PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI TAMBAK DI DESA KEMUDI KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN KABUPATEN GRESIK.

(1)

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI TAMBAK DI DESA KEMUDI KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN KABUPATEN GRESIK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial ( S.sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

PUTRI IZZATI

NIM. B05211041

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

JURUSAN ILMU SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

ABSTRAK

Putri Izzati ( B05211041), 2015 Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak di Desa

Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik” Skripsi Program Studi

Sosiologi dan Ilmu Politik Unversitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya”

Kata Kunci: Pemberdayaan Masyarakat Tani, Hasil Pertambakan.

Sesuai dengan rumusan masalah yang di angkat peneliti mengenai Pemberdayaan masyarakat petani tambak, Maka ada dua persoalan yang di analisis dalam persoalan ini (1) Bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik (2) Apa faktor Pendukung, Penghambat dan Solusi Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik ?

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Deskriptif kualitatif dengan pendekatan penelitian studi kasus, untuk menjelaskan secara mendalam mengenai Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak yang terjadi di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik, adapun nanti pengumpulan datanya akan menggunakan metode observasi, wawancara dan Dokumentasi yang disajikan dalam skripsi ini akan di analisis dengan Teori Difusi inovasi, Adopsi.

Dari hasil penelitian yang yang telahdi peroleh di lapangan ditemukan bahwa yaitu: (1) upaya pemberdayaan petani tambak itu sendiri dalam memanfaatkan hasil pertambakan dalam bentuk produktivitas yang dikelolahnya saat ini dalam bentuk pembuatan krupuk dan otak-otak.

(2) Faktor Pendukung : Hasil panen akan memuaskan serta adanya bantuan sosial

dari pemerintah. Membuat usaha yang dijalankan oleh kelompok tani berkembang. Sedangkan penghambatnya Jika kondisi panen yang merugi akan menyebabkan mereka tidak maksimal pula dalam memanfaatkan hasil pertambakan tersebut.

Solusinya dengan diberikannya pupuk dan pakan alami oleh para petani menjadikan ikan-ikan cepat besar dan dibutuhkan pemahaman para petani dalam mengelolah tambak agar para petani tidak mengalami kerugian.


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan, wawasan hidup seseorang yakni gagasan, sikap cita-cita hidupnya akan terwujud apabila memiliki ketahanan hidup yakni hidupnya yang jaya, sejahtera dan bahagia di dalam suatu usaha pengelolaan hidup yang serasi1

Peningkatan kualitas sumber daya manusia dibidang perikanan, terutama di arahkan pada peningkatan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan keterampilan, etos kerja, disiplin dan motivasi usaha yang bertanggung jawab . keadaan ini akan meningkatkan daya nalar dan produktivitas kerja mereka. Pengembangan sumber daya manusia subsector perikanan tidak hanya mencakup dimensi-dimensi teknologi tetapi lebih dari itu adalah peningkatan tanggung jawab sebagai warga Negara2

Secara teorotis, faktor penting lain yang ditengarai membuat desa menjadi tidak berdaya adalah produktivitas yang rendah dan sumber daya manusia yang lemah. Perbandingan antara hasil produksi dan jumlah penduduk menjadi tidak seimbang.

Oleh karena itu pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada

1

Moh. Soerjani dkk ( Ed) lingkungan Sumber daya alam dan kependudukan dalam pembangunan ( Jakarta UI-Press2008 ) hlm 256

2

MC. Suprapti, kehidupan masyarakat Nelayan di muncur kabupaten Banyuwangi Jawatimur ( Jakarta; Departemen Pendidiakn Kebudayaan 1991) hlm 1


(4)

2

pengurangan penduduk miskin dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial juga dapat berjalan seperti apa yang sudah dicita-citakan. Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Kajian keadaan pedesaan secara partisipatif adalah salah satu tahap dalam upaya meningkatkan kemandirian, hasil panen dan kesejahteraan masyarakat dalam hidupnya. Kajian keadaan pedesaan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan percaya diri masyarakat dalam mengidentifikasi serta menganalisa situasi, potensi dan masalahnya sendiri. Dalam kajian keadaan pedesaan secara partisipatif melalui Pemberdayaan Masyarakat, masyarakat dapat memanfaatkan informasi dan hasil kajian yang dilakukan bersama oleh masyarakat bersama tim fasilitator, untuk mengembangkan rencana kerja masyarakat petani agar lebih maju dan mandiri.

Hal ini sangat berbeda dengan pendekatan top-down yang sering kali dipakai oleh lembaga-lembaga yang mengumpulkan informasi dari masyarakat melalui Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat untuk kepentingan kelancaran program mereka. Dalam program semacam ini masyarakat hanya diikutkan tanpa diberikan pilihan. Hasil dari kajian keadaan pedesaan secara partisipatif berupa gambaran tentang masalah yang dihadapi masyarakat, potensi serta peluang pengembangan. Hasil ini sebagai dasar untuk tahapan berikutnya dalam proses pemberdayaan masyarakat.3

3

Dr. Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka pelajar hlm 32


(5)

3

Dan ada pula dari sistem penguasaan lahan ( yaitu pemilikan tanah dan organisasi pekerja ) dan kondisi teknologi dan ekonomi , tidaklah merupakan faktor-faktor yang berdiri sendiri. Bentuk konkretnya berkaitan dengan kondisi alam dan sosial yang ditemukan pada setiap daerah yang spesifik.

Kondisi alam tidak hanya mempengaruhi faktor produksi, yang umumnya berupa lahan yang baik atau buruk, hujan yang cukup dan suhu yang cocok untuk pertumbuhan dan pekerjaan, tetapi juga memiliki tipe pemilikan tanah di suatu daerah.

Yang lebih penting lagi ialah hubungan antara struktur pertanian dan kondisi sosial yang ada pada masing-masing wilayah dan Negara. struktur sosial yang feodal, kapitalis dan sosialistik menghasilkan kondisi yang sangat berbeda dalam hal pemilikan lahan, sistem organisasi kerja dan bentuk pertanian, dengan kata lain struktur sosial membentuk kerangka bagi berkembangnya struktur pertanian , tujuaan ekonomi dari sistem pertanian, fungsi yang dipenuhi oleh lahan, sistem politik, dan sosial memegang peranan penting, tujuan ekonomi dapat berkisar dari pemenuhan kebutuhan seseorang mempertahankan lading, mendapatkan keuntungan maksimal dan memenuhi rencana ekonomi, untuk mencapai tujuan itu lahan dapat berfungsi sebagai dasar bagi pemenuhan kehidupan seseorang, tempat tinggal, sarana produksi, komoditi, kekayaan, tabungan hari tua, basis kekuasaan, dan obyek martabat, beberapa fungsi dapat digabungkan.


(6)

4

Faktor-faktor yang disebutkan diatas tidak berdiri sendiri , melainkan terikat dalam suatu struktur, dalam arti perubahan suatu faktor menyebabkan semua faktor lainnya istilah “ struktur pertanian “ telah tercipta untuk menggambarkan sistem yang kompleks ini “ struktur pertanian “ terdiri dari pola institusi, ekonomi, organisasi sosial, etika yang terdapat dalam sector pertanian dan daerah pedesaan yang berorientasi pada sistem sosial dan ekonomi.4

Sejalan dengan hal tersebut, maka sektor pertanian yang ada di daerah Kabupaten Gresik juga perlu digalakkan guna meningkatkan usaha perikanan yang ada di Kabupaten Gresik, mengingat besarnya potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Gresik yaitu besarnya jumlah luas lahan tambak yang dimiliki, keadaan alam dan letak geografis yang mendukung serta besarnya jumlah penduduk yang kebanyakan tinggal di desa dan bermata pencaharian sebagai petani tambak.

Sektor pertanian merupakan penyediaan lapangan kerja yang cukup signifikan, tetapi karena semakin meningkatnya jumlah penduduk sedangkan lahan yang tersedia sangat terbatas dan minimnya modal yang dimiliki petani untuk mengembangkan usahanya maka penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian menurun. Keadaan ini berakibat terjadinya perubahan dari sektor pertanian ke sektor industri, padahal sektor ini tetap diharapkan mampu untuk menjamin penyediaan bahan pangan nasional.

4

Ulrick Planck. Sosiologi Pertanian Jakata : Yayasan Obor Indonesia 1990 hlm 14


(7)

5

Mengingat pentingnya dalam mencapai pembangunan ekonomi disektor pertanian terutama perikanan tambak diantara sektor-sektor yang lain maka penelitian ini mencoba menganalisa dan untuk mengetahui pengaruh yang ada selain faktor modal petani yaitu tenaga kerja petani tambak, luas lahan tambak, jumlah produksi dalam rangka meningkatkan pendapatan petani tambak di Kabupaten Gresik.

Desa Kemudi adalah suatu Desa yang termasuk terpencil tapi tidak tertinggal, Desa kemudi merupakan salah satu Desa yang berada di kecamatan duduk sampeyan kabupaten Gresik. Di Desa ini kebanyakan ikan yang di budidayakan bermacam-macam. Ada ikan mujaer, ikan bandeng, udang, windu, kepiting dan lain-lain.

Oleh sebab itu seharusnya Desa dengan kekayaan hasil bumi, dan lalu bagaimana dengan masyarakat desa kemudi yang letak geografinya mendukung hasil bumi tersebut (tambak). Melihat potensi tersebut, sangat baik jika diadakan sebuah pelatihan untuk peningkatan potensi yang dimiliki. Salah satu pelatihan yang dapat mendukung hal tersebut yaitu pelatihan dalam mengemas dan memanfaatkan hasil panen tambak dan pelatihan bagaimana pemasaran hingga dapat nilai jual yang tinggi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :


(8)

6

1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat petani tambak di Desa Kemudi Kecamatan Duduk sampeyan Kabupaten Gresik ?

2. Apa faktor pendukung, penghambat dan solusi pemberdayaan masyarakat petani tambak di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mengenai kehidupan, ekonomi masyarakat petani tambak dan masalah yang dihadapi petani tambak terkait tambak yang dikelolah di daerah kemudi duduk sampeyan Kabupaten Gresik. sesuai dengan rumusan masalah saya mempunyai beberapa tujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat petani tambak di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung, penghambat dan solusi pemberdayaan masyarakat petani tambak di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan paling tidak hasilnya nanti memiliki dua manfaat

1. Secara Praktis, Penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi kualitatif bagi para praktisi mahasiswa sosiologi, masyarakat umum dan


(9)

7

peneliti lain dalam mengkaji, sebagai informasi dalam mengembangkan rangkaian lebih lanjut dalam karya ilmiah yang lebih mendalam.

2. Secara Teoritis , Penelitian ini menambah khasanah pengetahuan dalam peningkatan pendapatan petani tambak menambah keilmuwan khususnya berkaitan dengan bentuk dan upaya pemberdayaan masyarakat tani dalam memanfaatkan hasil pertambakan, atau setidaknya dapat memperkaya informasi mengenai masalah tersebut baik sebagai data perbandingan atau informasi pelengkap dari hasil penelitian yang pernah ada, Dalam penelitian ini juga diharapkan mampu memantau bagaimana pemberdayaan masyarakat tani tambak yang semestinya diterapkan dalam mengetahui bentuk kehidupan sosial ekonomi masyarakat tani tambak di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Gresik.

E. Definisi Konseptual

Untuk menghindari bias terhadap masalah dalam penelitian ini , maka definisi konsep menjadi penting untuk menjelaskan pokok permasalahan sekaligus ruang lingkup penelitian ini, definisi konsep penelitian ini yang terpenting adalah

a. Pemberdayaan.

Pemberdayaan secara konseptual pemberdayaan atau perberkuasaan (empowerment) berasal dari kata “ power” (kekuasaan atau pemberdayaan) karena ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan, kekuasaan sering kali dikaitkan


(10)

8

kemampuan kita membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan , terlepas dengan keinginan dan minat mereka . ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan kaitannya dengan pengaruh dan kontrol 5

Jadi Pemberdayaan adalah proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri, Sehingga dengan begitu dapat membuat suatu bentuk perubahan dimana yang dulunya setelah panen, ikan tersebut hanya diperjual belikan kini masyarakat mempunyai inisiatif dalam mengelolah hasil panen tambak itu dengan cara mengelolah ikan dan menjadikannya dalam hal pembuatan krupuk dan otak –otak, dengan cara seperti itu bisa menambah pengalaman dan kualitas dalam mencapai suatu prodak yang ingin dikembangkan sehingga kebutuhan sehari-hari tercukupi demi kesejahteraan bersama. b. Mayarakat tani

Masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari berbagai manusia, yang dengan atau karena sendirianya bertalian secara golongan dan pengaruh mempengaruhi. Masyarakat termasuk kelompok-kelompok orang yang menempati sebuah wilayah teritorial yang hidup secara relative lama, saling berkomunikasi, memiliki symbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat menghidupi dirinya

5

Edi Suhartono, Membangun Masyarakat Dan Memberdayakan Rakyat, Bandung : Refika Aditama Bandung , 2005 hlm 57


(11)

9

sendiri6. Petani adalah seseorang yang bergerak dalam bidang pertanian utamanya dengan cara melakukan pengelolahan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman dan lain sebagainya. Dengan harapan memperoleh hasil tersebut untuk digunakan sendiri maupun di jual7.

Jadi dapat disimpulkan masyarakat tani adalah usaha yang dilakukan untuk pengembangan prokduktifitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersama atau berkelompok, masyarakat tani mempunyai tugas yang sangat besar dikarenakan ia merupakan suatu wadah untuk memecahkan masalah di bidang pertanian. Mayoritas penduduk masyarakat di Desa Kemudi adalah diduduki oleh kaum petani tambak yang merupakan pencaharian utama mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari serta sebagian untuk kepentingan sosial Lainnya, perlu pula di ketahui bahwa selain dari petani ada juga dari sebagian dari mereka adalah seorang buruh dari petani.

c. Hasil Pertambakan

Hasil : Dalam ekonomi pertanian, hasil usaha tani, hasil panen, atau sangat sering disingkat hasil saja, adalah besaran yang menggambarkan banyaknya produk panen usaha tani yang diperoleh dalam satu luasan lahan dalam satu siklus produksi.

Tambak adalah sebagai sarana budidaya perairan, Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air terutama ikan dan udang, Penyebutan 6

Burhan Bungin , Sosiologi Komunikasi. (Jakarta ; Prenada media group 2011), hlm 163

7

Abdan Nurfiqni, Hubungan Pola Hidup Masyarakat Tani Terhadap Pendidikan Formal.

Diposkan 4 Desember 2011


(12)

10

tambak biasanya dihubungkan dengan air payau dan air laut, arti tambak sendiri merupakan kolam yang dibangun di daerah pasang surut yang dipergunakan sebagai tempat pembudidaya ikan, udang dan hewan lainnya yang hidup di air. Tambak juga merupakan genangan air dari campuran air laut dan air sungai yang dibatasi oleh pematang-pematang yang di atur dari pintu air yang digunakan untuk pembudidaya ikan dan udang.8

Jadi dapat disimpulkan Hasil pertambakan yaitu suatu pencapaian yang diperoleh setelah melakukan tindakan dalam usaha pertambakan. hasil yang di dapat dalam mengelolah hasil panen tersebut bermacam –macam ada ikan mujaer, ikan bandeng, udang , windu dan lain-lain.

F. Telaah Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian ini, Peneliti menemukan kajian terdahulu Untuk dijadikan pedoman dalam Penelitian ini yaitu:

a. Peran lumbung Pangan Sumber Hikmah terhadap pemberdayaan Masyarakat Desa Ngayung Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan .

Penelitian ini dilakukan oleh Nur Faridah Nim : B02207017 Institut Agama Islam Negeri Surabaya Fakultas Dakwah Jurusan

8

Hermanto.2007.Pengelolaan budidaya tambak berwawasan lingkungan.http://ikan mania.Wordpress.com


(13)

11

Pengembangan Masyarakat Islam 2011. penelitian yang dibahas oleh Nur Faridah yaitu:

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa, Lumbung pangan sumber hikmah dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat tani di desa ngayung berperan wadah aspirasi masyarakat dalam meningkatkan komoditi pertanian dan lumbung pangan sebagai lembaga desa yang melayani kebutuhan para petani dalam masalah pertanian seperti, penyediaan pupuk , modal, obat-obatan dan lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat ngayung. Sebagai lembaga yang memfasilitasi kebutuhan petani mengenai yang dihadapi faktor-faktor yang mendukung anatara lain yaitu karena masyarakat merasa memiliki sehingga masyarakat sadar akan keberadaan lumbung pangan yang ada di Desa .serta adanya kerja sama dengan pihak yang mendukung demi keberdayaan petani.Pada masing-masing penelitian tersebut, memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini.

Persamaannya adalah Sebagai lembaga pertanian desa yang

bertujuan memenuhi kebutuhan anggotanya dengan pertanian seperti : Penyediaan pupuk, penyediaan obat-obatan dan kebutuhan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan yang dihadapi oleh petani dalam melakukan penyuluhan ini lumbung pangan selalu memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya penyuluhan guna menambah wawasan tentang pertanian dan melakukan sosialisasi ini,


(14)

12

awalnya tidaklah mudah karena sosialisasi ini dilakukan dengan baik akhirnya masyarakat antusias mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian. Perbedaannya adalah Menyadari akan kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dan semakin kompleks, maka lumbung pangan melengkapi dengan unit usaha tanda jual dan pembelian gabah .

b. Pendampingan Petani Tambak Dusun Pelataran dalam menghadapi Dampak Lumpur Lapindo

Penelitian ini dilakukan Oleh Nurul Izzatil Azimah, Nim B02209036 fakultas dakwah dan ilmu komunikasi jurusan pengembangan masyarakat islam `surabaya 2013 IAIN Sunan Ampel Surabaya. Kajian yang dibahas dalam skripsi ini lebih difokuskan pada Strategi pendampingan yang dilakukan kepada petani tambak dalam menghadapi dampak lumpur lapindo

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa problem sosial yang dirasakan oleh masyarakat petani tambak di Dusun Pelataran bukan problem yang muncul dengan sendirinya, melainkan dengan adanya pencemaran terjadi setelah lumpur lapindo meluber hingga ke batas desa mereka yang akhirnya menyebabkan tanah tambak warga dan sungai desa tercemar bahan-bahan kimia yang terbawa oleh lumpur . Berbagai kecurangan juga dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang tentu saja memberatkan masyarakat desa khususnya masyarakat petani tambak, untuk meningkatkan kondisi perekonomian suatu


(15)

13

komunitas, para petani tambak memulainya dengan sistem arisan, jika nantinya ini berhasil dan terus mengalami kemajuan, maka masyarakat tidak akan menjadi ketergantungan dengan modal dari luar. karena saat ini masyarakat petani tambak telah mulai mengadakan modal secara mandiri walaupun masih dalam jumlah sedikit.kemudian, untuk kedepannya pemerintah desa dan masyarakat setempat jika modal ini dapat berkembang maka mereka akan mecarikan bantuan modal lagi untuk menambah jumlah modal yang ada. Sedangkan mengatasi pengangguran saat musim kemarau, masyarakat mengalihkan pekerjaannya menjadi buruh tambak atau buruh tani. sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini yang menjadi obyek kajiannya adalah petani tambak.

Persamaannya : Kehidupan petani tambak di Desa

penatarsewu ini tidak jauh berbeda dengan kehidupan petani pada umumnya, ketika musim panen, petani tambak ini akan terlihat sangat sibuk karena mereka bekerja dari pagi hingga siang hari, hanya saja mereka tidak menanam padi ,tetapi menebar ikan, menanam ikan ini tidak sesulit saat menanam padi pada waktu yang dibutuhkan, dibutuhkan ketekunan dan kejelian dalam melihat kondisi pasar sehingga para petani tambak dapat memberi harga ikan yang tinggi. Perbedaannya : tidak jauh berbeda dengan petani tambak, warga yang menggeluti usaha ikan asap, karenaa saat ini ini pasokan ikan jumlahnya berkurang maka pengrajin ikan asap ini mau


(16)

14

berbagi antara satu sama lain, misalnya jika pasokan ikan sudah menipis, maka pengrajin ikan asap ini rela mendapatkan ikan yang sama, hal iini dilakukan Karena mereka saling berbagi penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka. Misalnya terjadi lumpur lapindo yang biasanya tanahnya lembab menjadi kering menyebabkan petani gagal panen karna desa penatar sewu ini merupakan slah satu desa yg secara tidak langsung terkena luberan lapindo melalui celah tanggul. Dari sini maka terlihat jelas bahwa penelitian terdahulu dengan saat ini memiliki perbedaan yaitu fokus permasalahan yang diteliti.

c. Pemberdayaan Masyarakat tambak ( Studi tentang peran kelompok usaha tambak dalam upaya pemberdayaan masyarakat) di Desa Weduni kecamatan Deket Kabupaten Lamongan)

Penelitian ini dilakukan Oleh Istiqomul Khoir, Nim B02304019 fakultas dakwah dan ilmu komunikasi jurusan pengembangan masyarakat Isalm Surabaya 2011 IAIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian yang dibahas oleh Istiqomul Khoir yaitu: Dalam penelitian ini ditemukan bahwa model pemberdayaan

di Desa weduni kecamatan deket kabupaten lamongan adalah kesadaran masyarakat mendorong adanya semakin besar untuk pemberdayaan bersama, dengan cara membuat kelompok pemberdayaan untuk lingkungan masyarakat daerah desa weduni serta partisipasi pemerintah yang bekerja sama dengan warga sekitar


(17)

15

dan tak lupa juga pihak instansi pemerintah desa membuka ruang kreativitas masyarakat, Mayoritas penduduk desa weduni adalah pekerja tambak dengan adanya program pemerintah mengenai pengelolaan tambak menjadikan kesadaran warga terhadap program tersebut dan tidak ada hubungan antara kemiskinan warga dengan partisipasi warga terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan, bentuk pengelolaan lingkungan yang digerakkan masyarakat di desa weduni bukan hanya di dasari faktor kesadaran individu saja, akan tetapi faktor kesadaran bersama juga sangat berperan dalam memajukan lingkungan warga desa weduni ini, yang paling menonjol adalah gerakan yang dilakukan oleh kelompok seakan-akan ikut membantu kesadaran warga sekitarnya bahkan malah mampu meneruskan program yang diagendahkan pemerintah Pada masing-masing penelitian tersebut, memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini.

Persamaannya : memiliki potensi yaitu kekuatan dan peluang

disamping kendala yaitu kelemahan dan ancaman untuk meningkatkan pendapatan mereka, kekuatan-kekuatan yaitu motivasi mereka melaksanakan pekerjaan atau profesinya lebih terhadap masyarakat sekitar.

Perbedaannya : tidak adanya aktivitas perkumpulan

masyarakat yang diadakan setiap bulan sekali dalam membahas perkembangan ikan yang ada di tambak.


(18)

16

2. Kajian Pustaka

1. Pemberdayaan

Pemberdayaan adalah proses dan tujuan sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau pemberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan sebagai tujuan, maka pemberdayaan menununjukan pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial . yaitu masyarakat yang bedaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencarian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.9

Keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat bersangkutan Masyarakat yang sebagaian besar anggotanya sehat fisik dan mental , terdidik, kuat , dan inovatif, tentu memiliki keberdayaan masyarakat adalah unsure-unsur yang memungkinkan masyarakat untuk bertahan ( survive ) dan dalam pengertian dinamis mengembangkan diri dan mencapai kemajuan, keberdayaaan masyarakat ini menjadi sumber dari apa

9

Edi Suharto , Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat ( penerbit : Refika aditama Bandung) hlm 59-60


(19)

17

yang ada dalam wawasan politik pada tingkat nasional disebut ketahanan nasional10

Prinsip pemberdayaan:

Terdapat beberapa prinsip pemberdayaan menurut perspektif pekerjaan sosial yaitu .

a) Pemberdayaan adalah sebuah koloboratif, karenanya pekerjaan sosial dan masyarakat harus bekerja sama sebagai patner.

b) Proses pemberdayaan menempatkan masyarakat sebagai actor atau subjek yang kompeten dan mampu menjangkau sumber-sumber dan kesempatan-kesempatan.

c) Masyarakat harus melihat diri mereka sendiri sebagai agen penting yang dapat mempengaruhi perubahan .

d) Kompetensi diperoleh atau dipertajam melalui pengalaman hidup khususnya pengalaman yang memberikan perasaan mampu pada masyarakat .

e) Solusi-solusi ang berasal dari situasi khusus , harus dan baragam dan menghargai keberagaman yang berasal dari faktor-faktor yang berada pada situasi masalah tersebut .

Pemberdayaan menunujuk pada kemampuan orang khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan ( freedom) dalam artian bukan

10

Rendi R.Wrihatnolo , Manajemen Pemberdayaan sebuah pengantar dan panduan ( Jakarta : PT Elex Computindo ,2007 halm 75


(20)

18

saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, kebebasan dari kebodohan, bebas dari kesakitan, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatan dan mempeoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, dan berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka beberapa ahli dibawah ini mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses, dan cara pemberdayaan.

a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah dan tidak beruntung.

b. Pemberdyaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian dan lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan,dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatian.

c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.


(21)

19

d. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agara mampu menguasai( atau berkuasa atas ) kehidupannya 11.

Dalam pengertian lain agak sederhana pengembangan masyarakat atau pengembangan sumber daya manusia diartikan sebagai memperluas horizon pilihan bagi masyarakat banyak, Hal ini berarti bahwa masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dengan memakai langkah ini, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan.

Dari paparan sederhana tadi, menjadi jelaslah bahwa proses pengembangan dan pemberdayaan akan menjadikan kepada masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan, sebab manusia atau masyarakat yang dapat memajukan pilihan-pilihan dan yang dapat memilih dengan jelas adalah masyarakat yang punya kualitas12

Konsep pemberdayaan sebenarnaya menyetir pendapat sumodiningrat ( 2007) merupakan hasil interaksi ditingkat ideologis maupun prasis. Di tingkat idiologis maupun praksis. Di tingkat idiologis, konsep ini merupakan hasil interaksi antara konsep top down- dan bottom up. Antara growth strategy dan people –centred strategy sedangakan di tingkat praksis, interaksi terjadi lewat pertarungan antar otonomi. Hasil interaksi konsep-konsep tersebut 11

Ibid 56

12

Nanik Machendrawati, Agus Ahmad Safe’I, Pengembangan masyarakat islam( Bandung PT Remaja Rosda Karya, 2001 ) hlm 29


(22)

20

melahirkan sebuah konsep alternatif pembangunan yang selanjutnya poupler dengan istilah pemberdayaan. Pemberdayaan menekankan otonomi pengambilan keputusan suatu kelompok masyarakat yang berlandaskan pada sumber daya pribadi, partispasi, demokrasi, dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung. Fokusnya adalah lokalitas, karena civil society lebih siap diberdayakan melalui isu-isu lokal, Dengan demikian konsep pemberdayaan mengandung konteks pemihakan kepada masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan13

Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga asas pemberdayaan ( empowerment setting ) Mikro, Mezzo, Makro :

a. Asas mikro : Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan konseling, stress menegement, crisis intervention tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.

b. Asas mezzo: Pemberdayaan dilakukan terhadap kelompok klien pemberdayaan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan, dan sikap-sikap klien

13

Drs. Agus Afandi, M. Fil.l dkk Dasar-dasar pengembangan masyarakat islam ( Surabaya IAIN SA Press September 2013 ) halm 155


(23)

21

agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapinya.

c. Asas makro pendekatan ini disebut dengan strategi sistem besar, karna sasaran perubahan di arahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas, perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial , lobbyng, pengorganisasian masyarakat manajement konflik adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini, strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menetukan strategi yang tepat untuk bertindak.14

Strategi pemberdayaan yang lengkap menuntut bahwa hambatan-hambatan yang dihadapi oleh masyarakat dalam menggunakan kekuatannya dipahami, diperhatikan,dan dipecahakan. Kendala-kendala ini berupa struktur ynag menindas (

kelas/ras/etnis),bahasa, pendidikan, mobilitas pribadi dan dominan

para etlite dalam struktur kekuasaan masyarakat. Perlu dipahaami oleh pekerjaan sosial bahwa pemberdayaan merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu,energi, dan komitmen, serta hasilnya belum tentu memuaskan. 15

14

Edi Suharto, Membangun masyarakat memberdayakan masyarakat ( Penerbit :Refika aditama Bandung ) hlm 66-

15

Dr. Zubaedi, M.Ag,M,P,d Pengembangan Masyarakat ( penerbit: kencana pranadamedia group 2013) hlm 43


(24)

22

Implementasi program kerja pemberdayaan dilakukan dalam bentuk :

a. Mengorganisasikan aset

Banyak model yang dapat digunakan dalam mengorganisasikan aset, seperti model yang disinyalisir oleh philips dan Hitman yaitu pertama memetakan kapasitas individu, organisasi, dan isntitusiyang ada dalam komunitas, proses ini akan dapat membnatu dan mengidentifikasi sumber daya yang dapat dipergunakan dalam pemberdayaan masyarakat.

b. Membangun komitmen bersama

Komitmen bersama antara pihak pengorganisir dengan jomunitas mutlak diperlukan. Karena tanpa komitmen program akan sia-sia komitmen dibangun untuk memastikan keberlangsungan program akan sampai pada tahap akhir. Selanjutnya dampak yang akan dihasilkan akan terlihat dari komitmen tersebut. Perubahan sosial akan terjadi jika terdapat empat unsur yaitu adanyalembaga-lembaga baru yang dibangun atas hasil program, terdapat lokal leader yang menjadi pengelolah lembaga tersebut, terdapat keberlanjutan program yang telah dilaksanakan, dan adanya komitmen diantara para kelompok masyarakat yang terlibat dalam proses program.16

16

Drs. Agus Afandi, M,Fil,I dkk Dasar-Dasar pengembangan masyarakat islam ( penerbit : IAIN Sunan Ampel Press September 2013 ) hlm 141


(25)

23

Pemberdayaan masyarakat tani merupakan sebuah proses perubahan pola pikir, prilaku dan sikap petani, dan petani subsistem menjadi petani modern yang berwawasan agribisnis melalui proses pembelajaran berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat tani di bangun berdasarkan konsep linier input-proses ( petani modern berbasis agrobisnis) . Dari pengertian dan pola dasar yang dibangun ini, maka cakupan pemberdayaan petani meliputi:

Pertama, tujuan mendasar pemberdayaan pertanian memang telah dengan gamblang diejawantahkan dala pernyataan diatas yakni terjadi perubahan pola pikir, sikap dan prlaku petani dari pertanian modern yang berbasisa gribisnis. Jika konteks pemberdayaan adalah mengarah petani sub-sistem menuju petani modern berbasis agribisnis, maka betapa tugas tengah menghadang di hadapan agen pemberdayaan perlu penangan serius dan landasan konsep holistik serta pelaksanaan yang sistematis dan simultan.

Kedua, Konsep linier pola dasar pemberdayaan input-proses

(Kurikulum, magang, learning by doing )- output ( Petani modern)

tidak serta merta menjadikan petani berdaya ( terjadi perubahan sikap dan keterampilan.

Ketiga, melakukan perubahan berarti melakukan pekerjaan dengan waktu yang tidak terbatas, memang dalam pernyataan di atas telah di uraikan dengan kata “ melalui” pembelajaran berkelanjutan merupakan pendidikan yang secara bertahap artinya diperlukan


(26)

24

adanya standar-standar perubahan petani, Pola penilaiannya memang bisa melalui evaluasi apa yang digunakan untuk mengukur perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani belum bisa terdefinisi.

Keempat, Cakupan pemberdayaan petani meliputi pemberdayaan kelembagaan petani, pemberdayaan kegiatan agribisnis, pasar, usaha, agribisnis yang menguntungkan, agribisnis berbasis kepercayaan jangka panjang, pemberdayaan menuju kemandirian dan daya saing usaha seta pemberdayaan kemitraan kontak usaha.

Akhirnya berbicara mengenai pemberdayaan berarti berbicara mengenai kesungguhan agen pemberdayaan dalam melakukan perubahan, perubahan yang bisa di capai dengan tahapan-tahapan dengan parameter-evaluasi yang di standarkan petani sub-sisten seharusnya di upayan menjadi petani yang mau bergabung terlebih dahulu dengan komunitas pertaniannya, mau membuka diri terhadap perubahan, petani yang mau membuka diri dan memiliki inovasi inilah yang harus di upayakan untuk membantu petani-petani dilevel bawahnya untuk bersama. Berbicara mengenai pemberdayaan berarti berbicara mengenai landasan pola pikir holistic bnyaak hal yang harus di sinergikan antara faktor eksternl dan internal yang mempengaruhi, kemudian peningkatan kualitas agen pemberdayaan juga menjadi faktor penting untuk perubahan masyarakat tani


(27)

25

menuju ke arah yang lebh baik, hal yang paling utama adalah pemberdayaan adalah konteks aplikasi, jadi marilah kita menjadi agen pemberdayaan masyarakat tani ( penyuluh) dengan baik dan berorientasi dalam kesejahteraan mereka.17

2. Pertambakan

Tambak : Tambak menurut kamus bahasa Indonesia yaitu pematang yang berfungsi untuk menahan air seperti tanggul, bendungan atau kolam yang ditepi laut yang diberi pematang untuk memelihara ikan terutama ikan bandeng.18 tambak merupakan usaha perikanan dalam wilayah tertentu yang dikelola secara intensif sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Budidaya tambak merupakan suatu kegiatan membesarkan udang/ ikan dalam suatu tempat perairan, dan agar dapat diperoleh hasil yang optimal maka perlu disiapkan suatu kondisi lingkungan tertentu yang sesuai bagi udang atau ikan yang dipelihara. Faktor utama yang sangat menentukan produktivitas tambak adalah kualitas air dalam petakan tambak, yang merupakan media tumbuh bagi udang atau ikan yang dipelihara. Faktor lain yang mempengaruhi produktivitas tambak adalah keseluruhan tanah. Dengan kualitas air yang baik dan tanah yang subur. Diharapkan makanan alami dapat tumbuh dengan baik. Disamping kesuburan tanah, kandungan zat-zat beracun merupakan

17

Kangajat, 2011. Paradok Pemberdayaan Masyarakat Tani. Http:// ikan Tambak. Word press.com// diakses pada tanggal 27 Januari 2015

18

W.J.S Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia ( Penerbit : Jakarta PN Balai Pustaka,1984) hal 1001


(28)

26

faktor yang berpengaruh pada kualitas produksi. Untuk tambak-tambak tradisional,usaha terpenting untuk menaikan prouktivitas tambak adalah dengan menyediakan air kolam tambak dengan kualitas air yang baik serta dengan perbaikan dengan penataan kembali prasarana irigasi19

a. Pengertian Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah proses di mana tanah digemburkan dan dilembekkan, sehingga dapat menciptakan kondisi tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman atau suatu organisme. Hal ini bertujuan untuk menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian, meningkatkan kecepatan infiltrasi, pertumbuhan organisme, dan untuk mengurangi bahaya erosi.

b. Pengertian Tanah Tambak Darat

Tanah Tambak Darat merupakan tanah yang dijadikan usaha perikanan dalam wilayah tertentu yang dikelola secara intensif sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Budidaya tambak merupakan suatu kegiatan membesarkan udang/ ikan dalam sutu kolam,agar diperoleh hasil yang optimal maka perlu disiapkan suatu kondisi lingkungan tertentu yang sesuai bagi udang/ ikan yang dipelihara.

19

Ine Maula, Asep Agus Handaka, dan Indah Riyantini. 2012. Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran: Bandung. Diakses tanggal 16 Desember 2014


(29)

27

Menurut Hermanto, menyatakan bahwa tambak yang ramah lingkungan harus:

1) Saluran pengairan

2) Petak tandon saluran air masuk 3) Petak tandon air siap pakai

4) Petak pemeliharaan dengan sistem pembuangan sedimen limbah

5) Saluran pengendapan limbah

6) Saluran pengurangan nutrien terlarut 7) Petak pengolahan limbah

Ditinjau dari segi letak tambak terhadap laut dan muara sungai, tambak dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu tambak layah, tambak biasa dan tambak darat.20

1. Tambak Layah

Tambak layah terletak dekat sekali dengan laut dan muara sungai, di tepi pantai atau muara sungai. Di daerah pantai dengan perbedaan tinggi air pasang surut yang besar, air laut dapat menggenangi daerah tambak ini sampai sejauh 1,5-2 km dari garis pantai kearah daratan tanpa mengalami perubahan salinitas yang mencolok.

Salinitas pada tambak layah sama dengan air pantai, yaitu sekitar 30 ppt. dibandingkan dengan tambak yang jauh ke 20

Zikrully putri palarum. 2013. PENGOLAHAN TANAH TAMBAK DARAT. http://zikrullyputripalarum.wordpress.com/2013/04/08/15/ diakses pada tanggal 12 november 2014 pukul 23.04 WIB


(30)

28

daratan, tambak layah mempunyai salinitas air yang cukup tinggi karena pada dasarnya air laut yang masuk ke dalam tambak memang masih mempunyai salinitas tinggi.

2. Tambak Biasa

Tambak biasa terletak dibelakang tambak layah. Tambak ini selalu terisi oleh campuran air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Campuran kdua air tersebut dikenal sebagai air payau dengan salinitas berkisar 15 ppt. Salinitas pada tambak ini akan meningkat selama tambak diisi dengan air laut (sedang pasang) dan akan menurun kembali jika diisi dengan air tawar baik dari air sungai maupun air hujan.

3. Tambak Darat

Tambak darat terletak jauh sekali dari pantai. Karena letaknya cukup jauh dari garis pantai, tambak ini biasanya hanya terisi air tawar, sedangkan air laut sering kali tidak mampu mencapaianya tetapi karena perjalanan air laut cukup jauh, salinitasnya menjadi sangat rendah.

Karena suplai airnya hanya diharapkan dari musim hujan, salinitas tambak darat sangat rendah, yaitu sekitar 5-10 ppt. karena itu, tambak ini selain bisa digunakan untuk biota yang euryhaline, seperti bandeng (Chanos chanos), udang windu (Penaeus monodon), nila (Oreochromis nilotica) dan kakap putih (Lates calcalifer).


(31)

29

Menurut Murtdjo, berdasarkan salinitasnya tambak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Tambak bersalinitas tinggi, adalah tambak yang sangat dekat dengan garis pantai. Tambak semacam ini memiliki kadar keasinan air yang sangat tinggi.

b) Tambak bersalinitas rendah, adalah tambak yang terletak agak jauh dari garis pantai, tetapi dekat dengan sungai. c) Tambak bersalinitas rendah, adalah tambak yang terletak

sangat jauh dari garis pantai, tetapi dekat dengan sungai. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pertambakan diantaranya adalah :

a. Bentuk dan Tata Letak Tambak.21

Kontruksi tambak untuk pemeliharaan ikan bandeng dan udang windu biasanya berbentuk empat persegi panjang dengan perbandingan lebar : panjang yaitu 1:2 atau 1:3 dan setiap unit tambak terdiri dari 3 jenis petakan yaitu petakan peneneran, petak buyaran (penggelondongan) dan perak pembesaran, selain itu diperlukan pula petak pembagi air, saluran keliling dan plataran. Luas dari petak pembesaran sebaiknya berkisar antara 1-3 Ha, sedangkan luas dari petak peneneran dan petak buyarannya bisa diperhitungkan berdasarkan perbandingan. Petak peneneran : petak buyaran : petak pembesaran = 1 : 9: 90.

21

Hermanto. 2007.Pengelolaan Budidaya Tambak Berwawasan Lingkungan.Http://ikan mania.wordpress.com//diakses 16 Desember 2014.


(32)

30

Jadi untuk setiap Ha pembesaran diperlukan 0,01 Ha, petak peneneran dan petak buyaran 0,1 Ha. Setiap petakan dalam satu unit mempunyai pintu air sendiri- sendiri agar pengaturan dan pengelolaan air menjadi mudah baik pada waktu pengisian maupun pada pengeringannya.

Tinggi air pada jenis petakan berlainan yaitu antara 20-30 cm untuk petak peneneran, 20-30-40 cm untuk petak buyaran dan 50-60 cm untuk petak pembesaran. Sedangkan di petak / saluran pembagi air lebih dalam lagi. Di sepanjang pinggiran petakan dibuat saluran keliling yang di sebut caren. Caren tersebut lebarnya berkisar antara 4-6 cm dan dalamnya 40-60 cm yang berfungsi sebagai tempat berlindung ikan dari panas terik matahari, gangguan hama serta untuk memudahkan penangkapan ikan pada waktu panen. Dasar pelataran tambak dibuat melandai ke atas pintu air dan semaksimal mungkin dibuat rata sebagai tempat tumbuhnya makanan alami. Luas pelataran tersebut sekitar 90 % dari luas seluruh areal tanah yang ada.

b. SistemTambak

Menurut Reza, teknik pembuatan tambak dibagi dalam tiga sistem yang disesuaikan dengan letak, biaya dan operasi


(33)

31

pelaksanaanya yaitu tambak ekstensif (tradisional), semi intensif dan intensif22.

1) Tambak Ekstensif

a) Dibangun di lahan pasang surut yang umumnya berupa rawa- rawa bakau atau rawa-rawa pasang surut bersemak dan rereumputan.

b) Bentuk dan ukuran petakan tambak tidak teratur. c) Luasnya antara 3-10 ha per petak.

d) Setiap petak mempunyai saluran keliling ( caren ) yang lebarnya 5-10 m di sepanjang keliling petakan sebelah dalam. Dibagian tengah juga dibuat caren dari sudut ke sudut (diagonal). Kedalaman caren 30-50 cm lebih dalam dari bagian sekitarnya yang disebut pelataran. Bagian pelataran hanya dapat berisi sedalam 30-40 cm. e) Di tengah petakan dibuat petakan yang lebih kecil dan

dangkal untuk nener yang baru datang selama 1 bulan. f) Selain itu ada beberapa jenis tambak tradisional,

misalnya tipe corong dan tipe taman. g) Pada tambak ini tidak ada pemupukan. 2) Semi Intensif

a) Bentuk petakan umumnya empat persegi panjang dengan luas 1-3 ha/petakan.

22

Dadang Saputra, Teknik Budidaya Intensif Tambak Bandeng(Bandung :Titian Ilmu),Hal 98


(34)

32

b) Tiap petakan mempunyai pintu pemasukan (inlet) dan pintu pengeluaran (outlet) yang terpisah untuk keperluan penggantian air, penyiapan kolam sebelum ditebari benih dan pemanenan.

c) Suatu caren diagonal dengan lebar 5-10 m menyerong dari pintu pipa inlet ke arah pintu outlet. Dasar caren miring ke arah outlet untuk memudahkan pengeringan air dan pengumpulan udang pada waktu panen.

d) Kedalaman caren selisih 30-50 cm dari pelataran. e) Kedalaman air di pelataran hanya 40-50 cm. 3) Intensif

a) Petakan berukuran 0,2-0,5 ha/petak supaya pengelolaan air dan pengawasanya lebih mudah.

b) Petak pemeliharaan dapat dibuat dari beton seluruhnya atau tanah.

c) Biasanya berbentuk bujur sangkar dengan pintu pembuangan ditengah dan pintu panen di pematang saluran buangan. Bentuk dan kontruksinya menyerupai tambak semi intensig bujur sangkar

d) Lantai dasar dipadatkan sampai keras, dilapisi oleh pasir atau kerikil. Tanggul biasanya dari tembok sedang air laut dan air tawar dicampur dalam bak pencampuran sebelum masuk dalam tambak.


(35)

33

e) Pipa pembuangan air hujan atau kotoran yang terbawa angin itu dipasang di sudut petak.

f) Diberi aerasi untuk menambah kadar O2 dalam air. g) Penggantian air yang sangat sering dimungkinkan oleh

penggunaan pompa. c. KonstruksiTambak

Kontruksi tambak dibangun dengan bentuk bujur sangkar dengan ukuran panjang dan lebar masing-masing 50 meter, sehingga luas satu petak tambak sebesar 2.500 m2. Untuk konstruksi tanggul tambakdigunakan harflek yaitu lembaran dinding terbuat dari bahan asbestos berkadar asbes rendah yang biasanya digunakan untuk dinding bangunan atau pagar.

Harflek tersebut dipasang memanjang pada dinding tambak bagian dalam dan pada setiap sambungan diperkuat dengan pasangan batako semen. Sebelum harflek dipasang, maka dasar dan dinding tambak dilapisi dengan plastik (ketebalan 0,6 mm). Pematang tambak dibuat miring dengan perbandingan 1 : 1 sampai 1 : 1,5. Sebelum bioseal dipasang, pematang pasir dipadatkan terlebih dahulu agar stabil. Untuk memudahkan dan memperkuat konstruksi dinding, maka pada dasar dinding terlebih dahulu diberi konstruksi “sepatu dinding” selebar 1 meter terbuat dari plesteran.


(36)

34

Selain konstruksi petakan tambak, perlu pula diperhatikan konstruksi saluran pemasukan air (inlet) dan konstruksi pembuangan air (outlet). Saluran pemasukan air dibuat di atas pematang tambak yang menghubungkan sumber air sungai (yang dipompakan ke saluran) dengan petakan tambak. Konstruksi saluran air tersebut terbuat dari pasangan bata merah selebar 0,5 m dan tinggi 0,5 m, yang bagian dasarnya diperkuat dengan fondasi batu kali.

Saluran pembuangan dibuat di bawah tanah dan lebih rendah dari dasar tambak, terbuat dari buis beton yang menampung air pembuangan yang berasal dari central

drainage23

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis Penelitian

Sesuai dengan judul Penelitian yang diajukan yaitu pemberdayaan masyarakat tani Petani Tambak di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik, maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data

23

Ine Maula, Asep Agus Handaka, dan Indah Riyantini. 2012. Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran: Bandung. Diakses tanggal 16 Desember 2014.


(37)

35

informasi mengenai status gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.24

Sedangkan penelitian deskriptif menurut Mardalis adalah penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini berlaku. di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis. Dan menginterprrestasikan kondisi yang sekarang ini terjadi atau ada25. Jadi dalam penelitian ini peneliti berusaha meneliti bagaimana Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik.

Sedangkan jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati.26

Dalam Penelitian deskriptif kualitatif ini penulis menggunakan jenis “ case study” atau study kasus yaitu penyelidikan yang mendalam dari suatu individu, kelompok, atau institusi,27 studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian kepada kasus yang dilakukan secara intensif , mendalam, detail, dan kompherensip.

24

Arikunto Suharsimi prosedur Penelitian, : Suatu pendekatan Praktek ( Jakarta : Rineka cipta 1993) hlm 3

25

Mardalis Metode Penelitian suatu penedekatan Proposal ( Jakarta : Bumi aksara , 2003) hlm 26

26

Lexy J. Moeleong Metedologi penelitian Kualitatif (Bandung PT Remaja Rosda Karya 2002) hlm 3

27

Suminto , Metode sosial dan Pendidikan ( Penerbit : Jogjakarta : Andi Offset 1995 )


(38)

36

2. Lokasi dan waktu penelitian

a. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Desa kemudi Kecamatan Duduk sampeyan Gresik alasan memilih lokasi tersebut yakni di Lokasi tersebut karena sudah mengalami suatu perubahan yang dulunya ikan hanya di perjual belikan kini ikan tersebut dikelola dan di manfaatkan sebagai bahan produk pembuatan otak-otak dan krupuk hingga mempunyai nilai jual yang tinggi.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret-April 2015

3. Pemilihan Subyek Penelitian.

Penelitian ini melibatkan beberapa orang yang berkompeten dalam hal ini. Diantaranya adalah:

a. Petani tambak selaku subjek utama dari penelitian ini.

b. Kepala Desa atau Perangkat Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Gresik.


(39)

37

Nama –Nama Informan

NO Nama Usia Pekerjaan

1. Munawar 46 tahun Petani 2. Kasmuji 49 tahun Petani

3. Masyhudan 45 tahun Ketua Gapoktan 4. Muhammad lazin S.H 42 tahun Kepala Desa 5. Musyrifah 43 tahun Pembuat otak-otak 6. Yumai 70 tahun Pembuat krupuk 7. Siti 45 tahun Pembuat krupuk 8. Zubaidah 40 tahun Pembuat krupuk 9. Solihah 45 tahun Pembuat krupuk 10. Sumira 43 tahun Pembuat krupuk 11. Zumaroh 50 tahun Pembuat krupuk 12. Mualimah 43 tahun Pembuat krupuk

4. Tahap-Tahap Penelitian. a) Tahap Persiapan Penelitian

1. Merumuskan Rancangan Penelitian

Setelah menemukan fenomena sosial, peneliti merumuskan rancangan penelitian, yang memuat latar belakang masalah, tujuan penelitian, definisi konsep, dan teori.

2. Menentukan Lapangan Penelitian

Peneliti memilih penelitian khususnya Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik

3. Mengurus Perizinan

Langkah pertama untuk mendapatkan izin melakukan galian data dari sumber data adalah mengutarakan dan memahamkan maksud dan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian tersebut.


(40)

38

4. Menjajaki dan Memilih Lapangan

Pada tahap ini belum sampai pada titik yang menyikapi bagaimana peneliti masuk lapangan, namun telah menilai keadaan lapangan dalam hal-hal tertentu.

5. Menentukan Informan

Informan disini berfungsi memberikan informasi keterangan tentang situasi dan kondisi latar penelitian, baik dengan cara sharing (tukar pikiran) atau membandingkan kejadian dari subjek lain. Dalam penelitian ini, peneliti memilih informan yang akan memberikan data atau informasi mengenai permasalahan yang akan di bahas yaitu masalah Problema Kemiskinan.

6. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Kelengkapan penelitian yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain yaitu alat tulis (pensil, ballpoint, buku catatan). Kamera digital atau kamera handphone dan tipe recorder (handphone).

7. Persoalan Etika

Dalam hal etika, peneliti sangat menjaga kerena hal ini menyangkut hubungan dengan orang yang berkenaan dengan data-data yang diperoleh dari peneliti, sebab dengan adanya etika oleh peneliti di harapkan tercipta kerja sama yan menyenangkan antara kedua belah pihak.


(41)

39

b) Tahap pelaksanaan penelitiaan

1. Memahami Latar penelitian dan persiapan diri

Peneliti perlu memahami konteks penelitian terlebih dahulu, kemudian peneliti mempersiapkan diri baik secara mental maupun fisik agar nantinya disaat peneliti terjun ke lapangan semua kegiatan interview dapat berjalan dengan lancar dan baik. Jika peneliti memanfaatkan dan berperan serta, maka hendaknya hubungan akrab antara subyek dan peneliti dapat dibina. Dengan demikian peneliti dengan subyek penelitian dapat bekerja sama, dan tukar fikiran informasi.

2. Memasuki Lapangan

Untuk memasuki lapangan, peneliti mencari data atau informasi yang berkaitan dengan masalah-masalah yang yang di jadikan fokus penelitian. Sebelumnya peneliti pada tahap ini perlu memahami konteks lapangan yang akan di jadikan obyek penelitian, baru setelah itu peneliti menyiapkan diri untuk terjun langsung ke lapangan. Dalam hal ini peneliti harus menempatkan diri dengan keakraban hubungan, menjaga sikap, dan patuh pada aturan lapangan serta menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar peneliti dapat dengan mudah mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian.


(42)

40

5. Tehnik Pengumpulan Data.

Penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu antara lain :

a) Observasi

Adalah suatu pengamatan yang khusus dan pencatatan yang sistematis, ditujukan pada satu atau beberapa faset masalah dalam rangka penelitian, dengan maksud mendapatkan data yang diperlukan untuk pemecahan persoalan yang dihadapi28 Dalam Penelitian ini Peneliti akan melakukan observasi langsung ke Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik, mengamati Pemberdayaan Masyarakat Petani Tambak yang dilakukan sehari-hari oleh warga di sana.

b) Wawancara.

Menurut Esterberg wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasidan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.29 Dalam wawancara Peneliti akan mewawancarai Masyarakat di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik, wawancara akan dilakukan ketika Masyarakat sedang bekerja atau melakukan Aktivitas maupun mereka sedang bersantai. Selain itu peneliti akan melakukan wawancara denggan Kepala Desa dan Perangkat Desa setempat.

28

Sapari Imam Asyari, Metedologi Penelitian Sosial Suatu Petunjuk Ringkas ( Surabaya : Usaha Nasional, 1981) hlm 82

29

Rianto Adi, Metedologi Penelitian Sosial dan Hukum ( Jakarta: Granit, 2004 ) hlm 70


(43)

41

c) Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metedologi penelitian sosial. Pada intinya metode ini adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Sehingga dengan demikian pada penelitian, Dokumentasi dalam penelitian memgang peranan penting.30 Ketika peneliti sedang melakukan obsevasi dan wawancara langsung dengan masyarakat maupun dengan Kepala Desa dan Perangkat Desa, peneliti akan mengambil rekaman suara dan mengambil gambar atau Dokumentasi untuk nantinya dapat mendukung data-data yang diperoleh oleh peneliti, karena Dokumentasi mengambil peranan penting yang bisa dijadikan bukti kalau peneliti telah melakukan wawancara langsung dengan warga.

6. Tehnik Analisis Data.

a. Mengorganisasikan data

Data yang sudah terkumpul yang terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengategorikannya. Tujuannya adalah untuk menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.

30

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif ( Jakarta: Prenada Media Group, 2007) hlm 129


(44)

42

b. Analisis data dilakukan dalam suatu proses

Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif, yaitu sudah meninggalkan lapangan. Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga, pikiran peneliti.

c. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis unntuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant

other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan

significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti

benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.

7. Teknik Pemeriksaan keabsahan data .

Pengecekan keabsahan data dilakukan agar memperoleh data yang valid dan dipercaya oleh semua pihak. Menurut Sugyono ada enam teknik yang dapat digunakan untuk menguji kredibilitas data yaitu


(45)

43

dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan, ketekuanan dalam penelitian triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif member check 31. dan untuk pengecekan keabsahan data yang peniliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik :

1. Keikutsertaan

Peneliti dalam penelitian kualitaif adalah instrument utama sehingga keikutsertaan peniliti sangat menentukan dalan pengumpulan data . keikutsertaan tersebut hanya dilakuakan dalam waktu singkat. sehingga peneliti akan dapat memperoleh data yang lebih banyak dan dapat digunakan untuk mendeteksi data yang diperoleh, sehingga menyediakan lingkup yang luas.

2. Tringulasi

Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding terhadap data itu32 . Data yang diperoleh dari satu sumber yang lain dengan berbagai teknik dan aktual yang berbeda , sebagai contoh data yang diperoleh dari bawahannya atau data yang diperoleh dengan wawancara allau dicek dengan observasi dan dokumentasi dalam waktu berbeda.

Adapun pengecekan keabsahan dalam penelitian data dalam penelitian ini, penulisan menggunakan teknik tringulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu 31

Sugyono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung : Alfabeta,1995) hlm 121

32

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2002) hlm 330


(46)

44

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.33 Untuk itu peneliti mencapainya dengan jalan : a. Membandingkan data hasil pengamatan data hasil wawancara b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan .

3. Menggunakan bahan referensi

Yaitu adanya pendukung atau memberikan data yang telah ditemukan oleh peniliti: sebagai contoh data hsil interview perlu didukung dengan adanya rekaman interview. Data tentang upaya pemberdayaan masyarakat tani dengan memanfaatkan hasil pertambakan gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat bantu perekam dalam penelitian kualitaif,seperti kamera, alat rekam, suara sangat diperlukan dalam kreabilitas data yang telah ditemukan peneliti, selain itu dalam laporan penelitian , data-data yang ditemukan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga lebih dapat dipercaya.

H. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam memahami tulisan skripsi ini, peneliti membuat sistematika dalam skripsi ini sebagai berikut :

33

Lexy J, Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2002) hlm 330


(47)

45

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah . Rumusan masalh dalam perumusannya terdapat dua masalah yang diangkat. Tujuan penelitian dan manfaat penelitian menjelaskan tentang manfaat akademik dan manfaat praktisnya. Definisi konseptual. Sistematika pembahasan menjelaskan gambaran dari masing-masing bab yang terdiri dari bab kajian supaya dapat mengetahui isi bab sebelum melangkah ke Bab berikutnya lebih mendalam

BAB II : KAJIAN TEORI

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori Difusi Inovasi, Adopsi jadi teori inilah yang akan peneliti gunakan untuk menganalisa data yang telah peneliti kumpulkan.

BAB III : PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Pada bab ini peneliti memberikan gambaran tentang data-data yang diperoleh, baik data primer maupun sekunder, penyajian data dapat dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar, table atau bagan yang mendukung data, dan akan dilakukan penganalisahan data yang menggunakan dengan menggunakan teori yang relevan.


(48)

46

BAB IV : PENUTUP

Pada bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan dan permasalahan dalam penelitian selain itu juga peneliti memberikan saran kepada para pembaca laporan penelitian.


(49)

BAB II

TEORI DIFUSI INOVASI, ADOPSI

A. Teori Difusi Inovasi, Adopsi.

Selama bertahun-tahun para sosiolog telah tertarik untuk mempelajari adopsi bermacam-macam inovasi dalam bidang pertanian, praktik kesehatan, perihal konsumen, praktik keluarga berencana, dan berbagai bidang kehidupan lainnya. Misalnya, saja sejak tahun 1920-an, tetapi terutama sekali tahun 1940-an, para ahli sosiologi pedesaan telah mempelajari masalah tentang bagaimana inovasi teknologi dipelajari dan dipakai oleh para petani. Selama adopsi inovasi ( dalam bidang pertanian, atau dalam bidang kehidupan lainnya ) menghendapi penerimaan secara sukarela oleh individu, ia memiliki ciri-ciri yang sama dengan proses pengambilan keputusan oleh individu mengenai hal-hal lain.

Charles R. Wright selanjutnya mengatakan, pada bagian ini kita semata-mata akan memperhatikan dua cara bagaimana jalan penelitian ini telah memperkuat kembali perbaikan dalam konseptualisasi masalah. Dinyatakan secara sederhana, kedua cara itu telah menekankan bahwa adopsi seharusnya di teliti sebagai suatu proses dan bukannya sebagai suatu peristiwa, dan bahwa difusi seharusnya dianalisis sebagai suatu proses sosial dan bukan sekedar jumlah adopsi individual, Bagi peneliti, dan mungkin bagi individu yang bersangkutan, adopsi inovasi bisa nampak sebagai suatu peristiwa atau tindakan.


(50)

48

Mengkonseptualisasikan adopsi inovasi atau jenis lainnya dalam keputusan individu sebagai bagian dari suatu proses dan bukannya sebagai suatu tindakan acak yang terpisah tanpa sejarah merupakan suatu langkah yang penting kendatipun jelas dengan sendirinya segera setelah diungkapkan.

Konseptualisasi inilah salah satu dari berbagai pikiran dasar yang ada di belakang penggunaan teknik panel oleh lazarsfeld dan teman-temannya dalam penelitian mereka tentang “ proses memberi suara”. apa yang telah ditekankan oleh penelitian adopsi adalah kebutuhan untuk menerangkan dan menetapkan secara sistematik langkah-langkah atau “tahapan-tahapan” yang ada dalam keputusan individu untuk memakai atau menolak suatu inovasi, atau dalam kepusan-keputusan lainnya yang berhubungan dengan hal-hal ini. Bermacam-macam tahapan telah ditemukan oleh peneliti yang berlain, yang mempelajari masalah ini, Model yang pada umumnya telah dikembnagkan selama bertahun-tahun terdiri dari lima tahapan: kesadaran, minat, evaluasi, percobaan dan pemakaian atu penolakan.

Model ini menyatakan bahwa agar seorang individu memakai suatu inovasi ia pertama-tama harus menyadari adanya inovasi tersebut, kemudian tertarik untuk mengenalnya lebih lanjut, mengevaluasi relevasinya dengan kebutuhan pribadi, memutuskan untuk mencobanya sedikit dan akhirnya ia akan memutuskan untuk memakai atau menolak inovasi tersebut. Model lainnya telah mengurangi jumlah tahapan yang ada beberapa bahkan telah menambahkan post adoption secision ( keputusan paska adopsi ) pada tahapan yang untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan aktivitas baru


(51)

49

tersebut. Dalam beberapa hal, tahapan-tahapan itu tidak perlu mengikuti susunan model di atas, beberapa bahkan mungkin dilewati saja dalam lingkungan-lingkungan tertentu. Banyak modifikasi lainnya muncul dalam berbagai bacaan.

Konstribusi konseptual pokok yang kedua dan penelitian mengenai adopsi berasal dari pembahasan difusi sebagai proses sosial. Proses difusi inovasi atau gagasan dalam suatu komunitas dapat disegmentasikan ke dalam tahapan-tahapan untuk tujuan analisis. Individu diklasifikasikan menurut apakah mereka memakai inovasi secara relatif cepat ataukah lambat dalam difusi tersebut. Sebagai penggarang beranggapan bahwa difusi seringkali mengikuti suatu distribusi yang menyerupai sebagai kurva normal. Tetapi tanpa menghiraukan apakah seseorang mau menerima model ini atau tidak, nampaknya memungkinkan sekali untuk mengklarifikasi individu sebagai para pemakai yang relatif cepat atau lambat. Jika kita dapat memperoleh informasi mengeani waktu pada saat individu itu memakai inovasi tertentu. Salah satu model mengklarifikasi individu sebagai inovator, pemakai awal, mayoritas akhir dan orang terbelakang.1

Mekanisme alternatif dari morphogenesis norma adalah akumulasi penemuan, Dalam hal ini agen tak berupaya menghindari norma, sebaliknya menerimanya namun mempersoalkan validitasnya. Norma (kebiasaan, tradisi, adat, hukum, dan sebagainya) selalu disangkal keabsahannya sejak awal dan penolakannya adalah tindakan publik, terbuka, dan adakalanya juga

1

Shonhadji Sholeh. Sosiologi Dakwah ( Penerbit: IAIN Sunan Ampel Press 2011) hlm 96-99


(52)

50

dipamerkan. Prilaku yang memulai proses penolakan ini disebut Merton pemberontakan atau pendurhakaan.

Adaptasi menyebabkan orang yang berada diluar lingkungan struktur sosial mulai memikirkan dan mencari struktur sosial baru yang sangat berbeda. Struktur yang ingin dicari tentu yang berstandar dan bertujuan sangat berlainan. Struktur yang ada dianggap sewenang-wenang dan karenanya berarti tak perlu dipatuhi dan tak memiliki legitimasi. Pemberontakan menimbulkan penyangkalan atas nilai asli dan kekecewaan yang dirasakan menimbulkan penyangkalan atas niai asli dan kekecewaan yang dirasakan menimbulkan kutukan keras terhadap nilai semula sangat dihargai.

Konsep di atas berisi petunjuk sangat luas. Secara tak langsung menunjuk pada contoh seperti pencipta atau penemu menghancurkan kerangka teknologi atau paradigma ilmu dominan yang telah diterima sebelumnya, pemuka agama atau penguasa moral menetapkan definisi baru tentang kebaikan dan keadilan, artis atau penulis mengajukan gaya baru, pengusaha menata ulang produksi dan perdagangan, politisi atau pengusaha melaksanakan kodifikasi baru atas peraturan hukum, dan seterusnya. Setiap kasus dimulai dari episode kreativitas atau penolakan terhadap tradisi yang ada. Episode ini tentu ada perkecualiannya, hanya terjadi di kalangan segelintir orang tertentun atau paling banyak pada segolongan kecil anggota masyarakat kecil. Seperti yang dikatakan Loomis “ Cara adaptasi nonkompromis dalam kenyataannyamerupakan alternatif perasaan yang


(53)

51

digunakan minoritas ketika menggantikan adaptasi kompromis dan berbuat demikian karena secara fungsional mereka adalah superior dibandingkan mayoritas yang menggunakan pola prilaku yang ada kini.2

Ada jarak waktu cukup lama antara saat individu atau sekelompok individu memahami suatu inovasi dan saat menerima dan akhirnya mengganti cara dan model berprilaku terdahulu.

Di setiap tahap akan terlihat segala kemungkinan: proses akan berlanjut atau tidak, menghasilkan morphogenesis norma atau akan terhenti di tahap itu saja. Model ini ada kesamaannya dengan konsep proses pertambahan nilai dalam analisis smelser tentang prilaku kolektif.

Setiap tahap dalam proses pertambahan nilai merupakan kondisi diperlukan untuk tambahan nilai yang tepat dan efektif di tahap berikutnya. Kondisi yang cukup untuk produksi akhir adalah kombinasi setiap kondisi yang diperlukan, sesuai pola yang ditentukan. Karena proses pertambahan nilai bergerak ke depan, maka jarak ke produksi akhir semakin dekat.

Pada tahap awal, inovasi masih milik pribadi, belum menjadi milik umum antau dikenal luas contohnya banyak manuskrip yang masih tersimpan di laci, prototipe mesin baru yang masih dilemari, gagasan masih dibenak pencetusnya dan lain-lain, inovasi yang masih miliki pribadi ini mempunyai konsekuensi sosial selanjutnya. Bukan kebetulan bahwa salah satu norma institusional fundamental, termasuk dalam etika ilmu, membutuhkan publikasi temuan, dicetak atau diduskusikan, Merton menyebutnya” Norma

2

Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial ( Penerbit: Jakarta Prenada 2008) hlm 299-300


(54)

52

Komunalisme” hasil temuan ilmu. Jika telah dipublikasikan, keseluruhan

makna dan signifikan sosial ilmu akan hilang.

Visibilitas ( visibility) hanyalah sekedar diperlukan, bukan merupakan syarat yang menentukan sukses. Bahkan ketika inovasi mulai dikenal, itu bukan berarti segera menimbulkan dampak sosial. Penyaringan perubahan melibatkan berbagai agen yang mungkin diantaranya yang menghalangi tersebarnya inovasi baru ke tengah masyarakat. Sebagian agen mungkin orang non spesialis atau bukan profesional, yang melaksanakan fungsi penyaringan sebagai aktivitas sampingan ( guru konservatif menekan semua kemunculan prestasi individual, tetanggayang berorientasi tradisional menyebar gosip tentang kemahalan sewa rumah baru, menejer yang kaku melarang bereksperimen dengan teknik produksi baru).

Dalam masyarakat modern terdapat sejumlah agen spesialisasi yang menjadikan penyaringan inovasi sebagai aktivitas utamanya, bukan sekadar kegiatan sampingan contoh terkenal adalah badan sensor, editor, artikel atau buku, jawatan paten, komisi nilai, dan sebagainya. Jelas kegiatan ini tak hanya terbatas pada masyarakat modern saja. Dukun di abad pertengahan jelas merupakan pelopor penjaga ( penyaring ) ideologi yang lebih buruk ketimbang kebanyakan mekanisme penyaringan modern. Adanya berbagai mekanisme penghambat atau penyaring akan menyebabkan inovasi norma mungkin sudah terhenti di tahap awal. Dengan cara kontrol sosial yang menekan, kaku dan memaksa, sensor yang ketat, penolakan oleh birokrasi, rintangan legislatif, dan sebagainya, mengakibatkan inovasi norma yang baru


(55)

53

akan tercegah dari perhatian, pengenalan, dan apalagi penerimaanya dalam masyarakat.

Dalam jangkah pendek, sebelum kriteria utama ditetapkan sendiri, seleksi mungkin dilakukan berdasarkan citra mistik kepentingan terselubung yang dimiliki rakyat ( kesadaran palsu, ideologi ) atau kepentingan khusus pemegang kekuasan (kesadaran palsu, ideologi ) atau kepentingan khusus pemegang kekuasaan ( pemerintah. Kelompok penekan, rumah mode, pemuka agama). Mereka mampu menegakkan norma dan nilai yang kondusif terhadap kepentingan mereka dan menekan atau menumpas setiap ancaman norma dan nilai alternatif.. Jika inovasi berhasil menghancurkan semua mekanisme penyaringan dan menjangkau masyarakat, Maka tahap penyebarannya pun dimulai. Penyebarannya melalui berbagai kemungkinan

1. Kompensasi. Bila perubahan awal memicu umpan balik negatif, ia

cenderung mengurangi arti penting inovasi norma, dan berakibat dilenyapkan sama sekali melalui cara perubahn tandingannya.

2. Kompensasi berlebihan. Ini terjadi bila perlawanan yang dimobilisasi

terhadap inovasi norma sedemikian kuat sehingga menimbulkan mekanisme kompensasi berlebihan yang berakibat tak hanya melestarikan status-que, tetapi akhirnya mengubah struktur ke arah yang berlawanan dengan yang diharapkan. Ini adalah efek bumerang yang bisa terjadi misalnya dalam kasus reformasi politik secara radikal. Upaya memperkuat struktur institusional tertentu kehilangan kekuatannya sehingga terjadi justru sebaliknya.


(56)

54

3. Isolasi perubahan. Ini terjadi bila inovasi awal tak mampu menimbulkan

reaksi selanjutnya. Inovasi dipertahankan, tetapi terbatas di bidang struktur normatif di tempat semula diperkenalkan, dampaknya tak meluas ke segmen masyarakat laiannya. Contohnya adalah adat istiadat atau dialek daerah yang terbatas pemakaiannya pada komunitas terbatas saja.

4. Tersebar. Apabila perubahan awal menyebabkan transformasi

serampangan sejumlah komponen struktur norma tertentu ( norma dan nilai tunggal, institusi, peran dan sebagainya)

5. Memperkuat perubahan berdasarkan umpan balaik positif atau sibernetik kedua. Di sini perubahan awal memicu perubahan berantai pada komponen lain dalam struktur norma, meningkatkan arti penting norma asli dalam kasus tertentu dapat mengubah struktur.

Perubahan norma mungkin dihentikan seperti yang terjadi pada kasus kompensasi berlebihan. Tetapi ketika inovasi hendak dihentikan penyebarannya, atau sebaliknya, diperkuat dan tersebar ke seluruh struktur sesama, persoalan utamanya adalah keabsahannya. Untuk memengaruhi masyarakat pada jangkah panjang, norma, nilai dan institusi yang berubah harus mendapat pengakuan, penerimaan, atau dukungan dari pihak anggota masyarakat.3

Teori difusi inovasi menyatakan bahwa suatu inovasi ( misalnya gagasan, teknik baru, teknologi baru dan lain-lain) memencar atau menyebar dalam pola yang dapat diperkirakan. Beberapa orang akan mengadopsi atau

3

Piotr Sztompka Sosiologi Perubahan Sosial ( Penerbit : Jakarta Prenada 2008) hlm 303


(57)

55

menerima suatu inovasi begitu mereka mengetahuinya, sementara orang lain membutuhkan waktu lama untuk mencoba sesuatu yang baru sedangkan kelompok lainnya lagi membutuhkan waktu lebih lama untuk mencoba sesuatu yang baru, sedangkan waktu yang lainnya lagi membutuhkan waktu yang lebih lama.

Ketika suatu teknologi baru atau inovasi baru diterima dengan sangat cepat oleh banyak orang, maka fenomena disebut dengan istilah explode into

being atau meledak hingga menjadi ada. Ahli ilmu sosial meminjam istilah

dari ilmu fisika untuk menjelaskan fenomena penerimaan inovasi ini, yaitu konsep massa kritis. Dalam ilmu fisika, massa kritis merupakan jumlah unsur atau agen radioktif yang diperlukan untuk menghasilkan reaksi berantai. Dalam komunikasi massa, massa kritis adalah suatu titik ketika terjadi penerimaan inovasi, ketika orang dalam jumlah besar mulai menerima.

Rogers dan beberapa peneliti difusi lainnya mengemukakan adanya lima kategori penerima inovasi yang berlaku untuk semua masyarakat yaitu inovator, penerima awal, mayoritas awal, mayoritas terlambat , dan kelompok tertinggal4

Mengenai inovasi itu sendiri, Roger menemukan 5 ciri seperti yang dibayangkan oleh penerimanya. Pertama keuntungan relatif dan inovasi itu, Jelaslah semakin dibayangkan orang inovas itu akan dapat meningkatkan keuntungan relatif mereka atas situasi yang ada, semakin cenderung semakin segan orang menerimanya.

4

Merissan, M.A.dkk Teori Komunikasi Massa ( Penerbit: Ghalia indonesia 2010) hlm 141-142


(58)

56

Ketika menerima ide bahwa inovasi teknologi adalah faktor penting dalam perubahan sosial, maka penyebaran dan penerimaan inovasi adalah proses yang jelas penting untuk kita pelajari.

Usaha printis dalam studi tentang penerimaan atau penyebab inovasi ini dilakukan Roger dengan meresensi lebih dari 500 terbitan. Inovasi yang tercakup dalam studinya mulai dari obat-obatan baru, perkakas buatan tangan, program, pendidikan baru, hingga bibit hasil persilangan. Dengan kata lain, seperti didefinisikan Roger, Inovasi adalah konsep yang luas artinya. Inovasi adalah setiap ide yang dibayangkan sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu, ide itu mungkin sudah ada di temapt lain atau dikalangan orang lain, tetapi tidak dapat mengubah pengaruhnya terhadap individu yang menemukannya dan yang membayangkannya sebagai sesuatu yang baru. Menurut Roger, ada 4 unsur penting dalam proses penyebaran dan penerimaan inovasi

1. Inovasi itu sendiri 2. Komunikasi inovasi

3. Sistem sosial tempat terjadinya proses penyebaran dan penerimaannya dan

4. Aspek waktu

Seperti dicatat di atas inovasi adalah setiap ide baru, jadi inovasi mungkin berupa sejenis mode, gerakan sosial, bentuk tari baru, pekakas baru, atau perkembangan teknologi. Sebagian besar bahasan Roger adalah


(59)

57

mengenai teknolgi, tetapi ia menekankan bahwa kita harus membatasi pengertian inovasi pada teknologi saja.

Unsur kedua adalah komunikasi. Inti proses penyebaran inovasi adalah interaksi manusia dimana seorang mengkomunikasikan ide baru kepada orang lain. Tanpa komunikasi, inovasi jelas tak dapat tersebar. Komunikasi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Yang dimaksud sistem sosial adalah sekumpulan individu yang berbeda fungsinya dan terlibat dalam kegiatan menyelesaikan masalah kolektif. Definisi ini berarti sistem sosial itu mungkin berupa sebuah suku primitif, petani di kawasan tertentu. Di dalam setiap sistem sosial ini terdapat norma, berbagai status, dan pemimpin, yang kesemuanya penting dalam memahami nasib inovasi di dalam sistem sosial yang bersangkutan

Penyebaran dan penerimaan inovasi, Jelas terjadi sepanjang waktu. Karena itu, jika seorang individu mengkomunikasikan sebuah ide baru kepada orang lain dalam suasana sistem sosial tertentu, di situ akan terjadi penerimaan atau penolakan oleh individu kedua. Jika ia menerimanya, biasanya ia kan melewati 5 tahap .

1. Menyadari 2. Tertarik 3. Menilai

4. Mencoba dan akhirnya 5. Menerima


(60)

58

Jadi penerimaan meliputi penerimaan dan penggunaan suatu inovasi oleh individu, sedangkan penyebaran menyangkut tersebarnya inovasi di dalam sistem sosial.

Mengenai inovasi itu sendiri, Roger mnemukan 5 ciri seperti yng dibayangkan oleh penerimanya. Pertama keuntungan relatif dari inovasi itu, Jelaslah, semakin dibayangkan orang inovas itu akan dapat meningkatkan keuntungan relatif maka atas situasi yang ada, semakin cenderung mereka menerimanya.5

Suatu inovasi adalah suatu ide, Praktik, atau objek yang dipersepi sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau pun unit adopsi yang lain ( misalnya organisasi). Tidak begitu penting apakah suatu ide yang dimaksud memang benar-benarbaru secara obyektif jika, di ukur menurut urutan waktu sejak hal itu pertama kali dipakai atau ditemukan. Kebaruan menurut persepsi seseorang terhadap ide atau praktik yang dimaksud menentukan reaksi mereka terhadap hal tersebut. Kalau ide tersebut tampak baru bagi seseorang, maka hal itu termasuk inovasi

Kebaruan suatu inovasi tidak hanya menyangkut pengetahuan baru. Bisa saja seseorang telah tahu tentang suatu inovasi selama beberapa waktu namun ia belum menentukan sikap apakah menyukai atau tidak menyukaihal itu, juga belum menerima ataupun menolaknya Aspek kebaruan suatu inovasi

5

Robert H. Lauer Perspektif tentang perubahan sosial ( penerbit : PT. Rineka Jakarta 1993) hlm 227-229


(1)

95

Desa, Dengan demikian masyarakat sekitar pun lebih mengetahui tentang produk-produk tersebut.

Dengan seperti itu pula masyarakat Desa Kemudi telah mengalami suatu bentuk perubahan dengan adanya proses Difusi Inovasi, Adopsi seperti yang telah dialami oleh masyarakat Desa Kemudi pada saat ini, karena dulunya mereka tidak punya skill dalam membuat sebuah peluang usaha tapi sekarang mereka mampu untuk membuat usaha itu berarti saat ini mereka telah mempunyai skill dalam memanfaatkan hasil tambak.

Dengan demikian, hal tersebut bisa mengisi waktu luang para petani maupun Buruh tani tambak, selain itu bisa menghasilkan pendapatan juga. Jadi teori Difusi Inovasi, Adopsi bisa membantu untuk menjelaskan bagaimana proses pemberdayaan masyarakat tani di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik.


(2)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Sebagai bab penutup dan saran skripsi ini, maka penulis mencoba membuat dua kesimpulan berdasarkan hasil deskripsi penelitian yang disajikan di bawah ini :

1. Pemberdayaan masyarakat tani itu sendiri dengan usaha yang dilakukan untuk mengembangkan produktifitasnya melalui pengelolaan usaha tani secara bersama atau berkelompok, Masyarakat tani mempunyai tugas yang sangat besar dikarenakan ia merupakan suatu wadah untuk memecahkan masalah di bidang pertanian, Mayoritas penduduk masyarakat di Desa Kemudi adalah di duduki oleh kaum petani tambak yang merupakan pencaharian utama mereka dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari serta sebagian untuk kepentingan sosial lainnya, perlu pula di ketahui bahwa selain dari petani ada juga sebagian dari mereka adalah seorang buruh tani.

Hasil yang di dapat dalam mengelolah hasil panen tambak tersebut bermacam-macam ada ikan mujaer, ikan bandeng, udang, windu dan lain-lain, Pemanfaaatan pertambakan yang ada di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Kabupaten Gresik dari sebagian masyarakat disana sangatlah antusias dalam melakukan aktivitas tersebut guna menambah peningkatan pendapatan masyarakat sehingga dengan adanya usaha


(3)

97

tersebut guna mencapai tujuan kemakmuran, semakin menigkatnya hasil produksi dan tingkat pendapatan di harapkan dapat membuka kesejahteraan masyarakat, Dan juga bagi konsumen dalam mengkonsumsi dari pemanfaatan hasil pertambakan tersebut.

2. Faktor pendukung dalam memanfaatkan hasil pertambakan dengan hasil

panen yang memuaskan, serta adanya bantuan sosial dari pemerintah, membuat usaha yang dijalankan oleh kelompok usaha tani berkembang. Itu merupakan salah satu faktor pendukung yang berimbas dari berkembangnya usaha petani. Salah satu cara pembuatan otak-otak dan krupuk.

Sedangkan penghambatnya Jika kondisi panen yang merugi akan menyebabkan mereka tidak maksimal pula dalam memanfaatkan hasil pertambakan tersebut.

Solusinya dengan diberikannya pupuk dan pakan alami oleh para

petani menjadikan ikan-ikan cepat besar dan dibutuhkan pemahaman para petani dalam mengelolah tambak agar para petani tidak mengalami kerugian.

B. Saran

1. Saran Bagi Petani Tambak.

a. Hendaknya dengan adanya kelompok Gapoktan maka telah

terbentuk kerja sama dengan harapan adanya wadah yang memfasilitasi dalam hal diskusi dan lain-lain, yang bisa mengembangkan usaha tersebut.


(4)

98

b. Kelompok Gapoktan hendaknya lebih variatif dalam memanfaatkan hasil pertambakan. Agar usahanya lebih maju dan hasil yang didapatkan lebih banyak dari hasil semula.

c. Di himbau untuk kelompok Gapoktan hendaknya mengevaluasi hasil kerja dan mencatat kekurangan apa yang harus dilakukan baik itu keuntungan maupun kerugian hasil pertambakan dengan maksud mencapai target yang diharapkan.

2. Saran Bagi Masyarakat

a. Diharapkan untuk masyarakat agar lebih mendukung kegiatan

Gapoktan bahkan lebih baik jika masyarakat ikut bergabung dalam memajukan usaha yang selama ini di jalankan.

b. Di harapkan mampu meningkatkan kualitas produk dan

mengembangkan di luar Daerah.

c. Selain memasarkan produk di pasar tradisional atau lewat

pemesanan lebih baik di tambah pemasarannya melalui minimarket atau Indomarket.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Agus, dkk. Dasar-Dasar pengembangan masyarakat islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013.

Adi Rianto, Metedologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta Granit: 2004 Burhan, Bungin. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Prenada media group, 2011. Bungin Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada media group 2007

Bungin Burhan Sosiologi Komunikasi. Jakarta kencana prenada media group 2006

Djam’an Santori dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: alfabeta, 2010.

Merissan,.dkk, Teori Komunikasi Massa. Ghalia indonesia 2010

Mardalis. Metode Penelitian suatu penedekatan Proposal. Jakarta: Bumi aksara, 2003.

MC. Suprapti. kehidupan masyarakat Nelayan di muncur kabupaten Banyuwangi Jawatimur. Jakarta: departemen pendidiakn kebudayaan, 1991.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002.

Nanik Machendrawati, Agus Ahmad Safe’I. Pengembangan masyarakat islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2001.

Nasution Zulkarimein . Komunikasi Inovasi, Jakarta Universitas terbuka, Depdikbud 1995

Nurfiqni Abdan, Hubungan Pola Hidup Masyarakat Tani terhadap pendeidikan Formal Diposkan 2011

Sztompka Piotr, Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta Prenada 2008

Lauer Robert Perspektif tentang perubahan sosial PT. Rineka Jakarta 1993

Saputra, Dadang. Teknik Budidaya Intensif Tambak Bandeng. Bandung: Titian Ilmu, 98.

Soerjani, Moh, dkk (Ed). lingkungan Sumber daya alam dan kependudukan dalam pembangunan. Jakarta: UI-Press, 2008.


(6)

99

Suharto, Edi. Membangun masyarakat memberdayakan masyarakat. Bandung: Refika aditama, t.t.

Suhartono, Edi. Membangun masyarakat dan memberdayakan rakyat. Bandung: Refika Aditama Bandung, 2005.

Suminto. Metode sosial dan Pendidikan. Jogjakarta: Andi Offset, 1995.

Suparlan ,Hari Witano, dkk. Pemberdayaan Masyarakat Modul aktivis

Masyarakat. Sidoarjo: yayasan permulias, 2006.

Surakhmat, Winarno. Pengantar Penelitian ilmiah. Bandung: Tarsito, 1994. Sholeh Shonhaji, Sosiologi Dakwah. IAIN Sunan Ampel Press 2011

Soekanto Soerjono. Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial, Jakarta Ghalia indonesia 1984

Ulrick, Planck. Sosiologi Pertanian. Jakata: yayasan obor Indonesia, 1990.

Usman, Sunyoto. Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Yogyakarta: Pustaka pelajar, t.t.

W.J.S Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai

Pustaka,1984.

Wrihatnolo, Rendi R. Manajemen Pemberdayaan sebuah pengantar dan

panduan. Jakarta: PT. Elex Computindo, 2007.

Zubaedi. Pengembangan Masyarakat, t.tp.: kencana pranadamedia group, 2013. Ritzer,George. Edisi terbaru Teori Sosiologi, Yogyakarta: Kreasi Wacana,2004,

257 Internet:

Hermanto. 2007.Pengelolaan Budidaya Tambak Berwawasan

Lingkungan.Http://ikan mania.wordpress.com//diakses 16 Desember 2014. Ine Maula, Asep Agus Handaka, dan Indah Riyantini. 2012. Jurnal Perikanan dan

Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran: Bandung. Diakses tanggal 16 Desember 2014.

Kangajat. 2011 .Paradoks Pemberdayaan Masyarakat Tani. Http://ikan tambak. Wordpress.com// diakses pada tanggal 27 Januari 2015

Zikrully putri palarum. 2013. PENGOLAHAN TANAH TAMBAK DARAT.

http://zikrullyputripalarum.wordpress.com/2013/04/08/15/ diakses pada tanggal 12 november 2014 pukul 23.04 WIB.


Dokumen yang terkait

Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (Kwk-Gbkp) Pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

2 51 132

ANALISIS KEBERHASILAN PETANI TAMBAK KAWASAN PESISIR DI KECAMATAN UJUNG PANGKAH DI KABUPATEN GRESIK

0 5 19

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI TAMBAK BANDENG DI KABUPATEN GRESIK STUDI KASUS DI DESA WADAK KIDUL KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN.

14 34 101

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DESA DEKAT AGUNG KECAMATAN SANGKAPURA KABUPATEN GRESIK.

0 1 114

Tinjauan hukum islam terhadap pemberian wasiat dengan kadar lebih dari 1/3 harta peninggalan kepada anak angkat : studi kasus di Desa Kemudi Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik.

0 2 70

STRATEGI PETANI TAMBAK DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN EKONOMI MELALUI USAHA TAMBAK KERANG HIJAU DI DESA CAMPUREJO KECAMATAN PANCENG KABUPATEN GRESIK.

5 20 81

PENGARUH KEBUTUHAN GIZI TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN IBU HAMIL DI DESA PETIS RT 02 RW 02 KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN KABUPATEN GRESIK Eppy Setiyowati1 , Desi Emilyati2

0 0 7

PRAKTIK AKUNTANSI PADA INDUSTRI KECIL UD. BOY DI KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN KABUPATEN GRESIK JAWA TIMUR - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH KONSUMSI BAWANG PUTIH TERHADAP PERUBAHAN KADAR KOLESTEROL PADA LANSIA DI DESA SUMENGKO KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN GRESIK

0 0 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI TAMBAK BANDENG DI KABUPATEN GRESIK STUDI KASUS DI DESA WADAK KIDUL KECAMATAN DUDUK SAMPEYAN

0 0 22