajar

Keterkaitan antara kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor dengan pembelajaran sosiologi adalah kasus PKL dapat dijadikan bahan pembelajaran dalam pembelajaran sosiologi. Hal ini disebabkan konsep-konsep dalam sosiologi merupakan konsep yang diambil dari kehidupan sehari-hari sehingga akan lebih mudah jika menggunakan contoh kasus yang diambil dari kehidupan sehari-hari dalam penyampaian materinya. Kasus PKL ini juga dapat dijadikan contoh untuk membentuk karakter peserta didik berprilaku disiplin, hal ini disebabkan antara ketertiban yang ada di lingkungan peserta didik akan membentuk karakter peserta didik sesuai dengan tuntutan lingkungannya.

2. Simpulan Khusus

a) Proses kedatangan migran ke Kota Bogor sebagai PKL di Pasar Anyar Kota Bogor tidak dapat dilepaskan dari keberadaan keluarga dan teman-teman satu daerah asal migran yang memudahkan proses adaptasi migran di Kota Bogor, migran PKL ini juga dibantu dalam


(40)

proses komunikasi dengan pembeli ketika berjualan di Pasar Anyar Kota Bogor.

b) Lokasi berjualan yang dipilih migran yaitu didepan pertokoan, di dekat jalan raya atau trotoar, dan di jalan masuk menuju pasar sehingga menyebabkan ketidak tertiban karena mengganggu aktivitas pengunjung lainnya dan kebersihan pasar yang tidak terpelihara.

c) Faktor lain yang menyebabkan keberadaan migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor juga adanya dukungan dari pengunjung yang lebih memilih berbelanja kepada PKL dibandingkan kepada pedagang di dalam pasar.

d) Upaya yang dilakukan oleh pihak pengelola pasar yaitu dengan penertiban, penerapan peraturan dan sanksi kepada seluruh pedagang di Pasar Anyar Kota Bogor termasuk PKL. Sanksi diberikan secara berjenjang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan dan tidak melanggar hak-hak dari PKL.

e) Keterkaitan antara kasus migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor dengan pembelajaran sosiologi adalah kasus ini dapat dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sosiologi. Kasus ini juga dapat membina perilaku disiplin masyarakat yang dimulai dari lembaga pendidikan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor mengenai migran PKL dan dampaknya terhadap ketertiban sosial maka terdapat saran yang disampaikan sebagai bahan perbaikan dimasa depan terkait kasus migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor.

1. Pihak Pengelola Pasar

Pihak pengelola pasar sebagai pihak yang memberikan izin kepada migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor, sebaiknya para migran PKL ini tidak dibiarkan atau bahkan dilegalkan sebab hal tersebut tidak memotivasi para pedagang untuk menyewa kios/los atau mencari pekerjaan lainnya yang lebih layak. Penertiban sebaiknya bersifat


(41)

101

tegas dan memaksa serta menimbulkan efek jera terhadap PKL. Peraturan dan saksi yang diberikan dirasakan kurang efektif sehingga para PKL tidak merasa kawatir atas aktivitasnya di Pasar Anyar Kota Bogor. Sebaiknya sanksi dan peraturan tidak hanya diberikan kepada PKL saja tetapi juga kepada para pembeli yang berbelanja kepada PKL.

2. Pembeli di Pasar Anyar Kota Bogor

Para pengunjung Pasar Anyar Kota Bogor sebaiknya mengajukan keberatan atas aktivitas PKL di Pasar Anyar Kota Bogor yang mengganggu ketertiban sosial. Para pembeli juga sebaiknya tidak membeli produk-produk yang dijual oleh PKL, tidak adanya pembeli akan mempercepat PKL untuk pindah atau mencari pekerjaan baru sehingga PKL dapat berkurang jumlahnya dari Pasar Anyar Kota Bogor.

3. PKL di Pasar Anyar Kota Bogor

Untuk para PKL meskipun penertiban yang dilakukan tidak bersifat pengusiran akan tetapi seharusnya PKL menyewa kios/los yang ada di dalam pasar, sebab meskipun lapak-lapak tidak menggunakan badan jalan ataupun trotoar para pembeli tetap menggunakan fasilitas tersebut sehingga tetap menimbulkan ketidak tertiban. Selain itu, dengan masuknya PKL ke dalam pasar tidak akan merugikan pedagang lainnya yang berada di dalam pasar. Kemudian, keterbatasan modal usaha dapat diambil pemecahan masalah dengan melakukan investasi bersama dengan teman satu daerah asal atau keluarga, dengan hal ini usaha tidak perlu dilakukan di luar pasar sebagai PKL.

4. Guru Mata Pelajaran Sosiologi

Saran yang diberikan kepada guru mata pelajaran sosiologi, meskipun kasus-kasus sosiologi dapat mudah ditemui oleh peserta didik tetapi tetap perlu dilihat korelasi antara contoh kasus dengan materi pembelajaran. Kasus tersebut dapat membentuk karakter peserta


(42)

didik agar lebih baik lagi sebelum peserta didik terjun langsung ke lingkungan masyarakat. Melalui pendidikan karakter pada lembaga sekolah diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan.

5. Peneliti Selanjutnya

Masih banyak hal-hal yang dapat dikembangkan dalam kasus PKL ini, sehingga peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini yang dapat difokuskan kepada PKL, pembeli, atau pembuat kebijakan.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Alma, B. (1997). Dasar – Dasar Bisnis dan Pemasaran. Bandung : CV. Alfabeta. Arifin. Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Budimansyah, D. (2012). Perancang Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung : Widya Aksara Press.

Johnson, D.P. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 2. Jakarta : PT. Gramedia.

Kusumohamidjojo, B. (1999). Ketertiban yang Adil. Jakarta : PT. Grasindo. Lembaga Demografi FEUI. (2007). Dasar – Dasar Demografi. Jakarta : Lembaga

Penerbit.

Maulana, I. (2011). Keberadaan PKL dan Penataan Kota di Tasikmalaya. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1987). Metode Reaserch. Bandung : Penerbit Jemmars. Paul, H.B dan Chester L.H. (1984). Sosiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Pusat Pembinaan Sumber Daya Manusia (PPSM). (1979). Urbanisasi Masalah

Kota Jakarta. Jakarta : YKTI/FES.

Ritzer, G. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Rusmun. (2004). Stres, Koping dan Adaptasi. Jakarta : CV. Sugeng Seto. Setiadi, E.M. & Usman K. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana. Soekanto, S. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. RajaGrafindo

Persada.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.


(44)

Pertiwi, T. (2011). Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima Untuk Melaksanakan Peraturan Daerah Tentang

Keindahan, Kebersihan, dan Ketertiban Umum di Kota Cimahi. Skripsi pada

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Puspita, L.W. (2009). Kesadaran dan Tingkat Kesadaran Hukum Pedagang Kaki Lima dalam Melaksanakan Perda Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan

Kota Bandung. Skripsi pada Jurusan Kewarganegaraan Universitas

Pendidikan Indonesia. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Tim Pengembang MKDP. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurtekpen FIP UPI.

Sumber Internet

Agustinus, T.H. (2011). Strategi Penanganan Pedagang Kaki Lima Di Kota

Administrasi Jakarta Utara. Tesis pada Program Magister Perencanaan dan

Kebijakan Publik Universitas Indonesia. [online]. PDF

Dika, M. (2014). Keteraturan Sosial (Social Order). [online]. Tersedia : http://www.academia.edu/6866838/Keteraturan_Sosial_Social_Order#

Susilo, A. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pedagang Kaki Lima

Menempati Bahu Jalan Di Kota Bogor. Tesis pada Program Magister

Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia. [online]. PDF

Dokumen-dokumen

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 Pasal 1 tentang Ketenagakerjaan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

Permendikbud No.23 tahun 2013 Tentang Kurikulum SMA-MA.

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2005 Tentang Penataan Pedagang Kaki Lima.

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 04 Tahun 2009 Tentang Pendirian Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya.


(1)

tersebut diberikan sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh PKL, sanksi tersebut yaitu sosialisasi, peringatan 1 sampai 3, penyitaan barang-barang dagangan, dan yang paling berat adalah penghapusan dari PKL binaan Unit Pasar Kebon Kembang. Lamanya sanksi diberikan tergantung dari itikad baik PKL dalam mengurus pelanggaran yang dilakukan. Untuk langkah selanjutnya pihak pengelola akan melakukan penertiban dan pembaharuan legalitas PKL binaan. Upaya-upaya dalam menertibkan PKL di Pasar Anyar Kota Bogor selain dilakukan oleh pihak pengelola juga dilakukan oleh masyarakat, masyarakat ikut mendukung program-program pemerintah untuk menertibkan PKL, masyarakat juga ikut mengawasi jalannya penegakkan upaya tersebut.

d) Pemanfaatan Kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor Dalam

Pembelajaran Sosiologi Sebagai Bahan Ajar

Keterkaitan antara kasus PKL di Pasar Anyar Kota Bogor dengan pembelajaran sosiologi adalah kasus PKL dapat dijadikan bahan pembelajaran dalam pembelajaran sosiologi. Hal ini disebabkan konsep-konsep dalam sosiologi merupakan konsep yang diambil dari kehidupan sehari-hari sehingga akan lebih mudah jika menggunakan contoh kasus yang diambil dari kehidupan sehari-hari dalam penyampaian materinya. Kasus PKL ini juga dapat dijadikan contoh untuk membentuk karakter peserta didik berprilaku disiplin, hal ini disebabkan antara ketertiban yang ada di lingkungan peserta didik akan membentuk karakter peserta didik sesuai dengan tuntutan lingkungannya.

2. Simpulan Khusus

a) Proses kedatangan migran ke Kota Bogor sebagai PKL di Pasar Anyar Kota Bogor tidak dapat dilepaskan dari keberadaan keluarga dan teman-teman satu daerah asal migran yang memudahkan proses adaptasi migran di Kota Bogor, migran PKL ini juga dibantu dalam


(2)

100

proses komunikasi dengan pembeli ketika berjualan di Pasar Anyar Kota Bogor.

b) Lokasi berjualan yang dipilih migran yaitu didepan pertokoan, di dekat jalan raya atau trotoar, dan di jalan masuk menuju pasar sehingga menyebabkan ketidak tertiban karena mengganggu aktivitas pengunjung lainnya dan kebersihan pasar yang tidak terpelihara.

c) Faktor lain yang menyebabkan keberadaan migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor juga adanya dukungan dari pengunjung yang lebih memilih berbelanja kepada PKL dibandingkan kepada pedagang di dalam pasar.

d) Upaya yang dilakukan oleh pihak pengelola pasar yaitu dengan penertiban, penerapan peraturan dan sanksi kepada seluruh pedagang di Pasar Anyar Kota Bogor termasuk PKL. Sanksi diberikan secara berjenjang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan dan tidak melanggar hak-hak dari PKL.

e) Keterkaitan antara kasus migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor dengan pembelajaran sosiologi adalah kasus ini dapat dijadikan bahan ajar dalam pembelajaran sosiologi. Kasus ini juga dapat membina perilaku disiplin masyarakat yang dimulai dari lembaga pendidikan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di Pasar Anyar Kota Bogor mengenai migran PKL dan dampaknya terhadap ketertiban sosial maka terdapat saran yang disampaikan sebagai bahan perbaikan dimasa depan terkait kasus migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor.

1. Pihak Pengelola Pasar

Pihak pengelola pasar sebagai pihak yang memberikan izin kepada migran PKL di Pasar Anyar Kota Bogor, sebaiknya para migran PKL ini tidak dibiarkan atau bahkan dilegalkan sebab hal tersebut tidak memotivasi para pedagang untuk menyewa kios/los atau mencari pekerjaan lainnya yang lebih layak. Penertiban sebaiknya bersifat


(3)

tegas dan memaksa serta menimbulkan efek jera terhadap PKL. Peraturan dan saksi yang diberikan dirasakan kurang efektif sehingga para PKL tidak merasa kawatir atas aktivitasnya di Pasar Anyar Kota Bogor. Sebaiknya sanksi dan peraturan tidak hanya diberikan kepada PKL saja tetapi juga kepada para pembeli yang berbelanja kepada PKL.

2. Pembeli di Pasar Anyar Kota Bogor

Para pengunjung Pasar Anyar Kota Bogor sebaiknya mengajukan keberatan atas aktivitas PKL di Pasar Anyar Kota Bogor yang mengganggu ketertiban sosial. Para pembeli juga sebaiknya tidak membeli produk-produk yang dijual oleh PKL, tidak adanya pembeli akan mempercepat PKL untuk pindah atau mencari pekerjaan baru sehingga PKL dapat berkurang jumlahnya dari Pasar Anyar Kota Bogor.

3. PKL di Pasar Anyar Kota Bogor

Untuk para PKL meskipun penertiban yang dilakukan tidak bersifat pengusiran akan tetapi seharusnya PKL menyewa kios/los yang ada di dalam pasar, sebab meskipun lapak-lapak tidak menggunakan badan jalan ataupun trotoar para pembeli tetap menggunakan fasilitas tersebut sehingga tetap menimbulkan ketidak tertiban. Selain itu, dengan masuknya PKL ke dalam pasar tidak akan merugikan pedagang lainnya yang berada di dalam pasar. Kemudian, keterbatasan modal usaha dapat diambil pemecahan masalah dengan melakukan investasi bersama dengan teman satu daerah asal atau keluarga, dengan hal ini usaha tidak perlu dilakukan di luar pasar sebagai PKL.

4. Guru Mata Pelajaran Sosiologi

Saran yang diberikan kepada guru mata pelajaran sosiologi, meskipun kasus-kasus sosiologi dapat mudah ditemui oleh peserta didik tetapi tetap perlu dilihat korelasi antara contoh kasus dengan materi pembelajaran. Kasus tersebut dapat membentuk karakter peserta


(4)

102

didik agar lebih baik lagi sebelum peserta didik terjun langsung ke lingkungan masyarakat. Melalui pendidikan karakter pada lembaga sekolah diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan.

5. Peneliti Selanjutnya

Masih banyak hal-hal yang dapat dikembangkan dalam kasus PKL ini, sehingga peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini yang dapat difokuskan kepada PKL, pembeli, atau pembuat kebijakan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Alma, B. (1997). Dasar – Dasar Bisnis dan Pemasaran. Bandung : CV. Alfabeta. Arifin. Z. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Budimansyah, D. (2012). Perancang Pembelajaran Berbasis Karakter. Bandung : Widya Aksara Press.

Johnson, D.P. (1986). Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 2. Jakarta : PT. Gramedia.

Kusumohamidjojo, B. (1999). Ketertiban yang Adil. Jakarta : PT. Grasindo. Lembaga Demografi FEUI. (2007). Dasar – Dasar Demografi. Jakarta : Lembaga

Penerbit.

Maulana, I. (2011). Keberadaan PKL dan Penataan Kota di Tasikmalaya. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. (1987). Metode Reaserch. Bandung : Penerbit Jemmars. Paul, H.B dan Chester L.H. (1984). Sosiologi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Pusat Pembinaan Sumber Daya Manusia (PPSM). (1979). Urbanisasi Masalah Kota Jakarta. Jakarta : YKTI/FES.

Ritzer, G. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Rusmun. (2004). Stres, Koping dan Adaptasi. Jakarta : CV. Sugeng Seto. Setiadi, E.M. & Usman K. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana. Soekanto, S. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. RajaGrafindo

Persada.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.


(6)

104

Pertiwi, T. (2011). Peran Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menertibkan Pedagang Kaki Lima Untuk Melaksanakan Peraturan Daerah Tentang Keindahan, Kebersihan, dan Ketertiban Umum di Kota Cimahi. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Puspita, L.W. (2009). Kesadaran dan Tingkat Kesadaran Hukum Pedagang Kaki Lima dalam Melaksanakan Perda Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan

Kota Bandung. Skripsi pada Jurusan Kewarganegaraan Universitas

Pendidikan Indonesia. Bandung : Tidak Diterbitkan.

Tim Pengembang MKDP. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kurtekpen FIP UPI.

Sumber Internet

Agustinus, T.H. (2011). Strategi Penanganan Pedagang Kaki Lima Di Kota Administrasi Jakarta Utara. Tesis pada Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia. [online]. PDF

Dika, M. (2014). Keteraturan Sosial (Social Order). [online]. Tersedia : http://www.academia.edu/6866838/Keteraturan_Sosial_Social_Order#

Susilo, A. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pedagang Kaki Lima Menempati Bahu Jalan Di Kota Bogor. Tesis pada Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik Universitas Indonesia. [online]. PDF

Dokumen-dokumen

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 Pasal 1 tentang Ketenagakerjaan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

Permendikbud No.23 tahun 2013 Tentang Kurikulum SMA-MA.

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 13 Tahun 2005 Tentang Penataan Pedagang Kaki Lima.

Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 04 Tahun 2009 Tentang Pendirian Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya.