Slide APBJS_ristekdikti

1

AUDIT PENGADAAN
BARANG/JASA

Salam Kenal:
• Nama : Evan Evianto, Ak., ME.
• Pendidikan : STAN, UI
• Pengalaman :
- BPKP Perw. Papua 94-97
- BPKP Pusat 97-01
- BPKP Perw. Lampung 01-07
- Pusbin JFA 2007- 2011
- Perw. BPKP Prov. Kalbar 2011-2014
• HP: 082157756763
• Email: kanxevan@yahoo.co.id

Agenda
No.

Mata Diklat


1.

Audit Perencanaan Umum Pengadaan Barang/Jasa

2.

Audit Pengadaan Barang oleh Pihak III

3.

Audit Pengadaan Jasa Konstruksi

4.

Audit Pengadaan Jasa Konsultansi

5.

Audit Pengadaan Jasa Lainnya


6.

Audit Pengadaan Barang/Jasa Swakelola

7.

Laporan Hasil Audit Pengadaan Barang/Jasa

4

AUDIT
PERENCANAAN
UMUM PENGADAAN
Indikator Keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta diklat mampu
melaksanakan audit perencanaan umum pengadaan barang/jasa

KONSEPSI RUP
5


 RUP  dokumen yang berisi rencana kegiatan dan anggaran pengadaan
barang/jasa yang akan dilaksanakan K/L/D/I yang harus diketahui publik.
 Kewenangan/tanggung jawab PA/KPA
 Tahapan 
 Identifikasi kebutuhan barang/jasa;
 Penyusunan dan penetapan rencana penganggaran;
 Penetapan kebijakan umum tentang pemaketan pekerjaan;
 Penetapan kebijakan umum tentang cara pengadaan, yang meliputi:
• Pengadaan dengan menggunakan Penyedia Barang/Jasa; dan
• Pengadaan dengan cara Swakelola.
 Penetapan kebijakan umum tentang pengorganisasian pengadaan;
 Penyusunan Kerangka Acuan Kerja (KAK);
 Penyusunan jadwal kegiatan pengadaan;
 Pengumuman RUP

Contoh Pengumuman RUP
6

Sumber: www://rup.lpse.depkeu.go.id/ Diakses tanggal 7 Januari 2014


Titik Kritis/Red Flag dalam Penyusunan RUP
7

1. Penentuan jenis dan jumlah item barang/jasa yang diadakan
tidak sesuai kebutuhan riil.
2. Penggelembungan anggaran pengadaan barang/jasa.
3. Rencana pengadaan barang/jasa yang diarahkan untuk
kepentingan pihak-pihak tertentu.
4. Rekayasa pemaketan untuk KKN.
5. Pemilihan metode/cara pengadaan melalui swakelola atau
pengadaan melalui penyedia barang/jasa tidak tepat.
6. Penentuan jadwal pengadaan yang tidak realistis.

PKA RUP –
Pengujian Penetapan Kebutuhan Barang/Jasa
8

Tujuan meyakini bahwa PBJ yang dilaksanakan telah berdasarkan kebutuhan
barang/jasa baik dari segi kuantitas, kualitas, dan jangka waktu.

Langkah kerja:
1. Teliti ada tidaknya permintaan barang/jasa dari pemakai (user).
2. Bandingkan usulan pengadaan barang/jasa dengan rencana kerja tahunan.
3. Dapatkan studi kelayakan/hasil survai atau dokumen sejenis yang berkaitan
dengan PBJ yang dilaksanakan.
4. Teliti studi kelayakan tersebut untuk mengetahui tujuan pengadaan, kuantitas,
kualitas, serta waktu (saat) dibutuhkan.
5. Teliti dokumen pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan untuk mengetahui
kuantitas, kualitas dan waktu penyelesaiannya.
6. Bandingkan informasi yang diperoleh dari studi kelayakan tersebut dengan
dokumen PBJ, untuk mengetahui apakah:
a. Pengadaan barang/jasa telah berdasarkan kebutuhan.
b. Kuantitas, kualitas dan jangka waktu penyelesaian telah sesuai dengan
yang dibutuhkan.
7. Buat simpulan hasil audit.

PKA RUP –
Pengujian Pembiayaan & Jadwal Pelaksanaan PBJ
9


Tujuan 
 Meyakini dana yang direncanakan/dianggarkan untuk PBJ telah termasuk biaya
persiapan dan pelaksanan pengadaan sesuai dengan ketentuan.
 Meyakini bahwa alokasi waktu yang dibutuhkan untuk setiap tahapan pelaksanaan
pengadaan telah memadai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Langkah kerja :
1. Teliti/telaah dan yakini bahwa unsur biaya dan nilai pengadaan barang/jasa di dalam
DIPA telah mencakup:
a. Biaya administrasi untuk mendukung pelaksanaan pengadaan barang/jasa antara
lain:
 Honorarium pengguna, panitia/pejabat pengadaan barang/jasa,
bendaharawan, serta staf proyek,
 Biaya pengumuman pengadaan barang/jasa,
 Biaya penggandaan dokumen pengadaan dan/atau dokumen prakualifikasi,
 Biaya administrasi lainnya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan
pengadaan barang/jasa.
b. Biaya/nilai besaran pengadaan barang/jasa itu sendiri.

PKA RUP –
Pengujian Pembiayaan & Jadwal Pelaksanaan PBJ (lanjutan)

10

Langkah kerja (lanjutan):
2. Periksa DIPA dari masing-masing satuan kerja/unit organisasi/ organisasi
pemerintah atas kontrak yang diaudit; catat tanggal diterimanya DIPA;
uji kesesuaian dengan jadwal pelaksanaan pengadaan (termasuk
pengaruhnya saat mulainya proses pengadaan barang/jasa).
3. Telaah alokasi waktu (proses pelelangan) yang dibuat oleh pengguna
barang/jasa dan yakini apakah alokasi tersebut telah sesuai dengan
ketentuan.
4. Teliti dan telaah tanggal penerimaan serta persyaratan anggaran
belanja tambahan dari APBN/D Perubahan untuk mengetahui apakah
jadwal pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan tambahan tersebut
masih realistis/sesuai dengan tenggang waktu yang tersedia.
5. Buat simpulan atas hasil audit.

Sudah Tepat atau Tidak?
11






Pengadaan makanan karyawan yang sejumlah 1000 (seribu) orang
dengan nilai pekerjaan Rp. 1.200.000.000 (satu milyar dua ratus
juta rupiah) untuk satu tahun dibuat menjadi 12 paket
Dalam rangka pencetakan surat suara dan formulir pendaftaran
pemilih untuk PILGUB di Propinsi Jaya Raya, ULP akan elaksanakan
pengadaan formulir dan surat suara. Kondisi-kondisi yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1) Formulir dan surat suara akan disebar ke seluruh kecamatan di
propinsi Jaya Raya
2) Jumlah formulir dan surat suara sebanyak 20 juta lembar
3) Waktu pelaksanaan pencetakan dan distribusi hanya diberi 7
(tujuh) hari kalender
4) Nilai pengadaan formulir dan surat suara sebesar Rp. 900 juta
Dipaketkan menjadi 5 paket pengadaan

Sudah Tepat atau Tidak?
12




Untuk pengadaan tambahan meubel di 50 sekolah
dasar yang berbeda-beda dan terpisah-pisah di
satu propinsi dengan total anggaran Rp. 5 milyar.
Oleh ULP =>
Pengadaan dipaketkan sesuai dengan wilayah
atau kabupaten dengan metoda yang sesuai
dengan nilai pekerjaannya.

13

AUDIT PENGADAAN
BARANG

KONSEPSI PENGADAAN BARANG
14

Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud,

bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan,
dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
Contoh :
1. Bahan baku: kertas, semen, plat baja, minyak mentah, dan
sebagainya.
2. Barang setengah jadi: kain untuk seragam, chasis kendaraan, dan
sebagainya.
3. Barang jadi/peralatan: kursi, mesin jahit, komputer, truk, dan
sebagainya.
4. Hewan/tumbuhan: sapi, itik, bibit albasia, pohon cemara, dan
sebagainya.

KONSEPSI PENGADAAN BARANG
TATACARA PEMILIHAN
15

Pascakualifikasi

Metode satu sampul
dan evaluasi sistem

gugur

Prakualifikasi

Metode dua sampul
dan evaluasi sistem
nilai dan sistim
penilaian biaya
selama umur ekonomis

Pascakualifikasi

Metode dua tahap
dan evaluasi sistem
nilai dan sistim
penilaian biaya
selama umur ekonomis

Penanganan
Darurat

Metode satu sampul
dan evaluasi sistem
gugur

Pelelangan Umum

Pengadaan
Barang/
Jasa Lainnya

Pelelangan
Sederhana

Penunjukan
Langsung
Pengadaan
Langsung
Kontes

Bukan Penanganan
Darurat

TITIK KRITIS PENGADAAN BARANG
16

1. Secara umum sesuai red flag pada lampiran 1.
2. Secara spesifik, titik kritis yang menjadi perhatian auditor
dalam pelaksanaan audit pengadaan barang berkaitan
dengan aspek kewajaran harga, kesesuaian spesifikasi,
ketepatan kualitas, ketepatan kuantitas, dan pemanfaatan
barang yang diperoleh.

PKA PENGADAAN BARANG
17

PKA pengadaan barang diarahkan pada aspek-aspek berikut:
 Aspek ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan yang
berlaku  format PKA pada Lampiran 2.
 Aspek kewajaran harga  format PKA pada Lampiran 3.
 Aspek ketepatan kualitas  format PKA pada Lampiran 4.
 Aspek ketepatan kuantitas  format PKA pada Lampiran 5.
 Aspek ketepatan waktu  format PKA pada Lampiran 6.
 Aspek pemanfaatan hasil  format PKA pada Lampiran 7.
Modifikasi PKA pengadaan barang tersebut bisa dilakukan dengan
penekanan-penekanan pada pengujian prosedur pemilihan penyedia,
fisik barang (kuantitas, kualitas, dan spesifikasi teknis barang),
kewajaran harga barang, dan pemanfaatan barang.

PKA PENGADAAN BARANG
Aspek Ketaatan Prosedur Pemilihan Penyedia
18

Auditor harus meyakinkan bahwa proses penetapan penyedia
barang sudah sesuai dengan Perpres Nomor 54 Tahun 2010,
dalam hal ini auditor menguji langkah demi langkah prosedur
pemilihan penyedia barang. Teknik audit yang dapat digunakan
antara lain: uji dokumen, wawancara, konfirmasi, klarifikasi, dan
tracing.

PKA PENGADAAN BARANG
Aspek Kewajaran Harga
19

1. Harga barang yang diperoleh adalah harga optimal dan dapat
dipertanggungjawabkan  auditor harus meyakini bahwa HPS
disusun secara keahlian berdasarkan data yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai ketentuan Pasal 66 ayat (7) Perpes
70 Tahun 2012.
2. Harga yang ditawarkan pemenang sudah merupakan hasil evaluasi
harga oleh ULP/Pejabat Pengadaan  koreksi aritmatik,
pembandingan dengan HPS (total maupun rincian), pembandingan
dengan penawar yang lain, dan/atau negosiasi dengan penawar
peringkat pertama.
Prosedur audit dapat diperluas dengan membandingkan harga
kontrak dengan harga pasar pada saat penandatanganan kontrak
Teknik Audit  konfirmasi, klarifikasi, dan tracing.

PKA PENGADAAN BARANG
Aspek Fisik (Kualitas & Kuantitas)
20

1. Auditor harus meyakini keberadaan dan jumlah fisik barang yang
diadakan diterima tepat waktu pada tempat yang disepakati
sesuai kontrak.
2. Auditor harus meyakinkan bahwa identitas barang yang diterima
sesuai dengan berita acara penerimaan barang (original). Jika
merupakan barang pabrikan maka akan terdapat identifikasi
dari pabrik yang tertera pada barang atau kemasan barang
seperti: merek dan model, nomor produksi, tanggal/bulan/tahun
produksi, pabrik pembuat, negara pembuat, SNI, dll.
Teknik audit yang bisa digunakan antara lain konfirmasi/klarifikasi,
tracing, inventarisasi, dan cek fisik.

PKA PENGADAAN BARANG
Aspek Fisik (Spesifikasi Teknis)
21

1. Spesifikasi teknis barang yang diterima telah sesuai dengan yang
dipesan, antara lain mencakup dimensi (panjang, lebar, tinggi,
berat, berat jenis, dan ukuran fisik lainnya), kapasitas (volume,
daya, dan tenaga), kinerja atau kemampuan barang
(produksi/menit, daya daki, konsumsi bahan bakar/listrik, dan
lainnya), masa guna (umur ekonomis), dan ramah lingkungan.
Teknik audit  membandingkan, pengujian/test, konfirmasi, dan
cek.
2. Barang yang dibeli memiliki jaminan dari distributor atau garansi
pabrikan (sebagai konsekuensi pernyataan keaslian barang oleh
distributor/ pabrikan) dan memiliki memiliki jaminan purna jual.
Teknik audit  konfirmasi dan wawancara.

PKA PENGADAAN BARANG
Aspek Pemanfaatan Barang
22

Barang hasil pengadaan benar-benar dimanfaatkan untuk
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi K/L/D/I sesuai dengan
rencana.
Teknik audit  Cek/uji fisik, dan wawancara dengan pemakai.

23

AUDIT PENGADAAN
PEKERJAAN
KONSTRUKSI
Indikator Keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta diklat mampu
melaksanakan audit pengadaan pekerjaan konstruksi

KONSEPSI PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
24

Seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi
bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.
Contoh :
1. Pekerjaan pembangunan gedung yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan beserta
kelengkapannya;
2. Konstruksi bangunan kapal, pesawat, atau kendaraan tempur;
3. Pekerjaan yang berhubungan dengan persiapan lahan;
4. Penggalian dan/atau penataan lahan (landscaping);
5. Perakitan atau instalasi komponen pabrikasi;
6. Penghancuran (demolition) dan pembersihan (removal);
7. Reboisasi dan sejenisnya.

METODE PEMILIHAN PENYEDIA
PEKERJAAN KONSTRUKSI
25

Pelelangan
• Pelelangan Umum
• Pelelangan
Terbatas 
pekerjaan
kompleks
• Pemilihan Langsung
(≤ 5 M)

Penunjukan
Langsung
• Keadaan tertentu
• Pekerjaan khusus

Pengadaan Langsung
• Nilai pengadaan ≤ 200 jt
• Dilaksanakan oleh seorang
Pejabat Pengadaan
• Kebutuhan operasional
• Sederhana/risiko kecil
• Dilaksanakan oleh
perorangan/usaha
kecil/koperasi

TITIK KRITIS PEKERJAAN KONSTRUKSI
26











Ketidaktepatan penggunaan standar koefisien dalam penyusunan RAB.
Kemahalan harga terutama bahan dan pemakaian alat yang
digunakan.
Perbedaan asumsi dalam penyusunan spesifikasi teknis maupun RAB
dengan kondisi lapangan.
Kekurangan volume pekerjaan.
Kelebihan perhitungan volume fisik yang ditagihkan pembayarannya
(kontrak harga satuan).
Spesifikasi/kualitas bahan tidak sesuai dengan yang ditetapkan.
Keterlambatan penyelesaian pekerjaan.
Adanya pengalihan pekerjaan utama dari penyedia kepada pihak lain
(subkontraktor) pekerjaan utama.
Ketidaktepatan penentuan jenis kontrak (lumpsum / unit price).

PROBLEM PENYELESAIAN PEKERJAAN
PADA AKHIR TAHUN
27

Percepatan

Antisipasi
Pembayaran

Penyelesaian
Akhir Tahun
Selesai

Cut off

Stop
Tdk selesai
Go
(PMK 25/2012)

PKA PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI
28

PKA pengadaan pekerjaan konstruksi diarahkan pada aspek-aspek
berikut:
 Aspek ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan yang
berlaku  format PKA pada Lampiran 2.
 Aspek kewajaran harga  format PKA pada Lampiran 3.
 Aspek ketepatan kualitas  format PKA pada Lampiran 4.
 Aspek ketepatan kuantitas  format PKA pada Lampiran 5.
 Aspek ketepatan waktu  format PKA pada Lampiran 6.
 Aspek pemanfaatan hasil  format PKA pada Lampiran 7.
Modifikasi PKA pengadaan pekerjaan konstruksi tersebut bisa dilakukan
dengan penekanan-penekanan pada pengujian prosedur pemilihan
penyedia, fisik konstruksi (kuantitas, kualitas, dan spesifikasi teknis),
kewajaran harga, dan pemanfaatan hasil konstruksi.

MODIFIKASI PKA PEKERJAAN KONSTRUKSI
29

Penekanan modifikasi pada pengujian prosedur pemilihan penyedia, fisik konstruksi,
spesifikasi teknis konstruksi, harga konstruksi, dan pemanfaatan hasil konstruksi.
Langkah kerja:
1. Dapatkan pedoman analisis Harga Satuan Pekerjaan (HSP) yang terkait.
Lakukan pengujian atas kesesuaian penggunaan standar koefisien dalam
penyusunan RAB (HPS maupun kontrak).
2. Dapatkan informasi harga pasar yang berlaku untuk bahan, upah, dan
biaya/sewa peralatan melalui konfirmasi penyedia di pasar, harga kontrak
pekerjaan sejenis, dan asosiasi penyedia. Lakukan perbandingan dengan
harga bahan/upah/sewa peralatan yang digunakan dalam kontrak pekerjaan
konstruksi yang diaudit.
3. Dapatkan data awal/asumsi dasar pembuatan spesifikasi pekerjaan maupun
perhitungan volume pekerjaan yang dikontrakkan. Lakukan pengecekan
lapangan, apakah data awal/asumsi tersebut masih relevan dengan kondisi
lapangan pada saat pelaksanaan pekerjaan.

MODIFIKASI PKA PEKERJAAN KONSTRUKSI
30

Langkah kerja (lanjutan):
4. Dapatkan perhitungan kuantitas akhir dan gambar jadi. Lakukan observasi
lapangan dan lakukan perhitungan/pengukuran volume pekerjaan secara
sampel. Bandingkan dengan perhitungan volume pekerjaan yang ditagih
dan dibayar kepada penyedia pekerjaan konstruksi.
5. Dapatkan dokumen/sertifikat hasil pengujian spesifikasi/kualitas
bahan/hasil pekerjaan. Bandingkan dengan spesifikasi yang disyaratkan
dalam kontrak. Apabila belum ada dokumen/sertifikat hasil pengujian,
minta kepada PPK untuk mendapatkan hasil pengujian tersebut.
6. Dapatkan dan lakukan analisis atas laporan progres pekerjaan. Lakukan
konfirmasi kepada masyarakat di sekitar lokasi pekerjaan atas waktu
penyelesaian pekerjaan.
7. Lakukan wawancara dengan pengawas lapangan untuk mengetahui
adanya pengalihan pekerjaan utama dari penyedia kepada pihak lain
(subkontraktor).

31

AUDIT PENGADAAN
JASA KONSULTANSI

KONSEPSI PENGADAAN JASA KONSULTANSI
32

Jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu di berbagai
bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware).
Penyediaan jasa konsultansi bisa dilakukan oleh perorangan atau badan usaha.
Contoh :
1. Jasa rekayasa (engineering);
2. Jasa perencanaan (planning), perancangan (design) dan pengawasan
(supervision) untuk pekerjaan konstruksi;
3. Jasa perencanaan (planning), perancangan (design) dan pengawasan
(supervision) untuk pekerjaan selain pekerjaan konstruksi, seperti
transportasi, pendidikan, kesehatan, kehutanan, perikanan, kelautan,
lingkungan hidup, kedirgantaraan, pengembangan usaha, perdagangan,
pengembangan SDM, pariwisata, pos dan telekomunikasi, pertanian,
perindustrian, pertambangan, dan energi;
4. Jasa keahlian profesi, seperti jasa penasehatan, jasa penilaian, jasa
pendampingan, bantuan teknis, konsultan manajemen, dan konsultan hukum;
5. Pekerjaan survei yang membutuhkan telaahan tenaga ahli.

KRITERIA PENGUJIAN KEWAJARAN

HARGA JASA KONSULTANSI

Biaya Langsung
Personil
• Maksimal 4,0
kali gaji dasar
bagi tenaga ahli
tetap dan 2,5
kali penghasilan
bagi tenaga ahli
tidak tetap
• Didukung
dengan audit
payroll dan
bukti pajak

Penugasan Tenaga
Ahli dan Pendukung
• 1 bulan dihitung
minimal 22 hari
kerja.
• 1 hari dihitung
minimal 8 jam
kerja

Biaya Langsung
non-Personil
• Dasar penilaian
kewajaran
adalah harga
pasar yang
berlaku
• At cost
(didukung bukti
pengeluaran)

Titik Kritis/Red Flag dalam Pengadaan
Jasa Konsultansi – Persiapan
34

Pnyusunan KAK

• Persyaratan kualifikasi TA terlalu tinggi/ rendah
• Ruang lingkup/hasil pekerjaan tidak jelas.
• Perhitungan kebutuhan tenaga ahli tidak didukung analisis memadai.

Dokumen Seleksi

• Persyaratan administrasi, teknis, dan biaya tidak lengkap.
• Jenis dan draft kontrak tidak dibuat.
• Sistem pengadaan tidak dijelaskan dalam dokumen seleksi.

RAB

Sistem
seleksi

Jadwal

• Tidak dilakukan survai harga pasar (BLNP  at cost)
• Tidak sesuai dengan kualifikasi tenaga ahli dan lingkup pekerjaan.

• Ketidaktepatan metode seleksi, pemasukan dokumen, evaluasi, dan
penentuan jenis kontrak.
• Terlalu pendek / tidak realistis.

Titik Kritis/Red Flag dalam Pengadaan
Jasa Konsultansi – Seleksi
35

1. Proses kualifikasi yang tidak benar dan hasilnya tidak disampaikan secara
lengkap di dalam pengumuman.
2. Adanya post bidding, yaitu menambah, mengganti, mengubah, dan/atau
mengurangi dokumen seleksi dan/atau dokumen penawaran oleh ULP
dan/atau peserta pengadaan setelah batas akhir pemasukan penawaran.
3. Kriteria evaluasi tidak jelas dan cenderung subyektif (contoh dalam menilai
metodologi kerja).
4. Negosiasi biaya khususnya biaya tenaga ahli tidak dilakukan sesuai
ketentuan.
5. Klarifikasi dan pembuktian kualifikasi:
 Tidak dilakukan sesuai ketentuan
 Terdapat rekayasa pengalaman kerja baik perusahaan ataupun
tenaga ahli.
 Metode kerja yang ditawarkan sekadar ada atau menjiplak

PKA PENGADAAN JASA KONSULTANSI
36

PKA pengadaan jasa konsultansi diarahkan pada aspek-aspek berikut:
 Aspek ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan yang
berlaku  format PKA pada Lampiran 2.
 Aspek kewajaran harga  format PKA pada Lampiran 3.
 Aspek pemanfaatan hasil  format PKA pada Lampiran 7.

PKA JASA KONSULTANSI MODIFIKASI
37

1.

Teliti apakah jasa konsultansi tersebut harus dilaksanakan oleh pihak
ketiga (tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh pengguna jasa).
2. Yakini bahwa pengadaan jasa konsultansi telah dilengkapi dengan
Kerangka Acuan Kerja (KAK). Teliti apakah:
 Persyaratan kualifikasi tenaga ahli telah sesuai dengan kebutuhannya
 Ruang lingkup dan hasil pekerjaan telah ditetapkan secara jelas/
spesifik.
 Perhitungan kebutuhan tenaga ahli (orang/bulan) didukung analisis
yang memadai.
 Kriteria evaluasi penawaran telah disampaikan kepada peserta.
3. Dapatkan kontrak pekerjaan konsultansi sejenis, lakukan perbandingan
mengenai kualifikasi tenaga ahli dan lamanya waktu yang diperlukan.
4. Lakukan penilaian terhadap kewajaran harga satuan tenaga ahli sesuai
kualifikasi dan lingkup pekerjaannya, antara lain mengacu pada kontrak
pekerjaan sejenis dan tarif yang ditetapkan asosiasi.

PKA JASA KONSULTANSI –
MODIFIKASI (2)
38

5.

6.

7.

8.

Dapatkan hasil evaluasi panitia/ULP atas proses seleksi jasa konsultansi
dan uji hasil penilaian tersebut apakah telah sesuai dengan kriteria
evaluasi yang telah ditetapkan dalam dokumen seleksi. Unsur-unsur pokok
yang dinilai adalah pengalaman, pendekatan dan metodologi, serta
kualifikasi tenaga ahli.
Yakini bahwa informasi yang tertera dalam curriculum vitae dan keaslian
ijasah pendidikan formal tenaga ahli, telah sesuai dengan kualifikasi
yang ditetapkan.
Periksa proses sebelum penetapan pemenang, apakah ada klarifikasi
dan negosiasi harga, lakukan pengujian terhadap proses tersebut
(bandingkan dengan berita acaranya) dan pastikan apakah telah sesuai
dengan ketentuan dan tidak ada indikasi KKN.
Teliti apakah proporsi jumlah biaya langsung non-personil untuk
pekerjaan konsultansi tidak melebihi 40% dari total biaya (terkecuali
pekerjaan pemetaan udara, survai lapangan, serta pengukuran dan
penyelidikan tanah).

PKA JASA KONSULTANSI –
MODIFIKASI (3)
39

9.
10.

11.
12.
13.

Periksa bukti realisasi pengeluaran biaya langsung non-personil (untuk
kontrak .
Teliti kontribusi tenaga ahli dan tenaga pendukung dalam pelaksanaan
pekerjaan sesuai keahliannya (antara lain kehadiran di lokasi pekerjaan,
kehadiran dalam rapat pelaksanaan pekerjaan, dan penyusunan laporan
progres pekerjaan).
Lakukan penelaahan hasil kerja tim teknis yang mengevaluasi laporan
hasil kegiatan dengan data hasil pelaksanaan kegiatan konsultansi.
Lakukan penilaian atas pemanfaatan output jasa konsultansi.
Buat simpulan hasil audit.

40

AUDIT PENGADAAN
JASA LAINNYA

Definisi dan Jenis Jasa Lainnya
41

Jasa lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan
keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa
konsultansi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan pengadaan barang. Contoh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

jasa boga (catering service);
jasa layanan kebersihan;
jasa penyedia tenaga kerja; jasa asuransi,
perbankan dan keuangan;
jasa layanan kesehatan, pendidikan,
pengembangan SDM, dan kependudukan;
jasa penerangan, iklan/reklame, film,
pemotretan;
jasa percetakan dan penjilidan;
jasa pemeliharaan/perbaikan;
jasa pembersihan, pengendalian hama (pest
control) dan fumigasi;
jasa pengepakan, pengangkutan, pengurusan
& penyampaian barang;

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

jasa penyewaan;
jasa penjahitan/konveksi;
jasa impor/ekspor;
jasa penulisan dan penerjemahan;
jasa penyelaman;
jasa akomodasi;
jasa angkutan penumpang;
jasa pelaksanaan transaksi instrumen
keuangan;
jasa penyelenggaraan acara;
jasa pengamanan;
jasa layanan internet;
jasa pos dan telekomunikasi;
jasa pengelolaan aset.

TATACARA PEMILIHAN PENYEDIA BARANG/
JASA LAINNYA
42

Pascakualifikasi
Pelelangan Umum

Prakualifikasi
Pengadaan
Barang/
Jasa Lainnya

Pelelangan
Sederhana

Penunjukan
Langsung
Pengadaan
Langsung
Kontes

Pascakualifikasi
Penanganan
Darurat

Metode satu sampul
dan evaluasi sistem
gugur
Metode dua sampul
dan evaluasi sistem
nilai dan sistim
penilaian biaya
selama umur ekonomis
Metode dua tahap
dan evaluasi sistem
nilai dan sistim
penilaian biaya
selama umur ekonomis
Metode satu sampul
dan evaluasi sistem
gugur

Bukan Penanganan
Darurat

Sumber: Diolah dari Perpres Nomor 54 Tahun 2010
jo. Perpres Nomor 70 Tahun 2012

Titik Kritis/Red Flag dalam Pengadaan
Jasa Lainnya
43

 Mengingat beragamnya jenis jasa lainnya, titik kritis yang terdapat pada
pelaksanaan PBJ pada Lampiran 1, seperti kemahalan harga, kualitas
yang lebih rendah, keterlambatan penerimaan jasa, dan sebagainya juga
dapat terjadi pada pengadaan jasa lainnya.
 Masalah kewajaran harga dan kualitas perlu diutamakan karena jasa
lainnya juga mencakup jenis pekerjaan yang sulit diukur kualitas dan
harga satuannya seperti pembuatan film, disain iklan/reklame, dan karya
seni lainnya.

PKA PENGADAAN JASA LAINNYA
44

PKA pengadaan jasa lainnya diarahkan pada aspek-aspek berikut:
 Aspek ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan yang
berlaku  format PKA pada Lampiran 2.
 Aspek kewajaran harga  format PKA pada Lampiran 3.
 Aspek ketepatan kualitas  format PKA pada Lampiran 4.
 Aspek ketepatan kuantitas  format PKA pada Lampiran 5.
 Aspek ketepatan waktu  format PKA pada Lampiran 6.
 Aspek pemanfaatan hasil  format PKA pada Lampiran 7.
Modifikasi PKA pengadaan jasa lainnya tersebut bisa dilakukan dengan
penekanan-penekanan pada pengujian prosedur pemilihan penyedia,
kesesuaian output/jasa (volume dan kualitas), kesesuaian spesifikasi,
kewajaran harga, dan pemanfaatan hasil.

PKA Pengadaan Jasa Lainnya –
Modifikasi
45

Penekanan:
Prosedur
Pemilihan
• Prosedur
pemilihan
sesuaian dgn
ketentuan

Output
• Fisik/layanan
jasa
ada/terjadi
dengan
volume dan
waktu serah
terima sesuai
kesepakatan
dalam kontrak

Spesifikasi
• Spesifikasi
teknis jasa
lainnya yang
diterima
sesuai
pesanan

Harga

Pemanfaatan

• Harga/tarif
jasa lainnya
yang
diperoleh
adalah
harga/tarif
yang optimal
dan dapat
dipertanggungjawabkan

• Jasa lainnya
yang
diperoleh
benar-benar
dimanfaatkan
untuk
pelaksanaan
tugas pokok
dan fungsi
K/L/D/I sesuai
rencana dan
kebutuhan

Auditor melakukan pengujian atas hal-hal tersebut dan mengumpulkan bukti-bukti sebagai
pendukung keyakinan atas kesimpulan yang akan disusun dengan teknik audit seperti:
wawancara, pengamatan, tracing, analisis, konfirmasi, dan pengecekan/pengujian

46

AUDIT PENGADAAN
BARANG/JASA
SWAKELOLA

KONSEPSI PENGADAAN BARANG/JASA

SWAKELOLA
47

Definisi

• Kegiatan PBJ di mana pekerjaannya
direncanakan, dikerjakan, dan/atau
diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai
penanggung jawab anggaran, instansi
pemerintah lain, dan/atau kelompok
masyarakat.

Kriteria

• Pekerjaan tertentu yang telah diatur
dalam Perpres Nomor 70 tahun 2012
Pasal 26 ayat 2. Pekerjaan yang tidak
memenuhi kriteria pada pasal tersebut,
tidak boleh diadakan melalui
swakelola.

Dapat Di-Swakelola-kan
(Perpres 70/2012 Pasal 26 ayat 2)



48

Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau
memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia serta sesuai
dengan tugas pokok K/L/D/I.
• Contoh : bimbingan teknis, workshop, dan lain-lain.

Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi
langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh K/L/D/I.
• Contoh : perbaikan pintu irigasi/pintu pengendalian banjir, dan lain-lain.

Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau
pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa.
• Contoh : pemeliharaan rutin (skala kecil, sederhana), penanaman gebalan
rumput, dan lain-lain.

Dapat Di-Swakelola-kan
(Perpres 70/2012 Pasal 26 ayat 2)

⊕⊕

49

Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih
dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan
menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar
• Contoh : pengangkutan/ pengerukan sampah pada instalasi pompa, penimbunan
daerah rawa, dan lain-lain.

Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau
penyuluhan.
• Contoh : pelatihan keahlian/keterampilan, kursus pengadaan barang/jasa
pemerintah dan lain-lain.

Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat
khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat
dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.
• Contoh : prototype rumah tahan gempa, prototype sumur resapan, dan lain-lain.

Dapat Di-Swakelola-kan
(Perpres 70/2012 Pasal 26 ayat 2)

⊕⊕⊕

50

Pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah,
pengujian di laboratorium dan pengembangan sistem tertentu.
• Contoh : penyusunan/pengembangan peraturan perundang-undangan.

Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan.
• Contoh : pencetakan ijazah, pembangunan bangunan rahasia, dan lain-lain.

Pekerjaan industri kreatif, inovatif, dan budaya dalam negeri.
• Contoh : pembuatan film animasi, pembuatan permainan interaktif, dan lain-lain.

Penelitian dan pengembangan dalam negeri.
• Contoh : penelitian konstruksi tahan gempa.

Pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista dan
industri almatsus dalam negeri.
• Contoh : pengembangan senjata keperluan militer

TAHAPAN SWAKELOLA

• Terdapat 11 jenis
kegiatan pengadaan
barang/jasa yang
dapat di-swakelolakan
Identifikasi barang/jasa
yang dibutuhkan memenuhi
kriteria dapat diadakan
melalui swakelola

Penetapan pelaksana
swakelola
• K/L/D/I penanggung
jawab anggaran
• Instansi lain yang bukan
penanggung jawab
anggaran
• Kelompok masyarakat

• Perencanaan
• Pelaksanaan
• Pengawasan dan
evaluasi

Pelaksanaan
pengadaan

Titik Kritis/Red Flag dalam Pengadaan
Barang/Jasa Swakelola - Umum
52

1. Pekerjaan yang dilaksanakan tidak memenuhi kriteria sebagai
pekerjaan yang dapat dilakukan secara swakelola sesuai Perpres
Nomor 70 Tahun 2012 pasal 26 ayat 2.
2. Pekerjaan sulit dikendalikan karena tidak dibuatnya jadwal
pelaksanaan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan;
3. Tenaga ahli perseorangan yang digunakan melebihi 50% dari
jumlah keseluruhan pegawai K/L/D/I yang terlibat dalam
kegiatan swakelola;
4. Pelaksana swakelola tidak membuat laporan harian, laporan
mingguan dan laporan bulanan sebagai bentuk
pertanggungjawaban

Titik Kritis/Red Flag dalam Pengadaan
Barang/Jasa Swakelola - Pokmas
53

1. Proposal tidak dibuat dengan cermat/sekadar formalitas.
2. Eksistensi kelompok masyarakat diragukan.
3. Partisipasi masyarakat rendah.
4. Pekerjaan diborongkan ke pihak III.
5. Kualitas pekerjaan rendah.
6. Penyaluran dana tidak sesuai dengan prestasi pekerjaan.
7. Laporan kemajuan pekerjaan tidak sesuai kondisi riil.
8. Pelaksanaan pekerjaan menyimpang dari
proposal yang ada.

PKA PENGADAAN BARANG/JASA SWAKELOLA
54

PKA pengadaan barang/jasa swakelola diarahkan pada aspek-aspek
berikut:
 Aspek ketaatan terhadap ketentuan perundang-undangan yang
berlaku  format PKA pada Lampiran 2.
 Aspek kewajaran harga  format PKA pada Lampiran 3.
 Aspek ketepatan kualitas  format PKA pada Lampiran 4.
 Aspek ketepatan kuantitas  format PKA pada Lampiran 5.
 Aspek ketepatan waktu  format PKA pada Lampiran 6.
 Aspek pemanfaatan hasil  format PKA pada Lampiran 7.

PKA Pengadaan Barang/Jasa
Swakelola – Modifikasi
55

Penekanan: prosedur pengadaan
1. Identifikasi apakah pekerjaan pengadaan barang/jasa telah memenuhi ketentuan
untuk dilaksanakan secara swakelola (terdapat 11 kriteria sesuai pasal 26 ayat (2)
Perpres Nomor 70 Tahun 2012).
2. Identifikasi apakah pelaksanaan swakelola dengan menggunakan tenaga ahli
perseorangan dari luar tidak melebihi 50% dari tenaga sendiri.
3. Identifikasi apakah pelaksanaan swakelola dilaksanakan oleh penanggung jawab
anggaran, instansi pemerintah lain atau kelompok masyarakat pelaksana swakelola.
 Untuk pelaksanaan swakelola oleh penanggung jawab anggaran apakah telah
memenuhi ketentuan Lampiran Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012 Bab VIII Butir B.
 Untuk pelaksanaan swakelola oleh instansi pemerintah lain apakah telah memenuhi
ketentuan pada Lampiran Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012 Bab VIII Butir C dan
naskah kerja sama atau Nota Kesepahaman mengenai pelaksanaan pekerjaan
Swakelola.
 Untuk pelaksanaan swakelola oleh kelompok masyarakat apakah telah memenuhi
ketentuan pada Lampiran Perka LKPP Nomor 14 Tahun 2012 Bab VIII Butir D dan
pedoman/petunjuk teknis yang ditetapkan oleh instansi penanggung jawab
anggaran.

PKA Pengadaan Barang/Jasa
Swakelola – Modifikasi
56

Penekanan: prosedur pengadaan
4. Identifikasi apakah pelaksanaan swakelola telah dilaporkan secara berkala oleh
pelaksana lapangan/pelaksana swakelola kepada PPK.
5. Identifikasi apakah laporan kemajuan (realisasi fisik dan keuangan) telah
dilaporkan setiap bulan oleh PPK kepada Menteri/Kepala Lembaga/
Gubernur/Bupati/Walikota/Pejabat yang disamakan.
6. Identifikasi apakah setelah pelaksanaan pekerjaan Swakelola selesai 100%
(sasaran akhir pekerjaan telah tercapai), Ketua Tim Pelaksana telah menyerahkan
pekerjaan kepada PPK.
7. Identifikasi apakah PPK menyerahkan pekerjaan dan laporan pekerjaan selesai
kepada PA/KPA melalui Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan.
8. Untuk swakelola yang dilaksanakan instansi lain dan kelompok masyarakat, teliti
apakah setelah dilakukan penyerahan pekerjaan, dilanjutkan dengan proses
penyerahan aset sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

PKA Pengadaan Barang/Jasa
Swakelola – Pelaksana Pokmas
57

1. Dapatkan proposal kegiatan yang dibuat kelompok masyarakat (Pokmas).
Bandingkan kesesuaian proposal dengan ketentuan yang berlaku dan kebutuhan
masyarakat (kebutuhan masyarakat bisa diketahui dari observasi dan wawancara
kepada masyarakat).
2. Lakukan wawancara dengan perangkat pemerintahan setempat (lurah/camat)
dan anggota Pokmas mengenai eksistensi Pokmas. Identifikasi
keterlibatan/partisipasi masyarakat sesuai peran dalam keanggotaan Pokmas.
3. Lakukan pengamatan/wawancara/konfirmasi untuk meyakinkan bahwa
pelaksanaan pekerjaan dilakukan sendiri oleh Pokmas (tidak diborongkan kepada
pihak III).
4. Lakukan inventarisasi/opname untuk menilai kualitas hasil pekerjaan, kesesuaian
dengan item pekerjaan di proposal, dan kesesuaian penyelesaian pekerjaan
dengan laporan kemajuan.
5. Dapatkan rekening penampungan dana swakelola pada Pokmas. Bandingkan
tanggal penerimaan dana di buku rekening Pokmas dengan laporan pencairan
dana dari penanggung jawab anggaran serta bandingkan kesesuaian waktu
penerimaan dana dengan realisasi prestasi pekerjaan.

58

PELAPORAN HASIL
AUDIT PENGADAAN
BARANG/JASA

Kriteria LHA PBJ yang Baik
59

1. Tepat Waktu : memberikan informasi yang bermanfaat secara
2.
3.
4.
5.
6.
7.

maksimal pada waktunya.
Lengkap: memuat semua informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi
sasaran audit,
Akurat: bukti yang disajikan benar dan temuan itu disajikan dengan
tepat.
Obyektif: penyajian seluruh laporan harus seimbang dalam isi dan
redaksi
Meyakinkan: dapat menjawab sasaran audit, menyajikan temuan,
kesimpulan, dan rekomendasi yang logis.
Jelas: mudah dibaca dan dipahami
Ringkas: tidak lebih panjang daripada yang diperlukan untuk
menyampaikan dan mendukung pesan

Isi LHA PBJ
60

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Dasar melakukan audit.
Identifikasi auditi.
Tujuan/sasaran, lingkup, dan metodologi audit.
Pernyataan bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan standar
audit.
Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi.
Hasil audit berupa kesimpulan, temuan audit, dan rekomendasi.
Tanggapan dari pejabat auditi yang bertanggung jawab.
Pernyataan adanya keterbatasan dalam audit serta pihak-pihak
yang menerima laporan.
Pelaporan informasi rahasia apabila ada.

Format LHA
61

1. Bentuk Surat
 hasil audit tersebut tidak banyak temuan.
 informasi sangat dibutuhkan oleh para pemangku

kepentingan segera
 masih dalam proses pengadaan barang/jasa.
2. Bentuk Bab
 dijumpai banyak temuan atau
 diperlukan untuk menyampaikan informasi yang lebih
banyak sehingga perlu disusun sistematis dalam
bentuk bab.

Contoh Isi Laporan Audit PBJ
Bentuk Surat
62

KOP SURAT APIP
Yth. Kepala Satker ABC
Kementerian XYZ
di Jakarta
Kami telah melakukan audit tujuan tertentu atas pengadaan sistem informasi kepegawaian yang dibiayai dengan DIPA
Nomor: DIPA-0999.01-0/20X2 tanggal 31 Desember 20X1 pada Satker ABC Kementerian XYZ Tahun Anggaran 20X2.
Tujuan audit adalah menilai kegiatan pengadaan barang/jasa apakah telah sesuai dengan Perpres Nomor 54 Tahun
2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah jo. Perpres Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas
Perpres Nomor 54 Tahun 2010 dan telah dilaksanakan dengan ekonomis, efisien, dan efektif. Audit dilaksanakan sesuai
dengan Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, oleh karenanya meliputi penilaian atas sistem
pengendalian manajemen yang diterapkan pada kegiatan tersebut, penilaian dan pengumpulan bukti-bukti, dan
penilaian ketaatan kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kegiatan yang diaudit bertujuan menyediakan sistem informasi kepegawaian Kementerian XYZ. Kegiatan tersebut
diborongkan kepada dua penyedia dengan nilai Paket I (perangkat jaringan dan alat pengolah data) seharga Rp 7
miliar dan Paket II (software) seharga Rp 2,4 miliar. Pemilihan penyedia dilakukan dengan metode pelelangan umum.
Dari audit disimpulkan kegiatan pengadaan telah dilaksanakan dengan ekonomis dan efisien, serta taat pada ketentuan
PBJ, namun belum efektif berkaitan dengan kendala pemindahan data dari sistem lama ke sistem yang baru. Hal ini
disebabkan lemahnya perencanaan dan kurangnya keterlibatan end-user dalam proses pengembangan sistem.
Direkomendasikan kepada PA/KPA agar memanfaatkan masa pemeliharaan untuk memperbaiki protokol konversi data;
memberikan teguran kepada petugas perencanaan; serta memberikan pelatihan bagi para end user agar memiliki
kompetensi dan keahlian yang memadai untuk menjalankan sistem baru tersebut.
Atas perhatian dan kerjasama yang baik, kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 20 Desember 20X2
Irjen/Inspektur

Contoh Isi Laporan Audit PBJ
Bentuk Bab
63

Sampul Depan
Daftar Isi
Bagian Pertama : Simpulan Hasil Audit
Bagian Kedua : Uraian Hasil Audit
Bab I: Data Umum
1. Dasar audit
2. Tujuan/sasaran, lingkup, dan metodologi audit
3. Pernyataan bahwa audit dilaksanaan sesuai dengan standar audit
4. Kriteria yang digunakan
5. Identifikasi auditi
6. Pernyataan adanya keterbatasan dalam audit
7. Para pihak penerima laporan
8. Status dan tindak lanjut temuan hasil audit yang lalu
Bab II: Uraian Hasil Audit
1. Hasil audit (temuan hasil audit dengan format: kondisi, kriteria, sebab, akibat,
tanggapan auditi, dan rekomendasi).
2. Informasi rahasia (jika ada).
3. Simpulan dan perbaikan sistem pengendalian manajemen pengadaan barang/jasa.
Lampiran-lampiran

TAHAPAN PELAPORAN HASIL AUDIT

Finalisasi
Drafting

Dokumentasi
Kertas Kerja

SEKIAN – TERIMA KASIH