Permendag 20 tahun 2008

(1)

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2 0 / M-DAG/ PER/ 5 / 2 0 0 8

TENTANG

KETENTUAN EKSPOR PRODUK INDUSTRI KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa upaya unt uk mel ancarkan kegi at an ekspor produk indust ri kehut anan sebagaimana diat ur dal am Perat uran Ment eri Perdagangan Republ ik Indonesia Nomor 09/ M-DAG/ PER/ 2/ 2007 bel um dapat memenuhi sasaran;

b. bahwa krit eria t eknis yang digunakan unt uk menent ukan produk indust ri kehut anan t ert ent u yang dapat diekspor sebagaimana t ercant um dal am Perat uran Ment eri Perdagangan Republ ik Indonesia Nomor 09/ M-DAG/ PER/ 2/ 2007 dal am perkembangannya sudah t idak sesuai dengan kondisi yang ada sehingga harus diubah;

c. bahwa sehubungan dengan hal t ersebut dal am huruf a, dan huruf b, perl u mencabut Perat uran Ment eri Perdagangan Republ ik Indonesia Nomor 09/ M-DAG/ PER/ 2/ 2007 dan mengat ur kembal i ket ent uan dimaksud;

d. bahwa berdasarkan pert imbangan huruf a, huruf b dan huruf c di at as perl u menet apkan Perat uran Ment eri Perdagangan;

Mengingat : 1. Bedrij f sregl ement erings Ordonnant ie Tahun 1934 (St aat sbl ad 1938 Nomor 86);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 t ent ang Perindust rian (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3274);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 t ent ang Kepabeanan (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana t el ah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negar a Republ ik Indonesia Nomor 4661);

4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);

5. Perat uran Pemerint ah Republ ik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 t ent ang Tat a Hut an Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hut an, Sert a Pemanf aat an Hut an sebagaimana t el ah diubah t erakhir kal i dengan Perat uran Pemerint ah Republ ik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008;


(2)

6. Keput usan Presiden Republ ik Indonesia Nomor 260 Tahun 1967 t ent ang Penegasan Tugas dan Tanggung Jawab Ment eri Perdagangan Dal am Bidang Perdagangan Luar Negeri;

7. Keput usan Presiden Republ ik Indonesia Nomor 187/ M Tahun 2004 t ent ang Pembent ukan Kabinet Indonesia Bersat u sebagaimana t el ah diubah beberapa kal i t erakhir dengan Keput usan Presiden R. I Nomor 171/ M Tahun 2005;

8. Perat uran Presiden Republ ik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 t ent ang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tat a Kerj a Kement erian Negara Republ ik Indonesia sebagaimana t el ah diubah beberapa kal i t erakhir dengan Perat uran Presiden R. I Nomor 94 Tahun 2006;

9. Perat uran Presiden Republ ik Indonesia Nomor 10 Tahun 2005 t ent ang Unit Organisasi dan Tugas Esel on I Kement erian Negara Republ ik Indonesia sebagaimana t el ah diubah beberapa kal i t erakhir dengan Perat uran Presiden R. I Nomor 17 Tahun 2007;

10. Keput usan Ment eri Perindust rian dan Perdagangan Nomor 558/ MPP/ Kep/ 12/ 1998 t ent ang Ket ent uan Umum di Bidang Ekspor, sebagaimana t el ah beberapa kal i diubah t erakhir dengan Perat uran Ment eri Perdagangan Republ ik Indonesia Nomor 01/ M-DAG/ PER/ 1/ 2007;

11. Perat uran Ment eri Perdagangan Nomor 01/ M-DAG/ PER/ 3/ 2005 t ent ang Organisasi dan Tat a Kerj a Depart emen Perdagangan sebagaimana t el ah diubah beberapa kal i t erakhir dengan Perat uran Ment eri Perdagangan Nomor 34/ M-DAG PER/ 8/ 2007;

12. Perat uran Bersama Ment eri Perindust rian Republ ik Indonesia, Ment eri Perdagangan Republ ik Indonesia Dan Ment eri Kehut anan Republ ik Indonesia Nomor 08/ M-Ind/ PER/ 2/ 2006, Nomor 01/ M-DAG/ PER/ 2/ 2006 dan Nomor P. 08/ Menhut -VI/ 2006 Tent ang Pencabut an Keput usan Bersama Ment eri Kehut anan R. I dan Ment eri Perindust rian dan Perdagangan R. I. Nomor SK. 350/ Menhut –VI/ 2004 Dan Nomor 598/ MPP/ Kep/ 9/ 2004 Tent ang Larangan Ekspor Bant al an Rel Keret a Api Dari Kayu Dan Kayu Gergaj ian.

MEMUTUSKAN :

Mencabut : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/ M-DAG/ PER/ 2/ 2007 TANGGAL 14 PEBRUARI 2007 TENTANG KETENTUAN EKSPOR PRODUK INDUSTRI KEHUTANAN;

Menet apkan : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG KETENTUAN EKSPOR PRODUK INDUSTRI KEHUTANAN.

Pasal 1

Dal am Perat uran Ment eri ini yang dimaksud dengan :

1. Bant al an Rel Keret a Api dari kayu adal ah kayu yang digergaj i at au dibel ah membuj ur, irisan at au dikul it i, diket am at au t idak, diampel as at au t idak, dengan ket ebal an, l ebar dan panj ang t idak dibat asi dari semua j enis kayu yang masuk dal am Pos Tarif / HS. 4406.

2. Kayu Gergaj ian adal ah kayu yang digergaj i at au dibel ah memanj ang, diiris at au dikul it i, t idak diket am, t idak diampel as, t idak end-j oint ed dengan ket ebal an mel ebihi 6 mm yang masuk dal am Pos Tarif / HS. 4407.


(3)

Perat uran Ment eri Perdagangan R. I. Nomor : 20/ M-DAG/ PER/ 5/ 2008

3. Produk Indust ri Kehut anan adal ah produk kayu ol ahan dan t urunannya sert a barang j adi rot an sebagaimana t ercant um dal am Lampiran I Perat uran Ment eri ini.

4. Ment eri adal ah Ment eri Perdagangan.

5. Direkt ur Jenderal adal ah Direkt ur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Depart emen Perdagangan.

Pasal 2

Bant al an Rel Keret a Api Dari Kayu (yang t ermasuk HS. 4406) sebagaimana dimaksud dal am Pasal 1 angka 1, dan Kayu Gergaj ian (yang t ermasuk HS. 4407) sebagaimana dimaksud dal am Pasal 1 angka 2 dil arang diekspor.

Pasal 3

Produk Indust ri Kehut anan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 1 angka 3 diat ur ekspornya sesuai Perat uran Ment eri ini.

Pasal 4

(1) Produk Indust ri Kehut anan yang t ermasuk dal am kel ompok Ex HS. 4407, Ex HS. 4409, Ex HS. 4412, Ex HS. 4415, Ex HS. 4418 dan Ex HS. 9406 hanya dapat diekspor apabil a memenuhi krit eria t eknis sebagaimana t ercant um dal am Lampiran II Perat uran Ment eri ini.

(2) Khusus unt uk Produk Indust ri Kehut anan dari kayu kel apa dan kayu kel apa sawit dal am bent uk Surf ace Four Side (S4S) at au Pol e (olahan bul at hal us) dan ol ahan l anj ut annya dapat diekspor t anpa dikenakan pembat asan ukuran.

Pasal 5

(1) Ekspor Produk Indust ri Kehut anan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 1 angka 3 hanya dapat dil aksanakan ol eh perusahaan indust ri kehut anan yang t el ah diakui sebagai Eksport ir Terdaf t ar Produk Indust ri Kehut anan (ETPIK) oleh Direkt ur Jenderal.

(2) Perusahaan indust ri kehut anan yang dapat diakui sebagai ETPIK adal ah perusahaan indust ri kehut anan yang t el ah memil iki izin usaha indust ri yang dit erbit kan berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berl aku dan memenuhi persyarat an yang diat ur dal am Perat uran Ment eri ini.

Pasal 6

(1) Unt uk mendapat pengakuan sebagai ETPIK, perusahaan indust ri kehut anan harus mengaj ukan permohonan t ert ul is kepada Direkt ur Jenderal .

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dil engkapi dokumen sebagai berikut :

a. berit a acara pemeriksaan f isik indust ri dan rekomendasi dari inst ansi t eknis di daerah yang membina bidang indust ri kehut anan sesuai dengan ket ent uan yang berl aku;


(4)

b. f ot okopi Izin Usaha Indust ri (IUI) at au Tanda Daf t ar Indust ri (TDI); c. f ot okopi Tanda Daf t ar Perusahaan (TDP);

d. f ot okopi Nomor Pokok Waj ib Paj ak (NPWP); dan

e. f ot okopi akt e not aris pendirian perusahaan besert a perubahannya sesuai perat uran yang berlaku.

(3) Apabil a diperl ukan t erhadap pemohon ETPIK dapat dil akukan verif ikasi t ent ang keabsahan perusahaan yang mel iput i l okasi, dokumen/ perij inan yang dimil iki sesuai ket ent uan yang berl aku ol eh t im yang dit unj uk Direkt ur Jenderal .

(4) Direkt ur Jenderal menerbit kan perset uj uan at au penol akan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pal ing l ambat 10 (sepul uh) hari kerj a t erhit ung sej ak permohonan dit erima.

(5) Dal am hal t erj adi perubahan dat a yang t erdapat dal am dokumen dari perusahaan indust ri kehut anan yang t el ah mendapat pengakuan sebagai ETPIK, perusahaan waj ib mengaj ukan permohonan revisi ETPIK disert ai dengan dokumen perubahan dimaksud pal ing l ambat 60 (enam pul uh) hari kerj a set el ah perubahan dat a.

(6) Direkt ur Jenderal menerbit kan perset uj uan at au penol akan permohonan revisi ETPIK sebagaimana dimaksud pada ayat (5) pal ing l ambat 10 (sepul uh) hari kerj a t erhit ung sej ak permohonan dit erima.

Pasal 7

(1) Terhadap perusahaan yang t el ah mendapat pengakuan sebagai ETPIK dapat dil akukan verif ikasi yang mel iput i:

a. keabsahan dokumen yang dipersyarat kan pada saat permohonan ETPIK sebagaimana dimaksud dal am Pasal 6 ayat (2);

b. keberadaan perusahaan baik indust ri maupun kant or; dan

c. akt ivit as ekspor dan produksi sesuai dengan izin ETPIK yang dimil iki. (2) Verif ikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dil akukan ol eh pej abat dari Direkt orat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Depart emen Perdagangan, Direkt orat Jenderal Indust ri Agro dan Kimia Depart emen Perindust rian dan Direkt orat Jenderal Bina Produksi Kehut anan Depart emen Kehut anan secara berkoordinasi dan/ at au ol eh surveyor independen yang dit et apkan ol eh Ment eri.

(3) Hasil verif ikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit uangkan dal am bent uk Laporan Hasil Verif ikasi ETPIK.

(4) Laporan Hasil Verif ikasi ETPIK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Direkt ur Jenderal pal ing l ambat 30 (t iga pul uh) hari set el ah dilakukan verif ikasi.

(5) Tat a cara pel aksanaan verif ikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Direkt ur Jenderal .

Pasal 8

(1) Set iap ekspor produk indust ri kehut anan yang berbahan baku kayu ul i n harus memperol eh Surat Perset uj uan Ekspor (SPE) dari Direkt ur Jenderal set el ah mendapat kan rekomendasi dari Depart emen Kehut anan.

(2) Tat a cara mendapat kan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diat ur l ebih l anj ut ol eh Ment eri Kehut anan.


(5)

Perat uran Ment eri Perdagangan R. I. Nomor : 20/ M-DAG/ PER/ 5/ 2008

(3) Unt uk memperol eh SPE sebagaimana dimaksud pada ayat (1), perusahaan indust ri kehut anan yang t el ah diakui sebagai ETPIK harus mengaj ukan permohonan t ert ul is kepada Direkt ur Jenderal dengan mel ampirkan f ot okopi dokumen ETPIK dan rekomendasi dari Depart emen Kehut anan.

(4) Direkt ur Jenderal menerbit kan perset uj uan at au penol akan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) pal ing l ambat 10 (sepul uh) hari kerj a t erhit ung sej ak permohonan dit erima.

Pasal 9

(1) Ekspor Produk Indust ri Kehut anan yang t ermasuk dal am HS. 4407, HS. 4408, HS. 4409, HS. 4410, HS. 4411, HS. 4412, HS. 4413, HS. 4415, HS. 4418, Ex. HS. 4421. 90. 99. 00 (khusus paving bl ock dari kayu), HS. 9406. 00. 92. 00 harus mendapat kan pengesahan (endorsement ).

(2) Endorsement sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dil akukan ol eh l embaga independen yang dit et apkan ol eh Ment eri dengan memperhat ikan usul an dari Ment eri Kehut anan.

(3) Dokumen asl i at as endorsement sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai dokumen pel engkap pabean yang diwaj ibkan unt uk penyampaian pemberit ahuan pabean ekspor kepada kant or pabean. (4) Tat a cara pel aksanaan endorsement sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Direkt ur Jenderal .

(5) Lembaga independen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) waj ib mel aporkan pel aksanaan endorsement pal ing l ambat t anggal 15 (l ima bel as) pada bul an berikut nya kepada Ment eri, dal am hal ini Direkt ur Jenderal dan t embusannya kepada Direkt ur Jenderal Indust ri Agro dan Kimia, Depart emen Perindust rian dan Direkt ur Jenderal Bina Produksi Kehut anan, Depart emen Kehut anan.

(6) Pel aksanaan ekspor produk indust ri kehut anan yang t ermasuk dal am HS. 4408, HS. 4410 dan Ex HS. 4412 (khusus kayu l apis) dil aksanakan at as dasar Cost dan Freight (C&F), Cost Insurance and Freight (CIF) sert a pembayarannya dil akukan mel al ui l embaga perbankan.

Pasal 10

(1) Ekspor Produk Indust ri Kehut anan yang t ermasuk dal am kel ompok HS. 4407, HS. 4409, Ex HS. 4412 (khusus l aminat ed wood), Ex HS. 4418 (kecual i daun pint u dan daun j endel a) dan Ex HS. 9406 (khusus bangunan pref abrikasi dari kayu) hanya dapat dil akukan set el ah verif ikasi/ penel usuran t eknis sebel um muat barang.

(2) Verif ikasi/ penel usuran t eknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dil akukan ol eh surveyor independen yang dit et apkan ol eh Ment eri. (3) Surveyor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mempunyai

kemampuan t eknis dibidang verif ikasi Produk Indust ri Kehut anan sert a mempunyai j aringan pel ayanan yang l uas di wil ayah Indonesia.

(4) Biaya yang t imbul at as kegiat an verif ikasi/ penel usuran t eknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan kepada Pemerint ah. (5) Hasil verif ikasi/ penel usuran t eknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dit uangkan dal am bent uk Laporan Surveyor (LS) unt uk digunakan sebagai dokumen pel engkap pabean yang diwaj ibkan unt uk penyampaian pemberit ahuan pabean ekspor kepada kant or pabean.


(6)

(6) Laporan hasil verif ikasi/ penel usuran t eknis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) waj ib disampaikan ol eh surveyor pal ing l ambat t anggal 15 pada bul an berikut nya kepada Direkt ur Jenderal dengan t embusan kepada Direkt ur Jenderal Indust ri Agro dan Kimia, Depart emen Perindust rian dan Direkt ur Jenderal Bina Produksi Kehut anan Depart emen Kehut anan. (7) Tat a cara pel aksanaan verif ikasi/ penel usuran t eknis sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diat ur l ebih l anj ut dengan Perat uran Direkt ur Jenderal .

Pasal 11

(1) Perusahaan indust ri kehut anan yang t el ah diakui sebagai ETPIK sebagaimana dimaksud dal am Pasal 6 ayat (4) waj ib mel aporkan:

a. rencana dan real isasi produksi t ahunan; dan b. rencana dan real isasi ekspor t ahunan.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan pal ing l ambat akhir bul an Pebruari unt uk real isasi produksi dan ekspor t ahun sebel umnya, sert a rencana produksi dan ekspor t ahun berj al an dengan menggunakan f ormat l aporan sebagaimana t ercant um dal am Lampiran III, IV, V dan VI Perat uran Ment eri ini.

(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Direkt ur Jenderal dengan t embusan kepada Direkt ur Jenderal Indust ri Agro dan Kimia, Depart emen Perindust rian dan Direkt ur Jenderal Bina Produksi Kehut anan, Depart emen Kehut anan.

Pasal 12

Pengakuan sebagai ETPIK sebagaimana dimaksud dal am Pasal 6 ayat (4) dibekukan apabil a perusahaan indust ri pemegang ETPIK dan/ at au pengurus/ direksi perusahaan indust ri pemegang ETPIK:

a. t idak mel akukan kegiat an produksi dan ekspor dal am j angka wakt u 1 (sat u) t ahun;

b. t idak mel aksanakan kewaj iban sebagaimana dimaksud dal am Pasal 11 ayat (1) dal am j angka wakt u 1 (sat u) t ahun;

c. t idak mel aksanakan kewaj iban sebagaimana dimaksud dal am Pasal 6 ayat (5); at au

d. t idak menyampaikan dat a at au dokumen yang benar pada saat mengaj ukan permohonan ETPIK at au permohonan revisi ETPIK.

Pasal 13

(1) Pengakuan sebagai ETPIK yang t el ah dibekukan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 12 dapat diakt if kan kembal i apabil a perusahaan indust ri pemegang ETPIK dan/ at au pengurus/ direksi perusahaan indust ri pemegang ETPIK:

a. kembal i mel akukan kegiat an produksi dan akan mel aksanakan ekspor;

b. dal am wakt u kurang dari 30 (t iga pul uh) hari sej ak t anggal pembekuan t el ah mel aksanakan kewaj iban sebagaimana dimaksud dal am Pasal 11 ayat (1);

c. t el ah mel aksanakan kewaj iban sebagaimana dimaksud dal am Pasal 6 ayat (5); at au


(7)

Perat uran Ment eri Perdagangan R. I. Nomor : 20/ M-DAG/ PER/ 5/ 2008

d. t el ah menyampaikan perbaikan dat a at au dokumen permohonan at au revisi ETPIK sesuai dengan ket ent uan.

(2) Pengakt if an kembal i ETPIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dil akukan berdasarkan permohonan t ert ul is dari pengurus/ direksi perusahaan indust ri pemegang ETPIK kepada Direkt ur Jenderal .

(3) Pengakt if an kembal i ETPIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t idak dapat dil akukan apabil a dokumen yang disampaikan pada saat mengaj ukan permohonan at au revisi ETPIK t erbukt i pal su.

(4) Permohonan pengaj uan pengakt if an kembal i ETPIK dil engkapi dengan dokumen Izin Usaha Indust ri at au Tanda Daf t ar Indust ri, Tanda Daf t ar Perusahaan, Nomor Pokok Waj ib Paj ak dan akt e not aris perusahaan sert a mel ampirkan dokumen yang mendukung t erpenuhinya syarat -syarat pengakt if an kembal i sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 14

Pengakuan sebagai ETPIK sebagaimana dimaksud dal am Pasal 6 ayat (4) dicabut apabil a perusahaan indust ri pemegang ETPIK dan/ at au pengurus/ direksi perusahaan indust ri pemegang ETPIK:

a. t idak melaksanakan kewaj iban sebagaimana dimaksud dal am Pasal 6 ayat (5) at au Pasal 11 ayat (1) dal am j angka wakt u 30 (t iga pul uh) hari sej ak t anggal pembekuan;

b. t erbukt i mel akukan kegiat an yang t idak sesuai dengan perizinan yang dimil ikinya berdasarkan hasil verif ikasi sebagaimana dimaksud dal am Pasal 7 ayat (1);

c. dinyat akan bersal ah ol eh pengadil an at as t indak pidana yang berkait an dengan penyal ahgunaan ETPIK dan/ at au pel anggaran ket ent uan di bidang ekspor ol eh keput usan pengadil an yang mempunyai kekuat an hukum t et ap;

d. t el ah dil akukan pembekuan ETPIK sebanyak 2 (dua) kal i dan memenuhi al asan unt uk pembekuan kembal i; at au

e. t idak mengaj ukan pengakt if an kembal i t erhadap ETPIK yang t el ah dibekukan dal am j angka wakt u 1 (sat u) t ahun.

Pasal 15

(1) Pembekuan, pengakt if an dan pencabut an ETPIK sebagaimana dimaksud dal am Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 dil akukan ol eh Direkt ur Jenderal . (2) Direkt ur Jenderal menyampaikan surat pemberit ahuan pembekuan,

pengakt if an dan pencabut an ETPIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pemegang ETPIK dengan t embusan kepada Direkt ur Jenderal Bea dan Cukai Depart emen Keuangan, Direkt ur Jenderal Indust ri Agro dan Kimia Depart emen Perindust rian, Direkt ur Jenderal Bina Produksi Kehut anan Depart emen Kehut anan dan inst ansi t eknis di daerah yang membina bidang indust ri kehut anan.

Pasal 16

(1) Terhadap surveyor yang mel akukan pel anggaran t erhadap ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 10 ayat (6) dikenakan sanksi berupa pencabut an hak menerima imbal an j asa at as verif ikasi yang dilakukan pada bulan yang t idak dilaporkan.


(8)

(2) Terhadap l embaga independen sebagaimana dimaksud dal am Pasal 9 ayat (2) yang mel akukan pel anggaran t erhadap ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am Pasal 9 ayat (5) dan/ at au kewenangannya berdasarkan penugasan yang diberikan, dikenakan sanksi pencabut an sebagai l embaga independen pel aksana penerbit an endorsement .

Pasal 17

Terhadap ekspor produk indust ri kehut anan yang merupakan barang cont oh, bahan penel it ian dan barang keperl uan pameran ke l uar negeri dikecual ikan dari ket ent uan dal am Perat uran Ment eri ini set el ah mendapat perset uj uan Direkt ur Jenderal .

Pasal 18

Ket ent uan pel aksanaan Perat uran Ment eri ini dapat diat ur l ebih l anj ut ol eh Direkt ur Jenderal .

Pasal 19

Pengakuan sebagai ETPIK yang t el ah dit erbit kan sebel um dikel uarkan Perat uran Ment eri ini dinyat akan t et ap berl aku sepanj ang t idak bert ent angan dengan ket ent uan dal am Perat uran Ment eri ini.

Pasal 20

(1) Penet apan pengecual ian t erhadap kr it eria t eknis yang dikel uarkan berdasarkan Perat uran Ment eri Perdagangan Nomor 09/ M-DAG/ PER/ 2/ 2007 t ent ang Ket ent uan Ekspor Produk Indust ri Kehut anan dinyat akan t et ap berl aku sampai dengan bat as t anggal pengapal an t erakhir Produk Indust ri Kehut anan yang dit et apkan dal am penet apan t ersebut .

(2) Dal am hal penet apan pengecual ian t erhadap krit eria t eknis t idak dit et apkan masa berl akunya maka dinyat akan t et ap berl aku sampai dengan 2 (dua) bul an sej ak berl akunya Perat uran Ment eri ini.

Pasal 21

Perat uran Ment eri ini mul ai berl aku 2 (dua) bul an sej ak t anggal dit et apkan.

Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengumuman Perat uran Ment eri ini dengan menempat kannya dal am Berit a Negara Republ ik Indonesia.

Dit et apkan di Jakart a

pada t anggal 29 Mei 2008 MENTERI PERDAGANGAN R. I. ,

t t d MARI ELKA PANGESTU

Salinan sesuai dengan aslinya Sekretariat Jenderal Departemen Perdagangan

Kepala Biro Hukum,


(9)

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN R.I.

Nomor :

20/M-DAG/PER/5/2008

Tanggal

: 29 Mei 2008

1

Lampiran I

:

Produk Industri Kehutanan Wajib ETPIK.

2

Lampiran II

:

Kriteria

Teknis

Yang

Digunakan

Untuk

Menentukan Produk Industri Kehutanan Tertentu

Yang Dapat Diekspor.

3

Lampiran III

:

Laporan Rencana Produksi Tahunan.

4

Lampiran IV

:

Laporan Realisasi Produksi Per Semester.

5

Lampiran V

:

Laporan Rencana Ekspor Tahunan.

6

Lampiran VI

:

Laporan Realisasi Ekspor Per Semester.

MENTERI

PERDAGANGAN

R.I.

ttd

MARI ELKA PANGESTU

Salinan sesuai dengan aslinya

Sekretariat Jenderal Departemen Perdagangan

Kepala Biro Hukum,


(10)

PRODUK INDUSTRI KEHUTANAN WAJIB ETPIK

NO.

NOMOR

POS TARIF (HS) URAIAN BARANG

1 Ex. 4401 dan Ex. 4404

Serpih Kayu

2 Ex. 4407 kayu gergaj ian yang t elah diolah lebih lanj ut dengan merat akan keempat sisinya sehingga permukaannya menj adi rat a dan hal us dengan ket ebalan melebihi 6 mm (S4S)

3 Ex. 4407 kayu olahan yang diperoleh dengan menyambung kayu gergaj ian yang t elah dikeringkan dan diket am keempat sisinya set elah proses f inger j oint ed dengan ket ebalan melebihi 6 mm

4 4408 Lembaran kayu veneer (disambung maupun t idak) dan kayu lainnya digergaj i membuj ur, dibelah, at au dikulit i baik diket am, diampelas at au "end j oint ed" maupun t idak dengan ket ebalan t idak melebihi 6 mm. 5 4409 Kayu (t ermasuk j alur dan pot ongan unt uk lant ai

papan, t idak dipasang) dibent uk t idak t erput us (diberi lidah, diberi alur, t epinya dikorok, diberi lereng, diberi lidah dan alur, t epinya miring, berbent uk V, beaded, diberi pole bent ukan, dibundarkan at au semacam it u), sepanj ang t epi at au permukaannya, diket am maupun t idak diampelas at au "f inger-j oint ed".

6 4410 Papan part ikel dan papan semacam it u dari kayu at au bahan mengandung lignin lainnya, diaglomerasi dengan resin at au bahan perekat organik lainnya maupun t idak.

7 4411 Papan t erbuat dari serat kayu at au bahan mengandung lignin lainnya, direkat kan dengan resin, bahan organik lainnya maupun t idak.

8 4412 Kayu lapis, panel lapisan kayu dan kayu berlapis semacam it u.

9 4413. 00. 00. 00 Kayu dipadat kan berbent uk block, pelat , j alur at au prof il.

10 4414. 00. 00. 00 Bingkai kayu unt uk lukisan, f ot o, cermin, at au barang semacam it u.

11 4415 Pet i, kot ak, krat , drum dan pengemas semacam it u dari kayu, gelondong kabel dari kayu, palet kot ak dan papan unt uk muat an lainnya dari kayu, kerah palet dari kayu.

12 4416

Tahang, t ong, bej ana, pasu dan produk lainnya dari pembuat t ong/ pasu dan bagiannya dari kayu, t ermasuk papan lengkung unt uk t ahang.


(11)

Lampiran I Perat uran Ment eri Perdagangan R. I. Nomor : 20/ M-DAG/ PER/ 5/ 2008 Tanggal : 29 Mei 2008

NO.

NOMOR

POS TARIF (HS) URAIAN BARANG

13 4417

Perkakas, badan perkakas, pegangan perkakas, badan sapu at au sikat dan pegangannnya, dari kayu; acuan dan kelebut sepat u bot at au sepat u, dari kayu.

14 4418

Perabot dan bahan pembangun rumah dari kayu, t emasuk panil kayu selular, rakit an panel penut up l ant ai, at au sirap dan "shake".

15 4419. 00. 00. 00 Perangkat makan dan perangkat dapur dari kayu 16 4421. 90. 20. 00 Bat ang kayu korek api.

17 Ex. 4421. 90. 99. 00 Paving Blok dari kayu.

18 Kayu Cendana dan produk kayu Cendana.

19 4601. 22. 00. 00 Lampit dan Tirai dari rot an.

20 4602. 12. 00. 00 Keranj ang dan anyaman dari rot an. 21 9401. 51. 00. 10 Tempat duduk dari rot an.

22 9401. 61. 00. 00 Tempat duduk lainnya dengan rangka dari kayu, diberi lapisan penut up.

23 9401. 69. 00. 00 Lain-lain(Tempat duduk lainnya dengan rangka dari kayu t idak diberi lapisan penut up)

24 9403. 30. 00. 00 Perabot an kayu dari j enis yang digunakan di kant or. 25 9403. 40. 00. 00 Perabot an kayu dari j enis yang digunakan di dapur 26 9403. 50. 00. 00 Perabot an kayu dari j enis yang digunakan di kamar

t idur.

27 9403. 60. 00. 00 Perabot an kayu lainnya.

28 9403. 81. 00. 10 Perangkat kamar t idur, ruang makan at au ruang keluarga dari rot an.

29 9403. 90. 00. 00 Bagian Perabot an dari Kayu 30 9406. 00. 92. 00 Bangunan Pref abrikasi dari kayu


(12)

KRITERIA TEKNIS YANG DIGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN PRODUK INDUSTRI

KEHUTANAN TERTENTU YANG DAPAT DIEKSPOR

1. Ukuran dan tingkat olahan

a. Kayu olahan dalam bentuk S4S (surface four side) yang termasuk HS.4407:

Produk kayu olahan yang diratakan keempat sisinya sehingga permukaannya

menjadi rata dan halus.

- Berasal dari kayu merbau dengan ketentuan luas penampang tidak lebih dari

10.000 mm2.

- Berasal dari selain kayu merbau dengan ketentuan luas penampang tidak lebih

dari 4.000 mm2.

b. Kayu olahan dalam bentuk E2E atau E4E yang termasuk HS.4409:

Produk kayu olahan turunan dari S4S yang diberi sudut lengkung pada 2 (dua)

sudut (E2E) atau 4 (empat) sudut (E4E) dengan ketentuan sudut lengkung minimal

3 mm (R3).

- Berasal dari kayu merbau dengan ketentuan luas penampang tidak lebih dari

10.000 mm2.

- Berasal dari selain kayu merbau dengan ketentuan luas penampang tidak lebih

dari 4.000 mm2.

c. Finger Jointed yang termasuk HS.4407:

Produk kayu olahan yang dihasilkan dengan menyambung kayu gergajian yang

telah dikeringkan dan diketam keempat sisinya setelah proses finger jointed

dengan ketentuan panjang setiap keping yang disambungkan tidak lebih dari 1.000

mm.

d. Laminated Board (Jointed Board) yang termasuk HS.4412:

Produk kayu olahan yang dihasilkan dari penggabungan kepingan kayu kearah

penampang lebar dengan cara dikempa (di pres) menggunakan perekat, dengan

ketentuan luas penampang masing-masing keping tidak lebih dari 4.000 mm2.

e. Laminated Block yang termasuk HS.4412:

Produk kayu olahan yang dihasilkan dari penggabungan kepingan kayu kearah

penampang tebal dengan cara dikempa (di pres) menggunakan perekat, dengan

ketentuan luas penampang masing-masing keping tidak lebih dari 6.000 mm2

f.

Decorative Profile yang termasuk HS.4409:

Produk kayu olahan yang dihasilkan dengan membentuk kayu dengan mesin

moulder, sedemikian rupa sehingga menampilkan fungsi keindahan (fungsi

decorative) dan langsung dapat digunakan tanpa merubah bentuk, kecuali

memotongnya sesuai ukuran panjang yang diperlukan, dengan ketentuan sebagai

berikut :

1) Ukuran luas penampang tidak lebih dari 12.750 mm2;

2) Untuk Decorative Profile Muka lebar :

-

Decorative sekurang-kurangnya setengah (1/2) muka lebar pada satu sisi;

-

Tebal tidak lebih dari 25 mm, kedalaman decorative sekurang-kurangnya

3 mm;


(13)

Lampiran II Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 20/M-DAG/PER/5/2008 Tanggal : 29 Mei 2008

-

Tebal lebih dari 25 mm s/d 50 mm, kedalaman decorative

sekurang-kurangnya 6 mm;

-

Tebal lebih dari 50 mm, kedalaman decorative sekurang-kurangnya 10 mm.

3) Untuk Decorative Profile Muka tebal :

-

Decorative sekurang-kurangnya setengah (1/2) muka tebal pada satu sisi;

-

Lebar tidak lebih dari 50 mm, kedalaman decorative sekurang-kurangnya 3

mm;

-

Lebar lebih dari 50 mm s/d 80 mm, kedalaman decorative

sekurang-kurangnya 6 mm;

-

Lebar lebih dari 80 mm s/d 100 mm, kedalaman decorative

sekurang-kurangnya 15 mm;

-

Lebar lebih dari 100 mm, kedalaman decorative sekurang-kurangnya

20 mm.

Untuk Decorative Profile dengan ukuran luas penampang kurang dari 1.000 mm2

tidak terkena ketentuan ukuran dan kedalaman decorativenya.

Bila terdapat profil pada 2 (dua) sisi maka kedalaman profile merupakan

penjumlahan dari 2 (dua) sisi tersebut.

g. Kayu Profile untuk Kusen Pintu (Door Jamb) atau Kusen Jendela (Window

Jamb) yang termasuk HS.4409 :

Dengan ketentuan luas penampang tidak lebih dari 7.200 mm2

h. Kayu Profile untuk Rangka Pintu (Door Frame) atau Rangka Jendela (Window

Frame) yang termasuk HS.4409:

Dengan ketentuan sebagai berikut :

- Tebal tidak lebih dari 40 mm;

- Luas penampang tidak lebih dari 6.600 mm2.

i.

Wall Panel yang termasuk HS.4409:

Mempunyai ukuran tebal tidak lebih dari 20 mm dengan luas penampang tidak

lebih dari 4.000 mm2 dalam bentuk lidah dan alur (tongue and groove), alur dan

alur (groove and groove) atau shiplap, dengan ketentuan sebagai berikut:

- Lebar tidak lebih dari 50 mm mempunyai dalam alur dan tinggi lidah atau

shiplap sekurang-kurangnya 2 mm;

- Lebar lebih dari 50 mm s/d 100 mm mempunyai dalam alur dan tinggi lidah atau

shiplap sekurang-kurangnya 3 mm;

- Lebar lebih dari 100 mm mempunyai dalam alur dan tinggi lidah atau shiplap

sekurang-kurangnya 5 mm.


(14)

j.

Flooring yang termasuk HS.4409:

Mempunyai ukuran tebal tidak lebih dari 35 mm dengan luas penampang tidak

lebih dari 7.000 mm2 dalam bentuk lidah dan alur (tongue and groove), alur dan

alur (groove and groove) atau shiplap, dengan ketentuan sebagai berikut:

- Lebar tidak lebih dari 50 mm mempunyai dalam alur dan tinggi lidah atau

shiplap sekurang-kurangnya 2 mm;

- Lebar lebih dari 50 mm s/d 100 mm mempunyai dalam alur dan tinggi lidah atau

shiplap sekurang-kurangnya 3 mm;

- Lebar lebih dari 100 mm mempunyai dalam alur dan tinggi lidah atau shiplap

sekurang-kurangnya 5 mm.

k. Decking yang termasuk HS.4409:

Mempunyai ukuran tebal tidak lebih dari 45 mm dan luas penampang tidak lebih

dari 9.000 mm2, dengan ketentuan:

- Dari jenis kayu merbau, keruing, kempas, bangkirai, kapur, ulin dan balau;

- Tebal tidak lebih dari 20 mm mempunyai dalam reeded/ groove pada sisi lebar

sekurang-kurangnya 1,5 mm;

- Tebal lebih dari 20 mm s/d 35 mm mempunyai dalam reeded/ groove pada sisi

lebar sekurang-kurangnya 3 mm;

- Tebal lebih dari 35 mm s/d 45 mm mempunyai dalam reeded/ groove pada sisi

lebar sekurang-kurangnya 5 mm.

Bila terdapat reeded/groove pada 2 (dua) sisi maka kedalaman reeded/groove

merupakan penjumlahan dari 2 (dua) sisi tersebut.

Sekurang-kurangnya setengah permukaan lebar harus diberi reeded atau diberi 2

(dua) groove dengan jarak yang proporsional pada sepanjang kayunya.

l.

Flooring untuk Truck, Container, Ship Deck dan Wagon yang termasuk

HS.4409:

Dalam bentuk lidah dan alur (tongue and groove) atau shiplap, dengan ketentuan

sebagai berikut:

- Dari jenis kayu merbau, keruing, kempas dan bangkirai;

- Tebal tidak lebih dari 50 mm;

- Luas penampang tidak lebih dari 12.000 mm2;

- Dalam alur dan tinggi lidah dan kedalaman shiplap sekurang-kurangnya 5 mm.

Khusus pole, main sill, cross sill dan truck body harus disertai dengan gambar yang

memuat spesifikasi teknis secara lengkap (gambar set terpasang) dan harus

diekspor bersamaan dengan flooringnya.

m. Palet kotak dan palet papan (HS.4415):

Harus dalam bentuk terpasang.


(15)

Lampiran II Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 20/M-DAG/PER/5/2008 Tanggal : 29 Mei 2008

n. Elemen bangunan dari kayu yang merupakan unit kesatuan dari bangunan

(HS.4418):

Harus dalam bentuk set elemen bangunan disertai gambar yang memuat

spesifikasi teknis secara lengkap tanpa merubah bentuk dan memotongnya.

o. Bangunan Prefabrikasi dari kayu (HS.9406):

Harus dalam bentuk set bangunan prefabrikasi disertai dengan gambar yang

memuat spesifikasi teknis secara lengkap tanpa merubah bentuk dan

memotongnya.

p. Post dan Beam yang termasuk HS.4409:

Produk kayu olahan dalam bentuk E4E dan diberi reeded/groove, dengan

ketentuan sebagai berikut:

- Luas penampang tidak lebih dari 4.500 mm2 mempunyai reeded /groove pada 2

(dua) sisinya, dengan kedalaman pada masing-masing sisi sekurang-kurangnya

2 mm;

- Luas penampang tidak lebih dari 8.100 mm2 mempunyai reeded /groove pada 4

(empat) sisinya, dengan kedalaman pada masing-masing sisi

sekurang-kurangnya 2 mm;

- Luas penampang diatas 8.100 mm2 sampai dengan 14.400 mm2 mempunyai

reeded/groove pada 4 (empat) sisinya, dengan kedalaman pada masing-masing

sisi sekurang-kurangnya 4 mm.

q. Window Board yang termasuk HS.4409

Dengan ketentuan sebagai berikut:

- Salah satu sisi tebal diberi bentukan profile bullnose (lengkung setengah

lingkaran);

- Mempunyai ukuran tebal tidak lebih dari 30 mm;

- Luas penampang tidak lebih dari 7.800 mm2.

2.Toleransi ukuran dan kecacatan

a. Semua ukuran kayu olahan yang diekspor diberikan toleransi ukuran sebagai

berikut:

- Tebal tidak lebih dari 0,5 mm;

- Lebar tidak lebih dari 1 mm;

- Panjang tidak lebih dari 50 mm.

b. Cacat karena pengerjaan mesin ( machine – defect ) diperkenankan tidak lebih dari

5% dari jumlah volume yang diekspor.


(16)

LAPORAN RENCANA PRODUKSI TAHUNAN

TAHUN :

Nama Perusahaan

:

Nomor ETPIK

:

No.

Uraian Barang

Jumlah Barang

Jumlah

Satuan

TOTAL


(17)

Lampiran IV Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 20/M-DAG/PER/5/2008 Tanggal : 29 Mei 2008

LAPORAN REALISASI PRODUKSI TAHUNAN

TAHUN :

Nama Perusahaan

:

Nomor ETPIK

:

No.

Uraian Barang

Jumlah Barang

Jumlah

Satuan

TOTAL


(18)

LAPORAN RENCANA EKSPOR TAHUNAN

TAHUN :

Nama Perusahaan

:

Nomor ETPIK

:

No.

Pos Tarif

(HS)

Uraian Barang

Jumlah Barang

Negara

Tujuan

Jumlah

Satuan


(19)

Lampiran VI Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 20/M-DAG/PER/5/2008 Tanggal : 29 Mei 2008

LAPORAN REALISASI EKSPOR TAHUNAN

TAHUN :

Nama Perusahaan

:

Nomor ETPIK

:

No.

Pos Tarif

(HS)

Uraian Barang

Jumlah Barang

Nilai Barang

Negara

Tujuan

Jumlah Satuan Nilai MTU*)

TOTAL


(1)

Lampiran II Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 20/M-DAG/PER/5/2008 Tanggal : 29 Mei 2008

j. Flooring yang termasuk HS.4409:

Mempunyai ukuran tebal tidak lebih dari 35 mm dengan luas penampang tidak lebih dari 7.000 mm2 dalam bentuk lidah dan alur (tongue and groove), alur dan alur (groove and groove) atau shiplap, dengan ketentuan sebagai berikut:

- Lebar tidak lebih dari 50 mm mempunyai dalam alur dan tinggi lidah atau shiplap sekurang-kurangnya 2 mm;

- Lebar lebih dari 50 mm s/d 100 mm mempunyai dalam alur dan tinggi lidah atau shiplap sekurang-kurangnya 3 mm;

- Lebar lebih dari 100 mm mempunyai dalam alur dan tinggi lidah atau shiplap sekurang-kurangnya 5 mm.

k. Decking yang termasuk HS.4409:

Mempunyai ukuran tebal tidak lebih dari 45 mm dan luas penampang tidak lebih dari 9.000 mm2, dengan ketentuan:

- Dari jenis kayu merbau, keruing, kempas, bangkirai, kapur, ulin dan balau; - Tebal tidak lebih dari 20 mm mempunyai dalam reeded/ groove pada sisi lebar

sekurang-kurangnya 1,5 mm;

- Tebal lebih dari 20 mm s/d 35 mm mempunyai dalam reeded/ groove pada sisi lebar sekurang-kurangnya 3 mm;

- Tebal lebih dari 35 mm s/d 45 mm mempunyai dalam reeded/ groove pada sisi lebar sekurang-kurangnya 5 mm.

Bila terdapat reeded/groove pada 2 (dua) sisi maka kedalaman reeded/groove merupakan penjumlahan dari 2 (dua) sisi tersebut.

Sekurang-kurangnya setengah permukaan lebar harus diberi reeded atau diberi 2 (dua) groove dengan jarak yang proporsional pada sepanjang kayunya.

l. Flooring untuk Truck, Container, Ship Deck dan Wagon yang termasuk

HS.4409:

Dalam bentuk lidah dan alur (tongue and groove) atau shiplap, dengan ketentuan sebagai berikut:

- Dari jenis kayu merbau, keruing, kempas dan bangkirai; - Tebal tidak lebih dari 50 mm;

- Luas penampang tidak lebih dari 12.000 mm2;

- Dalam alur dan tinggi lidah dan kedalaman shiplap sekurang-kurangnya 5 mm. Khusus pole, main sill, cross sill dan truck body harus disertai dengan gambar yang memuat spesifikasi teknis secara lengkap (gambar set terpasang) dan harus diekspor bersamaan dengan flooringnya.

m. Palet kotak dan palet papan (HS.4415): Harus dalam bentuk terpasang.


(2)

Lampiran II Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 20/M-DAG/PER/5/2008 Tanggal : 29 Mei 2008

n. Elemen bangunan dari kayu yang merupakan unit kesatuan dari bangunan

(HS.4418):

Harus dalam bentuk set elemen bangunan disertai gambar yang memuat spesifikasi teknis secara lengkap tanpa merubah bentuk dan memotongnya.

o. Bangunan Prefabrikasi dari kayu (HS.9406):

Harus dalam bentuk set bangunan prefabrikasi disertai dengan gambar yang memuat spesifikasi teknis secara lengkap tanpa merubah bentuk dan memotongnya.

p. Post dan Beam yang termasuk HS.4409:

Produk kayu olahan dalam bentuk E4E dan diberi reeded/groove, dengan ketentuan sebagai berikut:

- Luas penampang tidak lebih dari 4.500 mm2 mempunyai reeded /groove pada 2 (dua) sisinya, dengan kedalaman pada masing-masing sisi sekurang-kurangnya 2 mm;

- Luas penampang tidak lebih dari 8.100 mm2 mempunyai reeded /groove pada 4 (empat) sisinya, dengan kedalaman pada masing-masing sisi sekurang-kurangnya 2 mm;

- Luas penampang diatas 8.100 mm2 sampai dengan 14.400 mm2 mempunyai reeded/groove pada 4 (empat) sisinya, dengan kedalaman pada masing-masing sisi sekurang-kurangnya 4 mm.

q. Window Board yang termasuk HS.4409 Dengan ketentuan sebagai berikut:

- Salah satu sisi tebal diberi bentukan profile bullnose (lengkung setengah lingkaran);

- Mempunyai ukuran tebal tidak lebih dari 30 mm; - Luas penampang tidak lebih dari 7.800 mm2.

2.Toleransi ukuran dan kecacatan

a. Semua ukuran kayu olahan yang diekspor diberikan toleransi ukuran sebagai berikut:

- Tebal tidak lebih dari 0,5 mm; - Lebar tidak lebih dari 1 mm; - Panjang tidak lebih dari 50 mm.

b. Cacat karena pengerjaan mesin ( machine – defect ) diperkenankan tidak lebih dari 5% dari jumlah volume yang diekspor.


(3)

Lampiran III Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 20/M-DAG/PER/5/2008 Tanggal : 29 Mei 2008

LAPORAN RENCANA PRODUKSI TAHUNAN TAHUN :

Nama Perusahaan :

Nomor ETPIK :

No. Uraian Barang Jumlah Barang

Jumlah Satuan

TOTAL


(4)

Lampiran IV Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 20/M-DAG/PER/5/2008 Tanggal : 29 Mei 2008

LAPORAN REALISASI PRODUKSI TAHUNAN TAHUN :

Nama Perusahaan :

Nomor ETPIK :

No. Uraian Barang Jumlah Barang

Jumlah Satuan

TOTAL


(5)

Lampiran V Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 20/M-DAG/PER/5/2008 Tanggal : 29 Mei 2008

LAPORAN RENCANA EKSPOR TAHUNAN TAHUN :

Nama Perusahaan :

Nomor ETPIK :

No. Pos Tarif (HS)

Uraian Barang Jumlah Barang Negara

Tujuan

Jumlah Satuan


(6)

Lampiran VI Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor : 20/M-DAG/PER/5/2008 Tanggal : 29 Mei 2008

LAPORAN REALISASI EKSPOR TAHUNAN TAHUN :

Nama Perusahaan :

Nomor ETPIK :

No.

Pos Tarif

(HS) Uraian Barang

Jumlah Barang Nilai Barang Negara Tujuan Jumlah Satuan Nilai MTU*)

TOTAL