Skripsi ini berjudul tinjauan hukum pidana islam terhadap tindak pidana pembunuhan berencana setelah mendapat pemaafan dari keluarga : studi kasus Putusan Pengadilan Negeri Lamongan Nomor Perkara: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg.

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK
PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA SETELAH
MENDAPAT PEMAAFAN DARI KELUARGA
(Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Lamongan Nomor Perkara:
186/Pid.B/2014/PN.Lmg)

SKRIPSI
Oleh:
M. Habibi Royi Kholiqunnur
NIM: C03213028

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Publik Islam
Prodi Hukum Pidana Islam
Surabaya
2017

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Tindak Pidana

Pembunuhan Berencana Setelah Mendapat Pemaafan dari Keluarga (Studi Kasus Putusan
Pengadilan Negeri Lamongan Nomor Perkara: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg. Adapun penelitian
ini bertujuan menjawab permasalahan tentang: 1). Bagaimana pertimbangan hakim
Pengadilan Negeri Lamongan dalam memutuskan perkara pidana pembunuhan berencana
setelah mendapat pemaafan dari keluarga Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg? 2). Bagaimana
tinjauan hukum pidana Islam terhadap pertimbangan hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri
Lamongan Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg tentang tindak pidana pembunuhan berencana
setelah mendapat pemaafan dari keluarga?
Guna menjawab permasalahan di atas, maka data penelitian ini dihimpun yang
kemudian disajikan dengan metode kualitatif dalam bentuk deskriptif dengan teknik studi
kepustakaan, dilakukan dengan mencari, mencatat, mengiventarisasi, menganalisasi, dan
mempelajari data-data yang berupa bahan-bahan pustaka yang diperoleh dari sumber primer
dan skunder kemudian dianalisis
Putusan hakim nomor perkara: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg yang mengadili perkara
dengan terdakwa bernama Darsan Bin Rakiman kepada saudara Upono terbukti bersalah
melakukan tindak pidana pasal 340 KUHP yaitu pembunuhan berencana dengan hukuman
pidana penjara 12 (dua belas) tahun. Dimana hakim mengambil pertimbangan bahwa
pertama, pelaku pernah berbuat salah kepada korban. Kedua, korban dan pelaku masih ada
hubungan saudara. Ketiga, keluarga korban memaafkan perbuatan pelaku. Dalam hukum
pidana Islam kejahatan ini masuk dalam kategori pembunuhan sengaja, hukumannya adalah

kisas. Akan tetapi, keluarga memaafkan perbuatan pelaku maka, hukuman kisas gugur
dengan sebab pemaafan dari keluarga, hukumannya adalah diat mugalladzah yang
dikhususkan pembayarannya oleh pelaku pembunuhan, dan dibayarkan secara kontan dengan
perincian 100 ekor unta. Apabila unta sulit untuk ditemukan maka, bisa diganti dengan emas,
perak, uang, baju dan lain-lain yang kadar nilainya disesuaikan dengan unta.
Masyarakat sebagai warga Negara yang mempunyai moral dan alat yang dapat
berperan aktif bagi Negara sebaiknya harus berfikir secara jernih sebelum bertindak agar
tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Sehingga mereka dapat melakukan
perbuatan-perbuatan yang dapat mencerminkan ketentraman dan kedamaian bagi setiap
orang tanpa adanya perbuatan-perbuatan yang merugikan orang lain bahkan dapat
membahayakan diri sendiri dan orang lain disekitarnya.

v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM ........ ....................................................................................


i

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iii
PENGESAHAN ..................................................................................................

iv

ABSTRAK ..........................................................................................................

v

KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ...............................................................................................

ix


MOTTO ..............................................................................................................

xi

DAFTAR ISI......... .............................................................................................. xii
DAFTAR TRANSLITERASI............................................................................. xiii

BAB I

:

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah .........................................

7


C. Rumusan Masalah .................................................................

9

D. Kajian Pustaka ......................................................................

9

E. Tujuan Penelitian .................................................................. 11
F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................... 12
G. Definisi Operasional ............................................................. 12
H. Metode Penelitian ................................................................. 13
I. Sistematika Pembahasan ....................................................... 18

BAB II

:

PEMBUNUHAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Pembunuhan........................................................ 20
B. Macam-Macam Pembunuhan ............................................... 21
x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

C. Unsur-Unsur Pembunuhan............................................ ........ 22
D. Sanksi Hukuman Pembunuhan......................... ................... 28

BAB III

:

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NOMOR:
186/PID.B/2014/PN.LMG TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA
SETELAH MENDAPAT PEMAAFAN DARI KELUARGA
A. Sekilas Tentang Pengadilan Negeri Lamongan .................. 41
B. Deskripsi Kasus .................................................................... 43
C. Dasar Hukum dan


Pertimbangan Hakim

Pengadilan Negeri

Lamongan dalam Putusan Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg
.............................................................................................. 46
D. Amar Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Lamongan
Nomor 186/Pid.B/2014/PN.Lm g ............................... 57

BAB IV

:

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NOMOR:
186/PID.B/2014/PN.LMG TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA
SETELAH MENDAPAT PEMAAFAN DARI KELUARGA DALAM
PRESPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM
A. Analisis Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Lamongan dalam
Memutuskan Perkara Pidana Pembunuhan Berencana Setelah
Mendapat Pemaafan dari Keluarga Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg

... ........................................................................................... 59
B. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Pertimbangan Hakim
Pengadilan Negeri Lamongan Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg
Tentang Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Setelah Mendapat
Pemaafan dari Keluarga ...................................................... 63

BAB V

:

PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 70
B. Saran ...................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

73

xi


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 74
.............................................................................................................................

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi ini, tingkat kejahatan dan kriminalitas semakin
meningkat mengikuti pertumbuhan ekonomi dan industri yang cukup
berkembang. Hal tersebut bisa dilihat di media cetak maupun elektronik yang
memberitakan mengenai maraknya kejahatan yang terjadi di Tanah Air, mulai
dari tindak pidana kekerasan, penipuan, pemerkosaan hingga pembunuhan,
sebagai suatu kenyataan sosial.
Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan
hukum yang mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi

barangsiapa melanggar larangan tersebut.

1

Sedangkan tindak pidana

pembunuhan sendiri adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang atau
beberapa orang yang mengakibatkan seseorang atau beberapa orang meninggal
dunia.
Pembunuhan yang direncanakan menurut R. Soesilo (1988:241)
mengatakan “direncanakan terlebih dahulu” Voorbedacbte yaitu, antara
timbulnya maksud untuk membunuh dengan pelaksanaannya itu masih ada
tempo waktu bagi si pembunuh untuk dengan tenang memikirkan misalnya,

1

.Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 54.

1


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

dengan cara bagaimanakah pembunuhan itu akan dilakukan dan sebenarnya
masih ada kesempatan untuk membatalkan niatnya, akan tetapi waktu itu
tidak digunakannya.2
Dalam hukum pidana Indonesia pembunuhan termasuk klasifikasi
kejahatan terhadap nyawa yang diatur mulai pasal 338 KUHP (Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana) sampai pasal 350 KUHP. Untuk lebih
khususnya perbuatan kejahatan tindak pidana pembunuhan berencana diatur
dalam pasal 340 yang berbunyi,
“Barang siapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas
nyawa orang lain, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur
hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 tahun”3.
Dalam kontek ini ada dua unsur yang pertama adalah unsur subjektif
yaitu dengan sengaja atau dengan rencana terlebih dahulu, yang kedua adalah
unsur objektif yaitu perbuatan itu sendiri (menghilangkan nyawa).4 Bentukbentuk pembunuhan ditentukan oleh niat atau maksud pembunuhnya.
Pembunuhan adakalanya terjadi karena disengaja oleh pelaku dan adakalanya
terjadi karena tidak disengaja.5
Pembunuhan di dalam Islam dibagi menjadi tiga kelompok antara lain:6

2

Efendi, Jonaedi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana, (Jakarta: Kencana, 2014), 110.
Moeljatno. KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, (Jakarta: PT Bina Aksara,1985), 147.
4
Efendi, Jonaedi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana …, 112.
5
Alie Yafie, dkk. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III. (Bogor: PT. Kharisma Ilmu), 272.
6
Jaih Mubarok, Enceng Arif Faisal, Kaidah-kaidah Jinayah (Asas-asas Hukum Pidana Islam),
(Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 9.
3

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

1. Pembunuhan sengaja (Qatl al-‘amd), antara lain yang dimaksud
pembunuhan ini adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang dengan tujuan untuk membunuh orang lain dengan
menggunakan alat yang dipandang layak untuk membunuh.
Sebagai contoh seseorang dengan dengan sengaja membunuh
oarang lain dengan pistol
2. Pembunuhan semi sengaja/ menyerupai disengaja (Qatl shibh al-

‘amd), yaitu perbuatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain dengan tujuan mendidik. Sebagai contoh guru
memukul penggaris kepada kaki seorang muridnya, tiba-tiba murid
yang dipukul tersebut meninggal dunia.
3. Pembunuhan tidak disengaja karena kesalahan/ tersalah (Qatl al-

khat}a’), dalam hal ini perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
dengan tidak ada unsur kesengajaan yang mengakibatkan orang
lain meninggal dunia. Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa
seseorang melakukan penebangan pohon yang kemudian pohon
tersebut tiba-tiba tumbang dan menimpa orang yang lewat lalu
meninggal dunia.

Hukum kisas didasarkan kepada firman Allah SWT dalam Q.S. AlBaqarah ayat 178-179:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

‫ا‬
‫اُْرُ اِ ُْْارُ اِلْ َعْب اد َوالْ َعْب ُُد َواأُنْثَى‬
ُ ‫اص ا‬
ُُ ‫ص‬
َُ ‫ين ءَ َامنُوا ُكتا‬
َُ ‫ََأَي َها الَ اذ‬
ْ ‫ف الْ َقْت لَى‬
َ ‫ب َعلَْي ُك ُُم الْق‬
ُ‫اِأُنْثَى فَ َم ُْن ُع اف َُي لَُهُ ام ُْن أ اَخ اُيه َش ْيءُ فَاتابَاعُ اِلْ َم ْع ُر ا‬
ُ‫ك ََْ افيف‬
َُ ‫وف َوأ ََداءُ إالَْي اُه ِاا ْح َسانُ َذلا‬
‫( ولَ ُك ُم ا ُ ا‬178) ُ‫ك فَلَُه ع َذابُ أَلايم‬
‫ا‬
‫ا‬
ُ‫اص َحيَاة‬
ُ‫ص ا‬
َ ُ َُ ‫م ُْن َربا ُك ُْم َوَر َْْةُ فَ َم اُن ْاعتَ َدى بَ ْع َُد ذَل‬
َ ‫ف الْق‬
ْ َ
(179) ‫اب لَ َعلَ ُك ُْم تَتَ ُقو َُن‬
ُ‫ُول اأَلْبَ ا‬
ُ ‫ََأ ا‬
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu kisas berkenaan
dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang
merdeka, hamba dengan hamba dan wanita dengan wanita. Maka
barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari saudaranya,
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi
maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.
(178) Dan dalam kisas itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu,
hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa. (179).7
Hukum pidana Islam adalah segala ketentuan hukum mengenai
tindak pidana atau perbuatan krminal yang dilakukan oleh orang-orang
mukalaf (orang yang dapat dibebani kewajiban), sebagai hasil dari suatu
pemahaman dalil-dalil hukum yang terperinci dari ayat-ayat al-Quran dan
Hadis.

8

Maksudnya

setiap perbuatan yang

dilakukan

setiap orang

mempunyai akibat hukum yang di mana hukum tersebut bersumber dari
ayat-ayat al-Quran dan Hadis.

7
8

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya, Jilid 1 (Jakarta: Widya cahaya, 2011), 27.
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), 13.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Jarimah kisas diartikan dengan menjatuhkan sanksi hukum kepada
pelaku tindak pidana sama persis dengan tindak pidana yang dilakukan nyawa
dengan nyawa dan anggota tubuh dengan anggota tubuh. 9 Dalam kasus di
bawah ini, di dalam hukum Islam sudah jelas bahwasannya hukum untuk
terdakwa adalah kisas. Namun bagi pembunuhan ada beberapa jenis sanksi,
yaitu: hukuman pokok, hukuman pengganti, dan hukuman tambahan.
Hukuman pokok pembunuh adalah kisas. Bila dimaafkan oleh keluarga
korban, maka hukuman penggantinya adalah diat. Akhirnya jika sanksi kisas
atau diat dimaafkan, maka hukuman penggantinya adalah takzir.10
Seperti contoh kasus yang dilakukan oleh Darsan Bin Rakiman, yang
telah melakukan tindak pidana pembunuhan dengan sengaja merampas nyawa
orang lain yaitu Upono, perbuatan terdakwa dilakukan dengan cara sebagai
berikut: pada hari kamis tanggal 1 Mei tahun 2008 sekitar pukul 20.00 WIB,
atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Mei 2008, bertempat di
rumah saksi Sumiati Dusun Podang Desa Karangkembang Kecamatan Babat
Lamongan. Awalnya terdakwa Darsan Bin Rakiman pada tahun 2007
berkenalan dengan saudari Iin Meirina (yang sekarang menjadi istrinya) di
Provinsi Irian Jaya, selanjutnya terdakwah Darsan Bin Rakiman mengatakan
akan menikahi saudari Iin Meirina melalui pamannya Sungkono, kemudian

9

Irfan,Nurul, Fiqih Jinayah (Jakarta: Pena Grafika, 2013), 4.
Jazuli, Fiqih Jinayah (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1997), 135-136.

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

memberitahu orang tua Iin Meirina dan menyetujui hubungan terdakwa
Darsan Bin Rakiman dengan Iin Meirina. Kemudian di dalam perjalanan
berpacaran terdakwa Darsan Bin Rakiman bermimpi buruk, kemudian
terdakwa bertanya kepada Iin Meirina, “Apakah kamu sudah tidak suci?” lalu
saudari Iin Meirina menjawab, “Memang sudah tidak suci”. (tidak perawan
lagi), selanjutnya terdakwa Darsan Bin Rakiman bertanya, “Siapa yang
menodai?” lalu saudari Iin Meirina menjawab yang menodai adalah pamannya
sendiri yang bernama korban Upono. Selanjutnya pada bulan April tahun 2008,
terdakwa Darsan Bin Rakiman pulang bersama saudari Iin Meirina ke Jawa
untuk melangsungkan pernikahan. Seminggu kemudian tepat pada tanggal 1
Mei tahun 2008 saat maghrib terdakwa mengambil sebilah celurit dan
diselipkan ke dalam celananya, kemudian terdakwa Darsan Bin Rakiman pergi
menuju rumah korban Upono di Dusun Podang Desa Karangkembang
Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan untuk membunuh korban. Dalam
kasus pembunuhan berencana ini keluarga (saksi) korban memaafkan
perbuatan terdakwa Darsan Bin Rakiman dalam putusan Pengadilan Negeri
Lamongan.
Dalam

putusan

Pengadilan

Negeri

Lamongan

Nomor:

186/Pdi.B/2014/Lmg, menyatakan bahwa Darsan Bin Rakiman telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “pembunuhan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

berencana” dan dijatuhkan hukuman pidana kepada Darsan Bin Rakiman,
dengan pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang tinjauan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana pembunuhan
yang dimaafkan oleh keluarga studi kasus putusan Pengadilan Negeri
Lamongan nomor perkara 186/Pid.B/2014/PN.Lmg, penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana landasan dan pertimbangan hakim Pengadilan
Negeri Lamongan dalam memutuskan perkara pidana pembunuhan berencana
setelah dimaafkan oleh keluarga, serta tinjauan hukum pidana Islam terhadap
putusan hakim tersebut.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
penulis mengidentifikasi permasalahan yang muncul di dalamnya, yaitu:
1. Pengertian tindak pidana pembunuhan berencana
2. Faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana berencana
3. Hukuman dan sanksi yang diberikan oleh hakim Pengadilan Negeri
Lamongan terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana setelah
dimaafkan oleh keluarga.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

4. Landasan dan pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Lamongan dalam
memutuskan perkara pidana pembunuhan berencana setelah dimaafkan
oleh keluarga Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg
5. Tinjauan hukum pidana islam terhadap Putusan Pengadilan Negeri
Lamongan Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg tentang tindak pidana
pembunuhan berencana setelah mendapat pemaafan dari keluarga.
6. Ketentuan hukuman mati bagi pelaku tindak pidana pembunuhan
berencana yang tertera dalam KUHP Pasal 340.
Dari beberapa identifikasi masalah di atas tersebut, perlu diperjelas
batasan-batasan atau ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam
penelititan ini, adapun batasan masalah dalam pembahasan ini yaitu:
1. Pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Lamongan dalam memutuskan
perkara pidana pembunuhan berencana setelah dimaafkan oleh keluarga
Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg.
2. Tinjauan hukum pidana Islam terhadap pertimbangan hakim dalam
Putusan Pengadilan Negeri Lamongan Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg
tentang tindak pidana pembunuhan berencana setelah mendapat pemaafan
dari keluarga.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Lamongan dalam
memutuskan perkara pidana pembunuhan berencana setelah mendapat
pemaafan dari keluarga Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg?
2. Bagaimana tinjauan Hukum Pidana Islam terhadap pertimbangan hakim
dalam

Putusan

Pengadilan

Negeri

Lamongan

Nomor:

186/Pid.B/2014/PN.Lmg tentang tindak pidana pembunuhan berencana
setelah mendapat pemaafan dari keluarga?

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah upaya untuk mengetahui penelitian yang pernah
dilakukan dan yang belum pernah telah diteliti, sehingga terlihat jelas bahwa
kajian ini bukan merupakan pengulangan atau duplikasi dari penelitian yang
pernah ada. Tujuannya adalah agar tidak ada duplikasi atau plagiat dalam
penelitian yang akan dilakukan.

11

Penelitian mengenai tindak pidana

pembunuhan berencana ini banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya. Tema
yang berkaitan diantaranya yaitu:
1. Skripsi yang berjudul “Analisis Aspek Kriminologi dalam Putusan
Pengadilan Negeri Mojokerto Nomor: 691/Pid.B/2006/PN.Mkrt Tentang
Pembunuhan Berencana ditinjau Dari Hukum Islam”, yang ditulis pada

11

Cholid Narbuko dan abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 3.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

tahun 2009 oleh Rizal Khalid Efendi.12 Perbedaan antara penelitian ini
dengan penelitian Rizal Khalid Efendi adalah penelitian ini diputus di
Pengadilan yang berbeda. penelitian Rizal Khalid Efendi diputus di
Pengadilan Negeri Mojokerto, sedangkan penelitian

ini diputus di

Pengadilan Negeri Lamongan. Dari segi persoalan berbeda, penelitian
Rizal Khalid Efendi lebih condong dalam membahas aspek kriminologi
tentang pembunuhan berencana, sedangkan penelitian ini lebih condong
ke aspek tinjauan hukum pidana Islam terhadap tindak pidana pembunuhan
berencana setelah mendapat pemaafan dari keluarga.
2. Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Turut
Serta Dalam Tindak Pidana Pembunuhan Berencana dan Pencurian dengan
Kekerasan Studi Putusan Nomor: 213PID.B2013PN.BKL”, yang ditulis
oleh Lindawati Eka Sahputri pada tahun 2016. 13 Perbedaan dengan
penelitian Lindawati Eka Sahputri adalah terletak dipelakunya. Penelitian
ini membahas hukuman yang dijatuhkan hakim kepada pelaku yang turut
serta secara langsung tindak pidana yang dilakukannya dan dalam
penelitian ini hanya satu terdakwa atau satu pelaku, sementara penelitian
Sahputri, Lindawati Eka membahas hukuman terhadap orang yang turut

12

Rizal Khalid Efendi, Analisis Aspek Krriminologi dalam Putusan Pengadilan Negeri Mojokerto No.
691/Pid.B/2006/PN.Mkrt Tentang Pembunuhan Berencana ditinjau Dari Hukum Islam (Skripsi---UIN
Sunan Ampel, Surabaya, 2009), 9.
13
Sahputri Lindawati Eka, Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Turut Serta Dalam Tindak
Pidana Pembunuhan Berencana dan Pencurian dan Kekerasan, (Skripsi---UIN Sunan Ampel
Surabaya), 11.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

serta membantu dalam tindak pidana secara tidak langsung. Adapun dari
keduanya sangatlah berbeda, pertama, dari bentuk perbuatan sudah
berbeda. Penelitian Lindawati Eka Sahputri lebih mengarah pembunuhan
berencana dan pencurian dengan kekerasan sedangkan penelitian ini
membahas tentang pembunuhan berencana yang dimaafkan oleh keluarga
korban. Kedua, dari segi hukuman yang didapat antara turut serta secara
langsung dan turut serta tidak langsung sudah pasti sangat berbeda.
Hukuman yang didapat turut serta tidak langsung adalah separuh dari
pelaku yang merencanakan dan berbuat langsung dalam tindak pidana
tersebut.

E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Lamongan
dalam memutuskan perkara pidana pembunuhan berencana setelah
dimaafkan oleh keluarga Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg.
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum pidana Islam terhadap pertimbangan
hakim

dalam

Putusan

Pengadilan

Negeri

Lamongan

Nomor:

186/Pid.B/2014/PN.Lmg tentang tindak pidana pembunuhan berencana
setelah mendapat pemaafan dari keluarga.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

F. Kegunaan Hasil Penelitian
Adapun kegunaan dari penulisan skripsi ini mencakup kegunaan
teoritis dan kegunaan praktis, yaitu :
1. Segi teoritis yaitu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan, pemikiran, dan pengetahuan bagi penelitian
selanjutnya serta dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang Hukum Pidana Islam pada program
studi Hukum Pidana Islam (Jinayah), jurusan Hukum Publik Islam,
Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Segi praktis yaitu diharapkan para akademisi dapat dijadikan rujukan
dalam berijtihad, juga sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas hukum
pidana, khususnya pada hakim, dalam pengambilan keputusan bila
nantinya menghadapi kasus yang serupa.

G. Definisi Operasional
Hukum pidana islam terdiri dari atas dua; pertama jarimah dan yang
kedua adalah jinayah. Dalam skripsi ini yang dipakai adalah hukum jinayah.
Jinayah sendiri adalah bentuk jamak dan plural dari jinayah menurut bahasa,
jinayah bermakna penganiayaan terhadap badan, harta, jiwa. Sedangkan
menurut istilah, jinayah pelanggaran terhadap badan di dalamnya diwajibkan
kisas atau diat. Jinayah juga bermakna sanksi-sanksi yang dijatuhkan atas

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

penganiayaan atas badan. Dengan demikian, tindak penganiayaan itu sendiri
dan sanksi yang dijatuhkan atas penganiayaan badan disebut jinayah
Jinayah secara garis besar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu
sebagai berikut:14
a. Jinayah terhadap jiwa, yaitu pelanggaran terhadap seseorang dengan
menghilangkan nyawa baik sengaja maupun tidak sengaja
b. Jinayah terhadap organ tubuh, yaitu pelanggaran terhadap seseorang
dengan merusak salah satu organ tubuhnya atau melukai salah satu
badannya, baik sengaja maupun tidak sengaja
1. Pembunuhan berencana setelah mendapat pemaafan dari keluarga Putusan
Pengadilan Negeri Lamongan Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg

H. Metode Penelitian
Metode merupakan cara

yang tepat untuk melakukan sesuatu

menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, dan
menganalisa suatu yang diteliti sampai menyusun laporan.15 Dalam hal ini
meliputi:

14

Kholid Syamsudi, “Fikih Jinayah”, http://www.academia.edu/11903280/JINAYAT, diakses pada
tanggal 20 maret 2017
15
Cholid Narbuko dan abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), 1.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

1. Data yang dikumpulkan
a. Salinan

putusan

Pengadilan

Negeri

Lamongan

Nomor:

186/Pid.B/2014/PN.Lmg.
b. Pandangan hukum pidan Islam terhadap tindak pidana pembunuhan
berencana setelah mendapat pemaafan dari keluarga Nomor:
186/Pid.B/2014/PN.Lmg.
2. Sumber data
a. Sumber primer
Sumber yang dibutuhkan untuk memperoleh data yang berkaitan
langsung dengan obyek penelitian. 16 Serta yang akan ditulis pada
bab III yaitu salinan putusan Pengadilan Negeri Lamongan Nomor:
186/Pid.B/2014/PN.Lmg
b. Sumber sekunder
Dalam penelitian ini adalah buku-buku yang ada kaitannya dengan
topik yang akan dibahas, meliputi: segala sumber yang memuat
informasi tentang objek penelitian di atas baik dari undang-undang,
buku, ensiklopedia, artikel dari internet dan lain sebagainya yang
terkait dengan masalah pembunuhan berencana setelah mendapat
pemaafan dari keluarga.
Diantaranya :

16

Restu Kartiko Widi, Asas Metodelogi Penelitian, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2010), 236

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

1) Abdurrahman al Maliki, Sistem Sanksi dalam Islam. Bogor:
Pustaka Thariqul Izzah, 2002
2) Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam Jakarta: Sinar
Grafika, 2004
3) Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Menurut Al-Quraan.
Jakarta: Diadit Media. 2007
4) Alie Yafie, dkk. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III. Bogor: PT.
Kharisma Ilmu,
5) Cholid Narbuko dan abu Achmadi. Metodologi Penelitian.
Jakarta: Bumi Aksara, 1997.
6) DJazuli. Fiqih Jinayah. Jakarta: PT Raja Grafindo, 1997
7) Efendi, Jonaedi. Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana.
Jakarta: Kencana, 2014.
8) Irfan, Nurul dan Masyrofah. Fiqih Jinayah. Jakarta: Pena Grafika,
2013.
9) Jaih Mubarok, Enceng Arif Faisal. Kaidah-Kaidah Jinayah (Asas-

Asas Hukum Pidana Islam). Bandung: Pustaka Bani Quraisy. 2004.
10) Makhrus Munajat, Dekonstruksi Hukum pidana Islam. (Depok:
Logung Pustaka, 2014) hal.
11) Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Rineka Cipta. 2008

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

12) Moeljatno. KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta:
PT Bina Aksara,1985
13) Rahman Abdur. Tindak Pidana dalam Syariat Islam. Jakarta: PT
Pineka Cipta. 1992
14) Saleh al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari . Jakarta: Gema Insani Press,
2005
15) Santoso Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam Jakarta: Gema
Insani Pres, 2003
16) Kementrian Agama RI. Al-Qur’an & Tafsirnya, Jilid 1 Jakarta:
Widya cahaya, 2011.
17) Zainuddin Ali. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2009
18) Zainuddin Ali. Hukum Pidana Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun teknik pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Dokumen
Mencari data dengan menelusuri serta mempelajari atas dokumen,
berkas atau buku sebagaimana disebutkan di atas yang ada
hubungannya dengan putusan Pengadilan Negeri Lamongan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

b. Pustaka
Teknik menggali data dengan cara menelaah buku-buku dan literaturliteratur. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data teori tentang
pembunuhan berencana yang dimaafkan oleh keluarga.
4. Teknik Pengolahan Data
Penulis akan memaparkan dan mendeskripsikan semua data yang
penulis dapatkan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Organizing, Suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan,
pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian.17

b. Editing, Kegiatan memperbaiki kualitas data (mentah) serta
menghilangkan keraguan akan kebenaran atau ketepatan data
tersebut.18
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dirumuskan seperti yang dibutuhkan oleh data.19 Teknik analisis
penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis dengan pola pikir
deduktif.

17

Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 66.
Ibid., 97.
19
Lexy J, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Hal. 248
18

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

a. Deskriptif analisis, yaitu dengan cara memaparkan dan menjelaskan
data apa adanya. Data tentang pembunuhan berencana setelah
mendapat pemaafan dari keluarga Putusan Pengadilan Negeri
Lamongan Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg, kemudian dianalisa
dengan menggunakn teori hukum pidana Islam tentang pembunuhan
berencana.
b. Deduktif, yaitu pola pikir yang berangkat dari variabel yang bersifat
umum dalam hal ini teori jinayah pembunuhan berencana, kemudian
diaplikasikan pada variabel khusus dalam hal ini dasar putusan hakim
dalam kasus pembunuhan berencana setelah mendapat pemaafan dari
keluarga.

I. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan skripsi tersusun dalam lima bab dan masing-masing
bab terdiri dari beberapa subbab pembahasan, hal ini dimaksudkan untuk
mempermudah dalam pemahaman serta penelaahan. Adapun sistematikanya
sebagai berikut:
Bab pertama memuat pendahuluan yang berisi tentang pendahuluan
yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah,
rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian,
definisi operasional, metode penelitian yang berisi data yang dikumpulkan,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

sumber data yang terdiri dari data primer dan sekunder, teknik pengumpulan
data, teknik pengolahan data, teknik analisis data, dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua membahas landasan teori tentang hukum pidana Islam
dalam hal ini adalah jinayah.
Bab ketiga mendiskripsikan kasus pembunuhan berencana setelah
mendapat pemaafan dari keluarga dalam putusan Pengadilan Negeri
Lamongan Nomor: 186/Pid.B/2014/PN.Lmg.
Bab keempat memuat analisis tentang pertimbangan hakim Pengadilan
Negeri Lamongan serta tinjauan hukum pidana Islam terhadap pertimbangan
hakim

dalam

Putusan

Pengadilan

Negeri

Lamongan

Nomor:

186/Pid.B/2014/PN.Lmg tentang pembunuhan berencana setelah mendapat
pemaafan dari keluarga.
Bab kelima merupakan bab terakhir yang menjadi penutup meliputi
kesimpulan dan saran dari penelitian ini serta yang terakhir adalah daftar
pustaka.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
PEMBUNUHAN DALAM HUKUM PIDANA ISLAM

A. Pengertian Pembunuhan
Pembunuhan dalam bahasa Indonesia diartikan dengan proses,
perbuatan, atau cara membunuh. Sedangkan pengertian membunuh adalah
mematikan; menghilangkan (menghabisi; mencabut) nyawa.1 Dalam bahasa
arab, pembunuhan disebut

‫ اَ لْ َقْتل‬berasal dari kata ‫ قَتَ َل‬yang sinonimnya ‫ت‬
َ ‫اَ َم‬

artinya mematikan.2 Dalam arti istilah, pembunuhan didefinisikan oleh
Wahbah Zuhaili yang mengutip pendapat Syarbini Khatib sebagai berikut.

ِ ‫اَ لْ َقْتل َو اْ لْ ِف ْعل ا لْم ْز ِ ق اَ ِى الْقاَ تِل لِلن ْف‬
‫س‬
Pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut
nyawa seseorang.3
Abdul Qadir Audah memberikan definisi pembunuhan sebagai berikut.

ِ ِ ِ ِ
ِِ
ِ ‫اْياَة اَي اَنه اِْز اَق رْؤح آد ِمي بِِفع ِل‬
‫آخ ِر‬
َ ْ
َ
َ ‫آدمي‬
ْ َْ ‫اَ لْ َقْتل َو ف ْعل م َن ا لْعبَاد تَزْول به‬
Pembunuhan adalah perbuatan manusia yang menghilangkan
kehidupan yakni pembunuhan itu adalah menghilangkan nyawa
manusia dengan sebab perbuatan mansia lain.4

1

Santoso Topo, Membumikan Hukum Pidana Islam (Jakarta: Gema Insani Pres, 2003), 34.
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), 136
3
Ibid., 137
4
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), 137

2

20

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwasannya pembunuhan
adalah perbuatan seseorang, terhadap orang lain yang mengakibatkan
hilangnya nyawa, baik perbuatan tersebut dilakukan dengan sengaja maupun
tidak sengaja.5 Dalam buku Hukum Pidana Islam karangan Zainuddin Ali
Pembunuhan adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dan/ atau
beberapa orang yang mengakibatkan seseorang dan/ atau beberapa orang
meninggal dunia.6

B. Macam-Macam Pembunuhan
Pembunuhan di dalam Islam dibagi menjadi tiga macam:7
1. Pembunuhan sengaja (Qatl al-‘amd).
Pembunuhan sengaja ini adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang dengan tujuan untuk membunuh orang lain dengan menggunakan
alat yang dipandang layak untuk membunuh.
2. Pembunuhan menyerupai sengaja (Qatl syibh al-‘amd).
Perbuatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang kepada orang lain
dengan tujuan mendidik. Sebagai contoh guru memukul penggaris kepada
kaki seorang muridnya, tiba-tiba murid yang dipukul tersebut meninggal
dunia.
5

Ibid., 137.
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), 24.
7
Jaih Mubarok, Enceng Arif Faisal, Kaidah-kaidah Jinayah (Asas-asas Hukum Pidana Islam),
(Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), 9.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

3. Pembunuhan karena kesalahan/ tersalah (Qatl al-khata’).
Perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan tidak ada unsur
kesengajaan yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia. Sebagai
contoh dapat dikemukakan bahwa seseorang melakukan penebangan pohon
yang kemudian pohon tersebut tiba-tiba tumbang dan menimpa orang yang
lewat lalu meninggal dunia.

C. Unsur-Unsur Pembunuhan
Dari definisi tiga di atas maka unsur-unsur pembunuhan disengaja,
pembunuhan menyerupai sengaja, dan pembunuhan tersalah/ karena
kesalahan adalah sebagai berikut:
1. Unsur-unsur pembunuhan sengaja.
a. Korban merupakan manusia hidup.8
Tindak pidana atas jiwa pada dasarnya adalah tindak pidana terhadap
manusia hidup. Karena itu, fukaha menamainya tindak pidana atas
jiwa. Untuk memastikan terjadinya tindak pidana, korban harus
berupa manusia yang masih hidup pada waktu terjadinya tindak
pidana. Barangsiapa membelah perut orang mati atau memisahkan
kepala dari jasadnya dengan maksud ingin membunuhnya, sedangkan
ia tidak mengerti bahwa orang tersebut sudah mati. Maka ia tidak

8

Alie Yafie, dkk. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III..., 184.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

diangap membunuh karena kematian tidak terjadi dari perbuatannya
dan perbuatannya dilakukan ketika korban sudah menjadi mayat.
Dengan demikian, pelaku tindak pidana tersebut tidak terkena
hukuman atas pembunuhan yang ia sengaja karena hal tersebut tidak
terjadi, tapi ia harus dikenai hukuman karena telah merusak
kehormatan orang mati.
b. Kematian adalah hasil dari perbuatan pelaku.9
Antara perbuatan dan kematian terdapat hubungan sebab akibat.
Yaitu bahwa kematian yang terjadi merupakan akibat dari perbuatan
yang dilakukan oleh pelaku. Jenis perbuatan yang dilakukan oleh
pelaku bisa bermacam-macam, seperti pemukulan, penembakan,
penusukan pembakaran, peracunan dan sebagainya. Sedangkan alat
yang digunakan adalah alat yang pada umumnya bisa mematikan
c. Pelaku tersebut menghendaki terjadinya kematian.10
Pembunuhan diangap sebagai pembunuhan sengaja apabila dalam diri
pelaku terdapat niat untuk membunuh korban, bukan hanya
kesengajan dalam perbuatannya saja. Niat untuk membunuh inilah
yang membedakan antara pembunuhan sengaja dengan pembunuhan
menyerupai sengaja. Pendapat ini dikemukaan oleh jumhur fukaha
yang terdiri atas imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad
9

Alie Yafie, dkk. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III..., 193.
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam..., 141

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

ibn hambal. Akan tetapi menurut Imam Malik, niat membunuh itu
tidak penting. Dalam pembunuhan sengaja yang penting adalah
apakah perbuatannya itu sengaja atau tidak. Apabila pelaku sengaja
melakukan pemukulan misalnya, meskipun tidak ada maksud untuk
membunuh

korban

maka

perbuatannya

itu

sudah

termasuk

pembunuhan sengaja. Dalam hal nini Imam Malik tidak mengenal
pembunuhan menyerupai sengaja. Oleh karena itu, menurut beliau
alat yang digunakan untuk membunuh tidak menjadi indikator untuk
pembunuhan sengaja. Walaupun alat yang digunakan itu pisau,
pistol, ranting, statusnya sama kalau perbuatannya sengaja dan
mengakibatkan kematian.
2. Unsur-Unsur Pembunuhan Menyerupai Sengaja.
a. Adanya perbuatan pelaku yang menyebabkan kematian.11
Untuk terpenuhinya unsur ini, disyaratkan bahwa pelaku melakukan
perbuatan yang mengakibatkan kematian korban, baik berupa
pemukulan, pelukaan, atau lainnya. Adapun alat atau cara yang
digunakan tidak tentu. Artinya, kadang-kadang bisa saja tanpa
mengunakan alat, seperti kayu, rotan, tongkat, batu, cambuk. Di
samping itu juga disyaratkan, korban yang dibunuh harus orang

11

Alie Yafie, dkk. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III..., 256.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Islam atau orang kafir yang mengadakan perjanjian keamanan
dengan negara Islam, seperti kafir dzimmi atau musta’man.
b. Adanya kesengajaan melakuan perbuatan.12
Dalam pembunuhan menyerupai sengaja disyaratkan adanya
kesengajaan dari pelaku untuk melakukan perbuatan yang kemudian
mengakibatkan

matinya

korban,

tetapi

bukan

kesengajaan

membunuh. Disinilah letak perbedaan antara pembunuhan sengaja
dengan pembunuhan menyerupai sengaja. Dalam pembunuhan
sengaja, niat untuk membunuh korban merupakan unsur yang sangat
penting, sementara dalam pembuuhan menyerupai sengaja, niat
untuk membunuh korban tidak ada. Akan tetapi, niat ini ada dalam
hati dan tidak dapat dilihat oleh mata maka indikatornya adalah alat
yang digunakan untuk membunuh korban, sebagaimana telah penulis
uraikan di atas.
c. Kematian adalah akibat perbuatan pelaku.13
Antara perbuatan pelaku dan kematian korban terdapat hubungan
sebab akibat. Yaitu bahwa kematian yang terjadi merupakan akibat
dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Apabila hubungan
tersebut terputus, artinya kematian disebabkan oleh hal lain, pelaku

12
13

Ibid., 260.
Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam..., 143.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

tidak diangap sebagai pembunuh, melainkan hanya sebagai pelaku
pemukulan atau pelukaan.
3. Unsur-unsur pembunuhan tersalah.
a. Perbuatan mengakibatkan kematian korban.14
Untuk terwujudnya tindak pidana pembunuhan karena kesalahan,
disyaratkan adanya perbuatan yang dilakukan oleh pelaku terhap
korban, baik ia menghendaki perbuatan tersebut maupun tidak.
Perbuatan tersebut tidak disyaratkan perbuatan tertentu, seperti
pelukan, melainkan perbuataan apa saja yang mengakibatkan
kematian, seperti membuang air panas, melempar batu, menggali
sumur, atau parit, dan sebagaianya.
Di samping itu, perbuatan tersebut tidak langsung (mubasyir) dan
bisa juga tidak langsung. (bittasabub). Contoh perbuatan langsung
seperti menembak kijang (binatang buruan) tetapi pelurunya
menyimpang mengenai orang. Contoh perbuatan secara tidak
langsung seperti seseorang menggali saluran air di tengah jalan
kemudian

mobil

lewat

pada

malam

hari

terjungkal

dan

penumpangnya ada yang mati.
Perbuatan tersebut bisa berupa positif bisa juga negatif. Contoh
perbuatan

14

positif

seperti

melempar

batu

dengan

maksud

Alie Yafie, dkk. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III..., 146.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

membuangnya, kemudian mengenai kepala orang lewat, sehingga
jatuh dan mati. Contoh perbuatan negatif seperti membiarkan
tembok yang sudah miring tanpa diperbaiki, kemudian tembok
tersebut roboh dan menimpa anak-anak yang sedang bermain sehinga
mereka mati.
Perbuatan tersebut disyaratkan mengakibatkan kematian, baik pada
saat itu maupun sesudahnya. Apabila korban tidak mati, tindak
pidana tersebut termasuk tindak pidana atas selain jiwa karena
kesalahan, bukan pembunuhan. Disamping itu, juga disyaratkan
korban harus orang yang dijamin keselamatannya (ma’shum ad-dam),
baik karena ia seorang muslim maupun kafir dzimmi atau

musta’man.
b. Perbuatan terjadi karena tersalah (keliru).15
Kekeliruan (al-khata’) merupakan unsur yang berlaku untuk semua
jarimah. Apabila unsur kekeliruan tidak terdapat maka tidak ada
hukuman bagi pelaku.
Unsur kekeliruan ini terdapat apabila dari suatu perbuatan timbul
akibat yang tidak dikehendaki oleh pelaku, baik perbuatanya itu
langsung maupun tidak langsung, dikehendaki pelaku ataupun tidak.
Dengan demikian, dalam pembunuhan karena kekeliruan, kematian

15

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam..., 147.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

terjadi sebagai akibat kelalaian pelaku atau karena kurang hatihatinya, atau karena perbuatan itu melanggar peraturan pemerintah.
Ketidak hati-hatian itu sendiri pada dasarnya tidak menyebabkan
adanya hukuman, kecuali apabila hal itu menimbulkan kerugian dari
pihak lain. Dengan demikian apabila terdapat kerugian (dharar) maka
terdaptlah pertangungjawaban dari kekeliruan, dan apabila tidak ada
kerugian (dharar), maka tidak ada pertanggungjawaban.
c. Adanya hubungan sebab akibat antara kekeliruan dan kematian.16
Untuk adanya pertanggungjawaban bagi pelaku dalam pembunuhan
karena kekeliruan, disyaratkan bahwa kematian merupakan akibat
dari kekeliruan tersebut. Artinya, kekeliruan (al-khatha’) merupakan
penyebab (illat) dan kematian tersebut. Dengan demikian, antara
kekeliruan dengan kematian terdapat hubungan sebab akibat. Apabila
hubungan tersebut terputus maka tidak ada pertangung jawaban bagi
pelaku.

D. Sanksi Hukuman Pembunuhan.
1. Hukuman pembunuhan sengaja.
a) Hukuman Kisas 17

16
17

Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam..., 147.
Ibid.,149.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Menurut istilah syara’, kisas adalah
adalah

memberikan

balasan

‫اَْ ِاِ ِِِثْ ِل فِ ْعلِ ِه‬
ْ ‫َُ َازاة‬

kepada

pelaku,

yang artinya

sesuai

dengan

perbuatannya.
Dalam redaksi yang berbeda, di dalam buku Hukum Pidana Islam
karangan Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Ibrahim Unais memberikan
definisi kisas sebagai berikut.

ِ
‫اَْا ِِ ِمثْ َل َما َج َن‬
ْ ‫صاص َو اَ ْن ي ْوقِ َع َعلَى‬
َ ‫اَلْق‬
Kisas adalah menjatuhkan hukuman kepada pelaku persis
seperti apa yang dilakukannya

‫َم ْن قَتَ َل َعا ِم ًدا فَه َوقَ َود‬
Barang siapa yang membunuh dengan sengaja, maka ia di
jatuhi al-qawad (kisas)18

Maka barang siapa membunuh seseorang dengan sengaja maka ia
harus dibunuh, pihak yang dibunuh (dalam hal ini wali korban)
berhak membunuh si pelaku meskipun membunuhnya menggunakan
alat apapun, tuna netra, miskin atau sebaliknya, penguasa ataupun
rakyat, kaya atau miskin, dan lain-lain. Tidak ada bedanya, apakah
pembunuhnya itu merdeka ataupun budak, laki-laki maupun
perempuan, jiwa harus dibalas dengan jiwa, tanpa memandang
seluruh predikat tadi.

18

Abdurrahman al Maliki, Sistem Sanksi dalam Islam (Bogor: Pustaka Thariqul Izzah,2002) hal. 144

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

b) Gugurnya kisas
Hukuman kisas dapat gugur karena ada salah satu dari empat sebab,
diantaranya:
1) Hilangnya objek kisas
Objek kisas dalam ttindak pidana pembunuhan adalah jiwa
(nyawa) pelaku pembunuh. Apabila objek kisas tidak ada, karena
pelaku meninggal dunia, dengan sendirinya hukuman kisas
menjadi gugur.19
2) Pemaafan atau pengampunan
Pemaafan atau pengampunan terhadap kisas dibolehkan menurut
kesepakatan para fuqaha, bahkan lebih utama dibandingkan
dengan pelaksanaannya. Hal ini didasarkan pada firman Allah.

ِ
ِ
ِ
‫اْر ِ ْْ ِر ِلْ َعْب ِد َوالْ َعْبد َواأنْثَى‬
ْ ‫صاص ِف الْ َقْت لَى‬
َ ‫ب َعلَْيكم الْق‬
َ ‫ََأَي َها الذ‬
َ ‫ين ءَ َامنوا كت‬

ِ
ِ
ِ
‫ك ََْ ِفيف‬
َ ‫ِِأنْثَى فَ َم ْن عف َي لَه ِم ْن أ َِخ ِيه َش ْيء فَاتِبَاع ِ لْ َم ْعروف َوأ ََداء إِلَْي ِه ِِِ ْح َسان َذل‬

ِ
ِ
ِ
ِ ‫ص‬
‫اص َحيَاة‬
َ ‫ِم ْن َربِك ْم َوَر َْْة فَ َم ِن ْاعتَ َدى بَ ْع َد َذل‬
َ ‫( َولَك ْم ِف الْق‬178) ‫ك فَلَه َع َذاب أَليم‬
ِ ‫َأ ِول اأَلْب‬
(179) ‫اب لَ َعلك ْم تَت قو َن‬
َ
َ
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu kisas
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka
dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan wanita
dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu
pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)
19

Alie Yafie, dkk. Ensiklopedi Hukum Pidana Islam III..., 256.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan
cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa
yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang
sangat pedih. (178)20
Pengampunan atau pemaafan menurut Imam Malik dan Imam
Abu Hanifah, sebagaimana dikutip oleh Abdul Qadir Audah
adalah pembebasan dari kisas, dan tidak otomatis mengakibatkan
hukuman

diat.

Menurut

mereka

untuk

tampilnya

diat

menggantikan kisas bukan dengan pengampunan atau pemaafan,
melainkan perdamaian (shulh). Dengan demikian, harus dengan
persetujuan ked

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis Pengaruh Pengangguran, Kemiskinan dan Fasilitas Kesehatan terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia di Kabupaten Jember Tahun 2004-2013

21 388 5

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BEBAS TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA KESUSILAAN DENGAN KORBAN ANAK (Putusan Nomor 24/Pid.Sus/A/2012/PN.Pso)

7 78 16

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA MEREK AIR MINUM MINERAL "AQUA-versus-INDOQUALITY" (Studi Putusan Mahkamah Agung RI No. 04.PK/N/HaKI/2004)

2 65 91

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147