TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH MENJADI AKAD PEMBIAYAAN MUDARABAH PADA NASABAH BERMASALAH DI BMT MUDA SURABAYA.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN AKAD
PEMBIAYAAN MURArabah pada Nasabah bermasalah di BMT MUDA. Penelitian ini bertujuan
untuk menjawab bagaimana Aplikasi pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah
menjadi akad pembiayaan mud}a>rabah pada nasabah bermasalah di BMT MUDA
dan bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pengalihan akad pembiayaan
mura>bah}ah menjadi akad pembiayaan mud}a>rabah pada nasabah bemasalah di
BMT MUDA.
Pendekatan yang digunakan untuk menjawab permasalan tersebut adalah
pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang
berhasil dikumpulkan selanjutnya disusun dan dianalisis dengan menggunakan
metode deskriptif analisis dengan pola pikir deduktif.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa dalam mengatasi pembiayaan
mura>bah}ah bermasalah pada nasabah yang prospektif, dilakukan dengan cara
mengalihkan akad pembiayaan mura>b> ah}ah menjadi akad pembiayaan mud}a>rabah.
BMT MUDA memanggil nasabah bermasalah yang telah habis jatuh temponya.
Jika dalam waktu 2 bulan nasabah tidak hadir, maka BMT mengalihkan akad
secara sepihak. Jika ditinjau dari hukum Islam, pengalihan akad pembiayaan
mura>bah}ah menjadi pembiayaan mud}a>rabah yang terjadi di BMT MUDA tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dalam pengalihan akad yang mengacu pada
fatwa DSN No. 49/DSN-MUI/II/2005 tentang konversi akad. Karena pada proses

penghentian akad, nasabah tidak menjual objek mura>bah}ah kepada LKS sesuai
harga pasar untuk menyelesaikan pembiayaan mura>bah}ah bermasalah. Selain itu
tidak semua rukun akad mud}a>rabah terpenuhi. Pada pengalihan akad sepihak,
rukun akad yang tidak terpenuhi adalah para pihak yang berakad, ijab qabul dan
objek (usaha yang produktif). Sedangkan rukun akad yang tidak terpenuhi pada
pengalihan akad dengan kehadiran nasabah, adalah objek akad (usaha yang
produktif). Dengan tidak adanya usaha yang produktif, secara otomatis tidak
akan ada pula keuntungan. Meskipun begitu, niat baik BMT MUDA patut
diapresiasi (diberi respon yang positif). Karena tujuan BMT MUDA mengalihkan
akad ini adalah atas dasar tolong menolong, untuk membantu nasabah
meringankan bebannya dalam membayar margin, karena pada akad mud}ar> abah
ini, nasabah tidak perlu membayar nisbah. Sehingga pembiayaan yang macet bisa
segera terselesaikan.
Berdasarkan hasil penelitian penulis di BMT MUDA Surabaya, maka
penulis dapat memberikan saran dalam proses penyelesaian pembiayaan
mura>bah}ah bermasalah akan lebih baik jika sebelum mengalihkan akad, BMT
MUDA Surabaya terlebih dahulu menggunakan cara rescheduling supaya sesuai
dengan ketentuan hukum Islam. BMT MUDA sebaiknya juga lebih memantau
nasabah pembiayaan mura>bah}ah dan lebih selektif dalam memberikan
pembiayaan, untuk meminimalisir terjadinya pembiayaan bermasalah.


v

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ..........................................................................................

i

PERNYATAAN KEASLIAN .........................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING. ..................................................................

iii

PENGESAHAN. ..............................................................................................


iv

ABSTRAK. ......................................................................................................

v

KATA PENGANTAR. ....................................................................................

vi

DAFTAR ISI. ...................................................................................................

viii

DAFTAR TABEL............................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR.. .....................................................................................


xii

DAFTAR TRANSLITERASI. ........................................................................

xiii

MOTTO. ..........................................................................................................

xv

HALAMAN PERSEMBAHAN. .....................................................................

xvi

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...........................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ............................................

6

C. Rumusan Masalah ....................................................................

7

D. Kajian Pustaka..........................................................................

8

E. Tujuan Penelitian. ....................................................................

12


F. Kegunaan Penelitian. ...............................................................

13

G. Definisi Operasional. ................................................................

14

H. Metodologi Penelitian. .............................................................

14

I. Sistematika Pembahasan. .........................................................

19

TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD, MURAbah}ah. .............................................................................

40


1. Pengertian mura>bah}ah. .....................................................

40

2. Dasar Hukum mura>bah}ah. ................................................

41

3. Syarat dan Rukun mura>bah}ah. ..........................................

42

4. Manfaat dan Risiko mura>bah}ah. .......................................

44

5. Skema Proses Transaksi mura>bah}ah. ................................

45


6. Fatwa-Fatwa DSN-MUI tentang mura>bah}ah. ..................

46

C. Mud}a>rabah. .............................................................................

47

1. Pengertian mud}a>rabah. .....................................................

47

2. Dasar Hukum mud}a>rabah. ................................................

48

3. Rukun dan Syarat mud}a>rabah. ..........................................

50


4. Macam-Macam mud}a>rabah. .............................................

51

5. Aplikasi mud}a>rabah dalam lembaga keuangan Syariah. ..

51

6. Manfaat mud}a>rabah ..........................................................

52

7. Risiko mud}a>rabah. ............................................................

53

8. Fatwa DSN-MUI tentang mud}a>rabah. .............................

53


MEKANISME

PENGALIHAN

AKAD

PEMBIAYAAN

MURAbah}ah di BMT MUDA. ..............

73

1. Tahap Pendaftaran Permohonan Pembiayaan. .................

73

2. Tahap Setelah Pendaftaran. ..............................................

74


3. Tahap Usulan Pembiayaan................................................

74

4. Tahap Putusan Permohonan Pembiayaan. ........................

74

5. Tahap Realisasi Pembiayaan. ...........................................

75

C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pembiayaan Mura>bah}ah
bermasalah di BMT MUDA Surabaya. ..................................
D. Faktor-Faktor
Pembiayaan

yang

Mempengaruhi

Mura>bah}ah

Menjadi

Pengalihan
Akad

76

Akad

Pembiayaan

Mud}a>rabah di BMT MUDA Surabaya... ................................

78

E. Mekanisme Pengalihan Akad Pembiayaan Mura>bah}ah
Menjadi Akad Pembiayaan Mud}a>rabah di BMT MUDA
Surabaya. .................................................................................
BAB IV

79

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN
AKAD
PEMBIAYAAN
MURArabah di BMT MUDA
pada Nasabah Bermasalah di BMT MUDA Surabaya. .........

82

B. Tinjauan Hukum Islam Terhadap pengalihan Akad
Pembiayaan

mura>bah}ah

menjadi

akad

pembiayaan

mud}a>rabah di BMT MUDA Surabaya. ..................................
BAB V

85

PENUTUP
A. Kesimpulan. ...........................................................................

92

B. Saran. .....................................................................................

93

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1 Daftar Kolektibilitas Nasabah Pembiayaan BMT MUDA Surabaya ......

79

xi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Skema Proses Transaksi Mura>bah}ah ........................................................

45

2.1 Mekanisme Pengalihan Akad Pembiayaan Nasabah Bermasalah di BMT
MUDA ......................................................................................................

80

xii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Bait al-ma>l wa al-tamwi>l adalah lembaga keuangan mikro yang
beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. BMT sesuai namanya
mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai bait al-tamwi>l (rumah
pengembangan harta) dan bait al-ma>l (rumah harta). Bait al-tamwi>l
melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha poduktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain
mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonomi. Sedangkan bait al-ma>l menerima titipan dana zakat, infak dan
sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan

ama>nahnya.1
Tujuan pendirian bait al-ma>l wa al-tamwi>l secara umum memiliki
kesamaan dengan pendirian bank, baik bank umum syariah maupun bank
perkreditan rakyat syariah. Namun demikian, karena perbedaan jangkauan
pemasarannya, maka tujuan pendirian BMT memiliki spesifikasi tersendiri
meliputi:
1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah yang umumnya berada di daerah pedesaan.
2. Menambah lapangan kerja terutama di daerah pedesaan sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi.
1

Andi Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), 447.

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

3. Membina semangat ukhuwah Islamiah melalui kegiatan ekonomi dalam
rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang
memadai. 2
Kedudukan bait al-ma>l wa al-tamwi>l dalam peta persaingan usaha
dapat disejajarkan dengan BPR/BPRS, koperasi simpan pinjam, maupun usaha
simpan pinjam yang lain. BMT juga memiliki sistem produk yang relatif sama
dengan bank syariah, yaitu salah satunya menjadi perantara keuangan
(financial intermediary) antara s}ah}ib al ma>l dan mud}ar> ib. S}a>h}ib al ma>l
menempatkan dananya di BMT, sedangkan mud}a>rib memanfaatkan dana atau
mendapatkan layanan pembiayaan dari BMT, baik untuk memenuhi
kebutuhan modal usaha produktif, maupun kebutuhan konsumtifnya. 3
Dalam operasionalnya, BMT dapat menjalankan berbagai jenis usaha
baik yang behubungan dengan keuangan maupun non-keuangan. Jenis usaha
yang berhubungan dengan keuangan misalnya simpanan (funding) dan
pembiayaan (lending). Kegiatan pembiayaan pada BMT ditujukan untuk
lingkup usaha mikro dan kecil. Antara lain dapat berbentuk pembiayaan

mud}a>rabah, mura>bah}ah, musha>rakah, bay~‘ bithaman ajil, dan qard} al-h}asan.4
Antara funding dan lending mempunyai keterkaitan yang sangat erat.
Keterkaitan ini terutama berhubungan dengan rencana penghimpunan dana
supaya tidak menimbulkan terjadinya dana menganggur (idle money) di satu
sisi dan rencana pembiayaan untuk menghindari likuiditas. Prinsip utama
2

Muhammad Ridwan, Sistem dan Prosedur Pendirian BMT, (Yogyakarta: Citra Media, 2006),
33.
3
Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press, 2004), 150.
4
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

dalam manajemen funding adalah kepercayaan. Artinya kemauan masyarakat
untuk menaruh dananya di BMT sangat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan
masyarakat terhadap BMT. Karena BMT pada prinsipnya merupakan lembaga

ama>nah (trust), maka setiap insan BMT harus dapat menunjukkan sikap
ama>nah tersebut.5
Produk funding dari BMT mempunyai dua prinsip, yaitu akad

wadi>’ah dan mud}a>rabah. Wadi>’ah berarti titipan. Jadi prinsip simpanan
wadi>’ah merupakan akad penitipan barang atau uang pada BMT, oleh sebab
itu BMT berkewajiban menjaga dan merawat objek titipan tersebut dengan
baik serta mengembalikan saat penitip menghendakinya.6
Prinsip wadi>’ah terbagi menjadi dua yaitu wadi>’ah yad ama>nah yang
berarti titipan yang objeknya tidak boleh digunakan atau dikembangkan, dan

wadi>’ah yad d}ama>nah yang berarti titipan yang boleh digunakan atau
dikembangkan. Prinsip mud}a>rabah merupakan akad kerjasama modal dari
pemilik dana (s}a>hi} b al-ma>l) dengan pengelola dana (mud}ar> ib) atas dasar bagi
hasil. BMT berfungsi sebagai mud}ar> ib dan nasabah berfungsi sebagai s}a>hi} b al-

ma>l. 7
Produk lending pada BMT terbagi dalam empat prinsip yaitu bagi
hasil (profit and loss sharing), jual beli (sale and purchase), sewa (operational

lease and financial lease) dan prinsip jasa (fee based services). 8 Objek dari
prinsip-prinsip tersebut tentu berbeda. Objek dari bagi hasil adalah usaha.
5

Ibid.
Ibid.
7
Muhammad Ridwan, Sistem dan Prosedur Pendirian BMT,... 41.
8
Ibid.
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Objek dari jual beli adalah barang yang diperjual belikan. Objek dari sewa
adalah manfaat.
Dalam pembiayaan, terdapat risiko yang harus dihadapi oleh BMT,
salah satunya adalah gagal bayar. Risiko ini mengacu pada potensi kerugian
yang dihadapi BMT ketika pembiayaan yang diberikannya macet. Nasabah
mengalami kondisi di mana dia tidak mampu memenuhi kewajiban
mengembalikan pembiayaan yang diberikan oleh BMT. 9
Selain

pengembalian

modal,

risiko

ini

juga

mencakup

ketidakmampuan nasabah menyerahkan porsi keuntungan yang seharusnya
diperoleh oleh BMT dan telah diperjanjikan di awal, atau yang biasa disebut
margin keuntungan. Konsekuensi penggunaan definisi ini adalah risiko
pembiayaan hanya berlaku untuk akad tertentu, misalnya mura>bah}ah. Nasabah
yang melakukan pembiayaan menggunakan akad tersebut diwajibkan untuk
membayar kembali kepada bank sesuai dengan termin yang telah
diperjanjikan. Kegagalan nasabah dalam melunasi kewajibannya dianggap
sebagai kondisi gagal bayar, gagal membayar angsuran pokok maupun
margin.10
Sebagaimana yang terjadi di BMT MUDA, beberapa nasabah
pembiayaan mura>bah}ah macet. Sehingga atas dasar ingin membantu nasabah,
BMT memberikan kebijakan untuk mengalihkan akad nasabah bermasalah
tersebut dari mura>bah}ah menjadi mud}a>rabah.

9

Imam Wahyudi, dkk., Manajemen Risiko Bank Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), 90.
Ibid.

10

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

Alasan BMT mengalihkan akad nasabah macet tersebut adalah
apabila nasabah tersebut tetap pada akad mura>bah}ah, maka selain tetap
mempunyai tanggungan untuk membayar angsuran pokok, ia juga harus
membayar margin keuntungan setiap bulannya. Padahal untuk membayar
pokok angsuran saja nasabah bermasalah tersebut kesusahan, apalagi harus
ditambah dengan marginnya. Tentunya tidak semua nasabah macet
mendapatkan keringanan seperti ini dari BMT, tetapi hanya nasabah tertentu
yang dinilai perlu untuk dibantu.
Akad yang seharusnya digunakan oleh BMT untuk mengalihkan akad
nasabah macet adalah akad qard}. Karena niat BMT adalah membantu nasabah
macet dalam melaksanakan kewajibannya dan tidak ingin mengambil
keuntungan dari nasabah macet tersebut. Sebelumnya BMT pernah
mengalihkan akad nasabah macet dari akad pembiayaan mura>bah}ah menjadi
akad qard}. Tetapi pada kenyataan di lapangan, nasabah macet yang telah
dialihkan akadnya menjadi akad qard} malah menganggap remeh kewajiban
mereka untuk membayar hutang ke BMT. Sehingga BMT mengambil
kebijakan lain tentang pengalihan akad, yaitu dialihkan menjadi akad

mud}a>rabah, supaya para nasabah macet masih merasa mempunyai kewajiban
membayar angsurannya.
Permasalahannya adalah meskipun akad pembiayaan mura>bah}ah
dialihkan menjadi akad pembiayaan mud}a>rabah, tetapi objek dari pembiayaan
tersebut tetap menggunakan objek pembiayaan mura>bah}ah, yaitu barang.
Hanya akadnya saja yang dipindah tanpa diikuti pembaruan objek. Padahal

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

objek pembiayaan mura>bah}ah dengan mud}ar> abah sangat berbeda. Objek dari

mura>bah}ah adalah barang yang diperjualbelikan, sedangkan objek dari
mud}a>rabah adalah usaha. Sehingga hal ini dapat menimbulkan efek terhadap
keabsahan akad.
Dari

paparan

tersebut,

memperlihatkan

bahwa

terdapat

penyimpangan antara teori dengan praktek, sehingga peneliti tertarik untuk
meneliti hal tersebut dalam skripsi yang berjudul ‛Tinjauan Hukum Islam
Terhadap

Pengalihan

Akad

Pembiayaan

Mura>bah}ah

Menjadi

Akad

Pembiayaan Mud}a>rabah Pada Nasabah Bermasalah Di BMT MUDA
Surabaya.‛
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Identifikasi masalah dilakukan untuk menjelaskan kemungkinankemungkinan cakupan masalah yang dapat muncul dalam penelitian dengan
melakukan identifikasi dan inventarisasi sebanyak-banyaknya kemungkinan
yang dapat diduga sebagai masalah. 11 Dari uraian latar belakang masalah
tersebut di atas, maka masalah-masalah yang dapat di identifikasi yaitu:
1. Produk Pembiayaan BMT MUDA.
2. Manajemen risiko BMT MUDA.
3. Dasar hukum yang digunakan oleh BMT MUDA untuk mengalihkan akad
pembiayaan mura>bah}ah menjadi pembiayaan mud}ar> abah pada nasabah
bermasalah.
11

Tim Penyusun Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya, Petunjuk Teknis
Penulisan Skripsi, (Surabaya: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya: 2014),
8.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

4. Aplikasi pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah menjadi pembiayaan

mud}ar> abah pada nasabah bermasalah di BMT MUDA.
5. Pandangan nasabah terhadap pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah
menjadi pembiayaan mud}ar> abah di BMT MUDA.
6. Tinjauan hukum Islam terhadap pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah
menjadi pembiyaan mud}ar> abah pada nasabah bermasalah di BMT MUDA.
Dari beberapa identifikasi masalah tersebut, perlu dijelaskan batasan
dan ruang lingkup persoalan yang akan dikaji dalam penelitian ini agar
terfokus dan terarah. Penulis membatasi permasalahan yang akan di bahas,
yaitu :
1. Aplikasi pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah menjadi pembiayaan

mud}ar> abah pada nasabah bermasalah di BMT MUDA.
2. Tinjauan hukum Islam terhadap pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah
menjadi pembiyaan mud}ar> abah pada nasabah bermasalah di BMT MUDA.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah memuat pertanyaan yang akan dijawab melalui
penelitian.

12

Melalui batasan masalah di atas, maka peneliti dapat

merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana aplikasi pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah menjadi akad
pembiayaan mud}ar> abah pada nasabah bermasalah di BMT MUDA?

12

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pengalihan akad pembiayaan

mura>bah}ah menjadi akad pembiyaan mud}ar> abah pada nasabah bermasalah
di BMT MUDA?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau
penelitian yang sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang pernah
diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini bukan
merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian yang sudah pernah
dilakukan.13
Dari hasil pencarian penulis, masih sedikit penelitian yang
mengangkat tema pengalihan akad. Namun peneliti menemukan penelitian
dari angkatan sebelumnya yaitu:
1. Skripsi yang ditulis oleh Maulidia Rusyda, dengan judul ‚Analisis Hukum
Islam terhadap Peralihan Akad Simpanan Qurban Menjadi Pembiayaan
Qurban di Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Daarul Qur’an
Wisatahati Surabaya‛. Prodi Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2014. Skripsi ini
membahas tentang jumlah simpanan kurban nasabah yang belum mencapai
harga hewan kurban sehingga atas saran KJKS untuk berpindah akad
menjadi pembiayaan kurban. Ada dua bentuk realisasi pembiayaan kurban,
dengan akad mura>bah}ah dan akad mura>bah}ah wa al-waka>lah. Hasil
penelitian ini adalah terjadinya peralihan akad simpanan kurban menjadi
13

Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

pembiayaan kurban di KJKS Daarul Qur’an Wisatahati Surabaya dengan
akad mura>bah}ah wa al-waka>lah bertentangan dengan hukum Islam. Sebab
pelaksanaan akad waka>lahnya tidak dilaksanakan sebagaimana teori yang
ada pada akad waka>lah.14
2. Skripsi yang ditulis oleh Lukman Hakim, dengan judul ‛Tinjauan Hukum
Islam terhadap Perubahan dalam Simpanan Wadi>’ah menjadi Mud}a>rabah di
Koperasi (KSU) Syariah Bina Umat Kabupaten Pati‛. Jurusan Muamalah
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2009. Skripsi ini
membahas tentang simpanan wadi>’ah yad d}ama>nah yang mana seharusnya
pemberian keuntungan didasarkan pada bonus, tetapi Koperasi (KSU)
Syariah Bina Umat Kabupaten Pati memberikan keuntungan berdasarkan
bagi hasil. Dengan kata lain, telah terjadi peralihan akad dari simpanan

wadi>’ah menjadi simpanan mud}ar> abah. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa operasional tersebut sah-sah saja, asalkan dapat membawa manfaat
kepada pihak koperasi dan anggotanya. Dengan penerapan bagi hasil ini
terdapat banyak keuntungan di antaranya semakin meningkatnya anggota
yang melakukan simpanan ini, dan dari penerapan operasional tersebut
tidak ada pihak yang merasa dirugikan.15
3. Skipsi yang ditulis oleh Rizka Kurnia Anggriani, dengan judul ‛Studi
Dewan Syariah Nasional (DSN) terhadap Aplikasi Konversi Akad pada
14

Maulidia Rusyda, ‚Analisis Hukum Islam terhadap Peralihan Akad Simpanan Qurban menjadi
Pembiayaan Qurban di Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Daarul Qur’an Wisatahati
Surabaya‛, (Skripsi—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014).
15
Lukman Hakim, ‛Tinjauan Hukum Islam terhadap Perubahan dalam Simpanan Wadi’ah
menjadi Mudha>rabah di Koperasi (KSU) Syariah Bina Umat Kabupaten Pati ‛, (Skipsi--UIN
Sunan Kalijaga, Jogjakarta, 2009).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Nasabah yang Tidak Prospektif di BMT UGT Sidogiri Cabang Waru
Sidoarjo‛. Jurusan Muamalah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2014. Skripsi ini membahas tentang
aplikasi akad pada nasabah yang tidak prospektif di BMT UGT Sidogiri
cabang Waru Sidoarjo yakni konversi akad dari mura>bah}ah ke musha>rakah.
Aplikasi konversi akad yang dilaksanakan di BMT UGT Sidogiri cabang
Waru Sidoarjo tidak hanya diberikan kepada nasabah yang masih
prospektif, tetapi juga diberikan kepada nasabah yang tidak prospektif.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konversi akad tersebut tidak
sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 49/DSNMUI/II/2005, ketidaksesuaiannya yakni konversi akad tersebut diberikan
kepada nasabah yang tidak prospektif. Meskipun aplikasi konversi akad
pada nasabah yang tidak prospektif ini tidak sesuai dengan fatwa No.
49/DSN-MUI/II/2005 tentang konversi akad, niat baik BMT UGT Sidogiri
cabang Waru Sidoarjo patut diapresiasi. Karena motivasi BMT masih
memberikan peluang kepada nasabah yang tidak prospektif yakni adanya
unsur tolong menolong agar ikatan akadnya bisa selesai.16
4. Jurnal yang ditulis oleh Faisal, dengan judul ‛Restrukturisasi Pembiayaan

Mura>bah}ah dalam Mendukung Manajemen Risiko Sebagai Implementasi
Prudential Principle Pada Bank Syariah di Indonesia‛, fakultas hukum
Universitas Malikussaleh Lhokseumawe 2011. Penelitian ini membahas

16

Rizka Kurnia Anggriani, ‛Studi Dewan Syariah Nasional (DSN) terhadap Aplikasi Konversi
Akad pada Nasabah yang Tidak Prospektif di BMT UGT Sidogiri Cabang Waru Sidoarjo‛,

(Skipsi--UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

tentang dasar hukum dan prinsip restrukturisasi pembiayaan pada bank
syariah di Indonesia, dan pengaturan mengenai restrukturisasi pembiayaan

mura>bah}ah dalam mendukung manajemen risiko sebagai implementasi
prudential principle pada bank syariah di indonesia. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa restrukturisasi pembiayaan mura>bah}ah pada
bank syariah dilakukan dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling),
persyaratan

kembali

(reconditioning),

dan

penataan

kembali

(restructuring). Restrukturisasi ini dilakukan dengan mempertimbangkan

prudential principle, artinya bank syariah dalam melakukan restrukturisasi
sudah mempertimbangkan terlebih dahulu dalam berbagai aspek, termasuk
di dalamnya meminimalkan risiko bank syariah itu sendiri dan tidak
merugikan nasabah pembiayaan mura>bah}ah. Kemudian bank syariah juga
harus memperhatikan prinsip dasar ekonomi Islam yaitu riba>, gharar dan

maysir. Selain itu, penerapan prinsip mengenal nasabah (know your
customer principles), prinsip syariah dan prinsip akuntansi syariah
merupakan bagian tak terpisahkan dari prudential principle. Penerapan
prinsip-prinsip tersebut dalam retrukturisasi pembiayaan sebagai bentuk
kepatuhan bank syariah terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku.17
Berdasarkan penelitian terdahulu, terdapat perbedaan yang mendasar
bahwa penelitian yang pertama lebih fokus membahas tentang peralihan akad

17

Faisal, Restrukturisasi Pembiayaan Mura>bah}ah dalam Mendukung Manajemen Risiko Sebagai
Implementasi Prudential Principle Pada Bank Syariah di Indonesia, Jurnal Dinamika Hukum, No.
3, Vol. 11 (September, 2011), 480-489.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

tabungan kurban menjadi pembiayaan kurban yang menggunakan akad

mura>bah}ah atau menggunakan akad mura>bah}ah wal waka>lah. Penelitian yang
kedua lebih fokus membahas pemberian keuntungan simpanan wadi>’ah
berdasarkan bagi hasil. Penelitian yang ketiga lebih fokus membahas tentang
konversi akad dari mura>bah}ah ke musha>rakah pada nasabah yang tidak
prospektif menurut pandangan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.
49/DSN-MUI/II/2005. Penelitian keempat lebih fokus membahas mengenai
prinsip restrukturisasi pembiayaan pada bank syariah di Indonesia, dan
pengaturan

mengenai

restrukturisasi

pembiayaan

mura>bah}ah

dalam

mendukung manajemen risiko sebagai implementasi prudential principle pada
bank syariah di indonesia. Sedangkan skripsi yang ditulis oleh peneliti lebih
fokus membahas pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah menjadi akad
pembiayaan mud}a>rabah tanpa disertai pengalihan objek pada nasabah yang
bermasalah, ditinjau dari hukum Islam.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui aplikasi pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah
menjadi pembiayaan mud}a>rabah pada nasabah bermasalah di BMT MUDA.
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap pengalihan akad
pembiayaan mura>bah}ah menjadi pembiyaan mud}a>rabah pada nasabah
bermasalah di BMT MUDA.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

F. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam penelitian
ini, maka kegunaan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
dalam dua aspek, sebagaimana berikut:
1. Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi penambahan atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu hukum, khususnya hukum
Islam, yakni dengan memperkaya dan memperluas khazanah ilmu
tentang bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pengalihan akad
pembiayaan mura>bah}ah menjadi akad pembiayaan mud}ar> abah pada
nasabah bemasalah di bait al-ma>l wa al-tamwi>l MUDA.
b. Menambah perbendaharaan karya ilmiah untuk pengembangan hukum
Islam dalam bidang Muamalah.
2. Praktis
a.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan bagi
peneliti berikutnya yang memiliki minat pada tema yang sama dan
dapat digunakan sebagai bahan rujukan pemantapan kehidupan
beragama khususnya yang berkaitan dengan masalah pengalihan akad
dalam pembiayaan.

b.

Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat dan BMT dalam
melakukan pengalihan akad pembiayaan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

G. Definisi Operasional
1. Hukum Islam: Segala aturan Allah yang berhubungan dengan al-Quran,
hadist dan pendapat-pendapat para ulama tentang pengalihan akad.
2. Pengalihan Akad: Perubahan akad pembiayaan mura>bah}ah yang telah
diperjanjikan di awal kontrak menjadi akad mud}a>rabah sebelum kontrak
selesai.
3. Akad pembiayaan mura>bah}ah: Akad pembiayaan di mana BMT bertindak
sebagai pedagang yang menjual barang kepada nasabah dengan cara
pelunasan harga barang secara angsuran. Objek dari akad mura>bah}ah
adalah barang.
4. Akad pembiayaan mud}a>rabah: Akad pembiayaan bagi hasil, di mana BMT
bertindak sebagai pemilik dana (s}ah> i} b al ma>l) dan nasabah bertindak
sebagai pekerja (mud}ar> ib). Bank sebagai pemilik dana menanggung risiko
kehilangan dana. Objek dari akad mud}a>rabah adalah usaha.
5. Nasabah bermasalah: Nasabah yang terlambat menunggak pembayaran
angsuran pembiayaan selama lebih dari 90 hari.
6. BMT MUDA: Bait al-ma>l wa al-tamwi>l Mandiri Ukhuwah Persada yang
terletak di jalan Kedinding Lor gang Tanjung nomor 47-49 Surabaya.
H. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research).
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang merupakan prosedur

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.18
1. Data yang dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah menjadi akad pembiayaan

mud}a>rabah pada nasabah bermasalah di BMT MUDA.
2. Sumber data yang digunakan ada 2 antara lain:
a. Sumber Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari sumber pertama dalam penelitian. 19 Dengan cara mengadakan
wawancara kepada responden yang telah ditetapkan. Adapun sumber
primernya adalah :
1) Manajer BMT MUDA Surabaya
2) Teller BMT MUDA Surabaya
3) Accounting Officer BMT MUDA Surabaya
4) Nasabah mura>bah}ah bermasalah yang dialihkan akadnya menjadi

mud}a>rabah
b. Sumber Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang di dapat dari
kepustakaan yang tidak berkenaan secara langsung yaitu dari dokumen-

18

4.
19

Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006),
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Bandung: Media Press, 1999), 12.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang sudah berbentuk
laporan maupun yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian. 20
sumber

sekunder

ini

berupa

dokumen-dokumen

untuk

memperkuat hasil penelitian dan untuk melengkapi sumber data primer.
Adapun sumber sekunder adalah:
1) Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik.
2) Moleong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif.
3) Ismail Nawawi, Fikih Muamalah.
4) Adiwarman Azwar Karim, Bank Islam: Analisis Fikih dan keuangan.
5) Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
6) Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-Produk dan

Aspek-Aspek Hukumnya
3. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penelitian ini adalah:
a. Pengamatan (Observasi)
Pengumpulan data dengan menggunakan pengamatan (observasi)
adalah mengamati suatu situasi yang asli dan bukan buatan manusia
secara sengaja dan dilakukan secara langsung yaitu dengan pandangan
mata tanpa perantara alat lain. Dengan tujuan mengamati secara
langsung.21 Peneliti secara langsung ikut melihat terhadap pelaksanaan
nasabah yang melakukan pembiayaan di BMT MUDA Surabaya.

20
21

Ibid.
Ibid, 207.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

b. Wawancara
Wawancara

adalah

percakapan

dengan

maksud

tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaaan dan yang diwawancarai. pengumpulan data
yang dilakukan peneliti dengan bertanya langsung kepada pihak yang
berkaitan ini penulis ingin menggali informasi yang berkenaan dengan
penelitian penulis.22
Adapun pihak yang akan diwawancarai adalah:
1) Manajer BMT MUDA Surabaya
2) Teller BMT MUDA Surabaya
3) Accounting Officer BMT MUDA Surabaya
4) Nasabah mura>bah}ah bermasalah yang dialihkan akadnya menjadi

mud}a>rabah
c. Studi Dokumen
Mengumpulkan data dari dokumen-dokumen BMT MUDA untuk
memperoleh data mengenai pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah
menjadi akad pembiayaan mud}a>rabah pada nasabah bermasalah. Adapun
dokumen-dokumen tersebut berupa:
1) Daftar nasabah pembiayaan mura>bah}ah bermasalah.
2) Daftar nasabah pembiayaan mura>bah}ah bermasalah yang dialihkan
akadnya.
3) Dokumen perjanjian akad.
22

Moleong Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif,... 135.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

4. Teknik Pengelolaan Data
Tahapan dalam pengolaan data dalam penelitian itu sebagai berikut:
a. Organizing : yaitu suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan,
pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan penelitian.23
b. Editing : yaitu kegiatan untuk memperbaiki kualitas data (mentah) serta
menghilangkan keraguan akan kebenaran/ ketepatan data tersebut.24
c. Coding : yaitu kegiatan mengklasifikasi dan memeriksa data yang
relevan dengan tema penelitian agar lebih fungsional.25
5. Teknik analisis data
Metode yang digunakan untuk menganalisis hasil penelitian adalah
menggunakan metode deskriptif analisis yaitu untuk mengambarkan atau
menjelaskan data yang berkenaan dengan pembahasan, di mana dalam
teknik ini menggambarkan fakta tentang pengalihan akad pembiayaan

mura>bah}ah menjadi akad pembiayaan mud}a>rabah pada nasabah bermasalah
di BMT MUDA Surabaya.26
Analisis tersebut menggunakan pola pikir deduktif yaitu pola pikir
yang berpijak pada teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan,
kemudian dikemukakan berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus. 27
Pola pikir ini berpijak pada teori-teori akad, mura>bah}ah dan mud}a>rabah,
kemudian dikaitkan dengan fakta dilapangan tentang pengalihan akad

23

Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 66.
Ibid., 97.
25
Ibid., 99.
26
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), 63.
27
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Gajah Mada University, 1975), 16.
24

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

pembiayaan mura>bah}ah menjadi pembiayaan mud}a>rabah pada nasabah
bermasalah di BMT MUDA yang bersifat khusus.
I. Sistematika Pembahasan
Penulisan penelitian ini disusun secara sistematis agar mempermudah
pembahasan di dalam penelitian. Sistematika pembahasan ini sebagai berikut:
Bab pertama, merupakan pendahuluan, latar belakang, Rumusan
masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan tentang pengalihan akad pembiayaan

mura>bah}ah menjadi akad pembiayaan mud}a>rabah pada nasabah bermasalah di
BMT MUDA Surabaya.
Bab kedua, berisi tinjauan umum tentang akad, mura>bah}ah, dan

mud}a>rabah.
Bab ketiga, berisi hasil penelitian tentang mekanisme pengalihan
akad pembiayaan mura>bah}ah menjadi akad pembiayaan mud}a>rabah pada
nasabah bermasalah di BMT MUDA Surabaya, yang antara lain: Gambaran
umum BMT MUDA, prosedur pembiayaan muraba>ha} h di BMT MUDA,
faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan mura>bah}ah bermasalah di
BMT

MUDA,

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

pengalihan

akad

pembiayaan mura>bah}ah menjadi akad pembiayaan mud}a>rabah di BMT
MUDA, mekanisme pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah menjadi akad
pembiayaan mud}a>rabah di BMT MUDA.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

Bab keempat, menguraikan tinjauan hukum Islam terhadap
pengalihan akad pembiayaan mura>bah}ah menjadi akad pembiayaan

mud}a>rabah pada nasabah bermasalah di BMT MUDA Surabaya.
Bab ke lima penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG
AKAD, MURA’idah: 1).2
Janji adalah perbuatan yang bersifat sepihak. Konsekuensi yang
diterima oleh orang yang berjanji adalah ia harus menepatinya, jika tidak,
maka hubungan akibatnya adalah antara ia dengan Allah. Berbeda dengan
arti sebelumnya yaitu

ُ‫الربط‬

(mengikat). Mengikat tidak bisa dilakukan

hanya dengan satu pihak saja, tetapi harus ada pihak lain yang
disambungkan atau diikatkan.3

1

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), 44-45.
Kementrian Agama RI., al-Quran Tajwid dan Terjemahnya Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul
dan Hadits Sahih, (Bandung: Syaamil Quran, 2011), 59.
3
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah..., 45.

2

21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Akad mengacu pada terjadinya dua perjanjian atau lebih, yaitu bila
salah seorang mengadakan janji kemudian ada orang lain yang menyetujui
janji tersebut serta menyatakan pula suatu janji yang berhubungan dengan
janji yang pertama, maka terjadilah perikatan dua buah janji dari dua orang
yang mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lain disebut
perikatan (akad). Sehingga janji saja tidak bisa disebut sebagai akad,
karena di dalam akad tidak hanya terdapat unsur janji, tetapi juga unsur
lainnya.4
Menurut istilah, akad adalah:

‫تع ق ك ا ِ أح ِ الْعاقِ ي ِ بِاْلأٰخ ِر شرعا ع ى ج ٍ يظْ ر أثر فِى الْ حل‬
Artinya: Pengaitan ucapan salah seorang yang akad dengan yang
lainnya secara syarak pada segi yang tampak dan berdampak pada
objeknya.5
Pengertian akad tersebut memperlihatkan bahwa pertama, akad
merupakan keterkaitan atau pertemuan ija>b dan qabu>l yang berakibat
timbulnya akibat hukum. Ija>b adalah penawaran yang diajukan oleh salah
satu pihak, dan qabu>l adalah jawaban persetujuan yang diberikan mitra
akad sebagai tanggapan terhadap penawaran pihak pertama. Akad tidak
terjadi bila pernyataan kehendak masing-masing pihak tidak terkait satu
sama lain karena akad adalah keterkaitan kehendak kedua pihak yang
tercermin dalam ija>b dan qabu>l. 6

4

Ibid.
Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 44.
6
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 69.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Kedua, akad merupakan tindakan hukum dua pihak karena akad
adalah pertemuan ija>b yang mempresentasikan kehendak dari satu pihak
dan qabu>l yang menyatakan kehendak pihak lain. tindakan hukum satu
pihak seperti janji memberi hadiah, wasiat, wakaf, atau pelepasan hak
bukanlah akad, karena tindakan-tindakan tersebut tidak merupakan
tindakan dua pihak dan kerenanya tidak memerlukan qabu>l. Konsepsi akad
sebagai tindakan dua pihak adalah pandangan ahli-ahli hukum Islam
modern.7

Ketiga, tujuan akad adalah untuk melahirkan suatu akibat hukum.
Lebih tegas lagi tujuan akad adalah maksud bersama yang dituju dan yang
hendak diwujudkan oleh para pihak melalui pembuatan akad. Akibat
hukum dari akad dalam hukum Islam disebut hukum akad. Tujuan akad
untuk akad bernama sudah ditentukan secara umum oleh pembuat hukum
syariah, sementara tujuan akad untuk akad yang tidak bernama ditentukan
oleh para pihak sendiri sesuai dengan maksud mereka menutup akad.8
Abdoerraoef mengemukakan terjadinya suatu akad atau perik`atan
melalui tiga tahap, yaitu:
a. ‘Ahdu (perjajian), yaitu pernyataan dari seseorang untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dan tidak ada sangkut pautnya
dengan

kemauan

orang

lain.

janji

ini mengikat

orang

yang

menyatakannya untuk melaksanakan janjinya tersebut, seperti yang
difirmankan Allah Swt. dalam QS. Ali Imra>n: 76.
7
8

Ibid.
Ibid.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

b. Persetujuan dua buah perjanjian atau lebih, yaitu pernyataan setuju dari
pihak kedua untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
sebagai reaksi terhadap janji yang dinyatakan oleh pihak pertama.
Persetujuan tersebut harus sesuai dengan janji pihak pertama.
c. ‘Aqdu (Perikatan), apabila dua buah janji dilaksanakan maksudnya oleh
para pihak, maka terjadilah apa yang dinamakan ‘Aqdu oleh Alquran
yang terdapat pada QS. Al-Ma>’idah: 1. Maka yang mengikat masingmasing pihak sesudah pelaksanaan perjanjian itu bukan lagi perjanjian
atau ‘Ahdu tetapi ‘Aqdu. 9
Sebagai contoh, jika X menyatakan janji untuk membeli sebuah
mobil, kemudian Y menyatakan janji untuk menjual sebuah mobil. Hal itu
berarti X dan Y berada pada tahap ‘Ahdu. Apabila kriteria mobil tersebut
disepakati oleh kedua belah pihak maka terjadilah persetujuan. Jika kedua
janji tersebut dilaksanakan, misalnya terjadi jual beli antara X dan Y, maka
terjadilah perikatan (‘Aqdu) di antara keduanya.10
Proses perikatan ini tidak terlalu berbeda dengan proses perikatan
yang dikemukakan oleh Subekti yang didasarkan pada KUH Perdata.
Subekti menjelaskan, ‛Adapun yang dimaksud dengan perikatan dalam
buku III BW. adalah suatu hubungan hukum (mengenai kekayaan harta
beda antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut

9

Abdoerraoef, Al-Quran dan Ilmu Hukum: A Comparative Study, (Jakarta: Bulan Bintang,
1970), 122-123.
10
Gemala Dewi, et al., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), 52.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

barang sesuatu dari yang lainnya. Sedangkan orang yang lainnya ini
diwajibkan memenuhi tuntutan itu.‛11
Sedangkan pengertian perjanjian menurut subekti adalah ‛suatu
peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua
orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.‛12
Pengertian perjanjian tersebut menjelaskan tentang adanya dua pihak
yang saling mengikatkan diri. Dengan pengertian ini, sudah jelas bahwa
dalam perjanjian itu terdapat satu pihak yang mengikatkan diri kepada
pihak lain. 13 peristiwa perjanjian ini menimbulkan hubungan di antara
orang-orang tersebut yang disebut dengan perikatan. Dengan demikian
hubungan antara perikatan dengan perjanjian adalah perjanjian sebagai
sumber lahirnya perikatan sebagaimana yang tercantum dalam pasal 1233
KUH Perdata.
Perbedaan yang terjadi dalam proses perikatan antara hukum Islam
dan hukum perdata terletak pada perjanjiannya. Pada hukum Islam,
perjanjian menjadi tahapan sebelum akad atau perikatan terbentuk.
Perjanjian dalam hukum Islam bersifat sepihak. Tidak perlu persetujuan
pihak lain untuk berjanji. Sedangkan dalam hukum perdata, perjanjian dan
perikatan adalah satu tahap. Perjanjian dan perikatan dalam hukum perdata
sama-sama mempunyai dua pihak yang saling mengaitkan diri.14

11

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: Intermasa, 2003), 122-123.
Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 1992), 1.
13
Ahmadi Miru, Sakka Pati, Hukum perikatan: Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai 1456 BW.,
(Jakarta:Rajawali Pers, 2012), 63.
14
Gemala Dewi, et al., Hukum Perikatan..., 53.

12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Pengertian akad dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES)
adalah ‛kesepakatan antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dan atau
tidak melakukan perbuatan hukum tertentu‛.15
Akad secara konseptual atau dalam istilah syariat menurut Zuhaili
disebutkan bahwa akad adalah hubungan atau keterkaitan antara ija>b dan

qabu>l yang dibenarkan oleh syariat dan memiliki implikasi hukum tertentu.
Atau merupakan keterkaitan antara keinginan kedua belah pihak yang
dibenarkan oleh syariat dan akan menimbulkan implikasi tertentu.16
Dari beberapa pengertian akad yang telah dijelaskan, peneliti
mengambil kesimpulan bahwa akad adalah pertemuan ija>b dan qabu>l
sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih dengan cara yang
dibenarkan oleh syarak yang melahirkan suatu akibat hukum pada
objeknya.
2. Asal-Usul Akad
Akad adalah bagian dari macam-macam tas}arruf. Menurut istilah
ulama fikih, tas}arruf adalah ‛setiap yang keluar dari seseorang yang sudah
mumayiz dengan kehendak sendiri dan dengannya syarak menetapkan
beberapa konsekuensi, baik berupa ucapan atau yang setingkat dengan
ucapan berupa aksi atau isyarat, sehingga makna tas}arruf dengan
pengertian ini lebih umum dari makna akad.‛17

15

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Buku II tentang Akad, Bab I Pasal 20 ayat (1).

Dokumen yang terkait

ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT PALUR KARANGANYAR Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan MurābaḤah Di Bmt Palur Karanganyar.

1 7 20

ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan MurābaḤah Di Bmt Palur Karanganyar.

0 3 17

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD PEMBIAYAAN IJĂRAH Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Akad Pembiayaan Ijarah (Studi Kasus di BMT Al-Madinah Jajar Laweyan Surakarta).

0 3 16

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD PEMBIAYAAN IJĂRAH Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Akad Pembiayaan Ijarah (Studi Kasus di BMT Al-Madinah Jajar Laweyan Surakarta).

0 3 16

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SOLUSI PEMBIAYAAN MURABAHAH YANG BERMASALAH Tinjauan Hukum Islam Terhadap Solusi Pembiayaan Murabahah Yang Bermasalah Di BMT Arafah Solo.

0 2 15

ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT AMANAH INSANI SUKOHARJO ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT AMANAH INSANI SUKOHARJO.

0 1 11

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH ANTARA Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Pembiayaan Murabahah Antara Nasabah Pasar Dengan Bmt Surya Dana Makmur Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.

0 0 10

PENDAHULUHAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Pembiayaan Murabahah Antara Nasabah Pasar Dengan Bmt Surya Dana Makmur Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.

0 3 20

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH ANTARA Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Pembiayaan Murabahah Antara Nasabah Pasar Dengan Bmt Surya Dana Makmur Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten.

0 1 18

ANALISIS KONVERSI AKAD MURABAHAH MENJADI AKAD WADIAH YAD DAMANAH PADA PROSES RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA.

1 1 99