HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Agresi Pada Siswa Sd N Trangsan 03.
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN
KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA
SISWA SD N TRANGSAN 03
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh:
PUNGKY PRATAMA
F 100 090 209
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN
KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA
SISWA SD N TRANGSAN 03
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh:
PUNGKY PRATAMA
F 100 090 209
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ii
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN
KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA
SISWA SD N TRANGSAN 03
Pungky Pratama
Zahrotul Uyun
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
punkytama@yahoo.com
ABSTRAKSI
Perilaku agresi di lingkungan pendidikan akhir-akhir ini banyak terjadi di
lingkungan sekolah dasar. Salah satu sebabnya yaitu keterpaparan media massa
yang menampilkan kekerasan. Siswa yang sering menonton tayangan kekerasan
ditelevisi dapat menyebabkan kecenderungan perilaku agresi muncul. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara intensitas menonton tayangan
kekerasan di televisi dengan perilaku agresi pada siswa Sekolah Dasar.
Mengetahui tingkat intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi pada siswa
Sekolah Dasar. Seberapa besar perilaku agresi pada siswa di Sekolah Dasar.
Mengetahui sumbangan efektif intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi
terhadap perilaku agresi pada siswa Sekolah Dasar. Hipotesis penelitian ada
hubungan positif antara intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi
dengan perilaku agresi pada siswa sekolah dasar.
Subjek berjumlah 76 dari siswa-siswi kelas 5 dan 6. Metode pengumpulan
data menggunakan alat ukur skala intensitas menonton tayangan kekerasan di
televisi dan skala perilaku agresi. Metode penelitian yang digunakan kuantitatif.
Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment.
Hasil analisis diperoleh data koefisien korelasi (r xy) sebesar 0,468 dengan
Signifikansi p = 0,000 (p≤0,01). Ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi dengan perilaku agresi
pada siswa sekolah dasar, yang berarti hipotesis diterima. Sumbangan efektif
intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi 21,9%, hal ini berarti masih
terdapat 78,1% variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku agresi.
Variabel perilaku agresi mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 50,25 dan rerata
hipotetik (RH) sebesar 77,5 yang berarti perilaku agresi pada subjek tergolong
rendah. Variabel intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi diketahui
rerata empirik (RE) sebesar 35,16 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 40 yang
berarti tergolong rendah.
Kata Kunci : Intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi dan perilaku
agresi.
v
sendiri, belajar, bermain, berprestasi,
PENDAHULUAN
mengembangkan
Kekerasan hampir setiap hari
hubungannya
terjadi dalam kehidupan di sekitar
dengan teman sebaya, dan orang lain
kita. Kekerasan yang terjadi di
(Nuryanti,2008).
masyarakat sering dianggap sebagai
Wakil komisi perlindungan
solusi utama dalam menyelesaikan
anak
masalah. Kekerasan ada pula yang
Herlina mengatakan, tahun 2012
terjadi
pendidikan,
terjadi peningkatan kasus kekerasan
kekerasan di lingkungan pendidikan
anak di sekolahan hingga lebih dari
akhir-akhir ini banyak terjadi di
10%. Sementara itu, sebanyak 78,3%
lingkungan
anak mengaku pernah melakukan
dalam
dunia
sekolah
dasar
(Amriyah,2008)
bagi
anak-anak
sampai
untuk
yang
menghina,
tempat yang aman dan nyaman
(Wardah, 2012).
bantuan
langsung
oleh
Apong
pengawasan
orang
tua,
berat.
Kekerasan
tersebut dilakukan antar siswa seperti
memperoleh pendidikan, bimbingan,
dengan
(KPAI),
tindakan kekerasan dari yang ringan
Lingkungan sekolah adalah
tempat
Indonesia
memukul,
menendang
Pada pengumpulan data awal,
guru
perilaku agresi yang terdapat pada
maupun masyarakat sekitar. Namun,
SD
kekerasan juga terjadi di lingkungan
cenderung meningkat. kebanyakan
sekolah baik
yaitu perilaku agresi verbal, karena
di
dalam
sekolah
maupun di luar sekolah.
siswa
N
Trangsan
banyak
03
bicara
ada
di
dan
kelas,
Sekolah dasar adalah jenjang
membuat gaduh kelas, mengejek
paling dasar dari pendidikan formal,
teman sekelas dengan kata-kata yang
umumnya berusia 6-12 tahun. Usia
tidak baik.
ini merupakan periode masa kanak-
Agresi pada anak merupakan
kanak lanjut, sering juga disebut usia
perilaku melakukan kekerasan yang
sekolah yang mana sekolah menjadi
melanggar norma atau aturan yang
pengalaman paling utama anak-anak.
ada. Menurut Myers (2012) Agresi
Anak-anak diharapkan mulai dapat
adalah meliputi berbagai perilaku
bertanggung jawab atas perilakunya
fisik dan verbal yang bertujuan untuk
1
2
menyakiti orang lain. Baron & Byrne
sangat
(2012) menyatakan agresi adalah
mental,
siksaan
untuk
dalam mendiskripsikan pengalaman
Sarwono
dan mengutarakan apa yang mereka
faktor-faktor
rasakan (Nuryanti,2008). Sehingga
yang menyebabkan perilaku agresi
seperti diungkapkan Baron & Byrne,
yaitu
personal,
(2012) seringnya menonton tayangan
kebudayaan, sumber daya, media
televisi berdampak negatif pada anak
massa seperti tayangan televisi.
salah satu adalah perilaku agresi.
yang
menyakiti
(2009)
disengaja
orang
lain.
meyebutkan
situasi
sosial,
kecenderungan
untuk
dalam
ketrampilan
kemampuan
bertambah
Berdasarkan permasalahan di
Agresi terjadi karena anak
memiliki
cepat
atas, maka
penulis
merumuskan
meniru, terlebih lagi ketika anak
masalah “Apakah ada hubungan
melihat bahwa perilaku agresif itu
antara intensitas menonton tayangan
berdampak
dan
kekerasan di televisi dengan perilaku
diterima oleh lingkungan sekitar
agresi pada siswa sekolah dasar?”.
(Suprihatin,2012). Hal yang sama
Untuk menjawab permasalahan di
juga di ungkapkan Baron & Byrne,
atas, maka penulis tertarik untuk
(2012) dampak negatif tontonan
mengadakan
televisi pada anak salah satu adalah
mengambil judul “Hubungan antara
perilaku agresi.
intensitas
Bahwa
menyenangkan,
rata-rata
anak
menonton televisi 1-2 jam perhari
penelitian
menonton
dengan
tayangan
kekerasan di televisi dengan perilaku
agresi pada siswa Sekolah Dasar”.
yaitu 57%, menonton kurang dari 1
Agresi adalah perilaku verbal
jam perhari 13%, menonton 3-4 jam
atau fisik yang bertujuan menyakiti
perhari 21%, dan yang menonton
orang lain dan dimaksudkan untuk
televisi lebih dari 4 jam perhari 9%.
menyebabkan
Perkembangan kognitif pada
kerusakan.
Agresi
diungkap oleh Baron & Byrne,
anak usia sekolah menyebabkan anak
(2012)
mampu
dan
disengaja untuk menyakiti orang
imajinasi (Suprihatin, 2012). Anak
lain. Sarwono (2009) menyatakan,
mengalami
agresi merupakan tindakan melukai
melakukan
fantasia
perkembangan
yang
sebagai
siksaan
yang
3
yang
disengaja
oleh
seseorang,
institusi terharap orang atau institusi
lain
yang
Menurut
adalah
sebagai
dengan pisau.
disengaja.
Myers (2012), berpendapat
(2012).
Agresi
penyebab timbulnya agresi yaitu
segala
bentuk
pengaruh
sejatinya
Myers
memukul dengan kayu, menusuk
genetis,
pengeruh
perilaku yang dimaksudkan untuk
biokimia, frustrasi, peristiwa tidak
menyakiti seseorang baik secara fisik
menyenangkan,
maupun mental. (Berkowitz,1995).
Baron dan Byrne (2012) berpendapat
pengaruh
media.
Hapsary (2010), gambaran
bahwa agresi berasal dari begitu
perilaku agresi ada dua kategori yaitu
banyak variabel antara lain faktor-
agresi secara verbal dan agresi secara
faktor
fisik, agresi fisik seperti berkelahi,
situasional. Faktor sosial : frustrasi,
memukul,
provokasi,
menendang,
mencubit,
sosial,
kepribadian,
pemaparan
media,
mengganggu teman, dan sedangkan
keterangsangan meningkat. Faktor
agresi
kepribadian : tipe kepribadian, bias
verbal
yakni
menghina,
berkata-kata kasar, berteriak, marah-
atribusional,
marah,
situasional : suhu udara, alkohol,
menolak
berbicara,
dan
gender.
Faktor
nilai-nilai budaya.
mendesak orang tua.
agresi,
Intensitas dalam kehidupan
menurut Nando, (2012) yaitu: Agresi
sehari-hari menggambarkan tingkat
verbal atau nonfisik meliputi tingkah
atau ukuran. Intensitas memiliki
laku seperti mengejek dan memaki
definisi keadaan tingkat, ukuran,
yang menyebabkan lawan bicara
lama kejadian tersebut (Frisnawati,
tersinggung, emosi marah. Agresi
2012). Azwar (2000) menyatakan
nonverbal atau fisik meliputi tingkah
bahwa intensitas adalah kekuatan
laku seperti menampar, memukul,
atau
menendang, merusak fasilitas umum,
sesuatu.
Bentuk
perilaku
kedalaman
sikap
terhadap
mencoret tembok. Agresi dengan alat
Intensitas menonton tayangan
adalah perilaku kekerasan dengan
kekerasan di televisi adalah keadaan
menggunakan
senjata,
tingkat seringnya menyaksikan atau
batu,
melihat tayangan yang mengandung
seperti
alat
melempar
atau
dengan
4
kekerasan media hiburan dengan
19 anak, kelas 5B berjumlah 20
panca
menikmatinya
anak, kelas 6A berjumlah 19 anak
dengan frekuensi, perhatian tertentu
dan kelas 6B berjumlah 18 anak,
di televisi.
total subjek dari 4 kelas yaitu 76
indra
dan
Lowery dan De Fleur (1993)
anak.
Metode
dalam Nando (2012) menyebutkan
penelitian
tiga hal tentang perilaku menonton
digunakan
yaitu :
pengumpulan data menggunakan alat
a. Total waktu menonton televisi
ukur
adalah
jumlah
dihabiskan
waktu
seseorang
intensitas
menonton
tayangan kekerasan di televisi dan
untuk
skala perilaku agresi. Analisis data
yang
menonton
skala
Metode
yang
menonton televisi
b. Frekuensi
kuantitatif
yang
televisi
digunakan
adalah
korelasi
product moment.
adalah berapa kali seseorang
menonton televisi dalam jangka
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
waktu tertentu.
c. Pilihan
perhitungan
dengan
program
acara
yang
analisis product momen dari Pearson
adalah
jenis
acara
diperoleh nilai koefisien korelasi
dipilih
untuk
(rxy)
ditonton
televisi
yang
sebesar
0,468;
dengan
signifikansi (p) = 0,000 (p≤0,01)
ditonton.
hubungan
artinya ada hubungan positif yang
positif antara intensitas menonton
sangat signifikan antara intensitas
tayangan
menonton
Hipotesis
Ada
kekerasan
di
televisi
tayanga
kekerasan
di
dengan perilaku agresi pada siswa
televisi dengan perilaku agresi. Hal
sekolah dasar.
tersebut menyatakan bahwa hipotesis
penelitian yang diajukan diterima,
METODE PENELITIAN
Subjek yang digunakan dari
Purposive
sampling,
siswa-siswi
kelas 5 dan 6 SD N Trangsan 03
yaitu terdiri dari kelas 5A berjumlah
bahwa ada hubungan positif antara
intensetas
menonton
tayangan
kekerasan di televisi dengan perilaku
agresi.
5
pendapat
sebesar 35,16 dan rerata hipotetik
Santrock (2002) dan Kirsh (2006)
(RH) sebesar 40. Dari 76 subjek
bahwa tayangan kekerasan di televisi
penelitian,
yang terus menerus ditonton oleh
tergolong sangat tinggi, 8 subjek
anak-anak menyebabkan meningkatn
(10,53%) tergolong tinggi, 27 subjek
agresi
(35,53%)
Sesuai
dengan
pada
anak-anak.
(dalam
1
subjek
tergolong
(1,31%)
sedang,
31
Anantasari,2007). Begitu juga di
subjek (40,79%) tergolong rendah, 9
ungkapkan Baron & Byrne, (2012),
subjek (11,84%) tergolong sengat
dampak negatif tontonan televisi
rendah.
pada anak salah satu adalah perilaku
menonton tayangan kekerasan di
agresi. Dengan menonton tayangan
televisi
kekerasan maka anak bisa meniru
rendah.
adegan
atau
cara
(2000)
pada
umum
subjek
intensitas
tergolong
Hal ini dapat diartikan aspek-
kekerasan
aspek intensitas menonton tayangan
disampaikan (Syam, 2012).
Nasution
Secara
Peniruan
kekerasan
di
televisi
terhadap
agresi
yaitu
frekuensi
perbuatan kekerasan dimana anak
perilaku
secara
aneka
menonton, durasi, perhatian melihat
ragam acara televisi yang banyak
tayangan kekerasan di televisi pada
mengandung kekerasan, maka punya
siswa rendah. Dapat digambarkan
kemungkinan
rutin
menirunya.
belajar
menyaksikan
besar
Agresi
sosial
anak
akan
bahwa
ditinjau
dari
banyak
dengan
tayangan
kekerasan di televisi. Terpicu karena
pengalaman
yang
didapat
dari
subjek
penelitian
menyaksikan
tidak
tayangan
kekerasan di televisi.
Variabel
mempunyai
perilaku
agresi
rerata empirik
(RE)
melihat atau mengamati apa yang
sebesar 50,25 dan rerata hipotetik
ditayangkan,
(RH) sebesar 77,5. Dari 76 subjek
dapat
memotivasi
penelitian,
agresi ( Myers, 2012).
Berdasarkan
diketahui
hasil
Variabel
29
subjek
(38,16%)
analisis
tergolong sangat rendah, 43 subjek
intensitas
(56,57%) tergolong rendah, 4 subjek
menonton tayangan kekerasan di
(5,27%)
yang tergolong sedang,
televisi diketahui rerata empirik (RE)
tidak ada yang dalam kategori tinggi
6
dan
sangat
tinggi.
menggambarkan
Kondisi
bahwa
ini
subjek
penelitian memiliki kecenderungan
xy)
sebesar
0,468:
dengan
Signifikansi p = 0,000 (p≤0,01).
2. Tingkat
intensitas
menonton
agresi yang rendah. Sesuai dengan
tayangan kekerasan di televisi
perkembangan anak sekolah dasar
pada subyek tergolong rendah.
dimana secara sosial, anak mulai
Dengan rerata empirik sebesar
mampu mengontrol emosi negatif,
35,16 sedangkan rerata hipotetik
semakin mandiri, mencapai relasi
sebesar 40.
juga
3. Tingkat perilaku agresi subyek
lingkungan dengan baik (Nuryanti,
tergolong rendah. Dengan rerata
2008).
empirik sebesar 50,25 sedangkan
dengan
teman,
keluarga
Sumbangan
efektif
variebel
intensitas
tayangan
kekerasan
dari
menonton
di
televisi
rerata hipotetik sebesar 77,5.
4. Sumbangan
efektif
intensitas
menonton tayangan kekerasan di
terhadap variebel perilaku agresi
televisi 21,9%. Masih
yaitu sebesar 21,9%, berarti masih
78,1% variabel lain yang dapat
terdapat 78,1% variabel-variabel lain
mempengaruhi perilaku agresi.
yang dapat mempengaruhi perilaku
Saran
agresi selain intensitas menonton
bermanfaat, yaitu:
tayangan kekerasan di televisi yaitu
1. Bagi pihak sekolah diharapkan
tipe kepribadian, provokasi, frustrasi,
yang
terdapat
diharapkan
dapat
mampu mempertahankan kondisi
gender, suhu udara, alkohol, nilai
anak
budaya (Sarwono, 2009).
didik
intensitas
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Ada
hubungan
positif
televisi dengan perilaku agresi
Sekolah
menonton
tayangan
yang
menonton tayangan kekerasan di
siswa
memiliki
kekerasan ditelevisi yang rendah
sangat signifikan antara intensitas
pada
yang
serta perilaku agresi yang rendah,
dapat dilakukan dengan cara
memberikan PR yang banyak dan
Dasar.
Dimana nilai koefisien korelasi (r
ekstrakulikuler seperti menari,
7
sepakbola, diluar jam sekolah
eksperimen. Bagi peneliti lain
sehingga saat dirumah sudah
yang akan melakukan penelitian
lelah dan tidak sempat menonton
yang
tayangan televisi.
sama
2. Bagi
orang
tua
diharapkan
berkaitan
dengan
tema
diharapkan,
mempertimbangkan
mempertahankan kondisi anak
selain
yang
intensitas
tayangan kekerasan di televisi
menonton tayangan kekerasan
dengan faktor lain seperti tipe
ditelevisi yang rendah
dengan
kepribadian, provokasi, frustrasi,
cara membatasi anak menonton
suhu udara, alkohol, nilai budaya.
memiliki
intensitas
variabel
menonton
televisi, serta mendampingi anak
saat menonton tayangan televisi.
DAFTAR PUSTAKA
3. Bagi
anak
diharapkan
mengurangi menonton tayangan
televisi
untuk
dengan
belajar
mengalihkan
atau
bermain
dengan teman.
4. Bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian perilaku
agresi
dengan
intensitas
menonton tayangan kekerasan di
televisi,
dapat
metode
lain
menggunakan
yaitu
metode
Amriyah. C. 2008. Perilaku agresi di
masyarakat. Komunitas, vol.
26, 1 : 57-61
Anantasari.
2007.
Menyikapi
Perilaku
Agresif
Anak.
Yogyakarta : Familia.
Baron R.A & Byrne D. 2012.
Psikologi Sosial Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Berkowitz. L. 1995. Agresi sebab
dan akibat. Jakarta : PT.
Pustaka Binaman Pressindo.
Chaplin. J.P. 1981. Kamus lengkap
psikologi. Terjemah oleh
Kartini
Kartono.
2011.
Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
8
Gunawan. 2012. Pemanfaatan media
televisi dalam pembelajaran
ilmu pengetahuan sosial.
Wawasan. Vol 29, No 319
April.
Hapsary, Asih. 2012. Perilaku agresi
pada anak yang gemar
menonton
tayangan
kekerasan ditelevisi. Jurnal
naskah publikasi. Bekasi :
Fakulta
Psikologi,
Universitas Gunadarma.
Myers, D, G. 2012. Psikologi Sosial
Buku 2. Jakarta : Salemba
Humanika.
Nando dan Pandjaitan N. 2012.
Hubungan antara perilaku
menonton film kekerasan
dengan
perilaku
agresi
remaja. Sodality: Jurnal
Sosiologi Pedesaan. Vol 06,
No. 01 hlm. 18 -35.
Nuryanti, L. 2008. Psikologi anak.
Jakarta : PT. indeks.
Sarwono S. W & Meinarno E. A.
2009.
Psikologi
Sosial.
Jakarta : Salemba Humanika.
Syam.
2012. Psikologi sosial.
Bandung : Simbiosa rekatama
media
Wardah,F. 2012. KPAI himbau
pemerintah lebih serius atasi
kekerasan
anak.
(http://m.voaindonesia.com/a/
1562622.html, diakses 20 mei
2013).
KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA
SISWA SD N TRANGSAN 03
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh:
PUNGKY PRATAMA
F 100 090 209
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN
KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA
SISWA SD N TRANGSAN 03
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan Oleh:
PUNGKY PRATAMA
F 100 090 209
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
ii
HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN
KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA
SISWA SD N TRANGSAN 03
Pungky Pratama
Zahrotul Uyun
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
punkytama@yahoo.com
ABSTRAKSI
Perilaku agresi di lingkungan pendidikan akhir-akhir ini banyak terjadi di
lingkungan sekolah dasar. Salah satu sebabnya yaitu keterpaparan media massa
yang menampilkan kekerasan. Siswa yang sering menonton tayangan kekerasan
ditelevisi dapat menyebabkan kecenderungan perilaku agresi muncul. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara intensitas menonton tayangan
kekerasan di televisi dengan perilaku agresi pada siswa Sekolah Dasar.
Mengetahui tingkat intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi pada siswa
Sekolah Dasar. Seberapa besar perilaku agresi pada siswa di Sekolah Dasar.
Mengetahui sumbangan efektif intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi
terhadap perilaku agresi pada siswa Sekolah Dasar. Hipotesis penelitian ada
hubungan positif antara intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi
dengan perilaku agresi pada siswa sekolah dasar.
Subjek berjumlah 76 dari siswa-siswi kelas 5 dan 6. Metode pengumpulan
data menggunakan alat ukur skala intensitas menonton tayangan kekerasan di
televisi dan skala perilaku agresi. Metode penelitian yang digunakan kuantitatif.
Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment.
Hasil analisis diperoleh data koefisien korelasi (r xy) sebesar 0,468 dengan
Signifikansi p = 0,000 (p≤0,01). Ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi dengan perilaku agresi
pada siswa sekolah dasar, yang berarti hipotesis diterima. Sumbangan efektif
intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi 21,9%, hal ini berarti masih
terdapat 78,1% variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku agresi.
Variabel perilaku agresi mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 50,25 dan rerata
hipotetik (RH) sebesar 77,5 yang berarti perilaku agresi pada subjek tergolong
rendah. Variabel intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi diketahui
rerata empirik (RE) sebesar 35,16 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 40 yang
berarti tergolong rendah.
Kata Kunci : Intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi dan perilaku
agresi.
v
sendiri, belajar, bermain, berprestasi,
PENDAHULUAN
mengembangkan
Kekerasan hampir setiap hari
hubungannya
terjadi dalam kehidupan di sekitar
dengan teman sebaya, dan orang lain
kita. Kekerasan yang terjadi di
(Nuryanti,2008).
masyarakat sering dianggap sebagai
Wakil komisi perlindungan
solusi utama dalam menyelesaikan
anak
masalah. Kekerasan ada pula yang
Herlina mengatakan, tahun 2012
terjadi
pendidikan,
terjadi peningkatan kasus kekerasan
kekerasan di lingkungan pendidikan
anak di sekolahan hingga lebih dari
akhir-akhir ini banyak terjadi di
10%. Sementara itu, sebanyak 78,3%
lingkungan
anak mengaku pernah melakukan
dalam
dunia
sekolah
dasar
(Amriyah,2008)
bagi
anak-anak
sampai
untuk
yang
menghina,
tempat yang aman dan nyaman
(Wardah, 2012).
bantuan
langsung
oleh
Apong
pengawasan
orang
tua,
berat.
Kekerasan
tersebut dilakukan antar siswa seperti
memperoleh pendidikan, bimbingan,
dengan
(KPAI),
tindakan kekerasan dari yang ringan
Lingkungan sekolah adalah
tempat
Indonesia
memukul,
menendang
Pada pengumpulan data awal,
guru
perilaku agresi yang terdapat pada
maupun masyarakat sekitar. Namun,
SD
kekerasan juga terjadi di lingkungan
cenderung meningkat. kebanyakan
sekolah baik
yaitu perilaku agresi verbal, karena
di
dalam
sekolah
maupun di luar sekolah.
siswa
N
Trangsan
banyak
03
bicara
ada
di
dan
kelas,
Sekolah dasar adalah jenjang
membuat gaduh kelas, mengejek
paling dasar dari pendidikan formal,
teman sekelas dengan kata-kata yang
umumnya berusia 6-12 tahun. Usia
tidak baik.
ini merupakan periode masa kanak-
Agresi pada anak merupakan
kanak lanjut, sering juga disebut usia
perilaku melakukan kekerasan yang
sekolah yang mana sekolah menjadi
melanggar norma atau aturan yang
pengalaman paling utama anak-anak.
ada. Menurut Myers (2012) Agresi
Anak-anak diharapkan mulai dapat
adalah meliputi berbagai perilaku
bertanggung jawab atas perilakunya
fisik dan verbal yang bertujuan untuk
1
2
menyakiti orang lain. Baron & Byrne
sangat
(2012) menyatakan agresi adalah
mental,
siksaan
untuk
dalam mendiskripsikan pengalaman
Sarwono
dan mengutarakan apa yang mereka
faktor-faktor
rasakan (Nuryanti,2008). Sehingga
yang menyebabkan perilaku agresi
seperti diungkapkan Baron & Byrne,
yaitu
personal,
(2012) seringnya menonton tayangan
kebudayaan, sumber daya, media
televisi berdampak negatif pada anak
massa seperti tayangan televisi.
salah satu adalah perilaku agresi.
yang
menyakiti
(2009)
disengaja
orang
lain.
meyebutkan
situasi
sosial,
kecenderungan
untuk
dalam
ketrampilan
kemampuan
bertambah
Berdasarkan permasalahan di
Agresi terjadi karena anak
memiliki
cepat
atas, maka
penulis
merumuskan
meniru, terlebih lagi ketika anak
masalah “Apakah ada hubungan
melihat bahwa perilaku agresif itu
antara intensitas menonton tayangan
berdampak
dan
kekerasan di televisi dengan perilaku
diterima oleh lingkungan sekitar
agresi pada siswa sekolah dasar?”.
(Suprihatin,2012). Hal yang sama
Untuk menjawab permasalahan di
juga di ungkapkan Baron & Byrne,
atas, maka penulis tertarik untuk
(2012) dampak negatif tontonan
mengadakan
televisi pada anak salah satu adalah
mengambil judul “Hubungan antara
perilaku agresi.
intensitas
Bahwa
menyenangkan,
rata-rata
anak
menonton televisi 1-2 jam perhari
penelitian
menonton
dengan
tayangan
kekerasan di televisi dengan perilaku
agresi pada siswa Sekolah Dasar”.
yaitu 57%, menonton kurang dari 1
Agresi adalah perilaku verbal
jam perhari 13%, menonton 3-4 jam
atau fisik yang bertujuan menyakiti
perhari 21%, dan yang menonton
orang lain dan dimaksudkan untuk
televisi lebih dari 4 jam perhari 9%.
menyebabkan
Perkembangan kognitif pada
kerusakan.
Agresi
diungkap oleh Baron & Byrne,
anak usia sekolah menyebabkan anak
(2012)
mampu
dan
disengaja untuk menyakiti orang
imajinasi (Suprihatin, 2012). Anak
lain. Sarwono (2009) menyatakan,
mengalami
agresi merupakan tindakan melukai
melakukan
fantasia
perkembangan
yang
sebagai
siksaan
yang
3
yang
disengaja
oleh
seseorang,
institusi terharap orang atau institusi
lain
yang
Menurut
adalah
sebagai
dengan pisau.
disengaja.
Myers (2012), berpendapat
(2012).
Agresi
penyebab timbulnya agresi yaitu
segala
bentuk
pengaruh
sejatinya
Myers
memukul dengan kayu, menusuk
genetis,
pengeruh
perilaku yang dimaksudkan untuk
biokimia, frustrasi, peristiwa tidak
menyakiti seseorang baik secara fisik
menyenangkan,
maupun mental. (Berkowitz,1995).
Baron dan Byrne (2012) berpendapat
pengaruh
media.
Hapsary (2010), gambaran
bahwa agresi berasal dari begitu
perilaku agresi ada dua kategori yaitu
banyak variabel antara lain faktor-
agresi secara verbal dan agresi secara
faktor
fisik, agresi fisik seperti berkelahi,
situasional. Faktor sosial : frustrasi,
memukul,
provokasi,
menendang,
mencubit,
sosial,
kepribadian,
pemaparan
media,
mengganggu teman, dan sedangkan
keterangsangan meningkat. Faktor
agresi
kepribadian : tipe kepribadian, bias
verbal
yakni
menghina,
berkata-kata kasar, berteriak, marah-
atribusional,
marah,
situasional : suhu udara, alkohol,
menolak
berbicara,
dan
gender.
Faktor
nilai-nilai budaya.
mendesak orang tua.
agresi,
Intensitas dalam kehidupan
menurut Nando, (2012) yaitu: Agresi
sehari-hari menggambarkan tingkat
verbal atau nonfisik meliputi tingkah
atau ukuran. Intensitas memiliki
laku seperti mengejek dan memaki
definisi keadaan tingkat, ukuran,
yang menyebabkan lawan bicara
lama kejadian tersebut (Frisnawati,
tersinggung, emosi marah. Agresi
2012). Azwar (2000) menyatakan
nonverbal atau fisik meliputi tingkah
bahwa intensitas adalah kekuatan
laku seperti menampar, memukul,
atau
menendang, merusak fasilitas umum,
sesuatu.
Bentuk
perilaku
kedalaman
sikap
terhadap
mencoret tembok. Agresi dengan alat
Intensitas menonton tayangan
adalah perilaku kekerasan dengan
kekerasan di televisi adalah keadaan
menggunakan
senjata,
tingkat seringnya menyaksikan atau
batu,
melihat tayangan yang mengandung
seperti
alat
melempar
atau
dengan
4
kekerasan media hiburan dengan
19 anak, kelas 5B berjumlah 20
panca
menikmatinya
anak, kelas 6A berjumlah 19 anak
dengan frekuensi, perhatian tertentu
dan kelas 6B berjumlah 18 anak,
di televisi.
total subjek dari 4 kelas yaitu 76
indra
dan
Lowery dan De Fleur (1993)
anak.
Metode
dalam Nando (2012) menyebutkan
penelitian
tiga hal tentang perilaku menonton
digunakan
yaitu :
pengumpulan data menggunakan alat
a. Total waktu menonton televisi
ukur
adalah
jumlah
dihabiskan
waktu
seseorang
intensitas
menonton
tayangan kekerasan di televisi dan
untuk
skala perilaku agresi. Analisis data
yang
menonton
skala
Metode
yang
menonton televisi
b. Frekuensi
kuantitatif
yang
televisi
digunakan
adalah
korelasi
product moment.
adalah berapa kali seseorang
menonton televisi dalam jangka
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
waktu tertentu.
c. Pilihan
perhitungan
dengan
program
acara
yang
analisis product momen dari Pearson
adalah
jenis
acara
diperoleh nilai koefisien korelasi
dipilih
untuk
(rxy)
ditonton
televisi
yang
sebesar
0,468;
dengan
signifikansi (p) = 0,000 (p≤0,01)
ditonton.
hubungan
artinya ada hubungan positif yang
positif antara intensitas menonton
sangat signifikan antara intensitas
tayangan
menonton
Hipotesis
Ada
kekerasan
di
televisi
tayanga
kekerasan
di
dengan perilaku agresi pada siswa
televisi dengan perilaku agresi. Hal
sekolah dasar.
tersebut menyatakan bahwa hipotesis
penelitian yang diajukan diterima,
METODE PENELITIAN
Subjek yang digunakan dari
Purposive
sampling,
siswa-siswi
kelas 5 dan 6 SD N Trangsan 03
yaitu terdiri dari kelas 5A berjumlah
bahwa ada hubungan positif antara
intensetas
menonton
tayangan
kekerasan di televisi dengan perilaku
agresi.
5
pendapat
sebesar 35,16 dan rerata hipotetik
Santrock (2002) dan Kirsh (2006)
(RH) sebesar 40. Dari 76 subjek
bahwa tayangan kekerasan di televisi
penelitian,
yang terus menerus ditonton oleh
tergolong sangat tinggi, 8 subjek
anak-anak menyebabkan meningkatn
(10,53%) tergolong tinggi, 27 subjek
agresi
(35,53%)
Sesuai
dengan
pada
anak-anak.
(dalam
1
subjek
tergolong
(1,31%)
sedang,
31
Anantasari,2007). Begitu juga di
subjek (40,79%) tergolong rendah, 9
ungkapkan Baron & Byrne, (2012),
subjek (11,84%) tergolong sengat
dampak negatif tontonan televisi
rendah.
pada anak salah satu adalah perilaku
menonton tayangan kekerasan di
agresi. Dengan menonton tayangan
televisi
kekerasan maka anak bisa meniru
rendah.
adegan
atau
cara
(2000)
pada
umum
subjek
intensitas
tergolong
Hal ini dapat diartikan aspek-
kekerasan
aspek intensitas menonton tayangan
disampaikan (Syam, 2012).
Nasution
Secara
Peniruan
kekerasan
di
televisi
terhadap
agresi
yaitu
frekuensi
perbuatan kekerasan dimana anak
perilaku
secara
aneka
menonton, durasi, perhatian melihat
ragam acara televisi yang banyak
tayangan kekerasan di televisi pada
mengandung kekerasan, maka punya
siswa rendah. Dapat digambarkan
kemungkinan
rutin
menirunya.
belajar
menyaksikan
besar
Agresi
sosial
anak
akan
bahwa
ditinjau
dari
banyak
dengan
tayangan
kekerasan di televisi. Terpicu karena
pengalaman
yang
didapat
dari
subjek
penelitian
menyaksikan
tidak
tayangan
kekerasan di televisi.
Variabel
mempunyai
perilaku
agresi
rerata empirik
(RE)
melihat atau mengamati apa yang
sebesar 50,25 dan rerata hipotetik
ditayangkan,
(RH) sebesar 77,5. Dari 76 subjek
dapat
memotivasi
penelitian,
agresi ( Myers, 2012).
Berdasarkan
diketahui
hasil
Variabel
29
subjek
(38,16%)
analisis
tergolong sangat rendah, 43 subjek
intensitas
(56,57%) tergolong rendah, 4 subjek
menonton tayangan kekerasan di
(5,27%)
yang tergolong sedang,
televisi diketahui rerata empirik (RE)
tidak ada yang dalam kategori tinggi
6
dan
sangat
tinggi.
menggambarkan
Kondisi
bahwa
ini
subjek
penelitian memiliki kecenderungan
xy)
sebesar
0,468:
dengan
Signifikansi p = 0,000 (p≤0,01).
2. Tingkat
intensitas
menonton
agresi yang rendah. Sesuai dengan
tayangan kekerasan di televisi
perkembangan anak sekolah dasar
pada subyek tergolong rendah.
dimana secara sosial, anak mulai
Dengan rerata empirik sebesar
mampu mengontrol emosi negatif,
35,16 sedangkan rerata hipotetik
semakin mandiri, mencapai relasi
sebesar 40.
juga
3. Tingkat perilaku agresi subyek
lingkungan dengan baik (Nuryanti,
tergolong rendah. Dengan rerata
2008).
empirik sebesar 50,25 sedangkan
dengan
teman,
keluarga
Sumbangan
efektif
variebel
intensitas
tayangan
kekerasan
dari
menonton
di
televisi
rerata hipotetik sebesar 77,5.
4. Sumbangan
efektif
intensitas
menonton tayangan kekerasan di
terhadap variebel perilaku agresi
televisi 21,9%. Masih
yaitu sebesar 21,9%, berarti masih
78,1% variabel lain yang dapat
terdapat 78,1% variabel-variabel lain
mempengaruhi perilaku agresi.
yang dapat mempengaruhi perilaku
Saran
agresi selain intensitas menonton
bermanfaat, yaitu:
tayangan kekerasan di televisi yaitu
1. Bagi pihak sekolah diharapkan
tipe kepribadian, provokasi, frustrasi,
yang
terdapat
diharapkan
dapat
mampu mempertahankan kondisi
gender, suhu udara, alkohol, nilai
anak
budaya (Sarwono, 2009).
didik
intensitas
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Ada
hubungan
positif
televisi dengan perilaku agresi
Sekolah
menonton
tayangan
yang
menonton tayangan kekerasan di
siswa
memiliki
kekerasan ditelevisi yang rendah
sangat signifikan antara intensitas
pada
yang
serta perilaku agresi yang rendah,
dapat dilakukan dengan cara
memberikan PR yang banyak dan
Dasar.
Dimana nilai koefisien korelasi (r
ekstrakulikuler seperti menari,
7
sepakbola, diluar jam sekolah
eksperimen. Bagi peneliti lain
sehingga saat dirumah sudah
yang akan melakukan penelitian
lelah dan tidak sempat menonton
yang
tayangan televisi.
sama
2. Bagi
orang
tua
diharapkan
berkaitan
dengan
tema
diharapkan,
mempertimbangkan
mempertahankan kondisi anak
selain
yang
intensitas
tayangan kekerasan di televisi
menonton tayangan kekerasan
dengan faktor lain seperti tipe
ditelevisi yang rendah
dengan
kepribadian, provokasi, frustrasi,
cara membatasi anak menonton
suhu udara, alkohol, nilai budaya.
memiliki
intensitas
variabel
menonton
televisi, serta mendampingi anak
saat menonton tayangan televisi.
DAFTAR PUSTAKA
3. Bagi
anak
diharapkan
mengurangi menonton tayangan
televisi
untuk
dengan
belajar
mengalihkan
atau
bermain
dengan teman.
4. Bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian perilaku
agresi
dengan
intensitas
menonton tayangan kekerasan di
televisi,
dapat
metode
lain
menggunakan
yaitu
metode
Amriyah. C. 2008. Perilaku agresi di
masyarakat. Komunitas, vol.
26, 1 : 57-61
Anantasari.
2007.
Menyikapi
Perilaku
Agresif
Anak.
Yogyakarta : Familia.
Baron R.A & Byrne D. 2012.
Psikologi Sosial Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Berkowitz. L. 1995. Agresi sebab
dan akibat. Jakarta : PT.
Pustaka Binaman Pressindo.
Chaplin. J.P. 1981. Kamus lengkap
psikologi. Terjemah oleh
Kartini
Kartono.
2011.
Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
8
Gunawan. 2012. Pemanfaatan media
televisi dalam pembelajaran
ilmu pengetahuan sosial.
Wawasan. Vol 29, No 319
April.
Hapsary, Asih. 2012. Perilaku agresi
pada anak yang gemar
menonton
tayangan
kekerasan ditelevisi. Jurnal
naskah publikasi. Bekasi :
Fakulta
Psikologi,
Universitas Gunadarma.
Myers, D, G. 2012. Psikologi Sosial
Buku 2. Jakarta : Salemba
Humanika.
Nando dan Pandjaitan N. 2012.
Hubungan antara perilaku
menonton film kekerasan
dengan
perilaku
agresi
remaja. Sodality: Jurnal
Sosiologi Pedesaan. Vol 06,
No. 01 hlm. 18 -35.
Nuryanti, L. 2008. Psikologi anak.
Jakarta : PT. indeks.
Sarwono S. W & Meinarno E. A.
2009.
Psikologi
Sosial.
Jakarta : Salemba Humanika.
Syam.
2012. Psikologi sosial.
Bandung : Simbiosa rekatama
media
Wardah,F. 2012. KPAI himbau
pemerintah lebih serius atasi
kekerasan
anak.
(http://m.voaindonesia.com/a/
1562622.html, diakses 20 mei
2013).