Kemandirian petani tambak melalui ekonomi alternative: pendampingan pengelolaan hasil petani tambak di Desa Kedung Peluk, Candi Sidoarjo.

(1)

KEMANDIRIAN PETANI TAMBAK MELALUI EKONOMI ALTERNATIF (Pendampingan Pengelolaan Hasil Petani Tambak di Desa Kedung Peluk, Candi

Sidoarjo)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pengembangan Masyarakat Islam (S. Sos)

Oleh :

Septian Adi Nugroho NIM B02212024

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRACT

Pond farmers is a term for people living in coastal areas of ponds that are generally involved in livelihood activities for their families in the processing of ponds obtained. Tambak Farmers in Kedung Peluk Village, Sidoarjo Temple is generally famous for making processed fishpond like milkfish. Pond is the biggest asset for the people of Desa Kedung Peluk, SidoarjoTemple.

In this assistance using a strength-based approach or an asset-based approach, an asset-based approach incorporates new, more holistic and creative ways of looking at reality, such as viewing half-filled glasses; Appreciate what worked well in the past: and use what we have to get what we want. The approach diguanakan in mebangun awareness Kedung Village community using five steps, namely define, discovery, dream, design, and destiny.

With the fish processing as the utilization of assets owned by this community participate in managing the fish in the village Kedung Peluk. Daily management can produce the brains, presto, and fish chips on average spend about 20 kilos of fish for this processed product.

Keywords: Farm Farmers, Processing of Ponds, ABCD (Asset Based Community Development)


(7)

ABSTRAK

Petani tambak adalah suatu istilah untuk para masyarakat yang hidup di daerah pesisir tambak yang umumnya terlibat dalam aktivitas mencari nafkah untuk keluarganya dalam pengolahan hasil tambak yang didapat. Petani Tambak di Desa Kedung Peluk, Candi Sidoarjo umumnya terkenal dengan pembuatan olahan hasil tambak seperti ikan bandeng. Tambak merupakan aset terbesar bagi masyarakat Desa Kedung Peluk, Candi Sidoarjo.

Dalam pendampingan ini menggunakan pendekatan berbasis kekuatan atau pendekatan berbasis aset, pendekatan berbasis aset memasukkan cara pandang baru yang lebih holistik dan kreatif dalam melihat realitas, seperti: melihat gelas setengah penuh; mengapresiasi apa yang bekerja dengan baik di masa lampau: dan menggunakan apa yang kita mimiliki untuk mendapat apa yang kita inginkan. Adapun pendekatan yang diguanakan dalam mebangun kesadaran masyarakat Desa Kedung Peluk menggunakan lima langkah, yaitu define, discovery, dream, design, dan destiny.

Dengan adanya pengolahan ikan sebagai pemanfaatan aset yang dimiliki ini masyarakat ikut serta dalam mengelola hasil ikan yang ada di Desa Kedung Peluk. Pengelolah setiap hari dapat menghasilkan otak-otak, presto, dan kripik ikan rata-rata menghabiskan sekitar 20 kilo ikan untuk hasil olahan ini.

Kata Kunci :PetaniTambak, Pengolahan Hasil Tambak, ABCD (Asset Based Community Development)


(8)

DAFTAR ISI

COVER DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI...iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN...vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus dan Tujuan Pendampingan ... 3

C. Sistematika Pembahasan ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Perubahan Dalam Pendekatan Berbasis Aset ... 7

B. Kerangka Teori Dari Teori Perubahan Teori Perubahan ... 9

1. Keberlimphan Masa Kini ... 9


(9)

3. Proses Apresiatif ... 10

4. Pengecualian positif ... 11

5. Kontruksi sosial akan realitas ... 11

6. Hipotesis heliotropik ... 12

7. Dialog internal ... 12

8. Keterlibatan seluruh sistem ... 14

9. Teori naratif ... 14

C. Prinsip – Prinsip dalam Pendekatan Berbasis Kekuatan ... 14

D. Modal Sosial ... 17

E. Mengkomunikasikan ide danPrinsip – Prinsip Pendekatan Berbasis Aset dan Pengembangan Masyarakat ... 20

F. Pengembangan Masyarakat Islam Melalui Dakwah Bil Hal dalam Komunitas Petani tambak Kedung Peluk ... 21

BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN A. Pendekatan Yang Dilakukan Terhadap Masyarakat ... 25

B. Pembangunan Komunitas Berbasis Aset ... 29

C. Langkah – Langkah Pendekatan Berbasis Aset ... 30

1. Mempelajari dan Mengatur Skenario ... 30

2. Mengungkap Masa Lampau ... 33

3. Memimpikan masa depan ... 33

4. Memetakan aset ... 33

5. Perencanaan Aksi/ Mobilisasi Aset ... 35


(10)

BAB IV PROFIL DESA KEDUNG PELUK

A. Kondisi Geografis ... 38

B. Kondisi Demografis ... 42

C. Mata Pencaharin Masyarakat ... 44

D. Keagamaan Masyarakat Kedung Peluk ... 44

E. Pendidikan Masyarakat Kedung Peluk ... 46

F. Kesehatan Masyarakat Kedung Peluk ... 47

G. Adat Istiadat atau Budaya Masyarakat Kedung Peluk ... 49

BAB V PROSES PENDAMPINGAN ASET PETANI TAMBAK DESA KEDUNG PELUK A. Pra Pendampingan Petani Tambak ... 51

B. Pendampingan Komunitas ... 52

C. Menemukan Aset dan Potensi Masyarakat Kedung Peluk ... 57

BAB VI MENGEMBANGKAN ASET MENUMBUHKAN PERUBAHAN A. Aksi Pendampingan Masyarakat Petani Tambak ... 70

B. Perubahan Sosial Masyarakat ... 74

C. Meningkatkan Produk Pemasaran Melalui Media Online ... 77

BAB VII HASIL DAN REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET A. Kegunaan Praktis atau Empiris ... 86

B. Memulai dengan Pendekatan Berbasis Kekuatan ... 87


(11)

BAB VIII PENUTUP

A. Kesimpulan ... 90 B. Rekomendasi ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN - LAMPIRAN


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Desa Kedung Peluk merupakan salah satu desa yang mempunyai aset tambak yang ada di Candi Sidoarjo dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, dengan dikelolanya tambak di sekitar desa Kedung Peluk sebagai objek mata pencaharian yang mana didalamnya tak lepas dengan peran masyarakat dalam pengelolaannya. Pengelolaan tambak di desa Kedung Peluk pada dasarnya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang semakin meningkat saat ini. Manfaat yang dapat diperoleh dari pengelolaan tambak ini adalah melestarikan sumberdaya alam, melestarikan kerajinan lokal, dan meningkatkan pendapatan petani tambak atau masyarakat sekitar lokasi tambak ikan.

Pemberdayaan masyarakat umumnya dirancang dan dilaksanakan secara komprohensif. Meminjam definisi Asian Development Bank (ADB), kegiatan pembangunan termasuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dianggap bersifat komprohensif jika menampilkan lima karateristik yaitu berbasis lokal, beroriantasi pada peningkatan kesejahteraan, berbasis kemitraan, secara holistik dan berkelanjutan. 1

Pemberdayaan berbasis lokal jika perencanaan dan pelaksanaan dilakukan pada lokasi setempat dan melibatkan sumber daya lokal return tolocal resource

1

Dr. Thomas Suyatno, dkk, Kelembagaan Perbankan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,1988), hal, 104-106.


(13)

dan hasilnya pun dinikmati oleh masyarakat lokal. Dengan demikian, maka prinsip daya saing kompetitif. Program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis lokal tidak membuat penduduk lokal sekedar penonton dan pemerhati di luar sistem, tetapi melibatkan mereka dalam pembangunan itu sendiri. 2

Desa Kedung Peluk memiliki potensi tambak yang di kelolah oleh 114 petani dengan lahan seluas kurang lebih1.031.665 ha.3 Hasil dari petani tambak ini biasanya berupa macam-macam ikan, akan tetapi pada umumnya berupa ikan Mujair, Bandeng, Nila, Bawal, Udang Windu, ikan gabus dan masih banyak lainya. Tapi sangat disanyakan hasil dari tambak ini masih belum optimal karena langsung dijual kepada pengepul dan petani tambak hanya mendapat untung yang tidak begitu banyak. Maka perlu pendapingan untuk mengoptimalkan hasil tambak para petani.

Dalam pembangunan dan berkembangnya masyarakat tidak bisa dilihat sebagai sesuatu yang berjalan dengan sendirinya, atau bahkan sebagai pemberian dari sang pencipta saja. Karena masyarakat akan mengalami perkembangan, baik secara positif maupun negatif meskipun dipahami sebagai akibat dari adanya usaha-usaha yang dilakukan inisiatif masyarakat sendiri dengan sengaja dilakukan agar menjadi desa yang makmur. Dengan memanfaatkan hasil dari tambak tersebut para remaja mulai ikut serta dalam pengelolahaan tambak dan menjadikannya sebagai salah satu perekonomian masyarakat sekitar Desa Kedung Peluk.

2

Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal, 76.

3


(14)

Adapun yang menjadi ketertarikan penulis untuk meneliti lebih dalam berkaitan dengan pengembangan hasil tambak di desa Kedung Peluk sebagai pengembangan masyarakat. Peneliti berfokus pada pendampingan penguatan hasil petani tambak di desa Kedung Peluk untuk memajukan perekonomian masyarakat yang saat ini masih terbilang rendah.

B. Fokus dan Tujuan Pendampingan

Fokus pendampingan ini adalah meningkatkan ekonomi melalui hasil pengelolahan tambak. ABCD Aset Based Community Development dianggap cocok dalam membangun kemandirian kelompok petani tambak di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, karena dalam ABCD membangun kemandirian dapat didasari dari potensi dan aset yang telah dimiliki oleh setiap orang. Potensi dan aset tersebut yakni berupa apa yang ada (pengetahuan) di masyarakat, dan apa yang bisa di lakukan (keterampilan) di masyarakat.

Dalam proses pendampingan masyarakat diupayakan untuk mengenal dan mengolah aset yang dimiliki, dengan mengupayakan kemandirian melalui pemanfaatan potensi dan aset. Dengan bertujuan agar masyarakat di Desa Kedung Peluk menghasilkan perubahan.

Perubahan dilakukan supaya masyarakat yang bekerja di tambak serta melibatkan masyarakat sekitar, dapat mengolah hasil pengelolahan tambak ikan yang lebih optimal. Untuk dijadikan hasil tambak berupa masih mentah dan juga matang serta dijadikan oleh-oleh khas Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi kabupaten Sidoarjo.


(15)

C. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan skripsi ini untuk memudahkan pembahasan agar dapat diuraikan secara tepat, maka penyusun membagi rencana skripsi ini menjadi beberapa bagian bab. Adapun sistematika yang telah penulis susun adalah sebagaiberikut:

1. Bab I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang realita problematika yang ada di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo, yang diuraikan dalam latar belakang, fokus dan tujuan pendampingan dan sistematika pembahasan untuk membantu pembaca dalam memahami isi tulisan skripsi ini, dari per BAB nya.

2. Bab II : KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi penjelaskan tentang pembahasan prespektif teoritis dan konsep yang merupakan acuan pendampingan. Penulis dalam BAB ini memaparkan teori yang berkaitan dengan tema pendampingan yang telah dilakukan, yakni teori perubahan dalam pendekatan berbasis aset, serta dakwah bil sebagai wujud pemberdayaan. Bab ini berisi tentang teori yang dijabarkan oleh penulis, yang berhubungan dengan isi skripsi ini.

3. Bab III : METODELOGI PENDAMPINGAN

BAB ini berisi tentang metode apa yang akan digunakan untuk melakukan pendampingan. Membahas tentang pendekatan yang


(16)

digunakan, serta inkulturasi sebagai langkah sebelum memulai pendampingan.

4. Bab IV : PROFIL DESA KEDUNG PELUK

Pada bab ini tentang deskripsi lokasi pendampingan yang di ambil. Adapun deskripsi tersebut berisi uraian letak geografis Desa Kedung Peluk, kependudukan, sejarah desa, kondisi ekonomian, kondisi pendidikan masyarakat, kondisi sosial, serta pola agama dan budaya di Desa Kedung Peluk. Hal tersebut dapat berfungsi untuk mendukung tema yang diankat, serta melihat gambaran realitas yang terjadi di dalam obyek pendampingan.

5. Bab V : PROSES PENDAMPINGAN PETANI TAMBAK DI DESA

KEDUNG PELUK CANDI SIDOARJO

Bab ini memaparkan tentang proses – proses pengorganisiran pendampingan masyarakat yang telah dilakukan, mulai dari,

prapendampingan, mengungkap masa lalu (discovery),

memimpikan masa depan (dream), memetakan aset dan potensi masyarakat Desa Kedung Peluk, perancanaan aksi perubahan, serta proses aksi perubahan (destiny)


(17)

6. Bab VI : HASIL PENDAMPINGAN DAN ANALISIS PERUBAHAN

Bab ini berisi tentang hasil pendampingan dan analisis perubahan, apa yang dihasilkan para petani tambak di jabarkan dalam bab ini dan perubahan yang di hasilkan.

7. Bab VII : REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET

Pada bab ini fasilitator membuat sebuah catatan refleksi atas pendampingan yang telah dijalankan dari mulai awal hingga akhir dari proses pendampingan.

8. BAB VIII : PENUTUP

Bab terakhir ini berisi kesimpulan dan rekomendasi terhadap pihak-pihak terkait mengenai hasil pendampingan di lapangan.


(18)

BAB II

PENGEMBANGAN MASYARAKAT BERBASIS ASET ( KAJIAN PUSTAKA)

Teori pada dasarnya adalah petunjuk (guide) dalam melihat realitas di masyarakat. Teori dijadikan paradigma dan pola pikir dalam membedah suatu permasalahan di tengah masyarakat. Berbagai pendekatan dilakukan tentu saja tidak bisa jauh dari teori yang sedang di sediakan. Bagi fasilitator pendampingan tetap harus melihat kaidah yang ada, walaupun keadaan yang terjadi di lapangan kadang kala tidak terduga. Pendampingan ini menggunakan pendekatan teori Asset Based Community Development (ABCD), yang mengutamakan pemanfaatan aset danpotensi yang dimiliki masyarakat untuk kemudian digunakan sebagai bahan yang memberdayakan.

A. Teori Perubahan dalam Pendekatan Berbasis Aset

Pengembangan masyarakat ada dua pendekatan yaitu berbasis kelemahan dan pendekatan berbasis kekuatan. Pendekatan berbasis aset memasukan cara pandang baru yang lebih holistik dan kreatif dalam melihat realitas, seperti: melihat gelas setengah penuh ;mengapresiasi siapa yang bekerja dengan baik di masa lampau, dan menggunakan apa yang kita miliki untuk mendapat apa yang kita inginkan. Pendekatan ini lebih memilih cara pandang bahwa suatu masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dapat di berdayakan.

Pendekatan berbasis kekuatan melihat realitas dengan cara yang jauh lebih alami dan holistik. Kegiatan pembangunan harus ditetapkan dalam konteks organisme hidup yang memiliki sejarah dan aspirasi untuk masa depan yang lebih


(19)

baik. Selain menggunakan logika dan analisis, memori dan imajinasi juga penting di hidupkan dalam menciptakan perubahan. Proses perubahan adalah upaya bersengaja mengumpulkan apa yang memberi hidup di masalalu (memori) danapa yang memberi harapan untuk masa depan (imajinasi). Proses tersebut didasarkan pada apa yang sedang terjadi sekarang dan memobilisasi apa yang sudah ada sebagai potensi.3

Aset adalah segala sesuatu yang berharga, bernilai sebagai kekayaan atau perbendaharaan.Segala yang bernilai tersebut memiliki guna untuk memenuhi kebutuhan.4

Pendekatan berbasis aset membantu komunitas melihat kenyataan mereka dan kemungkinan perubahan secara berbeda. Mempromosikan perubahan fokus pada apa yang ingin mereka capai dan membantu mereka menemukan cara baru dan kreatif untuk mewujudkan visi mereka.5

Datangnya fasilitator pada komunitas mereka tidak hanya sekedar sebagai pengamat yang melihat keseharian mereka. Akan tetapi ikut berperan penting dalam mendorong kemandirian petani tambak di Desa Kedung Peluk dalam menemukan dan memanfaatkan potensi yang mereka miliki selama ini. Perlu di perhatikan dalam hal ini bukan fasilitator yang menjadi tokoh utama, akan tetapi masyarakatlah yang menjadi aktor penting untuk menuju perubahan yang diinginkan. Tugas fasilitator bagaimana membangun paradigma diantara mereka dan membangun komunitas mereka menjadi lebih baik.

3

Cristoper Dereau, 2013. Pembaruan dan kekuatan lokal untuk pembangunan. TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II 4

Agus Afandi,dkk,2014. Modul Participatory Action Research. Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel.Hal.308

5

Cristoper Dereau, 2013. Pembaruan dan kekuatan lokal untuk pembangunan. TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II.Hal.14


(20)

Jhon McKnight dan Jodi kreztmann mengambarkan „membangun

komunitas dari dalam keluar’ sebagai ’jalan untuk menemukan dan menggerakan

aset komunitas’. Dengan mempelajari bagaimana menemukan dan mendaftar aset komunitas dalam beberapa kategori tertentu (misalnya aset pribadi, aset asosiasi atau institusi), warga komunitas belajar melihat kenyataan mereka sebagai gelas yang setengah penuh. Sebelumnya, mereka melihat kebutuhan dan masalah, sekarang mereka lebih banyak melihat sumber daya dan kesempatan.6

Dorongan-dorongan perlu dilakukan agar mereka lebih mampu melihat potensi mereka ketimbang permasalahan hidup yang mereka hadapi selama ini.

B. Kerangka Teori dari Teori Perubahan

Dari teori perubahan ada beberapa kerangka dasar atau fondasi teori menjadi bagian dari teori perubahan bagi pendekatan berbasis kekuatan.

1. Keberlimpahan masa kini, setiap orang mempunyai kapasitas, kemampuan, bakat dan gagasan. Setiap kelompok mempunyai system dan sumber daya yang bisa di gunakan dan diadaptasi untuk proses perubahan. Begitu halnya yang terjadi di komunitas petani tambak, mereka mempunyai kapasitas, kemampuan, bakat dan gagasan yang mereka punya semua, tetapi komunitas petani tambak yang ada di Desa Kedung Peluk khususnya petani tambak. Komunitas petani tambak juga mempunyai sistem dan sumber daya yang digunakan dan di adaptasi untuk proses perubahan, supaya para petani tidak terjerat dalam katong-kantong kemiskinan.

6


(21)

2. Pembangunan “inside out” atau dari dalam keluar, perubahan yang bermakna dan berkelanjutan pada dasarnya bersumber dari dalam dan orang yang merasa yakin menapak menuju masa depan saat mereka bisa memanfaatkan kesuksesan masa lalunya. Masyarakat petani tambak mempunyai impian untuk menuju masa depannya supaya tidak terkurung lagi dalam kemiskinan, masyarakat petani tambak melakukan perubahan dan berkelanjutan untuk meraih masa depannya yang sukses tanpa harus mensejaterakan diri dari antara laki-laki dan perempuan. Seharusnya mereka bisa bekerja sama untuk menuju masa depan yang jauh lebih sukses lagi.

3. Proses apresiatif, setiap kelompok komunitas mempunyai pilihan untuk melihat realitas dari sisi negatif atau positif. Misalnya saja, saya melihat sebuah gelas sebagai setengah penuh setaengah kosong. pendekatan berbasis kekuatan menggunakan teori ini untuk menawarkan pandangan bahwa sementara selalu ada dua sisi untuk realitas apapun, tak terkecuali realitas yang ada di komunitas petani tambak. Selalu memusatkan pada dua sisi positif dan negatife akan memberi gambaran realitas yang lebih lengkap, tetapi memusatkan pada hal positif atau gelas yang setengah penuh kan lebih mungkin membantu masyarakat petani tambak di Desa Kedung Peluk untuk berubah. Pendekatan berbasis kekuatan bersengaja mengamati dan mendorong sisi realitas yang bisa di adaptasi pendekatan berbasis kekuatan melacak apa yang kita ingin kita lihat lebih banyak dan mengembangkan apa yang telah berhasil sejauh ini.7

7


(22)

4. Pengecualian positif, dalam setiap komunitas sering sekali ada sesuatu yang bekerja dengan baik dan seorang yang berhasil secara istimewah, kendati menggunakan sumber daya alam yang sama. Ini adalah prinsip yang mendasari teori positive devience, menurut teori ini titik mula adalah mencari dan menganalisis contoh-contoh mereka lebih berhasilmeski menggunakan sumber daya yang sama. Titik awal perubahan adalah mengamati prilaku yang patut di contoh.

5. Kontruksi sosial akan realitas, tidak ada situasi social yang telah di tentukan sebelumnya. Kita selalu mengkontruksikan sendiri realitas yang kita jalani apapun yang kita lakukan merupakan langkah pertama menuju apa yang kita wujudkan. Appreciative inquiry dan pendekatan berbasis aset beranjak dari teori ini. Pendekatan berbasis asset yang menyatakan bahwa kita bergerak menuju realitas yang kita paling menarik perhatian kita. Apa yang kita bicarakan menjadi fokus kita, dan apa yang kita inginkan sangat mungkin terwujud karena kita selalu menciptakan peluang dan membuat pilihan yang mewujudkannya. Bahkan apa yang ingin kita ketahui, dan saat kita mulai proses pencarian maka kita memulai proses perubahan. Jadi jika kita ingin perubahan positif maka kita harus mencari tahu tentang berbagai hal yang paling mungkin membuat perubahan itu terjadi, sama halnya dengan apa yang terjadi di komunitas petani tambak dan pengelolaan hasil tambak, jika komunitas tersebut ingin hasil perubahan yang positif maka masyarakat petani


(23)

tambak mencari tahu hal apa yang bisa merubah untuk menjadi yang lebih maju.8

6. Hipotesis heliotropik, sistem-sistem sosial berevolusi menuju gambaran yang paling positif yang mereka miliki tentang dirinya. Mungkin hal ini tidak di sadari atau didiskusikan secara terbuka maupun gambaran-gambaran itu menjelaskan alasan mengapa kita lakukan hal-hal tentu. Contoh paling baik dari hal ini ditemukan di biologi, benda hidup menuju sumber cahaya, dan mereka yang berkembang dengan cara-cara agar bisa lebih maksimal meraih cahaya tersebut. Hal ini menggunakan dengan menyatakan bahwa ketika gambaran masa depan kita positif, memberi semangat dan inklusif, maka kemungkinan besar kita akan lebih terlibat dan mempunyai energi yang lebih besar untuk mewujudkannya. Selalu penting untuk yakin perubahan yang di cari adalah gambaran realitas yang positif dan diinginkan, bukan suatau yang negatife atau tidak diinginkan. Komunitas petani tambak harus bisa meninggalakan sisi negative dan dan bisa mengembangkan sisi positif dengan realitas yang ada sekarang di masyarakat Kedung Peluk.

7. Dialog internal, mengukur dan memengaruhi bagaimana sebuah organisasi berfungsi dengan memperhatikannya dan mengubah dialog internal yang terjadi di dalam organisasi tersebut. Riset oleh profesor marical losada dan Barbara fredickson tentang organisasi dengan kinerja tinggi dan rendah memerlihatkan efek ini. Merekan memberikan beberapa bukti untuk menunjukan bahwa jika sebagian besar hubungan tersebut akan berkembang.

8


(24)

Akibatnya, jika dialog internal (atau percakapan antar anggota) positif, terbuka pada perubahan, dan kolabortaif maka organisasi itu akan lebih menjadi kuat. Mengambil dari teori ini dengan menyatakan bahwa jika suatu komunitas yang ada fokus kepada kekuatan dan kesuksesan maka kita bisa menemukan energi yang lebih besar untuk perubahan dan bisa menciptakan lingkungan yang mendukung terjadinya perubahan, itulah yang harus dilakukan oleh komunitas petani tambak.9

8. Keterlibatan seluruh sistem, cara berpikir sistem atau system thinking (bagaimana segala sesuatu bekerja dalam sistem atau saling terhubung, dengan masing-masing bagian saling memengaruhi dalam menentukan apa yang akan terjadi) diadaptasi untuk diterapkan pada system social dan organisasi oleh Peter Checkland, dan telah menjadi apa yang sekarang dikenal sebagai soft system methodology (SSM). Metodologi ini beranggapan bahwa sebuah organisasi atau kelompok yang bekerja menuju tujuan bersama dapat berubah dengan menemukan cara untuk memengaruhi bagian-bagian dalam rantai unit yang saling berinteraksi. AI mengunakan sebagian besar teori dibalik system thinking dan soft methodology (SSM) dengan menawarkan bahwa jika ingin melakukan perubahan seluruh sistem harus dilibatkan keseluruh organisasi dan mitranya, semua yang berhubungan dengan apa yang sedang diusahakan. 9. Teori naratif, penggunaan percakapan semi terstruktur makin sering

digunakan dan dilihat sebagai cara mendorong pemahaman dan fokus komunitas pada apa yang menjadi kepedulian bersama kelompok. Percakapan

9


(25)

merupakan bentuk lain mendorong bertutur cerita dalam format yang terlalu terstruktur. Percakapan adalah belajar mengidentifikasi apa yang dianggap penting lewat suasana terbuka dan tidak terlalu formal. Salah satu contoh adalah Word Café yang biasanya di pakai sebagai pertemuan kelompok yang sedang mencari arah, dan dijelaskan sebagai usaha interaksi pemikiran yang

„lewat percakapan tentang pertanyaan yang benar-benar penting’. Dalam melakukan wawancara atau percakapan yang jelas dan lugas untuk memahami fokus komunitas yang akan menjadi cerita pendampingan yang jelas dan baik.10

C. Prinsip-prinsip dalam pendekatan berbasis kekuatan

Cara lain memahami pendekatan berbasis aset adalah mempelajari prinsip-prinsip operasional yang secara konsisten ditemukan dalam aplikasi pendekatan berbasis aset .prinsip operasional digunakan untuk membantu kita memilih tindakan dengan lebih bersengaja karena tindakan-tindakan itu mewakili konsisten dalam kerangka kerja kegiatan kita. Prinsip-prinsip operasional di bawah ini di ambil berbagai tulisan tentang bagaimana dan mengapa orang menggunaka pendekatan berbasis aset. Tentunya dapat konsistensi dan tumpang tindih dengan berbagai teori perubahan yang telah dijelaskan sebelumnya.11

1. Prinsip kontruksionis, kata-kata menciptakan dunia ; makna diciptakansecara social lewat bahasa dan percakapan.

2. Prinsip simultan, proses bertanya akan menciptakan perubahan; begitu kita mengajukan pertanyaan, kita mulai menciptakan perubahan.

10

Ibid,Hal.67. 11


(26)

3. Prinsip puisi, kita bisa memilih apa yang ingin kita pelajari; organisasi, bagian buku yang terbuka, adalah sumber informasi dan pembelajaran yang tak ada habisnya.

4. Prinsip antisipasi, sistem manusia bergerak menuju gambar atau visualisasi yang dimiliki; apa menjadi pilihan untuk di pelajari mempunyai arti,. System social berevolusi kearah gambaran paling positif yang dimiliki tentang dirinya. 5. Prinsip positif, pertanyaan positif menghasilkan perubahan positif. Jika anda

mengubah dialog internal (apa yang dibicarakan orang-orang dalam sebuah organisasi), anda mengubah organisasi itu sendiri.12

6. Prinsip keutuhan, keutuhan menarik yang terbaik dari orang dan organisasi; membawa seluruh pemegang kepentingan dalam forum bersama yang mendorong kreativitas dan membangun kapasitas kolektif.

7. Prinsip bertindak, untuk benar-benar membuat perubahan, kita harus

“menjadi perubahan yang ingin kita lihat.”

8. Prinsip bebas memilih, orang akan bekerja lebih baik dan lebih berkomitmen ketika mereka punya kebebasan untuk memilih bagaimana dan apa yang ingin mereka kontribusikan.

9. Prinsip kelentingan, setiap individu, kelompok, atau institusi memiliki sesuatu yang telah member hidup di masa lalu dan beberapa aset yang mendukung mereka di masa sekarang. “Setiap komunitas mempunyai potensi

sumber daya lebih banyak daripada yang diketahui siapapun.”

12


(27)

10. Prinsip organik, semua yang hidup mempunyai cetak biru bagi kesuksesannya sendiri atau pengembangan diri yang tetulis di dalamnya. Yang diperlukan hanyalah lingkungan yang merawat dan mendukung.13

Pendekatan berbasis kekuatan melibatkan berbagai cara berpikir yang berbeda tentang realitas dan perubahan. Cara-cara berpikir ini terutama berkembang dari teori bahwa masa depan di bentuk oleh cara kita berpikir, berbicara dan bertindak sekarng. Semua yang kita katakan dan lakukan adalah langkah pertama menuju realitas masa depan. Perubahan positif lebih mungkin terjadi jika kita berfikir positif tentang masa depan dan berbicara dengan cara yang sudah merefleksikan masa depan yang ingin kita lihat.

Metode teoritis untuk perubahan dalam berfikir berbasis aset diambil dari alam dan cara lingkungan alam berubah secara organik dan berinteraksi secara

holistik. Berpikir kreatif, atau yang sering kadang disebut “otak kanan” sangat

berguna karena membantu kita mengaktifkan imajinasi dan membuka banyak kesempatan yang sebelumnya mungkin tidak akan terpikirkan.

Pemikiran ini mendorong kita melihat realitas dengan cara berbeda. Karena manusia, organisasi, dan komunitas tempat mereka berbeda pada dasarnya mampu secara inheren untuk bergerak maju menuju respon hidup yang lebih sesuai, maka perubahan dimulai saat dua orang atau lebih berkumpul untuk saling bertutur cerita dan berinteraksi dalam percakapan-percakapan yang kaya. Percakapan dan pendekatan naratif adalah alat paling fundamental untuk menciptakan perubahan sosial menurut cara berpikir berbasis aset dan apresiatif.

13


(28)

D. Modal Sosial

Modal sosial mengacu kepada hasil atau modal yang di dapatkan oleh masyarakat ketika dua atau lebih warganya bekerja untuk kebaikan bersama membantu warga lain tanpa tujuan mencari keuntungan. Modal sosial dalam konteks ini mengacu kepada aset yang didapat oleh sebuah komunitas ketika beberapa orang membentuk asosiasi atau kelompok untuk keswadayaan atau untuk kebaikan bersama. Modal sosial merupakan bagian penting dari pendekatan penghidupan berkelanjuttan.Namun demikian peran pentingnya sebagai aset pembangunan teridentifikasi lebih jelas pada pendekatan berbasis aset yang lebih baru.14

Modal sosial telah lebih banyak di teliti sejak Robert Putnam dalam studinya mengenai perbedaan regional kesejateraan ekonomi di italia utara mengidentifikasi hubungan antara kesejateraan ekonomi dan keanggotaan dalam asosiasi dan jaringan sosial (yang mewakili modal sosial dalam sebuah komunitas). Hasil risetnya menunjukan bagaimana kepercayaan dan kerja sama yang ditemukan dalam kelompok-kelompok swadaya atau kelompok social meningkatkan aliran informasi, mengembangkan potensi dari usaha-usaha individu dan kolektif, dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi lokal.

Modal sosial tidak mengacu kepada cara anggota sebuah keluarga saling membantu, tetap bisa berlaku pada komunitas-komunitas di unit kecil, lebih kecil dari desa, di Negara berkembang di mana banyak rumah tangga merupakan bagian dari sebuah keluarga besar atau memiliki hubungan keluarga. Putman, dan

14

Christoper Dureau, 2013. Pembaruan dan kekuatan lokal untuk pembangunan. TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II.Hal.45


(29)

beberapa tokoh lainnya yang kemudian menekuni bidang yang di peloporinya, mendeskripsikan modal sosial sebagai kumpulan :

1. Keyakinan (rasa saling percaya) antar anggota sebuah masyarakat atau komunitas tertentu.

2. Kelompok-kelompok dalam komunitas tersebut.

3. Norma sosial yang diterapkan dalam kelompok-kelompok tersebut. 4. Jejaring sosial atau relasi antar kelompok dan individu dalam kelompok.

5. Organisasi atau kelompok lebih formal yang bekerja untuk kebaikan bersama masyarakat lebih luas, tidak hanya anggotanya

Seluruh faktor ini membentuk interaksi para aktor dalam masyarakat atau komunitas dan dianggap sebagai aset individu dan kolektif untuk menciptakan kesejahteraan. Di antara para pelaku pendekatan berbasis aset, selain untuk keperluan bisnis dan pekerjaan, modal social atau kehidupan berasosiasi semakin dianggap sebagai „aset yang memberikan akses terhadap aset lainnya’. Hal ini di karenakan mereka yang secara sosial terkoneksi dalam hubungan kerja sama dan saling percaya memiliki jembatan atau gerbang menuju beraga aset berguna lainnya yang dimiliki orang lain dalam komunitas tersebut. Mereka yang tidak punya akses terhadap asosiasi sosial atau terisolasi secara sosial biasanya adalah yang paling miskin dan termajinalisasi dalam komunitas manapun.

Pengalaman menunjukan bahwa ketika ada komitmen kuat dalam sebuah masyarakaat untuk membangun dan mempertahankan modal sosial, maka komitmen untuk aksi bersama demi perubahan akan lebih mudah terjadi. Dengan demikian, membantu komunitas untuk lebih sadar akan modal sosial yang


(30)

dimilikinya (misalnya berbagai jenis asosiasi dan kelompok yang di anggotai warga) merupakan sebuah cara untuk membangun kapasitas mereka agar bekerjasama demi perubahan.

Beberapa penelita yang melanjutkan riset awal Robert putman menemukan bahwa perbedaan yang dinyatakanya antara modal sosial yang meningkat (yang bisa membuat kita bertahan hidup) dan modal sosial yang menjembatani (yang bisa membuat kita terhubung dengan berbagai jaringan untuk meningkatkan pilihan penghidupan) amat bermanfaat.Modal sosial yang menjembatani merupakan hubungan yang mereka miliki dengan kelompok dan institusi yang memiliki sumber daya di luar batasan tradisional keluarga atau komunitas mereka. Dalam pendekatan berbasis aset, modal sosial mengikat menjadi sumber inspirasi dan keyakinan tentang aksi kolektif. Sementara itu, modal sosial yang menjembatani merupakan cara bagi komunitas untuk memperkuat hubungan mereka dengan pemerintah lokal, organisasi masyarakat sipil, dan donor yang potensial. Beberapa penulis modern sekarng menyebut yang terakhir sebagai mengaitkan modal sosial. Mengaitkan modal sosial termasuk menjangkau keluar komunitas untuk membangun hubungan dengan kelompok-kelompok yang sama-sama terhubung dengan organisasi kunci, seperti depatermen pemerintah, tetapi belum tentu terkait satu sma lain.

Karena modal sosial dalam bentuk apapun adalah tentang membangun hubungan, dan membangun hubungan dalah faktor kunci untuk peningkatan kapasitas organisasi dan komunitas, maka modal sosial merupakan elemen kunci dalam seluruh kegiatan pembangunan di tingkat lokal. Asosiasi, kelompok, dan


(31)

jejaring sosial menyediakan hubungan dan pengalaman usaha kolektif bagi individu dan kebaikan bersama. Hal ini juga akan mengarah kepertumbuhan tingkat ekonomi lokal. Beberapa studi membuktikan bahwa ketika ada dukungan untuk modal sosial, terutama dalam konteks desentralisasi, maka hubungan kemitraan yang lebih efektif dengan pemerintah lokal dalam pengelolaan sumber daya lokal lebih mungkin terjadi.Ketika komunitas meningkatkan penggunaa modal sosial mereka, maka mereka juga memperkuat kapasitas mereka untuk mendapatkan respon yang lebih bagus dari pemerintah.

Di balik seluruh pendekatan berbasis aset, terdapat beragam asosiasi dan jejaringan sosial yang membentuk unsur-unsur kehidupan komunitas dan usaha bersama.Komunitas menunjukan kapasitas mereka sebagai warga dengan membuat perubahan melalui kehidupan mereka yang saling berhubungan.

E. Mengkomunikasikan Ide dan Prinsip-prinsip Pendekatan Berbasis Aset dan Pengembangan Masyarakat

Dalam mengkomunikasikan pendekatan berbasis aset dan pengembangan masyarakat untuk bekerja sama dalam pengembangan masyarakat ada vasilitas dan produktifitas , masyarakat bangga dengan apa yang bisa dilakukan dan tahu bagaimana cara supaya dapat menggunakan kekuatan dan aset yang ada pada masyarakat.

Daya tarik ABCD (Asset Based Community Development) dalam kesederhanaan itu, membuat masyarakat akam bergema dengan akal sehat dan dengan apa masyarakat berhasil, apa yang memotivasi, apa yang menginspirasi harapan. Katherine Gibson, menunjukan kesederhanaan itu dalam psikologi yang


(32)

kompleks. Selain pemahaman teoritis kritis apa yang salah pada dunia. ABCD

(Asset Based Community Development) bergantung pada “teori lemah”,

keterbukaan terhadap alternative dan kemungkinan beragam dan kemampuan untuk berkontribusi kepada masyarakat. Dengan cara yang positif, masyarakat akan lebih memahami apa yang akan di kerjakan.

Dalam praktek ABCD (Asset Based Community Development), harus mendorong perubahan mendasar dalam pola piker dan belajar pendekatan yang di gunakan dalam kebutuhan berbasis kekuatan. Kekuatan yang ada dalam diri masyarakat itu lah yang mendorong masyarakat melakukan perubahan.15

F. Pengembangan Masyarakat Islam menggunkan Dakwah Bil hal dalam Komunitas Petani Tambak Kedung Peluk

Pengembangan masyarakat Islam adalah susatu sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif modal pemecahan masalah umum pada bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan dalam perfektif Islam. Mentransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga, kolompok

usaha (jama’ah), dan masyarakat (ummah).16

Model empiris pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Manusia adalah makhluk sosial seperti yang diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:

15

Alison Mathie and Puntenney.2009.From Clients To Citizen. Northwestern University,USA 16

Nahih Machendrawaty, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal 29


(33)

   

 Artinya: Hay manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesengguhnya orang yang paling mulia diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.17

Kegiatan dakwah bil-hal lebih menekankan pada pengembangan

kehidupan dan penghidupan masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup yang lebih baik sesuai dengan tuntutan ajaran Islam. Dakwah bil-hal selain meningkatkan taraf hidup secara materi juga merupakan meningkatkan sumber daya manusia.Peningkatan sumber daya manusia biasanya disebut dengan pemberdayaan atau empowerment.

Pendampingan masyarakat desa Kedung Peluk merupakan salah satu dakwah bil-hal sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Pemikiran yang luas dan kritis dapat berguna menjadi sosial change. Perubahan sosial yang terjadi merupakan perubahan yang diawali dari masyarakat petani tambak untuk wilayah tersebut. Bagi masyarakat yang ingin merubah hidupnya yang aman, nyaman, tenang dan sejahtera itu semua tergantung mereka sendiri, mau berusaha dan bertindak.

Jika ingin meningkatkan taraf hidupnya dan membangun sosialnya, haruslah berangkat dari diri masing-masing.Bukan semacam pembangunan model top down yang telah banyak terbukti kurang efektif dalam membangun masyarakat. Karena pembangunan masyarakat yang ideal menekankan

17


(34)

keterlibatan masyarakat secara sadar dalam pembangunan.18

Pemanfaatan potensi pengetahuan pedagang tentu saja digunakan sebagai alat untuk memberdayakan mereka sendiri. Pengetahuan yang dimiliki, dikembangkan serta diaplikasikan didalam kehidupan jika ingin mencapai kesuksesan yang diharapkan.

Karakter dan perilaku masyarakat merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan pembangunan suatu masyarakat. Selain memiliki rasa tanggung jawab mereka juga harus memiliki sifat sebagai warga desa beriman yang menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Begitu pula dengan sifat sabar dan penolong sesama manusia. Dengan begitu masyarakat memiliki ilmu pengetahuan dan pemikiran yang bisa merubah dan mengembangkan pembangunan yang ada di dalam desa mereka.Begitu pula dengan masyarakat petani tambak, mereka harus memiliki kreteria masyarakat ideal yang sudah diterangkan dalam Al-Qur’an, bahwasannya masyarakat harus memiliki jiwa yang beriman kepada Tuhan dan memiliki pemikiran yang inovatif.Semua ini harus diterpakan di dalam jiwa masyarakat desa Kedung Peluk. Pada hakekatnya dakwah adalah usaha atau upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi suatu keadaan yang lebih baik menurut tolak ukur agama Islam.

Dan tidak hanya itu dalam Al-Qur’an pun telah di ajarkan bahwasanya Allah Swt telah memberikan amanah kepada umat manusia untuk menjadi khalifah dimuka bumi ini. Berkaitan dengan amanah tersebut Allah Swt memberi kewenangan kepada manusia untuk memanfaatkan segala sumber daya yang ada

18

Nanih Mahendrawati, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 2001), hal.156


(35)

dimuka bumi dalam batas kewajaran untuk kemaslahatan bersama, Allah berfirman :

    

  

“ dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”..19

Dari arti diatas telah jelas bahwasanya dakwah yang seharusnya dilakukan umat muslim dimuka bumi ini adalah harus berpijak pada upaya untuk menjalankan aktivitas perekonomian dengan berpegang teguh pada perintah maupun larangan Allah, yang didasarkan pada kesadaran adanya hubungan manusia dengan Allah. Dengan begitu manusianya dapat serta mampu untuk memanfaatkan aset yang ada disekelilingnya dengan sebaik mungkin.

19

Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, Volume 10, (Jakarta, Lentera Hati. 2002) hal. 405


(36)

BAB III

METODE PENDAMPINGAN A. Pendekatan yang Dilakukan Terhadap Masyarakat

Pendekatan berbasis asset memaksimalkan cara pandang baru yang lebih holistic dan kreatif dalam melihat realistis. Seperti melihat gelas setengah penuh, mengapresiasi apa yang bekerja dengan baik dimasa lampau dan menggunakan apa yang petani tambak miliki untuk mendapatkan apa yang petani tambak inginkan.

Pendekatan berbasis aset adalah perpaduan antara metode bertindak dan cara berpikir tentang pembangunan. Aset bukan hanya sekedar sumber daya yang digunakan manusia untuk membangun penghidupan. Aset memberikan mereka kemampuan untuk menjadi dan bertindak. Pemikiran berbasis aset dan pemetaan aset telah menjadi bagian dari pembangunan komunitas, terutama melalui pendekatan penghidupan berkelanjutan (sustainable live lihoods approach) dan pengembangan komunitas berbasis aset (aset based community development).17

Pembangunan asset di mulai dari komunitas atau organisasi belajar menghargai asset yang petani tambak Desa Kedung Peluk miliki. Banyak komunitas yang mengabaikan atau tidak menganggap serius nilai dari aset yang sudah petani tambak Kedung Peluk yang dimiliki. Belajar untuk mengidentifikasi sumber sumber daya yang dimiliki, lalu mulai memperhitungkannya sebagai aset potensial untuk terlibat pelaksanaan pembangunan merupakan pemahaaman kunci

17

Cristoper Dereau, Pembaruan dan kekuatan lokal untuk pembangunan. TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II, 2013 Hal. 39.


(37)

dari tradisi yang lahir dari pendekatan pembangunan aset dan pelaksanaan berbasis aset.

Pendekatan ini dapat membantu petani tambak untuk menemukan kembali kekuatan mereka dalam mewujudkan mimpi. Pendekatan berbasis aset untuk pengembangan organisasi dan pemberdayaan komunitas. Setiap pendekatan ini berkembang dari beberapa pengalaman, dan tujuan yang cukup berbeda-beda. Pendekatan berbasis aset yang paling maju berasal dari apa yang dinamakan Appreciative Inquiry.

Appreciative Inquiry adaalah filosofi perubahan positif dengan pendekatan siklus 5-D, yang telah sukses digunakan dalam proyek-proyek perubahan skala kecil dan besar, oleh ribuan organisasi di seluruh dunia. Dasar dari Appreciative Inquiry adalah gagasan sederhana, yaitu bahwa organisasi akan bergerak menuju apa yang mereka pertanyakan.18

Yang membedakan Appreciative Inquiry dengan metodologi perubahan lainnya, bahwa Appreciative Inquiry sengaja mengajukan pertanyaan positif untuk memancing percakapan konstruktifdan tindakan inspiratif dalam organisasi Appreciative (apresiasi) menghargai melihat yang paaling baik pada seseorang atau dunia sekitar kita, mengakui kekuatan, kesuksesan, dan potensi masa lalu dan masa kini; memahami hal-hal yang memberi hidup (kesehatan, vitalitas, keunggulan) pada sistem yang hidup, meningkatkan dari segi nilai, misalnya tingkat ekonomi telah meningkat nilainya. Sinonim : nilai, hadiah, hargai, dan kehormatan inquire, mengeksplorasi dan menemukan, bertanya terbuka untuk

18


(38)

melihat berbagai potensi dan kemungkinan baru. Sinonim menemukan,mencari, menyelidiki secara sistematis, dan mempelajari. Adapun pendekatan yang digunakan dalam membangun kesadaran masyarakat Kedung Peluk menggunakan lima langkah, yaitu Define, Discovery, Dream, Design, dan Distiny.

Bagan 3.1: Siklus 5-D Appreciative Inqury

Define (menentukan), maksudnya ketika masyarakat Kedung Peluk menemukan apa yang diimpikan dan merencanakan lalu mereka dapat menemukan langkah untuk mewujudkan keinginan yang diinginkan masyarakat Kedung Peluk bisa tercapai.

Discovery (menemukan), maksudnya apa yang telah sangat dihargai di masa lalu perlu di dentifikasi sebagai titik awal proses perubahan. Pada tahap

Distiny

Define

Discovery

Design


(39)

discovery, mulai memindahkan tanggung jawab untuk perubahan kepada para individu yang berkepentingan dengan perubahan tersebut. Komunitas petani tambak menemukan kekuatan yang slama ini tersimpan atau tidak di sadari keberadaannya seperti cerita tentang keberhasilan dan cerita yang membangakan di masa lalu atau cerita hal-hal yang pernah dilakukan komunitas petani tambak. Dengan cerita msyarakat dapat membuat orang lain saling menghargai satu sama lain, menghargai kekuatan yang saling berbagi satu sama lain.

Dream (impian), maksudnya dengan cara kreatif dan secara kolektif melihat masa depan yang mungkin terwujud, apa yang sangat di hargai dikitkan dengan apa yang paling diinginkan. Seperti apa masa depan yang dibayangkan oleh semua pihak, Kedung Peluk membangun angan-angan yang diinginkan oleh masyarakat dengan mengukapkan dalam bahasa dan mengambarkan apa yang diingin kan, maka masyarakat Kedung Peluk akan mudah mengingat apa yang ingin di capai dalam hidupnya.19

Design (merancang), maksudnya proses dimana seluruh komunitas (atau kelompok) terlibat dalam proses belajar tentang kekuatan atau asset yang dimiliki agar bisa mulai memanfaatkannya dalam cara konstruktif, inklusif, dan kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti yang sudah ditetapkan sendiri. Komunitas petani tambak merancang apa yang yang di impikan masyarakat untuk mencapai mimpi-mimpi dengan melakukan langkah-langkah yang mendekati mimpi tersebut.20

19

Ibid, Hal. 96. 20


(40)

Destiny (target), maksudnya bagaimana memberdayakan, belajar, menyesuaikan atau improvisasi, dimana masyarakat Kedung Peluk sudah menemukan kekuatan memimpikn apa yang diinginkan, mereka akan merencanakan,menentukan dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan, sehingga mereka akan dapat mewujudkan apa yang diinginkannya selama ini.21

B. Pembangunan Komunitas Berbasis Aset

Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berangkat dari hasil kerja yang dilakukan sebagai bagian dari gerakan masyarakat sipil dan perjuangan kelas di daerah-daerah kumuh sekitar kota Chicago di Amerika Serikat. Kegiatan pengorganisasian komunitas dirancang untuk merebut kekuasaan dari kelas menengah dan kelas atas, karena upaya memberdayakan wilayah - wilayah miskin terus menerus berakhir dengan kekecewaan dan kepasrahan untuk menerima ketergantungan pada orang lain.

Dua periset pionir memutuskan untuk mengubah keadaan ini dengan mendorong anggota komunitas untuk melihat kembali ke dalam diri

mereka.Komunitas yang bekerja dengan mereka dibantu dalam

mendokumentasikan semua kekuatan dan aset yang ada pada mereka, dan mulai menggunakan semua itu sebagai dasar membangun fondasi ekonomi dan sosial baru.

Pembangunan komunitas berbasis aset berkontribusi dengan cara pandang yang berbeda,bahwa orang bisa mengubah persepsi atas lingkungan yang mereka tempati yaitu,selalu bergantung terhadap kebutuhan dan memiliki asset yang

21

Dureau, C, Applying an Aset Based Approach to Community Development and Civil Society Strengthening. Matrix Internasional Consulting (Private circulation, unpublished), 2009.


(41)

berlimpah. Setiap metode atau pendekatan memberikan kontribusi penting dan substansif terhadap pendekatan berbasis aset untuk memperkuat dan membangun komunitas.

C. Langkah – langkah Pendekatan Berbasis Aset

Ada beberapa tahap dalam melakukan pendampingan dengan pendekatan ABCD yang telah di lakukan oleh fasilitator saat dilapangan. Adapun tahap – tahap tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari dan Mengatur Skenario

Dalam Appreciative Inquiry (AI) terkadang disebut „Define’. Dalam Asset Based Community Development (ABCD), terkadang digunakan frasa

“Pengamatan dengan Tujuan /Purposeful Reconnaissance’. Pada dasarnya terdiri dari dua elemen kunci – memanfaatkan waktu untuk mengenal orang-orang dan tempat di mana perubahan akan dilakukan, dan menentukan fokus program. Ada empat langkah terpenting di tahap ini, yakni menentukan:22

a. Tempat

Bagian penting dari tahap pertama ini adalah pendekatan berbasis aset, di mana proses perubahan akan terjadi. Hal ini penting dilakukan diawal, karena lokasilah yang akan menghasilkan informasi – informasi yang spesifik di konteksnya, dan memengaruhi keseluruhan rancangan input berikutnya. Di mana kita bekerja sama pentingnya dengan bagaimana proses yang kita gunakan. Termasuk dalam pertimbangan tempat adalah menentukan di mana pertemuan awal akan dilakukan. Tempat - tempat

22

Cristoper Dereau, Pembaruan dan kekuatan lokal untuk pembangunan. TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II, 2013 Hal. 123.


(42)

tertentu memiliki konotasi atau pengaruh sosial dan politik tersendiri.Misalnya, bila kita ingin bekerja dengan kelompok yang kurang akses ke sumber daya, maka harus melakukan riset sebelumnya tentang lokasi kerja kita nantinya.Mungkin kita juga harus menjelaskan alasan pemilihan lokasi tersebut.Pilihan lokasi juga bisa jadi dipengaruhi.23

b. Orang/ Masyarakat

Kita harus sangat jelas tentang siapa yang akan terlibat. Harus ada cukup waktu yang digunakan untuk membangun hubungan dengan masyarakat atau kelompok, sehingga Organisasi No Pemerintah bisa memahami dinamika internal dan hubungan – hubungan majemuk yang ada dalam komunitas. Tidak cukup untuk mengasumsikan bahwa kita akan bekerja bersama.

Seluruh komunitas, hanya karena kita sudah mendorong setiap orang untuk terlibat. Dalam menggunakan pendekatan berbasis aset, penting untuk memastikan semuanya jelas bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang bisa dikontribusikan, setiap orang punya bakat, talenta, kemampuan atau cara pandangan yang bermanfaat. Penting juga untuk memastikan keterlibatan agen perubahan formal maupun informal dalam komunitas.Agen perubahan seperti itu biasanya adalah mereka yang bekerja di belakang layar dan memastikan keberhasilan suatu upaya.Mereka ini belum tentu dipilih atau dinominasikan sebagai pemimpin di komunitas.24

23

Ibid, Hal. 124 24


(43)

c. Fokus Pendampingan

Dalam memilih fokus atau latar belakang keterlibatan kita, pastikan kita melakukannya secara positif atau apresiatif. Tujuan utama penyelidikan atau fokus kegiatan yang akan membawa perubahan haruslah suatu outcome yang diinginkan. Pilihan topik kita harusnya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, bukannya menghindari sesuatu yang menyebabkan masalah di masa lampau.

Metode ABDC tidak menyarankan kita pemilihan topik perubahan sebelumnya. Bagi ABCD,topik harusnya muncul sebagai hasil dari penjajakan sumber daya yang paling berguna, baik yang ada maupun yang potensial. Dalam pendekatan seperti ABCD, konteks akan menentukan kesempatan, dan kesempatan akan menentukan arah perubahan. Pada gilirannya, arah perubahan akan bertambah luas dan menjadi lebih holistik ketika pemahaman komunitas tentang diri sendiri dan kesepakatan untuk menyikapi aspirasi tertentu, terus berkembang.25

Fokus pendampingan disini berkonsentrasi terhadap petani tambak yang ada di Desa Kedung Peluk, dengan meningkatkan ekonomi melalui hasil pengelolahan tambak. Dengan hasil pengelolahan tambak yang sudah ada supaya lebih optimal fasilitator mendampingi para petani tambak untuk dijadikan oleh – oleh khas Desa kedung Peluk.

25


(44)

2. Mengungkap Masa Lampau

Komunitas petani tambak menemukan kekuatan yang slama ini tersimpan atau tidak di sadari keberadaannya seperti cerita tentang keberhasilan dan cerita yang membangakan di masa lalu atau cerita hal-hal yang pernah dilakukan komunitas petani tambak. Dengan cerita msyarakat dapat membuat orang lain saling menghargai satu sama lain, menghargai kekuatan yang saling berbagi satu sama lain.

3. Memimpikan masa depan

Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning) adalah kekuatan positif luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong komunitas menggunakan imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang masa depan mereka. Proses ini menambahkan energi dalam

mencari tahu “apa yang mungkin.”

Tahap ini adalah saat di mana masyarakat secara kolektif menggali harapan dan impian untuk komunitas, kelompok dan keluarga mereka. Tetapi juga didasarkan pada apa yang sudah pernah terjadi di masa lampau. Apa yang sangat dihargai dari masa lampau terhubungkan pada apa yang diinginkan di masa depan, dengan bersama-sama mencari hal – hal yang mungkin.26

4. Memetakan aset

Aset adalah sesuatu yang berharga yang bisa digunakan untuk meningkatkan harkat ataukesejahteraan. Kata ASET secara sengaja digunakan untuk meningkatkan kesadaran komunitasyang sudah „kaya dengan aset’ atau

26


(45)

memiliki kekuatan yang digunakan sekarang dan bisa digunakan secara lebih baik lagi. Mungkin ada yang sudah dilatih menjadi guru tetapi tidakada orang atau tempat untuk mengajar. Ada juga yang belajar keterampilan menjahit, memasakatau kerajinan tangan atau pertukangan tapi tidak ada kesempatan menggunakannya.Ketikasudah terungkap aset – aset yang ada, maka komunitas bisa mulai mengumpulkan atau menggunakannya dengan lebih baik untuk mencapai tujuan pribadi maupun mimpi bersama.

Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang sudah mereka miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan siapa di antara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya. Mereka ini kemudian dapat diundang untuk berbagi kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas.27

27


(46)

Adapun daftar lengkap aset : Bagan 3.2 : 5 Pentagonal Aset

Pemetaan aset dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran komunitas akan kemandirian dan kapasitas menjadi mitra. Kemandirian adalah kesadaran bahwa komunitas tidak sepenuhnya tergantung pada pihak lain untuk mencapai keinginannya, tetapi memiliki kemampuan sendiri. Kapasitas menjadi mitra adalah kesadaran bahwa hubungan antara komunitas dengan lembaga luar, apakah pemerintah atau ornop, didasarkan pada kontribusi bersama, dan bukanlah ketergantungan. Pemetaan aset bisa dilakukan di satu pertemuan atau dalam satu periode waktu. Seorang fasilitator, misalnya, memutuskan apakah kelompok akan menggunakan sepanjang minggu atau satu

Aset Alam

Aset manusia

Aset Fisik Aset

Sosial Aset


(47)

bulan untuk memikirkan dan mendiskusikan seluruh aset di tiap kategori dan kemudian berkumpul untuk menggambarkannya. Bila semua orang akan turut berkontribusi, maka harus diatur sesi dan waktu yang berbeda beda untuk pertemuan. Akan ada waktu juga untuk seluruh kelompok untuk berkumpul bersama dan menggabungkan aset – aset yang ditemukenali.

5. Perencanaan Aksi/ Mobilisasi Aset

Pemetaan aset mereka bukanlah akhir. Tujuan pemetaan aset adalah agar masyarakat menyadari bahwa pada kenyataannya ada banyak jenis aksi yang bisa mereka lakukan bila mereka mulai menghubungkan dan memobilisasi aset yang ada. Aset mewakili kesempatan untuk membuat aksi terutama bila aset – aset tersebut digolongkan berdasarkan potensi unit produktif yang potensial. Tujuan penggolongan dan mobilisasi aset adalah untuk langsung membentuk jalan menujupencapaian visi atau gambaran masa depan. Hasil dari tahapan ini harusnya adalah suatu rencana kerja yang didasarkan pada apa yang bisa langsung dilakukan diawal, dan bukan apa yang bisadilakukan oleh lembaga dari luar. Walaupun lembaga dari luar dan potensi dukungannya, termasuk anggaran pemerintah adalah juga set yang tersedia untuk dimobilisasi, maksud kuncidari tahapan ini adalah untuk membuat seluruh komunitas menyadari bahwa mereka bisa mulai memimpin proses pembangunan lewat kontrol atas potensi aset yang tersedia dan tersimpan. Mobilisasi aset bisa diaplikasikan dalam berbagai jenis kegiatan yang dilakukan oleh komunitas untuk meningkatkan kesejahteraannya.28

28


(48)

6. Monitoring, Evaluasi dan Pembelajaran

Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program perubahan menggunakan pendekatan berbasis aset, maka yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang kosong akan diisi, tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi atau komunitas mampu menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset mereka mendekati tujuan bersama.29

29


(49)

BAB IV

PROFIL DESA KEDUNG PELUK

A. Kondisi Geografis

Kedung Peluk adalah salah satu desa yang terletak di Sidoarjo yang terkanal akan hasil alam yang berupa ikan, yang di kelolah oleh masyarakat sekitar itu sendiri. Desa Kedung Peluk terletak di Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo yang memiliki luas wilayah 1.128.665 Ha. Desa Kedung Peluk mayoritas dikeliling oleh tambak karena tempatnya yang berada di pelosok kota jauh dari pusat kota. Ketinggian tanah dari permukaan laut yaitu sekitar 1.20 M, daerah ini termasuk kedalam dataran rendah. Desa Kedung Peluk dikelilingi oleh sawah dan tambak, luas tanah Desa Kedung Peluk 1.128.665 Ha digunakan 7.200 ha sebagai jalan, 61.846 ha digunakan sebagai sawah dan ladang, 1.031.665 digunakan sebagi empang atau tambak, 31.160 ha berfungsi sebagai pemukiman warga, 0,72 ha digunakan untuk tanah kuburan, dan untuk lain-lain sebesar 2.545 ha.19

Desa Kedung Peluk terletak sekitar 6 km dari jalan raya untuk lebih jelasnya adapun gambar atau peta.

19


(50)

Gambar 4.1: Peta desa KedungPeluk


(51)

Jadi jarak Desa Kedung Peluk ke Kecamatan Candi kurang lebih 6 km dapat ditempuh dengan sepeda motor 45 km/jam. Batas-batas wilayah Desa Kedung Peluk adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Tentang komposisi batas wilayah

No. Batas Wilayah

1. Utara KelurahanGebang

2. Selatan DesaBanjarPanji

3. Barat DesaKalipecabean

4. Timur KelurahanGebang

Sumber: dokumentasi Desa Kedung Peluk Tahun 2015 Tabel 4.2

Daftar Desa di Kecamatan Candi,

No. Desa No. Desa

1 Sepande 13 Balongdowo

2 Sumokali 14 BalongGabus

3 Tenggulunan 15 WedoroKlurak

4 Sugewaras 16 Klurak

5 Kedung Kendo 17 Kebonsari

6 Larangan 18 DurungBedug

7 Sidodadi 19 DurungBanjar

8 Jambangan 20 Ngampel Sari

9 Gelam 21 Kalipecabean


(52)

11 KarangTanjung 23 KedungPeluk

12 Sumorame


(53)

B. Kondisi Demografi

Keadaan demografis merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam usaha mencapai tujuan pembangunan dan peningkatan ekonomi yang berencana. Karena aspek demografi sini berkenalan langsung dengan penduduk dan berbagai komposisi serta kekayaan alamnya yaitu aset.

Wilayah Desa Kedung Peluk seluas ±1.128.665 Ha yang terbagi menjadi 19 Rukun Tetangga (RT) dan 4 Rukun Warga (RW) dengan total keseluruhan jumlah penduduk 3537 jiwa dengan rincian 1742 penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 1795 berjenis kelamin perempuan, dengan mata pencaharian sebagai karyawan yaitu rincianya sebagai berikut, Pegawai NegeriSipil (PNS) sebanyak 19 orang, kemudian profesi sebagai ABRI 4 orang, sebagai pegawai swasta sebanyak 1.415 orang. Masyarakat Kedung Peluk yang bermata pencaharian sebagai pedagang sebanyak 48 orang, sebagai petani tambak 114 orang, buruh tani sebanyak 41 orang, pensiunan sebanyak 6 orang, pemulung sebanyak 2 orang, dan yang berprofesi sebagai sedia jasa sebanyak 5 orang. Adapun penggunaan lahan Desa Kedung Peluk mayoritas digunakan untuk lahan empang dan lahan sawah rakyat dengan pembagian lahan sebesar 1.031.665 ha dan 61.846 ha.20

20


(54)

Jumlah penduduk desa Kedung Peluk Candi Sidoarjo

Tabel 4.3

Tabel 4.4

Mata Pencaharian Desa Kedung Peluk

Jenis Mata Pencaharian Masyarakat Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo

No Pekerjaan Jumlah

1 PegawaiNegeriSipil 19

2 ABRI 4

3 Wiraswata/Pedagang 48

4 Swasta 1.415

5 PetaniTambak 114

6 Pertukangan 25

7 Pensiun 6

8 Jasa 5

9 Pemulung 2

10 BuruhTani 41

Jeniskelamin Jumlah

Laki-laki 1742


(55)

C. Mata Pencaharian Masyarakat

Perekonomian merupakan salah satu aspek yang terpenting karena untuk mengetahui tingkat perekonomian dan kesejahteraan. Karena bagaimanapun perekonomian itu penting bagi kelangsungan hidup manusia. Masyarakat Kedung Peluk mata pencahariannya mayoritas dikenal sebagai petani tambak oleh masyarakat luas. Adapun mata pencaharian masyarakat Kedung Peluk yang lain yaitu sebagai buruh tani, pedagang, dan pegawai swasta.

Masyarakat Desa Kedung Peluk hampir 80% mereka adalah petani tambak akan tetapi ada juga yang buruh tani adalah yang mempunyai lahan tidak begitu luas. Sedangkan perdagangan umumnya merupakan pekerjaan sampingan bagi sebagian kecil petani tambak. Sektor perdagangan yang ada adalah pedagang perancang atau warung. Sebagian hasil bumi, mereka adalah hasil tambak yang berupa ikan yang langsung dijual kepengepul, adapun hasil tambak yang dikelolah menjadi hasil jadi yang harga jualnya lebih tinggi dari pada hasil ikan mentah. Pedagangan prancang, yakni dengan membuka warung di depan rumah dan menjual kebutuhan sehari-hari. Diantaranya sembako, makanan kecil, obat-obatan, dan lain-lain. Ada juga pedagang makanan yang menyediakan bakso, nasi pecel, nasi campur dan lain-lain.

D. Keagamaan Masyarakat KedungPeluk

Masyarakat Kedung Peluk yang berada di desa cenderung rukun dan ramah tamah terhada sesama tetangga. Mereka merasa keluarga sendiri, tidak membeda-bedakan dengan yang lain. Walaupun ada beberapa rumah yang sebelahnya diberi pagar pembatas akan tetapi mereka masih menjaga kerukunan antar tetangga. Apabila tetangga


(56)

ada yang kesulitan, rumah sampingnya segera menanyakan apa yang terjadi. Seperti adanya kebiasaan tetangga berkumpul di depan rumah dan pada hari biasanya tidak terlihat, maka sorenya di tanyakan ke tetangga lain atau mereka melihat kerumahnya takutnya tetangga tersebut mengalami sakit atau kesulitan yang lain.

Dengan mayoritas masyarakat Desa Kedung Peluk beragama Islam. Aktifitas keagamaan yang dilakukan oleh bapak-bapak, tahlilan ibu-ibu serta diba'an para remaja. Walaupun kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat Desa Kedung Peluk masih aktif dan berjalan seperti biasanya, kecuali kalau pada bulan Ramadhan kegiatan tersebut diliburkan dan dilanjutkan setelah hari raya ketupat. Dengan kegiatan keagamaan tersebut tidak kemungkinan tradisi yang dianut masih sangat kental.

Tabel 4.5 Sarana Peribadatan

Sumber data: Data Arsip Desa Kedung Peluk 2015

No. SaranaPeribadatan Jumlah

1. Masjid 5


(57)

Gambar 4.2: Masjid Baiturrahman

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Gambar dan tabel di atas menunjukan bahwa tempat peribadatan yang ada di Desa Kedung Peluk, ada 5 masjid dan musholla ada 4. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Desa Kedung Peluk mayoritas memeluk Agama Islam sebesar 3498 orang.21

E. Pendidikan Masyarakat Kedumg Peluk

Pendidikan merupakan sebuah prioritas dalam kehidupan begitu juga masyarakat yang memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya dunia pendidikan bagi generasi muda, mereka mengutamakan pendidikan baik formal maupun non formal bagi anak-anak mereka. Guna untuk menciptakan generasi yang memiliki ilmu yang bermanfaat khusunya bagi masyarakat desa Kedung Peluk. Jarak antara sekolah dengan rumah sangatlah dekat karena sekolah berada di tenggah-tenggah perkampungan, jadi banyak para orang tua menyekolahkan anak-anaknya ketempat yang dekat dengan rumah agar tidak malas serta ada juga pengawasan dari para orang tua. Berikut sekolahan yang ada

21


(58)

di Desa Kedung Peluk yaitu: TK Dharma Wanita, SDN Kedung Peluk 1, dan MI Islamiyah semua didirikan guna untuk menciptakan agar menjadi generasi muda yang berpendidikan.

Gambar 4.3:

SDN KedungPeluk 1

F. Kesehatan Masyarakat Kedung Peluk

Kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas seseorang. Apabila tingkat kesehatan masyarakat baik maka etos kerjapun akan maksimal. Begitupun sebaliknya apabila tingkat kesehatan masyarakat rendah etos kerjapun bisa menurun. Adanya fasilitas umum dalam hal kesehatan sangat diperlukan oleh masyarakat. Fasilitas tersebut digunakan untuk tempat pelayanan kesehatan masyarakat sehari-hari. Kesehatan masyarakat yang baik menjadi prioritas utama disetiap desa. Desa Kedung Peluk merupakan salah satu desa yang jauh dari pusat kota.


(59)

Walaupun jauh dari pusat kota tingkat kesehatan masyarakat setempat bisa dikatakan baik.

Sarana kesehatan yang ada di tenggah-tenggah desa yang terletak di sebelah balai desa yaitu PONKENDES (Pondok Kesehatan Desa) di desa Kedung Peluk yang masih aktif digunakan posyandu balita maupun lansia juga tersedia yag dilaksanakan sebulan sekali. Dari hasil observasi wawancara lapangan, peneliti dapat mendeskripsikan bahwa kehidupan yang terkait kesehatan sangat diperhatikan, khususnya kesehatan jasmni dan rohani.

Gambar 4.4:

PONKESDES Desa Kedung Peluk

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Adanya fasilitas kesehatan ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena letak Puskesmas jauh dari Desa. Jika masyarakat ada yang sakit maka bisa berobat gratis di PONKESDES. Adanya layanan obat gratis ini bisa membantu masyarakat dalam segi ekonomi. Hal ini diperlukan karena bisa meringankan biaya pengeluaran untuk berobat.


(60)

G. Adat Istiadat atau Budaya Masyarakat Kedung Peluk

Masyarakat Desa Kedung Peluk merupakan masyarakat jawa yang tidak lepas dengan adat-istiadat, mitos, dan kearifan lokal (local wisdom) yang hingga saat ini masih dipercayai dan dilestarikan oleh masyarakat sebagai bukti untuk menghormati warisan budaya yang telah ditinggalkan nenek moyang terdahulu. Bahkan masyarakat jawa menganggap tradisi yang diwariskan keluhur mereka menjadikan jalan untuk menuju keselamatan dan keberkahan di dunia ini.

Masyarakat Desa Kedung Peluk memiliki beberapa adat-istiadat dan kebudayaan yang sampai saat ini dijalankan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Megengan

Megengan biasanya dilakukan menjelang minggu trakhir di Bulan Sya’ban. Dalam tradisi, megengan juga dimanfaatkan untuk sesepuh ahli kubur yang telah mendahului. Megengan juga diwarnai dengan tradisi ungkapan rasa syukur (syukuran) dengan membagi-bagi makanan ke tetangga yang masih saudara. Megengan biasanya dilaksanakan dengan cara kondangan atau (mengundang orang-orang sekitar ke rumah) ataupun berkumpul bersama di mushola terdekat. Tradisi ini ditandai dengan upacara selametan ala kadarnya untuk menandai akan masuknya bulan puasa yang di yakini sebagai bulan suci atau khusus.

2. Tingkepan

Tingkepan upacara tingkepan (miton) adalah upacara adat Jawa yang dilakukan saat seseorang wanita tengah hamil 7 bulan pada upacara ini. Pada upacara ini, wanita tersebut akan dimandikan air kembang dengan diiringi panjatan do’a dari


(61)

sesepuh, agar kehamilannya selamat hingga proses persalinannya nanti. Biasanya para tetangga akan memberikan sedekah secukupnya untuk menjalin silaturrahim. Setelah itu dari pihak keluarga yang mempunyai hajatan akan memberikan imbalan atau beberapa makanan untuk dibawa pulang oleh para tamu. Ada hal yang tidak terpisahkan dari tingkepan ini dikalangan masyarakat Kedung Peluk yaitu selalu membuat dan memberikan rujak manis kepada para tamu yang hadir untuk bersedekah.22

3. Manganan atau Sedekah Bumi

Manganan merupakan budaya orang jawa yang dalam pelaksanaannya melibatkan banyak orang atau bisa dikatakan di ikuti oleh seluruh warga desa. Kegiatan ini merupakan wujud syukur atas karunia hasil pertanian yang melimpah dan mereka berharap agar hasil panen selanjutnya hasilnya akan lebih baik, juga meminta perlindungn dari bencana alam yang bisa merusak tanaman pertanian mereka.23

Masyarakat desa Kedung Peluk mereka biasanya berkumpul di dermaga dengan membawa hasil tani mereka ditaru diatas perahu dengan ditambah alat sound sistem lalu diarak keliling sungai dari desa Balong Dowo sampai desa Kedung Peluk terus dilanjutkan ke samudra atau laut untuk membuang hasil tambak ke laut sebagai ucapan syukur kepada Sang Pencipta atas nikmat yang diberikan.

22

Hasil wawancara dengan Bu Desi, salah satu warga desa pada tanggal 12 Maret 2017 23


(62)

(63)

BAB V

PROSES PENDAMPINGAN ASET PETANI TAMBAK DESA KEDUNG PELUK

A. Pra Pendampingan Petani Tambak

Awal pendampingan ini dimulai dari, inkulturasi dan melakukan observasi ke lokasi pendampingan yang akan didampingi, supaya mengetahui lokasi secara real seperti apa lokasi dan kondisi fisik yang akan di dampingi, kemudian meminta izin kepada Kelurahan desa Kedung Peluk dan juga kepada seketaris desa agar proses pendampingan bisa berjalan dengan lancar. Penulis mengajukan proposal pendampingan kepada jurusan Manajemen dan Pengembangan Masyarakat.

Tahap awal melakukan wawancara kepada masyarakat dan perangkat desa setempat, menggali dari sekitar lokasi pendampingan. Fasilitator memilih untuk mendampingi aset berkembangnya pengolahan hasil tambak. Fasilitator mendatangi tempat pengolahan hasil tambak dan tambak pembibitan Desa Kedung Peluk salah satu tempat yang akan di dampingi, kebetulan disana bertemu salah satu seorang Supeno yang menjaga tempat pembibitan ikan beserta Mustofa dan Lina pengelolah hasil tambak. Mereka sedikit bercerita tentang sejarahnya pengolahan hasil tambak menjadi olahan makanan dan sabagai oleh-oleh khas Desa Kedung Peluk, beliau juga memiliki tujuan untuk mengenalkan hasil olahannya kepada wisatawan yang berkunjung ke tempat pemancingan Desa Kedung Peluk. Selain itu kita juga melakukan pendekatan terhadap suatu stuktur


(64)

masyarakat baik secara formal maupun non formal. Maka dari itu untuk masuk kedalam suatu masyarakat kita harus mendapat izin terlebih agar masyarakat bisa percaya dan yakin kepada kita.

Gambar 5.1

Suasana FGD bersama pemuda dan masyarakat

Sumber: Dokumentasi Peneliti

B. Pendampingan komunitas

1. Melakukan Pendekatan Dengan Masyarakat

Awal bulan Februari 2017, fasilitator melakukan pendampingan pada masyarakat petani tambak. Fasilitator melakukan inkulturasi terhadap masyarakat

Kedung peluk, dengan tujuan membangun kepercayaan masyarakat,

memperkenalkan diri kepada masyarakat. Masyarakat Kedung Peluk ini memiliki asset yang baik untuk dikembangkan agar nantinya bisa diperbaiki ekonomi masyarakat. Desa Kedung Peluk sangat terkenal dengan desa yang memiliki hasil ikan dari tambak, akan tetapi masyarakat kurang bisa memanfaatkan hasil tambak menjadi olahan makanan. Seperti yang diungkap Bapak Bajuri atau akrap dipanggil pak juri (50).


(65)

“Nak kene ibu-ibu e kurang semangat gae olahan iwak teko tambak, soal e wong-wong seneng dodol langsung nak pengepul. Karno waktu gae gawe olahan panganan kurang, dadi mereka gak iso ngalami gae otak-otak ambek presto,, makae wong e dodol Iwak langsung ke pengepul”.22

(Disini ibu-ibu kurang semangat membuat olahan ikan dari tambak atau empang, soalnya mereka senang menjual secara langsung ke tengkulan. Karena keterbatasan waktu untuk membuat olahan kuliner berkurang, jadi mereka tidak bisa mengalaminya membuat otak-otak dan presto, sehingga mereka menjual langsung ke tengkulak).

Padahal dulu ada yang memanfaatkan hasil olahan tambak menjadi olahan makanan jadi, akan tetapi tidak begitu familiar karena kurangnya pemasaran. Dengan adanya pendampingan ini telah membuka pandangan masyarakat untuk bisa mengembangkan usaha mereka, agar mereka bisa menjual ke pengunjung pemancingan atau dititipka ke toko terdekat.

2. Mengapa Komunitas Petani Tambak Kedung Peluk

Dari berbagai aset yang ada di Kedung Peluk, Candi Sidoarjo, masyarakat yang bertempat tinggal disini, khususnya para petani tambak yang ada di Kedung Peluk tidak menyadari bahwa ada salah satu aset yang kurang di manfaatkan oleh masyarakat setempet. padahal dari aset tersebut bisa atau mampu mengangkat perekonomian masyarakat Kedumg Peluk. Jadi untuk mempermudah akses untuk mencari informasi- informasi fasilitator memilih Kedumg Peluk ini dalam pengembangan potensi yang akan menjadi bahan analisa.

22

Hasil wawancara dengan pak Bajuri, ketua kelompok usaha petani tambak pada tangga 14 Februari 2017, pukul 13.05 WIB


(66)

Sebelum melanjutkan langkah pendampingan berikut maka perlu di paparkan Venn beberapa pihak yang berpengaruh untuk mengelolah aset yang ada di Desa Kedung Peluk:

Diagram 5.1 : Venn Pihak yang Berpengaruh

Sumber: hasil diskusi bersama pemuda dan masyarakat

Petani tambak Kedung Peluk setiap hari mencariikan di tambak mereka dan mengumpulkan ikan tersebut untuk dijual kepada tengkulak, dengan harga yang murah, tetapi dengan adanya tempat pengelolaan ikan para petani tambak dapat menjual hasil ikannya dengan harga yang meningkat jauh berbeda dengan kalau dijual secara mentah yang biasanya kalau dijual mentah hanya berkisaran Rp. 30.000 per kilo, tetapi kalau dijual matang akan menjadi Rp.15.000per buah.

Fasilitator melihat adanya potensi yang sangat unik dan bernilai, namun tidak banyak orang melihatnya sebagai suatu aset atau pun potensi yang bisa mengangkat perekonomian masyarakat yang minim ini, adapun potensinya adalah individual skill, yaitu kemampuan seseorang yang mempunyai nilai. Salah satu

Tmabak ikan

Aparat Desa

Tengkulak Ikan Petani

Tambak

Kelompok Tani Tambak


(1)

kelangsungan masyarakat.Alasan kenapa ingin melakukan pendampingan masyarakat petani tambak Kec. Candi, Kab. Sidoarjo. Karena di Desa Kedung Peluk banyak aset dan potensi yang mereka miliki agar bisa menjadi lebih baik untuk dikembangkan. Pemuda dan masyarakat sekitar seharusnya dapat memanfaatkan kondisi yang ada disekitar lingkungannya. Dan pemuda berperan penting dalam meningkatkan jiwa sosial dan ekonomi yang ada di desa.

C. Peran Fasilitator

Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok KUPT (Kelompok Usaha Petani Tambak) untuk memahami tujuan bersama dan membantu mereka untuk membuat rencana, guna mencapai tujuan yang dinginkan bersama tanpa mengambil posisi tertentu dalam suatu diskusi. Sebagai fasilitator kita tidak boleh memaksakan kehendak dan bukan kita yang menyelesaikannya masalah mereka. Akan tetapi peran fasilitator disini yaitu membangkitkan motivasi dan rangsangan dengan pengenalan isu-isu yang ada disekitar, menganalisis (melakukan identifikasi atas alternative-alternative yang dikemukakan oleh masyarakat dan juga dapat memberikan masukan-masukan).

Kita hanya bisa berusaha untuk memahami permasalahan mereka dan menumbuhkan kegiatan masyarakat untuk melakukan perubahan. Fasilitator dan metode-metode pemberdayaan masyarakat ini dibutuhkan pertama kali dalam kerja pendampingan. Pada tanggal 15 Maret fasilitator dan ibu Lina megajak ibu-ibu yang berada di Desa Kedung Peluk untuk diskusi bersama atau FGD (Forum Group Discasion) yang berbarengan dengan acara membuat otak-otak bandeng.


(2)

berdiskusi, fasilitator mempersilahkan mengutarakan apa yang dikeluhkan para warga.

Masyarakat Kedung Peluk terkenal dengan hasil tambaknya, karena hampir satu desa masyarakatnya petani tambak. Dari hasil diskusi tanggal 15 Maret 2017 masyarakat sepakat untuk menghidupkan kembali atau membuat olahan ikan untuk dijadikan makanan atau kuliner khas Sidoarjo atau desa Kedung Peluk. Dan membuat toko atau tempat khusus makanan khas Desa Kedung Peluk.


(3)

BAB VIII PENUTUP

A. Kesimpulan

Upaya pengembangan pengelolahan hasil tambak dengan menggunakan metodologi ABCD di tempat penelitian Desa Kedung Peluk, Kec. Candi, Kab. Sidoarjo dengan mengembangkan usaha pembuatan olahan ikan sebagai salah satu pendapatan dalam peningkatan ekonomi yang diinginkan oleh masyarakat sendiri. Hal ini sudah nampak nantinya akan menjadi salah satu cara peningkatan ekonomi masyarakat.

Pendampingan ini nantinya akan memberikan transformasi sosial kedepanya untuk lebih berdaya akan perekonomianya dari pendapatan pengelolaan makanan dari ikan hasil tambak, dan juga bisa merubah meanset masyarakat mengenal akan potensi yang dimilikinya. Kedepanya masyarakat bisa memanfaatkan aset sebagai alat untuk mewujudkan mimpi yang selama ini dinginkan dengan mensejahterakan dirinya sendiri dan menghapus ketergantungan terhadap orang lain. Petani tambak ikan Desa Kedung Peluk memiliki potensi alam dan sosial budaya yang dapat dikembangkan sebagai obyek pembuatan olahan ikan dengan daya tarik hasil yang berkualitas.

Dengan upaya pemberdayaan masyarakat melalui pengelolahan ikan hasil tambak, dilakukan tidak hanya untuk upaya konservasi kawasan lahan marginal, tetapi sebagai upaya pelestarian lingkungan, juga meningkatkan pendapatan masyarakat dengan menjadikan desa sebagai daerah tujuan wisata kuliner. Sejak adanya pengelolahan ikan hasil tambak yang ada di Desa Kedung Peluk banyak


(4)

pengunjung baik dari dalam maupun luar daerah yang datang berkunjung ke sana. Penduduk desa mendapat manfaat dari kedatangan konsumen atau pengunjung tersebut, baik secara materi maupun pengalaman berintraksi dengan konsumen yang datang.

B. Rekomendasi

Proses pendampingan yang dilakukan oleh fasilitator dalam hal pemberdaayaan masyarakat Desa Kedung Peluk tentunya memberikan kontribusi yang lebih bagi masyarakat luas, mahasiswa, pemerintah dan beberapa pihak lainnya dalam melakukan pendampingan dengan menggunakan pendekatan berbasis kekuatan bisa meningkatkan kesejahteraan, terutama bagi kalangan masyarakat petani tambak dan pengelolahan hasil ikan, maupun masyarakat lainnya. Bagi pemerintah, fasilitator ini dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberdayaan masyarakat diwilayah pedesaan yang masih jauh dari kesan sejahtera. Bagi mahasiswa pendampingan ini bisa dipakai rujukan untuk pendampingan yang berbasis pemanfaatan aset atau potensi yang dimiliki komunitas.

Bagi pemerintah, fasilitator ini dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberdayaan masyarakat di wilayah pinggiran kota yang masih jauh dari kesan sejahtera. Sejahtera hanya dipandang sebelah mata dengan gedung-gedung maupun program pemerintah yang tidak diterima dengan baik karena masih minimnya sumber daya masyarakat dan peran partisipatif masyarakat itu sendiri.

Bagi masyarakat luas, pendampingan ini dapat membangun simbiosis mutualisme guna menciptakan sebuah lingkungan yang ramah bagi petani tambak.


(5)

Pemberdayaan petani tambak dapat menyelesaikan masalah, sebab tanpa adanya kerja sama dari masyarakat luas sebagai monitor sekaligus pengajar, maka proses pemberdayaan masyarakat akan berhenti di tengah jalan.

Bagi mahasiswa, Pendampingan ini memakai metode pendampingan ABCD (Asset Based Community Development). Pendampingan ini sangat bermanfaat untuk digunakan dalam poses pendampingan karena dengan melihat potensi yang dimiliki maka akan termotivasi untuk merubah agar lebih baik lagi dengan potensi yang dimilikinya. Sebab ilmu tanpa aplikasi seperti mengukir diantara pasir pantai.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Agus dkk, 2014. Modul Participatory Action Research. Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel.

Al-Qur’an dan terjemah hal. 845 Q.S. Al-Hujarat : 13

Data Arsip Monografi Desa Kedung Peluk Tahun 2015

Data Transkrip Desa Kedung Peluk Tahun 2015.

Dereau, Cristoper, 2013, Pembaruan dan kekuatan lokal untuk pembangunan. Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) tahap II.

Dureau, C, 2009, Applying an Aset Based Approach to Community Development and Civil Society Strengthening. Matrix Internasional Consulting (Private circulation, unpublished)

Hasil wawancara dengan Bu Desi, salah satu warga desa pada tanggal 12 Maret 2017

Hasil wawancara dengan pak Bajuri, ketua kelompok usaha petani tambak pada tangga 14 Februari 2017.

http.BlogspoFt.com 20/05/201

Jim, Ife & Tesoriero Frank. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di era Globalisasi, PustakaPelajar.

Machendrawaty, Nahih, Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001.

Mathie, Alison and Puntenney.2009.FROM CLIENTS TO CITIZENS. Northwestern University,USA

Quraish Shihab, 2002Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, Jakarta, Lentera Hati.

Zubaedi, 2013, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.