SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN PENDOPO WATU BODO PANGKAH KULON UJUNGPANGKAH GRESIK (1991-2015).
i
SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN PENDOPO WATU BODO PANGKAH KULON UJUNGPANGKAH GRESIK
(1991-2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh:
Jauharotun Nafisah NIM: A0.22.12.006
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ix
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Pendopo
Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik (1991-2015)”. Masalah yang
diteliti dalam skripsi ini adalah (1) Bagaimana sejarah awal berdirinya Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik? (2) Bagaimana aktivitas di dalam Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik? (3) Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik (1991-2015)?
Penelitian ini disusun menggunakan metode penelitian sejarah, dengan menggunakan beberapa langkah yaitu heuristik, mengumpulkan arsip-arsip terkait berupa dokumen-dokumen, sumber lisan, dan buku-buku penunjang lainnya; verifikasi (kritik terhadap sumber data), penafsiran serta bagaimana cara penulisan sejarahnya. Adapun pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan historis yang digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa masa lampau dan menggunakan pendekatan ilmu sosial yang digunakan untuk mengetahui interaksi sosial yang
ada di pondok pesantren. Teori yang digunakan adalah teori continuity and
change yang dinyatakan oleh Zamakhsyari Dhofier dan penelitian ini juga
menggunakan teori behavioral disorders yang dinyatakan oleh B.F. Skinner. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan (1) Sejarah awal berdirinya Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo didirikan oleh KH. Abdillah Anas Anwar pada tahun 1991 di Dusun Tegal Sari Desa Pangkah Kulon Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik karena seringnya melihat anak-anak yang bermain di sekitar rumahnya dan mereka tidak belajar. Dari situlah beliau berinisiatif membuat pondok pesantren. (2) Aktifitas yang ada di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo terbagi menjadi tiga yakni: aktifitas pendidikan, aktifitas sosial keagamaan, dan aktifitas khusus. Aktifitas pendidikan dan aktifitas sosial keagamaan yang ada di pondok pesantren ini sama dengan pondok pesantren pada umumnya. Sedangkan aktifitas khususnya yaitu berupa rehabilitasi menangani santri-santri yang terganggu kejiwaannya dan anak-anak muda yang terjerumus dalam hal-hal negatif seperti minum-minuman keras dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang. (3) Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo berdiri pada tahun 1991 dan mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, khususnya pada tahun 2007 pondok pesantren ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang sarana prasarana dan pendidikannya. Namun pada tahun 2008-2015, pondok pesantren ini mengalami penurunan santri dalam bidang pendidikannya.
(7)
x
ABSTRACT
This thesis entitled "The History of Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik (1991-2015)". Issues examined in this paper are (1) How did the early history of the founding of Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik? (2) How is the activity in Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik? (3) How is the development of Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik (1991-2015)?
This study was prepared using the methods of historical research , using some of the steps that heuristics , collecting archives related to the form of documents , oral sources , and other supporting books ; verification ( criticism of the source data) , interpretation and how the writing of history. The approach used is the historical approach used to describe the events of the past and using social science approaches used to determine social interaction in the boarding school . The theory used is the theory of continuity and change expressed by Zamakhsyari Dhofier and this study also used the theory of behavioral disorders represented by B.F. Skinner .
From the research that has been done, it can be concluded (1) Our histories Pendopo Watu Bodo boarding school founded by KH. Abdillah Anas Anwar in 1991 in the Hamlet of Tegal Sari Village Pangkah Ujungpangkah Kulon District of Gresik because often see children playing around the house and they do not learn. From there he took the initiative to create a boarding school. (2) Activities in Pendopo Watu Bodo boarding school divided into three namely: educational activities, social and religious activities, and special activities. Activity religious education and social activities in the boarding school is similar to boarding school in general. While the activity especially in the form of rehabilitation handle santri disturbed psyche and young people are mired in negative things like drinking and taking drugs. (3) Pendopo Watu Bodo boarding school established in 1991 and has evolved over the years , especially in 2007, the boarding school is experiencing rapid growth in the field of infrastructure and education. However, in 2008-2015 , it decreased boarding school students in the field of education.
(8)
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
PEDOMAN TRANSLITERASI v
MOTO vi
PERSEMBAHAN vii
ABSTRAK ix
KATA PENGANTAR xi
DAFTAR ISI xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 7
C. Tujuan Penelitian 7
D. Kegunaan Penelitian 7
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik 8
F. Penelitian Terdahulu 10
G. Metode Penelitian 12
H. Sistematika Bahasan 15
BAB II SEJARAH PONDOK PESANTREN PENDOPO WATU BODO
PANGKAH KULON UJUNGPANGKAH GRESIK
A. Letak Geografis Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ... 17
B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ... 20
C. Biografi KH. Abdillah Anas Anwar ... 25 BAB III AKTIFITAS PONDOK PESANTREN PENDOPO WATU BODO
PANGKAH KULON UJUNGPANGKAH GRESIK
A. Aktifitas Pendidikan ... 31 B. Aktifitas Sosial Keagamaan ... 36 C. Aktifitas Khusus ... 43
1. Sejarah Awal Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Sebagai
Tempat Rehabilitasi ... 44 2. Kegiatan Harian Santri Rehabilitasi ... 46
(9)
ii
3. Kategori Kesembuhan Santri Rehabilitasi ... 51
BAB IV PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN PENDOPO WATU BODO PANGKAH KULON UJUNGPANGKAH GRESIK (1991-2015)
A.Perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo
(1991-2007) ... 53
B. Perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo
(2008-2015) ... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 61 B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pondok pesantren adalah merupakan pendidikan khas Indonesia yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat telah teruji kemandiriannya sejak berdirinya sampai sekarang. Pada awal berdirinya, bentuk pondok pesantren masih sangat sederhana. Kegiatannya masih diselenggarakan di dalam masjid dengan beberapa orang santri yang kemudian dibangun pondok-pondok sebagai tempat tinggalnya.
Dalam perkembangannya pesantren paling tidak mempunyai tiga peran utama, yaitu sebagai lembaga pendidikan Islam, lembaga dakwah dan sebagai lembaga pengembangan masyarakat. Pada tahap berikutnya, Pondok pesantren menjelma sebagai lemsbaga sosial yang memberikan warna khas bagi perkembangan masyarakat sekitarnya. Peranannya pun berubah menjadi agen pembaharuan (Agen Of Change) dan agen pembangunan masyarakat. Sekalipun perubahan demikian, apapun usaha yang dilakukan pondok pesantren tetap saja yang menjadi khittoh
berdirinya dan tujuan utamanya, yaitu tafaqquh fid-din. Secara eksistensi
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan lembaga
sosial, tumbuh dan berkembang di daerah pedesaan dan di perkotaan.1
1
Badri dan Munawiroh, Pergeseran Literatur Pesantren Salafiyah (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2007), 3.
(11)
2
Pondok pesantren mempunyai arti asrama, atau tempat mengaji,2
sedangkan secara etimologi kata pesantren berasal dari kata “santri”, yaitu istilah yang digunakan bagi orang-orang yang menuntut ilmu agama di
lembaga pendidikan Islam tradisional di Jawa. Kata “santri” mendapat
awalan “pe” dan akhiran “an”, yang berarti tempat para santri menuntut
ilmu.3
Secara esensial Pesantren merupakan sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya tinggal bersama dan belajar ilmu-ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai. Asrama untuk para siswa tersebut berada dalam komplek pesantren dimana kyai bertempat tinggal. Di samping itu juga ada fasilitas ibadah berupa masjid di dalamnya. Elemen dasar Pesantren terdiri dari lima elemen dasar yaitu Pondok, Masjid, santri, kyai dan pengajaran kitab-kitab klasik (kitab-kitab Kuning).
Membicarakan tentang pondok pesantren, maka kita harus mengingat bahwasanya lembaga pendidikan di Indonesia pertama kali yang dikenal adalah pondok pesantren. Lembaga pendidikan pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua saat ini dan dianggap sebagai budaya Indonesia yang indigenious. Keberadaan pesantren sebagai wadah untuk memperdalam agama sekaligus sebagai pusat penyebaran agama Islam diperkirakan masuk sejalan dengan gelombang pertama dari proses
2
Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), 764.
3
Hanun Asrohah, Pelembagaan Pesantren Asal-Usul Perkembangan Pesantren di Jawa (Jakarta: Departemen Agama RI, 2004), 30.
(12)
3
pengislaman di daerah jawa sekitar abad ke-16.4 Beberapa abad kemudian
penyelenggaraan pendidikan ini semakin berkembang dengan munculnya tempat-tempat pengajian (nggon ngaji). Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap atau disebut dengan pemondokan bagi para bagi para pelajar (santri), yang kemudian disebut “pesantren”.5
Sebuah komunitas pondok pesantren minimal ada kyai (tuan guru, buya, ajengan, abu), masjid, asrama (pondok) pengajian kitab kuning
atau naskah salaf tentang ilmu-ilmu agama Islam.6
Keberadaan pesantren yang tetap bertahan di tengah arus modernisasi yang sangat kuat saat ini, menunjukkan bahwa Pondok Pesantren memiliki nilai-nilai luhur dan bersifat membumi serta memiliki fleksibilitas tinggi seperti sopan santun, penghargaan dan penghormatan terhadap guru/Kiai dan keluarganya, penghargaan terhadap keilmuan seseorang, penghargaan terhadap hasil karya ulama-ulama terdahulu, yang tetap dipegang teguh oleh sebagian masyarakat kita.
Salah satu satu yang menarik dari Pesantren adalah masing-masing pesantren memiliki keunikan tersendiri. Peranan tradisi dalam masyarakat sekitarnya menjadikan pesantren sebagai lembaga yang penting untuk diteliti. Keunikan tersebut ditandai dengan banyaknya variasi antara pesantren yang satu dengan yang lainnya walaupun dalam beberapa hal dapat ditemukan kesamaan-kesamaan umumya. Variasi tersebut dapat
4
Sindu Golba, Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), 1. 5
M. Shulthon Masyhud, Manajemen Pondok Pesantren (Jakarta: Diva Pustaka, 2005), 1. 6
Departemen Agama, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah (Jakarta: Departemen Agama, 2004), 28.
(13)
4
dilihat pada variable-variabel struktural seperti pengurus pesantren, dewan kyai, dewan guru, kurikulum pelajaran, kelompok santri dan sebagainya. Jika dibandingkan yang satu dengan yang lain dan aliran yang satu dengan lainnya, akan diperoleh tipologi dan variasi yang ada dari dunia pesantren.
Secara garis besar, lembaga-lembaga pesantren dewasa ini dapat
dikelompokkan sebagai berikut:7
1. Pesantren Salaf yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab
Islam klasik sebagai inti pendidikan di pesantren. Sistem madrasah diterapkan untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran-pengajaran pengetahuan umum.
2. Pesantren Khalaf yang memasukkan pelajaran-pelajaran umum dalam
madrasah-madrasah yang dikembangkannya, atau membuka
pendidikan formal seperti sekolah-sekolah umum dalam lingkungan pesantren.
Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ini di dirikan pada tahun 1991 di dusun Tegal Sari Desa Pangkah Kulon Ujungpangkah oleh H. Abdillah Anas Anwar. Pada saat penelitian ini berlangsung lahannya masih berupa bebatuan cadas yang terletak di sebelah selatan dan sebelah utara dan timur pondok pesantren tersebut merupakan bentangan luas perkebunan milik masyarakat setempat. Karena banyaknya batu-batuan besar yang terdapat diantara sisi-sisi pondok tersebut maka pondok tersebut diberikan
7
(14)
5
nama Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo, makna yang tersirat dari penamaan tersebut adalah perkumpulan orang-orang yang selalu berkembang dan semakin kuat.
Nama Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ini bukan berarti batu yang bodoh seperti anggapan masyarakat pada umumnya, melainkan maknanya adalah dikatakan “watu” karena pada sekitar pondok tersebut terdapat batu besar yang keras, dan tidak sedikit orang yang datang ke pondok tersebut adalah orang-orang yang berhati keras serta iman yang lemah. Sedangkan “bodo” adalah dari istilah jawa yaitu ramai, yang dimaknai suci atau fitrah, seperti orang jawa mengatakan hari raya adala
bodo yang dalam istilahnya adalah kembali ke fitri.8
Jika dilihat secara fisik, pondok pesantren ini tidak terlihat seperti layaknya pondok pesntren kebanyakan. Sebab bangunan dari pondok pesantren ini hanya berupa joglo-joglo yang nampak tidak terawat. Dan kalau ditelisik lebih lanjut lagi, pondok pesantren ini juga memiliki seorang kiai yang memiliki ciri yang berbeda dengan kiai-kiai pada umumnya. Diantaranya beliau tidak memakai alas kaki, selalu mengenakan pakaian hitam terutama pada saat melakukan ritual tarekatnya, dan beliau juga berambut panjang.
Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo juga dikenal sebagai pondok pesantren rehabilitasi. Rehabilitasi adalah pemulihan kembali keadaan
8
(15)
6
semula.9 Seseorang yang ingin sembuh atau ingin memulai kehidupan
yang dulunya pernah berbuat buruk di lingkungannya. Karena faktor ingin sembuh inilah maka orang itu perlu direhabilitasi, maka pengertian dari rehabilitasi sendiri merupakan sebuah proses penyembuhan.
Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo menangani santri-santri yang terganggu kejiwaannya, anak-anak muda yang terjerumus dalam hal
negatif yang suka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syari’at
Islam, seperti minum-minuman keras, menkonsumsi obat-obatan terlarang. Yang oleh khalayak umum selalu di anggap sebagai sampah masyarakat, dan keberadaan dari mereka hanya dipandang sebelah mata saja. Namun di pondok pesantren ini ada juga kaum muda yang yang terganggu akal pikirannya yang disebabkan oleh adanya tekanan batin yang tidak bisa diselesaikan. Selain itu juga banyaknya masalah yang dihadapinya sehingga sulit untuk menyelesaikan masalah yang ada, berakibatkan pikiran yang dialami sedikit terganggu. Sebenarnya dalam kehidupan yang di alami oleh santri yang ada di pondok ini tidak semuanya
berkepribadian buruk.10
Dari uraian tentang pesantren yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti menulis kajian tentang “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren
Pendopo Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik (1991-2015)”.
9
Kamisa, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Kartika,1997), 446.
10
(16)
7
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang di uraikan di atas, peneliti merumuskan permasalahan yang akan menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah awal berdirinya Pondok Pesantren Pendopo Watu
Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik?
2. Apa saja aktivitas di dalam Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo
Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik?
3. Bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo
Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik (1991-2015)? C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah awal berdirinya Pondok Pesantren Pendopo
Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik.
2. Untuk mengetahui aktivitas yang ada di Pondok Pesantren Pendopo
Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik.
3. Untuk mengetahui perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu
Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik (1991-2015). D. Kegunaan Penelitian
Mengenai kegunaan penelitian tentang sejarah perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ialah:
(17)
8
1. Agar dapat memberikan kontribusi dalam bidang ilmiah, baik dalam
bidang pendidikan maupun bidang sosial.
2. Untuk menambah wawasan dan pengalaman baru yang nantinya dapat
menjadikan sebagai acuan dalam meningkatkan proses belajar sesuai dengan disiplin ilmu agama.
3. Untuk memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam
program Strata Satu (S1) pada jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) di fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya.
E. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Menurut Sartono Kartodirjo, penggambaran kita mengenai suatu peristiwa sangat bergantung pada pendekatan, yaitu dari segi mana kita memandangnya, dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang
diungkapkan, dan sebagainya.11 Dengan pendekatan tersebut maka akan
memudahkan penulis untuk mengetahui bahwa ilmu sosial sebagai ilmu bantu dalam sejarah.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa pendekatan. Pertama pendekatan historis, yang menjelaskan tentang sejarah perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik (1991-2015).
Di dalam kajiannya studi kritis memperluas daerah pengkajiannya dengan menggunakan metodologi baru seperti pendekatan ilmu sosial.
11
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (Jakarta: Gramedia, 1993), 4.
(18)
9
Sehingga terbukalah kemungkinan untuk melakukan penyorotan aspek atau dimensi baru dari berbagai gejala sejarah. Pada umumnya yang menjadi fokus perhatian sejarawan dengan pendekatan ilmu sosial
dapatlah berjalan dengan kerangka struktural.12
Selain itu penulis juga menggunakan teori continuity and change
yang dinyatakan oleh Zamakhsyari Dhofier. Teori continuity and change
menguraikan secara rinci masalah-masalah kesinambungan ditengah perubahan yang terjadi di pesantren. Perubahan akan terjadi ketika tradisi baru yang datang mepunyai kekuatan dan dorongan yang kuat yang telah ada dan baik sebelumnya. Jika tradisi baru yang datang mempunyai kekuatan dan daya dorong yang kuat, dibanding tradisi -tradisi yang telah ada dan mapan sebelumnya. Akan tetapi perubahan yang terjadi tidak akan serta merta terputus begitu saja dari tradisi keilmuan yang lama yang telah ada sebelumnya. Masih ada kesinambungan yang berkelanjutan dengan tradisi keilmuan yang lama, meskipun telah muncul paradigma
baru.13 Dengan menggunakan teori continuity and change diharapkan
dapat mengungkap perubahan yang terjadi di dalam Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik.
Penulis juga menggunakan teori behavioral disorders yang
dinyatakan oleh B.F. Skinner. Teori behavioral disorders ini
dikonseptualisasikan sebagai perilaku manusia yang mengalami masalah-masalah yang berat. Seperti adanya gangguan jiwa, stres, depresi,
12
Djarwanto, Pokok-Pokok Metode Riset dan Bimbingan Tiknis Penelitian Skripsi (Jakarta: Liberty, 1990), 11.
13
(19)
10
kekalutan, kecemasan, dan masalah-masalah lain yang dialami manusia dalam kehidupan sehari-hari. Teori behavioral ini menjelaskan nilai moral dan norma dengan memberikan hukuman perilaku yang tidak sesusai serta menggunakan positif reinforcement untuk memperkuat perilaku yang
sesuai.14Di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ini bentuk penanganan
yang lebih ditekankan untuk proses penyembuhan para santri ini adalah harus mengikuti kegiatan sholat berjamaah dan istighosah yang dilakukan setiap hari. Agar para santri yang terganggu kejiwaan dan para santri yang kecanduan narkoba itu menjadi lebih tenang dalam batin diri para santri. F. Penelitian Terdahulu
Sebagaimana bahan rujukan dari penelusuran yang terkait dengan tema yang diteliti, peniliti berusaha untuk mencari referensi hasil penilitian yang dikaji oleh peneliti terdahulu sehingga dapat membantu peneliti dalam mengkaji tema yang diteliti. Diantara hasil penelitian yang telah dilakukan aoleh beberapa peneliti yaitu:
1. Skripsi yang di tulis oleh Shofatul Khiyaroh Ana, yang berjudul
“Tasawuf Abah Dillah Pengasuh Pondok Pesantren Watu Bodo
Ujungpangkah (Ritual Dan Aktifitas Sosial)”, tahun 2015 (UIN Sunan
Ampel Surabaya). Skripsi ini menjelaskan tentang perilaku tasawuf Abah Dillah adalah suatu perilakunya yang dianggap nyeleneh dari yang lain yaitu tidak pernah memakai alas kaki, yang mana perilaku
tersebut didasarkan pada Al-Qur’an surat Thaha ayat 11-12 dan beliau
14
Ali Ranim, “Pengertian Teori Behavioral”, dalam http:/www.aliranim.blogspot.co.id/2014 /11teori-behavioristik-bf-skinner-dalam-operant.html?m=1 (22 Apri 2016)
(20)
11
juga ingin menjalani hidupnya dengan segala kesederhanaan yaitu tidak neko-neko. Perilaku beliau ini memberikan pengaruh besar terhadap masyarkat yaitu pengaruh positif dalam bidang sosial, serta keagamaan dalam Wilayah tersebut dan sekitarnya.
2. Skripsi yang ditulis oleh Jainul, yang berjudul “H. Abdillah Anas Dan
Pola Kepemimpinannya (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Watu
Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik)”. Skripsi ini
menjelaskan tentang model kepemimpinan dari seorang pemimpin yaitu H. Abdillah Anas tersebut, yang mana dalam karya tersebut
menjelaskan bahwa dalam menerapkan pelaksanaan
kepemimpinannya, H. Abdillah Anas menganut trilogy Tut Wuri Handayani yang di populerkan oleh Ki Hajar Dewantara. Yaitu sikap
dermawan, sederhana dan welas asih serta membela yang lemah
menjadi tolak ukur untuk mengembangkan pondok pesantren Watu Bodo tersebut. Dalam kepemimpinannya H. Abdillah Anas juga mengalami beberapa kendala dalam pelaksanaan kepemimpinannya. Akan tetapi kendala yang dirasakan tidak terlalu rumit dan tidak berpengaruh besar terhadapnya.
Dari topik hasil penelitian yang telah di kemukakan diatas, belum ada yang memfokuskan tentang sejarah perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik (1991-2015).
(21)
12
G. Metode Penelitian
Dalam merekonstruksi sejarah, penulis menggunakan metode penelitian sejarah. Metode tersebut dibagi menjadi empat tahap yaitu:
heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.15
Untuk lebih jelasnya akan diterangkan proses metode ilmiah ini sebagai berikut.
1. Heuristik
Heuristic berasal dari bahasa Yunani Heuriskein artinya sama
dengan to find yang berarti tidak hanaya menemukan, tetapi mencari
dahulu. Pada tahap ini penulis melakukan kegiatan pada penjajakan, pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber yang akan diteliti, baik yang terdapat di lokasi penelitian, temuan benda maupun sumber lisan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua cara untuk mencari dan menemukan sumber sejarah, yaitu:
a. Sumber primer, di antaranya adalah:
1) Dokumen merupakan data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda, dan sebagainya. Selain memperoleh
15
Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (Jakarta: YayasanIdayu, 1978), 36.
(22)
13
sumber lisan, penulis juga memperoleh sumber dokumen dan arsip-arsip berupa tulisan, gambar, maupun buku tentang sejarah Pondok Pesantren Watu Bodo.
2) Sumber lisan (Oral History) dari KH. Abdillah Anas. Dan
wawancara juga akan dilakukan kepada sebagian orang yang layak dan dapat dipercaya serta orang-orang yang dekat dengan KH. Abdillah Anas untuk memperoleh kebenaran data yang diperlukan penulis dalam penulisan ini.
b. Sumber sekunder, dimana penulis menggunakan buku-buku yang
relevan dengan permasalahan penulis ini.
2. Kritik Sumber
Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukanlah sembarang sumber, akan tetapi sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilai
melalui kritik ekstern dan kritik intern. Dalam penulisan mengenai
sejarah perkembangan Pondok Pesantren Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik (1991-2015) penulis akan menganalisa secara mendalam terhadap sumber-sumber yang telah diperoleh baik primer ataupun sekunder melalui kritik intern dan eksteren untuk
(23)
14
mendapatkan keaslian dan kesahihan dari sumber-sumber yang telah didapat.
3. Interpretsi (penafsiran)
Adalah suatu usaha mengkaji kembali terhadap sumber-sumber yang ada. Kemudian sumber-sumber yang ada di bandingkan dan di simpulkan atau di tafsirkan. Interprestasi yang dikemukakan disini ada dua macam, yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan, sedangkan sintesis adalah menyatukan. Yang penulis lakukan dalam penulisan proposal ini adalah menguraikan sejumlah fakta yang diperoleh, kemudian menyatukan fakta-fakta dari beberapa sumber yang ditemukan kedalam suatu interprestasi yang menyeluruh.
4. Historiografi
Adalah cara penulisan atau pemaparan hasil penelitian laporan. Penulis menuangkan peneliti dari awal hingga akhir berupa karya
ilmiyah.16 Sedangkan dalam bukunya Nugroho Susanto menyatakan
Dalam hal ini, setelah penulis melewati tahapan-tahapan yang dikemukakan di atas, untuk selanjutnya penulis melakukan pemaparan atau pelaporan sebagai hasil penelitian sejarah yang membahas
16
(24)
15
tentang sejarah perkembangan Pondok Pesantren Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik (1991-2015).
H. Sistematika Bahasan
Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab pertama, Pendahuluan. Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika bahasan.
Bab kedua, bab ini menjelaskan tentang sejarah Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo mulai dari letak geografis pondokpesantren, sejarah berdirinya pondok pesantren, dan biografi pendiri pondok.
Bab ketiga, bab ini menjelaskan tentang aktifitas yang ada pada pondok pesantren mulai dari aktifitas pendidikan, aktifitas keagamaan, dan aktifitas khusus.
Bab keempat, bab ini menjelaskan tentang perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo mulai tahun 1991-2007, 2007-2015, dan tanggapan masyarakat terhadap Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo.
(25)
16
Bab kelima Penutup, bab ini merupakan pembahasan terakhir yang berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran.
(26)
17
BAB II
SEJARAH PONDOK PESANTREN PENDOPO WATU BODO PANGKAH KULON UJUNGPANGKAH GRESIK
A. Letak Geografis Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo
Yang dimaksud dengan letak geografis obyek penelitian adalah gambaran umum tentang letak dan kondisi pada tempat penelitian tersebut, yang mana dalam penelitian ini penulis mengambil sebuah penelitian di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo yang terletak di Dusun Tegal Sari Desa Pangkah Kulon. Dalam penelitian ini mempunyai letak geografis yang sangat menguntungkan, karena disekitar pondok terdapat lingkungan penduduk yang padat. Letak pondok pesantren ini mudah di cari, sebab memiliki dua tugu yang bertuliskan nama pondok pesantren yang berada di pinggir jalan.
1. Letak Desa
Desa Pangkah Kulon merupakan nama salah satu desa yang berada di kecamatan Ujungpangkah kabupaten Gresik. Desa Pangkah Kulon terletak di ujung paling utara kabupaten Gresik. Jarak antar desa Pangkah Kulon dengan kabupaten Gresik berkisar 12 km. Dengan adanya masyarakat yang hiterogen, maka mengakibatkan banyak perbedaan baik dalam ekonomi, sosial, dan sebagainya.
(27)
18
Sesuai dengan monografi desa Pangkah Kulon pada tahun 2015
luas desa Pangkag Kulon 1.909,8080 Ha.1
Adapun batas wilayah desa Pangkah Kulon adalah:
a. Sebelah utara berbatasan dengan laut Jawa.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan desa Karangrejo dan
Kebonagong kecamatan Ujungpangkah.
c. Sebelah timur berbatasan dengan desa Pangkah Wetan kecamatan
Ujungpangkah.
d. Sebelah barat berbatasan dengan desa Banyuurip kecamatan
Ujungpangkah.2
2. Letak Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo
Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo tepatnya terletak di wilayah bagian barat desa Pangkah Kulon. Lokasi pondok pesantren tersebut letaknya sangat srategis dan mudah dicari, sebab sebelum memasuki pondok pesantren tersebut terdapat dua tugu bertulisakan nama pondok pesantren tersebut.
3. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk desa Pangkah Kulon kecamatan Ujungpangkah yang tercatat sampai tahun 2015 berjumlah 8.153 orang, dengan rincian:
a. Laki-laki sebanyak 4.121 orang.
b. Perempuan sebanyak 4.032 orang.
1
Siswanto, Wawancara, Pangkah Kulon, 25 April 2016. 2
(28)
19
4. Mata pencaharian
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat desa Pangkah Kulon menekuni berbagai pekerjaan sebagai sumber mata
pencaharian, yaitu:3
a. Pegawai Negeri Sipil sebanyak 33 orang, dengan rincian (laki-laki
21 orang dan perempuan 12 orang).
b. POLRI sebanyak 2 orang.
c. Perawat sebanyak 7 orang.
d. Guru swasta sebanyak 224 orang.
e. Karyawan honorer sebanyak 690 orang.
f. Buruh migran sebanyak 199 orang.
g. Pedagang barang kelontong sebanyak 24 orang.
h. Peternak sebanyak 112 orang.
i. Petani/ buruh tani sebanyak 1158 orang.
j. Petani tambak/ nelayan sebanyak 1725 orang.
k. Sopir sebanyak 21 orang.
l. Tukang jahit sebanyak 15 orang.
m. Tukang kayu sebanyak 5 orang.
n. Tukang las sebanyak 3 orang.
o. Dukun tradisional sebanyak 5 orang.
p. Tidak mempunyai pekerjaan tetaap sebanyak 1094 orang.
3
(29)
20
5. Agama penduduk desa Pangkah Kulon
Penduduk desa Pangkah Kulon keseluruhan beragama Islam dengan jumlah 8.153 orang.
6. Lembaga pendidikan
Keberadaan lembaga pendidikan sangat diperlukan oleh
masyarakat, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Adapun lembaga pendidikan yang terletak di desa Pangkah Kulon
adalah sebagai berikut:4
a. TPQ/ TPA sebanyak 15 buah.
b. Taman Kanak-Kanak sebanyak 6 buah.
c. Sekolah Dasar sebanyak 5 buah.
d. Sekolah Menengah Pertama sebanyak 3 buah.
e. Sekolah Menengah Akhir sebanyak 3 buah.
f. Pondok pesantren sebanyak 1 buah.
g. Kursus modus sebanyak 1 buah.
B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo
Sejarah berasal dari istilah Arab yang berarti pohon. Sebuah pohon yang berawal dari akar, batang pohon, cabang, dahan, ranting, hingga pucuk dedaunan. Ada awal dan akrir, ada batas jelas sebuah mahluk dari sisi waktu. Begitupun Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo sebagai persembahan putaran sang waktu yang mengalami tempaan kondisi masyarakat dan semangat perjuangan para perintis dan tokoh-tokohnya.
4
(30)
21
Bagi masyarakat Dusun Tegal Sari Desa Pangkahkulon dan sekitar, Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ini tidaklah asing lagi. Pondok pesantren ini sudah berdiri 25 tahun yang lalu. Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo didirikan oleh KH. Abdillah Anas Anwar pada tahun 1991 di Dusun Tegal Sari, Desa Pangkah Kulon Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Saat itu kondisi lahannya masih merupakan bebatuan cadas dibagian selatan dan dibagian utara merupakan sawah dengan luas 1 Ha. Karena banyak batu-batu besar yang bertebaran di sana sini sehingga tempat tersebut dinamakan Watu Bodo dengan makna filosofinya adalah
perkumpulan orang-orang yang selalu berkembang dan kuat.5
Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ini awalnya berdiri karena KH. Abdillah Anas Anwar melihat seringnya anak-anak yang bermain disekitar rumahnya, kemudian beliau bertanya kepada anak-anak itu apakah mereka tidak mengaji atau belajar. Kemudian anak-anak itu menjawab tidak. Dari situlah kemudian beliau berinisiatif untuk mengajarkan ngaji dan belajar (bimbel) kepada anak-anak itu yang dibantu oleh beberapa pemuda di lingkungan sekitar. Dari situlah akhirnya lambat laun berdirilah sebuah pondok pesanren yang bernama Pendopo Watu
Bodo.6
Proses pembukaan lahan untuk dijadikan Institusi Pendidikan seperti sekarang ini melalui perjuangan keras, ketekunan tinggi, terutama oleh pendirinya sendiri, yaitu KH. Abdillah Anas Anwar. Dengan berbekal
5
Hamim, Wawancara, Pangkah Kulon, 26 Maret 2016. 6
(31)
22
keyakinan untuk mendirikan pendidikan formal dan non formal, hal ini terinspirasi oleh perjuangan Wali Songo terutama Sunan Ampel yang sangan peduli dengan masyarakat untuk mencerahkan Syiar Islam. Dengan demikian Watu Bodo mempunyai kiprah yang positif bagi Masyarakat Gresik, Jawa Timur maupun Indonesia.
Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ini juga pernah di hadiri oleh tokoh nasional, Bapak Bangsa sekaligus Presiden RI ke-4 Bapak KH. Abdur Rahman Wahid (Gus Dur) sebanyak 3 kali yaitu pada tanggal 23 Mei 2002, 12 Mei 2003, dan 01 Mei 2004. Selain itu juga seniman Nasional Iwan Fals mengadakan Konser Bertajuk Musik Religi pada
tanggal 17 Juni 2011.7
Dengan kehadiran para tokoh-tokoh nasional tersebut, Watu Bodo bisa berperan dan merubah masyarakat Gresik menjadi lebih baik sesuai dengan visi dari pendiri Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo yaitu terbukalah mata dan pikiranku dan misinya yaitu tanganku meraih apa yang dapat diraih.
1. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo
Pengasuh : KH. Abdillah Anas Anwar
Ketua : Muhammad Yusuf
Wakil Ketua : Fuad Muzaki
Sekretaris : Nyardi Hantoko
Bendahara : Bustanul Ilmi
7
(32)
23
Seksi-seksi:
a. Seksi PHBI / PHBN : 1) Ainul Atho’
2) Hidayatullah
b. Seksi Pendidikan : 1) H. Abdullah Badi’
2) Fatah Yasin
3) Al-Hakam
c. Seksi Kegiatan : Kegiatan Dhiba’iyah
1) Nyardi Hantoko
2) Liman Khosiyah
Kegiatan Manaqib 1) Moh. Yusuf
2) Mar’atus Sholihah
Kegiatan Al- Banjary 1) Edy Susanto 2) Nur Latifah 3) Moh. Supriyanto
Kegiatan Muhadhoroh 1) Isyatul Alaniyah 2) Budi Lestiono 3) Siti Zulaikhah
(33)
24
Kegiatan Suwelasan 1) Asfiyatul Khoiriyah 2) Syamsul Arif 3) Solihul Amin
d. Seksi Humas :1) Zainul Hasan
2) Fatah Yasin 3) Fuad Muzaki 4) Ainur Rofiq 5) Edi Susanto 6) Moh. Supriyanto
e. Seksi Keamanan : Keamanan Dalam Pondok
1) Ainul Atho’
2) Jhon Sulistiawan 3) Mustaqim
4) Idris Afandi 5) Budi Lestiono 6) Moh. Yusuf
Keamanan Luar Pondok 1) Ainul Humam
2) Ainun Na’im f. Seksi Sarana Prasarana : 1) H. Sadzali Ihsan
2) Fatah Yasin 3) Solihul Amin
(34)
25
g. Seksi Pembinaan Santri : 1) Hamim Thohari 2) Moh. Ukasa
3) Ainul Atho’
4) Budi Lestiono 5) Nyardi Hantoko 6) Bustanul Ilmi 7) Syamsul Arif
h. Seksi Kebersihan : 1) Budi Lestiono
2) Nyardi Hantoko 3) Moh. Supriyanto 4) Suhadi
5) A. Khoirul Huda 6) All Santri
i. Seksi Olahraga : 1) Syamsul Arif
2) Rozik 3) Ainur Rofiq 4) Anik
5) Ainul Atho’
6) Moh. Yusuf
C. Biografi KH. Abdillah Anas Anwar
Nama lengkap dari Abah Dillah adalah H. Abdillah Anas Anwar bin H. Anwar Kholil (Afid) bin H. Ghufron (Dahlan) bin Tafsiranom bin Sayid Mahali bin Sayid Abdur Rahman As Sambasi. Abah Dillah adalah
(35)
26
dilahirkan di Pangkah Wetang Ujungpangkah Gresik pada tanggal 10 Juni 1962 tepatnya di dusun Krajan. Ibunya bernama Hj. Maisaroh dan ayahnya bernama H. Anwar Kholil. Abah Dillah merupakan anak ke empat dari empat bersaudara. Beliau berasal dari keluarga yang sederhana, dengan didikan agama yang keras sehingga mampu memebentuk karakter seorang
Abah Dillah menjadi manuisa yang bermoral tinggi.8
Sejak kecil Abah Dillah sudah memiliki beberapa keistimewaan dibandingkan dengan saudara yang lainnya, yaitu kecerdasannya, sikap keberanian dan juga keterampilan praktis yaitu seperti berdagang, yang mana pada saat itu berdagang merupakan bagian besar dari mata pencaharian masyarakat Ujungpangkah. Perkembangan karakternya kini semakin terlihat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Dimana ia selalu berupaya dalam mengembangkan berbagai bidang seperti dalam bidang keagamaan kepada para santri dengan segala kemampuannya serta dalam mengemban tugas yang dibebankan kepadanya.
Terwujudnya karakter yang sedemikian tidak berarti bahwa Abah Dillah telah menyelesaikan pendidikannya hingga perguruan tinggi sebagaimana pada zaman sekarang. Pada masa belajarnya dulu Abah Dillah tidak tamat dalam pendidikan formalnya meskipun itu dalam tingkatan pertengahan atau Madrasah Tsanawiyah, akan tetapi Abah Dillah telah menejaljahi berbagai pondok pesanter yang ada di Jawa Timur bahkan sampai ke Jawa tengah untuk belajar mendalami agama yang
8
(36)
27
bertujuan agar bisa mendekatkan diri kepada allah hinga merasa sedekat
mungkin.9
Sepulangnya dari menjajaki berbagai pesantren, ia kemudian perlahan mampu mendirikan sebuah pondok pesantren yang mana pondok Tersebut ialah Pondok Pesantren Watu Bodo yang dikelolahnya sendirian dengan beberapa santri yang ikut belajar di pondok tersebut.
Abah Dillah merupakan seseorang yang berpegang pada ajaran Tasawuf. Dimana Tasawuf merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana mendekatkan diri kepada Allah. Dalam pandangan Abah Dillah tasawuf diartikan sebagai suatu perjalanan yang disebut dengan semedi atau bertafakkuur. Tasawuf juga diartikan sebagai perjalanan dalam nikmatnya menikmati hidup, seperti ketika berada di suatu tempat yang sangat ramai dan penuh kemewahan tidak pernah merasa ramai dan mewah, dan apabila sedang menyendiri seperti sedang bertafakkur atau sedang berdiam di dalam masjid atau tempat tertentu juga tidak merasakan kesepian. Artinya bahwa bahwa hidup ini sangat sederhana dan biasa-biasa saja dimanapun kita berada, yaitu dengan satu
tujuan yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT.10
Abah Dillah memiliki perilaku ataupun ciri-ciri yang merupakan karakteristiknya yitu berbeda dengan lainnya, diantaranya tidak memakai alas kaki. Alasan yang dikemukakan oleh seorang Abah Dillah tidak memakai alas kaki adalah sangat singkat, yaitu bahwa Abah Dillah tidak
9
Yusuf, Wawancara, Pangkah Kulon, 10 April 2016. 10
(37)
28
ingin berpola hidup yang neko-neko, beliau mengatakan bahwa kebiasaan
yang seperti itu adalah bagian kesederhanaan dalam hidupnya, karena menurutnya Islam itu mengajarkan kesederhanaan. Selain alasan tersebut, beliau juga mengatakan bahwa beliau tidak memakai alas kaki karena mengatakan bahwa seisi bumi ini adalah suci, terkecuali jika memang benar-benar terlihat najis maka harus dihindari. Semua yang terdapat di Bumi ini dianggap suci karena najis pun terdiri dari beberapa macam, jika
najis itu tidak nampak atau ‘ainiyahnya ataupun mugholadloh dan
mukhofafah, maka semuanya itu dianggap suci. Sebuah prilaku yang
dirasa cukup aneh dan tidak biasanya dilakukan oleh para kiai pada umumnya. Akan tetapi hal tersebut bisa menjadi sebuah pelajaran penting dan memberikan manfaat bagi para santri khususnya dan para masyarakat sekitarnya yaitu, mereka mengetahui bahwa tujuan manusia hidup adalah mendekatkan diri kepada Allah. Bukan berarti bahwa para santri atau masyarakkat tersebut mengikuti Abah Dillah tidak memakai alas kaki, tapi
mereka jadi lebih mengerti dari tujuan hidup di dunia ini.11 Namun saat ini
jika beliau bepergian jauh, beliau memakai alas kaki.
Dimana ia mengatakan bumi ini suci adalah berdasarkan pada
cerita kisah Nabi Musa a.s ketika menerima wahyu di bukit Thuwa, yang
mana pada saat itu sebelum Nabi Musa menginjakkan kaki di lembah tersebut beliau mendapatkan perintah yaitu seruan untuk melepaskan alas
11
(38)
29
kakinya, karena sesungguhnya bumi ini suci. Sebagaimana telah dijelaskan
dalam Al-Qur’an Surat Thaha ayat 11-12:
س م ا د ن اهاتأ املف
)١١ (
دا لاب كنإ ك لعن علخاف كبر انأ نإ
ً ط سدقملا
)١١ (
Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: "Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tinggalkanlah kedua
terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci, Thuwa”.12
Ciri lain pada diri Abah Dillah yaitu selalu mengenakan pakaian hitam terutama pada saat melakukan ritual tarekatnya. Alasan berpakaian tersebut sebagaimana dalam cara berpakaiannya adalah Abah Dillah berpakaian hitam ini meneladani sikap dari Sunan Kali Jaga yang merasa bahwa dirinya masih penuh dengan dosa. Dan pakaian hitam ini merupakan pakaian yang netral, artinya semua bisa bergabung tanpa memilih antara yang satu dan yang lain.
Kemudian ia juga suka berambut panjang, seperti berbaju hitam, bahwa rambut panjang baginya adalah salah satu cara untuk melatih kesabaran yaitu dimulai dengan merawat dirinya sendiri, karena baginya berambut panjang tidaklah mudah, melainkan penuh kesabaran dalam
merawatnya, seperti mebersihkan dan menyisirnya.13 Namun pada saat ini
rambut Aba Dillah yang dulunya panjang, sekarang sudah dipotong. Dan sekarang panjang rambutnya hanya sebahu.
12
Al-Qur’an, 20 (Thaha): 11-12. 13
(39)
30
Aba Dillah adalah sosok orang yang berjuang di jalan Allah SWT, akan tetapi beliau berjuang dengan cara yang berbeda dengan kiyai yang lain, maksudnya berbeda dengan yang lain adalah beliau berjuang dengan cara selain menanamkan cinta terhadap Allah SWT, akan tetapi beliau juga secara tidak langsung menanamkan pesanpesan moral bagi warga sekitar khususnya bagi santrinya dan masyarakat yang ada di daerah yang lain.
Dalam beribadahnya Abah Dillah terkenal sebagai sosok yang kuat dalam beribadah, meskipun sholat ataupun kegiatan keagamaan yang lain dilakukan sama seperti orang pada umumnya, akan tetapi ketika malam beliau jarang tidur, sering bahkan hampir setiap hari beliau berada pada tempat yang memang dibuatnya khusus untuk beri’tikaf, baik itu saat pagi, siang maupun sore. Yang jelas ketika malam beliau selalu berada ditempat tersebut untuk melakukan pendekatan kepada Allah, kecuali ketika ada
keperluan di luar kota ataupun di luar negeri.14
14
(40)
31
BAB III
AKTIFITAS PONDOK PESANTREN PENDOPO WATU BODO PANGKAH KULON UJUNGPANGKAH GRESIK
A. Aktifitas Pendidikan
Pesantren merupakan suatu lembaga pendidikan yang kegiatannya di lakukan sepanjang hari. Santri tinggal di asrama suatu kawasan dengan Kiai, Guru, dan Senior mereka. Oleh karena itu, hubungan yang terjalin antara mereka di bidang pendidikan berjalan intensif, tidak sekedar hubungan formal antara pengasuh, uztad, santri di dalam kelas. Dengan demikian kegiatan pendidikan berlangsung sepanjang hari, dari pagi hingga malam hari.
Sistem pendidikan yang seperti ini banyak membawa keuntungan bagi sebuah pesantren. Saat terdapat perilaku santri baik yang terkait dengan upaya pengembangan intelektualnya maupun kepribadiannya. Keuntungan kedua, adanya proses pembelajaran dengan frekuensi yang tinggi dapat memperkokoh pengetahuan yang di terimanya. Dan keuntungan yang ketiga, yaitu adanya proses pembiasaan akibat interaksi setiap saat baik santri dengan santri, santri dengan ustadz, dan santri
dengan kiai.1
1
Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Insituisi (Jakarta: Erlangga, t.th), 64.
(41)
32
Pada sebuah lembaga pesantren, kiai mempunyai otoritas yang sangat besar, memiliki kebebasan dalam menemukan suatu kebijakan dan melakukan pilihan-pilihan. Sistim pendidikan pesantren dengan demikian sangat bergantung pada selera kiainya. Maka lembaga pendidikan pesantren memilik kebebasan yang tidak harus mengikuti standarisasi
kurikulum yang ketat.2
Metode pengajaran yang di gunakan oleh Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ada empat macam, yaitu:
1. Metode Sorogan, Sorogan berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti
menyodorkan bacaan, sebab santri secara bergilir menyodorkan bacaan kitabnya di hadapan Ki ainya atau penggantinya. Pendalaman seperti ini di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo di laksanakan setelah subuh. Setiap lima santri di komandani oleh satu guru (Kiai),
santri yang membaca Al-Qur’an guru yang menyimak dan
membetulkan bila ada bacaan yang salah. Dan begitu pula pada bacaan pada kitab kuning lainnya.
2. Metode Wetonan, dimana seorang Kiai membacakan secara urut,
sehingga santri mengikuti dan member catatan pada kitab dengan bahasa Arab dan bahasa Pegon ( bahasa Jawa yang di tulis dengan angka Arab), dengan maksud agar bisa membantu santri dalam
mempelajari lebih lanjut isi kitab yang telah dipelajari.3
2
Ibid., 67. 3
Haidar Putra Daulay, Historitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah (Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya, 2001), 8.
(42)
33
3. Metode Bandongan atau Kahalaqoh, yaitu dimana Kiai membaca
suatu kitab dengan menerjemahkannya, kemudian santri
mendengarkan dan menyimak kitabnya masing-masing, kemudian membaca arti kata dan keterangannya. Dalam metode Bandongan ini, para santri memperoleh kesempatan untuk bertanya atau meminta penjelasan lebih lanjut atas keterangan Kiai.
4. Metode Mudzakaroh adalah metode yang di gunakan untuk mengasah
otak santri dengan cara membahas masalah Diniyah seperti Aqidah, Ibadah, dan masalah agama pada umumnya. Metode ini dapat membangkitkan semangat intelektual santri. Mereka diajak berfikir ilmiah dengan menggunakan penalaran-penalaran yang di sandarkan
pada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta kitab-kitab klasik.
Pendidikan yang di ajarkan di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo berupa pendidikan non formal, yakni madrasah diniyah. Dimana pendidikan ini dilaksanakan setiap selesai shalat maghrib. Adapun
kitab-kitab yang di pergunakan yakni:4
No Bidang Studi Kitab
1 Fiqih 1. Fathul qorib
2. Fathul mu’in 3. Riyadhul badi’ah
4. Tausyeh
4
(43)
34
2 Nahwu 1. Imrithi
2. Al-Fiyah
3. Jurumiyah
3 Shorof 1. Nidhamul Maqsud
2. Tasrif Isthilahi
4 Tauhid 1. Jawahirul kalmiyah
2. Aqidatul awam
5 Tajwid 1. Hidayatul mustafid
2. Syifa’ul jinan
6 Akhlak 1. Akhlaqul banin
2. Taisirul kholaq
3. Ihya’ ulumuddin 4. Taklimul muta’alim
7 Tafsir 1. Tafsir jalalin
2. Ayatul ahkam
JADWAL PELAJARAN MADIN AN-NADWA5
Kelas Ula I
Wali Kelas : Budi Lestiono
No. Ustadz / Ustadzah Hari Mata Pelajaran
1 Samsul Arif Jum’at Tajwid
2 Abdul Mutim Sabtu Feqih
3 Budi Lestiono Ahad Pego
4 Izatun Nisa’ Senin Tauhid
5
(44)
35
5 Tati Inayah Selasa Akhlaq
6 Abdul Mutim Rabo Tafsir
Kelas Ula II
Wali Kelas : Hamim Tohary
No. Ustadz / Ustadzah Hari Mata Pelajaran
1 Solihul Amin Jum’at Tauhid
2 Hamim Tohary Sabtu Tajwid
3 H. A. Badi’ Ahad Feqih
4 Abdul Mutim Senin Tafsir
5 Fahrun Nisa’ Selasa Ahklaq
6 Moh. Yusuf Rabo Nashor
Kelas ula III putri Wali Kelas : M. Rizal Firdi
No. Ustadz / Ustadzah Hari Mata Pelajaran
1 Zainul Hasan Jum’at Tajwid
2 H. A. Badi’ Sabtu Feqih
3 Nyardi haantoko Ahad Ahklaq
4 Fata Yasin Senin Nashor
5 Hj. Najiatul Faizah Selasa Feqih Wanita
6 M. Rizal Firdi Rabo Tauhid
Kelas ula III putra Wali Kelas : Zainul Hasan
No. Ustadz / Ustadzah Hari Mata Pelajaran
1 M. Rizal Firdi Jum’at Tauhid
2 Hidayatullah Sabtu Ahklaq
3 Zainul Hasan Ahad Tajwid
4 H. A. Badi’ Senin Feqih
5 Fata Yasin Selasa Nashor
(45)
36
B. Aktifitas Sosial Keagamaan
Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo adalah salah satu pondok pesantren yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Desa Pangkah Kulon dan sekitarnya. Dalam kegiatan (aktifitas) sosial keagamaan yang sudah terprogram ini tentunya sama dengan apa yang dilakukan oleh pondok pesantren yang lainnya, tidak lain yaitu sebagai salah satu alternatif dalam upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di Indonesia.
Dalam hal ini, menurut pandangan masyarakat, aktifitas sosial
keagamaan sangatlah berpengaruh bagi keberlangsungan hidup
masyarakat baik dalam lingkup sempit maupun luas, karena pada dasarnya di dalam kehidupan bermasyaraka yang dibutuhkan adalah kese’imbangan hidup baik secara sosial maupun moral dan dengan bekal keimanan yang
tinggi (Kokoh).6
Kehadiran Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo degan program yang di suguhkan dalam kehidupan masyarakat Pangkah Wetan dan sekitarnya ternyata sangat membawa dampak yang positif bagi masyarakat tersebut, terutama dalam bentuk sosial keagamaan. Sesuai dengan data yang diperoleh oleh penulis, maka penulis akan sedikit mendiskripsikan aktifitas sosial keagamaan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan santri pondok dan masyarakat, yaitu sebagai berikut:
1. Dzikir
6
(46)
37
Dzikir merupakan suatu ibadah yang sangat mulia dan begitu dianjurkan. Keutamaan dan nilai dari ibadah begitu besar dan beragam. Bahkan dapat disimpulkan bahwa sangat tidak sebanding antara upaya dan energi yang dikeluarkan untuk melakukan ibadah dzikir dengan keutamaan yang disediakan. Sesungguhnya dzikir merupakan bentuk ibadah yang sangat mudah, dimana dzikir tidak begiitu banyak memerlukan upaya dan pengorbanan besar.
Dzikir adalah suatu ibadah yang sangat mulia, dan itu pula yang dilakukan di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo, tidak ada perbedaan antara dzikir kita dengan dzikir yang dilakukan di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo baik dari segi ucapan, pelafalan bahkan tulisan-tulisan itu juga sering kita baca baik ketika sholat, ketika kita berdo’a, semunya sama akan tetapi setiap dzikir mempunyai tujuan yang sama yakni mendekatkan kita terhadap sang
khaliq atau sang pencipta yakni Allah SWT.7
Dzikir yang ada di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ini dilakukan secara terus menerus atau setiap waktu, tetapi ada sebuah ritual khusus yang dilakukan pada setiap bulan dan di tepatkan pada malam sebelas pada setiap bulan hijriyah dan itu dilakuan sudah berlangsung lama, pada saat itu semua baik santri pondok atau masyarakat sekitar semua berbondong-bondong untuk melakukan kegiatan tersebut. Itu pun juga bukan dari warga sekitar saja, akan
7Mar’atus, Wawancara,
(47)
38
tetapi banyak juga orang yang dari luar daerah datang untuk menghadiri acara istighosah tersebut. Padahal sebelumnya tidak ada yang memberitahu atau memberi pengumuman, mungkin karena kahrisma dari pengasuh Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo lah yang menuntun orang-orang yang di luar daerah luar kecamatan ujung pangkah untuk ikut andil dan berdzikir bersama beliau. Tidak tertutup kemungkinan semua kiai datang untuk menghadiri acara tersebut bahkan bukan hanya itu orang yang selevel menteri ada juga yang datang pada acara tersebut.
Berdzikir dianjurkan bagi setiap muslim untuk lebih mendekatkan kepada Allah swt. Sesuai dengan firman Allah Surat Thaha Ayat 14:
ا أ ي إ
ي ك ل اصلا مقأو ي ع ف أ اإ هلإ ا َ
( ٤١ (
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku”.8
2. Istighasah
Istighasah merupakan salah satu kegiatan yang bersifat sosial
spiritual. Tujuannya adalah untuk merekatkan hubungan sesama jama’ah dan sekaligus untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Itighasah juga dapat di artikan memohon pertolongan dari Allah SWT untuk terwujudnya sebuah “keajaiban” atau sesuatu yang paling
8
(48)
39
tidak dianggap dan paling tidak mudah untk diwujudkan. Seperti yang
tersirat dalam al-qur’an surat Al-Anfal ayat 9 yang berbunyi:
كئا لا م فلأب مك م ي أ مكل جتس ف مكب وثيغتست إ
يفد م
) ٩ (
Artinya: (ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu,lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat
yang datang berturut-turut”.9
Istighasah pada dasarnya merupakan ajaran dasar dari para ulama’ terdahulu, khususnya para Ulama’-ulama’ Nahdliyin. Karena di dalamnya terkandung kalimat-kalimat suci, maka banyak diantara kita menjadikan istighasah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
Kaitannya dengan hal ini, Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo mengambil langkah yang tepat untuk dapat berinteraksi dengan santri dan masyarakat. Hal ini tentu didasarkan pada kebutuhan santri dan masyarakat akan siraman rohani dari seorang guru spiritual ataupun berasal dari sebuah komunitas, dalam hal ini adalah Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo. Sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat akan adanya kegiatan tersebutm baik secara dhohiriyah maupun secara bathiniyah.
9
(49)
40
Kegiatan Istighasah yang dijalankan di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo tidak terbatas pada pembacaan ayat atau kalimat suci saja.
Akan tetapi ada juga kegiatan barzanjen, diba’aan hingga
manaqiban.10
3. Peringatan hari besar Islam
Peringatan hari besar Islam adalah merupakan agenda Tahunan
yang dilakukan oleh umat Islam secara Universal. Jika kita melihat
Pada pelaksanaan kegiatan ini, partisipasi yang di tunjukkan oleh seluruh Umat Islam di semua penjuru, terutama umat Islam di Indonesia sangatlah meriah. Akan tetapi bukan kemeriahan yang menjadi perhatian utama. Namun lebih dari itu, kegiatan peringatan hari besar Islam dilaksanakan dengan tujuan untuk memeberikan uswatun khasanah kepada siapapun untuk lebih mengenal ajaran
agama Islam beserta kebudayaannya.11
Berkenaan dengan hal tersebut, Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo turut serta berperan untuk menjadikan peringatan-peringatan hari besar Islam tersebut sebagai bagian dari dakwah Islam yang pada akhirnya dapat menghasilkan mutu yang baik bagi umat Islam, khususnya di daerah Pangkah Kulon. Kegiatan-kegiatan tersebut biasanya meliputi, perayaan Idul Fitri, Idul Adha, tahun baru Islam, maulid Nabi, Isro’ Mi’roj dan sebagainya.
10
Hamim, Wawancara, Pangkah Kulon, 12 Mei 2016. 11Atho’, Wawancara,
(50)
41
4. Jam’iyah yasiin dan tahlil
Jam’iyah ini adalah sebagai sebuah aktifitas membaca surat yasiin dan tahlil yang di lakukan oleh santri Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo dengan lingkungan masyarakat secara berjamah. Kegiatan ini dilaksanakan di pendopo pondok pesantren sebagai rutinitas
dengan di pimpin oleh santri pondok pesantren secara bergantian.12
Secara spiritual kagiatan baca surat yasin dan tahlil dengan berjamah dianggap masyarakat sebagai kegiatan yang membawa berkah, disatu sisi lain juga mempunyai dasar tujuan yaitu sbagai berikut:
a. Menambah rasa keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. b. Agar terjalinnya tali silaturrahim antar sesama muslim terutama
komunitas Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo dengan masyarakat Pangkah Kulon dan sekitarnya.
c. Dan juga, sebagian masyarakat beranggapan bisa meringankan permasalahan-permasalahan yang dianggap krusial terutama
masalah ekonomi.13
5. Jam’iyah khotmil Qur’an
Jam’iyah ini merupakan jam’iyah yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo dengan warga masyarakat sekitar Pangkah Kulon yang bertempat di Masjid desa setempat. Jam’iyah ini merupakan jam’iyah rutinan yang dilaksanakan pada hari
12Mar’atus, Wawancara,
Pangkah Kulon, 09 Mei 2016. 13
(51)
42
Jum’at Legi. Teknis yang digunakan dalam pelaksanaan Khotmil Qur’an yaitu pertama: Tawasul yang dipimpin oleh Abah Dillah sebagai pengasuh Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo dan juga tokoh agama di masyarakat. kemudian dilanjutkan dengan pembacaan awal hingga akhir secara bergiliran dan di tutup dengan Do’a.14
6. Wisata religi dan ziarah
Kegiatan ini pada umumnya di ikuti oleh seluruh santri dan masyarakat disekitar pesantren. Kegiatan ziarah ini dilakukan di makam para auliya’, seperti walisongo dan yang lainnya. Dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui
kegiatan yang bersifat jama’ah. Artinya, melalui kegiatan jama’ah ini
para ulama’ atau Kyai, secara individu maupun secara kelembagaan, dan atas nama pesantren dapat berpartisipasi aktif dalam pembentukan moral sosial keagamaan umat. Sehingga hasil yang didapatkan dalam
pembinaan akhlak, moral sosial keagamaan bisa menjadi
kemaslahatan bagi umat Islam.15
7. Bakti sosial terhadap lingkungan
Pengabdian pondok pesantren kepada umat tentu tidak terbatas dalam hal ibadah shar’iyah. Terlepas dari hal-hal shar’iyah, pesantren juga memiliki tugas, peran dan fungsi penting dalam pembinaan batiniyah para santri dan umat Islam yang berada di sekitar pondok pesantren. Namun, aspek yang paling penting dalam kehidupan
14
hidayatullah, Wawancara, Pangkah Kulon, 20 Mei 2016. 15
(52)
43
bermasyarakat adalah pengabdian terhadap masyarakat yang disertai dengan uswatun khasanah, dalam hal ini Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo lebih menekankan pada aspek sosial keagamaan yang terwujud dalam kegiatan bakti sosial.
Kegiatan bakti sosial yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo yakni kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar, diantaranya adalah membersihkan pemakaman umum, membersihkan selokan atau saluran air. Hal ini tentu sesuai dengan prinsip umat Islam yang berbunyi bahwa kebersihan adalah sebagian
dari keimanan.16
C. Aktifitas Khusus
Aktifitas khusus di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo merupakan sebuah aktifitas yang tidak dimiliki oleh pondok pesantren pada umumnya. Dimana dalam pondok pesantren ini memiliki sebuah aktifitas yang dinamakan sebagai pondok pesantren rehabilitasi.
Rehabilitasi memiliki artian pemulihan kembali keadaan semula. Seseorang yang ingin sembuh atau ingin memulai kehidupan yang dulunya pernah berbuat buruk di lingkungannya. Karena faktor ingin sembuh inilah maka orang itu perlu direhabilitasi, maka pengertian dari rehabilitasi sendiri merupakan sebuah proses penyembuhan.
Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo menangani santri-santri yang terganggu kejiwaannya, anak-anak muda yang terjerumus dalam hal
16Mar’atus
(53)
44
negatif yang suka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syari’at
Islam, seperti minum-minuman keras, menkonsumsi obat-obatan terlarang. Yang oleh khalayak umum selalu di anggap sebagai sampah masyarakat, dan keberadaan dari mereka hanya dipandang sebelah mata saja. Namun di pondok pesantren ini ada juga kaum muda yang yang terganggu akal pikirann ya yang disebabkan oleh adanya tekanan batin yang tidak bisa diselesaikan. Selain itu juga banyaknya masalah yang dihadapinya sehingga sulit untuk menyelesaikan masalah yang ada, berakibatkan pikiran yang dialami sedikit terganggu. Sebenarnya dalam kehidupan yang di alami oleh santri yang ada di pondok ini tidak semuanya berkepribadian buruk.
1. Sejarah Awal Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Sebagai
Tempat Rehabilitasi
Dimulai dari tahun 1995, Abah Dillah kedatangan pasien pemakai dan pecandu narkoba. Pada mulanya Abah Dillah mengobati pasien dengan bermacam-macam komposisi untuk obat yang diminum yang sudah disediakan alam (dari tumbuh-tumbuhan yang ada). Tentu saja tidak serta merta pasien hanya diberi minum obat ramuan dari Abah Dillah, namun Abah juga memberikan pendekatan berupa bimbingan khusus berupa pemahaman hidup- kepada pasien dan juga keluarga pasien.
(54)
45
Proses kesembuhan pasien waktu masih awal menangangi
pengobatan pecandu narkoba mencapai tiga tahun, baru si pasien –
tingkat kecanduan narkoba yang sudah parah- bisa sembuh. Setelah itu, para pasien baru yang berdatangan dapat disembuhkan dalam kurun waktu satu tahun. Dan waktu pun terus bergulir, para pasien
juga silih berganti sampai pada akhirnya –mulai tahun 2015- Abah
Dillah diberi kemampuan oleh Allah swt. bisa menyembuhkan pasien hanya dalam waktu 15 hari hingga satu bulan untuk pasien dengan tingkat keparahan yang rendah sampai yang sedang. Bagi pasien yang sudah parah (tingkat keparahan tinggi) memerlukan waktu tiga bulan sampai enam bulan untuk bisa sembuh seperti sedia kala. Adapun proses penyembuhan itu sendiri niscaya tidak luput dari beragam treatment dan obat (jamu) yang sudah dimodifikasi
sedemikian rupa sehingga mampu membantu mempercepat
kesembuhan pasien.
Seiring berjalannya waktu, Abah Dillah menggunakan komposisi yang sudah diistiqamahkan sampai saat ini, yaitu ramuan jamu. Jamu ini terdiri dari komposisi: madu, telor, akar-akaran, serta
diberi asma’(semacam do’a khusus) dari Abah Dillah. Jamu di sini
berfungsi sebagai media untuk mempercepat pemulihan syaraf pasien sehingga pasien bisa segera sembuh. Jamu ini tidak diminumkan kepada pasien setiap hari melainkan kondisional saja. Adapun
(55)
46
pasiennya sendiri tidak hanya dari kalangan muslim, namun ada juga yang non muslim.
2. Kegiatan Harian Santri Rehabilitasi
Dalam menangani santri rehabilitasi ini Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo melakukan bimbingan mental spiritual dan soal-soal ibadah dalam kegiatan sehari-harinya. Kebiasaan positif yang diberikan oleh pihak pondok pesantren ini akan menimbulkan dampak yang lebih baik bagi para santri yang telah kecanduan narkoba dan juga para santri yang mengalami gangguan mental. Dalam mendidik para santri yangakan direhabilitasi di pondok pesantren ini ditekankan untuk melakukan sholat berjama’ah terlebih dahulu.
Namun sebelum mereka melakukan shalat berjama’ah, mereka harus mandi terlebih dahulu. Sebab Mandi adalah salah satu aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan air adalah komponen pokok bukan hanya dalam mandi, tetapi juga dalam kehidupan manusia. karena dengan mandi badan akan menjadi lebih segar dan jauh lebih bersih. Dengan mandi ini maka kotoran-kotoran
yang ada ditubuh para santri yang direhabilitasi akan hilang.17
Terapi mandi yang dilakukan di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ini dilakukan pada setiap pagi sebelum melakukan sholat shubuh. Ini dikarenakan mandi pada waktu pagi sekali dapat
17
(56)
47
meringankan stres. Selain itu dengan mandi pagi juga bermanfaat untuk melancarkan darah yang dikarenakan tubuh akan mendapatkan asupan oksgen yang cukup. Mandi juga dapat menambah kekebalan atau daya tahan tubuh terhadap segala penyakit, karena dengan mandi pagi dapat meningkatkan sel darah putih yang dapat membantu proses penyembuhan dan membuat tubuh menjadi lebih sehat. Mandi dengan air dingin mampu mengurangi noda dan lingkaran hitam pada bagian bawah mata, kesegaran wajah akan semakin terpancar.
Setelah proses kegiatan mandi sudah terlaksanakan maka para santri diwajibkan untuk sholat berjamaah jikalau waktu sholat telah tiba, dan melakukan dzikir (pujian-pujian kepada Allah), contoh
kalimat subhanallah.18 Berdzikir juga dapat menentramkan pikiran
bagi seorang yang mengalami suatu problematika yang tidak bisa diselesaikan untuk itulah berdzikir perlu untuk menentramkan jiwa yang sedang mengalami masalah. Dengan berdzikir masalah yang selalu dipikirkan akan segera terselesaikan dengan menenangan jiwa. Berdzikir dianjurkan bagi setiap muslim untuk lebih mendekatkan kepada Allah swt. Selain berdzikir, santri rehabilitasi juga
melakukan kegiatan tadarus (baca al-Qur’an) setelah jama’ah shalat
subuh.
18
(57)
48
Para santri juga melakukan istighosah, artinya meminta pertolongan ketika dalam keadaan sukar. Istighosah biasanya dilakukan secara bersama dan dimulai dengan wirid-wiridan tertentu,
terutama bacaan istighfar.Karena dengan istighosah ini mereka akan
selalu memanjatkan doa kepada Allah untuk dimintai pertolongan. Dengan beristighosah para santri juga akan mendapatkan ketenangan jiwa. Memohon pertolongan dari Allah sangat dianjurkan bagi setiap muslim. Kegiatan istighosah yang bertujuan untuk menjernihkan jiwa para santri ini sangat diperlukan. Istighosah adalah memohon pertolongan dari Allah SWT untuk terwujudnya sebuah “keajaiban” atau sesuatu yang paling tidak dianggap dan
paling tidak mudah untk diwujudkan.19
Selain kegiatan keagamaan yang dilakukan setiap harinya, para santri Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo juga melakukan
kegiatan shalawat al-banjari setiap malam jum’at setelah shalat isya’
dan setiap satu bulan sekali para santri juga melakukan kegiatan berupa sima’an al-Qur’an, dziba’an, pengajian umum, dan pembacaan manaqib bersama.
Namun selain dengan menggunakan dzikir untuk menenangkan hati, salah satu terapi yang juga akan mampu membantu seorang yang mengalami ganguan kejiwaan dan bagi seorang pecandu narkoba adalah dengan menggunakan media dakwah. Dakwah atau
19
(58)
49
ceramah dilakukan Abah Dillah untuk memotivasi santri agar tidak melakukan hal-hal negatif yang dapat merugikan diri sendiri. Dalam melakukan dakwah untuk santri yang kecanduan narkoba dan gangguan jiwa harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, agar para santri yang mendengarkan dapat memahami isi dari dakwah tersebut.
Selain itu, Salah satu bentuk terapi yang lain adalah dengan cara mengajak para santri untuk mengikuti kegiatan wisata religi yang diselenggarakan oleh pihak ponpes sendiri. Untuk wisata religi ini biasanya dilakukan pada waktu tertentu saja. Wisata religi yang diadakan oleh pihak pondok pesantren biasanya adalah untuk
berziarah kemakam para wali. Kegiatan wisata religi ini berguna
untuk membuat para santri ini untuk merifresh pikiran selama
didalam pondok pesantren.20
Namun pendekatan kepribadian juga sangat penting dilakukan kepada para santri rehab. Dibutuhkan pendekatan yang ekstra untuk memperkenalkan ajaran islam kepada orang terkena gangguan kejiwaan dan juga orang yang kecanduan narkoba. Pendekatan ini tidak bisa dilakukan dengan terburu-buru. Sebab santri rehab banyak membuutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan yang belum pernah mereka ketahui.
20
(59)
50
Cara yang paling efektif dilakukan saat pendekatan kepribadian adalah dengan pendekatan individul. Pendekatan ini biasannya dilakukan dengan cara mengajak berbincang-bincang dahulu, para santri yang bisa diajak berbicara nyambung dengan menanyakan kegiatan apa yang mereka sukai. Dengan pendekatan seperti inilah santri-santri dapat dialihkan kebiasaan yang buruk seperti mengkonsumsi narkoba ini dapat terhindari dengan cara melakukan kebiasaan yang mereka sukai, seperti halnya jika mereka suka memainkan gitar maka mereka akan memainkan gitar jika ada waktu senggang didalam pondok tersebut. Dengan begitu, lama kelamaan mereka akan lupa dengan kebiasaan buruknya dan akan
meninggalkan kebiasaan buruknya.21
Namun pendekatan psikologis juga penting dalam masa rehabilitasi ini. Pendekatan psikologis dilakukan dengan cara mengajaknya dengan berbicara terhadap para santri. Agar mereka berpendapat bahwasannya keberadaan mereka masih dianggap oleh sebagian orang yang masih perduli terhadap mereka. Dengan mengetahui latar belakang kepribadian mereka, maka pendekatan ini diharapkan mampu mengembalikan mereka pada kehidupan nyata.
Para santri rehabilitasi ini juga melakukan kegiatan olahraga yang rutin dilakukan di pagi hari, antara lain: Jogging, aktifitas ini dilakukan setiap pagi hari, dari jam 06.00-07.00. Bola voli, diadakan
21
(60)
51
setiap sore hari, antara jam 15.30 – 17.00. Pencak silat, dilakukan
seminggu dua kali, yaitu pada hari Sabtu dan Kamis pukul 20.00-selesai. Catur, diadakan setiap hari (waktu menyesuaikan).
Selain kegiatan keagamaan dan kegiatan olahraga, para santri
rehabilitasi juga melakukan kegiatan personal seperti:
Membersihkan kamar mandi/WC, membersihkan halaman pondok, mencuci pakaian pribadi sekaligus menjemurnya sendiri. Para santri juga melakukan kegiatan bertani yang dilakukan setiap hari dari jam 08.00 – selesai.
3. Kategori Kesembuhan Santri Rehabilitasi
Beberapa pasien secara silih berganti berdatangan ke Ponpes Pendopo Watu Bodo dalam waktu yang berbeda-beda antara satu pasien dengan pasien yang lainnya. Adakalanya pasien itu tinggal (mukim) di pondok selama satu minggu, satu bulan, tiga bulan, enam bulan, bahkan ada yang lebih dari satu tahun. Hal ini tidak selalu ada kaitannya antara lama tinggal di pondok dengan kesembuhan pasien. Karena ada beberapa pasien yang sudah kembali hidup normal, namun masih ingin beraktifitas setiap harinya di pondok. Berkenaan dengan pasien, ada beberapa juga yang menginginkan untuk rawat jalan, dalam artian pasien hanya datang untuk berobat (secara temporal) kemudian langsung pulang. Dari sini, bisa dikategorikan beberapa pasien yang pernah ditangani oleh Abah Dillah, yaitu:
(61)
52
a. Pasien dengan kondisi ringan: pasien ini berjumlah sekitar 5%,
waktu penyembuhan antara 15 hari – 1 bulan.
b. Pasien dengan kondisi sedang: berjumlah sekitar 15%, masa
penyembuhannya antara 2 bulan – 3 bulan.
c. Pasien dengan kondisi berat: jumlah pasien ini mencapai 80%,
masa penyembuhan antara 3 bulan – 6 bulan.
Adapun pasien dengan kondisi berat ini membutuhkan pengawasan 24 jam oleh santri yang mendapatkan jatah piket jaga pasien, guna menghindari pasien tersebut kabur.
(62)
53
BAB IV
PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN PENDOPO WATU BODO PANGKAH KULON UJUNGPANGKAH GRESIK (1991-2015)
A. Perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo (1991-2007)
Pada periode awal ini merupakan masa perintisan, di mana pada periode ini Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo mempunyai ciri yang masih sederhana yang dimiliki pondok baik dari segi fisik maupun non fisik. Dimana sarana dan prasana pada saat itu masih belum memadai seperti sekarang ini.
Dalam situasai dimana Abah Dillah melihat seringnya anak-anak yang bermain disekitar rumahnya membuat beliau berinisiatif untuk
mengajarkan ngaji dan belajar (bimbel)kepada anak-anak itu yang dibantu
oleh beberapa pemuda di lingkungan sekitar. Dari situlah akhirnya lambat laun berdirilah sebuah pondok pesanren yang bernama Pendopo Watu
Bodo.1
Proses pembukaan lahan yang awalnya berupa semak-semak yang memiliki batu-batuan yang sangat besar ini melalui perjuangan yang amat keras. Namun dengan usaha yang tidak pernah ada rasa mengeluh, akhirnya lambat laun berdirilah Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo. Dimana pada perkembanagan selanjutnya tidak hanya Madrasah Diniyah
1
(63)
54
atau bimbel saja yang ada di pondok pesantren tersebut. Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo akhirnya terkenal sebagai pondok pesantren rehabilitasi.
Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo menangani santri-santri yang terganggu kejiwaannya, anak-anak muda yang terjerumus dalam hal
negatif yang suka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syari’at
Islam, seperti minum-minuman keras, menkonsumsi obat-obatan terlarang. Yang oleh khalayak umum selalu di anggap sebagai sampah masyarakat, dan keberadaan dari mereka hanya dipandang sebelah mata saja. Namun di pondok pesantren ini ada juga kaum muda yang yang terganggu akal pikirann ya yang disebabkan oleh adanya tekanan batin yang tidak bisa diselesaikan. Selain itu juga banyaknya masalah yang dihadapinya sehingga sulit untuk menyelesaikan masalah yang ada, berakibatkan pikiran yang dialami sedikit terganggu. Sebenarnya dalam kehidupan yang di alami oleh santri yang ada di pondok ini tidak semuanya
berkepribadian buruk.2
Perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo memilik dua aspek perkembangan, yakni:
1. Aspek fisik
Masalah sarana dan prasarana, dalam suatu lembaga pendidikan ataupun lembaga non pendidikan merupakan faktor yang penting, yang ikut menentukan berhasil tidaknya suatu lembaga dalam
2
(64)
55
melaksanakan program-progamnya, karena keduanya merpakan faktor yang utama dalam pelaksanaan aktivitas dalam suatu lembaga.
Begitu juga dengan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo dalam melaksanakan aktivitas pendidikannya juga didukung oleh berbagai macam sarana dan prasarana untuk menunjang keberhasilan
pendidikan yang di kelolahnya.3
Sarana yang tersedia di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo dari mulai berdiri hingga saat ini semakin berkembang namun tetap dalam kesederhanaannya, karena lengkapnya sarana dan prasarana akan sangat menunjang kualitas dari pada sebuah pendidikan di pondok pesantren. Sebagai konsekuensinya dari inofasi pendidikan di pondok pesantren merlukan tambahan fasilitas sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Oleh karena itu pondok pesantren harus mempunyai atau memiliki sarana prasarana yang memadai, karena prasarana merupakan seperangkat kelengkapan dasar yang menunjang terlaksananya proses pendidikan yaitu ruang belajar, ruang guru ruang praktek dan lain-lain. Sarana merupakan seperangkat peralatan atau bahan yang digunakan dalam proses belajar mengajar, sarana
ditentukan oleh jenis tujuan yang hendak dicapai.4
Adapun komponen-komponen fisik yang ada di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo saat ini sebagai tempat pendidikan dan upaya penyembuhan pecandu narkoba dan santri ganggun kejiwaan yakni
3
Yusuf, Wawancara, Pangkahkulon, 22 Mei 2016. 4
(1)
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan mengenai sejarah perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo Pangkah Kulon Ujungpangkah Gresik (1991-2015) yang telah dibahas ke dalam bab pertama hingga bab keempat, maka pada bab terakhir ini dapat dijabarkan beberapa pokok pikiran sebagai berikut:
1. Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo didirikan oleh KH. Abdillah Anas Anwar pada tahun 1991 di Dusun Tegal Sari, Desa Pangkah Kulon Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik. Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ini awalnya berdiri karena KH. Abdillah Anas Anwar melihat seringnya anak-anak yang bermain disekitar rumahnya, kemudian beliau bertanya kepada anak-anak itu apakah mereka tidak mengaji atau belajar. Kemudian anak-anak itu menjawab tidak. Dari situlah kemudian beliau berinisiatif untuk mengajarkan ngaji dan belajar (bimbel) kepada anak-anak itu yang dibantu oleh beberapa pemuda di lingkungan sekitar. Dari situlah akhirnya lambat laun berdirilah sebuah pondok pesanren yang bernama Pendopo Watu Bodo.
(2)
62
2. Aktifitas yang ada di pondok pesantren ini dibagi menjadi tiga yaitu: aktifitas pendidikan, aktifitas sosial keagamaan, dan aktifitas khusus. Aktifitas pendidikan dan aktifitas sosial keagamaan yang ada di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo sama dengan pondok pesantren pada umumnya. Namun aktifitas khususnya yaitu berupa rehabilitasi menangani santri-santri yang terganggu kejiwaannya, anak-anak muda yang terjerumus dalam hal negatif yang suka melakukan hal-hal yang bertentangan dengan syari’at Islam, seperti minum-minuman keras, menkonsumsi obat-obatan terlarang. Yang oleh khalayak umum selalu di anggap sebagai sampah masyarakat, dan keberadaan dari mereka hanya dipandang sebelah mata saja. Bentuk penanganan untuk para santri yang telah kecanduan narkoba dan mengalami gangguan kejiwaan meliputi penanganan bimbingan mental spiritual, pendekatan kepribadian dan menciptakan kebersamaan sesama teman.
3. Perkembangan Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo ini meliputi perkembangan aspek fisik berupa sarana dan prasarana, dan juga aspek pendidikan yang ada di pondok pesantren. Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo berdiri pada tahun 1991, dan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan yang cukup pesat, khususnya pada tahun 2007. Kemudian pada tahun 2008-2015, Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo mengalami penurunan santri dalam bidang pendidikan. Penurunan ini disebabkan karena adanya daya saing dari
(3)
63
lembaga yang lain, dan masyarakat sekitar pondok pesantren lebih memilih memondokka anaknya ke pondok pesantren di luar Ujungpangkah. Dan faktor penyebab lain dari penurunan ini yakni karena Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo lebih cenderung terkenal sebagai pondok pesantren rehabilitasi.
B. Saran
Sebagai mahasiswi Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab Universitas Islam Sunan Ampel penulis menyarankan sebagai berikut: 1. Untuk Fakultas Adab dan Humaniora supaya menjadikan lembaga
pendidikan untuk mencetak generasi muslim yang bisa menjadi tenaga ahli dalam segala bidang serta mempersiapkan generasi pejuang bangsa diberbagai ilmu pengetahuan yang ada.
2. Untuk Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo diharapkan bisa memperbaiki sistem pendidikan yang ada.
3. Menambanh sarana dan peasarana yang ada di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo, mengingat faktor ini merupakan faktor penunjang yang dapat menentukan keberhasilan pelaksaan pendidikan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Literatur
Asrohah, Hanun. Pelembagaan Pesantren Asal-Usul Perkembangan Pesantren di Jawa. Jakarta: Departemen Agama RI, 2004.
Badri dan Munawiroh. Pergeseran Literatur Pesantren Salafiyah. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2007.
Dauly, Haidar Putra. Historitas dan Eksistensi Pesantren Sekolah dan Madrasah. Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya, 2001.
Departemen Agama. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta: Departemen Agama, 2004.
Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren. Yogyakarta: LP3ES, 1996.
Djarwanto. Pokok-Pokok Metode Riset dan Bimbingan Tiknis Penelitian Skripsi. Jakarta: Liberty, 1990.
Golba, Sindu. Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995.
Kartodirjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia, 1993.
Kamisa. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika,1997.
Masyhud, M. Shulthon. Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka, 2005.
Notosusanto, Nugroho. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer. Jakarta: YayasanIdayu, 1978.
Poerwodarminto. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976.
Qomar, Mujamil. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Insituisi. Jakarta: Erlangga, t.th.
(5)
B. Wawancara
Abdillah Anas Anwar, Wawancara, Pangkah Kulon (14 Maret2016, 06 April 2016, 14 April 2016).
Atho’, Wawancara, Pangkah Kulon (05 Mei 2016, 15 Mei 2016, 24 Mei 2016).
Arif, Wawancara, Pangkah Kulon (15 April 2016, 15 Mei 2016, 25 Mei 2016).
Bustanul, Wawancara, Pangkahkulon (22 Mei 2016).
Fuad, Wawancara, Pangkah Kulon (16 April 2016, 19 Mei 2016).
Hamim, Wawancara, Pangkahkulon (26 Maret 2016, 22 April 2016, 12 Mei 2016, 15 Mei 2016, 20 Mei 2016, 28 Mei 2016).
Hidayatullah, Wawancara, Pangkah Kulon (24 Maret 2016, 18 Mei 2016, 20 Mei 2016).
Huda, Wawancara, Pangkah Kulon (25 April 2016).
Mar’atus, Wawancara, Pangkah Kulon (09 Mei 2016).
Nyardi, Wawancara, Pangkah Kulon (09 Mei 2016, 20 Mei 2016, 23 Mei 2016).
Siswanto, Wawancara, Pangkah Kulon (25 April 2016). Supriyanto, Wawancara, Pangkahkulon (25 Mei 2016).
Yusuf, Wawancara, Pangkah Kulon (10 April 2016, 22 Mei 2016).
C. Internet
Ali Ranim, “Pengertian Teori Behavioral”, dalam http:/www.aliranim.
(6)
D. Al-Qur’an
Al-Qur’an, 9 (Al-anfal): 261. Al-Qur’an, 20 (Thaha): 11-12. Al-Qur’an, 20 (Thaha): 14.