PERAN KH AHMAD CHUSNAN ABDULLAH DALAM PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN USHULUL HIKMAH AL-IBROHIMI DI MANYAR GRESIK TAHUN 1990-2006.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh : JUWARIYAH NIM: A02212061

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SUNAN AMPEL SURABAYA

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Peran KH Ahmad Chusnan Abdullah Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi Di Manyar Gresik Tahun 1990-2006. Adapun fokus penelitian yang dibahas dalam skripsi ini adalah (1) Bagaiman Biografi KH Ahmad Chusnan Abdullah? (2) Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi Di Manyar Gresik Tahun 1990-2006? (3) Bagaimana usaha-usaha KH Ahmad Husnan Abdullah Dalam Pengembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi Di Manyar Gresik Tahun 1990-2006?

Penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan pendekatan historis yang digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Adapun metode penulisan sejarah yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan beberapa langkah yaitu metode historis, dengan mengumpulkan arsip-arsip terkait dengan pembahasan yang ditujukan, verifikasi (kritik terhadap data), penafsiran serta bagaimana cara penulisan sejarahnya. Teori yang diambil dari penelitian ini adalah teori kepemimpinan dari Max Weber yaitu proses mempengaruhi aktivitas yang diorganisir dalam suatu kelompok dalam usahanya untukmencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan selain itu juga menggunakan teori Teori yang terakhir adalah teori continu and change yang di jelaskan oleh Horton dan Hunt mengenai perubahan yang berkelanjutan, dalam perubahan yang terjadi sering terjadi dalam perubahan social kebdayaan yaitu dengan perubahan secara cepat dan perubahan secara lambat.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) KH Ahmad Chusnan Abdullah dengan berbekal ilmu tiga tahun menjadi santri dapat berhasil mengembangkan pondok pesantren meski dari kalangan orang yang tidak mampu (2) Pondok pesantren yang di beri nama Ushulul Hikmah AL Ibrohimi berdiri sejak 1990, kemudian seiring dengan bertambahnya jumlah santri KH Ahmad Chusnan Abdullah memperluas bangunan pondok pesantren (3) KH Ahmad Chusnul Abdullah memenuhi perekonomian santri dengan mendirikan beberapa usaha seperti pembuatan jamu tradisional dan Kopontren yang dikelola sendiri oleh santrinya.


(7)

ABSTRACT

This study entitled "Peran KH. Ahmad Chusnan Abdullah Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi Di Manyar Gresik Tahun 1990-2006. There are some focuss of this analysis : (1) what is the KH Ahmad Chusnan biography? (2) how is the development of Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi? (3) what is the effort of KH. Ahmad Chusnan Abdullah to develop Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi?

This study used historycal approach to describe the past event. Thus, this study used historycal method. It use to collect arsips that have relationship with problem of statement, verivication, interpretation, and also what is the way to write history. This research used leadership theory by max weber, that is influence process grup activity to reach the objective. Thus, this study also used continu and change theory by Horton and Hunt, it IS about continue change in alteration sosial culture. There are fast change and long change.

The risult of this analysis are (1) KH become santri as long as three years able to develop Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi (2). Pondok Pesantren named Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi since 1990, than long by long he expand his Pondok Pesantren (3) KH make KOPONTREN and tradisional medicine to full fill santri's economy necesary, it is managed by santri itself.


(8)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

ABSTRAK ... vii

PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Kegunaan Penelitian ... 11

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 11

F. Penelitian Terdahulu ... 17

G. Metode Penelitian ... 19


(9)

BAB II : KONDISI OBJEKTIF DAN RIWAYAT HIDUP KH. AHMAD CHUSNAN ABDULLAH

A. Kondisi Objektif Penelitian ... 25

1. Letak Demografis Desa ... 25

2. Letak Demografis Pondok Pesantren ... 28

B. Biografi Singkat KH. Achmad Chusnan Abdullah ... 29

C. KH. Achmad Chusnan Abdullah sebagai Tokoh Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL Ibrohimi ... 31

BAB III :SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN USHULUL HIKMAH AL-IBROHIMI DI MANYAR GRESIK TAHUN 1990-2006 A. Sejarah Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrohimi ... 41

B. Perkembangan Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik ... 47

1. Perkembangan Jumlah Santri ... 48

2. Penambahan Sarana dan Prasarana (Bangunan) ... 52

C. Sistem Pendidikan dan Pengajaran ... 53

1. Pendidikan Sistem Sorogan dan Bandongan ... 55

2. Pendidikan Sistem Klassikal ... 59

3. Pendidikan yang Berdasarkan Agama Islam ... 60


(10)

BAB IV :USAHA KH. AHMAD CHUSNAN ABDULLAH DALAM PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN USHULUL HIKMAH AL-IBROHIMI DI MANYAR GRESIK TAHUN 1990-2006

A. Peran Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik 69 B. Usaha dalam Home Industri Di Pondok Pesantren Ushulul

Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik ... 72 1. Awal Berdirinya Usaha Home Industri ... 75 2. Perkembangan Usaha Home Industri ... 77 C. Hambatan-Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan

Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik ... 81 BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 86 DAFTAR PUSTAKA


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdirinya Pondok Pesantren tidak dapat dipisahkan dari keadaan sosial budaya masyarakat sekitarnya. Tidak jarang tempat asal mula Pondok Pesantren berdiri berada di tempat kecil yang penduduknya belum beragama atau belum menjalankan syariat agama.1

Didirikannya pondok pesantren di Indonesia sering memiliki latar belakang yang sama, dalam hal ini dimulai dengan usaha seseorang atau beberapa orang secara pribadi atau kolektif, yang berkeinginan mengajarkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat luas.2 Pondok pesantren menrupakan pendidikan khas Indonesia yang tumbuh dan berkembang di tenggah-tenggah masyarakat serta telah diuji kemandiriannya sejak berdirinya, bentuk-bentuk pondok pesantren masih sangat sederhana. Kegiatan diselengarakannya didalam masjid dengan beberapa orang santri yang kemudian dibangun pondok-pondok sebagai tempat tinggalnya. Pondok pesantren biasanya digunakan sebagai lembaga pegembangan masyarakat.3

Pesantren adalah suatu kompleks dengan lokasi yang umumnya terpisah dari kehidupan di sekitarnya. Dalam kompleks itu berdiri beberapa buah bangunan: rumah kediaman pengasuh (kiai), surau atau masjid, tempat

1

Nurchalis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta: Paramadina, 1997), 3.

2

Sukamto, Kepemimpinan kiai dalam Pesantren (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999), 41. 3

HE Badri, Penegsahan Literature Pesantren Salafiyah ( Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2007), 3.


(12)

pengajaran (madrasah) dan asrama (tempat tinggal siswa pesantren). Dalam lingkungan fisik yang demikian ini, diciptakan semacam cara kehidupan yang memiliki sifat dan ciri tersendiri, dimulai dengan jadwal kegiatan yang memang menyimpang dari pengertian rutin dari kegiatan masyarakat sekitarnya.4

Dalam perkembanganya pondok pesantren memerlukan proses pengkajian atas berbagai hal yang bersangkutan dengan keilmuan Islam itu sendiri maupun masalah keilmuan lain yang berhubungan dengannya. Demikian pula halnya dengan kemajuan pesantren yang harus mendapatkan perhatian khusus dari para pendirinya. Kiai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensil bagi suatu pondok pesantren. Rata rata pesantren yang berkembang di Jawa, adanya sosok kiai sangatlah berpengaruh, kharismatik dan berwibawa sehingga amat disegani oleh masyarakat dan lingkunagn pesantren. Selain itu kiai yang ada dalam suatu pondok pesantren juga berperan sebagai penegak atau pendiri dari sebuah pesantren tersebut.5 Oleh karena itu kiai disebut sebagai syarat pertama yang berpengaruh dalam pembentukan dan perkembagan dalam suatu pesantren.

Pengembangan dalam sebuah pondok pesantren juga harus selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat Indonesia yang semakin hari semakin maju, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik yang memerlukan ketentuan dan ketetapan hukum agar tidak saling berbenturan antara satu dengan yang lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Selain itu

4


(13)

santri juga bisa dikatakan sebagai aset negara generasi penerus bangsa karena santri yang memegan jabatan sebagai penerus tokoh agama yang nantinya menjadi panutan karena ilmu agama yang dikuasainya yang nantinya diterapkan dimasyarakat.

Pendidikan keterampilan juga mendapat perhatian dipesantren untuk membekali para santri untuk kehidupan masa depan. Pendidikan keterampilan pada umumnya disesuaikan dengan keadaan dan potensi lingkungan pesantren. Maka yang termasuk peran dan fungsi tambahan pesantren salah satunya untuk santri yang berketerampilan.

Pedirian pondok pesantren, juga tidak luput dari adanya faktor keadaan sosial masyarakat yang kurang begitu memahami tentang pendidikan keislaman sehingga muncul beberapa tokoh pelopor Islam yang mampu membuat perubahan dilingkungan tersebut dengan mendirikan

sebuah sebuah perkumpulan jama’ah atau sebuah sekolah yang berbasis

pendidikan islam, yang kemudian akan dikembangkan dan menjadi panutan bagi masyarakat disekitar lingkungan tersebut.

Dengan adanya beberapa faktor pendirian pondok pesantren yang akhirnya menggugah hati seorang tokoh masyarakat yang bernama KH. Ahmad Chusnan Abdullah seorang tokoh daerah Gresik, yang berniat untuk memantapkan niatnya dalam pembentukan sebuah pondok pesantren yang ada didaerah Desa Mayarejo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.

Dalam penelitiana ini, penulis mencoba untuk mengumpulkan data-data atau berkas-berkas yang berhubungan dengan KH. Ahmad Husnan


(14)

Abdullah dalam pendirian Pondok Pesantren yang bernama, Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrahimi. Adapun hal-hal yang membuat penulis sangat tertarik untuk mengkaji tokoh KH. Ahmad Chusnan Abdullah dan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrahimi, diantaranya yaitu karena ada beberapa alasan antara lain:

1. KH. Ahmad Chusnan Abdullah merupakan seorang tokoh yang dari keturunan masyarakat yang kurang mampu, bukan dari golongan anak keturunan Kiai.

2. KH. Ahmad Chusnan Abdullah bukan orang yang berpendidikan tinggi, beliau hanya santri yang mengaji selama kurun waktu yang bisa dikatakan sangat singkat, yaitu selama 3 tahun dan ditempat pesantren yang berbeda-beda.

3. Kegigihan Sengat dan usaha pantang menyerah yang dimiliki oleh KH. Ahmad Chusnan Abdullah dalam mewujudkan impiannya untuk mengabdikan kepada masyarakat dengan membuka pondok pesantren yang nantinya bisa berguna sebagai wadah menuntut ilmu agama.

4. Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrahimi merupakan salah satu pondok pesantren yang mengembangkan semangat keterampilan dibidang wirausahawan (entrepreneurship), dalam pembuatan produk-produk industri rumah tangga yang dikembangkan sendiri di pondok pesantren dan dijalankan oleh para santrinya secara mandiri.

5. Sesuai dengan disiplin ilmu yang selama ini penulis tekuni yaitu dalam bidang kesejarahan.


(15)

Dengan beberapa uraian yang disampaikan oleh penulis tersebut menggambarkan bahwa berdirinya pondok pesantren yang paling berperan pentig dalam pendiriannya adalah kiai. Dalam pondok pesantren, kiai sering diidentikkan dengan sebutan kepemimpinan yang karismatik dan rendah hati sekalipun telah lahir pemetaan kedudukan dan fungsi dalam struktur organisasi pondok pesantren. Dengan figur karismatik ini, Sartono Kartodirdjo mengatakan bahwa, kiai-kiai pondok pesantren dulu dan sekarang merupakan sosok penting yang dapat membentuk kehidupan sosial, kultural dan keagamaan warga muslim.

Salah satunya dengan melalui pengajaran keterampilan pada beberapa bidang yang nantinya akan menjadi bekal kemandirian dalam diri para santrinya diluar pondok pesantren, sedangkan pengaruh kiai sendiri terhadap kehidupan santri tidak terbatas pada saat santri berada di dalam maupun di luar pondok pesantren melainkan pegaruh itu tetap berlaku dalam kurun waktu yang cukup panjang.6

Seiring perkembangan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pondok pesantren juga terus berbenah diri dalam meningkatkan kualitas pendidikannya baik dalam materi kurikulumnya maupun pembelajaran. Pendidikan keterampilan juga mendapat perhatian di pesantren untuk membekali para santri untuk kehidupan masa depan. Pendidikan keterampilan pada umumnya disesuaikan dengan keadaan dan potensi

6


(16)

lingkungan pesantren. Maka yang termasuk peran dan fungsi tambahan pesantren salah satunya untuk santri yang berketerampilan.

Awal mula berdirinya pondok pesantren di Indonesia, dalam ensiklopedi Islam disebutkan: terdapat dua macam pendapat mengenai asal usul dan latar belakang berdirinya pondok pesantren di Indonesia. Pertama,

pendapat yang menyebutkan bahwa pondok pesantren berakar dari tradisi tarekat. Kedua, pondok pesantren yang kita kenal saat ini pada mulanya merupakan pengambil alihan dari sistem pesantren yang diadakan dari orang-orang Hindu Nusantara.7 Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia yang peran sertanya tidak diragukan lagi, adalah sangat besar sumbangsih dan pengaruhnya dalam perkembangan Islam di Indonesia. Pesantren di Indonesia baru diketahui keberadaan dan perkembangannya setelah abad ke-16.

Berdirinya suatu pesantren mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, pada intinya adalah memenuhi untuk kebutuhan masyarakat yang haus dengan ilmu. Hal tersebut sama halnya dengan pendirian Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrahimi yang dilandaskan denan tujuan untuk mengamalkan ilmu dalam bidang keagamaan yang dimiliki oleh KH. Ahmad Chusnan Abdullah kepada masyarakat sekitar yang ada di desanya, yang diawali dengan diadakannya kegiatan mengaji yang didirikan oleh KH. Ahmad Chusnan Abdullah selaku pendiri pertama kegiatan jama’ah pengajian, yang diadakan secara rutin dirumah beliau setiap hari.

7


(17)

Terbentuknya suatu perkumpulan untuk berniat mendirikan pondok pesantren dimulai dari adanya pengakuan dari suatu masyarakat tentang sosok kiai yang memiliki kedalaman ilmu dan keluhuran budi yang biasanya menjadi panutan masyarakat, kemudian masyarakat belajar kepadanya baik dari sekitar daerahnya sampai pada luar daerah. KH. Ahmad Chusnan Abdullah merupakan salah satu tokoh masyarakat yang cukup disegani di desanya, beliau selalu membantu masyarakat sekitar yang sedang kesusahan karena sakit ataupun karena masalah hidup yang dihadapi dengan bacaan

do’a-do’a yang di panjatkannya kepada Allah SWT. Dengan seizin Allah

SWT setiap pertolongan yang diberikan oleh KH. Ahmad Chusnan Abdullah kepada masyarakat sekitar selalu terkabulkan.

KH. Ahmad Chusnan Abdullah lahir pada tahun 1931 di desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kababupaten Gresik, beliau merupakan sosok tokoh yang gigih dalam mewujudkan mimpi-mimpinya termaksud dalam pendirian pondok pesantren. Dengan bantuan masyarakat sekitar, akhirnya pada tahun 1989 KH. Ahmad Chusnan Abdullah membangun sebuah pondok pesantren, yang kemudian diberi nama Pondok Pesantren Ushulul Hikmah, pondok pesantren tersebut tidak mengalami perkembangan yang pesat karena adanya kendala sumber air yang tidak mendukung terciptanya sebuah pondok pesantren yang nyaman, sedangkan air merupakan kebutuhan primer yang sangat penting bagi manusia. Oleh sebab itu air menjadi sorotan utama bagi calon santri yang akan menempati dan belajar di dalam Pondok Pesantren Ushulul Hikmah tersebut.


(18)

Selanjutnya, atas perjuangan beliau pada Tahun 1990 M. KH. Ahmad Chusnan Abdullah mendapatkan kepercayaan mengelola tanah wakaf seluas 7.230 m2 yang diperoleh dari keluarga Bani Ibrohim dari kota Malang, yang terletak di desa Manyarejo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Berbekal dari tanah wakaf inilah selanjutnya didirikan sebuah Pondok Pesantren yang bernama Ushulul Hikmah Al-Ibrohimi, yang merupakan relokasi dan pengembangan pondok pesantren dari rencana semula, yakni dari desa Sidomukti ke desa Manyarejo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik

Pada masa kepemimpinan pertama yang dipegang oleh KH. Ahmad Chusnan Abdullah, menggunakan sistem pengajaran salafi, yang hanya memperdalam ilmu dalam bidang agama saja tanpa boleh dicampuri dengan pendidikan formal. Seiring dengan pembangunan pondok pesantren tersebut, datanglah santri dari berbagai daerah, namun sebagian besar dari mereka adalah santri yang kurang mampu namun mereka juga bermaksud mengabdi pada kiai. Dan itu artinya kiai harus menyediakan lapangan pekerjaan untuk mereka.

Maka pada tahun 1992 munculah ide untuk membuat jamu tradisional yang dikemas dengan botol dengan merek Al-Hikmah.8 Atas usaha dan keahlian yang dimiliki K.H. Ahmad Chusnan Abdullah dalam meracik ramuan jamu yang terbuat dari bahan tradisional hasil alam Indonesia, maka usaha jamu ini berkembang dan diterima oleh masyarakat secara luas.

8


(19)

Pesantren yang biasanya hanya dikenal dengan belajar tentang agama, kini ada istilah pesantren entrepreneur. Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrohim adalah pesantren yang tidak hanya belajar tentang agama, mengaji, sekolah, kuliah dan diniyah saja. Tetapi diperkembangan zaman sekarang, santri diajarkan cara berwirausaha dengan tujuan santri akan mengerti perkembangan ekonomi dan mengahadapi situasi yang dialami di negara yaitu kurangnya lahan pekerjaan.

Dari beberapa paparang yang telah dijelaskan dalam latar belakang sejarah Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrahimi tersebut, penulis sangat tertarik dengan perjuangan KH Ahmad Chusnan Abdullah dalam merintis pendirian Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrahimi dan beberapa usaha yang dilakukan untuk mengembangkan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrahimi hingga sekarang menjadi pondok pesantren yang lebih maju, dan bermanfaat memberikan pendidikan yang berbasis keislaman untuk para santri dan menjadi panutan khususnya masyarakat sekitar Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrahimi. Dengan latar belakang ini, penulis ingin mengkaji tentang pondok pesantren yang berjudul: Peran KH Ahmad Chusnan Abdullah Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi di Manyar Gresik Tahun 1990-2006.


(20)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas maka peneliti merumuskan permasalahan yang akan menjadi pokok permasalahan pada penelitian kali ini. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaiman Biografi KH Ahmad Chusnan Abdullah?

2. Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi di Manyar Gresik Tahun 1990-2006?

3. Bagaimana usaha-usaha KH Ahmad Chusnan Abdullah Dalam Pengembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi di Manyar Gresik Tahun 1990-2006?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan penulisan penelitian ini hakikatnya adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah Biografi KH Ahmad Chusnan Abdullah

2. Untuk mengetahui Perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi di Manyar Gresik Tahun 1990-2006.

3. Untuk mengetahui usaha-usaha KH Ahmad Chusnan Abdullah Dalam Pengembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi di Manyar Gresik Tahun 1990-2006.


(21)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan bermanfaat dan berguna dimasa yang akan datang. Adapun kegunaan tersebut antara lain:

1. Untuk mengetahui persyaratan meraih gelar strata satu di Fakultas Adab dan Humaniora jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam.

2. Dapat memberikan konstribusi terhadap pengembangan dalam penulisan baik dibidang sejarah, sosial, politik, maupun budaya.

3. Sebagai bahan masukan atau gambaran untuk dijadikan tambahan referensi dalam perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora.

4. Bermanfaat bagi pengembangan dunia keilmuan di Fakultas Adab dan Humaniora di UIN Sunan Ampel Surabaya khususnya jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam.

5. Bagi masyarakat, hasil penulisan ini sebagai gambaran atau informasi tentang Peran KH Ahmad Chusnan Abdullah Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi di Manyar Gresik Tahun 1990-2006.

E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Untuk menjelaskan dan menjawab persoalan-persoalan yang menjadi fokus kajian penelitian skripsi ini. Penulis menggunakan pendekatan historis yang disertai dengan teori kepemimpinan, teori peran, dan teori continu and change (perubahan yang berkelanjutan).


(22)

Dalam hal ini penulis berusaha mengungkapkan bagaimana riwayat hidup KH Ahmad Chusnan Abdullah. Diantaranya meliputi, pendidikan serta posisi dan perannya baik dalam bidang keagamaan, sosial dan politik. Untuk melengkapi analisisnya penulis juga menggunakan pendekatan sosiologis sebagai alat bantu. Pendekatan sosiologi dalam hal ini untuk menganalisis segi-segi sosial peristiwa yang dikaji misalnya, golongan sosial mana yang berperan serta nilai-nilainya, hubungan dengan golongan lain, konflik berdasarkan kepentingan, ideologi dan sebagainya.9

Secara umum penelitian ini adalah penelitian historis yang mencoba menarasikan sejarah KH Ahmad Chusnan Abdullah yang mana menurut Sartono Kartodirjo, Naratif adalah sejarah yang mendiskripsikan tentang masa lampau dengan merekontruksi apa yang terjadi serta diuraikan sebagai cerita dengan perkataan lain. Kejadian-kejadian penting diseleksi dan diatur menurut poros waktu sedemikian sehingga tersusun sebagai cerita.10

Dalam boiografi ini maka peneliti akan menggunakan pendekatan historis dengan tujuan untuk mengetahui dan mendiskripsikan sejarah hidup KH Ahmad Chusnan Abdullah mulai dari geneologi, kelahiran, pendidikan yang ditempuh serta kondisi sosial dalam masyarakat disekitarnya serta semua jasa, karya dan segala hal yang dihasilkan atau dilalukan oleh seorang tokoh. Semua jasa, karya dan segala hal yang dihasilkan atau dilalukan oleh seorang tokoh, sampai perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupannya dan perjuangannya dalam bidang pendirian Pondok Pesantren

9

Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992)., 4.


(23)

Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi dan Peran KH Ahmad Chusnan Abdullah Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi Di Manyar Gresik Tahun 1990-2006.

Selain itu penulis juga menggunakan teori kepemimpinan Max Weber seperti dikutip oleh Sunidhia, contohnya Teori Genetik dan teori Sosial, yaitu:

1.Teori genetik yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan dari keturunan, tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang hebat dan ditakdirkan menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi apapun. 2.Teori sosial yang menyatakan setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui

usaha penyiapan, pendidikan dan pembentukan serta didorong oleh kemajuan sendiri dan tidak lahir begitu saja atau takdir dari Tuhan semestinya.11

Teori kepemimpinan dari Max Weber yaitu proses mempengaruhi aktifitas yang diorganisir dalam suatu kelompok dalam usahanya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Dalam teori kepemimpinan ini dapat dijelaskan pada masa KH Ahmad Chusnan Abdullah yang merintis Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi mulai dari awal hingga bisa dikembangkan beberapa tingkat pendidikan.

Max Webbert mengklasifikasikan kepemimpinan menjadi 3 jenis: 1.Otoritas kharismatik yakni berdasarkan pengaruh dan kewibawaan pribadi. 2.Teori tradisional yaitu dimiliki berdasarkan pewarisan.

11

Sunidhia, et al. Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), 18-21.


(24)

3.Otoritas legal-rasional yakni yang dimiliki berdasarkan jabatan serta kemampuan.12

Dari teori tersebut KH Ahmad Chusnan Abdullah masuk kedalam teori kepemimpinan otoritas kharismatik, karena dalam memimpin Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi beliau memiliki kharisma tersendiri yang membuat santri-santrinya menjadi segan dan patuh kepah beliau. Bukan hanya itu, masyarakat sekitar Pondok Pesantren juga sangat menghormati beliau selaku salah satu tokoh agama yang ada di desa Manyarejo tersebut. Pada awal mulanya pendirian Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi, KH Ahmad Chusnan Abdullah hanya berbekal atas dukungan dari masyarakat sekitar dan usahanya sendiri untuk mendirikan Pondok Pesantren, bukan atas dasar keturunan pewarisan ataupun jabatan dalam kepentingan politik, beliau murni ingin mengamalkan ilmunya dengan memberi wadah kepada santri santri yang ingin menimba ilmu di pondok pesantrennya.

Teori yang kedua adalah teori peran, yaitu sebuah sudut pandang dalam sosiologi dan psikologi sosial yang menganggap sebagian besar aktifitas harian diperankan oleh kategori-kategori yang ditetapkan secara sosial. Sesuai dengan pengertian teori tersebut dapat dijelaskan bahwa peran perjuangan KH Ahmad Chusnan Abdullah dalam bidang pendirian Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi di Manyar Gresik memiliki peran yang sang sangat luar biasa. Dimulai dengan awal pendirian pondok yang

12


(25)

mulanya berlokasi di desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik yang tidak mendapat kemajuan akibat susahnya mendapatkan sumber daya air yang sehingga dipindah di desa Manyarejo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Ditempat yang baru inilah KH Ahmad Chusnan Abdullah memulai perjuangannya untuk mengembangkan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi.

Teori yang terakhir adalah teori continu and change yang di jelaskan oleh Horton dan Hunt mengenai perubahan yang berkelanjutan, dalam perubahan yang terjadi sering terjadi dalam perubahan social kebdayaan bahwa dalam masyarakat pasti memiliki budaya masing-masing yag nantinya akan berubah sesui dengan perkembangan jaman.

Perubahan sosial adalah semua perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termaksud di dalam sistem nilai, sikap dan pola prilaku diantara kelompok dalam masyarakat.

Bentuk-bentuk perubahan antara lain yaitu:

1.Perubahan yang terjadi secara lambat dan perubahan yang terjadi secara cepat.

Perubahan secara lambat adalah perubahan yang memerlukan waktu lama memerlukan rentetan perubahan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Sedangkan perubahan secara cepat adalah perubahan yang mencangkup sendi sendi pokok dalam kehidupan masyarakat dengan waktu yang relatif cepat.


(26)

2.Perubahan yang pengaruhya kecil dan besar .

Perubahan yang pengaruhnya kecil adalah perubahan pada unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung bagi masyarakat. Sedangkan perubahan yang besar pengaruhnya adalah yang membawa pengaruh besar bagi masyarakat.

3.Perubahan yang dikehendaki ( intendet change) atau yang direncanakan (planned change) dan perubahan yang tidak dikehendaki.(uninteded change) atau perubahan yang tidak direncanakan (unplaned change).

Perubahan yang terjadi dan direncanakan dan direncanakan merupakan perubahan yang diperkirakan terlebih dahulu oleh pihak yang mengadakan perubahan dalam masyarakat. Pihak yang menghendaki suatu perubahan disebut (agent of change), yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan diri masyarakat untuk mengadakan perubahan. Sedangkan perubahan yang tidak dikehendaki dan tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi tanpa dikehendaki serta berlangsung di luar jangkaun pengawasan masyarakat dan dapat menimbulkan akibat akibat sosial yang tidak diharapkan oleh masyarakat.

Maka dalam teori ini diterapkan adanya perubahan yang terjadi dalam Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi, yaitu dengan perubahan secara cepat dan perubahan secara lambat. Perubahan secara cepat yaitu di terapkan pada saat KH Ahmad Chusnan Abdullah pertamakali mendirikan

sebuah perkumpulan jama’ah yang ada di surau rumahnya, dan perubahan


(27)

karena mendapat respon dari masyarakat sekitar dengan baik dan mulai banyak yang mengikuti pengajian yang di adakan oleh KH Ahmad Chusnan Abdullah. Sedangkan perubahan yang terjadi secara lambat yaitu di terapkan pada saat pendirian Pondok Pesantren Hikam AL-Ibrohimi yang susah dalam mengatasi masalah kekuarangan sumber daya air, sehingga menimbulkan sedikitnya peminat yang ingin menjadi santri dan menetap di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi. Selain itu perubahan secara lambat juga diterapkan pada saat pembangunan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi secara fisik, dari sini dapat kita lihat perubahan yang terjadi pada bangunan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi yang mulai bertahap yang dulunya haya bisa membangun bebrapa gedung untuk sekolah tingkat MI, hingga secara berkelanjutan bisa membangun MTS, MA bahkan saat ini memiliki Sekolah Tinggi Islam yang dikembangkan oleh anaknya K.H. Ali Wafa Husnan.

F. Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa kajian atau penelitian yang terkait dengan penelitian ini , diantaranya adalah:

1. Skripsi Afwin Muhafatul Aula, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah Kebudayaan Isam, Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, Tahun 2016, skripsi ini membahas tentang Peranan KH. Abdullah Faqih Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban (1971-2012).


(28)

2. Skripsi, Azmi Iman Sari, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah Kebudayaan Isam, Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, Tahun 2016, Skripsi ini membahas tentang Pesantren Enterpreneurship Pesantren Mukmin Mandiri Perubahan Graha Tirta Waru Kabupaten Sidoarjo 2006-2015.

3. Skripsi, Mohammad Faid Walhakim, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Tahun 2011. Skripsi ini membahas tentang Pendidikan Islam dan Lingkungan Hidup (Studi Konsep Pendidikan Islam Berbasis Ekolgi di Podok Pesnatren Ushulul Hikmah al-Ibrohimi dan Mambaus Sholihin Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik).

4. Skripsi, Fitrotun Nisa’ul Jannah, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah Kebudayaan Isam, Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, Tahun 2016, Skripsi ini membahas tentang Peran K.H Masrur Qusyairi dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Hidayatul Ummah Priggoboyo Maduran Lamongan 1987-2010 M.

5. Skripsi, Afwin Muhafatul Aula, Jurusan Sejarah Kebudayaan Isam, Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya, Tahun 2016, Skripsi ini membahas tentang Peranan Abdullah Faqih Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban (1971-2012).


(29)

G. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Peran KH Ahmad Chusnan Abdullah Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi di Manyar Gresik, peneliti menggunakan metode penelitian sejarah, yang mengambil dari metode Nugraha Notosusanto . dimana metode tersebut dibagi menjadi empat tahap yakni: heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi.13

Lebih jelasnya akan diterangkan bagaimana proses metode penelitian sejarah.

1. Heuristik

Heuristik adalah pengumpulan data yang digunakan dalam menyelesaikan penelitian. Teknik yang digunakan dalam penulisan ini ialah teknik mencari dan mengumpulkan data.14 Yaitu suatu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data atau jejak sejarah. Data yang digunakan berasal dari tiga kategori sumber.15 Yaitu:

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah bukti tertulis tangan pertama mengenai sejarah yang dibuat pada waktu peristiwa terjadi oleh orang yang telah hadir pada peristiwa tersebut.16

13

Nugraha Notosusanto, Masalah Penelitian Serajah Kontenporer ( Jakarta: Yayasan Idayu. 1978), 36

14

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 55. 15

Hugiono dan P.K Poerwantara, Pengantar Ilmu Sejarah (Jakarta: Bina Aksara, 1987), 31-32. 16


(30)

1) Sumber Tertulis: antara lain berupa Dokumen dan juga catatan-catatan transkrip buku, prasasti, agenda. Pada penelitian ini penulis memperoleh sumber dokumen antara lain berupa buku mencakup riwayat hidup KH Ahmad Chusnan Abdullah yang disimpan oleh anak beliau sendiri Ust. H. M. Khoirul Atho’ Chusnan selaku putra yang ke 6, dan tidak dipinjamkan secara umum. Selain itu ada juga dokumen dan beberapa sumber arsip yang menjelaskan awal mula perintisan Pondok Pesantren berupa SK (Surat Keterangan) akta tanah dari notaris kabupaten Gresik Badrus Saleh, S.H. mengenai pendirian pondok pesantren, Piagam Izin Oprasional Pondok Pesantren dari dinas Kementrian Agama Kabupaten Gresik, dan yang terakhir adalah Akta Kelahiran Yayasan Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi yang berisi tentang struktur kepengurusan awal berdirinya pondok pesantren.

2) Wawancara: wawancara dengan orang yang sezaman yaitu kepada kerabat atau keluarganya yang ada di Gresik, antara lain yaitu, KH. Ali Wafa Husnan selaku ketua Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi yang sekarang sekaligus putra yang ke empat, Ust. H. M. Zainur Rosyid Chusnan putra ketiga dan Ust. H. M. Khoirul Atho’ Chusnan dan juga beberapa santri pengurus Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi.


(31)

b. Sumber sekunder

Sumber sekunder adalah sumber yang dihasilkan oleh orang yang tidak terlibat atau menyaksikan secara langsung peristiwa yang ditulis. diantara beberapa buku yang dijadikan penulis sebagai acuan adalah buku karangan dari Abu Murtadho yang berjudul “ Hidup di

Dua Alam”, dalam buku tersebut dijelaskan beberapa cuplikan

tentang biografi KH Ahmad Chusnan Abdullah sebagai tokoh agama yang ada di daerah Gresik. Dalam buku ini digunakan untuk melengkapi informasi tentang Biografi KH Ahmad Chusnan Abdullah menurut persepektif dari Abu Murtadho.

c. Sumber tersier

Komplikasi berdasarkan sumber primer dan skunder, jenis ini sering ditunjukan untuk menampilkan informasi yang diketahui untuk dengan cara nyaman tanpa klaim mengenai orientalisnya.17

Yang terdiri dari benda-benda peninggalan masa lalu oleh tokoh yang bersangkutan yang dapat dijadikan sumber pendukung kegiatan tokoh dalam perjuangannya membangun Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi. diantara beberapa sumber yang mendukung yaitu foto-foto semasa hidup dan memimpin pondok pesanen dan foto-foto yang mengambarkan perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi selama masa kepengurusan KH Ahmad Chusnan Abdullah hingga anak nya, Ali Wafa Husnan.

17


(32)

2. Kritik Sumber

Kritik Sumber merupakan bagian yang sangat penting dalam penulisan sejarah, dari data yang terkumpul dalam tahap heuristik diuji kembali kebenarannya melalui kritik guna memperoleh keabsahan sumber. 18 Dalam hal ini keabsahan sumber tentang keasliannya (otentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern, dan keabsahan, biografi KH Ahmad Chusnan Abdullah yang disusun: kasahihannya (kreadibilitasnya) ditelusuri lewat kritik intern. Dalam penulisan mengenai biografi dan Peran KH Ahmad Chusnan Abdullah. Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi di Manyar Gresik tahun 1990-2006, penulis akan menganalisa secara mendalam terhadap sumber-sumber yang telah diperoleh baik primer ataupun sekunder melalui kritik intern dan eksteren untuk mendapatkan keaslian dan kesahihan dari sumbersumber yang telah didapat.

3. Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran terhadap sumber atau data sejarah seringkali disebut dengan analisis sejarah. Dalam hal ini data yang terkumpul dibandingkan kemudian disimpulkan agar bisa dibuat penafsiran terhadap data tersebut sehingga dapat diketahui hubungan kausalitas dan kesesuaian dengan masalah yang diteliti. Dalam penulisan mengenai peranan “ Peran KH Ahmad Chusnan Abdullah dalam Pondok


(33)

Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi di Manyar Gresik tahun

1990-2006”, penulis menganalisa secara mendalam terhadap sumber-sumber

yang telah diperoleh baik primer ataupun sekunder kemudian penulis menyimpulkan sumber-sumber tersebut sebagaiman dalam kajian yang diteliti.

4. Historiografi

Historiografi merupakan penyusunan atau merekontruksi fakta-fakta yang telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarawan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis.19 tahap terakhir dalam metode sejarah, yakni usaha untuk merekonstruksi kejadian masa lampau dengan memaparkan secara sistematis, terperinci, utuh dan komunikatif agar dapat dipahami dengan mudah oleh para pembaca. Dalam penulisan ini menghasilkan sebuah laporan penulisan yang berjudul “ Peran KH Ahmad Chusnan Abdullah Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi di Manyar Gresik tahun 1990-2006”. Bentuk tulisan ini merupakan bentuk tulisan sejarah deskriptif analitik, yang merupakan metodologi dimaksudkan menguraikan sekaligus menganalisis. Dengan menggunakan kedua cara secara bersama-sama maka diharapkan objek dapat diberikan makna secara maksimal. Jadi penulis akan menguraikan mengenai biografi dan Peran KH Ahmad Chusnan Abdullah. Dalam Perkembangan Pondok

19


(34)

Pesantren Ushulul Hikmah AL-Ibrohimi di Manyar Gresik tahun 1990-2006.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan merupakan sesuatu yang menghantarkan ke tujuan skripsi.

Untuk memberikan hasil yang maksimal dan deskripsi yang kronologis, maka penulisan skripsi ini dibagi menjadi V Bab dengan rincian sebagai berikut:

Bab I, merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II, membahas tentang riwayat hidup KH Ahmad Chusnan Abdullah, yang mencangkup biografi, pendidikan, karya, karir

Bab III, membahas tentang sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Pshulul Hikam Al-Ibrohimi di Manyar Gresik,

Bab IV, membahas tentang usaha KH Ahmad Chusnan Abdullah dalam pengembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikam AL-Ibrohimi di Manyar Gresik.

Bab V, merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran.


(35)

BAB II

KONDISI OBJEKTIF DAN RIWAYAT HIDUP KH. AHMAD CHUSNAN ABDULLAH

A. Kondisi Objektif Penelitian 1. Letak Demografis Desa

a. Letak Desa Manyarejo

Desa Manyarejo adalah merupakan salah satu desa wilayah Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, dengan penjelasan sebagai berikut:

Nama Desa : Manyarejo

Kecamatan : Manyar

Kabupaten : Gresik

Kode Pos : 61151

Kode Wilayah : 352510.11

1) Luas dan batas wilayah.

a) Luas Tanah Desa atau Kelurahan : 1.070,060 Ha

Luas Tanah Sawah : 8,10 Ha

Luas Tanah Tambak : 982,48 Ha

Luas Tanah Bangunan /Pekarangan: 50,07 Ha


(36)

Batas wilayah

Sebelah Utara : Desa Manyar Sidomukti

Sebelah Selatan : Desa Leran dan Desa Panggaden

Sebelah Barat : Desa Leran

Sebelah Timur : Desa Sukomulyo

2) Agama atau Aliran Kepercaayaan a) Islam :

1803 Laki-laki 1738 Perempuan b) Kristen :

1 Laki-laki 1 Perempuan c) Budha :

2 Laki-laki 1 Perempuan

3) Orbitasi (Jarak dari pusat pemerintahan ) :

a) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kecamatan : 150 Meter b) Jarak dari Pusat Pemerintahan Kota : 8 Kilometer c) Jarak dari Ibukota Kabupaten : 8 Kilometer d) Jarak dari Ibukota Propinsi Daerah : 25Kilometer


(37)

4) RT/RW

a) Jumlah RT : 20 RT b) Jumlah RW : 4 RW b. Penduduk dan Mata Pencaharian

Penduduk Desa Manyarejo berjumlah 2.824 orang, dengan rincian sebagai berikut:

Laki-laki : 1.806 orang

Perempuan : 1.738 orang

Kepala Keluarga : 999 orang

Sedangkan mata pencaharian secara umum adalah:

Petani Sawah dan Tambak : 35 %

Karyawan Swasta : 45%

Pedagang : 5 %

Campuran : 15 %

Melihat dari mata pencaharian masyarakat, maka Desa Manyarejo tergolong masyarakat ekonomi sedang, dilihat dari jumlah prosentasi yang ada bahwa karyawan swasta merupakan sebagian besan pekerjaan dari masyarakat Desa Manyarejo, hal tersebut dikarenakan wilayah desa yang terletak dekat di daerah


(38)

perindustrian1. Sedangkan potensi sumber daya alam masih juga dimanfaatkan sebagai mata pencaharian masyarakat desa namun tidak menjadi mayoritas masyarakat untuk lebih terfokus mengeloloa tambak atau pertanian mereka.

2. Letak Demografis Pondok Pesantren

Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik terletak di wilayah kabupaten Gresik, sekitar + 7 km dari pusat kota Gresik ke arah barat. Tepatnya berada di desa Manyarejo kecamatan Manyar. Kondisi lahan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik adalah datar dan bebas dari bahaya banjir. Area Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik berada dalam satu kawasan diantara lingkungan pemukiman penduduk. Posisinya di sebelah selatan Jalur Pantura atau yang terkenal dengan sebutan Jalan Raya Deandels, sehingga mudah untuk mencarinya.2

Luas lahan yang dimiliki oleh Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik keseluruhan sekitar 21.000 M2 atau 2,1 Hektar. Sementara luas lahan bangunan dan sarana pendukung Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik yang telah digunakan sekitar 6.200 M2 terdiri dari Gedung Perkantoran, Gedung Madrasah, Masjid, Koperasi, Aula dan fasilitas pendukung lainnya.

1


(39)

B. Biografi Singkat KH. Achmad Chusnan Abdullah

KH. Ahmad Chsnan Abdullah lahir pada tahun 1931 di Desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, beliau lahir dari keturunan keluarga yang kurang mampu yang keseharianya adalah bertani. Sedari kecil beliau termaksud anak yang menurut orang tua, beluau selalu membantu orang tuanya bertani. Hal ini yang membuat KH. Ahmad Chsnan Abdullah tidak mengenyam pendidikan formal sejak kecil, dia hanya disibukan dengan bermain dan membantu orang tua.

Pada suatu ketika, saat KH. Ahmad Chsnan Abdullah bermain dengan teman-temannya yang satu desa denganya, ketika itu teman-temannya brcerita ingin belajar mengaji di pondok pesantrn dan KH. Ahmad Chsnan Abdullah diajak ikut mengaji bersam di pondok pesantrn, hal ini membuat rasa ingin belajar muncul pada diri KH. Ahmad Chsnan Abdullah.

Namun niat mulia yang hendak di jalani oleh KH. Ahmad Chsnan Abdullah mendapat perlawana dari kedua orang tuannya, beliau tidak di perkenankan menuntun ilmu di pondok pesantren karena kendala kurannya biaya ekonomi kluarganya. Niat KH. Ahmad Chsnan Abdullah tidak penah surut, beliau tetap berkeinginan menimba ilmu di pondok pesantren. Akhirnya dengan mebawa koper, beliau pergi ke Surabaya menemui bibinya dan ikut bekerja di Surabaya, beliau bekerja di toko Intan berlian milik orang India.

Untuk pertama kali nyantri, beliau memilih menyantri di K.H Abu

Amar Khotib daerah Pasuruan, kemudian ke KH. M. Ma’shoem Ahmad


(40)

Maksum berasal dari Krapyak Yogyakarta. Dari tiga tempat ini KH. Ahmad Chsnan Abdullah menghabiskan waktunya dengan jumlah semunya hanya dengan tiga tahun mengabdi.

Semasa mengabdi mencari ilmu , KH. Ahmad Chsnan Abdullah bersama dengan teman teman nya memenuhi kehidupannya dengan susah payah, mereka berkerja serabutan, beliau juga sempat ikut menjadi buruh tani. Kehidupan KH. Ahmad Chsnan Abdullah semasa merantau mencari ilmu sungguh sangat penuh perjuangan bahkan sempat suatu ketika saat di penginapan pondok, beliau menjadi tukang bersih bersih piring para santri dan kemudian memungguti nasi hasil sisa untuk kemudian dimakan, bahkan sempat suatu ketika benar benar tidak ada makanan beliau hanya memakan nasi basi yang dikeringkan kemudian di goreng. Susah payah kehudupan yang dilalui oleh KH. Ahmad Chsnan Abdullah tidak pernah sedikitpun mematahkan niatnya untuk bertahan menuntut ilmu.

Sepulangnya beliau dari merantau, KH. Ahmad Chsnan Abdullah mengamalkan ilmunya kepada masyarakat sekitar, beliau mendirikan sebuah pengajian rutinan yang dilakukan di ruahnya, selain itu KH. Ahmad Chsnan Abdullah juga memiliki kelebihan mengobati orang sakit dengan bantuan

do’a yang beliau panjatkan kepada Allah SWT, pada masa itu KH. Ahmad

Chsnan Abdullah mulai disegani oleh masyarakat sekitar dan mulai menjadi panitan contoh yang baik oleh masyarakat karena ilmu agamnya.3


(41)

KH. Ahmad Chsnan Abdullah pertama kali mendapat sebutan Kiyai oleh masyarakat sekitar, bermula dari adanya undnagan yang didapatkan beliau ketika mengisi doa acara hajatan yang di lakukan oleh salah satu masyarakat desanya. Bermula dari undangan hajatan tersebut, KH. Ahmad Chsnan Abdullah mendapat pangilan Kiai di kalangan masyarakat luas.4

Seiring dengan berkembangnya waktu, timbulah niat keinginan KH. Ahmad Chsnan Abdullah untuk mendirikan sebuah pondok pesantren. Dalam perkembangan pondok pesantren KH. Ahmad Chsnan Abdullah menerapkan beberapa kebijakan dan metode pembelajaran yang digunakan di dalam Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL Ibrohimi.

C. KH. Achmad Chusnan Abdullah sebagai Tokoh Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL Ibrohimi

Sebelum meninjau lebih jauh tentang peranan KH. Achmad Chusnan Abdullah dalam proses dakwah terutama di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL Ibrohimi, terlebih dahulu penulis akan memberikan pengertian dan istilah Kiai itu sendiri. Sebagaimana kita ketahui istilah Kiai yang lekat dengan masalah agama Islam, ternyata bukan berasal dari bahasa Arab, tetapi berasal dari bahasa Jawa. Istilah Kiai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda yaitu :

1. Kiai dipakai sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat. Kiai Garuda Kencana dipakai untuk sebutan “keretaemas” yang abadi di Keraton Yogyakarta

4


(42)

2. Kiai dipakai sebagai gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

3. Kiai sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik kepada para santrinya.5

Dari tiga pemakaian istilah tersebut di atas yang banyak dipakai oleh masyarakat adalah yang terakhir sekali pendapat ini hampir sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh Dr. Manfred Ziemek dalam bukunya "Pesantren dalam Perubahan Sosial", yang mengatakan bahwa pengertian Kyai yang paling luas dalam Indonesia modern adalah pendiri dan pimpinan sebuah pesantren, yang sebagai muslim terpelajar telah membaktikan hidupnya demi Allah serta menyebarluaskan dan memperdalam ajaran-ajaran dan pandangan Islam melalui kegiatan pendidikan.6

Selain itu tugas Kiai sebagai pimpinan dalam masyarakat, membutuhkan sifat-sifat atau pribadi untuk menunjang keberhasilan tugasnya. Adapun sifat-sifat seorang Kiai adalah sebagai berikut ;

1. Ikhlas dalam melaksanakan tugasnya seorang Kiai selalu mendasarkan kepada keikhlasan yang dilaksanakan dengan kerelaan dan tanpa rasa berat. Pengabdian seorang Kiai untuk mengembangkan lembaga yang dikelolanya tanpa mementingkan kepentingan pribadi, merupakan sikap

5

Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3S, 1985), 55


(43)

ikhlas timbal balik antara diri seorang santri dan Kiai. Pengabdian Kiai dalam mendidik santri dan masyarakat diwarnai oleh nilai keikhlasan tanpa pamrih hanya karena Allah SWT. Sehingga menimbulkan keikhlasan santri atau masyarakat untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang diperintahkan Kiai.

2. Berniat ibadah sifat utama yang dimiliki seorang Kiai adalah segala

sesuatu perbuatan diniati sebagai ibadah. Konsep “lillahi ta’ala” dalam

artian tidak menghiraukan kehidupan duniawi dipegang teguh oleh seorang Kiai dan ditanamkan ke dalam masyarakat. Dengan demikian ketaatan seorang santri kepada Kiai misalnya, dipandang sebagai suatu manifestasi ketaatan mutlak yang dipandang ibadah. Sifat keibadatan disini bukan berarti menghilangkan aktifitas formal yang memberikan pengaruh material, akan tetapi mengorientasi keseluruh aktifitas keduniawian ke dalam suatu tatanan ilahiyah.

Kiai menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan perjalanan hidup masyarakatnya dan mereka mendapatkan arti dan tempat tersendiri, penempatan ini didukung oleh beberapa alasan:

1. Kiai merupakan personifikasi orang yang dipandang luas dan dalam pengetahuannya tentang agama Islam.

2. Kiai adalah cermin orang yang patuh menjalankan syari’at agama Islam.

3. Kiai adalah penjunjung moralitas Islam dan sekaligus penterjemah dalam perilaku sehari-hari, mereka diberi predikat orang shaleh.


(44)

4. Kiai merupakan tempat pelarian untuk mengadukan kesulitan hidup, tidak hanya soal agama tetapi juga tentang hal-hal duniawi yang kadangkala bersifat sangat pribadi.

5. Kiai merupakan tokoh yang mempunya kemampuan membantu usaha-usaha desanya.

6. Kiai memiliki latar belakang pendidikan pondok pesantren yang juga dihargai cukup tinggi oleh masyarakat, artinya karena pengalaman pendidikannya itu Kyai merupakan barisan orang terdidik.

7. Kiai kebanyakan memiliki status ekonomi yang tidak rendah di masyarakat.

8. Kiai memiliki nasab keluarga yang dipandang tinggi.

9. Kiai sering menjadi penggerak perjuangan.7

Sebagai kelompok “elite” dalam struktur sosial, politik, ekonomi, dan

lebih-lebih dikalangan kelompok agama Islam, di masyarakat seorang Kiai juga mempunyai fungsi dan peranan yang sangat penting sekali. Diantaranya:

1. Sebagai Ulama’ Kiai sebagai ulama’ artinya ia harus mengetahui, menguasai ilmu tentang agama Islam, menyampaikan dan memberi contoh dalam pengamalan dan memutuskan perkara yang dihadapi oleh masyarakat.

7

Afwin Muhafatul Aula, “Peranan Kh. Abdullah Faqih Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban (1971-2012)”, (Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Adab dan Humaniora,


(45)

2. Sebagai pengendali Sosial Para Kiai khususnya di daerah Jawa merupakan sektor kepemimpinan Islam yang dianggap paling dominan dan selama berabad-abad telah memainkan peranan yang menentukan dalam proses perkembangan sosial, kultur, dan politik. Berkat pengaruhnya yang besar sekali di masyarakat, seorang Kiai mampu membawa masyarakatnya kemana ia kehendaki dengan demikian seorang Kiai mampu mengendalikan keadaan sosial masyarakat yang penuh dengan perkembangan dan perubahan itu:

3. Sebagai penggerak perjuangan Kiai sebagai pemimpin tradisional di masyarakat sudah tidak diragukan lagi fungsinya sebagai penggerak perjuangan masyarakat setempat untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh masyarakatnya. Sejak zaman kolonial Belanda para Kiai sudah banyak yang memimpin rakyat untuk mengusir para penjajah. Bahwa Islam di zaman penjajahan Belanda merupakan faktor nomor satu bagi kelompok-kelompok suku bangsa yang tinggal berpencar-pencar diberbagai kepulauan itu semua tidak lepas dari gerakan perjuangan para Kiai.8

Dari penjelasan diatas, KH. Achmad Chusnan Abdullah juga merupkan seorang tokoh agama yang sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat sekitar, selain itu beliau juga merupakan seorang tokoh yang sangat gigih dalam berupaya penyebaran agama islam di daerahnya dengan cara usahanya

8

Zamakhsyari Dhofier. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3S, 1985), 172


(46)

untuk mendirikan sebuah wadah pendidikan berupan pondok pesantren. KH. Achmad Chusnan Abdullah memiliki niatan mendirikan pondok pesantren dengan mengupayakan berbagai macam pencarian dana untuk membantunya dalam pendirian bangunan fisik pondok pesantren. Dimulai dari pembangunan yang diadakannya yang berlokasi di Desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik, dengan usahanya dan dibantu juga oleh masyarakat, akhirnya merintis pembangunan pondok pesantren, namun pada kenyataanya di daerah tersebut memiliki kekurangan sumber daya air sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan santri yang berniat mencari ilmu di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah.

Dari pembangunan tersebut, KH. Achmad Chusnan Abdullah tidak pernah putus asah, beliau terus berusaha mencari relasi ke teman-teman yang dulu pernah mengaji bersama beliau di pondok pesantren yang beliau tekuni selama masa mudanya, namun belum ada hasil. Pada tahun 1990 M. KH. Achmad Chusnan Abdulloh memperoleh kepercayaan untuk mengelola tanah wakaf seluas 7.230 M2 dari keluarga Bani Ibrohim yang berdomisili di kota Malang. Tanah tersebut terletak di desa Manyarejo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Dan akhiirnya beliau bisa memulai merintis perkembangan pondok pesantren di lokasi tersebut, dan banyak santri yang ingin belajar mengaji di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL Ibrohimi.9

9

Al-Ibrohimi Online “Sejarah Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyarejo Manyar Gresik”, dalam http://Ibrohimi.wordprees.com/selamat-datang-di-al-ibrohimi/perihal/ ( 12 Maret


(47)

Lembaga pendidikan pesantren dikenal sebagai lembaga pendidikan yang menganut sistem terbuka sehingga sangat fleksibel dalam mengakomodasikan harapan-harapan masyarakat dengan cara-cara yang khas dan unik.10 Dalam hal ini KH. Achmad Chusnan Abdullah Sebagai pengasuh Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL Ibrohimi, mempunyai peranan yang sangat besar pendirian maupun perintisan perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi.

Pesantren juga berperan sebagai benteng pengawal moral, khususnya berkenaan dengan terjaganya tradisi kepesantrenan yang luhur dengan nilai-nilai keteladanan, baik yang ditunjukkan oleh figur kiai ataupun nilai-nilai agama yang diajarkan di pondok pesantren. Peran seperti ini menempatkan pesantren sebagai kekuatan Counter Culture, demi tidak terjadinya alienasi budaya di tingkat lokal.11

Selanjutnya dalam menentukan model pendidikan yang ada dalam Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi, KH. Achmad Chusnan Abdullah menerapkan metode pembelajaran salaf yang hanya mengajarkan tentang pendidikan non formal saja. Secara literal, kata salaf dalam istilah pesantren adalah kuno, klasik dan tradisional. Secara terminologi sosiologis, pesantren salaf adalah sebuah pesantren yang mengajarkan ilmu-ilmu agama saja kepada para santri. Atau, kalau ada ilmu umum, maka itu diajarkan dalam porsi yang sangat sedikit. Umumnya, ilmu agama yang diajarkan

10

Sulthon Masyhud dan M. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta; Diva Pustaka Press, 2003), 25.

11

Amin Haedari et al, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global (Jakarta: IRD Press, 2004), 13.


(48)

meliputi Al-Quran, hadits, fikih, akidah, akhlak, sejarah Islam, faraidh (ilmu waris Islam), ilmu falak, ilmu hisab, dan lain-lain. Semua materi pelajaran yang dikaji memakai buku berbahasa Arab yang umum disebut dengan kitab kuning, kitab gundul, kitab klasik atau kitab turots.

Demikian juga model pendidikan yang di terapkan oleh KH. Achmad Chusnan Abdullah yang hanya boleh mengaji kitab- kitab, dan mengaji tilawatil al-quran ataupun mengaji Diniyah, dan hafalan al-quran. Mulai dari awal pendirian Pondok Pesantren KH. Achmad Chusnan Abdullah tidak pernah berkeinginan mengubah sistem pembelajaran yang diterapkan ke dalam pondok pesantrennya menjadi sistem yang lebih moderen, beliau tetap memegang teguh pendiriannya untuk mengajarkan dalam model bentuk pendidikan pesantren salafy. Hal tersebut sempat di jelaskan oleh anaknya:

“Orang tua saya (KH. Achmad Chusnan Abdullah), niku sanjang nek menawi Abah tasek dereng wafat, ketetapan di Pondok Pesantren al Ibrohimi niki mboten enten seng angsal ngerubah tatanan sisitem pendidikan ten Pondok Pesantren niki ditambahi pendidikan formal. Sanjange niku, supoyo santri-santri podho pinter belajar Islam seng

tenanan.”12

Dalam pernyataan tersebut KH. Achmad Chusnan Abdullah lebih menekankan bahwa belajar agama islam lebih penting dari pada pendidikan formal, agar lebih bisa memaknai ajaran Islam yang sebenarnya. Namun sempat juga KH. Achmad Chusnan Abdullah berpesan kepada anaknya yang di sampaikan oleh anaknya :

“ Orang Tua saya (KH. Achmad Chusnan Abdullah) niku ngge sempet nyungkani wasiat kale putra putra e, yen sok mben aku (KH.


(49)

Achmad Chusnan Abdullah) wes ora enek, terserah ape ngerubah sistem pembelajaran pondok seng anyar yo gak popo.”13

Dapat dijelaskan bahwa pada masa kepemimpinan KH. Achmad Chusnan Abdullah memang hanya boleh menggunakan kebijakan pendidikan non formal, baru setelah KH. Achmad Chusnan Abdullah mewasiatkan kepa anak-anaknya untuk memperbolehkan mengubah tatanan model sistem pembelajaran sesuai dengan pemegang selanjutnya.

Adapun beberapa model sistem pembelajaran yang diterapkan di Pondook Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi yaitu, metode sorogan atau

bandongan. Dalam metode pembelajaran sorogan adalah santri yang pandai men-sorog-kan sebuah kitab kepada kiai untuk dibaca dihadapan kiai, kemudian kalau ada salahnya, maka kesalahan itu langsung dibenarkan oleh kiai. Sedangkan Pada sistrem bandongan digunakan pada saat ngaji bersama-sama dengan memaknai kitab-kitab.14

Adapun sistem pendekatan dan metode penyampaian yang digunakan dalam mengembangkan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL Ibrohimi adalah dengan sistem pendekatan metodologis yang didasarkan atas disiplin ilmu sosial, antara lain:

1. Pendekatan Sosio Kultural

Pendekatan ini ditekankan pada usaha pengembangan sikap-sikap pribadi dan sosial sesuai dengan tuntutan masyarakat, yang

13

Ibid., 14


(50)

berorientasi kepada kebutuhan hidup yang semakin maju dalam berbudaya dan berperadaban. Hal ini banyak menyentuh permasalahan-permasalahan inovasi kearah sikap hidup yang bersifat membentuk lingkungan sesuai dengan ide kebudayaan modern yang dimilikinya, bukannya bersifat hanya sekedar penyesuaian diri dengan lingkungan yang ada.

2. Pendekatan Religi

Yakni suatu pendekatan yang membawa keyakinan sistem keimann dalam pribadi anak didik atau santri yang cenderung kearah intensif dan ekstensif (mendalam dan meluas). Pandangan yang demikian, terpancar dari sikap bahwa segala ilmu pengetahuan itu pada hakikatnya adalah mengandung nilai-nilai ketuhanan.

3. Pendekatan Historis

Yakni ditekankan pada usaha-usaha pengembangan pengetahuan, sikap dan nilai keagamaan melalui proses kesejarahan walaupun hubungan ini penyajian serta faktor waktu secara kronologis menjadi titik tolak yang dipertimbangkan dan demikian faktor keteladanan merupakan proses identifikasi dalam rangka memperoleh penghayatan dan pengamalan agama. Pembentukan kepribadian yang dibentuk melalui individualisasi dan pendalaman materi serta hukum agama yang dikembangkan melalui proses historis ini akan sejalan proses perkembangan yang dijalaninya.


(51)

BAB III

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN USHULUL HIKMAH AL-IBROHIMI DI MANYAR GRESIK TAHUN 1990-2006

A. Sejarah Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrohimi

KH. Ahmad Chusnan Abdullah pada mulanya mengawali pendirian pondok dengan mengadakan kegiatan mengaji yang dilakukan di rumahnya yang terletak di Desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Bermulai dari kegiatan tersebut timbulah niat KH. Ahmad Chusnan Abdullah untuk membuat sebuah pondok pesantren namun beliau belum memiliki cukup modal untuk membuat bangunan fisik dari pondok pesantren, akhirnya diawali dengan pembuatan sebuah musholah di dekat rumahnya yang

digunakan untuk kegiatan jama’ah pengajian rutinan dari warga masyarakat

desa sendiri.

Dengan bantuan dari masyarakat desa sekitar, akhirnya pada tahun 1989 KH. Ahmad Chusnan Abdullah memutuskan untuk membeli sebidang tanah seluas 130 m2 yang berlokasi di Desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik untuk dijadikan sebuah Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL Ibrohimi yang kemudian diberi nama Pondok Pesantren Ushulul Hikmah. Namun, pondok pesantren tersebut tidak mengalami perkembangan yang signifikan, hal itu disebabkan tidak adanya sumber air yang memadahi yang dapat mendukung untuk terwujudnya pondok pesantren.yang nyaman dan layak untuk digunakan para santri yang menimba ilmu di Pondok


(52)

Pesantren Ushulul Hikmah AL Ibrohimi. Padahal air merupakan faktor penting bagi terlaksananya segala aktifitas keagamaan khususnya di pondok pesantren.

Kendala yang dihadapi di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL Ibrohimi menjadikan pondok tersebut kurang memenuhi persyaratan yang layak sebagai wadah penampungan untuk menimba ilmu. Dalam klasifikasi komponen dasar yang menjadikan sebuah lembaga pendidikan disebut sebagai pesantren, ada lima komponen diantaranya yang harus di penuhi atara lain adalah sebagai berikut:

1. Kiai

Kiai adalah tokoh karismatik yang diyakini memiliki pengetahuan agama yang luas sebagai pemimpin dan pemilik pesantren. Kiai merupakan figur sentral yang merencanakan, menyelenggarakan, dan mengendalikan seluruh pelaksanaan kegiatan pendidikan di pesantren.1

2. Pondok

Pondok pesantren pada dasarnya merupakan sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana siswanya tinggal bersama kiai dalam satu komplek yang sama. Ia mendapat bimbingan dari kiai tersebut dalam waktu yang relatif terus menerus.2

1

Ahmad Muthohar, Ideologi Pendidikan Pesantren; Pesantren Di Tengah ArusIdeologi -Ideologi Pendidikan (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007), 32


(53)

3. Santri

Santri merupakan elemen pokok dalam sebuah pesantren, sebagaimana kata pesantren itu sendiri merupakan wujud dari penamaan lembaga pendidikan yang mengambil kata santri itu sendiri. Seorang

ulama’pun dikatakan sebagai seorang kiai (di jawa), dikarenakan

memiliki santri yang mempelajari kitab-kitab Islam klasik di dalam pesantrennya.

4. Masjid

Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islam tradisional. Dengan kata lain, kesinambungan sistem pendidikan Islam yang berpusat pada masjid sejak Masjid Qubba didirikan dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad SAW tetap terpancar pada sistem pesantren. Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam. Dimanapun kaum muslimin berada, mereka selalu menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi, dan kultural. Hal ini berlangsung selama 13 abad.

5. Pengajaran Kitab Islam Klasik

Pengajaran kitab Islam klasik yang diajarkan di pesantren merupakan kitab-kitab karangan ulama’ yang menganut faham syafi’i.3 Dari sinilah dapat kita lihat bahwa pondok, asrama bagi para santri,

3

Zamakhsyari Dhofier., Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2011), 81-92


(54)

merupakan ciri khas tradisi pesantren layaknya Pondok Pesantren Ushulul Hikmah AL Ibrohimi, seharusnya menjadi wadah yang nyaman bagi santri untuk menimba ilmu. Karena dengan kenyamanan yang ada dalam pondok menjadikan daya tarik tersendiri untuk memperbanyak santri yang akan menimba ilmu di pondok pesantren tersebut. Ada tiga alasan utama mengapa pesantren harus menyediakan asrama bagi para santri:

1. Untuk menggali ilmu sang kiai secara utuh, maka santri-santri yang kebanyakan berdomisili jauh dari pesantren membutuhkan tempat menginap dalam kurun waktu yang tidak singkat.

2. Sebagian besar, pesantren berada di daerah perdesaan yang belum tersedia tempat-tempat kos, penginapan, dan juga tidak tersedia perumahan (akomodasi) untuk menampung santri-santri.

3. Munculnya sikap timbal balik, sehingga antara kiai dan santri terjalin hubungan laksana anak dan bapak yang keduanya saling membutuhkan untuk selalu berdampingan. Seorang kiai dapat membimbing santri secara lebih tanggung jawab, sementara santri dapat membantu kiai-nya untuk dapat berbakti sebagai wujud timbal balik dari ia memperoleh ilmu.4

Oleh sebab itu perjuangan K.H. Ahmad Chusnan Abdullah tidak pernah pantang menyerah untuk mewujudkan niatnya dalam pendirian


(55)

sebuah wadah pondok pesantren. Selanjutnya berkat perjuangan dan pertolongan Allah SWT. Pada tahun 1990 M. KH. Achmad Chusnan Abdulloh memperoleh kepercayaan untuk mengelola tanah wakaf seluas 7.230 M2 dari keluarga Bani Ibrohim yang berdomisili di kota Malang. Tanah tersebut terletak di Desa Manyarejo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.5

Bermula dari tanah wakaf inilah akhirnya didirikan pondok pesantren bernama Ushulul Hikmah Al Ibrohimi. Nama tersebut diambil dari nama awal pondok pesantren yang dulu didirikan di Desa Sidomukti Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik dan ditambahi dengan imbuhan nama dari keluarga yang mewakafan tanahnya dari Bani Ibrohim tersebut. Dari Pondok Pesantren inilah KH. Ahmad Chusnan Abdullah mengabdikan dirinya untuk bisa berguna bagi masyarakat luas dengan dengan tujuan mengamalkan ilmu agamanya dan usahanya membuat wadah penampungan santri-santri yang ingin menimba ilmu khususnya ilmu agama Islam.

Berikut akan dijelaskan Visi dan Misi dan tujuan secara khusus dalam berdirinya Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrohimi, antara lain:

1. Visi

a. Menjadi pusat pemantapan aqidah, pendalaman spiritual, dan

5


(56)

pembentukan akhlak luhur

b. Menjadi pusat pengembangan kajian keagamaan (tafaqquh fiddin) dengan tetap memelihara kelestariaan khazanah kitab kuning (al-kutub al-Qodimah)

c. Menjadi pusat ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat agar tercipta kehidupan yang damai dan sejahtera dalam kerangka baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

d. Menjadi cagar tradisi ajaran ahlussunnah wal jama’ah melalui

pendidikan dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

e. Menjadi pusat dakwah Islam dan pemberdayaan (advokasi, pelayanan dan pengembangan) masyarakat.

2. Misi

a. Mengantarkan santri memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, dan keluhuran akhlak

b. Mendorong para santri agar memiliki keahlian dalam bidang pemikiran keagamaan dan kemasyarakatan (adab al-din wa al-dunya)


(57)

kesenian yang Islami melalui pengkajian dan penelitiaan

d. Memberikan keteladanan dalam kehidupan atas dasar nilai-nilai Islam ahlu sunnah wal jama’ah dan budaya luhur bangsa Indonesia

e. Mendidik berpikir dan bersikap mandiri, kritis dan terampil, peduli terhadap lingkungan social dan berpikir global.

3. Tujuan

Mempersiapkan lulusan untuk menjadi bagian dari masyarakat yang memiliki kemampuanuntuk dapat menerapkan, mengembangkan serta menciptakan ilmu pengetahuan Agama Islam serta mengupayakan pengalamannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya khazanah kebudayaan nasional.6

B. Perkembangan Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik Perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi mengalami perkembangan yang pesat sejak terletak di Desa Manyarejo Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik. Tidak hanya dari pembangunan fisik pesantren saja, namun juga kapasitas jumlah santri juga semakin banyak yang berdatangan.

6


(58)

Dari proses perkembangan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrohimi dapat dirumuskan tujuan secara umum pesantren, diantaranya adalah :

1. Dibidang pendidikan; membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah (beriman, berakhlakul karimah, berilmu pengetahuan dan mampu hidup di tengah-tengah masyarakat secara mandiri)

2. Dibidang dakwah dan pengembangan masyarakat; memberikan pelayanan dan mendorong mereka agar memahami hak dan kewajibannya sebagai umat beragama, berbangsa dan bernegara.

1. Perkembangan Jumlah Santri

Santri termasuk salah satu komponen penting dari beberapa komponen pesantren. Ada perbedaan mengenai istilah santri, bahwa kata

santri berasal dari kata “sant” dan “tra”. “Sant” berarti manusia baik

Perlu diketahui bahwa, menurut tradisi pesantren, santri terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Santri mukim, yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantern tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggung jawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan


(59)

b. Santri kalong, yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajaran dipesantren, mereka bolak-balik kerumahnya sendiri. Seorang santri pergi dan menetap disuatu pesantren karena berbagai alasan:

a) Ia ingin mempelajaari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam dibawah bimbingan kiai yang memimpin pesantren.

b) Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorgarnisasian, maupun hubungan dengan pesantren-pesantren yang terkenal.

c) Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukan oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya. Di samping itu, dengan tinggal di sebuah pesantren yang sangat jauh letaknya dari rumah, maka ia tidak mudah pulang-pergi mekipun kadang-kadang menginginkannya.7

Para santri yang ingin menimba ilmu di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi semakin tahun semakin banyak berdatangan. Mereka datang dari berbagai macam daerah, mulai dari Bojonegoro, Tuban, Magelang, Surabaya, Jakarta, Malang dan kota-kota besar lain yang ada di Jawa.

7

Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Pandangan Hidup Kyai Dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (Jakarta: LP3ES, 2011), 88-89


(60)

Bahkan ada diantara mereka yang datang dari luar pulau, dari sumatera, kalimantan dan Flores Nusa Tenggara Timur.8

Jumlah santri dalam sebuah pesantren biasanya dijadikan tolak ukur atas maju mundurnya suatu pesantren. Dari sinilah dapat kita lihat bahwa perkembangan jumlah santri yang ada di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi menandakan tingkat kualitas yang ada di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi yang mulai berkembang menjadi lebih baik. Berikut disajikan data perkembangan jumlah santri dari tahun pertahun, antara lain:

TABEL 3.1

DATA PERKEMBANGAN JUMLAH SANTRI

No. Tahun Jumlah Santri

1. 1990 ± 35 Santri

2. 1991 ± 42 Santri

3. 1992 ± 48 Santri

4. 1993 ± 56 Santri

5. 1994 ± 63 Santri

6. 1995 ± 70 Santri


(61)

7. 1996 ± 105 Santri

8. 1997 ± 142 Santri

9. 1998 ± 182 Santri

10. 1999 ± 256 Santri

11. 2000 ± 278 Santri

12. 2001 ± 298 Santri

13. 2002 ± 325 Santri

14. 2003 ± 355 Santri

15. 2004 ± 424 Santri

16. 2005 ± 449 Santri

17. 2006 ± 534 Santri

(Sumber: Data Sekretariat Pondok Ushulul Hikmah Al Ibrohimi)

Dari data tersebut perkembangan jumlah santri tersebut setiap tahunnya terus meningkat, dan sesuai dengan data terakhir tahun 2011 santri Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik berjumlah 1154 orang.9

9

Data Perkembanan Jumlah Santri Pondok Pesantren Ushuul Hikmah AL Ibrohimi Tahun 1990-2016


(62)

2. Penambahan Sarana dan Prasarana (Bangunan)

Pondok pesantren Ushulul Hikmah Al-Ibrahimi pada awalnya hanya terdiri dari sebuah bangunan musholla, sebuah asrama putra, dan putri. Akhirnya pada perkembangan proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik berjalan dengan baik, dengan pertumbuhan jumlah santri yang terus meningkat. Ini sejalan dengan lahirnya unit-unit pendidikan baru di pesantren ini. Penambahan jumlah sarana dan prasarana yang dimiliki Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik tersebut berkat kerja pengelola dan upaya pembangunan yang dilakukan tiada henti. Dalam pembangunana fasilitas yang pondok menggunakan sumber dana dari sedikit sumbangan para orang tua wali santri, ada pula donatur dari luar yang bersedekah ikiut membiayai bangunan fisik gedung-gedung yang ada di Pondok Pesantren. Sehingga fasilitas yang dimiliki Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik saat ini adalah:


(63)

TABEL 3.2

FASILITAS PONDOK PESANTREN USHULUL HIKMAH AL IBROHIMI

No Jenis Jumlah

1 Kamar santri 33

2 Ruang kelas 21

3 Kantor 5

4 Maktabah / Perpustakaan 1

5 Aula / Ruang pertemuan 1

6 Masjid 2

7 Koperasi 2

8 Ruang kesenian 2

9 Poskestren 1

10 Lab. Komputer 2

(Sumber: Data Sekretariat Pondok Ushulul Hikmah Al Ibrohimi) C. Sistem Pendidikan dan Pengajaran.

Tujuan pengembangan pesantren adalah integrasi antara pengetahuan agama dan nonagama, sehingga lulusan yang dihasilkan akan memiliki kepribadian yang utuh dan bulat, yang menggabungkan dalam dirinya unsur-unsur keimanan yang kuat dan penguasaan atas pengetahuan secara berimbang. Manusia seperti itu memiliki cakrawala pemikiran yang luas, pandangan hidup yang matang, dan pendekatan yang peraktis dan berwatak multi sektoral dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. (mampu memandang jauh ke depan sekaligus memiliki keterampilan praktis untuk menyelesaikan persoalan).

Program pengembangan pesantren yang sedang dijalankan, baik oleh kalangan pesantren sendiri secara intern maupun oleh kalangan luar yang


(64)

bekerja sama dengan pesantren tertentu, dapat dilihat dalam program percampuran antara komponen-komponen agama dan non agama dalam kurikulun formal di pesantren. Program ini bertujuan mematangkan kurikulum campuran yang telah ada, dengan meningkatkan mutu dan menghadapkan kurikulum itu secara berjenjang pada tingkatan yang lebih tinggi.

Sistem pendidikan pondok pesantren yang tidak terpengaruh dengan kebijakan pemerintah tersebut masih tetap ada. Pendidikannya masih bersifat tradisional, yaitu menggunakan kurikulum diniyah yaitu sembilan puluh lima persen mengajarkan pelajaran agama, sedangkan bacaan wajibnya adalah kitab kuning, dengan huruf Arab tanpa harokat.10 Sebagimana sistem pendidikan di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi, sejak berdirinya sampai sekarang masih tetap menggunakan sistem salafiyah yaitu hanya mengkaji kitab-kitab kuning saja. Namun sekarang ini proses belajar mengajar di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi dilaksanakan secara klasikal dan non klasikal, juga didirikan keterampilan dan pendidikan berorganisasi. Kemudian pada tingkatan tertentu diberikan sedikit pengetahuan umum.

Berikut ini akan dijelaskan bebepa program pendidikan yang diterapkan dalam Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi, serta akan dijelaskan bagaimana perkembangan pendidikan yang diterapkan dalam Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohim.


(65)

1. Pendidikan Sistem Sorogan dan Bandongan

Pada umumnya pembelajaran di pesantren mengikuti pola tradisional, yaitu model sorogan dan model bandongan, seperti halnya dengan Pondok Pesantren Ushulu Hikmah AL Ibrohimi yang menerapkan metode pengajaran dengan menggunakan sistem salaf. Baik dengan model sorogan maupun bandongan keduanya dilakukan dengan pembacaan kitab yang dimulai dengan pembacaan tarjamah, syarah dengan analisis gramatikal, peninjauan morfologi dan uraian semantik. Kiai sebagai pembaca dan penerjemah, bukanlah sekadar membaca teks, melainkan juga memberikan pandangan-pandangan (interpretasi) pribadi, baik mengenai isi maupun bahasanya. Kedua model pengajaran ini oleh sementara pakar pendidikan dianggap statis dan tradisional.

Secara teknis, model sorogan bersifat individual, yaitu santri menghadap guru seorang demi seorang dengan membawa kitab yang akan dipelajari. Sedangkan model bandongan (weton) lebih bersifat pengajaran klasikal, yaitu santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling Kiai menerangkan pelajaran secara kuliah dengan terjadual. Berikut ini beberapa metode pembelajaran yang menjadi ciri utama pembelajaran di pesantren salaf:

a. Metode Sorogan

Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan


(66)

Kiai atau pembantunya (badal, asisten Kiai). Sistem sorogan ini termasuk belajar secara individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadi interaksi saling mengenal antara keduanya.11

Pembelajaran dengan sistem sorogan biasanya diselenggarakan pada ruang tertentu. Ada tempat duduk Kiai atau ustadz, di depannya ada meja pendek untuk meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Setelah Kiai atau ustadz membacakan teks dalam kitab kemudian santri mengulanginya. Sedangkan santri-sanri lain, baik yang mengaji kitab yang sama ataupun berbeda duduk agak jauh sambil mendengarkan apa yang diajarkan oleh Kiai atau ustadz sekaligus mempersiapkan diri menunggu giliran dipanggil.

Inti metode sorogan adalah berlangsungnya proses belajar mengajar secaraface to face antara Kiai dan santri. Keunggulan metode ini adalah Kiai secara pasti mengetahui kualitas anak didiknya, bagi santri yang IQ nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran, mendapatkan penjelasan yang pasti dari seorang Kiai.

Meskipun sorogan ini dianggap statis, tetapi bukan berarti tidak menerima inovasi, metode ini sebenarnya konsekuensi daripada layanan yang ingin diberikan kepada santri. Berbagai usaha dewasa ini dalam berinovasi dilakukan justru mengarah kepada


(1)

86

B. Saran

Berdasarkan penelitian mengenai “Peranan KH. Ahmad Chusnan Abdullah Dalam Mengembangkan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohim Manyar Gresik Pada Tahun 1990-2006 M”, maka kami menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Penulis berhadap agar penulisan buku-buku yang mengungkap tentang Biografi (riwayat hidup) para tokoh muslim serta berbagai aktifitas pendidikan di pondok pesantren yang perlu dikembangkan agar peranan serta perjuangan para kiai dalam mengembangkan suatu pendidikan khususnya dalam penyebaran ilmu agama islam bisa dijadikan teladan bagi santri santrinya. 2. Kepada para pengasuh dan pendidik Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al

Ibrohim, hendaknya benar-benar menunjukkan sikap positif terhadap ajaran-ajaran islam, karena mereka disamping sebagai contoh para santri juga menjadi cermin masyarakat lingkungannya.

3. Bagi seluruh masyarakat Gresik dan sekitarnya diharapkan dapat mengambil hikmah dan manfaat serta teladan yang dicontohkan oleh KH. Ahmad Chusnan Abdullah dalam pengelolaan Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohim yang membantu santri kurang mampu belajar menuntut ilmu agama islam dengan mengadakan usaha wirausaha untuk para santrinya, agar nantinya selain menjadi orang yang tawadhu’ dan juga mendapat bekal kemampuan dalam mendirikan usaha.


(2)

87

meneliti lebih lanjut dan lebih mendalami tentang tokoh-tokoh muslim yang berada di sekitar lingkungan masyarakat.

5. Penulis merasa hasil penelitian ini masih sangat sederhana dan jauh dari kesempurnaan, maka diperlukan adanya penelitian lebih lanjut.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdullah, Irwan et. al. Pendidikan Islam dan Tanggung Jawab Sosial Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Armando, Nina M. ,et al, ekslikopedi Islam 4. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2010.

Badri, HE. Penegsahan Literature Pesantren Salafiyah. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2007.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3S, 1985.

Haedari, Amin et al. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global. Jakarta: IRD Press, 2004.

Halim, A et. al. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005. Hugiono; P.K Poerwantara. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bina Aksara, 1987. Ilaihi, Amin; Hefni, Herjan. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta: Kencana, 2007. Kasdi, Aminudin. Memahami Sejarah. Surabaya: Unesa University Press, 2008.


(4)

Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Madjid, Nurchalis . Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina, 1997.

Masyhud, Sulthon dan M. Khusnurdilo. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta; Diva Pustaka Press, 2003.

Muthohar, Ahmad. Ideologi Pendidikan Pesantren; Pesantren Di Tengah ArusIdeologi -Ideologi Pendidikan. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2007.

Notosusanto, Nugraha. Masalah Penelitian Serajah Kontenporer. Jakarta: Yayasan Idayu. 1978.

Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar cet 4. Jakatra: Raja Grafindo Persada,1990.

Sukamto. Kepemimpinan kiai dalam Pesantren . Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999. Sunidhia, et al. Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern. Jakarta: Rineka Cipta,

1993.

Thoha, Habib. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996. Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi Esai-Esai Pesantren.Yogyakarta:


(5)

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren Pendidikan Alternatif Masa Depan. Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

B. Dokumen dan surat keputusan

Data Profil Desa Manyarejo, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Tahun 2016. Profil Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi. (Tahun 2000).

Data Perkembanan Jumlah Santri Pondok Pesantren Ushuul Hikmah AL Ibrohimi Tahun 1990-2016.

Data Kesekertariatan Kegiatan pengajaran dan pendidikan di Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi Manyar Gresik.

C. Internet

Al-Ibrohimi Online “Sejarah Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi

Manyarejo Manyar Gresik”, dalam

http://Ibrohimi.wordprees.com/selamat-datang-di-al-ibrohimi/perihal/ ( 12 Maret 2016)

D. Wawancara

KH. Ali Wafa Chusnan, (Ketua Pengasuh Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi) Putra dari KH. Ahmad Chusnan Abdullah. Manyar-Gresik, 10 Januari 2016


(6)

KH.Ust. H. M. Zainur Rosyid Chusnan. (Wakil Pengasuh Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi) Putra dari KH. Ahmad Chusnan Abdullah. Manyar-Gresik, 12 Januari 2016

Ainur Rofiq. (Ketua Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi) Santri lama. Manyar-Gresik, 13 Januari 2016

E. Skripsi

Aula, Afwin Muhafatul. “Peranan Kh. Abdullah Faqih Dalam Perkembangan Pondok Pesantren Langitan Widang Tuban (1971-2012)”, (Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Adab dan Humaniora, Surabaya, 2016).

Azmi Iman Sari, “Pesantren Enterpreneurship Pesantren Mukmin Mandiri Perumahan Graha Tirta Waru Kabupaten Sidoarjo 2006-2015: (Study Tentang Sejarah, Aktifitas, Dan Perkembangan)” (Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Adab dan Humaniora, Surabaya, 2016). Fitrotun Nisa’ul Jannah “Peranan Kh. Masrur Qusyairi Dalam Mengembangkan

Pondok Pesantren Hidayatul Ummah Pringgoboyo Maduran Lamongan 1987-2010 M ”(Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Adab dan Humaniora, Surabaya, 2016).

Miftakhul Janna, “Sejarah Pondok Pesantren Al-Hamdaniyah Siwalanpanji Sidoarjo tahun 1787-1997” (Skripsi, UIN Sunan Ampel Fakultas Adab dan Humaniora, Surabaya, 2016).