PERAN K.H MUNIR MAWARDI DALAM PENGEMBANGAN YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL MUNIROH DI UJUNGPANGKAH GRESIK TAHUN 1946-1999.

PERAN K.H MUNIR MAWARDI DALAM PENGEMBANGAN YAYASAN
PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN AL MUNIROH
DI UJUNGPANGKAH GRESIK TAHUN 1946-1999
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1)
Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh:
Veronita Fitri
NIM: A0.22.12.101

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2016

ABSTRAK
Dalam skripsi yang berjudul Peran KH. Munir Mawardi dalam
Pengembangan Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh di
Ujungpangkah Gresik Tahun 1946-1999, penulis berusaha mengungkap beberapa

persoalan sebagai berikut: 1) Bagaimana biografi KH. Munir Mawardi? 2)
Bagaimana sejarah dan pengembangan Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al
Muniroh tahun 1946-1999? 3)Bagaimana peran KH. Munir Mawardi dalam
pengembangan Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh tahun 19461999 dan pandangan masyarakat Ujungpangkah Gresik?.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian sejarah, yang
berfungsi untuk mendeskripsikan sesuatu yang terjadi di masa lampau. Metode
penelitian sejarah yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan beberapa
langkah, yaitu pemilihan, heuristik (pengumpulan data) dengan cara
mengumpulkan sumber-sumber atau arsip-arsip yang terkait mengenai KH. Munir
Mawardi, verifikasi (kritik terhadap data), interpretasi (penafsiran), serta
historiografi (cara penulisan sejarah). Pendekatan yang digunakan penulis adalah
pendekatan historis diskriptif. Teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
adalah teori peran, teori keturunan, dan teori kepemimpinan kharismatik yang
dikemukakan oleh Max Weber yakni menjelaskan perkembangan kekuasaan
kepribadian yang bersifat kepahlawanan.
Dari hasil penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa: 1) KH. Munir
Mawardi merupakan pengasuh Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al
Muniroh tahun 1946-1999. Ia lahir pada tahun 1918 M dari pasangan Kiai
Mawardi dan Ibu Nyai Maimunah, serta wafat pada hari Senin 15 November
1999M di Desa Ujungpangkah Kecamatan Ujungpangkah Kbaupaten Gresik. 2)

Pondok Pesantren Al Muniroh berdiri pada tahun 1942 M. Perkembangan dari
awal berdiri yakni pengajian kitab kuning dengan menggunakan metode sorogan,
wetonan atau bandongan, perkembangan dari pondok pesantren menjadi yayasan
pendidikan pondok pesantren tahun 1981 dan didirikannya lembaga pendidikan
formal dari TK sampai SMA. 3) peran KH. Munir Mawardi yaitu, pertama dalam
peran agama yakni selalu menjadi kiblat masyarakat Ujungpangkah dalam
menetukan hukum. Kedua, bidang sosial masyarakat yaitu dia sangat peduli
terahadap masyarakat Ujungpangkah yang selalu memikirkan nasib umatumatnya dengan rasa kasih sayang. Ketiga, bidang politik perannya yakni
penggerak seluruh kader-kader di Ujungpangkah.

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRACT
In this thesis which is entitled the role of KH. Munir Mawardi in
developing education foundation boarding school Al Muniroh Ujungpangkah
Gresik 1946-1999, the writer strives to show some problems such as : 1) How is
the biography of KH. Munir Mawardi? 2) How is the history and development
education foundation boarding school Al Muniroh in 1946-1999? 3) How is the

role of KH. Munir Mawardi in developing education foundation boarding school
Al Muniroh in 1946-1999 and Ujungpangkah community views ?.
This thesis is that use method of history research, which the function is to
describe something that had happened in the past. The method of history research
that the the writer aplied is using some steps, they are determining topic,
heuristic (collecting evidence) by collecting some sources or manuscripts that
relate to KH. Munir Mawardi, verification (critical of evidence), interpretation
(understanding), and historiography (the way in wring a history). The research
uses descriptive historical appoarch which aims to describe the events that
occurred in the past. The theory that is used in writing process of this thesis is
role theory, genetic theory, flawless leadership theory that is said by max weber
which explains the development of individual patriotical power.
From to this thesis, the writer concludes that 1) KH. Munir Mawardi is someone
who take care in islamic boarding house of Al Muniroh in 1946-1999. He was
born in 1918. His father is Kiai Mawardi and his mother is Maimunah. He had
passed away in 15 November 1999 at desa Ujungpangkah Kecamatan
Ujungpangkah Kabupaten Gresik. 2) the islamic boarding house of Al Muniroh
was built in 1942 M.. The first development of this islamic boarding house of Al
Muniroh is reciting of kitab kuning by using sorogan method, wetonan or
bandongan, the development of educational foundations boarding school became

a boarding school in 1981 and the establishment of institutions of formal
education from kindergarten through high school. 3) the role of KH. Munir
Mawardi ie, first in the role of religion has always been a mecca of Ujungpangkah
in determining the legal community. Second, the social community is that he is
very concerned to Ujungpangkah people who always think about the fate of the
people, his people with affection. Third, the role of the political field driving the
whole cadres Ujungpangkah.

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ........................................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ................................................ iv
MOTTO ......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
ABSTRACT . .................................................................................................. x
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................. xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

B.

Rumusan Masalah ............................................................... 6

C.

Tujuan Penelitian ................................................................ 6


D.

Kegunaan Penelitian ........................................................... 7

E.

Pendekatan dan Kerangka Teoritik ...................................... 7

F.

Penelitian Terdahulu ............................................................ 12

G.

Metode Penelitian ................................................................ 13

H.

Sistematika Pembahasan ...................................................... 19


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II

BIOGRAFI KH. MUNIR MAWARDI
A.

Geneologi KH. Munir Mawardi .......................................... 21

B.

Riwayat Pendidikan KH. Munir Mawardi . ......................... 24

C.

Kepemimpinan KH. Munir Mawardi
di Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh ....... 26

BAB III


PENGEMBANGAN YAYASAN PENDIDIKAN PONDOK
PESANTREN AL MUNIROH TAHUN 1946-1999
A.

Sejarah Berdirinya Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren
Al Muniroh .......................................................................... 35
1.

Letak Geografis . .......................................................... 35

2.

Sejarah Berdirinya Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren
Al Muniroh .................................................................. 36

3.

Tujuan Berdirinya Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren
Al Muniroh .................................................................. 39


B.

C.

Peride Awal (1942-1946) .................................................... 44
1.

Kondisi dari Segi Fisik ................................................. 44

2.

Kondisi dari Segi Pendidikan ....................................... 45

3.

Hambaran-Hambatan yang Dialami Awal.................... 46

Periode Pengembangan dari Pondok Pesantren menjadi
Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren (1946-1999). ......... 46
1.


Pengembangan dari Segi Fisik...................................... 46

2.

Pengembangan dari Segi Pendidikan............................ 47

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D.

Usaha Pembinaan dan Profesionalisme Yayasan Pendidikan
Pondok Pesantren Al Muniroh............................................. 52

BAB IV

PERAN KH. MUNIR MAWARDI DALAM PENGEMBANGAN
YAYASAN

PENDIDIKAN


PONDOK

PESANTREN

AL

MUNIROH UJUNGPANGKAH GRESIK
A.

Dalam Bidang Agama.......................................................... 64

B.

Dalam Bidang Sosial Masyarakat ...................................... 67

C.

Dalam Bidang Politik. ......................................................... 69

D.

Pandangan Masyarakat Terhadap KH. Munir Mawardi...... 71

BAB V

PENUTUP
A.

Kesimpulan ...................................................................... 75

B.

Saran ................................................................................... 76

Daftar Pustaka
Daftar Informan
Lampiran-Lampiran

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyaknya penganut Islam tradisional di Indonesia merupakan suatu
hal yang menarik untuk dicermati. Menurut Zamakhsyari Dhofier, muslim
tradisional adalah muslim yang masih terikat kuat dengan pikiran-pikiran
para ulama ahli fiqh (hukum Islam), hadis, tafsir, tauhid (theologi Islam) dan
tasawuf yang hidup antara abad ke 7 hingga abad ke 13.1 Keberhasilan Islam
tradisional dalam menghimpun kekuatan yang besar di Jawa bukan sematamata karena jumlah pengikutnya yang lebih banyak dari pada Islam modern,
tetapi juga karena kuatnya solidaritas dan integritas para pengikutnya.2
Membicarakan Islam di Jawa tidak lepas dengan apa yang dinamakan Kiai,
santri dan pondok pesantren.
Istilah Kiai memiliki pengertian yang plural. Kata kiai bisa berarti: 1)
Sebutan bagi alim ulama (cerdik pandai dalam agama Islam); 2) Alim ulama;
3) Sebutan bagi guru ilmu gaib (dukun dan sebagainya); 4) Kepala distrik (di
Kalimantan Selatan); 5) Sebutan yang mengawali nama benda yang dianggap
bertuah (senjata, gamelan, dan sebagainya); dan 6) Sebutan samara untuk
harimau (jika orang melewati hutan).3Kiai adalah orang yang diyakini

1

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES,
1982), 1.
2
Ibid., 4.
3
Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi
(Jakarta: Erlangga, 2002), 61.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

penduduk desa mempunyai otoritas pengetahuan yang sangat besar dan
karismatik.4
Kiai

terkadang

dijuluki

berpaham

tradisional

dengan

kesederhanaannya, yang memang tidak selalu mengandung arti negatif. Kiai
yang tampil dengan penuh kesederhanaan, yang dengan memakai sandal,
sarung dan memegang tasbih, sesungguhnya mengandung nilai budaya yang
sangat tinggi. Ini menunjukkan kiai yang tidak serakah, tidak memiliki ambisi
politik yang berlebihan. Sosok kiai seperti inilah yang didambakan oleh
masyarakat, dan yang memiliki kharisma dan wibawa dalam artian
sesungguhnya.5
Kiai tidak hanya dikategorikan sebagai elite agama, tetapi juga
sebagai elite pesantren yang memiliki otoritas tinggi dalam penyimpanan dan
menyebarkan pengetahuan keagamaan serta berkompeten mewarnai corak
dan bentuk kepemimpinan yang ada di pondok pesantren. Tipe karismatik
yang melekat pada dirinya menjadi tolak ukur kewibawaan pesantren.6
Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia
sebagaimana menjadi kesepakatan para peneliti sejarah pendidikan di negeri
yang berpenduduk muslim terbesar di dunia ini. Pada mulanya, pesantren
didirikan oleh para penyebar Islam sehingga kehadiran pesantren diyakini
mengiringi dakwah Islam di negeri ini, kendati bentuk sistem pendidikannya
belum selengkap pesantren sekarang.
4

Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2003), 1.
Hamdan Dauly, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik (Yogyakarta: LESFI, 2001),
107.
6
Bryan S Turner, Sosiologi Islam: Suatu Telaah Analisa atas Tesa Sosiologi Weber (Jakarta:
Rajawali, 1984), 168-169.
5

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

Pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran
Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman
perilaku sehari-hari.7
Pondok pesantren merupakan lembaga Islam tradisional, yang
kelahirannya bukan saja terbatas pada bidang-bidang pendidikan, melainkan
sebagai lembaga sosial keagamaan. Kelahirannya berkaitan erat dengan
kondisi lingkungan suatu komunitas tertentu, sehingga bentuk dan fasilitas
yang dimiliki tidak jauh dengan kondisi masyarakat tersebut. Perkembangan
pondok pesantren di Indonesia memiliki tingkatan yang berbeda, dan gejala
ini dapat diketahui dari faktor sosial budaya yang mempengaruhi
masyarakat di sekitar pondok pesantren itu sendiri. Perbedaan sosial budaya
masyarakat menentukan tujuan berdirinya lembaga pesantren, sehingga
dalam perkembangan selanjutnya masing-masing pondok pesantren memilih
arah yang berbeda, sesuai dengan kondisi kebutuhan masyarakat.8
Pondok pesantren sebagai salah satu institusi pendidikan yang ada
dalam masyarakat mempunyai peran penting dalam rangka meningkatkan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan pesantren tidak saja
memberikan pengetahuan dan keterampilan teknis tetapi yang jauh lebih
penting adalah menanamkan nilai-nilai moral dan agama. Sesuatu yang
teramat penting di tengah proses modernitas dan interaksi antar bangsa yang
tidak mengenal batas lagi.
7

Ibid., 1.
Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999), 3.

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Ibarat dua sisi mata uang jika melihat hubungan antara pesantren dan
kiai. Keduanya satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Tak mungkin ada
pesantren tanpa ada kiai, begitu pula sebaliknya, keberadaan kiai mesti
memiliki pesantren. Posisi kiai dalam lembaga pesantren adalah sangat
menentukan. Kemana arah perjalanan pesantren (kebijakan dan orientasi
program pesantren) ditentukan oleh kiai. Dalam realitas sosial pesantren itu
adalah milik masyarakat, maka di sini ada kaitan yang erat bahwa kiai pun
menjadi milik masyarakat pula. Inilah istimewanya seorang kiai-ulama di
pesantren.9
Penelitian ini

membahas tentang peran kiai serta pengaruhnya

terhadap masyarakat yang berada di Ujungpangkah Gresik, yaitu K.H Munir
Mawardi. Sebelumnya Pondok Pesantren Al Muniroh itu sendiri didirikan
oleh ayahnya yang bernama K.H Mawardi. Dia seorang kiai, perintis pondok
pesantren Al Muniroh pada tahun 1942. Saat itu di Ujungpangkah banyak
kasus pencurian, penjudian, penganiayaan dan perbuatan tercela lainnya. K.H
Mawardi menilai kondisi itu terjadi karena kurangnya pendidikan masyarakat.
Perkembangan Pondok Pesantren Al Muniroh semakin pesat setelah
putra K.H Mawardi, yakni K.H Munir Mawardi yang menuntut ilmu di
Makkah kembali dan pulang, kemudian mengambil alih pimpinan pondok
pesantren Al Muniroh setelah K.H Mawardi wafat. Dia mulai terjun
kemasyarakat untuk mengamalkan ilmunya selama belajar di Makkah. Di

9

Rudhy Suharto dan Mahya Ramdani, Pemberdayaan Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2005), 6-7.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

pondok pesantren itu tidak hanya menggelar pendidikan agama secara
tradisional, tetapi juga membuka pendidikan formal.10
Pondok pesantren ini bernaung di bawah yayasan Al Muniroh yang
diketuai oleh Syaiful Islam Al-Ghozi putra K.H Munir Mawardi, yang
didirikan pada 14 Desember 1981. “Ponpes ini terbuka untuk santri dan
masyarakat sekitar. Bahkan, yang tua-tua juga aktif di pengajian”.11 Penulis
mengambil tahun 1946 karena tahun tersebut peralihan pimpinan dari KH.
Mawardi ayahnya sampai ke KH. Munir Mawardi puteranya.
Sangat penting untuk meneliti K.H Munir Mawardi karena dia
merupakan tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh di Ujungpangkah
Gresik yang belum begitu meluas dikenal terutama di bidang pendidikan.
Selain menjadi kiai dia juga ikut dalam perjuangan 1945 sampai tahun 1952.
Setelah itu, dia juga diangkat menjadi JUPENA (Juru Penerangan Agama).12
Begitu juga dengan perjuangannya K.H Munir Mawardi dalam bidang
dakwah serta pemikirannya cukup berpengaruh bagi kehidupan masyarakat
Ujungpangkah Gresik dalam meluaskan dakwah dia mendirikan Pondok
Pesantren Al Muniroh.
Dalam perjuangannya sangat memberi pengaruh yang besar bagi
masyarakat

Ujungpangkah

Gresik

baik

dalam

pendidikan,

sosial

kemasyarakatan maupun keagamaan. Untuk itu sangat perlu untuk diteliti
supaya bisa menambah pengetahuan

masyarakat tentang K.H Munir

10

Muhammad Kurdi, “Ponpes Al-Muniroh”, dalamhttp://blogspot.co.id/2009/05/pesantren-almuniroh-membekali-santri.html (1 Maret 2016).
11
Muhammad Kurdi, Wawancara, Ujungpangkah, 6 Maret 2016.
12
Mas’ud Mawardi, Wawancara, Lamongan, 26 Maret 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Mawardi khususnya masyarakat Ujungpangkah Gresik. Maka dari itu penulis
mengangkat judul: “Peran KH. Munir Mawardi Dalam Perkembangan
Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh Di Ujungpangkah Gresik
Tahun 1946-1999”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul di atas, maka ruang lingkup pembahasan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana biografi KH. Munir Mawardi?
2. Bagaimana sejarah dan pengembangan Yayasan Pendidikan Pondok
Pesantren Al Muniroh tahun 1946-1999?
3. Bagaimana peran K.H Munir Mawardi dalam pengembangan Yayasan
Pendidikan

Pondok

Pesantren

Al

Munirohtahun

1946-

1999danpandanganmasyarakatUjungpangkah Gresik?

C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
adalah:
1. Mengetahui Biografi K.H Munir Mawardi
2. Mengetahui sejarah dan pengembangan Yayasan Pendidikan Pondok
Pesantren Al Muniroh

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

3. Mengetahui hasil peran K.H Munir Mawardi dalam pengembangan
Yayasan

Pendidikan

Pondok

Pesantren

Al

Munirohdanpandanganmasyarakatsekitar.
D. Kegunaan Penelitian
Dalam sebuah penelitian, tentu diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada umat manusia. Manfaat penelitian ini dapat dikategorikan sebagai
manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi khazanah
pengembangan ilmu dan pengetahuan, baik dalam pendidikan sejarah
ataupun dalam sosial dan budaya, serta dapat digunakan sebagai referensi
bagi peneliti berikutnya dan menindak-lanjuti dengan penelitian baru.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat, khususnya kalangan santri dan pelajar di Yayasan Pendidikan
Pondok Pesantren Al Muniroh di Ujungpangkah Gresik. Hasil penulisan
ini dapat digunakan sebagai informasi yang belum sepenuhnya dari
mereka ketahui.

E. Pendekatan dan Kerangka Teori
Pendekatan

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini,

penulis

menggunakan pendekatan historis diskriptif. Dalam hal ini penulis berusaha
mengungkapkan serta mendiskripsikan bagaimana sejarah riwayat hidup K.H

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Munir Mawardi, sejak dia lahir sampai proses sebagai pemimpin atau
pengasuh, serta peranannya dalam perkembangan Yayasan Pendidikan
Pondok Pesantren Al Muniroh.
Sementara itu, penelitian ini menggunakan bantuan dari beberapa teori
diantaranya adalah teori kepemimpinan. Kepemimpinan dapat diartikan
sebagai kemampuan dari seseorang (yaitu pemimpin atau leader) untuk
mempengaruhi orang (yaitu orang yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya),
sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana yang dikehendaki
oleh

pemimpin

tersebut.

Kadang

kepemimpinan

dibedakan

antara

kepemimpinan sebagai kedudukan dan kepemimpinan sebagai proses sosial.
Sebagai kedudukan, kepemimpinan merupakan suatu kompleks hak dan
kewajiban yang dapat dimiliki oleh suatu badan. Sedangkan kepemimpinan
sebagai proses sosial adalah suatu proses kepemimpinan, meliputi segala
tindakan yang dilakukan oleh seseorang/suatu badan yang menyebabkan
gerak dari masyarakat.13
Kepemimpinan terbagi menjadi dua ruang lingkup, pertama yang
bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di
dalam suatu jabatan dan ada pula kepemimpinan karena pengakuan dari
masyarakat

akan

kemampuan

seseorang

untuk

menjalankan

kepemimpinannya. Kedua, tidak resmi (informal leadership) mempunyai
perbedaan yang sangat mencolok yakni kepemimpinan yang resmi di dalam
pelaksanaannya selalu berada di atas landasan-landasan atau peraturan-

13

Koentjoroningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial (Jakarta: Dian Rakyat, 1967), 181.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

peraturan resmi, seperti dekan ataupun rektor sehingga dengan demikian daya
cakupnya agak terbatas pula. Kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang
lingkup tanpa batas-batas resmi, oleh karena kepemimpinan tersebut
didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat.14
Teori-teori kepemimpinan antara lain:
1.

Teori genetik yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan dari
keturunan, tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang hebat
dan ditakdirkan menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi apapun.

2.

Teori sosial yang menyatakan setiap orang bisa menjadi pemimpin
melalui usaha penyiapan, pendidikan dan pembentukan serta didorong
oleh kemajuan sendiri dan tidak lahir begitu saja atau takdir tuhan yang
semestinya.

3.

Teori ekologis/sintesis menyatakan seseorang akan sukses menjadi
pemimpin apabila sejak lahir telah memiliki bakat kepemimpinan dan
dikembangkan melalui pengalaman serta cita-cita, usaha pendidikan yang
sesuai dengan tuntunan lingkungan/ekologisnya.15
Melihat dari teori yang telah dijelaskan diatas maka K.H Munir

Mawardi termasuk dalam teori genetik dan teori ekologis/sintesis karena dia
menjadi pemimpin itu sudah terlihat dari bakat-bakat yang dimiliki dia sejak
kecil untuk menjadi pemimpin atau tokoh masyarakat serta pembentukan,

14

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Perss, 1982), 265.
Sunidhia-Ninim Widiyanti, Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern (Jakarta: Rineka Cipta,
1993), 21.

15

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

didikan dari sang ayah untuk bisa menjadi penerus dari Yayasan Pendidikan
Pondok Pesantren Al Muniroh tersebut.
Max Weber mengklasifikasikan kepemimpinan menjadi 3 jenis:
1.

Otoritas karismatik yakni berdasarkan pengaruh dan kewibawaan pribadi.

2.

Otoritas tradisional yakni dimiliki berdasarkan pewarisan.

3.

Otoritas legal-rasional yakni yang dimiliki berdasarkan jabatan serta
kemampuan.16
Dilihat dari sosok KH. Munir Mawardi yang berwibawa, tegas dalam

menegakkan hukum, maka dia termasuk kiai yang kharismtik. Disamping itu
KH. Munir Mawardi adalah keturunan dari seorang kiai perintis pondok
pesantren yang kelak akan melanjutkan perjuangannya memimpin pondok
tersebut. Maka, KH. Munir Mawardi juga masuk dalam otoritas tradisional
karena berdasarkan pewarisan atau turunan.
Selain itu, dalam melakukan studi tentang peran KH. Munir Mawardi
dalam perkembangan Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh
penulis menggunakan teori peran. Teori peran adalah seperangkat patokan
yang membatasi perilaku yang harus dilakukan oleh seseorang yang
menduduki suatu posisi. Sedangkan teori peran menurut Bruce J.Biddle dan
Edwin J.Thomas peristiwa peran sama dengan pembawaan lakon oleh
seorang pelaku dalam peran dalam kehidupan sosial pun mengalami hal yang
sama. Dalam kehidupan sosial nyata membawakan peran berarti menduduki

16

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Rajawali Perss, 1982), 281-286.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

posisi sosial dalam masyarakat. Hal ini seorang individu juga harus patuh
kepada skenario berupa norma sosial, tuntunan sosial dan kaidah-kaidah.
Menurut Soejono Soekamto, peran adalah suatu konsep perihal yang
dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat,
peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan
kemasyarakatan.17
Dalam skripsi ini, teori peran terletak pada peranan KH. Munir
Mawardi dalam perkembangan Yayasan Pondok Pesantren Al Muniroh.
Dalam kutipan di atas menurut Bruce J.Biddle dan Edwin J.Thomas bahwa
peran adalah sama halnya dalam pembawaan lakon dalam kehidupan sosial
nyata berarti KH. Munir Mawardi dalam penelitian ini sebagai seorang lakon
yang berperan dala perkembangan yayasan pendidikan pondok pesantren
maupun dalam kehidupan sosial nyata, bisa lewat hubungan sosial antara KH.
Munir Mawardi dengan masyarakat sekitar.
Selain itu dalam perkembangan sebuah pondok pesantren bergantung
sepenuhnya kepada kemampuan pribadi seorang kiainya. Karena kiai
merupakan cikal bakal dan elemen yang pokok dari sebuah pesantren, itulah
sebabnya kelangsungan sebuah pesantren tergantung pada kemampuan
pesantren tersebut untuk memperoleh penerus kiai ketika kiai sudah wafat.18

17

Edy Sudarhono, Teori Peran Konsep, Derivasi dan Implikasi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1994), 7.
18
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Jakarta: LP3ES, 1985), 55.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

F. Penelitian Terdahulu
Sejauh yang peneliti ketahui belum ada yang meneliti terutama di UIN
Sunan Ampel SurabayafakultasAdab dan Humaniora. Maka dari itu peneliti
ingin menyelesaikan dengan memfokuskan pada peranan K.H Munir
Mawardi dan pengaruhnya terhadap masyarakatUjungpangkah Gresik.Dalam
pengamatan

penulis,

penelitian

terdahulu

yang

hampir

serupa

denganpenelitian ini adalah:
1. Skripsi “Peranan K.H Maksum dalam Mendirikan Pondok Pesantren
Raudlatul Ulum dan Pengaruhnya terhadap Masyarakat Geger-Bangkalan
Tahun 1955-2000”. Ditulis oleh Muaidi, Fakultas Adab, jurusan Sejarah
dan Kebudayaan Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2015. Hasil
dari penelitian ini adalah peran seorang Kiai yang mendirikan Pondok
Pesantren di tengah masyarakat yang kondisinya sangat miris, seperti
banyaknya kemaksiatan, pencurian, bajingan. Dia bisa merubah kondisi
masyarakat tersebut menjadi lebih baik.19 Persamaan dari penelitian
penulis adalah peran seorang Kiai yang mendirikan pondok pesantren,
sedangkan perbedaannya penelitian ini adalah yang mengubah masyarakat
dari yang buruk menjadi lebih baik.
2. Skripsi “Peran dan Posisi Kiai di Tengah Masyarakat Pamekasan Madura”
oleh Ach. Chufron Sirodj. Penelitian lapangan ini meneliti tentang peran
19

Muaidi, “Peran KH. Maksum dalam Mendirikan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum dan
Pengaruhnya terhadap MasyarakatGeger-BangkalanTahun 1955-2000”. (Skripsi, Fakultas Adab,
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

kiai dalam perubahan sosial di Kabupaten Pamekasan. Hasil penelitian ini
bahwa otoritas kiai dibidang keagamaan di Kabupaten Pamekasan Madura
berimbas pula pada pengaruh sosial di tengah-tengah masyarakat
Pamekasan., serta peran yang akan dimainkan kiai tersebut menjadi
harapan dan tumpuan masyarakat. Karena itu, kuasa kiai tidak sekedar
meliputi wilayah kaeagamaan, tetapi juga wilayah publik yang merupakan
bentuk tindakan sosial yang berdasarkan pada makna kehidupan sosial
masyarakat Pamekasan.20 Persamaan penelitian ini dengan penelitian
penulis adalah mengenai peran kiai dalam masyarakat, sedangkan
perbedaannya penelitian ini belum fokus pada peran kiai dan
pemberdayaan terhadap masyarakat.

G. Metode Penelitian
Penelitiann ini menggunakan metode kualitatif yang berdasarkan
analisis pada data dan fakta yang ditemui di lapangan, metode ini tidak
diungkapkan dengan angka-angka seperti dalam penelitian secara kuantitatif.
Data penulis didapatkan dari buku-buku, dokumen dan peristiwa lainnya baik
tertulis ataupun tidak tertulis seperti wawancara dengan informan yaitu,
keluarga, santri dan warga masyarakat yang mengetahui K.H Munir Mawardi.
Dalam penelitian ini menggunakan langkah-langkah metode penelitian
sejarah yaitu, Heuristik, Kritik Sumber, Interpretasi dan Historiografi.21
Melalui tahapan ini, peneliti berusaha menjelaskan tentang Biografi K.H
20

Ach. Chufron Sirodj, “Peran dan Posisi Kyai di Tengah Masyarakat Pamekasan Madura”.
(Skripsi , Fakultas Ushuluddin, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008).
21
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), 45.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Munir Mawardi dan peranannya dalam perkembangan Yayasan Pendidikan
Pondok Pesantren Al Muniroh di Ujungpangkah Gresik.
Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Heuristik
Heuristik atau pengumpulan sumber yaitu suatu proses yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data
atau jejak sejarah. Sejarah tanpa sumber maka tidak bisa dibaca. Maka
sumber dalam penelitian sejarah merupakan hal yang paling utama yang
akan menetukan bagaimana aktualitas masa lalu manusia bisa difahami
oleh orang lain.
Dalam tahapan ini peneliti memulai proses pengumpulan sumbersumber sejarah, sehingga dengan sumber sejarah tersebut dapat
didiskripsikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Peneliti ini
dimulai dengan keluarga K.H Munir Mawardi, santri serta warga
masyarakat sebagai acuan atau refrensi dalam penelitian ini. Disini peneliti
mencari data dengan wawancara atau interview secara langsung untuk
mengetahui profil dia. Selain interview peneliti juga melakukan studi
kepustakaan dengan mengumpulkan data refrensi-refrensi tertulis, meliputi
karya-karya serta data-data tentang yayasan pondok pesantren dan peneliti
melakukan observasi langsung sehingga terjadi interaksi antara peneliti
dengan informan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

Dalam penelitian ini menggunakan sumber sejarah yaitu:
a. Sumber Primer
1). Dokumen
Dalam tahap ini peneliti melakukan penelitian literature dalam
pengumpulan sumber terhadap karya-karya ilmiah ini, terutama ada
kaitannya dengan pokok bahasan dalam skripsi ini. Beberapa
dokumen yang peneliti kumpulkan:
a) Silsilah keluarga KH. Munir Mawardi.
b) Surat keputusan menteri hukum dan pengesahan Yayasan
Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh.
c) Surat pendirian Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al
Muniroh.
d) Dokumen foto-foto Pondok Pesantren Al Muniroh.
e) Dokumen foto-foto kegiatan di Yayasan Pendidikan Pondok
Pesantren Al Muniroh.
2). Interview
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan
keluarga K.H Munir Mawardi yaitu:
a) Mas’ud Mawardi dia adalah anak dari KH. Mawardi.
b) Mahrus Munir dia adalah anak ke lima dari istri yang ke dua.
c) Ulul Ilmi, dia merupakan anak ke dua dari istri yang ke tiga.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

d) Ulin Nuha, dia adalah anak ke tiga dari istri yang ke tiga.
e) Shahibur Rida Abdullah, dia merupakan menantu dari anak ke
sembilan istri pertama.
f)

Muhammad Kurdi, dia adalah menantu dari anak yang pertama
istri pertama.

g) Muhammad Jazim, dia adalah teman seperjuangan KH. Munir
Mawardi.
h) Muhammad Yazid, dia adalah salah satu murid KH. Munir
Mawardi. dan masyarakat sekitar pondok pesantren Al
Muniroh yang mengetahui tentang dia.
b. Sumber Sekunder
Untuk mendukung penelitian ini peneliti menggunakan sumber
sekunder yaitu:
1) Tradisi Pesantren,Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai karya
Zamakhsyari Dhofier.22
2) Perselingkuhan

Kiai

dan

Kekuasaan

karangan

Endang

Turmudi.23
3) Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern ditulis Sunidia-Ninim
Widiyanti.24

22

Zamakhsyari Dhofier,Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES,
1982).
23
Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2003)
24
Sunidhia-Ninim Widiyanti, Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern (Jakarta: Rineka Cipta,
1993).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

4) Pemberdayaan Pesantren karangan Rudhy Suharto dan Mahya
Ramdani.25
5) Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik karya Hamdan
Dauly.26
2.

Kritik Sumber
Kritik

sumber adalah

upaya

mendapatkan

otentisitas dan

kredibilitas sumber.27 Dalam kritik sumber peneliti meneliti sumbersumber yang diperoleh dari wawancara agar memperoleh kejelasan
apakah sumber tersebut kredibel atau tidak dan sumber tersebut autentik
atau tidak.
Dalam metode sejarah kritik sumber terbagi menjadi 2, yaitu:
a.

Kritik ekstern adalah proses untuk melihat apakah sumber yang
didapatkan autentik atau asli. Sumber yang diperoleh peneliti
merupakan yang relevan, karena peneliti mendapatkan sumber
tersebut langsung dari tokoh yang sedang diteliti melalui wawancara.
Kritik ekstren yang dimaksud disini untuk menguji keabsahan
tentang keasliannya (otentisitas) sumber-sumber dari segi fisiknya,
seperti kapan dan dimana sumber tersebut dibuat. Untuk kritik
beberapa buku, disini hanya buku yang relevan dengan penelitian ini.
Seperti dokumen sejarah singkat dan data-data Yayasan Pendidikan
Pondok Pesantren Al Muniroh, dokumen akta yayasan.

25

Rudhy Suharto dan Mahya Ramdani, Pemberdayaan Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
2005).
26
Hamdan Dauly, Dakwah di Tengah Persoalan Budaya dan Politik (Yogyakarta: LESFI, 2001).
27
Suhartono W Pronoto, Teori & Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

b.

Kritik intern adalah upaya yang dilakukan untuk melihat apakah isi
sumber tersebut cukup layak untuk dipercaya kebenarannya.
Dilakukan untuk menguji tentang keshahihannya (kredibilitas)
terhadap sumber-sumber yang penulis peroleh berupa buku-buku
literature yang relevan, dokumen serta arsip, observasi dan
wawancara.

3.

Interpretasi atau Penafsiran
Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber-sumber atau data
sejarah seringkali tersebut dengan analisis sejarah. Dalam hal ini data
yang dikumpulkan dibandingkan kemudian disimpulkan agar bisa dibuat
penafsiran terhadap data tersebut sehingga dapat diketahui hubungan
kuasalitas dan kesesuaian dengan masalah yang diteliti.28
Dalam tahap ini peneliti melihat kembali data-data yang didapat
dan telah diketahui autentitasnya terdapat saling berhubungan antara
yang satu dengan yang lain, kemudian dibandingkan dan disimpulkan
atau ditafsirkan. Melihat dari data penulis melalui berbagai observasi
atau wawancara terdapat perjuangan KH. Munir Mawardi dalam
meneruskan perjuangan ayahnya KH. Mawardi dan proses berdirinya
Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al-Muniroh sampai saat ini eksis
dan berkembang.

28

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), 64.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

4.

Historiografi
Historiografi adalah menyusun atau merekonstruksi fakta-fakta
yang telah tersusun yang dapat didapatkan dari penafsiran sejarawan
terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tulisan. Historiografi
merupakan tahap terakhir dalam metode sejarah, yakni usaha
merekontruksi kejadian masa lampau dengan memaparkan secara
sistematis, terperinci, utuh dan komunikatif agar dapat difahami dengan
mudah oleh para pembaca.
Disini penulis menyusun dan merekonstruksikan fakta-fakta yang
tersusun yang didapatkan dari sumber yang didapatkan oleh peneliti. Dari
awal dirintisnya pondok pesantren tahun 1942 oleh KH. Mawardi sampai
masa peralihan pimpinan oleh KH. Munir Mawardi pada tahun 1946.
Pondok yang dulunya hanya sebuah langgar panggung pada tahun 1955
pondok tersebut menjadi sebuah pesantren yang diberi nama Al Muniroh.
Pada tahun 1962 mulai didirikan madrasah formal. Sampai pada tahun
1981 Pondok Pesantren Al Muniroh bernaung di bawah yayasan yang
diketuai oleh Syaiful Islam Al-Ghozi. Kemudian tahun 1983 mulai
didirikan sekolah formal dari mulai tingkat TK sampai SMA. Tahun
1999 wafatnya KH. Munir Mawardi pada usia 72 karena sakit.

H. Sistematika Pembahasan
Pada bagian bab pertama yang merupakan bab pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

metode penelitian yang digunakan untuk mendapatkan sumber-sumber yang
kredibel, sistematika pembahasan, daftar pustaka sementara.
Bab kedua merupakan penjelasan tentang biografi KH. Munir
Mawardi dari geneologi, riwayat pendidikan dan kepemimpinan KH. Munir
Mawardi di Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh.
Bab ketiga menjelaskan tentang menjelaskan perkembangan
Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh dari tahun 1946-1999,
sejarah berdirinya Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al Muniroh,
periode awal (1942-1946), periode perkembangan dari pondok pesantren
menjadi Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren (1946-1999), serta usaha
pembinaan dan profesionalisme Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al
Muniroh.
Bab keempat akan menjelaskan tentang peranan KH. Munir
Mawardi dalam perkembangan Yayasan Pendidikan Pondok Pesantren Al
Muniroh dalam bidang keagamaan, bidang sosial kemasyarakatan, bidang
politik, serta pandangan masyarakat terhadap KH. Munir Mawardi.
Bab kelima akan menjelaskan tentang kesimpulan dan saran.
Kesimpulan merupakan pemaparan dari seluruh pembahasan bab-bab
sebelumnya dari awal hingga akhir. Selain itu penulis tidak lupa sertakan
saran-saran untuk membangun demi kesempurnaan kepada pembaca maupun
penulis sendiri dan penutup merupakan akhir dari kesimpulan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
BIOGRAFI KH. MUNIR MAWARDI

A. Geneologi KH. Munir Mawardi
KH. Munir Mawardi dilahirkan pada tahun 1918 di Desa
Ujungpangkah kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik29. KH. Munir
Mawardi lahir dari seorang ayah yang bernama KH. Mawardi dan ibu
bernama Nyai Maimunah. Dia adalah anak ke empat dari delapan bersaudara.
KH. Munir Mawardi yang paling menonjol, yang kelak akan melanjutkan
perjuangan orangtuanya mengasuh pondok pesantren tersebut.
KH. Mawardi memiliki empat istri yaitu Nyai Maimunah (Sidayu),
Marfu’ah (Ujungpangkah), Sarti’ah (Banyuurip), Masti’ah (Drajat).30
Meskipun begitu KH. Mawardi tinggal bersama, mereka hidup rukun dan
damai. Diantaranya saling memberi dan menerima dalam kondisi apapun satu
sama lain.
Keluarga KH. Munir Mawardi merupakan keluarga yang agamis.
Hal ini dilihat dari ayahnya seorang tokoh masyarakat Ujungpangkah yang
terkenal pada masanya sekaligus perintis Pondok Pesantren Al Muniroh. Dia
juga gemar menuntut ilmu pengetahuan diberbagai pondok pesantren, maka
semakin banyak ilmu pengetahuan yang dia peroleh.
Sehari-hari KH. Mawardi aktif mengisi pengajian, karena dia adalah
tokoh masayarakat dan perintis Pondok Pesantren Al Muniroh. Sedangkan
29

Ulul Ilmi, Wawancara, Ujungpangkah, 04 Maret 2016.
Silsilah Keluarga KH. Munir Mawardi.

30

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Nyai Maimunah adalah seorang Nyai yang sehari-harinya mengisi pengajian
juga bersama muslimat masyarakat Ujungpangkah.
KH. Munir Mawardi memiliki kecerdasan yang baik sejak lahir
karena dia lahir dari keturunan yang baik, saleh, dan taat. Nasabnya yang
agung yakni golongan ulama shalihin, membuat KH. Munir Mawardi dalam
bimbingan belajar yang cukup baik. Dalam usia muda KH. Munir Mawardi
telah hafal Alquran, semangat belajarnya yang tinggi membuatnya tidak
hanya bisa menghafal Alquran saja tapi ilmu fiqihnya juga sangat tinggi.31
Pernikahan KH. Munir Mawardi dan Nyai Mardliyah adalah langkah
awal peralihan pimpinan Pondok Pesantren Al Muniroh, yang terletak di
Desa Ujungpangkah. Suatu perbuatan yang sangat membutuhkan keberanian
untuk meneruskan kepemimpinan KH. Mawardi ayahnya. Sebab ketika itu,
Ujungpangkah keadaannya masih sangat minim dengan agama.
Pernikahan KH. Munir Mawardi dengan Nyai Mardliyah melahirkan
10 keturunan yaitu: Hj. Muniroh, H. Halim, H. Abdullah Munir, Ishomuddin,
Hj. Titin Hamidah, Fathimah, H. Syaiful Islam Al Ghozi, Nurul Widad, Hj.
Faridah, Uswatun Hasanah.
Setelah meninggalnya Nyai Mardliyah karena sakit, KH. Munir
Mawardi menikah lagi dengan Nyai Sihamah dan dikaruniai 11 keturunan
yaitu: Ahmad, Asiyah, H. Abdul Fathoni, Kholid, Mahrus, Hj. Amanatullah,
Aisyah, Ainur Rohmah, Khotimatul Husna, Shohibul Firdaus, Abdullah
Muthi’. KH. Munir Mawardi mempunyai istri yang bernama Nyai Rohimah

31

Mas’ud Mawardi, Wawancara, Lamongan, 26 Maret 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

yang melahirkan 6 keturunan yaitu: Khosyyatillah, Ulul Ilmu, Ulin Nuha,
Qomaruz Zaman, Abdullah Mudli’ dan Harisun Alaikum.32
Semasa hidupnya, KH. Munir Mawardi dikenal sebagai sosok kiai
yang alim, sabar dan tegas dalam mengasuh pondok pesantren. Dia hobi
sekali membaca salawat burdah. Selain itu, dia bukan orang yang sombong,
karena menurut istri-istrinya dia tidak pernah membeda-bedakan siapapun
yang dikenal bersikap apa adanya sama seperti menanggapi saudaranya
sendiri. Sehingga secara perlahan masyarakat sekitarnya mulai menghargai
dan menghormatinya seperti sosok almarhum ayahnya yang berwibawa dan
kharismatik.
Berikut adalah silsilah dari keluarga KH. Munir Mawardi Bani
Dawud Tamim Marfu’ah:
KH. Munir bin KH. Mawardi bin KH. Halimun Nur (Sidayu) bin
KH. Tamim (Yogyakarta) beristri Nyai Marfu’ah (Sidosermo Surabay) binti
Mardliyah binti Rabiah binti Shani’ah binti Qosim bin Badar bin Ali Akbar
bin Sulaiman bin Khodijah binti Aliyah binti Raden Rahmat (Sunan Ampel)
bin Maulana Malik Ibrahim Kamboja bin Mahalli bin Rahmad Tajuddin bin
Abdullah bin Abdul Mulk Choifuddin bin Alwi bin Shohibur Ribath bin Ali
Kholil Qosim bin Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husain bin
Sayyidatina Fatimah (istri Sayyidina Ali) binti Rasulullah Muhammad.33

32

Silsilah Keluarga KH. Munir.
Silsilah Keluarga Bani Dawud Tamim Marfu’ah.

33

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

B. Riwayat Pendidikan KH. Munir Mawardi
Sejak

kecil

KH.

Munir

Mawardi

sudah

terkenal

dengan

kecerdasannya. Talenta yang dimiliki telah diketahui oleh ayahnya. Oleh
karena itu KH. Munir Mawardi mulai diajari oleh ayahnya untuk membaca
Alquran. Pada awalnya KH. Munir Mawardi hanya diajari oleh ayahnya
untuk sekedar membaca Alquran saja, akan tetapi akan kecerdasannya dia
dengan cepat bisa membaca Alquran yang telah diajarkan oleh ayahnya.
Melihat kemampuan yang dimiliki oleh KH. Munir Mawardi, maka ayahnya
memutuskan untuk mengajari dia tentang agama dan menghafal Alquran.
Pendidikan utama yang didapat KH. Munir Mawardi adalah dari
ayahnya sendiri, yang dengan sabar mengajarinya. Dari situ dia bisa
membaca Alquran dengan baik dan benar. Dia mempunyai guru Alquran
yang bernama Kiai Munawwar dari Sidayu.
Dengan tekat yang kuat dan penuh. Pada tahun 1940-an KH. Munir
Mawardi melangkahkan kaki ke pondok pesanten di Peterongan Jombang
yang diasuh oleh Kiai Romli. KH. Munir Mawardi mempunyai teman
seangkatan dengan Kiai Usman Ishaqi dari Surabaya. Di pesantren inilah dia
menimba ilmu selama lima tahun. Disana dia belajar ilmu syari’at, fiqih dan
juga belajar ilmu tarekat. Sebelum mondok di pesantren tersebut dia memang
sudah dikenalkan dengan pengajian-pengajian yang disampaikan oleh
ayahnya di pesantrennya sendiri.
Sekitar tahun 1945 (sebelum merdeka) KH. Munir Mawardi
kemudian menuntut ilmu di Makkah kepada KH. Mahfud bin Abdul Manan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

(Pacitan), dia menjadi imam besar di Makkah. Di Makkah KH. Munir
Mawardi banyak belajar dari dia.
Setelah KH. Munir Mawardi menyelesaikan studinya di Makkah, dia
meminta izin pada KH. Mahfud bin Abdul Manan untuk pulang ke kampung
halamannya. Pada waktu itu masayarakat Desa Ujungpangkah sudah
menunggu kedatangannya.
Tidak berhenti sampai disitu, setelah kepulangannya dari Makkah
KH. Munir Mawardi juga belajar ilmu bela diri, pencak silat yang tidak
terlalu ditampakkan kepada kepada umatnya, kecuali ada kepentingan negara,
seperti dalam perjuangan 1945 dia ikut serta membela negara ini. Tidak
hanya menjadi seorang kiai, dia juga ikut perjuangan 1945 sampai 1952.34
Selain hafidh, KH. Munir Mawardi mempunyai ilmu fiqh yang luar
biasa, seperti halnya dia sering mengisi Ba’sul Matsail yang mampu dia
terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya menghafal Alquran
melainkan akhlaknya bersumber dari Alquran, disinilah KH. Munir Mawardi
patut menjadi imam ulama ahli fiqh.
Selain usaha dzohir juga usaha batinpun dilakukannya, bermacammacam riyadhahpun dia jalani demi cita-cita, antara lain:
1. Puasa ngrowot (makanan selain beras) selama 41 hari berturut-turut
2. Puasa tarkudziruh (makanan yang tidak bersal dari hewani)
3. Puasa mutih selama 41 hari berturut-turut
4. Salat jamaah dengan menemui takbiratul ihromnya imam

34

Mas’ud Mawardi, Wawancara, Lamongan, 26 Maret 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

5. Khidmah (membantu di pesantren dan ndalem kiai).35
Dia merupakan orang yang mandiri dan tekun, sebagai Munir Mawardi
muda yang hormat dan sangat ta’zhim pada sang guru. Dia menunjukkan itu
semua tak ketinggalan jiwa sosialnya, baik pada teman/kawan santri maupun
pada pesantren yang membimbing dan mendidiknya.
Dengan didasari ketekunan dan keseriusannya, KH. Munir Mawardi
melanjutkan perjuangan ayahnya mengasuh Pondok Pesantren Al Muniroh.
Pada hari Senin tanggal 15 Nopember 1999 KH. Munir Mawardi wafat
karena sakit.

C. Kepemimpinan KH. Munir Mawardi di Yayasan Pendidikan Pondok
Pesantren Al Muniroh
Pondok Pesantren yang ditinggalkan oleh ayahnya kini dilanjutkan
oleh dia. Dalam suatu pesantren tidak lepas dari kepemimpinan kiai untuk
memimpin seluruh proses kegiatan yang ada di pondok pesantren tersebut,
hal ini dikarenakan perannya sebagai pengasuh dalam pondok pesantren.
Dalam pesantren kiai merupakan pemimpin tunggal yang memegang
wewenang hampir mutlak. Disini tidak ada orang lain yang lebih dihormati
daripada kiai. Ia merupakan pusat kekuasaan tunggal yang mengendalikan
sumber-sumber, terutama pengetahuan dan wibawa, yang merupakan

35

Mas’ud Mawardi, Wawancara, Lamongan, 26 Maret 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

sandaran bagi para santrinya. Maka kiai menjadi tokoh yang melayani
sekaligus melindungi para santri.36
Kaitannya dengan pesantren kiai sebagai leader (pemimpin) yang
dengan kebijakannya akan menentukan langkah apa yang harus dilakukan
oleh seluruh elemen

yang ada seperti pengurus pondok maupun

ustadz/ustadzah dalam melaksanakan seluruh kewajibannya, dengan didasari
rasa tanggung jawab dalam melaksanakan kewajiban sebagai seorang