HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Agresi Pada Siswa Sd N Trangsan 03.

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN
KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA
SISWA SD N TRANGSAN 03

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh:
PUNGKY PRATAMA
F 100 090 209

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN
KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA
SISWA SD N TRANGSAN 03

NASKAH PUBLIKASI


Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh:
PUNGKY PRATAMA
F 100 090 209

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

ii

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN
KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA
SISWA SD N TRANGSAN 03

Pungky Pratama

Zahrotul Uyun
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
punkytama@yahoo.com

ABSTRAKSI
Perilaku agresi di lingkungan pendidikan akhir-akhir ini banyak terjadi di
lingkungan sekolah dasar. Salah satu sebabnya yaitu keterpaparan media massa
yang menampilkan kekerasan. Siswa yang sering menonton tayangan kekerasan
ditelevisi dapat menyebabkan kecenderungan perilaku agresi muncul. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara intensitas menonton tayangan
kekerasan di televisi dengan perilaku agresi pada siswa Sekolah Dasar.
Mengetahui tingkat intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi pada siswa
Sekolah Dasar. Seberapa besar perilaku agresi pada siswa di Sekolah Dasar.
Mengetahui sumbangan efektif intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi
terhadap perilaku agresi pada siswa Sekolah Dasar. Hipotesis penelitian ada
hubungan positif antara intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi
dengan perilaku agresi pada siswa sekolah dasar.
Subjek berjumlah 76 dari siswa-siswi kelas 5 dan 6. Metode pengumpulan
data menggunakan alat ukur skala intensitas menonton tayangan kekerasan di
televisi dan skala perilaku agresi. Metode penelitian yang digunakan kuantitatif.

Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment.
Hasil analisis diperoleh data koefisien korelasi (r xy) sebesar 0,468 dengan
Signifikansi p = 0,000 (p≤0,01). Ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi dengan perilaku agresi
pada siswa sekolah dasar, yang berarti hipotesis diterima. Sumbangan efektif
intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi 21,9%, hal ini berarti masih
terdapat 78,1% variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi perilaku agresi.
Variabel perilaku agresi mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 50,25 dan rerata
hipotetik (RH) sebesar 77,5 yang berarti perilaku agresi pada subjek tergolong
rendah. Variabel intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi diketahui
rerata empirik (RE) sebesar 35,16 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 40 yang
berarti tergolong rendah.
Kata Kunci : Intensitas menonton tayangan kekerasan di televisi dan perilaku
agresi.

v

sendiri, belajar, bermain, berprestasi,

PENDAHULUAN


mengembangkan

Kekerasan hampir setiap hari

hubungannya

terjadi dalam kehidupan di sekitar

dengan teman sebaya, dan orang lain

kita. Kekerasan yang terjadi di

(Nuryanti,2008).

masyarakat sering dianggap sebagai

Wakil komisi perlindungan

solusi utama dalam menyelesaikan


anak

masalah. Kekerasan ada pula yang

Herlina mengatakan, tahun 2012

terjadi

pendidikan,

terjadi peningkatan kasus kekerasan

kekerasan di lingkungan pendidikan

anak di sekolahan hingga lebih dari

akhir-akhir ini banyak terjadi di

10%. Sementara itu, sebanyak 78,3%


lingkungan

anak mengaku pernah melakukan

dalam

dunia

sekolah

dasar

(Amriyah,2008)

bagi

anak-anak

sampai


untuk

yang

menghina,

tempat yang aman dan nyaman

(Wardah, 2012).

bantuan

langsung

oleh

Apong

pengawasan


orang

tua,

berat.

Kekerasan

tersebut dilakukan antar siswa seperti

memperoleh pendidikan, bimbingan,

dengan

(KPAI),

tindakan kekerasan dari yang ringan

Lingkungan sekolah adalah

tempat

Indonesia

memukul,

menendang

Pada pengumpulan data awal,

guru

perilaku agresi yang terdapat pada

maupun masyarakat sekitar. Namun,

SD

kekerasan juga terjadi di lingkungan


cenderung meningkat. kebanyakan

sekolah baik

yaitu perilaku agresi verbal, karena

di

dalam

sekolah

maupun di luar sekolah.

siswa

N

Trangsan


banyak

03

bicara

ada

di

dan

kelas,

Sekolah dasar adalah jenjang

membuat gaduh kelas, mengejek

paling dasar dari pendidikan formal,

teman sekelas dengan kata-kata yang

umumnya berusia 6-12 tahun. Usia

tidak baik.

ini merupakan periode masa kanak-

Agresi pada anak merupakan

kanak lanjut, sering juga disebut usia

perilaku melakukan kekerasan yang

sekolah yang mana sekolah menjadi

melanggar norma atau aturan yang

pengalaman paling utama anak-anak.

ada. Menurut Myers (2012) Agresi

Anak-anak diharapkan mulai dapat

adalah meliputi berbagai perilaku

bertanggung jawab atas perilakunya

fisik dan verbal yang bertujuan untuk

1

2

menyakiti orang lain. Baron & Byrne

sangat

(2012) menyatakan agresi adalah

mental,

siksaan

untuk

dalam mendiskripsikan pengalaman

Sarwono

dan mengutarakan apa yang mereka

faktor-faktor

rasakan (Nuryanti,2008). Sehingga

yang menyebabkan perilaku agresi

seperti diungkapkan Baron & Byrne,

yaitu

personal,

(2012) seringnya menonton tayangan

kebudayaan, sumber daya, media

televisi berdampak negatif pada anak

massa seperti tayangan televisi.

salah satu adalah perilaku agresi.

yang

menyakiti
(2009)

disengaja

orang

lain.

meyebutkan

situasi

sosial,

kecenderungan

untuk

dalam

ketrampilan

kemampuan

bertambah

Berdasarkan permasalahan di

Agresi terjadi karena anak
memiliki

cepat

atas, maka

penulis

merumuskan

meniru, terlebih lagi ketika anak

masalah “Apakah ada hubungan

melihat bahwa perilaku agresif itu

antara intensitas menonton tayangan

berdampak

dan

kekerasan di televisi dengan perilaku

diterima oleh lingkungan sekitar

agresi pada siswa sekolah dasar?”.

(Suprihatin,2012). Hal yang sama

Untuk menjawab permasalahan di

juga di ungkapkan Baron & Byrne,

atas, maka penulis tertarik untuk

(2012) dampak negatif tontonan

mengadakan

televisi pada anak salah satu adalah

mengambil judul “Hubungan antara

perilaku agresi.

intensitas

Bahwa

menyenangkan,

rata-rata

anak

menonton televisi 1-2 jam perhari

penelitian

menonton

dengan

tayangan

kekerasan di televisi dengan perilaku
agresi pada siswa Sekolah Dasar”.

yaitu 57%, menonton kurang dari 1

Agresi adalah perilaku verbal

jam perhari 13%, menonton 3-4 jam

atau fisik yang bertujuan menyakiti

perhari 21%, dan yang menonton

orang lain dan dimaksudkan untuk

televisi lebih dari 4 jam perhari 9%.

menyebabkan

Perkembangan kognitif pada

kerusakan.

Agresi

diungkap oleh Baron & Byrne,

anak usia sekolah menyebabkan anak

(2012)

mampu

dan

disengaja untuk menyakiti orang

imajinasi (Suprihatin, 2012). Anak

lain. Sarwono (2009) menyatakan,

mengalami

agresi merupakan tindakan melukai

melakukan

fantasia

perkembangan

yang

sebagai

siksaan

yang

3

yang

disengaja

oleh

seseorang,

institusi terharap orang atau institusi
lain

yang

Menurut
adalah

sebagai

dengan pisau.

disengaja.

Myers (2012), berpendapat

(2012).

Agresi

penyebab timbulnya agresi yaitu

segala

bentuk

pengaruh

sejatinya

Myers

memukul dengan kayu, menusuk

genetis,

pengeruh

perilaku yang dimaksudkan untuk

biokimia, frustrasi, peristiwa tidak

menyakiti seseorang baik secara fisik

menyenangkan,

maupun mental. (Berkowitz,1995).

Baron dan Byrne (2012) berpendapat

pengaruh

media.

Hapsary (2010), gambaran

bahwa agresi berasal dari begitu

perilaku agresi ada dua kategori yaitu

banyak variabel antara lain faktor-

agresi secara verbal dan agresi secara

faktor

fisik, agresi fisik seperti berkelahi,

situasional. Faktor sosial : frustrasi,

memukul,

provokasi,

menendang,

mencubit,

sosial,

kepribadian,

pemaparan

media,

mengganggu teman, dan sedangkan

keterangsangan meningkat. Faktor

agresi

kepribadian : tipe kepribadian, bias

verbal

yakni

menghina,

berkata-kata kasar, berteriak, marah-

atribusional,

marah,

situasional : suhu udara, alkohol,

menolak

berbicara,

dan

gender.

Faktor

nilai-nilai budaya.

mendesak orang tua.
agresi,

Intensitas dalam kehidupan

menurut Nando, (2012) yaitu: Agresi

sehari-hari menggambarkan tingkat

verbal atau nonfisik meliputi tingkah

atau ukuran. Intensitas memiliki

laku seperti mengejek dan memaki

definisi keadaan tingkat, ukuran,

yang menyebabkan lawan bicara

lama kejadian tersebut (Frisnawati,

tersinggung, emosi marah. Agresi

2012). Azwar (2000) menyatakan

nonverbal atau fisik meliputi tingkah

bahwa intensitas adalah kekuatan

laku seperti menampar, memukul,

atau

menendang, merusak fasilitas umum,

sesuatu.

Bentuk

perilaku

kedalaman

sikap

terhadap

mencoret tembok. Agresi dengan alat

Intensitas menonton tayangan

adalah perilaku kekerasan dengan

kekerasan di televisi adalah keadaan

menggunakan

senjata,

tingkat seringnya menyaksikan atau

batu,

melihat tayangan yang mengandung

seperti

alat

melempar

atau
dengan

4

kekerasan media hiburan dengan

19 anak, kelas 5B berjumlah 20

panca

menikmatinya

anak, kelas 6A berjumlah 19 anak

dengan frekuensi, perhatian tertentu

dan kelas 6B berjumlah 18 anak,

di televisi.

total subjek dari 4 kelas yaitu 76

indra

dan

Lowery dan De Fleur (1993)

anak.
Metode

dalam Nando (2012) menyebutkan

penelitian

tiga hal tentang perilaku menonton

digunakan

yaitu :

pengumpulan data menggunakan alat

a. Total waktu menonton televisi

ukur

adalah

jumlah

dihabiskan

waktu

seseorang

intensitas

menonton

tayangan kekerasan di televisi dan

untuk

skala perilaku agresi. Analisis data
yang

menonton

skala

Metode

yang

menonton televisi
b. Frekuensi

kuantitatif

yang

televisi

digunakan

adalah

korelasi

product moment.

adalah berapa kali seseorang
menonton televisi dalam jangka

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

waktu tertentu.
c. Pilihan

perhitungan

dengan

program

acara

yang

analisis product momen dari Pearson

adalah

jenis

acara

diperoleh nilai koefisien korelasi

dipilih

untuk

(rxy)

ditonton
televisi

yang

sebesar

0,468;

dengan

signifikansi (p) = 0,000 (p≤0,01)

ditonton.
hubungan

artinya ada hubungan positif yang

positif antara intensitas menonton

sangat signifikan antara intensitas

tayangan

menonton

Hipotesis

Ada

kekerasan

di

televisi

tayanga

kekerasan

di

dengan perilaku agresi pada siswa

televisi dengan perilaku agresi. Hal

sekolah dasar.

tersebut menyatakan bahwa hipotesis
penelitian yang diajukan diterima,

METODE PENELITIAN
Subjek yang digunakan dari
Purposive

sampling,

siswa-siswi

kelas 5 dan 6 SD N Trangsan 03
yaitu terdiri dari kelas 5A berjumlah

bahwa ada hubungan positif antara
intensetas

menonton

tayangan

kekerasan di televisi dengan perilaku
agresi.

5

pendapat

sebesar 35,16 dan rerata hipotetik

Santrock (2002) dan Kirsh (2006)

(RH) sebesar 40. Dari 76 subjek

bahwa tayangan kekerasan di televisi

penelitian,

yang terus menerus ditonton oleh

tergolong sangat tinggi, 8 subjek

anak-anak menyebabkan meningkatn

(10,53%) tergolong tinggi, 27 subjek

agresi

(35,53%)

Sesuai

dengan

pada

anak-anak.

(dalam

1

subjek

tergolong

(1,31%)

sedang,

31

Anantasari,2007). Begitu juga di

subjek (40,79%) tergolong rendah, 9

ungkapkan Baron & Byrne, (2012),

subjek (11,84%) tergolong sengat

dampak negatif tontonan televisi

rendah.

pada anak salah satu adalah perilaku

menonton tayangan kekerasan di

agresi. Dengan menonton tayangan

televisi

kekerasan maka anak bisa meniru

rendah.

adegan

atau

cara

(2000)

pada

umum

subjek

intensitas

tergolong

Hal ini dapat diartikan aspek-

kekerasan

aspek intensitas menonton tayangan

disampaikan (Syam, 2012).
Nasution

Secara

Peniruan

kekerasan

di

televisi

terhadap

agresi

yaitu

frekuensi

perbuatan kekerasan dimana anak

perilaku

secara

aneka

menonton, durasi, perhatian melihat

ragam acara televisi yang banyak

tayangan kekerasan di televisi pada

mengandung kekerasan, maka punya

siswa rendah. Dapat digambarkan

kemungkinan

rutin

menirunya.
belajar

menyaksikan

besar
Agresi

sosial

anak

akan

bahwa

ditinjau

dari

banyak

dengan

tayangan

kekerasan di televisi. Terpicu karena
pengalaman

yang

didapat

dari

subjek

penelitian

menyaksikan

tidak

tayangan

kekerasan di televisi.
Variabel
mempunyai

perilaku

agresi

rerata empirik

(RE)

melihat atau mengamati apa yang

sebesar 50,25 dan rerata hipotetik

ditayangkan,

(RH) sebesar 77,5. Dari 76 subjek

dapat

memotivasi

penelitian,

agresi ( Myers, 2012).
Berdasarkan
diketahui

hasil

Variabel

29

subjek

(38,16%)

analisis

tergolong sangat rendah, 43 subjek

intensitas

(56,57%) tergolong rendah, 4 subjek

menonton tayangan kekerasan di

(5,27%)

yang tergolong sedang,

televisi diketahui rerata empirik (RE)

tidak ada yang dalam kategori tinggi

6

dan

sangat

tinggi.

menggambarkan

Kondisi

bahwa

ini

subjek

penelitian memiliki kecenderungan

xy)

sebesar

0,468:

dengan

Signifikansi p = 0,000 (p≤0,01).
2. Tingkat

intensitas

menonton

agresi yang rendah. Sesuai dengan

tayangan kekerasan di televisi

perkembangan anak sekolah dasar

pada subyek tergolong rendah.

dimana secara sosial, anak mulai

Dengan rerata empirik sebesar

mampu mengontrol emosi negatif,

35,16 sedangkan rerata hipotetik

semakin mandiri, mencapai relasi

sebesar 40.

juga

3. Tingkat perilaku agresi subyek

lingkungan dengan baik (Nuryanti,

tergolong rendah. Dengan rerata

2008).

empirik sebesar 50,25 sedangkan

dengan

teman,

keluarga

Sumbangan

efektif

variebel

intensitas

tayangan

kekerasan

dari

menonton
di

televisi

rerata hipotetik sebesar 77,5.
4. Sumbangan

efektif

intensitas

menonton tayangan kekerasan di

terhadap variebel perilaku agresi

televisi 21,9%. Masih

yaitu sebesar 21,9%, berarti masih

78,1% variabel lain yang dapat

terdapat 78,1% variabel-variabel lain

mempengaruhi perilaku agresi.

yang dapat mempengaruhi perilaku

Saran

agresi selain intensitas menonton

bermanfaat, yaitu:

tayangan kekerasan di televisi yaitu

1. Bagi pihak sekolah diharapkan

tipe kepribadian, provokasi, frustrasi,

yang

terdapat

diharapkan

dapat

mampu mempertahankan kondisi

gender, suhu udara, alkohol, nilai
anak

budaya (Sarwono, 2009).

didik

intensitas
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Ada

hubungan

positif

televisi dengan perilaku agresi
Sekolah

menonton

tayangan

yang

menonton tayangan kekerasan di

siswa

memiliki

kekerasan ditelevisi yang rendah

sangat signifikan antara intensitas

pada

yang

serta perilaku agresi yang rendah,
dapat dilakukan dengan cara
memberikan PR yang banyak dan

Dasar.

Dimana nilai koefisien korelasi (r

ekstrakulikuler seperti menari,

7

sepakbola, diluar jam sekolah

eksperimen. Bagi peneliti lain

sehingga saat dirumah sudah

yang akan melakukan penelitian

lelah dan tidak sempat menonton

yang

tayangan televisi.

sama

2. Bagi

orang

tua

diharapkan

berkaitan

dengan

tema

diharapkan,

mempertimbangkan

mempertahankan kondisi anak

selain

yang

intensitas

tayangan kekerasan di televisi

menonton tayangan kekerasan

dengan faktor lain seperti tipe

ditelevisi yang rendah

dengan

kepribadian, provokasi, frustrasi,

cara membatasi anak menonton

suhu udara, alkohol, nilai budaya.

memiliki

intensitas

variabel
menonton

televisi, serta mendampingi anak
saat menonton tayangan televisi.
DAFTAR PUSTAKA
3. Bagi

anak

diharapkan

mengurangi menonton tayangan
televisi
untuk

dengan
belajar

mengalihkan
atau

bermain

dengan teman.
4. Bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian perilaku
agresi

dengan

intensitas

menonton tayangan kekerasan di
televisi,

dapat

metode

lain

menggunakan
yaitu

metode

Amriyah. C. 2008. Perilaku agresi di
masyarakat. Komunitas, vol.
26, 1 : 57-61
Anantasari.
2007.
Menyikapi
Perilaku
Agresif
Anak.
Yogyakarta : Familia.
Baron R.A & Byrne D. 2012.
Psikologi Sosial Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Berkowitz. L. 1995. Agresi sebab
dan akibat. Jakarta : PT.
Pustaka Binaman Pressindo.
Chaplin. J.P. 1981. Kamus lengkap
psikologi. Terjemah oleh
Kartini
Kartono.
2011.
Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.

8

Gunawan. 2012. Pemanfaatan media
televisi dalam pembelajaran
ilmu pengetahuan sosial.
Wawasan. Vol 29, No 319
April.
Hapsary, Asih. 2012. Perilaku agresi
pada anak yang gemar
menonton
tayangan
kekerasan ditelevisi. Jurnal
naskah publikasi. Bekasi :
Fakulta
Psikologi,
Universitas Gunadarma.
Myers, D, G. 2012. Psikologi Sosial
Buku 2. Jakarta : Salemba
Humanika.
Nando dan Pandjaitan N. 2012.
Hubungan antara perilaku
menonton film kekerasan
dengan
perilaku
agresi
remaja. Sodality: Jurnal
Sosiologi Pedesaan. Vol 06,
No. 01 hlm. 18 -35.
Nuryanti, L. 2008. Psikologi anak.
Jakarta : PT. indeks.
Sarwono S. W & Meinarno E. A.
2009.
Psikologi
Sosial.
Jakarta : Salemba Humanika.
Syam.

2012. Psikologi sosial.
Bandung : Simbiosa rekatama
media

Wardah,F. 2012. KPAI himbau
pemerintah lebih serius atasi
kekerasan
anak.
(http://m.voaindonesia.com/a/
1562622.html, diakses 20 mei
2013).

Dokumen yang terkait

INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI MEDIA SOSIAL INTERNET DENGAN PERILAKU Intensitas menonton tayangan kekerasan di media sosial internet dengan perilaku agresif anak sekolah di SD Negeri 1 Tirtomoyo.

1 3 22

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Reality Show Televisi Dengan Perilaku Prososial Remaja.

0 3 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Reality Show Televisi Dengan Perilaku Prososial Remaja.

0 3 9

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Reality Show Televisi Dengan Perilaku Prososial Remaja.

1 15 4

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Reality Show Televisi Dengan Perilaku Prososial Remaja.

0 2 14

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Agresi Pada Siswa Sd N Trangsan 03.

0 1 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Kekerasan Di Televisi Dengan Perilaku Agresi Pada Siswa Sd N Trangsan 03.

0 1 10

Hubungan Antara Intensitas Menonton Tayangan Sinetron Kepompong Di Televisi dengan Citra Diri Pada Remaja Puteri.

0 0 11

Hubungan antara tingkat religiositas dengan intensitas menonton tayangan kekerasan pada remaja akhir.

0 2 94

HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU BULLYING PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD MUHAMMADIYAH MLANGI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN FREKUENSI MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU BU

0 2 17