Unduh BRS Ini
No. 04/01/13/Th. XX/3 Januari 2017
PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016
1.
Garis Kemiskinan (GK) September 2016 mengalami peningkatan 3,04 persen, menjadi
Rp 438.075 per kapita per bulan dari Rp 425.141 per kapita per bulan pada Maret
2016.
Komponen terbesar pembentuk Garis Kemiskinan adalah Garis Kemiskinan Makanan
dengan kontribusi 76,32 persen, sedangkan Garis Kemiskinan Non Makanan
memberikan kontribusi sebesar 23,68 persen.
Secara persentase, penduduk miskin naik sebesar 0.05 poin dari periode Maret 2016 ke
periode September 2016 yaitu dari 7,09 persen menjadi 7,14 persen.
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2016 adalah
376.510 jiwa, naik sebanyak 4.955 jiwa dibanding Maret 2016. Menurut wilayahnya,
perkotaan naik sebanyak 548 jiwa, dan jumlah penduduk miskin perdesaan mengalami
peningkatan sebanyak 4.407 jiwa.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik 0,026 poin, dari 1,096 pada Maret 2016
menjadi 1,122 pada September 2016.
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami kenaikan sebesar 0,036 poin,
dari 0,242 pada Maret 2016 menjadi 0,278 pada September 2016 .
Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2016 – September 2016
Perubahan jumlah dan persentase penduduk miskin tidak akan terlepas dari perubahan
nilai garis kemiskinan. Garis kemiskinan (GK) merupakan rata-rata pengeluaran per
kapita perbulan yang digunakan untuk mengklasifikasikan penduduk kedalam golongan
miskin atau tidak miskin.
Garis kemiskinan yang digunakan untuk menghitung penduduk miskin September 2016
adalah Rp.438.075 (kapita/bulan). Peran komoditi makanan terhadap garis kemiskinan
makanan jauh lebih besar dibandingkan komoditi non makanan. Pada bulan September
2016, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 76,32
persen. Jika dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan maka sumbangan garis
kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan di perdesaan sebesar 80,33 persen,
lebih besar dibandingkan daerah perkotaan yang hanya 70,86 persen. Komposisi
tersebut tidak jauh berbeda dangan kondisi Maret 2016.
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
1
Jika dibandingkan antara September 2016 dengan Maret 2016, maka garis kemiskinan
daerah perkotaan meningkat sebesar 2,98 persen. Sedangkan di daerah perdesaan
meningkat 2,83 persen. Jika dilihat menurut komponennya maka terjadi perbedaan
antara perkotaan dan perdesaan. Di daerah perdesaan garis kemiskinan non makanan
mengalami perubahan yang lebih besar daripada garis kemiskinan makanan.
Tabel 1.
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2016
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Daerah/
Tahun
(1)
Perkotaan
Maret 2014
September 2014
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
September 2016
Makanan
Non
Makanan
(2)
(3)
Total
Jumlah
penduduk
miskin
Persentase
penduduk
miskin (%)
(4)
(5)
(6)
269 473
282 276
288 410
301 356
312 154
322 168
105 495
108 587
117 925
121 984
129 369
132 506
374 968
390 862
406 335
423 339
441 523
454 674
108 076
108 532
118 034
118 480
118 962
119 510
5,43
5,41
5,73
5,73
5,54
5,52
268 291
279 289
293 768
313 294
332 415
341 816
65 220
70 535
75 985
77 884
81 375
83 703
333 511
349 824
369 753
391 178
413 790
425 520
271 120
246 206
261 575
231 050
252 593
257 000
8,68
7,84
8,35
7,35
8,16
8,27
268 751
280 453
291 641
308 554
326 993
334 358
80 904
85 374
92 637
95 393
98 148
103 717
349 656
365 827
384 277
403 947
425 141
438 075
379 196
354 738
379 609
349 530
371 555
376 510
7,41
6,89
7,31
6,71
7,09
7,14
Pedesaan
Maret 2014
September 2014
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
September 2016
Kota + Desa
Maret 2014
September 2014
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
September 2016
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
2.
Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat, Maret
2016 – September 2016
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2016 adalah
376.510 jiwa mengalami peningkatan 1,33 persen dibandingkan kondisi Maret 2016.
Lebih dari dua per tiga, tepatnya 68,26 persen, penduduk miskin tinggal di daerah
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
2
perdesaan. Jadi sekitar 31,74 persen penduduk miskin tinggal di perkotaan. Tabel 2,
menunjukkan bahwa 5,52 persen penduduk perkotaan dikategorikan sebagai penduduk
miskin, sementara itu, di daerah perdesaan sekitar 8,27 persen. Secara keseluruhan
persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan dari
7,09 persen pada Maret 2016 menjadi 7,14 persen pada September 2016. Dilihat
perkembangan menurut perdesaan dan perkotaan persentase penduduk miskin di daerah
perdesaan mengalami perubahan relatif lebih tinggi dari daerah perkotaan. Penduduk
miskin daerah perkotaan turun dari 5,54 persen pada Maret 2016 menjadi 5,52 persen
pada September 2016. Di daerah perdesaan, persentase penduduk miskinnya mengalami
peningkatan dari 8,16 persen menjadi 8,27 persen. Perkembangan perubahan persentase
dan jumlah penduduk miskin menurut daerah perdesaan dan perkotaan berturut-turut
dapat dilihat pada Grafik 1 dan Grafik 2.
Tabel 2.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat
Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2016
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)
Tahun
(1)
Maret 2014
September 2014
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
September 2016
Persentase Penduduk Miskin (%)
Perkotaan
(2)
108 076
Perdesaan
(3)
271 120
Jumlah
(4)
379 196
Perkotaan
(5)
5,43
Perdesaan
(6)
8,68
Jumlah
(7)
7,41
108 532
118 034
118 481
118 962
119 510
246 206
261 575
231 048
252 593
257 000
354 738
379 609
349 529
371 555
376 510
5,41
5,73
5,73
5,54
5,52
7,84
8,35
7,35
8,16
8,27
6,89
7,31
6,71
7,09
7,14
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Grafik 1.
Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat
Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2016
11
10
9
8,68
8,35
7,84
7,41
7,31
6,89
6
5
8,27
7,09
7,14
7,35
8
7
8,16
5,43
5,41
Mar-14
Sep-14
6,71
5,73
5,73
5,54
5,52
Mar-15
Sep-15
Mar-16
Sep-16
4
Kota
Desa
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
Kota+Desa
3
Grafik 2.
Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat
Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2016
500.000
450.000
400.000
379.609
379.196
354.738
349.529
371.550
376.510
252.590
257.000
350.000
300.000
271.120
261.575
246.206
231.048
250.000
200.000
150.000
108.076
108.532
118.034
118.481
118.960
119.510
Mar-14
Sep-14
Mar-15
Sep-15
Mar-16
Sep-16
100.000
50.000
0
Kota
3.
Desa
Kota+Desa
Perkembangan Penduduk Miskin Maret 2016 – September 2016
Informasi kemiskinan yang disajikan merupakan keadaan kemiskinan pada bulan Maret
2016 dan bulan September 2016. Dari Maret 2016 ke September 2016 jumlah penduduk
miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 548 jiwa, walaupun dari besarnya persentase
turun sebesar 0,43 persen. Sedangkan untuk jumlah penduduk miskin perdesaan
mengalami peningkatan sebanyak 4.407 jiwa. Perubahan tersebut mengakibatkan
jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan sebanyak
4.955 jiwa dari Maret 2016 ke September 2016.
4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Dimensi lain yang perlu juga mendapatkan perhatian selain jumlah dan persentase
penduduk miskin adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Upaya
pengentasan kemiskinan bukan hanya ditujukan untuk mengurangi jumlah penduduk
miskin namun juga mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan. Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukan bahwa penduduk miskin di perdesaaan
memiliki rata-rata (gap) pengeluaran dengan garis kemiskinan yang lebih besar
dibandingkan penduduk miskin perkotaan. Namun, jika dibandingkan data Maret 2016,
penduduk miskin di perkotaan terlihat semakin terpuruk dengan indeks kedalaman yang
makin tinggi. Sedangkan kondisi penduduk miskin di perdesaan sedikit mengalami
perbaikan. Secara umum, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk Provinsi Sumatera
Barat mengalami peningkatan dari Maret 2016 ke September 2016.
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengindikasikan kondisi yang sama, bahwa terjadi
perbaikan pada penduduk miskin perdesaan dan sebaliknya terjadi pada penduduk
miskin perkotaan. Namun ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin perdesaan
masih lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin perkotaan.
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
4
Tabel 3
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2),
Maret 2014 – September 2016
Tahun
Kota
Desa
Kota + Desa
Maret 2014
September 2014
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
September 2016
0,654
0,536
0,785
1,056
0,752
1,038
1,122
0,888
1,104
1,392
1,334
1,180
0,940
0,751
0,977
1,259
1,096
1,122
Maret 2014
September 2014
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
September 2016
0.125
0,096
0,161
0,245
0,153
0,249
0.278
0,181
0,224
0,320
0,304
0,299
0,219
0,148
0,211
0,290
0,242
0,278
P1
P2
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
5
5.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data
a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.Dengan
pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk
miskin terhadap total penduduk.
b. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Indeks/P1), yaitu kesenjangan
pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (Poverty Severity Indeks/P2), yaitu ketimpangan diantara penduduk
miskin.
c. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri
dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan
secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis
Kemiskinan.
d. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita perhari.
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padipadian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan,
buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
e. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar
non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi
di pedesaan.
f. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan adalah
data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi. Sebagai
informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi
Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran
masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
6
Ir. Dody Herlando, M.Econ
Kepala BPS Provinsi Sumatera Barat
Telepon : 0751- 442158-59
Email : bps1300@bps.go.id
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
7
PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016
1.
Garis Kemiskinan (GK) September 2016 mengalami peningkatan 3,04 persen, menjadi
Rp 438.075 per kapita per bulan dari Rp 425.141 per kapita per bulan pada Maret
2016.
Komponen terbesar pembentuk Garis Kemiskinan adalah Garis Kemiskinan Makanan
dengan kontribusi 76,32 persen, sedangkan Garis Kemiskinan Non Makanan
memberikan kontribusi sebesar 23,68 persen.
Secara persentase, penduduk miskin naik sebesar 0.05 poin dari periode Maret 2016 ke
periode September 2016 yaitu dari 7,09 persen menjadi 7,14 persen.
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2016 adalah
376.510 jiwa, naik sebanyak 4.955 jiwa dibanding Maret 2016. Menurut wilayahnya,
perkotaan naik sebanyak 548 jiwa, dan jumlah penduduk miskin perdesaan mengalami
peningkatan sebanyak 4.407 jiwa.
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik 0,026 poin, dari 1,096 pada Maret 2016
menjadi 1,122 pada September 2016.
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami kenaikan sebesar 0,036 poin,
dari 0,242 pada Maret 2016 menjadi 0,278 pada September 2016 .
Perubahan Garis Kemiskinan Maret 2016 – September 2016
Perubahan jumlah dan persentase penduduk miskin tidak akan terlepas dari perubahan
nilai garis kemiskinan. Garis kemiskinan (GK) merupakan rata-rata pengeluaran per
kapita perbulan yang digunakan untuk mengklasifikasikan penduduk kedalam golongan
miskin atau tidak miskin.
Garis kemiskinan yang digunakan untuk menghitung penduduk miskin September 2016
adalah Rp.438.075 (kapita/bulan). Peran komoditi makanan terhadap garis kemiskinan
makanan jauh lebih besar dibandingkan komoditi non makanan. Pada bulan September
2016, sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 76,32
persen. Jika dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan maka sumbangan garis
kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan di perdesaan sebesar 80,33 persen,
lebih besar dibandingkan daerah perkotaan yang hanya 70,86 persen. Komposisi
tersebut tidak jauh berbeda dangan kondisi Maret 2016.
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
1
Jika dibandingkan antara September 2016 dengan Maret 2016, maka garis kemiskinan
daerah perkotaan meningkat sebesar 2,98 persen. Sedangkan di daerah perdesaan
meningkat 2,83 persen. Jika dilihat menurut komponennya maka terjadi perbedaan
antara perkotaan dan perdesaan. Di daerah perdesaan garis kemiskinan non makanan
mengalami perubahan yang lebih besar daripada garis kemiskinan makanan.
Tabel 1.
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2016
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Daerah/
Tahun
(1)
Perkotaan
Maret 2014
September 2014
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
September 2016
Makanan
Non
Makanan
(2)
(3)
Total
Jumlah
penduduk
miskin
Persentase
penduduk
miskin (%)
(4)
(5)
(6)
269 473
282 276
288 410
301 356
312 154
322 168
105 495
108 587
117 925
121 984
129 369
132 506
374 968
390 862
406 335
423 339
441 523
454 674
108 076
108 532
118 034
118 480
118 962
119 510
5,43
5,41
5,73
5,73
5,54
5,52
268 291
279 289
293 768
313 294
332 415
341 816
65 220
70 535
75 985
77 884
81 375
83 703
333 511
349 824
369 753
391 178
413 790
425 520
271 120
246 206
261 575
231 050
252 593
257 000
8,68
7,84
8,35
7,35
8,16
8,27
268 751
280 453
291 641
308 554
326 993
334 358
80 904
85 374
92 637
95 393
98 148
103 717
349 656
365 827
384 277
403 947
425 141
438 075
379 196
354 738
379 609
349 530
371 555
376 510
7,41
6,89
7,31
6,71
7,09
7,14
Pedesaan
Maret 2014
September 2014
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
September 2016
Kota + Desa
Maret 2014
September 2014
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
September 2016
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
2.
Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat, Maret
2016 – September 2016
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2016 adalah
376.510 jiwa mengalami peningkatan 1,33 persen dibandingkan kondisi Maret 2016.
Lebih dari dua per tiga, tepatnya 68,26 persen, penduduk miskin tinggal di daerah
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
2
perdesaan. Jadi sekitar 31,74 persen penduduk miskin tinggal di perkotaan. Tabel 2,
menunjukkan bahwa 5,52 persen penduduk perkotaan dikategorikan sebagai penduduk
miskin, sementara itu, di daerah perdesaan sekitar 8,27 persen. Secara keseluruhan
persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan dari
7,09 persen pada Maret 2016 menjadi 7,14 persen pada September 2016. Dilihat
perkembangan menurut perdesaan dan perkotaan persentase penduduk miskin di daerah
perdesaan mengalami perubahan relatif lebih tinggi dari daerah perkotaan. Penduduk
miskin daerah perkotaan turun dari 5,54 persen pada Maret 2016 menjadi 5,52 persen
pada September 2016. Di daerah perdesaan, persentase penduduk miskinnya mengalami
peningkatan dari 8,16 persen menjadi 8,27 persen. Perkembangan perubahan persentase
dan jumlah penduduk miskin menurut daerah perdesaan dan perkotaan berturut-turut
dapat dilihat pada Grafik 1 dan Grafik 2.
Tabel 2.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat
Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2016
Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)
Tahun
(1)
Maret 2014
September 2014
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
September 2016
Persentase Penduduk Miskin (%)
Perkotaan
(2)
108 076
Perdesaan
(3)
271 120
Jumlah
(4)
379 196
Perkotaan
(5)
5,43
Perdesaan
(6)
8,68
Jumlah
(7)
7,41
108 532
118 034
118 481
118 962
119 510
246 206
261 575
231 048
252 593
257 000
354 738
379 609
349 529
371 555
376 510
5,41
5,73
5,73
5,54
5,52
7,84
8,35
7,35
8,16
8,27
6,89
7,31
6,71
7,09
7,14
Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Grafik 1.
Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat
Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2016
11
10
9
8,68
8,35
7,84
7,41
7,31
6,89
6
5
8,27
7,09
7,14
7,35
8
7
8,16
5,43
5,41
Mar-14
Sep-14
6,71
5,73
5,73
5,54
5,52
Mar-15
Sep-15
Mar-16
Sep-16
4
Kota
Desa
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
Kota+Desa
3
Grafik 2.
Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Barat
Menurut Daerah, Maret 2014 – September 2016
500.000
450.000
400.000
379.609
379.196
354.738
349.529
371.550
376.510
252.590
257.000
350.000
300.000
271.120
261.575
246.206
231.048
250.000
200.000
150.000
108.076
108.532
118.034
118.481
118.960
119.510
Mar-14
Sep-14
Mar-15
Sep-15
Mar-16
Sep-16
100.000
50.000
0
Kota
3.
Desa
Kota+Desa
Perkembangan Penduduk Miskin Maret 2016 – September 2016
Informasi kemiskinan yang disajikan merupakan keadaan kemiskinan pada bulan Maret
2016 dan bulan September 2016. Dari Maret 2016 ke September 2016 jumlah penduduk
miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 548 jiwa, walaupun dari besarnya persentase
turun sebesar 0,43 persen. Sedangkan untuk jumlah penduduk miskin perdesaan
mengalami peningkatan sebanyak 4.407 jiwa. Perubahan tersebut mengakibatkan
jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat mengalami peningkatan sebanyak
4.955 jiwa dari Maret 2016 ke September 2016.
4.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Dimensi lain yang perlu juga mendapatkan perhatian selain jumlah dan persentase
penduduk miskin adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Upaya
pengentasan kemiskinan bukan hanya ditujukan untuk mengurangi jumlah penduduk
miskin namun juga mengurangi kedalaman dan keparahan kemiskinan. Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukan bahwa penduduk miskin di perdesaaan
memiliki rata-rata (gap) pengeluaran dengan garis kemiskinan yang lebih besar
dibandingkan penduduk miskin perkotaan. Namun, jika dibandingkan data Maret 2016,
penduduk miskin di perkotaan terlihat semakin terpuruk dengan indeks kedalaman yang
makin tinggi. Sedangkan kondisi penduduk miskin di perdesaan sedikit mengalami
perbaikan. Secara umum, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk Provinsi Sumatera
Barat mengalami peningkatan dari Maret 2016 ke September 2016.
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengindikasikan kondisi yang sama, bahwa terjadi
perbaikan pada penduduk miskin perdesaan dan sebaliknya terjadi pada penduduk
miskin perkotaan. Namun ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin perdesaan
masih lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin perkotaan.
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
4
Tabel 3
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2),
Maret 2014 – September 2016
Tahun
Kota
Desa
Kota + Desa
Maret 2014
September 2014
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
September 2016
0,654
0,536
0,785
1,056
0,752
1,038
1,122
0,888
1,104
1,392
1,334
1,180
0,940
0,751
0,977
1,259
1,096
1,122
Maret 2014
September 2014
Maret 2015
September 2015
Maret 2016
September 2016
0.125
0,096
0,161
0,245
0,153
0,249
0.278
0,181
0,224
0,320
0,304
0,299
0,219
0,148
0,211
0,290
0,242
0,278
P1
P2
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
5
5.
Penjelasan Teknis dan Sumber Data
a. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan
dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.Dengan
pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk
miskin terhadap total penduduk.
b. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Indeks/P1), yaitu kesenjangan
pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (Poverty Severity Indeks/P2), yaitu ketimpangan diantara penduduk
miskin.
c. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri
dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan
secara terpisah untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis
Kemiskinan.
d. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita perhari.
Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padipadian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan,
buah-buahan, minyak dan lemak, dll).
e. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk
perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar
non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi
di pedesaan.
f. Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan adalah
data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Modul Konsumsi. Sebagai
informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi
Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran
masing-masing komoditi pokok bukan makanan.
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
6
Ir. Dody Herlando, M.Econ
Kepala BPS Provinsi Sumatera Barat
Telepon : 0751- 442158-59
Email : bps1300@bps.go.id
Berita Resmi Statistik No.04/01/13/Th.XX/3 Januari 2017
7