HADIS TENTANG MUSIK DAN NYANYIAN : KAJIAN MA'ANIL HADIS.

(1)

HADIS TENTANG MUSIK DAN NYANYIAN

(KAJIAN

MA’A

<NIL

HADI>S

)

Skripsi:

FITROTUS SANIYAH NIM: E03212008

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

ix

Fitrotus Saniyah,Hadis Tentang Musik dan Nyanyian (Kajian Ma’a>nilHadi>s)

Skripsi ini adalah hasil penelitian kepustakaan untuk mengkaji makna hadis-hadis yang membahas tentang musik dan nyanyian.

Musik dan nyanyian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pemahaman tersebut diperlukan karena keberadaan musik dan nyanyian bisa membawa kemaslahatan maupun kemudharatan. Terutama jika musik dijadikan ajang sebagai hiburan yang dapat menjauhkan diri dari Allah SWT. Pengaruh musik begitu nyata dalam kehidupan, dengan kata lain musik bisa memberikan inspirasi kepada manusia untuk berlaku positif maupun sebaliknya, tinggal bagaimana musik itu disajikan. Hadrah rebana dan nasyid merupakan beberapa corak yang bisa dijadikan contoh kesenian yang hidup dilingkungan Islam, dan keberadaanya dapat diterima oleh masyarakat luas. Kekhasan dari warna musik tersebut yang membuatnya hidup dan dihargai sebagai aset budaya nasional yang diberi ruang gerak dan pelestarian. Melihat kenyataan tersebut, maka perlu ditengok kembali sebuah konsep kesenian dalam Islam yang terpandu dalam hadis Nabi.

Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode Musahadi HAM, langkah-langkahnya adalah menjelaskan makna hadis dengan mengkaji isi melalui beberapa kajian diantaranya kajian linguistik, kajian tematis-komprehensif, dan kajian konfirmatif dengan melakukan konfirmasi makna yang diperoleh dengan petunjuk-petunjuk alqur’an.

Untuk menentukan kualitas hadis penulis sertakan pendapat ulama dan syarah hadis tentang hadis musik dan nyanyian, kemudian merelevansikan makna hadis yang diperoleh dari proses generalisasi kedalam realitas kehidupan kekinian, sehingga memiliki makna yang praktis bagi problematika hukum dan kemasyarakatan. Kemudian penulis analisis melalui analisis realitas historis, yakni melakukan kajian atas realitas situasi makro atau mikro dan menganalisis generalisasi yakni menangkap makna universal dalam hadis.

Secara ringkas, hadis yang membahas seni musik ada dua macam. Pertama,

hadis yang mengharamkan musik. Kedua, hadis yang membolehkan musik. Musik diperbolehkan ketika diadakan pesta pernikahan atau pada hari raya atau pada hari-hari gembira lainnya dan membawa kepada kemanfaatan. Sementara musik yang haram didasarkan kepada dalil-dalil yang mengharamkan musik, yaitu nyanyian yang disertai dengan kemaksiatan atau kemunkaran dan menimbulkan kemudharatan. Dalam konteks kekinian hadis ini direlevansikan kepada umat Islam sekarang yang mendengarkan atau memainkan musik dengan harus memperhatikan faktor-faktor berikut: Pertama, lirik lagu yang dilantunkan. Kedua, alat musik yang digunakan.

Ketiga, cara penampilan. Keempat, akibat yang ditimbulkan. Kelima, aspek tasyabuh

atau keserupaan dengan orang kafir


(6)

x DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Kegunaan Penelitian... 8

F. Penegasan judul ... 9


(7)

xi

H. Kajian Teoritik ... 12

I. Metodologi Penelitian ... 12

J. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II KAIDAH PEMAKNAAN HADIS SERTA PANDANGAN UMUM TENTANG MUSIK DAN NYANYIAN ... 18

A. Kaidah Pemaknaan Hadis ... 18

B. Pengertian Musik dan Nyanyian ... 21

C. Jenis Musik ... 23

D. Sejarah Perkembangan Musik ... 27

BAB III HADIS TENTANG MUSIK DAN NYANYIAN SERTA RELEVANSI HADIS DENGAN MASA KINI ... 32

A. Hadis Tentang Musik dan Nyanyian ... 32

B. Pemaknaan Hadis ... 40

C. Pendapat Ulama dan Konfirmasi Ayat al-Qur’an Tentang Hadis Musik dan Nyanyian ... 47

D. Relevansi Hadis Tentang Musik Dengan Masa kini ... 66

BAB IV ANALISIS HISTORIS DAN GENERALISASI ... 70

A. Analisis Historis ... 70


(8)

xii

BAB V PENUTUP ... 79

A. Kesimpulan ... 79 B. Saran ... 80


(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Musik dan nyanyian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Sebab manusia dalam kehidupan tidak lepas dari seni, karna di dalamnya termuat keindahan dan naluri manusia, manusia akan hal-hal yang indah.1

Tidak dapat dibantah bahwa musik merupakan salah satu bentuk kesenian yang paling proaktif dalam mempengaruhi kebudayaan populer di Indonesia. Musik sangat punya andil dalam sendi kehidupan manusia, baik itu sebagai industri, ritual, motivasi, therapi dan lain-lain. Pengaruh musik begitu nyata dalam kehidupan, dengan kata lain musik bisa memberikan inspirasi kepada manusia untuk berlaku positif maupun sebaliknya, tinggal bagaimana musik itu disajikan.2

Musik mempunyai kekuatan yang luar biasa yakni membawa ke surga kenikmatan, suasana keharuan, semangat perjuangan atau hara biru percintaan. Namun tak jarang membawa kepada neraka dendam kusumat, rasa ketidak berdayaan, melumpuhkan semangat, atau bahkan menumbuhkan nafsu kebinatangan. Tidak diragukan lagi efek sebuah musik bukan hanya pada psikis saja tetapi juga fisik. Ada musik yang membuat degup jantung teratur, tetapi ada juga musik yang membuat jantung berdegup tidak teratur.3

1

Darmo Budi Suseno, Lantunan Shalawat Dan Nasyid Unuk Melejitkan IQ-EQ-SQ (Yogyakarta:

Media Insani, 2005), 8; Stephenie Merit, Simfoni Otak, terj. Lala Herawati Dharma (Bandung: Kaifa, 2003), 7.

2

Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1991),

63-64

3


(10)

2

Kekuatan musik yang menakjubkan para pendakwah islam menggunakan jasa musik untuk memupuk keimanan. Menurut Sumarsam, musik mempunyai fungsi penting dalam ritual tarekat sufi. Dan menurut Trimingham bahwa dalam sufisme musik, dengan kesamarannya dan penggambarannya yang kurang pasti, tidak hanya mempunyai kekuasaan mistik untuk menarik emosi yang paling paling dalam, tetapi juga kalau dikordinasikan dengan kata-kata simbolik dan gerakan-gerakan ritmik dapat mempengaruhi bahkan menguasai hasrat manusia.4

Musik telah mengalami perkembnagan yang begitu pesat. Pertunjukan musik secara live sangat marak digelar di kota maupun di desa. Baik itu berjenis musik pop atau dangdut, sama saja semuanya laris dikunjungi penonton. Anak muda lebih memilih menonton konser musik di lapangan terbuka daripada menghadiri pengajian di mushalla. Masyarakat lebih senang mendatangi hiburan dari pada tahlilan. Begitu kuatnya daya tarik pagelaran musik, kematian yang mewarnai konser musik seakan tidak membuat jera penggemarnya.5

Keprihatinan yang mendalam juga akan dirasakan jika melihat ulah generasi muda Islam saat ini yang cenderung liar dalam bermain musik atau bernyanyi. Mereka berkiblat kepada kelompok musik terkenal yang umumnya bermental negatif serta tidak berpegang kepada nilai-nilai Islam. Hal ini didasarkan pada pemberitaan media-media tentang “kerusakan mental” sebagian musik yang tersangkut narkoba maupun “wanita”. Disisi lain, mereka cukup sulit atau jarang mendapatkan teladan permainan musik dan nyanyian yang Islami ditengah suasana yang hedonis yang mendominasi kehidupan saat ini. Tidak heran

4

Sumarsam. Gamelan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), 34-35.

5

Kusuma juanda “Tentang Musik” lihat, http//: www.pesantrenvirtual.com, diakses selasa 01 Desember 2015.


(11)

3

jika generasi muda Islam akhirnya cenderung mengikuti para pemusik atau penyanyi sekuler yang sering mereka saksikan atau dengar di TV, radio, kaset, VCD dan berbagai media lainnya.6

Tidak bisa dipungkiri fenomena yang terjadi saat ini adalah banyaknya persoalan yang berpangkal dari seni musik. Menurut penulis mustahil jika kita bisa menghapus musik dan nyanyian dari kehidupan dunia modern ini. Musik dan kehidupan seakan menjadi satu-kesatuan yang tidak bisa dipisahkan lagi. Beberapa contoh peristiwa nahas telah mewarnai event-event musik. Tawuran, aksi dorong mendorong, dan aksi kriminal lainnya kerap terjadi kepada sebuah konser.

Justifikasi pengharaman terhadap mendengarkan musik seakan tidak bisa dijadikan senjata ampuh bagi masyarakat yang sudah menjadi pecandu musik ini. Untuk itu, diperlukan adanya sebuah formulasi yang bisa menjadi acuan untuk mendapatkan sebuah bentuk seni musik yang selaras dengan nilai-nilai Islam maupun budaya.

Apabila melihat penjelasan di atas bahwa musik selain mempunyai fungsi penting dalam kehidupan masyarakat Islam. Musik juga suatu media yang dijadikan sebagai alat penghibur oleh hampir setiap kalangan mulai dari zaman dulu hingga sampai zaman sekarang ini. Oleh karena itu para ulama ahli hukum mempunyai pendapat yang berbeda tentang hukumnya. Ulama yang melihat musik yang membahayakan (efek yang negatif) cenderung mengharamkan musik. Sedangkan ulama yang melihat musik yang baik (efek yang positif) cenderung

6


(12)

4

membolehkan orang yang memainkan musik atau mendengarkan musik. Oleh karena itu oleh karena itu kontroversi tentang musik tak pernah berakhir, baik yang pro maupun kontra masing-masing menggunakan dalil.

Melihat kenyataan diatas, maka perlu ditengok kembali sebuah konsep kesenian dalam Islam yang terpadu dalam hadis Nabi. Karena bidang kesenian cukup luas, maka peneliti hanya membatasi tentang pemaknaan hadis tentang musik dan nyanyian. Mengenai seni musik dalam Islam didapati dalam hadis-hadis sebagai berikut: Hadis Riwayat Bukhari, no 987

ﺴﺸﲪﺮ ﺒ ُﺪﺸﺴ ﺎﺴﺴﺦﺛﺪﺴ ﺳﺪِﺎﺴ ُﺸ ُﺔﺴﺴﺪﺴ ﺎﺴﺴﺦﺛﺪﺴ ﺳرﺎ ﺴ ُﺸ ُمﺎﺴ ِ ﺴلﺎﺴﺴو

ﺎﺴﺴﺦﺛﺪﺴ ﺳﺮِﺎﺴ ِﺸ ﺴﺪِﺰﺴ ُﺸ ِ

ﺴأ ﺳﺮِﺎﺴ ﻮُﺴأ ِﲏﺴﺛﺪﺴ ﺴلﺎﺴ يِﺮﺴﺸ ﺴﺸﻷﺒ ﺳﺸﺴﻏ ُﺸ ِﺴﺸﲪﺮﺒ ُﺪﺸﺴ ﺎﺴﺴﺦﺛﺪﺴ ِﰊ ﺴﻼِ ﺸﺒ ﺳ ﺸﺴﺦ ُﺸ ُﺔ ِﻄﺴ

ﻮُﺴأ ﺸو

ُ ﺒ ﻰ ﺴ ِﱯ ﺒ ﺴ ِﺴﲰ ِﲏﺴﺴﺬﺴ ﺎﺴ ِ ﺒﺴو يِﺮﺴﺸ ﺴﺸﻷﺒ ﺳ ِﺎﺴ

ُلﻮُﺴﺦ ﺴ ﺴ ﺴو ِﺸﺴﺴ

ﺲمﺒﺴﻮﺸﺦﺴأ ِﱵ ُأ ﺸ ِ ﺴﻮُ ﺴﺴ

ِﻬﺸﺴﺴ ُﺘوُﺮﺴﺦ ﺳﺴﺴ ِ ﺸﺴ ﺴﱃِﺐ ﺲمﺒﺴﻮﺸﺦﺴأ ﺴِﺰﺸﺴﺦﺴﺴو ﺴﺧِزﺎﺴﺴﺸﺒﺴو ﺴﺮﺸﺴﺸ ﺒﺴو ﺴﺮِﺮﺴﺸ ﺒﺴو ﺴﺮِﺸ ﺒ ﺴنﻮ ِ ﺴﺸ ﺴ

ﺳﺔﺴِرﺎﺴ ِ ﺸ

ﺴﺦ ﺳﺔﺴ ﺎﺴِ ﺴﲑِﺴﺸﺒ ِﲏﺸﺴﺦ ﺸ ِﻬِﺸﺄﺴ ﺸُﺴﳍ

ُ ﺴ ﺸﺴﳝﺴو ﺴﺴﺴﺸﺒ ُ ﺴﻀﺴﺴو ُ ﺒ ﺸ ُﻬُﺦﱢﺴﺦُﺴﺦ ﺒًﺪﺴﻏ ﺎﺴﺸﺦﺴِﺐ ﺸ ِﺸرﺒ ﺴنﻮُﻮُﺴﺦ

ِﺔﺴﺎﺴِﺸﺒ ِمﺸﻮﺴﺦ ﺴﱃِﺐ ﺴﺮِزﺎﺴﺴ ﺴو ًةﺴدﺴﺮِ ﺴ ِﺮﺴ آ

Dan berkata Hisa>m ibnu Amm>ar menceritakan Sodaqtu ibn Khalid,

menceritakan ‘Abdurrahman bin Yasid ibnu Ja>bir, menceritakan kepada kami

‘Athiyah ibnu Qais al-Kilabie, menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman bin

Ganmin al-‘Ash’ari, menceritakan kepada kami ‘Abu Ma>lik al-‘Ash’ari, demi

Allah aku tidak berbohong aku mendengar Nabi SAW bersabda “Sesungguhnya akan terdapat dikalangan umatku golongan yang menghalalkan zina, sutera, arak, dan alat permainan musik. Kedian segolongan (dari kaum muslimin) akan pergi ketebing bukit yang tinggi. Lalu pengembala dengan ternak kambingnya mendekati golongan tersebut. Lalu mereka didatangi seorang fakir untuk meminta sesuatu.ketika itu mereka kemudian berkata “datanglah kepada kami esok hari” pada malam hari Allah membinasakan mereka dan menghempaskan bukit itu ke atas mereka. Sisa mereka yang tidak binasa pada tersebut dirukar rupanya

menjadi monyet dan babi hingga hari kiamat.”6F

7

7

Al-Ima>m al-Bukha>ri> wa Abu> al Hasan al-Sindi, s}ahi>h al-Bukha>ri> biha>siyat al-Ima>m al-Sindi, Juz


(13)

5

Hadis di atas bicara tentang musik sedangkan musik ada tiga komponen yang paling dasar yakni vokal, instrumen (alat musik), dan vokal beserta alat musik oleh karena itu, perlu kiranya penampilan hadis tentang nyanyian berikut hadis yang membicarakan nyanyian.

Hadis Riwayat Ahmad, no. 452 /37)

ﺔ ﺎ ﺮ ﺒ

-

ﺪﲪأ ﺪ

ُ ﺸﻀﺴﺸﺒ ﺎﺴﺴﺮﺴﺦﺸ ﺴأ ُ ﺴ ﺸﻮﺴ ﺸﺒ ﺳرﻮُ ﺸﺴ ُﺸ ُﺨﺎﺴ ﺸ ِﺐ ﺎﺴﺴﺦﺛﺪﺴ ِ ﺒ ﺪﺸﺴ ﺎﺴﺴﺦﺛﺪﺴ

ُﺔﺴﺴﺪﺴ ﺎﺴﺴﺦﺛﺪﺴ ﺳﺸﲔﺴُد ُﺸ

ِ ﺸ ﺴةﺴدﺎﺴُ ﺸ ﺴ ﺳءﺎﺴﻄﺴ ِﰊﺴأ ﺸ ﺴ ِﺎ ﺒ ﺳ ُِ ﻮُﺴأ ﺎﺴﺴﺦﺛﺪﺴ ﱢ ِ ﺴ ﺒ ﺳﺪﺴﺸﺮﺴﺦ ﺸ ﺴ ﻰﺴﻮُ ُﺸ

ﺴ ﺸ ﺴ ﺳ ﺴ ﺸﻮﺴ ُﺸ ُﺮﺸﻬﺴ ِﲏﺴﺛﺪﺴ و ﺴ ﺴ ﺴو ِﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ِ ﺒ ِلﻮُ ﺴر ﺸ ﺴ ِ ِﺎ ﺒ

ِ ﺴﺸﲪﺮ ﺒ ِﺪﺸ

ﺸ ﺴ ِﺴ ﺴﺸﺒ وﺳﺮﺸﺴ ُﺸ ُ ِ ﺎﺴ ِﲏﺴﺛﺪﺴ ﺴو ﺴلﺎﺴ ﺴ ﺴ ﺴو ِﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ِ ﺒ ِلﻮُ ﺴر ﺸ ﺴ ﺳﺸﺴﻏ ِﺸ

ِﰊﺴأ

ﺴ ُﺸﺒ ُﺸ ُﺪِﺴ ِﲏﺴﺛﺪﺴ ﺴو ﺴلﺎﺴ ﺴ ﺴ ﺴو ِﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ِ ﺒ ِلﻮُ ﺴر ﺸ ﺴ ﺴﺔﺴﺎﺴُأ

ُﺸﺴ ُ ﺸﺛﱢﺪُ ﺸوﺴأ ِ

ﺴﱳ ِﺴﺴ ِِﺪﺴِ ﺳﺪ ﺴُﳏ ُ ﺸﺴﺦ يِﺬﺒﺴو ﺴلﺎﺴ ﺴ ﺴ ﺴو ِﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ِ ﺒ ِلﻮُ ﺴر ﺸ ﺴ ﺳﺞﺎ ﺴ ِﺸﺒ ﺸ ﺴ

ِﺸ ﺎِ ﺴﺮِزﺎﺴﺴ ﺴو ًةﺴدﺴﺮِ ﺒﻮُ ِﺸ ُﺴﺦ ﺳﻮﺸﺴﳍﺴو ﺳ ِﺴﺴو ﺳﺮﺴﻄﺴﺴو ﺳﺮﺴﺴأ ﻰﺴﺴ ِﱵ ُأ ﺸ ِ ﺲﺞﺎﺴ

ﺴمِرﺎﺴ ﺴﺸﺒ ﺸِِﳍ ﺴﻼﺸ

ﺴﺮِﺮﺴﺸ ﺒ ﺸ ِﻬِ ﺸُﺴو ﺎﺴﱢﺮﺒ ﺸ ِﻬِﺸﺴأﺴو ﺴﺮﺸﺴﺸ ﺒ ﺸِِﺑﺸﺮُ ﺴو ِِﺎﺴﺸﺦﺴﺸﺒﺴو

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdulla>h, telah menceritakan kepada kami

Ish>q bin Mansu>r al-Kausaju, telah mengkhabarkarkan kepada kami al-Fadl Ibnu

Bukain, telah menceritakan kepada kami Abu> Muni>b al-Sya>mi dari Abi> ‘Ata>’

dari ‘Uba>dah Ibnu al-Samit dari Rasu>l Alla>h bersabda, “Demi zat yang jiwaku

dalam genggamannya, pasti akan datang manusia dari umatku yang bersuka ria, berbuat bodoh, bermain-main, dan bersenda gurau. Kemudian esoknya mereka berubah menjadi kera dan anjing karna perbuatan mereka yang menghalalkan perkara haram, nyanyian, meminum minuman keras, memakan riba dan memakai

sutra.7F

8

Kedua hadis ini bisa dipakai sebagai dalil untuk mengharamkan nyanyian dan penggunaan alat-alat musik. Di dalam hadis ini terdapat Qarinah (tanda penunjukan) bahwa mereka telah menghalalkan perzinaan, memakai sutra,

8


(14)

6

meneguk khamr, dan memainkan alat-alat musik. Mengenai perzinaan dan meminum khamar sudah jelas hukumnya.

Hadis di atas sebagai perwakilan dari hadis-hadis tentang musik. Hadis-hadis tersebut dipilih dari al-Kutub al-sittah dengan sebuah asumsi awal hadis-hadis dalam kutubus sittah terpercaya, dan memenuhi kriteria untuk penelitian Ma’a>nil Hadi>s.

Semua hadis di atas ada yang melarang, namun tidak sedikit juga yang membolehkan bermain musik atau menyanyi. Bolehnya memainkan musik dibatasi dalam kondisi dan keadaan tertentu. Hal ini berbeda dengan fenomena saat ini yang hampir tiap detik kehidupan pasti terdengar suara musik. Apakah kekhususannya menunjukan posisi hukumnya, yaitu makruh melakukan nyanyian apabila dilakukan terus menerus?.

Serta ada hadis yang menyatakan bahwa memainkan alat musik adalah perbuatan yang tidak diperbolehkan dengan demikian seolah-olah bertentangan dengan hadis sebelumnya. Terlepas dari boleh atau tidaknya mendengarkan musik, maka diperlukan pelacakan hadis lebih lanjut.

Banyak hal yang masih banyak menimbulkan banyak pertanyaan dalam hadis-hadis di atas. Namun yang paling penting dari itu semua, saat ini masih banyak pendapat yang membingungkan mengenai keabsahan kesenian umumnya, khususnya mengenai musik. Para ulama pun masih berbeda pendapat dalam hal ini Asy-Syaukani menyatakan para ulama berselisih pendapat tentang hukum menyanyi dan memainkan alat musik. Menurut madzhab jumhur adalah haram,


(15)

7

sedangkan Madzhab Ahl-Madi>nah, Az-Za>hariyah dan Jama’ah Su>fiyah memperbolehkannya.9

Dari uraian di atas tampak bahwa masih memerlukan pelacakan dalam hadis-hadis yang membicayakan seni musik dan nyanyian. Oleh karena itu penulis memandang bahwa hadis-hadis diatas layak untuk diteliti untuk melihat ajaran Islam yang sebenarnya.

B.Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Setelah dipaparkan latar belakang di atas, Agar tidak terjadi pelebaran pembahasan, maka perlu adanya identifikasi masalah, sebagai berikut:

1. Hadis tentang musik dan nyanyian.

2. Pemaknaa hadis tentang musik dan nyanyian 3. Persepsi ulama tentang musik dan nyanyian.

4. Relevansi hadis-hadis tentang musik dan nyanyian dalam kehidupan masa kini.

5. Jenis-jenis musik yang dilarang dan diperbolehkan oleh ulama.

Dari identifikasi di atas, agar pembahasannya tidak terlalu melebar dan bahasanya lebih spesifik komprehensif, hadis tentang musik dan nyanyian, permasalahan hanya di batasi kepada pemaknaa hadis tentang musik dan nyanyian, yang mengindikasikan bolehnya musik dan nyanyian, penting pula mencantumkan pendapat-pendapat ulama tentang musik dan nyanyian.

9


(16)

8

C.Rumusan Masalah

Dari rangkaian latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian ini di fokuskan pada pencarian makna tentang musik dan nyanyian dalam hadis. Disampaikan menyajikan berbagai fenomena yang mengelilingi peristiwa yang terjadi terhadap seni musik saat ini untuk kemudian diintegrasikan ke dalam hadis-hadis Nabi. Untuk lebih jelasnya, permasalahan tersebut akan dirumuskan ke dalam 3 hal sebagai berikut:

1. Bagaimana pemaknaan hadis-hadis tentang musik dan nyanyian?

2. Bagaimana relevansi hadis tentang musik dan nyanyian dalam masa kekinian?

D.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang valid mengenai hadis-hadis tentang musik dan nyanyian, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pemaknaan hadis-hadis tentang musik dan nyanyian.

2. Mengetahui relevansi hadis tentang musik dan nyanyian dalam masa kekinian.

E.Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian dalam skripsi ini diharapkan dapat berguna untuk hal-hal: 1. Secara teoritis, kegiatan dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan

khususnya sehubungan dengan hal musik dan nyanyian, yakni dampak dan pengaruh musik dan nyanyian.

2. Secara peraktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan atau pedoman yang layak dalam kehidupan, bila dikaitkan dengan fenomena sosial dalam hal musik dan nyanyian. khususnya bermanfaat sebagai khazanah intlektual Islam, dalam mempelajari studi Ma’a>nil Hadis. Bagi penulis penelitian ini berguna


(17)

9

untuk memperoleh gelar sarjana Theologi Islam strata satu dan ilmu-ilmu Ushuluddin di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

F. Penegasan Judul

Supaya jauh dari kekeliruan dalam memahami judul penelitian, dan untuk mempertegas penafsiran terhadap pokok pembahasan penelitian yang berjudul Hadis Musik dan Nyanyian ini, maka perlu dijelaskan istilah-istilah yang terangkai dalam judul, melalui pendekatan linguistik, sebagaimana dipaparkan di bawah ini:

Hadis : Secara bahasa berarti baru. Secara istilah berarti apa saja yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, dan sifat beliau.10

Musik : Suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian.11

Nyanyian : Melantunkan Tembang.12

10

Mahmu>d al-Thahh>an, Tafsir Musthalah Hadis (Surabaya, al-Hidayah, tt), 15.

11

(indonesia) “KBBI”, http://bahasa.kandiknas.go.id/kbbi/index.php (Senin, 23 Nopember 2015, 11:20 WIB)

12


(18)

10

G.Kajian Pustaka

Dalam membahas hadis-hadis tentang seni musik ini, penulis tentunya mencantumkan al-Kutub al-Sittah sebagai sumber utama untuk diteliti. Dalam al-Kutub al-Sittah tersebut terdapat berbagai macam hadis yang didalamnya memuat berbagai masalah, dan salah satunya adalah hadis-hadis tentang musik dan nyanyian, sementara itu sumber sekunder adalah literatur-literatur yang mendukung dan berkaitan dalam pembahasan ini.

Adapun permasalahan seni musik dan problematikanya dalam pembahasan khusus, ternyata sudah banyak yang menuliskannya dalam sebuah buku atau kitab. Namun begitu, banyak buku dirasa belum mewakili pemecahan persoalan musik kekinian dalam perspektif hadis. kebanyakan kitab atau buku ditulis oleh para ulama klasik yang tentunya belum membahas seni musik yang terjadi belakangan ini. Kebanyakan dari mereka hanya mengkaji metodel tekstual. Padahal, persoalan yang kini tengah dihadapi oleh umat Islam mengharuskan adanya pemecahan persoalan musik dan nyanyian dengan cara kontekstual. Namun demikian, penulis juga perlu menjadikan karya mereka sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun skripsi ini.

Hadis-hadis tentang musik dan nyanyian ini telah dibahas dalam kitab

syarh hadis. Diantaranya adalah Tah}ri>m a>lat} al-Tarb}. Karya Syaikh Nas}}i>ruddin al-Alba>ni yang di dalamnya membahas hadis-hadis tentang musik, baik dari segi sanad maupun matan.

Selain kitab yang berbahasa arab terdapat pula buku yang membahas masalah ini. Salah satunya adalah Seni dalam Peradaban Islam yang ditulis oleh


(19)

11

Abdul Jabbar dalam kumpulan makalah-makalah tentang kesenian. Sebagai salah satu bagiannya, Musik Religious Islam yang di dalamnya membahas konsep musik dalam Islam ditulis dalam bentuk makalah Henry George Farmer dibahas dalam buku ini. Disamping mengemukakan beberapa pendapat ulama, buku ini juga menyebutkan beberapa musisi terkenal pada masa kekuasaan Abbasiyah.13

Diantara literatur yang didapat berkenaan dengan musik yakni buku yang berjudul Halal dan Haram dalam Islam, yang ditulis oleh Yu>suf al-Qardha>w>i, penerbit PT. Bina Ilmu Offset, terbit 2003,kota terbit Surabaya, pada halaman 415 memberikan penjelasan tentang musik dan nyanyian,disertai dengan dalil-dalil nash Alquran dan hadis, serta pendapat-pendapat ulama’.14

Dari karya ilmiah, penulis mendapati sebuah skripsi yang berjudul “Seni Musik Menurut Imam Ghazali dan Ibnu Qayyim.” Dalam skripsi ini dipaparkan pendapat kedua ulama mengenai seni musik. Kedua ulama ini berbeda pendapat mengenai seni musik, yang satu menghalalkan sedangkan yang lainnya mengharamkan.

Dan Skripsi yang di tulis Fitria Rahmawati “Hadis Tentang Musik dan Nyanyian Dalam Kitab Shahih al-Bukhari Nomor Indeks 987.” Skripsi membahas kualitas hadis musik dan nyanyian, dan keshahihan hadis serta analisa ke-hujja-an hadis.

Dari semua buku di atas masing-masing memiliki karakteristik tersendiri. Belum ada yang membahas konsep musik menurut hadis dengan dihadapkan pada

13

Henry George Farmer, Musik Religious Islam, dalam Abdul Jabbar, Seni Dalam Peradaban

Islam, (Bandugng: Penerbit Pustaka, 1988), 30-40.

14


(20)

12

realitas sekarang, terlebih membahas secara khusus. Kalaupun ada buku yang membicarakan musik dalam Islam. Lebih banyak membicarakan halal dan haram. Untuk itu, penulis mencoba mencari titik berat yang berasal dari matan teks-teks hadis yang kemudian merelevansikannya dengan persoalan musik kekinian.

H.Kajian Teoritik

Penelitian ini membahas tiga masalah pokok yakni pemaknaan hadis, pendapat ulama tentang musik dan nyanyian dan relevansi Hadis Tentang Musik dan Nyanyian dalam masa kekinian. Adapun penetapan unsur-unsur yang terkait dengan kaidah dan keshahihan dan kehujjahan hadis mungkin dapat didasarkan atas argumen-argumen Naqly (al-Qur’an atau hadis), Aqly (Logika).

I. Metodologi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Diantara banyak bentuk yang ada dalam penelitian kualitatif, yang dikenal di Indonesia adalah penelitian

naturalistik. Nama yang dibicarakan ini disebut kualitatatif naturalistik. Istilah “natiralistik” menunjukkan bahwa peneltian ini terjadi secara ilmiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi kondisi dan keadaannya, serta menekankan kepada dekskripsi secara alami. Pengambilan data pun dilakukan secara natural.15

Karakteristik penelitian kualitatatif naturalistik, antara lain adalah sebagai berikut: Mempunyai sifat induktif, yaitu pengembangan konsep yang didasarkan atas data yang ada, mengikuti desain penelitian yang fleksibel

15


(21)

13

sesuai konteksnya. Melihat respon secara keseluruhan atau holistik dan setting.

Menekankan pada situasi dan kondisi alami. Penelitian kualitatif sangat menekankan pada perolehan data asli. Perioritasnya adalah proses dari pada hasil. Perhatian penelitian kualitatif lebih ditekankan kepada bagaimana gejala itu muncul.

2. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research), yakni menelusuri hadis yang dimaksud pada kitab-kitab hadis aslinya. Kemudian, data yang diperoleh dibedah, dianalisis dengan teori-teori ilmu hadis, khususnya Ma’a>ni al-Hadi>ts. Dalam hal ini teori yang dipakai adalah teori pemaknaan atau Ma’a>ni al-Hadi>ts.

3. Metode penelitian

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode noninteraktif (noninteractive inquiry) yang juga disebut dengan penelitian analitis. Penelitian noninteraktif ini menganalisis dokumen16 dengan menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis data untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, dan peristiwa yang secara langsung atau pun tidak langsung dapat diamati. Sesuai dengan namanya, penelitian ini tidak menghimpun data secara interaktif atau melalui interaksi sumber data manusia. Sumber datanya adalah dokumen.17

Metode pendekatan noninteraktif atau biasa disebut pendekatan analitis ini memiliki tiga macam, pendekatan analitis konsep, pendekatan

16

M. Djunaidi Ghony, Metodologi Penelitian Kualitatif…, 65.

17


(22)

14

analitis historis, dan pendekatan analitis kebijakan.18 Namun dari ketiga macam pendekatan tersebut yang dipakai pada penelitian ini adalah pendekatan analitis historis yaitu menganalisis data kegiatan, program kegiatan masa lalu dan lebih mengarah pada penelitian peristiwa, kegiatan, program, kebijakan, dan yang lainnya.

Pemahaman terhadap matan melalui beberapa kajian diantaranya

linguistik, kajian tematis-komprehensif, dan kajian konfirmatif yakni dengan melakukan konfirmasi makna yang diperoleh dengan petunjuk-petunjuk al-Quran.19

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dalam penelitian library research adalah teknik dokumenter, yaitu dikumpulkan dari telaah arsip atau studi pustaka seperti, buku-buku, makalah, artikel, jurnal, koran atau karya para pakar.

Teknik dokumenter dalam penelitian hadis ini yaitu menggunakan metode tematik (mawd{u>’i>), oleh karena itu, dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menghimpun hadis-hadis dalam tema yang sama. Yaitu dengan cara pertama, mengumpulkan hadis-hadis musik dan nyanyian, baik sejalan maupun bertolak belakang, yang kedua yaitu mengumpulkan hadis yang periwayatannya memiliki indikasi Seni.20

5. Sumber Data Penelitian

18

M. Djunaidi Ghony, Metodologi Penelitian Kualitatif…, 65 .

19

Musahadi HAM, Evolusi konsep Sunnah: Implikasinya Pada Perkembangan Hukum Islam

(Semarang: Aneka Ilmu, 2000), 155-159.

20

Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,


(23)

15

Sebagai langkah awal dalam penelitian ini, penulis mencari hadis-hadis tentang seni musik melalui kata al-Ma’a>zif, al-Mizma>r, al-Ku>bah, al-Gina dan al-Qaynah dalam matan hadis yang terdapat yang terdapat Maktabah as-Sya>milah dalam pelacakannya dibantu oleh kitab Mu’jam al-Mufahras.21 Sedangakan data lain yang mendukung dengan pembahasan ini, penulis pertimbangkan sebagai data sekunder.

Untuk memperoleh data-data yang tepat mengarah pada tujuan penelitian, maka penulis menggunakan sumber data sebagai berikut:

a. Data Primer, yaitu sumber data yang bersumber sebagai sumber asli. Yaitu,

al-Kutub al-Sittah.

b. Data Sekunder, adalah data yang mendukung dan melengkapi data primer, yaitu, buku-buku pustaka yang terkait dengan penelitian. Data-data tersebut sebagai berikut:

1. Ima>m As-Syaukani. Nail al-Authar, jilid VIII

2. Henry George Farmer. Musik Religious Islam, dalam Abdul Jabbar,

Seni Dalam Peradaban Islam.

3. Abdurrahman al-Baghdadi. Seni Dalam Pandangan Islam. 4. Mahmu>d al-Thahh>an. Tafsir Musthalah Hadis.

5. Yu>suf al-Qardha>wi. Halal dan Haram dalam Islam.

6. Musahadi HAM. Evolusi konsep Sunnah: Implikasinya Pada Perkembangan Hukum Islam.

7. M. Syuhudi Isma’il. Metodologi Penelitian Hadis Nabi.

21

A.J. Wensink, Mu’jam al-Mufahras Li AlFa>z} al-Hadis al-Nabawi,VII (Laiden: Maktabah Brill,


(24)

16

8. Mustamir. 5 Metode Penyembuhan Dari Langit.

9. A.J. Wensink. Mu’jam al-Mufahras Li AlFa>z} al-Hadis al-Nabawi,VII. 10. Ha>fizh Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqa>lani>. Fathul al-Ba>ri> bi Syarah

Shahi>h al-Bukha>ri. 6. Analisis Data

Setelah bahan data terkumpul, maka bahan penelitian tersebut dianalisis untuk mendapatkan konklusi. Teknik analisis bahan berarti menjelaskan data-data yang telah terkumpul dan diperoleh oleh peneliti melalui penelitian. Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Oleh karenanya, peneliti harus dipastikan dengan benar pola analisis mana yang akan digunakan.22

Bentuk teknik analisis bahan penelitian pada penelitian ini adalah

content analysis. Dalam analisis bahan penelitian ini dokumen atau arsip yang dianalisis disebut dengan istilah teks. Content analysis menunjukkan pada metode analisis yang integrative dan secara konseptual cenderung diarahkan untuk menemukan, mengidentifikasi, mengolah dan menganalisis bahan penelitian untuk memahami makna, signifikansi dan relevansinya.23

Dalam rangka memahami makna hadis dan menemukan signifikan kontekstualnya, al-Qardawi> menganjurkan beberapa konsep: pertama,

memahami sunnah berdasarkan petunjuk al-Qur’an. Kedua, menghimpun hadis yang topik bahasannya sama. Ketiga, memahami hadis berdasarkan latar

22

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian …, 40.

23

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metode kea rah Ragam Varian


(25)

17

belakang kondisi dan tujuannya. al-Qardawi> menekankan perlunya pendekatan linguistik, khususnya berkaitan dengan makna hakiki dan makna majazi24

J. Sistematika Pembahasan

Sistematika ini terdiri dari 5 bab pembahasan. BAB I (Pendahuluan) membahas tentang Latar Belakang, Identifikasi Masalah dan Batasa Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Judul, Telaah Pustaka, Kajian Teoritik, Metodologi penelitian, dan Sistematika Pembahasan.

Pada BAB II (Metodologi Kritik Hadis dan Pandangan Umum Tentang Musik dan Nyanyian). Membahas Tentang Keshahihan Hadis, Ilmu Hadis, Kaidah Kehujjahan hadis, Kaidah Pemaknaan Hadis, Pengertian Musik dan Nyanyian, Jenis Musik dan Sejarah Perkembangan Seni Musik.

Pada BAB III (Hadis Tentang Musik dan Nyanyian dan Relevansi Hadis Dengan Masa Kini). Membahas Tentang Hadis-hadis Musik dan Nyanyian, Pemaknaan Hadis, Syarah Ulama dan Konfirmasi Ayat al-Qur’an Tentang Hadis Musik dan Nyanyian dan Relevansi hadis tentang musik dan Nyanyian Dengan Masa Kini.

Pada BAB IV (Analisis Historis Dan Generalisasi). Membahas tentang analisi realitas historis problem history dan analisis generalisasi.

Pada BAB V (Penutup). Berisi kesimpulan dari seluruh penulisan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang di sajikan disertai saran-saran.

24


(26)

18 BAB II

KAIDAH PEMAKNAAN HADIS SERTA PANDANGAN UMUM

TENTANG MUSIK DAN NYANYIAN

A. Kaidah Pemaknaan Hadis

Bagi umat Islam pada umumnya, memahami hadis Nabi adalah hal yang penting. Namun tidak banyak orang yang dapat memahami sumber hukum Islam kedua tersebut. Kurangnya pedoman dan wawasan yang memadai menjadi salah satu penyebabnya.

Problematika memahami hadis sebenarnya telah diupayakan solusinya oleh para cendikiawan muslim baik dari kelompok mutaqaddimi>n maupun mutaakhkhiri>n melalui gagasan-gagasan dan pikiran-pikiran yang mereka dalam kitab-kitab sharh maupun yang lain. Walaupun demikian, masih banyak hal yang harus dikaji kembali mengingat adanya kemungkinan faktor-faktor yang belum dipikirkan dan perlu dipikir ulang dalam wilayah yang melingkupi pemahaman teks Hadis.1

Menurut Yu>suf al-Qard}a>wi>, ada beberapa petunjuk dan ketentuan umum untuk memahami Hadis dengan baik agar mendapat pemahaman yang benar, jauh dari penyimpangan, pamalsuan dan penafsiran yang tidak sesuai, di antara petunjuk-petunjuk umum tersebut adalah:

1. Memahami hadis sesuai petunjuk Alquran. 2. Mengumpulkan hadis-hadis yang setema.

1

Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi; Perspektif Muhammad al-Ghazali dan


(27)

19

3. Mengkompromikan (al-jam‘u) atau menguatkan (al-tarji>h}) pada salah satu hadis yang tampak bertentangan.

4. Memahami hadis dengan mempertimbangkan latar belakangnya, situasi dan kondisi ketika diucapkan, serta tujuannya.

5. Membedakan antara sarana yang berubah dan tujuan yang tetap.

6. Membedakan antara ungkapan yang bermakna sebenarnya dan yang bersifat majaz dalam memahami hadis.

7. Membedakan antara alam ghaib dan alam kasat mata. 8. Memastikan makna dan konotasi kata-kata dalam hadis.2

Sedangkan menurut Muhammad Zuhri dalam bukunya Telaah Matan Hadis, kaidah dalam pemaknaan Hadis adalah:

1. Dengan pendekatan kebahasaan, hal-hal yang ditempuh antara lain dengan: a. Mengatasi kata-kata sukar dengan asumsi riwa>yah bi al-ma‘na.

b. Mempergunakan ilmu ghari>b al-h}adi>th, yaitu suatu ilmu yang mempelajari makna-makna sulit dalam hadis.

c. Teori pemahaman kalimat, dengan menggunakan: 1) Teori hakiki dan majazi.

2) Teori asba>b al-wuru>d hadis.

2. Dengan penalaran induktif, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghadapkan hadis dengan Alquran dan hadis lain.

2. Memahami makna hadis dengan pendekatan ilmu pengetahuan. 3. Penalaran deduktif.3

2

Yusuf Qardhawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi, terj Muhammad al-Baqir, (Bandung:


(28)

20

Sedangkan menurut Bustamin dan M. Isa, langkah-langkah yang ditempuh dalam memahami hadis antara lain:

1. Dengan menghimpun hadis-hadis yang terjalin dengan tema yanga sama. 2. Memahami hadis dengan bantuan hadis sahih.

3. Memahami kandungan hadis dengan pendekatan Alquran. 4. Memahami makna hadis dengan pendekatan kebahasaan.

5. Memahami makna hadis dengan pendekatan sejarah (teori asba>b al-wuru>d hadis).4

Berdasarkan teori di atas, maka langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk memahami makna hadis adalah:

1. Dengan pendekatan Alquran. Sebagai penjelas makna Alquran, makna hadis harus sejalan dengan tema pokok Alquran.

2. Dengan menghimpun hadis-hadis yang terjalin dalam tema yang sama.

3. Dengan menggunakan pendekatan bahasa, untuk mengetahui bentuk ungkapan hadis dan memahami makna kata-kata yang sulit.

4. Dengan memahami maksud dan tujuan yang menyebabkan hadis tersebut disabdakan (teori asba>b al-wuru>d).

Dengan mempertimbangkan kedudukan Nabi ketika menyabdakan suatu hadis (teori maqa>mah),5

3

Muhamammad Zuhri, Telaah Matan Hadis; Sebuah Tawaran Metodologis, (Yogyakarta: LESFI,

2003), 54-83.

4

Bustamin dkk, Metodologi, 64.

5

Maqa>mat yang dimaksud adalah posisi Nabi ketika meproduksi teks Hadis yakni adakalanya ketika dalam posisi sebagai Rasul, kepala Negara, pemimpin masyarakat, panglima perang, hakim,

suami, dan manusia biasa. lihat: M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual;

Telaah Ma’ani al-Hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), 4.


(29)

21

B.Pengertian Musik dan Nyanyian

Menurut kamus besar Indonesia musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian.6 Sedangkan menurut pengertian lain, musik didefenisikan sebagai gubahan bunyi yang menghasilkan bentuk dan irama yang indah dan menyenangkan. Musik adalah satu daya tarikan kepada manusia. Ahli-ahli falsafah berpendapat bahwa setiap manusia mempunyai minat terhadap musik. Keadaan ini jelas dilihat kepada reaksi manusia terhadap bunyi-bunyian yang sudah menjadi kegemaran sejak manusia dilahirkan. Musik sebenarnya tidak dapat dilihat dan dinikmati dengan panca indra penglihatan, tetapi dirasakan dengan hati atau perasaan.7

Sedangkan menurut pengertian lain musik berarti nada yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonian (terutama menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi). Musik juga diartikan seni menyusun suara atau bunyi. Dari pengertian ini terlihat bahwa musik tidak terbatas pada penyusunan suara yang indah saja tetapi juga pada penyusunan bunyi-bunyian. Adapun nyanyian berarti mengeluarkan suara bernada, berlagu baik dengan lirik maupun tidak. Sedangkan menurut kamus bahasa indonesia musik adalah melantunkan tembang. Baik musik maupun nyanyian keduanya

6

Indonesia “KBBI”, http://bahasa. Kemdiknas.go.id/kbbi/indeks.php, (Jum’at, 10 Desember 2015, 05:47 WIB)

7

http://mahir-al-hujjah.blogspot.com/2008/07/seni-muzik-suatu-kajian-dari-perspektif.html. (Jum’at, 10 Desember 2015, 06:32 WIB)


(30)

22

merupakan naluri universal kemanusiaan yang wajar. Unsur umum bagi musik dalam berbagai kebudayaan adalah “irama”.8

Musik dalam bahasa Arab disebut ma’azif, yang berasal dari kata ‘azafa

yang berarti berpaling. Dikatakan si fulan berazaf dari sesuatu, maknanya adalah berpaling dari sesuatu. Jika dikatakan laki-laki yang ‘azuf dari yang melalaikan, artinya yang berpaling darinya. Bila dikatakan laki-laki yang ‘azuf dari para wanita artinya adalah yang tidak senang kepada mereka.9

Ma’azif adalah jamak dari mi’zaf ( ), dan disebut juga ( ). Mi’zaf

adalah sejenis alat musik yang dipakai oleh penduduk Yaman dan selainnya, terbuat dari kayu dan dijadikan alat musik. Al-‘Azif adalah orang yang bermain dengannya.9F

10

Menurut al-Laits al-ma’azif adalah alat-alat musik yang dipukul. Menurut al-Hafiz} Ibnu Hajar al-ma’azif adalah alat-alat musik. Al-Qurthubi meriwayatkan dari al-Jauhari bahwa al-ma’azif adalah nyanyian. Yang terdapat di dalam shihahnya bahwa yang dimaksud adalah alat-alat musik. Ada pula yang mengatakan maknanya adalah suara-suara yang melalaikan. Ad-Dimyat}i mengatakan bahwa al-ma’azif adalah genderang dan yang lainnya berupa sesuatu yang dipukul.10F

11

Menurut al-Imam ad-Dzahabi adalah nama bagi setiap alat musik yang dimainkan, seperti seruling, gitar, dan klarinet (sejenis seruling), serta simba.11F

12

8

Fitria Rachmawati, “Hadis Tentang Musik dan Nyanyian Dalam Kitab Shahih Al-Bukhori Nomor Indeks 987” (Skripsi, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel, 2013), 47

9

Ibid.

10

Ibid.

11

Fathul Bari Hafiz} Ahmad Ali bin Hajar al-Asqalani, Fathul Bari’ bi Syarah Shahih al-Bukhori,

Juz 10, (t.k: Da>r al-Fikr, t.t), 57.

12


(31)

23

Sedangkan menurut Ibnu Qayyim mengatakan bahwa al-ma’azif adalah seluruh jenis alat musik, dan tidak ada perselisihan ahli bahasa dalam hal ini.13

C.Jenis Musik

Seni musik meliputi amat banyak ragam pemunculannya, ada musik yang berbentuk musik anak-anak, musik orang dewasa, musik nasional, musik perjuangan, musik keagamaan, musik opera, musik orkestra, musik simfoni, musik sonata dan lain-lain. Masing-masing musik tersebut dituangkan dalam bentuknya yang khas.14

1. Cara penyajian musik yang menggunakan suara manusia, disebut musik vokal

(nyanian).15

2. Cara penyajian musik dengan menggunakan alat atau instrumen-instrumen, disebut musik instrumental.

3. Cara penyajian yang mengkombinasikan musik vokal dengan musik instrumental.16

Pada saat ini, beragam jenis musik yang tumbuh seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Namun, beragam jenis musik yang ada, ada sebagian musik yang dimanfaatkan untuk merangsang kecerdasan.

1. Musik Klasik

Kompleksitas musik klasik merangsang kompleksitas fakultas otak, makin banyak fakultas otak, makin beragam kemampuan manusia. Bandingkan

13

Rachmawati, “Hadis Tentang Musik, 48

14

B. Sitompul, Musik dan Seni Suara, (Jakarta: Wijaya, 1994), 29.

15

Vokal=Vokalia adalah bunya atau huruf berharakah seperti; a, i, u, e, o dan seterusnya, atau

lagu-lagu yang dinyanyikan. Nyanyian adalah bunyi atau suara yang brirama dan berlagu-lagu musik. Kamus

Umum Bahasa Indonesia, W.J.S Purwadarminta, (Jakarta: Balai Pustaka 1996), 680 dan 1143.

16


(32)

24

otak manusia dengan otak hewan, fakultas otak manusia lebih banyak. Namun, tidak semua musik klasik memberikan dampak positif pada setiap orang. Oleh karena itu, hendaknya waspada akan keterbatasan musik dalam memberikan dampak khusus pada individu tertentu. Secara umum, beberapa jenis musik klasik dianggap memiliki dampak yang relatif universal oleh sebagian besar orang. Musik klasik memiliki kesan dan dampak psikofisikyang relatif sama, seperti menimbulkan kesan rileks, santai, cenderung membuat detak nadi bersifat konstan, memberi dampak menenangkan dan menurunkan stress. Oleh karena itu,perlu pertimbangan rentang waktu tampilan musik, taraf usia perkembangan, dan latar belakang budaya yang ada. Selain itu, disertai pula dengan aktivitas motorik yang sesuai dan diasosiasikan dengan kasih sayang dan estetika.17

2. Musik Barok

Musik-musik periode Barok (seperti karya Bach, Handel, dan Pachelbel) dianggap sebagai shooting music atau musik yang “membelai”, menimbulkan rasa tenang dan nyaman. Musik periode ini diciptakan untuk melukiskan kebesaran semesta alam sehingga hasil komposisinya menggambarkan nuansa keindahan, nuansa karya ilahi yang penuh dengan keindahan serta harapan. Nuansa di dalam pelukan semesta alam ini cenderung menimbulkan kesan seperti di dalam buaian rasa aman dan tentram. Kondisi ini cenderung bersifat menenangkan.18

17

Suseno, Lantunan Shalawat + Nasyid, 18.

18


(33)

25

Musik barok membangkitkan suasana positif, seperti dalam kegiatan bermain yang menggunakan musik-musik jenis musik barok, cenderung mendorong untuk berani mengeksplorasi dalam suasana yang menggembirakan. Kondisi ini mungkin berlangsung karena merasa aman untuk berekspresi. Pada hakikatnya musik barok membangkitkan aktivitas kesenimanan dalam diri (the artist within). Jadi, dengan mendengarkan musik barok, kemampuan kreatif juga dibangkitkan karena dapat mengembangkan daya imajinasi seseorang.19

3. Nature Sound Music

Musik nature sound bukan bagian dari musik klasik. Nature sounds music justru merupakan temuan baru akibat modernisasi tekhnologi rekaman suara. Nature sounds music merupakan bentuk integratif musik klasik dengan suara-suara alam, seperti komposisi musik barok disertai dengan latar belakang suara ombak atau gemderisik pepohonan.20

Jenis Nature sounds music cenderung lebih mendekatkan pendengar dengan suasana alam, imajinasi pendengar yang bersifat asosiatif diperkuat dengan rekaman suara alam sehingga imajinasinya akan semakin kuat. Bagi anak, bunyi suara alam tidak sekedar membangkitkan asosiasi tertentu, tapi merupakan stimulus tertentu sebagai sarana belajar. Stimulus suara alam biasa menjadi novel stimuli (stimulus baru) bagi anak. Oleh karena itu, iringan musik

19

Suseno, Lantunan Shalawat + Nasyid, 19.

20


(34)

26

dalam suasana yang tenang ketika anak sedang belajar, sangat membantu memperkuat imajinasi dan asosiasinya.21

4. Ayat Suci

Pembacaan do’a dan ayat-ayat suci banyak dilakukan secara musikal. Kebiasaan ini tidak hanya ditemui pada budaya Timur Tengah, tetapi juga pada budaya lain. Pemujaan kepada semesta alam dan dewa-dewa dalam kepercayaan animisme, serta pemujaan kepada sang pencipta dalam pandangan monotheis melakukan dengan melantunkan syair spiritual serta agamis dalam bentuk ritual-ritual.22

Masyarakat telah menyadari pentingnya aspek musikal dalam mengarahkan konsentrasi untuk berkomunikasi dengan alam semesta. Pada kalangan masyarakat yahudi, tradisi makan bersama dengan disertai lantunan musik ritual mereka, hingga sekarang masih berlangsung dalam upacara santapan senja setiap jum’at petang (Friday Night Service). Ritual musikal yang mereka lantunkan bersama seolah-olah menjadi pengikat emosional antar anggota keluarga mereka dan sebagai pengantar acara makan bersama. Tradisi membaca ayat al-Qur’an yang dikembangkan masyarakat Arab merupakan bukti lain pentingnya nuansa musikal bagi masyarakat untuk lebih meresapi pesan ilahi terkandung dalam kitab suci. Demikian juga tradisi pada kebudayaan lainnya.23

21

Suseno, Lantunan Shalawat + Nasyid, 19.

22

Ibid.

23


(35)

27

Musik memiliki peran besar dan beragam guna menciptakan suasana tentram dalam proses pertumbuhan anak dan dalam proses perkembangan fungsi kognitif. Fungsi ingatan, perkembangan bahasa, perkembangan daya fantasi, kreativitas, dan ragam fungsi nalar akan mengalam proses perkembangan yang lebih baik jika disertai dengan aktivitas musikal. Jadi, melalui pendidikan serta pembinaan musik dan aktivitas musikal, pertumbuhan anak dapat diarahkan secara optimal. Dengan mengikut sertakan musik dalam kegiatan anak, fungsi nalar akan bekerja secara lebih aktif dan kondisi ini akan membuka peluang lebih besar bagi anak untuk menumbuhkan kemampuan inteligensinya secara lebih baik.24

D.Sejarah Perkembangan Musik

Tidak ada pengetahuan yang pasti mengenai kapan pertama kali musik dikenal dan dipraktikkan oleh manusia. Para ahli sejarah memperkirakan bahwa perkembangan musik sebenarnya sudah dimulai sejak zaman purbakala atau zaman primitif, namun sayangnya tidak ada pengetahuan yang pasti mengenai hal tersebut. Para ahli sejarah hanya bisa memperkirakan bahwa musik pada zaman purbakala sudah dikenal oleh masyarakat yang digunakan sebagai alat atau medium dalam melaksanakan ritual kepercayaan mereka.25

Perkembangan yang pastimengenai sejarah musik dimulai sejak tahun 2000 SM. Saat itu musik sudah dikenal dan dikembangkan di mesir. Bukti ilmiyah mengenai hal ini adalah ditemuakannya monumen-monumen dan alat-alat musik oleh para musafir atau penjelajah yang terdapat dalam prasasti-prasasti, seperti

24

Suseno, Lantunan Shalawat + Nasyid, 20.

25


(36)

28

harpa, dalam berbagai bentuk dan ukurannya, irya, gitar mandolin dan seruling tunggal atau ganda. Selain itu pada dinding-dinding makam orang Mesir yang megah juga digambarkan bahwa musik mempunyai andil besar dalam mengiringi kebaktian dan jamuan-jamuan makan. Naskah-naskah Mesir menyebutkan bahwa para seniman saat itu mendapat tempat terhormat di istana, sedangkan para pemainnya adalah orang yang terpandang.26

Menurut Plato27sejarah musik di Mesir berawal dari para raja-raja keturunan dewa-dewa yang berasal dari dewa seni yang bernama Isis. Seni musik pada saat itu diatur oleh hukum-hukum keramat, maka tidak heran dalam waktu cukup lama musik saat itu tidak mengalami perubahan dalam bentuk positif maupun negatif.hal tersebut menurut Plato merupakan hal positif dan sangat berguna, karna bangsa Mesir telah mampu menciptakan musik dan nyanyian yang dapat mengendalikan hawa nafsu dan kecenderungan terhadap hal-hal negatif. Namun demikian Plato juga menyayangkan adanya larangan-larangan terhadap para seniman untuk berkreasi mengembangkan bakat seni mereka, sehingga musik pada saat itu kurang berkembang.28

Selain bangsa Mesir, bangsa lain yang menjadi pusat perkembangan musik pada zaman kuno adalah Yunani yaitu pada tahun 1100 SM – 500 SM. Musik bagi bangsa Yunani adalah kesenian utama yang sering ditampilkan pada acara perkawinan. Seperti jua bangsa Mesir menganggap bahwa seni berasal dari

26

Karl Edmund Prier, Sejarah Musik, 6.

27

Plato (427-347) adalah seorang filosof murid socrates (469-399), pendiri Institute Filsafat di kota Athena yang disebut “Academia” dalam bidang seni ia termasuk pendukung filsafat seni untuk

seni. Karl Edmund Prier, Sejarah Musik, 39.

28


(37)

29

dewa, yaitu dewa apollo29 sebagai pelindung kesenian. Ada dua musik yang berkembang di Yunani saat itu yaitu: musik suku Becchent dan music suku

folksong. Music Becchent yaitu musik yang biasa dimainkan di malam hari dengan penerangan obor dan beramai-ramai memasuki hutan dalam acara

Bacahes, sedangkan folksong adalah jenis musik rakyat yang muscul sebagai satin

dengan menggunakan syrinx, seruling, kastagnet, dan kecer.30

Selain dua jenis musik di atas, zaman Yunani juga merupakan awal lahirnya seni drama. Seni paduan suara pada awalnya terdiri dari 45 orang, kemudian dikurangi menjadi 15 orang. Seni paduan suara ini dipimpin langsung oleh seorang yang disebut konyfe (dirijen), yaitu orang yang memberi nada pertama dan memimpinnya, berbeda dengan seni paduan sekarang, seni paduan suara pada zaman Yunani ditampilkan dan disusun diruangan bawah tanah yang dibangun di muka pentas (podium) yang disebut orchestra yaitu tempat yang menjadi pusat suatu pertunjukan.31

Pada abad pertengahan (375-1400 M), dunia musik mengalami perubahan cukup besar. Munculnya musik polofon32 yaitu musik dengan beberapa suara (organum) adalah salah satu perubahan besar dalam perkembangan musik yang hinggan saat itu yang ada hanya bersuara satu (monodies). Musik polipon ini terus

29

Apollo adalah Dewa dari semangat yang menjadi contoh teladan dari golongan khitaladen,

panglima dar para Musa, yaitu Dewa para wanita (Dewi) dari seni suara. Selain Apollo bangs Yunani juga meyakini para Musa (Dewi musik) lainnya seperti; Kalliope, Dewi Seni Sastra dan Syair, Erato, Dewi Sastar Erotis, Euterpe, Dewi Sastra Liris, polyhymnia, Dewi seni musik (olah

nada), Terpsia Hove, Dewi seni tari, dan lain-lain. Karl Edmund Prier, Sejarah Musik, 19-26.

30

Suseno, Lantunan Shalawat + Nasyid, 28

31

Karl Edmund Prier, Sejarah Musik,35-36

32

Istilah Folifon berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu; foli yang berarti

banyak, dan phooneoo, yang berarti bunyi. Jadi yang dimaksud dengan istilah musik folifon adalah

suatu jenis musik yang terdiri dari banyak suara, tanpa iringan alat musik apapun. Karl Edmund


(38)

30

berkembang terutama dikalangan umat kristiani, sehingga menjadi tulang punggung gerejawi pada abad pertengahan.

Selain jenis musik di atas, abad pertengahan juga merupakan awal lahirnya musik instrumental yang saat itu musik ini dimainkan oleh para pelayan istana dan para penayanyi keliling yang mencari penghidupan dari nyanyian yang mereka bawakan.33 Musik instrumental mencapai puncak perkembangannya pada tahun 1750 sampai 1820 M (zaman klasik) dengan menggunakan alat musik seperti

hammer, klaver atau vorte piano (piano dengan alat pukul), musik ini menjadi lebih penting dibandingkan jenis musik lainnya, termasuk musik vokal.34

Perkembangan seni musik ini dari waktu kewaktu terus mengalami kemajuan. Pada akhir abad ke 19 hingga sekarang, musik telah mencerminkan adanya pembaharuan, pembaharuan yang berarti revolusi pada musik. Wajah musik menjadi bhineka (beraneka ragam) dan lebih bebas. Para musisi lebih berani dalam berkreasi dan berekspresi, hingga menghasilkan karya musik yang inovatif.35

Perubahan penting yang terjadi dalam aliran musik modern adalah diperluasnya lapangan tonalitet. Faham perkuncian nada (key) tidak lagi digunakan dan dianggap sebagai hal yang ketinggalan dan diganti dengan

tooncentrum atau pusat nada, yang telah membuka jalan baru bagi perkembangan

33

Karl Edmund Prier, Sejarah Musik, 112

34

Ibid., 112-118

35


(39)

31

dan pertumbuhan komponistik. Esembel kecil dalam musik orchestra mendapat kedudukan penting yang dikenal dengan istilah ekonomi orkes.36

36


(40)

32 BAB III

HADIS TENTANG MUSIK DAN NYANYIAN SERTA RELEVANSI

HADIS DENGAN MASA KINI

A.Hadis Musik dan Nyanyian

Di dalam pembahasan redaksional hadis musik dan nyanyian, penyusun tidak melakukan langkah penelitian sanad. Penelitian validitas sanad dan matan hadis-hadis tentang musik nyanyian didasarkan pada penilaian para ulama.1 Setelah diadakan penelusuran melalui al-Maktabah as-Syamilah melalui kata al-ma’a>zif, al-Mizma>r, al-ku>bah, al-Gina>, dan al-Qaynah maka hadis tersebut ditemukan dalam al-Kutub al-sittah melalui kitab al-Mu’jam al-Mufahraz.

Redaksi hadis tentang seni musik terklafikasi menjadi dua. Pertama hadis-hadis tentang alat musik dan yang kedua Hadis-hadis-hadis tentang nyanyian keduanya tidak dapat dipisahkan karena merupakan unsur yang paling mendasar dalam seni musik adapun redaksi hadis tersebut adalah sebagai berikut:

a. Hadis-hadis tentang alat musik:

1. Hadis Shahi>h al-Bukha>ri> no 3839.

ﺴﺦﺪﺴ ﺳﺮﺶﺎﺴ ﺶﺸ ﺴﺪﺶﺰﺴ ُﺸ ﺶﺴﺸﲪﺮﺒ ُﺪﺸﺴ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ ﺳﺪﺶﺎﺴ ُﺸ ُﺔﺴﺴﺪﺴ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ ﺳﺜﺎ ﺴ ُﺸ ُمﺎﺴ ﺶ ﺴلﺎﺴﺴو

ﺎﺴ

ﺸﺴﺦ ُﺸ ُﺔ ﺶﻄﺴ

ﻮُﺴأ ﺸوﺴأ ﺳﺮﺶﺎﺴ ﻮُﺴأ ﺶﺴﺪﺴ ﺴلﺎﺴ يﺶﺮﺴﺸ ﺴﺸﻷﺒ ﺳﺸﺴ ُﺸ ﺶﺴﺸﲪﺮﺒ ُﺪﺸﺴ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ ﺶﰊ ﺴﺶ ﺸﺒ ﺳ

ﺸ ﺶ ﺴﻮُ ﺴﺴ ُلﻮُﺴﺦ ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶﱯ ﺒ ﺴ ﺶﺴﲰ ﺶﺴﺴﺬﺴ ﺎﺴ ﺶ ﺒﺴو يﺶﺮﺴﺸ ﺴﺸﻷﺒ ﺳ ﺶﺎﺴ

ﺴﻮﺸﺦﺴأ ﺶ ُأ

ﺲمﺒ

ﺶﻬﺸﺴﺴ ُﺘوُﺮﺴﺦ ﺳﺴﺴ ﺶ ﺸﺴ ﺴﺶﺐ ﺲمﺒﺴﻮﺸﺦﺴأ ﺴﺶﺰﺸﺴﺦﺴﺴو ﺴﺧﺶزﺎﺴﺴﺸﺒﺴو ﺴﺮﺸﺴﺸ ﺒﺴو ﺴﺮﺶﺮﺴﺸ ﺒﺴو ﺴﺮﺶﺸ ﺒ ﺴنﻮ ﺶ ﺴﺸ ﺴ

ﺳﺔﺴﺶﺜﺎﺴ ﺶ ﺸ

1

Muhammad Abdur Rauf al-Manawi, Faid al-Qadir Syarah al-Jami’ as-Shagir, Jilid IV (Beirut:


(41)

33

ﺴو ُ ﺒ ﺸ ُﻬُﺦﱢﺴﺦُﺴﺦ ﺒًﺪﺴ ﺎﺴﺸﺦﺴﺶﺐ ﺸ ﺶﺸﺜﺒ ﺴنﻮُﻮُﺴﺦﺴﺦ ﺳﺔﺴ ﺎﺴﺶ ﺴﲑﺶﺴﺸﺒ ﺶﺸﺴﺦ ﺸ ﺶﻬﺶﺸﺄﺴ ﺸُﺴ

ُ ﺴ ﺸﺴﳝﺴو ﺴﺴﺴﺸﺒ ُ ﺴ ﺴ

ﺶﺔﺴﺎﺴﺶﺸﺒ ﺶمﺸﻮﺴﺦ ﺴﺶﺐ ﺴﺮﺶزﺎﺴﺴ ﺴو ًةﺴﺚﺴﺮﺶ ﺴ ﺶﺮﺴ آ

1F

2

Dan berkata Hisa>m ibnu Amm>ar menceritakan Sodaqtu ibn Khalid,

menceritakan ‘Abdurrahman bin Yazid ibnu Ja>bir, menceritakan kepada

kami ‘Athiyah ibnu Qais al-Kilabi>, menceritakan kepada kami

‘Abdurrahman bin Ganmin al-‘Ash’ari, menceritakan kepada kami ‘Abu

Ma>lik al-‘Ash’ari, demi Allah aku tidak berbohong aku mendengar Nabi

SAW bersabda “Sesungguhnya akan terdapat dikalangan umatku golongan yang menghalalkan zina, sutera, arak, dan alat permainan musik. Kemudian segolongan (dari kaum muslimin) akan pergi ketebing bukit yang tinggi. Lalu pengembala dengan ternak kambingnya mendekati golongan tersebut. Lalu mereka didatangi seorang fakir untuk meminta sesuatu.ketika itu mereka kemudian berkata “datanglah kepada kami esok hari” pada malam hari Allah membinasakan mereka dan menghempaskan bukit itu ke atas mereka. Sisa mereka yang tidak binasa pada tersebut ditukar rupanya menjadi monyet dan babi hingga hari kiamat.

Dalam shahih Ibnu Hibban hadis ini dinilai shahih karena Hisyam bin ‘Umar beserta yang lain di nilai thiqoh dan dalam periwayatannya tidak sendiri .2F

3

2. Hadis Musnad Ahmad hadis no 22989

ﺸﻮﺴ ًﺔﺴﺴأ نﺴأ ﺶ ﺶﺴأ ﺸ ﺴ ﺴةﺴﺪﺸﺴﺮُﺦ ُﺸ ﺶ ﺒ ُﺪﺸﺴ ﺶﺴﺪﺴ ﺲﺸﺴ ُ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ ﺶبﺎﺴُﺸ ﺒ ُﺸ ُﺪﺸﺴز ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ

ﺸ ﺴﺴأ ﺴءﺒﺴﺚ

ﺶزﺎﺴﺴ ﺶ ﺸﺴﺦ ﺸ ﺶ ﺴ ﺴ ﺴﺜ ﺸﺪﺴﺴو ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶ ﺒ ﺴلﻮُ ﺴﺜ

ﺸنﺶﺐ ُتﺸﺜﺴﺬﺴ ُ ﺸُ ﱢﱐﺶﺐ ﺸ ﺴﺎﺴﺴﺦ ﺶ

ﺶﺴﺸﺴﺦ ﺸﺴ ﺶ ﺸُ ﺸنﺶﺐﺴو ﺶﺴﺸﺦﺎﺴ ﺶ ﺸﺴﺴﺦ ﺶ ﺸُ ﺸنﺶﺐ ﺴلﺎﺴ ﱢﺧﺪﺎﺶ ﺴكﺴﺪﺸﺶ ﺴبﺶﺮﺸ ﺴأ ﺸنﺴأ ﺎًﺶﺎﺴ ُ ﺒ ﺴكﺚﺴﺜ

ﺴ ﺶﺴو ُُﺮﺸﺦﺴ ﺴ ﺴ ﺴﺚﺴو ُبﺶﺮﺸ ﺴ ﺴ ﺶﺴو ﺳﺮﺸﺴ ﻮُﺴأ ﺴ ﺴ ﺴﺪﺴ ﺸ ﺴﺴﺮﺴ ﺴ ﺶﺴﺸﺴﺦ ﺴﺴ

ُﺮﺴُ ﺴ ﺴ ﺴﺚ ُﰒ ُبﺶﺮﺸ ﺴ

ﺸ ﺒ نﺶﺐ ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶ ﺒ ُلﻮُ ﺴﺜ ﺴلﺎﺴﺴﺦ ﺲﺔﺴﺦ ﺴُ ﺴ ﺶﺴو ﺎﺴﻬﺴﺸﺴ ﺎﺴﻬﺦ ُﺚ ﺸ ﺴﺴﺴ ﺴ ﺴلﺎﺴ

ﺴنﺎﺴﻄ

ﺴ ﺸﺴ ﺴﺚ ﺸنﺴأ ﺎ ﺴﺴﺦ ﺶء ﺴُﺆﺴ ﺴ ﺴ ﺴﺚﺴو ﺎﺴُﺎﺴ ﺲ ﺶﺎﺴ ﺎﺴﺴأ ُﺮﺴُ ﺎﺴ ﺴ ﺸﺶ ُﺨﺴﺮﺸﺴﺦﺴ

ﺴﺴﺴﺦ ﺎﺴ ﺸ ﺴﺴﺴﺦ

3F 4

2

Al-Ima>m al-Bukha>ri> wa Abu> al Hasan al-Sindi, Shahi>h al-Bukha>ri> biha>siyat al-Ima>m al-Sindi,

Juz 14 (Be>irut: Da>r al-Kutub al- Ilmiyah, 2008), 3839. Lihat juga, Abu Daud, Sunan Abu> Daud,

hadis no 36885, Ibnu Ma>jah, Sunan Ibnu> Ma>jah, hadis no 4010, Ahmad, Sunan Ahmad, hadis no

21190 dan 21295. (Maktabah Sysmilah)

3

Muhammad bin Hibban, Shahih Ibn Hibban, Juz 15(Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1993), 154

4

Ah}mad bin Hanbal, Musnad Imam Ah}mad bin Hanbal, Juz 38 (t.k.: Muassasah Ar-Risalah, t.t.),


(42)

34

Menceritakan kepada kami Zaid ibn al-Hubbab, menceritakan kepada kami Husain menceritakan kepadaku ‘Abdullah ibnu Buraidah dari ayahnya: bahwasanya ada budak wanita hitam yang datang kepada Rasulallah SWT, ketika beliau datang dari sebuah peperangan. Maka budak tersebut berkata kepada beliau : “sesungguhnya aku pernah bernadzar untuk memukul rebana jika Allah mengembalikanmu dalam keadaan selamat”. Beliau berkata : “jika engkau telah bernadzar, maka lakukanlah. Jika engkau belum bernadzar, maka jangan engkau lakukan”. Maka dia pun mulai memukulnya. Abu Bakar masuk, ia tetap memukulnya. Masuknya sahabat yang lain, sahabat yang lain masuk, ia tetap memukuklnya. Maka ‘Umar masuk ia pun segera menyembunyikan rebananya dibalik punggungnya sambil menutupi dirinya. Maka Rasulallah SAW. Berkata: “Sesungguhnya setan benar-benar takut kepadamu ‘Umar. Aku duduk disini dan mereka ini masuk. Ketika engkau masuk, maka ia melakukan apa yang ia lakukan tadi.

Hadis ini shahih, menurut al-AlBani didalam kitabnya Assilsilah As-shahihah5

3. Hadis Musnad ah}mad hadis no. 4535 dan 4965 Abu> Dawu>d hadis no. 4924 dan

4926.

ﺴﺮﺴُ ﺶﺸﺒ ﺴﺸﻮﺴ ﺳﺶﺎﺴ ﺸ ﺴ ﻰﺴﻮُ ﺶﺸ ﺴنﺎﺴﺸﺴُ ﺸ ﺴ ﺶﺰﺶﺰﺴﺸﺒ ﺶﺪﺸﺴ ُﺸ ُﺪﺶﺴ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ ُﺪﺶﺴﻮﺸﺒ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ

ﺶةﺴﺜﺎ ﺴز ﺴتﺸﻮﺴ ﺴ ﺶﺴﲰ ﺴﺮﺴُ ﺴﺸﺒ نﺴأ

ﺴﻮُﺴو ﺶ ﺶﺮﻄﺒ ﺸ ﺴ ُﺴﺴﺶﺒﺴﺜ ﺴلﺴﺪﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺦُﺛُأ ﺶ ﺶﺸﺴُﺦﺸ ُأ ﺴﺴ ﺴﻮﺴﺦ ﺳﺤﺒﺴﺜ

ﺴﺶﺐ ُﺴﺴﺶﺒﺴﺜ ﺴﺚﺎﺴﺴأﺴو ﺶﺸﺴﺪﺴ ﺴ ﺴ ﺴﻮﺴﺦ ﺴ ُ ﺸُﺦ ﺴ ﺶ ﺸﺴﺴﺦ ﺸﺴﺴﺦ ُلﻮُﺴﺄﺴ ُ ﺴ ﺸ ﺴﺴأ ُﺶﺎﺴ ﺎﺴ ُلﻮُﺴﺦ

ﺴ ﺶ ﺒ ﺴلﻮُ ﺴﺜ ُ ﺸﺴأﺴﺜ ﺴلﺎﺴﺴو ﺶ ﺶﺮﻄﺒ

ﺴ ﺸﺶ ﺴﺴﺴ ﺴ ﺳﺤﺒﺴﺜ ﺶةﺴﺜﺎ ﺴز ﺴتﺸﻮﺴ ﺴ ﺶﺴﲰﺴو ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ

ﺒﺴﺬﺴ

5F

6

Menceritakan kepada kami al-Wali>d, menceritakan kepada Sa>id ibn

‘Abdu al-‘Azi>z dari Sulaima>n ibn Mu>sa dari Nafi’ Maula ibnu ‘Umar r.a:

Bahwasanya ibnu ‘Umar pernah mendengar suara seruling yang di tiup oleh seorang pengembala. Maka ia meletakkan kedua jarinya di kedua telinganya (untuk menyumbat atau menutupinya) sambil membelokkan untanya dari jalan (menghindari suara tersebut). Ibnu ‘Umar berkata: “Wahai Nafi’ apakah kau masih mendengarnya?”. Maka aku berkata: “Ya”. Maka ia terus berlalu hingga aku bertkata: “Aku tidak mendengarnya lagi”. Maka ibnu ‘Umar pun meletakkan tangannya (dari kedua telinganya) dan kembali kejalan tersebut sambil berkata: “Aku

5

Muhammad Nasiruddin al-Albani, Assilsilah As-shahihah, (Riyadh: Maktabah Ma’arif t.t) 43

6


(43)

35

melihat Rasulallah SAW, ketika mendengar suara seruling melakukannya demikia”.

Menurut Ibnu Hibban, seluruh perawinya thiqah, perawinya shahih selain Sulaiman bin Musa, sedangkan menurut An-Nasa’i hadis ini tidak ada kekuatan (lemah), menurut al-Bukhori perawinya termasuk orang-orang munkar, dan didalam sebagian hadisnya lemah, di dalam kitab taqri>b

terpercaya, dan ahli fiqih, Namun dimasa tuanya sering mencampur adukkan hadis tetapi sedikit.7

4. At-Tirmiz}i, Sunan at-Tirmizi}, hadis no. 2137, 2138, dan 2136, dengan jalur yang berbeda.

ﻮُﺸﺴﺦ ُﺸ ُﺚﺎ ﺴ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ

، ﺶ ﺴﺸﺴﻷﺒ ﺶ ﺴ ، ﺶﺞوﺪُ ﺒ ﺶﺪﺸﺴ ُﺸ ﺶﷲﺒ ُﺪﺸﺴ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ : ﺴلﺎﺴ ، ﺶﻮُ ﺒ ﺴب

: ﺴلﺎﺴ ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶﷲﺒ ﺴلﻮُ ﺴﺜ نﺴأ ، ﺳﺸﺴ ُ ﺶﺸ ﺴنﺒﺴﺮﺸﺶ ﺸ ﺴ ، ﺳﺧﺎﺴ ﺴ ﺶﺸ ﺶلﺴ ﺶ ﺸ ﺴ

ﺲﺧﺸﺬﺴﺴو ﺲ ﺸ ﺴﺴو ﺲ ﺸ ﺴ ﺶﺔ ُﻷﺒ ﺶﺶﺬﺴ ﺶ

ﺴﺴﺴو ، ﺶﷲﺒ ﺴلﻮُ ﺴﺜ ﺎﺴ : ﺴ ﺶﺶﺸ ُﺸﺒ ﺴ ﺶ ﺲ ُ ﺴﺜ ﺴلﺎﺴﺴﺦ ،

.ُﺜﻮُُ ﺒ ﺶ ﺴﺶﺮُ ﺴو ُﺧﺶزﺎﺴﺴﺒﺴو ُتﺎﺴﺸﺦﺴ ﺒ ﺶتﺴﺮﺴﻬﺴ ﺒﺴﺛﺶﺐ : ﺴلﺎﺴ ﺋ ﺴكﺒﺴﺛ

7F 8

Telah menceritakan kepada kami ‘Abbad bin Ya’qub al-Ku>fi, telah

menceritakan ‘Abd Allah ibn ‘Abd al-Quddu>s dari al-A’masy dari Hila>l

bin Yisa>f, dari Imra>n bin Husa}in berkata: ““Rasulullah bersabda pada

umatku akan ada pembenaman, penglemparan dan pengrubahan bentuk.” Lalu salah seorang dari kaum muslimin ada yang bertanya. “Kapan hal itu terjadi, Ya Rasulallah?” Beliau menjawab, “Jika telah tampak berbagai nyanyian, alat-alat musik dan diminumnya Khamr”

7

Hibban, Shahih Ibn Hibban, 134.

8


(44)

36

5. Sunan Abu>Dawu>d hadis no. 3685

ﺳ ﺶﺴ ﺶﰊﺴأ ﺶﺸ ﺴﺪﺶﺰﺴ ﺸ ﺴ ، ﺴﺨﺎﺴ ﺸ ﺶﺐ ﺶﺸ ﺶﺪ ﺴُﳏ ﺸ ﺴ ، ﺲﺚﺎ ﺴﲪ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ ، ﺴ ﺶﺎﺴﺸﲰﺶﺐ ُﺸ ﻰﺴﻮُ ﺎﺴﺴﺦﺪ

ﻰﺴﻬﺴﺦ : و ﷲﺒ ﻰ ﺶﷲﺒ ﺶﱯﺴ نﺴأ ، وﺳﺮﺸﺴ ﺶﺸ ﺶﷲﺒ ﺶﺪﺸﺴ ﺸ ﺴ ، ﺴةﺴﺪﺸﺴ ﺶﺸ ﺶﺪﺶﺴﻮﺸﺒ ﺶ ﺴ ،

ﺸﺒﺴو ﺶﺮﺸﺴﺸ ﺒ ﺶ ﺴ

.ﺲمﺒﺴﺮﺴ ﺳﺮﺶ ﺸ ُ ُ : ﺴلﺎﺴﺴو ، ﺶءﺒﺴﺮﺸﺦﺴﺦُﺸﺒﺴو ﺶﺔﺴﻮُ ﺸﺒﺴو ﺶﺮﺶ ﺸﺴ

8F 9

Telah menceritakan kepada kami Mu>sa ibnu Isma>il, telah

menceritakan kepada kami H{ammad dari Muh}ammad ibn Ishaq dari

Ya>zid ibn Abi> H{abi>b dari al-Wali>d ibn ‘Abdah dari ‘Abd Allah ibn ‘Amr,

“Sesungguhnya Rasulallah melarang dari khamr, judi, gendang dan

al-ghubaira>’ (khamr yang terbuat dari bahan jagung), dan setiap yang

memabukkan itu haram.

Hadis ini shahih menurut al-AlBani, di dalam kitabnya shahih wa dhoif sunan Abi Dawu>d9F

10

b. Hadis-hadis tentang nyanyian

1. Sa{h}i>h Bukhari ada dua jalur hadis no. 987, 988 dan S{ah}ih Muslim hadis no. 1482

ﺴﺴأ نﺴأ ﺴﺔﺴ ﺶﺎﺴ ﺸ ﺴ ﺴةﺴوﺸﺮُ ﺸ ﺴ ﺳبﺎﺴﻬﺶ ﺶﺸﺒ ﺸ ﺴ ﺳﺸﺴُ ﺸ ﺴ ُ ﺸ ﺒ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ ﺳﺸﲑﺴُ ُﺸ ﺴﺸﺴﳛ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ

ﺴ ﺶ ﺴﺜ ﺳﺮﺸﺴ

ﺶنﺎﺴﺶﺮﺸ ﺴﺴو ﺶنﺎﺴﱢﺦﺴﺪُﺴو ﺶنﺎﺴﱢﺦﺴُﺦ ًﺶ ﺶمﺎﺴأ ﺶ ﺶنﺎﺴﺴﺦﺶﺜﺎﺴ ﺎﺴ ﺴﺪﺸﺶ ﺴو ﺎﺴﻬﺸﺦﺴﺴ ﺴ ﺴ ﺴﺚ ُﺸﺴ ُ ﺒ

ﻰ ﺴ ﺶﱯ ﺒ ﺴ ﺴ ﺴ ﺴ ﺳﺮﺸ ﺴ ﻮُﺴأ ﺎﺴُﳘﺴﺮﺴﻬﺴﺦﺸﺦﺎﺴ ﺶﺶﺸﻮﺴﺦﺶ ﱟ ﺴﺴﺦُ ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶﱯ ﺒﺴو

ﺴﺴ ُ ﺒ

ﺶﺸ

ًﺶ ُمﺎﺴأ ُمﺎﺴﺸﻷﺒ ﺴ ﺸﺶﺴو ﺳﺪ ﺶ ُمﺎﺴأ ﺎﺴﻬﺦ ﺶﺈﺴ ﺳﺮﺸﺴ ﺎﺴﺴأ ﺎﺴ ﺎﺴُﻬﺸ ﺴﺚ ﺴلﺎﺴﺴﺦ ﺶﺶﻬﺸ ﺴو ﺸ ﺴ ﺴ ﺴ ﺴو

ﺸ ﺴﺎﺴﺴو

ﺴﺦ ﺸ ُﺴو ﺶﺔﺴ ﺴﺴﺸ ﺒ ﺴﺶﺐ ُﺮُ ﺸﺴأ ﺎﺴﺴأﺴو ﺶﱐُﺮُﺦﺸ ﺴ ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶﱯ ﺒ ُ ﺸﺴأﺴﺜ ُﺔﺴ ﺶﺎﺴ

ﺶ ﺴنﻮُﺴﺸ

ﺶﺸﺴﺦ ﺴةﺴﺪﺶﺸﺜﺴأ ﺶﺴ ﺎًﺸﺴأ ﺸ ُﻬﺸ ﺴﺚ ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶﱯ ﺒ ﺴلﺎﺴﺴﺦ ُﺮﺴُ ﺸ ُﺴﺮﺴ ﺴﺰﺴﺦ ﺶﺪﺶ ﺸ ﺴﺸﺒ

ﺸ ﺶ

ﺸﺴﺸﻷﺒ

10F 11

9

Abu> Dawu>d, Sunan Abu>Dawu>d, hadis no.3685 Juz III (t.k.: Muassah Ar-Risalah, t.t), 328.

10

Muhammad Nasiruddin al-Albani, Shahih wa Dhoif Abi Dawu>d, (Iskandaria: Markaz Nurul

Islam Liabhasil Qur’an wa Sunnah, t.t) 244.

11

Al-Ima>m al-Bukha>ri> wa Abu> al Hasan al-Sindi, Shahi>h al-Bukha>ri> biha>siyat al-Ima>m al-Sindi,

Juz 2 (Be>irut: Da>r al-Kutub al- Ilmiyah, 2008), 16; Lihat juga Muslim, S{ah}ih Muslim hadis no.


(45)

37

Menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah menceritakan kepada kami al-Laist dari ‘Uqail dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah dari Aisyah, bahwa Abu Bakar r.a pernah masuk menemuinya

pada hari-hari saat di Mina (Tasyriq). Saat itu ada dua budak bermain

rebana, sementara Nabi SAW menutup wajahnya dengan kain. Kemudian Abu Bakar melarang dan menghardik kedua budak itu, maka Nabi SAW melepas kain yang menutup wajahnya seraya berkata: “Biarkanlah wahai Abu Bakar. Karena itu adalah hari raya ‘Ied.” hari itu adalah

hari-hari Mina (Tasyriq). Aisyah berkata, “Aku melihat Nabi menyaksikan

budak-budak Habsyah yang sedang bermain di dalam masjid. Tiba-tiba ‘Umar menghentikan mereka, maka Nabi SAW pun bersabda: “Biarkanlah mereka dengan jaminan Bani Arfidah, yaitu keamanan.”

نﺴأ وﺲﺮﺸﺴ ﺎﺴﺴﺮﺴﺦﺸ ﺴأ ﺴلﺎﺴ ﺳ ﺸﺴو ُﺸﺒ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ ﺴلﺎﺴ ُﺪﺴﺸﲪﺴأ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ

يﺶﺪﺴ ﺴﺸﻷﺒ ﺶﺴﺸﲪﺮﺒ ﺶﺪﺸﺴ ﺴﺸ ﺴﺪ ﺴُﳏ

يﺶﺪﺸﺶ ﺴو ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶ ﺒ ُلﻮُ ﺴﺜ ﺴﺴ ﺴ ﺴ ﺴﺚ ﺸ ﺴﺎﺴ ﺴﺔﺴ ﺶﺎﺴ ﺸ ﺴ ﺴةﺴوﺸﺮُ ﺸ ﺴ ُﺴﺪﺴ

ﺴو ﺴلﻮﺴ ﺴو ﺶﺟﺒﺴﺮﺶﺸﺒ ﻰﺴﺴ ﺴ ﺴ ﺴﻄﺸ ﺎﺴ ﺴﺖﺎﺴُﺦ ﺶءﺎﺴﺶﺶ ﺶنﺎﺴﱢﺦﺴُﺦ ﺶنﺎﺴﺴﺦﺶﺜﺎﺴ

ﺶﱐﺴﺮﺴﻬﺴﺦﺸﺦﺎﺴ ﺳﺮﺸﺴ ﻮُﺴأ ﺴ ﺴ ﺴﺚﺴو ُﺴﻬﺸ

ﺴﺴ ﺶ ﺒ ُلﻮُ ﺴﺜ ﺶﺸﺴﺴ ﺴ ﺴﺸﺦﺴﺄﺴ ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﱢﺶﱯ ﺒ ﺴﺪﺸﺶ ﺶنﺎﺴﻄﺸ ﺒ ُةﺴﺜﺎﺴﺸﺰﺶ ﺴلﺎﺴﺴو

م ﺴ ﺒ ﺶﺸ

ﺴﺚ ﺴلﺎﺴﺴﺦ

h

ﺎﺴﺴ ﺴﺮﺴ ﺴ ﺎﺴُﻬُﺦﺸﺰﺴﺴ ﺴ ﺴﺴ ﺎ ﺴﺴﺦ ﺎﺴُﻬﺸ

ﺴﺦ ﺴنﺎﺴﺴو

ﺶبﺒﺴﺮﺶﺸ ﺒﺴو ﺶﺨﺴﺜﺪﺎﺶ ُنﺒﺴﺚﻮ ﺒ ُ ﺴﺸﺴﺦ ﺳﺪ ﺶ ﺴمﺸﻮ

ﺎﺴﺴﺄﺴ ﺸ ﺴﺴﺦ ُ ﺸُﺴﺦ ﺴ ﺶﺮُ ﺸﺴﺦ ﺴ ﺶﻬﺴﺸ ﺴ ﺴلﺎﺴ ﺎ ﺶﺐﺴو ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶﱯ ﺒ ُ ﺸﺴﺄﺴ ﺎ ﺶﺈﺴ

ُﺴءﺒﺴﺜﺴو ﺶﺴ

ﺴأ ﺶﺴ ﺎﺴ ﺸ ُﺴوُﺚ ُلﻮُﺴﺦ ﺴﻮُﺴو ﺶﱢﺪﺴ ﻰﺴﺴ يﱢﺪﺴ

ﺸﺶﺴ ﺒﺴﺛﺶﺐ ﺴ ﺴةﺴﺪﺶﺸﺜ

ُ ﺸُﺦ ﺶ ُﺸ ﺴ ﺴلﺎﺴ ُ

ﺸ ﺴﺴﺦ

ﺶﱯﺴﺸﺛﺎﺴ ﺴلﺎﺴ

11F 12

Telah menceritakan kepada kami ah}mad ibn Isa berkata, telah

menceritakan kepada kami ibnu Wahab berkata, telah menghabarkan

kepada kami ‘Amr sesungguhnya Muh}ammad ‘Abdu al-Rah}man

al-Asady, telah menceritakan kepadanya dari ‘Urwah dari Aisyah berkata : “Pada suatu hari Rasulallah masuk ketempatku. Ketika itu ditempatku ketika itu disampingku ada dua gadis budak yang sedang mendendangkan nyanyian. Kulihat Rasulallah SAW. Berbaring dengan memalingkan mukanya. Pada saat itulah Abu Bakar masuk dan ia marah kepadaku. Katanya: “Di rumah Nabi ada seruling setan?” dengan seruan itu Nabi lalu menghadapkan mukanya kepada Abu Bakar seraya berkata: “Biarkanlah keduanya, hai Abu Bakar.” Tatkala Abu Bakar tidak memperhatikan lagi aku suruh kedua perempuan itu keluar. Waktu itu adalah hari raya dimana orang-orang sudan sedang menari dengan memainkan alat penangkis dan senjata perangnya. Maka adakalanya aku sendiri yang meminta kepada Nabi SAW, atau beliau yang menawarkan kepadaku: “Apakah kamu mau melihatnya?” maka aku menjawab, “Ya, mau. “maka beliau menempatkan aku berdiri dibelakangnya, sementara pipiku bertemu dengan pipinya sambil beliau berkata: “ Teruskan bani Afradah!” demikian seterusnya sampai aku merasa bosan lalu beliau berkata: “Apakah kamu merasa bosan

12


(46)

38

lalu beliau berkata “Apakah kamu merasa cukup?” aku jawab, “Ya, sudah.” Beliau lalu berkata: “Kalau begitu pergilah.

2. Abu> Dawu>d, hadis no. 4929

ﺳﺔﺴ ﺶﺴو ﺶ ﺳﺶﺒﺴو ﺎﺴﺴأ ﺴﺪﺶﻬﺴ ﺳ ﺸﺴ ﺸ ﺴ ﺳ ﺶ ﺸ ﺶ ُﺸ ُم ﺴ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ ﺴلﺎﺴ ﺴ ﺶﺒﺴﺮﺸﺦﺶﺐ ُﺸ ُﺶﺸ ُ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ

ﺴﺴ ﺴ

ُ ﺸﺶﺴﲰ ُلﻮُﺴﺦ ﺶ ﺒ ﺴﺪﺸﺴ ُ ﺸﺶﺴﲰ ﺴلﺎﺴﺴو ُﺴﺴﻮﺸﺦﺴ ﺳﺶﺒﺴو ﻮُﺴأ ﺴ ﺴ ﺴنﻮﺴُﺦ ﺴنﻮُ ﺴﺴﺦﺴﺦ ﺴنﻮُﺴﺸﺴﺦ ﺒﻮُ

ﺶ ﺒ ﺴلﻮُ ﺴﺜ

-و ﷲﺒ ﻰ

-. ﺶ ﺸﺴﺸﺒ ﺶ ﺴﺨﺎﺴﱢﺦ ﺒ ُ ﺶﺸُﺦ ُءﺎﺴﺶﺸﺒ ُلﻮُﺴﺦ

12F

13

Telah menceritakan kepada Musli ibnu Ibra>him berkata, telah

menceritakan kepada kami Sala>m ibn Miski>n Syaikh Sahid Aba Wa>il

dalam suatu walimah “Meriahkanlah dengan permainan dan permainan

mereka” kemudian Abu Wa>il menghalalkan dan menikahkannya, dan Abu

Wa>il berkata saya mendengar ‘Abd Allah berkata saya mendengar Rasul

Allah bersabda: “Nyanyian dapat menimbulkan kemunafikan di dalam hati”.

Meriwayatkan Dawu>d dari ‘Abdullah bin Mas’ud, hadis ini Mar’fu’ dengan sanadnya yang dhoif13F

14

3. Musnad Ah}mad, hadis no. 22790

ﺴﺴﺦﺪﺴ

ُﺔﺴﺴﺪﺴ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ ﺳﺸﺴُﺚ ُﺸ ُ ﺸ ﺴﺸﺒ ﺎﺴﺴﺮﺴﺦﺸ ﺴأ ُ ﺴ ﺸﻮﺴ ﺸﺒ ﺳﺜﻮُ ﺸﺴ ُﺸ ُﺨﺎﺴ ﺸ ﺶﺐ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ ﺶ ﺒ ﺪﺸﺴ ﺎ

ﺶ ﺸ ﺴةﺴﺚﺎﺴُ ﺸ ﺴ ﺳءﺎﺴﻄﺴ ﺶﰊﺴأ ﺸ ﺴ ﺶﺎ ﺒ ﺳ ﺶُ ﻮُﺴأ ﺎﺴﺴﺦﺪﺴ ﱢ ﺶ ﺴ ﺒ ﺳﺪﺴﺸﺮﺴﺦ ﺸ ﺴ ﻰﺴﻮُ ُﺸ

ﻮُ ﺴﺜ ﺸ ﺴ ﺶ ﺶﺎ ﺒ

ﺶ ﺴﺸﲪﺮ ﺒ ﺶﺪﺸﺴ ﺸ ﺴ ﺳ ﺴ ﺸﻮﺴ ُﺸ ُﺮﺸﻬﺴ ﺶﺴﺪﺴ و ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶ ﺒ ﺶل

ﺸ ﺴ ﺶﺴ ﺴﺸﺒ وﺳﺮﺸﺴ ُﺸ ُ ﺶ ﺎﺴ ﺶﺴﺪﺴ ﺴو ﺴلﺎﺴ ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶ ﺒ ﺶلﻮُ ﺴﺜ ﺸ ﺴ ﺳﺸﺴ ﺶﺸ

ﺶﰊﺴأ

ﺶلﻮُ ﺴﺜ ﺸ ﺴ ﺴﺔﺴﺎﺴُأ

ُﺸﺴ ُ ﺸﱢﺪُ ﺸوﺴأ ﺶ ﺴ ُﺸﺒ ُﺸ ُﺪ ﺶﺴ ﺶﺴﺪﺴ ﺴو ﺴلﺎﺴ ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶ ﺒ

ﺴ ﺶﺴﺴ ﺶﺶﺪﺴﺶ ﺳﺪ ﺴُﳏ ُ ﺸﺴﺦ يﺶﺬﺒﺴو ﺴلﺎﺴ ﺴ ﺴ ﺴو ﺶﺸﺴﺴ ُ ﺒ ﻰ ﺴ ﺶ ﺒ ﺶلﻮُ ﺴﺜ ﺸ ﺴ ﺳﺞﺎ ﺴ ﺶﺸﺒ ﺸ ﺴ

ُأ ﺸ ﺶ ﺲﺞﺎﺴ

ﺴمﺶﺜﺎﺴ ﺴﺸﺒ ﺸﺶﺶ ﺴﺸ ﺶﺸ ﺎﺶ ﺴﺮﺶزﺎﺴﺴ ﺴو ًةﺴﺚﺴﺮﺶ ﺒﻮُ ﺶﺸ ُﺴﺦ ﺳﻮﺸﺴﺴو ﺳ ﺶﺴﺴو ﺳﺮﺴﻄﺴﺴو ﺳﺮﺴﺴأ ﻰﺴﺴ ﺶ

ﺴﺮﺶﺮﺴﺸ ﺒ ﺸ ﺶﻬﺶ ﺸُﺴو ﺎﺴﱢﺮﺒ ﺸ ﺶﻬﺶﺸﺴأﺴو ﺴﺮﺸﺴﺸ ﺒ ﺸﺶﺶﺑﺸﺮُ ﺴو ﺶتﺎﺴﺸﺦﺴﺸﺒﺴو

14F

15

Telah menceritakan ‘Abd Alla>h, telah menceritakan kepada kami

Isha>q ibn Mansu>r al-Kausaju, telah mengkhabarkan kepada kami al-Fad}l

ibn Dukain, telah menceritakn kepada kami S{adaqah ibn Mu>sa dari

13

Abu> Dawu>d, Sunan Abu>Dawu>d, hadis no.4929 Juz IV (t.k.: al-Maktabah Ma’arif, 2000), 435

14

Muhammad Nasiruddin al-Albani, Iman wa Muallimah wa Sunnanah Wastikmala

Wadarajatuhu, (t.k.: Maktabah Ma’arif, 2000), 59

15

Ah}mad Ibn Hanbal, MusnadAh}mad Ibn Hanbal, hadis no. 22790 (t.k.: al-Muassah Ar-Risalah,


(47)

39

Farqad ibn al-Subakhi, telah menceritakan kepada kami Abu> Mu>nib

al-Sya>mi dari Abi ‘Ata’ dari ‘Uba>dah ibn al- Syamit dari Rasul Alla>h

bersabda: “Demi zat yang jiwaku dalam genggamannya. Pasti akan datang manusia dari ummatku yang bersuka ria, berbuat bodoh, bermain-main, dan bersendau gurau. Kemudian esoknya mereka berubah menjadi kera dan anjing karna perbuatan mereka yang menghalalkan perkara haram dan nyanyian, meminum-minuman keras, memakan riba, dan memakai sutra.

Hadis ini di nilai dhoif, diriwayatkan dari ‘Abdullah, diriwayatkan dari al-Tabrani satu jalur yaitu dari hadis Amamah.15F

16

1. Hadis-hadis yang terjalin satu tema tentang musik dan nyanyian

Dalam membantu memahami hadis tentang musik dan nyanyian, harus dihimpun semua hadis shahih yang berkaitan dengan tema tersebut. Kemudian mengembalikan kandungannya yang mutasya>bih kepada yang muh}kam, mengaitkan yang mutlaq dengan muqayyad, menafsirkan yang ‘am dengan yang khas. Dengan cara itu hadis-hadis tersebut dapat dimengerti maksudnya dengan lebih jelas dan tidak dipertentangkan antara hadis yang shahih dengan yang lainnya.16F

17

Redaksi hadis tentang musik dan nyanyian telah dipaparkan di atas. Meskipun bermain musik ada sebagian hadis yang mengharamkan akan tetapi ada sebagian yang lain yang membolehkannya. Untuk itu perlu dihimpun hadis-hadis lain yang satu tema dengan permasalahan seni musik agar dapat diperoleh pemahaman yang lebih valid.

16

Al-Araqi, Ibn Hajar, Majma’ Az-Zawaid Wamanba’ul Fawaid, (t.k.: Maktabah Ma’arif, t.t), 243

17

Yusuf Qardawi, Bagaimana Memahami Hadis Nabi Muhammad SAW, trj. Muhammad al-Baqir


(1)

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari paparan skripsi yang telah dikemukakan empat bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Makna hadis yang terkandung dalam hadis-hadis tersebut adalah al-maa>zif

alat-alat musik dan permainan, contohnya; al-‘ud (sejenis kecapi),

tanbu>r (gitar atau rebab), dikatakan pula duf dan a>zif artinya

al-mughanni> (penyanyi) dan al-la>’ibu biha> (yang memainkannya), atau nama

bagi setiap alat musik yang dimainkan seperti seruling rebab atau gitar,

terompet, simbal atau kecrekan. Sedangkan al-qaynah berarti penyanyi

yang dulunya budak, muzma>r yang berarti seruling atau terompet,

al-ku>bah} yang berarti gendang, ada pendapat lain yang mengatakan al-ku>bah adalah permainan dadu atau semua jenis musik yang bersenar, seperti;

harpa, biola, gitar dari seluruh alat musik yang ada begitu pula nyanyian.

2. Dalam konteks kekinian, hadis ini direlevansikan pada umat Islam sekarang

yang mendengarkan atau memainkan musik dengan harus memperhatikan faktor-faktor berikut: Pertama, lirik lagu yang dilantunkan. Kedua, alat musik yan digunakan. Ketiga, cara penampilan. Keempat, akibat yang ditimbulkan. Kelima, aspek tasyabuh atau keserupaan dengan orang kafir.


(2)

80

B.Saran-saran

Penyusun mengakui, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Keterbatasan penyusun dalam mengkaji data menyebabkan mudahnya mendapati kekurangan dalam skripsi ini. Besar harapan penyusun kepada pengkaji Ma’a>nil Hadi>s terhadap kajian ini, untuk memberi kritik demi penyempurnaan kajian.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi Mujid al-Di>n Muh}ammad Ibn Ya’qub al-Fairuz. al-Qamu>s al-Muh}it Juz II

Beirut: Da>r al-Fikr, tt.

Al-Albani Muhammad Nasiruddin. Assilsilah As-shahihah, Riyadh: Maktabah

Ma’arif t.t.

. Iman wa Muallimah wa Sunnanah Wastikmala Wadarajatuhu, t.k.: Maktabah Ma’arif, 2000.

. Shahih wa Dhoif Abi Dawu>d, (Iskandaria:

Markaz Nurul Islam Liabhasil Qur’an wa Sunnah, t.t) 244.

Al-Asqalani Fathul Bari Hafiz} Ahmad Ali bin Hajar. Fathul Bari’ bi Syarah

Shahih al-Bukhori, Juz 10, t.k: Da>r al-Fikr, t.t.

Al-Baghdadi Abdurahman. Seni Dalam Pandangan Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1991.

Al-Bukha>ri> Al-Ima>m wa Abu> al Hasan al-Sindi. Shahi>h Bukha>ri> biha>siyat al-Ima>m al-Sindi, Juz 14 Be>irut: Da>r al-Kutub al- Ilmiyah, 2008.

.Shahi>h Bukha>ri> biha>siyat al-Ima>m al-Sindi, Juz 2 Be>irut: Da>r al-Kutub al- Ilmiyah, 2008.

Bungin Burhan. Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metode kea rah

Ragam Varian Kontemporer Jakarta: RajaGrafindo, 2007.

Bustamin dan M. Isa H. A. Salam, Metodologi Kritik Hadis Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2004.

Dawu>d Abu>.Sunan Abu>Dawu>d, Juz III t.k.: Muassah Ar-Risalah, t.t.

>. Sunan Abu> Dawu>d, Juz IV t.k.: al-Maktabah Ma’arif, 2000.

Farmer Henry George. Musik Religious Islam, dalam Abdul Jabbar, Seni Dalam Peradaban Islam, Bandugng: Penerbit Pustaka, 1988.

Al-Ghazali> Abu Hamid Muhammad ibn Muhammad. Ihya’ ‘Ulum al- Din, Jilid

VI t.k. Dar al-Fikr 1991.

Al-Hamidi Muhammad bin Futuh. al-Jami’ baina al-Shahihain al-Bukha>ri wa Muslim, Juz I, (Beirut: Libanon, 2002.


(4)

Hajar Al-Araqi, Ibn. Majma’ Az-Zawaid Wamanba’ul Fawaid, t.k.: Maktabah

Ma’arif, t.t.

HAM Musahadi. Evolusi konsep Sunnah: Implikasinya Pada Perkembangan Hukum Islam Semarang: Aneka Ilmu, 2000.

HanbalAh}mad Ibn. MusnadAh}mad Ibn Hanbal, t.k.: al-Muassah Ar-Risalah, t.t.

Hibban, Muhammad bin. Shahih Ibn Hibban, Juz 15 Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1993.

Ibnu Qayyim, al-Ighasa>h, (Maktabah Ibnu Taymiyah wa Ibnu Jauzy, al-Masa>hah al-Mata>hah,tt).

Al-Khat}t}abi. al-Ma’a>lim Jilid V Beirut: Dar al-Fikr tt.

Katsi>r Ibn. Tafsir Ibn Katsir, 261; Lihat juga, At-Thabari, Tafsir at-Thabari, Juz V Bairut: Dar al-Fikr tt.

Majah Ibnu. Sunan Ibnu Majah, t.k.: Maktabah Syamilah tt.

Muhammad Majd al-Din al-Mubarak Ibn. al-Jazari Ibn al-Asi>r al-Nihaya>h fial-G}hari>b al-Hadi>ts wa al-Atsar Juz 1, Beirut Da>r al-Fikr tt.

. Hadis wal Atsar, Juz II. Beirut Da>r al-Fikr tt.

Munawwir A. Warson. Kmaus Arab – Indonesia al-Munawwir, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.

Mustamir. 5 Metode Penyembuhan Dari Langit Yogyakarta: Lingkungan, 2008. Al-Nabhani. Muqaddimah al-Dustu>r, t.k.: t.p. 1963.

Prier Karl Edmund. Sejarah Musik, Jilid 1 Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1991.

Qardha>wi Yu>suf. Halal dan Haram dalam Islam Surabaya: PT Bina Ilmu Offest,

2003.

. Bagaimana Memahami Hadis Nabi Muhammad SAW, trj.

Muhammad al-Baqir Bandung: Karisma, 1999.

. Malamih al-Mujtama’ al-Muslim, terj. Abdus Salam, Nurhadi,


(5)

Qayyim Ibn. al-Igha>sah, (Maktabah Ibnu Taymiyah wa Ibnu Jauzy, al-Masa>hah

al-Mata>hah,tt.

Al-Manawi Muhammad Abdur Rauf. Faid al-Qadir Syarah al-Jami’ as-Shagir,

Jilid IV Beirut: Da>r al-Fikr, 1972.

al-Qaswini Muhammad bin Yazid Abu Abdullah. Sunan Ibnu Majah, Juz 1 Beirut: Dar al-Fikr, t.t.

Al-Qurtubi. Tafsir al-Qurtubi, Juz XVII Beirut: Dar al-Fikr t.t. . Kasy al-Qina, t.k.: Muassasah al-Qudsiyah. tt.

Rachmawati Fitria. “Hadis Tentang Musik dan Nyanyian Dalam Kitab Shahih Al-Bukhori Nomor Indeks 987” Skripsi, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel, 2013.

Al-Shidieqi TM. Hasbiy. Sejarah Ilmu Hadis, Jakarta: Bulan Bintang, 1993. Sumarsam. Gamelan Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.

Suryadi. Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi; Perspektif Muhammad al-Ghazali dan Yusuf al-Qardhawi, Yogyakarta: Teras, 2008.

Suseno Darmo Budi. Lantunan Shalawat Dan Nasyid Unuk Melejitkan

IQ-EQ-SQ Yogyakarta: Media Insani, 2005.

Syakir Ahmad. taq’lid atas kitab al-Musnad,t.k. Muassasah Ar-Risalah t.t. Al-Syaukani Ima>m. Nail al-Authar, jilid VIII Beirut: Da>r al-Fikr, tt.

. Irsya>d al- Fuhul ila Tahqiq al Haq min Ilm al-Usu>l, Beirut: Dar al-Fikr t.t.

Al-Thahh>an Mahmu>d. Tafsir Musthalah Hadis Surabaya, al-Hidayah, tt.

Al-Tirmidzi. Muhammad bin Isa Abu Isa al-Sulami. al-Jami’ al-Shahih Sunan al-Tirmidzi, Beirut: Dar Ibya’ al-Turats al-Arabi, t.t.

. Sunan at-Tirmizi}, Juz IV t.k.: t.p t.t.

Wensink, A.J. Mu’jam al-Mufahras Li AlFa>z} al-Hadis al-Nabawi,VII Laiden: Maktabah Brill, 1987.

Al-Z{ahabi. Syiar al-A’lam al-Nubula’, Maktabah al-Syamilat, tt.

Zuhri Muhamammad. Telaah Matan Hadis; Sebuah Tawaran Metodologis, Yogyakarta: LESFI, 2003.


(6)

http://mahir-al-hujjah.blogspot.com/2008/07/seni-muzik-suatu-kajian-dari-perspektif.html. (Jum’at, 10 Desember 2015, 06:32 WIB)

Indonesia “KBBI”, http://bahasa. Kemdiknas.go.id/kbbi/indeks.php, (Jum’at, 10 Desember 2015, 05:47 WIB)

Muhammad Yunus, Kamus Indonesia – Arab, 154

Kusuma juanda “Tentang Musik” lihat, http//: www.pesantrenvirtual.com, diakses selasa 01 Desember 2015.

(indonesia) “KBBI”, http://bahasa.kandiknas.go.id/kbbi/index.php (Senin, 23 Nopember 2015, 11:20 WIB)

Buletin Sidogiri, Musik dan Nyanyian Dalam Islam, edisi 107 Dzul Hijjah 1436. Ardiansyah Denny. “Energi Mabuk Musik Masa kini” dalam Lampung Post,

Minggu 30 November 2008.

Jauhari, “Keindahan Islam Terhadap Kreasi Seni Musik dan Nyanyian,” diakses

11 januari 2016.