ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT PALUR KARANGANYAR Analisis Pelaksanaan Akad Pembiayaan MurābaḤah Di Bmt Palur Karanganyar.

ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT PALUR
KARANGANYAR

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (S.Sy) Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.Sy)

Oleh:
Muttaqin Nurhuda
NIM: I000110023
NIRM: 11/X/02.2.1/0250

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertandatangan di bawah ini Pembimbing Skripsi/Tugas Akhir:

Nama

: Drs. Syarafuddin, M.Ag.

Sebagai

: Pembimbing I

NIK/NIP

: 439

Nama

: Drs. Harun, MH.

Sebagai

: Pembimbing II


NIK/NIP

: 343

Telah membaca dan memcermati Naskah Artikel Publikasi Ilmiah yang merupakan rintangan
Skripsi (Tugas Akhir) dari Mahasiswa:
Nama

: Muttaqin Nurhuda

NIM

: I000110023

Program Studi

: Hukum Ekonomi Syari’ah

Judul Skripsi


: ANALISIS PELAKSANAAN AKAD PEMBIAYAAN
MURABAHAH di BMT PALUR KARANGANYAR

Naskah Artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.
Demikian persetujuan ini di buat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, 19 Oktober 2015
Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Syarafuddin, M.Ag.

Drs. Harun,MH.

ANALISIS PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH di BMT PALUR
KARANGANYAR
Oleh : Muttaqin Nurhuda
(NIM : I000110023)
Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK
Murabahah merupakan salah satu konsep Islam dalam melakukan perjanjian jual beli.
Konsep ini telah banyak digunakan oleh bank-bank dan lembaga keuangan Islam untuk
pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan perdagangan para nasabahnya.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan akad murabahah
yang diterapkan di BMT Palur. Adapun hal-hal yang dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah
tentang prosedur dan pelaksanaan akad pembiayaan murabahah di BMT Palur serta
kesesuaiannya dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000.
Dari rumusan masalah tersebut, ada beberapa metode penelitian yang digunakan, yaitu
dengan wawancara, observasi dan metode studi pustaka.
Wawancara disini, dilakukan kepada pihak BMT Palur khususnya bagian pembiayaan
.Sedangkan observasi, dilakukan mengamati secara langsung kinerja dari BMT dalam
beberapa waktu yang diberikan oleh BMT untuk mengamati. Selain kedua metode tersebut
penelitian ini menggunakan metode pustaka yaitu dengan membaca buku-buku yang
bersangkutan dengan judul.
Dari beberapa rumusan masalah, dengan menganalisis menggunakan Metode-metode
di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan akad murabahah di BMT Palur sudah sesuai
dengan prinsip yang ada. Hal ini terbukti bahwa pembiayaan yang dilakukan dengan prinsip
jual beli selain itu juga tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang dalam ajaran Islam.
Misalnya hal-hal yang mengandung unsur riba dan sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah

Nasional MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000.
Kata kunci: Akad Murabahah, BMT dan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.
04/DSN-MUI/IV/2000.

1

dalam bentuk pembiayaan, BMT Palur

PENDAHULUAN

menggunakan akad bagi hasil yaitu

Latar Belakang Masalah
Baitul Maal wat-Tamwil (BMT)

mudharabah dan murabahah untuk

adalah salah satu Lembaga Keuangan

akad jual beli. Pembiayaan yang paling


Syariah yang memiliki perkembangan

banyak disalurkan adalah pembiayaan

cukup pesat pada saat ini. Secara bahasa

berbasis

Baitul Maal berarti rumah usaha. Baitul

murabahah.

Maal pada masa Nabi Muhammad

jual

beli

Beberapa


dengan

ketentuan

akad

harus

dahulu berfungsi untuk mengumpulkan

dipenuhi dalam melaksanakan akad

sekaligus menyalurkan dana sosial.

murabahah agar transaksi akad tersebut

Sedangkan Baitul Tamwil merupakan

terhindar dari riba dan sesuai dengan


lembaga bisnis yang bermotif laba1.

syariah. Salah satunya adalah syarat

Disini penulis akan membahas
BMT Palur, yang mana BMT Palur ini
merupakan lembaga keuangan mikro
syariah

yang

intermediasi
intermediary

melaksanakan
keuangan

(financial


adalah barang yang dijual belikan.
Menurut Fatwa Dewan Syariah
Nasional

MUI

MUI/IV/2000

No.

tentang

04/DSNmurabahah

yaitu

disebutkan bahwa bank (BMT) harus

menghimpun dan menyalurkan dana


membeli terlebih dahulu aset yang

kepada masyarakat yang membutuhkan.

dipesan oleh nasabah secara sah dan

Dalam kegiatan menyalurkan dananya

kemudian menawarkan aset tersebut

1

function)

fungsi

barang yang diakadkan dalam hal ini

Muhammad Ridwan, Manajemen
Baitul Maal Wa Tamwil (Yogyakarta: UII

Perss, 2004), hlm. 126.

kepada nasabah. Syarat-syarat benda
yang menjadi objek akad dalam akad

2

murabahah,

barang

yang

dideskripsikan dalam bentuk skripsi
“ANALISIS

diperjualbelikan secara prinsip harus

yang

sudah menjadi milik bank (BMT).

PELAKSANAAN

Tidak sah menjual barang-barang yang

PEMBIAYAAN

baru akan menjadi miliknya.2

BMT PALUR KARANGANYAR”.

BMT Palur merupakan salahsatu
lembaga keuangan mikro yang cukup
besar

di

wilayah

Kabupaten

berjudul

AKAD
MURABAHAH

DI

Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah
sebagaimana yang telah diuraikandi

Karanganyar, dimana BMT tersebut

atas,

berada di lokasi yang strategis yaitu di

permasalahan

area terminaldan pasar Palur serta

Bagaimana

banyak

pembiayaan Murabahah di BMT

melakukan

murabahah,

praktik

sehingga

akad

permasalahan

maka

Palur

dapat

dirumuskan

penelitian

tentang

pelaksanaan

Karanganyar

akad

dan

tentang praktik pembiayaan khususnya

Kesesuaiannya dengan Fatwa Dewan

murabahah perlu dikaji.

Syariah Nasional MUI No. 04/DSN-

Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis

tertarik

untuk

mengadakan

penelitian tentang akad pembiayaan

MUI/IV/2000?
Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah

khususnya murabahah, dimana akad

seperti

jual beli tersebut merupakan akad yang

penelitian

paling banyak digunakan pada lembaga

mengetahui

keuangan syari‟ah saat ini. Penelitian ini

pembiayaan

2

Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007),
hal.73.

PALUR

dikemukakan
ini

sebelumnya,

bertujuan

untuk

pelaksanaan

akad

murabahah

di

BMT

KARANGANYAR

dan

3

kesesuaian

dengan

Fatwa

Dewan

PALUR KARANGANYAR. Untuk itu

Syariah Nasional MUI.

penulis

Manfaat Penelitian

literatur maupun dari penelitian yang

Dari
berharap

penelitian
dapat

ini

penulis

bermanfaat

bagi

berbagaipihak, antara lain:
1. Secara

teoritis,

diharapkan
sumbangan

praktisi

memberikan

Akad di BMT Safinah Klaten

perbankan

bagi
maupun

syariahdan

tambahan khasanah bacaan ilmiah.

dalam

rangka

perbankan

bahan

syariah

(Perspektif Hukum Kontrak dan
Fiqih).

Penelitian

ini

menyimpulkan bahwa pelaksanaan
akad murabahah dan ijarah telah

2. Secara praktis, hasil penelitian ini
dijadikan

1. Bambang Sugeng, ( UIN Sunan

yang berjudul ”Analisis terhadap

akademisi

dapat

sekiranya hampir sama:

ini

pemikiran

masyarakat

literatur-

Kalijaga 2007) dalam Tesisnya

penelitian

dapat

membandingkan

masukan

sesuai

dengan

dalam

Kitab

hukum

kontrak

Undang-Undang

pengembangan

Hukum Perdata, namun

belum

khususnya

sesuai

masih

di

BMT PALUR KARANGANYAR.

dengan

fiqih,

mengandung unsur ketidakpastian
(gharar).

Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penyusun

2. Yuliah Astuti (UIN Sunan Kalijaga

sejauh ini belum menemukan satu

2005), dalam skripsi dengan judul

karyapun

Murabahah di BMT Jogjatama

tentang

yang
analisis

khusus

membahas

pelaksanaan

akad

Yogyakarta yang mendefinisikan

pembiayaan murabahah pada BMT

sistem murabahah masih menjadi

4

sebuah pro dan kontra dikalangan

satu

sarjana muslim karena prakteknya

wanprestasi

dalam

perjanjian

masih dianggap berdasarkan bunga

pembiayaan

adalah

penggunaan

mengenai pengambilan keuntungan

pembiayaan

yang

yang

tinggi

dengan tujuan semula. Faktor ini

bahkan terkadang ada yang lebih

berkaitan dengan akad di awal

tinggi dari bunga, dan masyarakat

perjanjian pembiayaan. Sehingga

masih banyak yang beranggapan

untuk

bahwa lembaga keuangan islam

wanprestasi perlu adanya tinjauan

tidak berbeda dengan konvensional

atau

hanya pergantian nama saja yang

pembiayaan tersebut.

islami. Dalam skripsi ini penyusun

Jadi Dari ketiga penelitian diatas,

hanya meneliti di BMT jogjatama

yaitu penelitian pertama membahas

mengenai pembiayaan murabahah

tentang

dengan

murabahah di Indonesia, sedangkan

terkadang

akad

masih

dan

pengambilan

keuntungan.

penyebab

terjadinya

tidak

menghindari

analisis

sesuai

terjadinya

terhadap

perkembangan

akad

produk

pada penelitian kedua pembahasannya

3. Riyanti, (UMS 2010), Skripsi yang

lebih kepada analisis penerapan akad

”Penyelesaian

murabahah dan ijarah di BMT Safinah

Wanprestasi dalam Pembayaran

Klaten (Persfektif Hukum Kontrak dan

Murabahah-Study Kasus di Bank

Fiqh) yang menyimpulkan bahwa dari

Muamalat

Indonesia

Cabang

Persfektif Hukum Kontrak sudah sesuai,

Surakarta”.

Dalam

penelitian

tetapi dalam Persfektif Fiqh belum

berjudul

tersebut disimpulkan bahwa salah

sesuai

karena

mengandung

unsur

5

ketidakpstian
penelitian
tentang

(gharar),

ketiga

dan

yaitu

penyelesaian

pada

membahas
Wanprestasi

dalam pembayaran Murabahah (study

tentang

Surakarta)

menyimpulkan

akad

pembiayaan murabahah pada BMT
PALUR KARANGANYAR.
Tinjauan Teoretik

kasus di Bank Muamalat Indonesia 1. BMT
Cabang

pelaksanaan

sebagai

Lembaga

Keuangan

Mikro Syari‟ah

bahwa salah satu penyebab terjadinya a. Pengertian Lembaga Keuangan Mikro
wanprestasi

dalam

pembiayaan

adalah

perjanjian

Syari‟ah.

penggunaan 1) Lembaga Keuangan Syari‟ah

pembiayaan yang tidak sesuai dengan

Lembaga Keuangan Syariah adalah

tujuan semula. Dari ketiga karya ilmiah

badan usaha yang kekayaan utamanya

tersebut di atas mengenai temuan pada

berbentuk aset keuangan, memberikan

penelitian sebelumnya, dan berdasarkan

kredit

ketentuan yang harus diikuti oleh

dalamsurat berharga. Serta menawarkan

lembaga

maka

jasa keuangan lain seperti: simpanan,

dalam penelitian ini penulis tertarik

asuransi, investasi, pembiayaan, dll.

untuk

Berdasarkan prinsip syariah dan tidak

keuangan

melakukan

syari‟ah,

secara

khusus

membahas tentang akad pembiyaan

dan

menanamkan

dananya

menyalahi dewan syariah nasional3.

Murabahah di BMT dalam Persfektif

Untuk menyesuaikan dengan aturan-

Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI

aturan dan norma-norma Islam yang

No. 04/DSN-MUI/IV/2000, oleh karena

harus

itu penyusun memposisikan penulisan

investasi lembaga keuangan syari‟ah

skripsi

ini

dengan

judul

analisis

diterapkan

dalam

perilaku

http://lembaga keuangan syari‟ah
di akses tanggal 2 juli 2015.
3

6

dalam menjalankan kegiatan usahanya(2)
antara lain:
a) Prinsip

yang bertentangan dengan sistem nilai
Operasional

Lembaga

Keuangan Syari‟ah

Islam (haram).
(3)

(1) Prinsip At Ta‟awun, yaitu saling
membantu dan saling bekerja
sama

Pelarangan produksi barang dan jasa

di

antara

Penghindaran aktifitas ekonomi yang
melibatkan maysir (judi) dan gharar
(ketidakpastian)6.

anggota 2. Teori Tentang Akad

masyarakat untuk kebaikan4.
(2) Prinsip menghindari Al- Iktinaz,

a. Pengertian Akad
Secara

etimologi

akad

adalah

yaitu menahan uang (dana) dan

ikatan antara dua perkara, baik ikatan

membiarkannya

secara nyata maupun ikatan secara

dan

tidak

menganggur

berputar

dalam

transaksi yang bermanfaat bagi
masyarakat umum5.

Lembaga

dua segi7.
Pengertian akad secara khusus

b) Prinsip-Prinsip Pembiayaan yang
dianut

maknawi, dari satu segi maupun dari

Keuangan

Syari‟ah.
(1) Tidak ada transaksi keuangan

lainnya

adalah

ditetapkan
berdasarkan

perikatan

dengan
ketentuan

yang

ijab-qobul
syara‟

yang

berdampak pada objeknya8.

berbasis bunga (riba).

6

4

Zainul
Arifin,
Dasar-Dasar
Manajemen Bank Syari‟ah Cet. Ke 4
(Jakarta: Alvabet, 2006), hlm. 11.
5
Zainul
Arifin,
Dasar-Dasar
Manajemen...., hlm. 11-12.

Mervyn K. Lewis, Perbankan
Syari‟ah Prinsip, Praktik, dan Prospek (
Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2001),
hlm. 48
7
Wahbah Al-Juhaili, Al-Fiqh alIslami wa Adillatuh (Beirut: Dar Al-Fikr,
1989), hlm. 80.
8
Ibid. hlm. 44.

7

Hal yang penting bagi terjadinya

Syarat

Obyek

akad,

yakni

akad adalah adanya ijab dan qabul. Ijab-

syarat-syarat yang berkaitan dengan

qobul adalah suatu perbuatan atau

obyek

pernyataan untuk menunjukkan suatu

bermacam-macam, sesuai dengan

keridlaan dalam berakad di antara dua

bentuknya. Dalam akad jual-beli,

orang atau lebih, sehingga terhindar

obyeknya adalah barang yang yang

atau keluar dari suatu ikatan yang tidak

diperjualbelikan

berdasarkan syara‟. Oleh karena itu,

Dalam akad gadai obyeknya adalah

dalam Islam tidak semua kesepakatan

barang gadai dan utang

atau perjanjian dapat dikategorikan

diperolehnya, dan lain sebagainya.

sebagai akad, terutama kesepakatan

Agar sesuatu akad dipandang sah,

yang tidak didasarkan pada keridlaan

obyeknya harus memenuhi syarat

dan syari‟at Islam9.

sebagai berikut:

akad.

Obyek

dan

akad

harganya.

yang

Telah ada pada waktu akad

b. Syarat dan Rukun Akad

diadakan.

1) Syarat-syarat akad
Syarat terjadinya akad adalah

Dapat menerima hukum akad.

segala sesuatu yang disyaratkan

Dapat diketahui dan diketahui.

untuk terjadinya akad secara syara‟.

Dapat diserahkan pada waktu

Jika

tidak

memenuhi

syarat

tersebut, akad menjadi batal. Syarat
ini terbagi atas dua bagian10:

akad terjadi.
Syarat

subyek

akad

yakni

syarat-syarat yang berkaitan dengan
subyek akad. Dalam hal ini, subyek

9

Ibid., hlm. 45
10
Ahamd Azar Basyir, Asas-Asas
Hukum Muamalat, cet. Ke-2, (Yogyakarta:
UII Press, 2004), hlm. 78-82.

8

akad harus sudah aqil (berkal),

dari seseorang kepada orang

tamyiz

(dapat

lain untuk mengambil tindakan

mukhtar

(bebas

membedakan),
dari

tertentu dalam hidupnya.

paksaan).

Selain itu, berkaitan dengan orang 2) Rukun-Rukun Akad
yang berakad, ada tiga hal yang
harus diperhatikan yaitu:11

berikut:

(1) Kecakapan (ahliyah), adalah a)
kecakapan

Rukun-rukun akad12 adalah sebagai

seseorang

untuk

Orang yang berakad („aqid), contoh:
penjual dan pembeli. Al-aqid adalah

memiliki hak (ahliyatul wujub)

orang

dan dikenai kewajiban atasnya

Keberadaannya sangat penting karena

dan

tidak akan pernah terjadi akad manakala

kecakapan

melakukan

tasarruf (ahjliyatul ada‟).

yang

melakukan

akad.

tidak ada aqid.

(2) Kewenangan (wilayah), adalah b)

Sesuatu yang diakadkan (ma‟qud

yang

alaih), contoh: harga atau barang. (al-

pemiliknya dapat beratasharruf

Ma‟qud Alaih) adalah objek akad atau

dan

benda-benda yang dijadikan akad yang

kekuasaan

hukum

melakukan

menunaikan

akad

segala

dan
akibat

hukum yang ditimbulkan.

bentuknya

tampak

dan

membekas.

Barang tersebut dapat berbentuk

(3) Perwakilan (wakalah) adalah

harta benda, seperti barang dagangan,

pengalihan kewenagan perihal

benda bukan harta seperti dalam akad

harta dan perbuatan tertentu

pernikahan, dan dapat pula berbentuk

11

Gemala Dewi, et. al, Hukum
Perikatan Islam di Indonesia, cet. Ke-1
(Jakarata: Kencana, 2005), hlm. 55-58
12

Ibid,hlm. 45

9

suatu

kemanfaatan

seperti

dalam

persentase tertentu bagi sesuai dengan

masalah upah-mengupah dan lain-lain13.

kesepakatan.

c) Shighat, yaitu ijab dan qobul.

berpindah

kepada

setelah

perjanjian

Sighat akad adalah sesuatu yang

Kepemilikan

akan

nasabah

segera

jual

beli

disandarkan dari dua belah pihak yang

ditandatangani

berakad, yang menunjukkan atas apa

membayar

yang ada di hati keduanya tentang

cicilan tetapi yang besarnya sesuai

terjadinya suatu akad. Hal ini dapat

kesepakatan

diketahui dengan ucapan, perbuatan,

pelunasan15.

isyarat, dan tulisan14.

Dari

dan

barang

nasabah
tersebut

sampai

beberapa

akan
dengan

dengan

pengertian

murabahah yang telah dikemukakan

3. Pembiayaan Murabahah
a. pengertian pembiayaan murabahah

para prediksi perbankan syari‟ah diatas,

transaksi

maka penulis dapat menarik kesimpulan

penjualan barang dengan menyatakan

bahwa murabahah adalah akad jual beli

harga perolehan dan keuntungan yang

barang dengan menyatakan harga asal

disepakati oleh penjual dan pembeli.

dan keuntungan yang disepakati oleh

Murabahah

adalah

Murabahah adalah transaksi jual
beli dimana Bank Syari‟ah (dalam hal

penjual dan pembeli baik secara tunai
maupun kredit.

ini BMT) bertindak sebagai penjual dan b. Landasan
nasabah sebagai pembeli, dengan harga

Hukum

Pembiayaan

Murabahah

jual dari BMT adalah harga beli
pemasok ditambah keuntungan dalam
15

13

Ibid., hlm. 58
14
Ibid., hlm. 46-51

http:www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/0805/21/hikmah/man
ajemen. Diakses 2 juli 2015

10

    

c.

    

Syarat dan Rukun Murabahah

1) syarat-syarat muarabahah yakni:
a) Penjual

      

memberitahu

biaya

modal

kepada nasabah.

       b) Kontrak pertama harus sah sesuai
 

dengan rukun yang ditetapkan.

c) Kontrak harus bebas dari riba.

“Hai orang-orang yang beriman, d)
janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu”16 (An-Nisa‟/4:29).
e)
Di dalam ayat tersebut dijelaskan

Penjual

di

dalam

berdagang

mengambill

kepada

sesudah pembelian.
Penjual harus menyampaikan semua hal
berkaitan

dengan

pembelian,

pembelian

dilakukan

tidak
misalnya

dibolehkan

menjelaskan

pembeli bila terjadi cacat atas barang

yang
bahwa

harus

jika

keuntungan
secara hutang. Jika syarat pada pin 1, 4,

terlalu

banyak

karena

itu

berarti
dan 5 tidak terpenuhi, maka pembeli

memakan harta saudaranya dengan jalan
memiliki pilihan:
yang bathil, dan hal itu dilarang oleh
(1) Melanjutkan pembelian seperti apa
Allah SWT. Selain itu ayat ini juga
adanya.
menjelaskan agar di dalam jual beli
(2) Kembali

kepada

penjual

dan

harus ada kerelaan diantara kedua belah
menyatakan ketidaksetujuan atas barang
pihak.
yang dijual.
(3) Membatalkan kontrak Jual beli secara
Departemen Agama RI, Al- Qur‟an
dan Terjemahnya, hlm. 107.
16

murabahah tersebut hanya untuk barang

11

atau produk yang telah dimiliki oleh

Umum

dalam

penjual pada waktu negosiasi dan pada

Pembiayaan Murabahah BMT sebagai

waktu kontrak17.

bank

2) Adapun Rukun muarabahah yakni:
Murabahah

merupakan

yang

kontribusi

cukup

besar

pemberian

dalam

pelayanan

suatu

pembiayaan

murabahah

tidak

transaksi jual beli, dengan demikin

menetapkan

persyaratan

yang

rukun-rukunnya pun sama dengan rukun

menyulitkan untuk pihak nasabah.

jual beli, yaitu:

Hanya

dengan

memenuhi

a) Adanya pihak yang melakukan akad,

persyaratan umum yang ditetapkan

dalam hal ini yakni penjual dan

dan pemenuhan mengenai unsur-unsur

pembeli.

serta konsep dasar dari pembiayaan

b) Adanya

objek

yang

diakadkan.

murabahah itu sendiri, namun Hal

Mengenai objek yang diakadkan ini

yang terpenting mengenai objek dari

ada dua macam, yakni:

pembiayaan murabahah oleh BMT

(1) Barang yang di perjual belikan.

adalah harus jelas barang objek yang

(2) Harga barang yang diperjual

dimaksud, fungsi dan manfaat serta

belikan.

d.

Ketentuan

implementasi objek tersebut dalam

(3) Shigat akad yakni ijab qabul.

kegiatan usaha dari nasabah itu sendiri

Ketentuan Umum dalam Pembiayaan

harus benar-benar jelas.

Murabahah BMT

Muhammad. Syafi‟I Antonio, Bank
Syari‟ah
Suatu
Pengenalan
Umum
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hlm. 146.
17

12

2. Observasi

Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis
menggunakan

beberapa

metode,

diantaranya:

Observasi adalah pengamatan
dan pencatatan suatu obyek dengan
sistematika

fenomena

yang

1. Metode

Wawancara

(interview)

diselidiki19. Metode ini digunakan

Metode

Wawancara

(interview)

untuk memperoleh data tentang letak

Yakni

suatu

bertujuan

komunikasi

memperoleh
sistematis18.

secara

yang

informasi

geografis

BMT

serta

sarana

Prasarana yang ada di BMT.

Wawancara 3. 3. Dokumentasi

diarahkan terhadap hal-hal

Dokumentasi

yang

menjadi permasalahan dan hal-hal

teknik

yang kurang jelas. Wawancara ini

ditujukan kepada subyek penelitian.

dilakukan dengan saudara bapak

metode

Agus

sebagai

mengetahui data-data dokumentasi

sebagai manajer operasional, bapak

latar belakang berdirinya BMT, visi,

Muh. Syahidul Haq,A.Md sebagai

misi, tujuan BMT, produk dan data

Dewan Pengawas Syariah (DPS)

BMT20.

Suprianto,S.Pd,

serta dengan Hj. Suwardiyah Catur
Putri,A.Md sebagai menejer BMT

pengumpulan

merupakan

ini

data

digunakan

yang

untuk

Metode Analisis Data
Penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif, maka data yang

Palur.

diperoleh

tidak

dituangkan

dalam

bentuk bilangan atau angka, melainkan
18

Nasution, Metode Research
(Penelitian Ilmiah), cet. VI (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), hlm. 27

19

Ibid, hlm. 69.
Ibid, hlm. 100.

20

13

tetap dalam bentuk kualitatif (berupa

pembiayaan murabahah terjadi tawar

kata-kata,gambar, perilaku).21

menawar antara pihak BMT dengan

Hasil Penelitian dan Pembahasan

nasabah. Setelah terjadi kesepakatan

Dalam

proses

pengajuan

marjin antara kedua belah pihak maka

pembiayaan murabahah, pada awalnya

dibentuklah

bagian marketing atau account officer

murabahah.

menganalisa kebutuhan calon nasabah

akad

Dalam

pembiayaan

akad

pembiayaan

pembiayaan. Hal yang perlu diketahui

murabahah BMT Palur disebutkan pada

adalah barang apa saja yang dibutuhkan

pasal

dan tujuan penggunaan pembiayaan

penyerahan jaminan atas hutang. Hal ini

tersebut. Sebagai lembaga keuangan

diperbolehkan sesuai Fatwa DSN MUI

yang berbasis pada syari‟ah islam maka

No:

syarat halal dalam tujuan penggunaan

murabahah pada ketetapan ke 3 pada

pembiayaan mutlak diperlukan. Analisis

pasal 3 ayat 3 akad pembiayaan

dilakukan di BMT Palur terhadap

murabahah

penggunaan pembiayaan yang diberikan

tentang hak BMT untuk menjual barang

hanya untuk usaha atau kebutuhan yang

jaminan

halal.

melunasi hutangnya. Dan ketentuan

3

ayat

1

tentang

04/DSN-MUI/IV/2000

jika

disebutkan

nasabah

adanya

tentang

perjanjian

tidak

dapat

Murabahah sebagai bentuk akad

mengenai hasil penjualan diatur pada

jual beli dimana pihak BMT meninta

pasal 3 ayat 4 akad tersebut dan telah

mark-up atau marjin keuntungan, maka

sesuai dengan Fatwa DSN MUI No:

pada

04/DSN-MUI/IV/2000

awal
21

perjanjian

atau

akad

Margono, Metodologi Penelitian
Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),
hlm. 39.

murabahah pada ketetapan ke 4.

tentang

14

Analisis berikutnya dilakukan
terhadap

rukun

dan

syarat

akad

Selanjutnya barang atau komoditi
harus bisa diserahterimakan dan barang

pembiayaan murabahah di BMT Palur

tersebut

yang meliputi22:

sempurna dari orang yang melakukan

1.

penjualan.

Orang yang berakad
Nasabah

pembiayaan

dengan

dengan

dimana

Pihak-pihak

Dan

merupakan

milik

alhamdulillah

pada

BMT Palur menngunakan sisitem sesuai

murabahah secara langsung terikat
perjanjian.

harus

konsep

Murobahah

yang

tersebut

(yang

barang

yang terkait dengan akad telah

dibutuhkan

dewasa dan baligh. Rukun ini

sepenuhnya oleh BMT Palur kemudian

terpenuhi dalam akad pembiayaan

diserahterimakan ke nasabah.

murabahah pada BMT Palur.

nasbah)

merupak

milik

3. Tujuan atau maksud pokok pengadakan

2. Benda-benda yang diakadkan

akad

Barang-barang yang diakadkan

Rukun

yang

harus

dipenuhi

atau menjadi obyek dalam pembiayaan

sebagai syarat akad adalah tujuan atau

murabahah haruslah suci dan bisa

maksud mengadakan akad. Dalam akad

digunakan

yang

pembiayaan murabahah BMT Palur

disyariatkan. Hal ini telah sesuai dengan

disebutkan dalam pasal 2 ayat pertama

prosedur yang dilakukan oleh BMT

yang

untuk

tidaknya

pertama yaitu BMT memberikan kuasa

obyek

pada pihak kedua yaitu nasabah untuk

barang

dengan

menganalisa
yang

cara

halal

dijadikan

pembiayaan murabahah.
22

Abdullah al-Muslih Shawi. Fikih
Ekonomi Keuangan Islam. (Jakarta: Darul
Nash 2004). Hlm 28.

menyebutkan

bahwa

pihak

membeli barang yang diminta nasabah
senilai barang tersebut dan dalam

15

pelaksanaannya pihak BMT mengetahui

pada

secara

impelmentasi

atau

penerapan

langsung

pengadaan

barang

akadnya tidak ada unsur gharar yang

karena

pembelian

barang

Penyusun temukan.

tersebut

diwakilkan kepada nasabah dengan
melaksanakan akad Wakalah.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan

Rukun ini telah dilaksanakan

pembahasan pengenai pelaksanaan akad

sesuai dengan prosedur pembiayaan

pembiayaan murabahah di BMT Palur

pada

pada bab sebelumnya, dapat diambil

BMT

Palur

dengan

adanya

penjelasan mengenai ketentuan akad
pembiayaan murabahah yang diketahui 1.
kedua belah pihak.

kesimpulan sebagai berikut:
Dalam

mekanisme

keputusan

Sempurnanya rukun dan syarat

dalam

pembiayaan

pengambilan

menyetujui

telah

sesuai

suatu
dengan

terbentuknya akad bila terhindar dari

syari‟ah dengan adanya ketentuan pada

lima sifat-sifat yakni: a) paksaan, b)

jenis pembiayaan untuk usaha yang

penyerahan

halal saja.

yang

menyebabkan

kerugian, c) gharar, d) syarat-syarat 2.
fasid,

e)

riba.

dari

terpenuhinya orang yang berakad dalam

pembiayaan

pembiayaan murabahah yaitu pihak

murabahah pada BMT Palur, maka

BMT sebagai penjual dan nasabah

pada sifat pertama tidak adanya unsur

sebagai pembeli.

pelaksanaan

Jika
akad

dilihat

Sebagai rukun dan syarat akad, telah

paksaan sesuai dengan yang dituangkan 3.
pada

pasal

5

akad

pembiayaan

murabahah BMT Palur. Dan begitupun

Dalam perjanjian tentang tujuan dan
maksud

pokok

mengadakan

akad

sebagai rukun dan syarat akad terdapat

16

tidak terdapat unsur gharar karena 3.

Untuk penelitian selanjutnya, dapat

pihak BMT secara langsung mengetahui

meneliti tentang mekanisme penelitian

realisasi penggunaan pembiayaan dan

harga

ini telah sesuai dengan Fatwa DSN MUI

murabahah dan juga pelaksanaan akad-

No.

akad pembiayaan lainnya.

04/DSN-MUI/IV/2000

tentang

jual

beli

pada

pembiayaan

murabahah.

Daftar Pustaka:

Saran

Juhaili, Wahbah. 1989. Al-Fiqh alIslami wa Adillatuh . Beirut: Dar
Al-Fikr.

Dari

hasil

pembahasan

dan

kesimpulan yang telah dikemukakan
sebelumnya maka dapat disampaikan
saran-saran sebagai berikut:
1. Sebagai lembaga keuangan syariah

Munawir, A. Warson. 1984. Kamus
Arab Indonesia
al-Munawir.
Yogayakarta:
Ponpes
Al
Munawir.
Muslih Shawi, Abdullah. 2004. Fikih
Ekonomi Keuangan Islam. Jakarta:
Darul Nash.

dihadarkan BMT Palur dapat mampu
menerapkan

prinsip-prinsip

syariah

secara keseluruhan. Meskipun banyak
kendala untuk menyempurnakannya.
2. BMT Palur kedepannya agar lebih
inovatif

dan

menghadapi

kreatif

lagi

persaingan

dalam
dengan

Lembaga Keuangan yang lain terlebih
lagi ketika Pasar Bebas (Masyarakat
Ekonomi Asean) dimulai.

Arifin, Zainul. 2006.
Dasar-Dasar
Manajemen Bank Syari‟ah Cet.
Ke 4. Jakarta: Alvabet.
Basyir, Ahamd Azar. 2004. Asas-Asas
Hukum Muamalat, cet. Ke-2.
Yogyakarta: UII Press.
Depag RI, 2005. Al-Qur‟an dan
Terjemahnya. Jakarta: alhuda
Kelompok Gema Insani.
Dewi, Gemala. 2005. Hukum Perikatan
Islam di Indonesia, cet. Ke-1.
Jakarata: Kencana.
Hendi, Suhendi. 2007. Fiqh Muamalah.
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

17

Lewis, Mervyn. 2001. Perbankan Syari‟ah
Prinsip, Praktik, dan Prospek. Jakarta: PT
Serambi Ilmu Semesta.
Mega

Utami, Anita. 2011. Skema Akad
Murabahah.
Jakarta:
UIN
Syarif
Hidayatullah.

Margono, 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.

Ma‟luf, Louis. 1986. Al-Munjid fi al-Lughat wa
al-„Alam. Beirut: Dar al-Masyriq.
Nasution, 2003. Metode Research (Penelitian
Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul
Maal Wa Tamwil. Yogyakarta: UII Perss.
Syafi‟I Antonio, Muhammad. 2008. Bank
Syari‟ah Suatu Pengenalan Umum .
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga
Keuangan Syari‟ah. Jakarta: Prenada
Media.
Sukandarramidi, 2006. Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Ghajah Mada University
Press.
http://lembaga keuangan syari‟ah di akses
tanggal 2 juli 2015.
http:www.pikiranrakyat.com/cetak/2005/0805/21/hikmah/m
anajemen. Di akses 2 juli 2015.