The Little Sustainable Landscapes Book | Global Canopy Programme GCP LSLB Bahasa

(1)

Buku

Kecil

Lanskap

Berkelanjutan

Mencapai pembangunan

berkelanjutan melalui

pengelolaan lanskap

terpadu


(2)

Global Can opy Program m e adalah wadah para pem ikir hutan tropis yan g berupaya un tuk m en g-gun akan pen dekatan ilm iah, politik dan bisn is sebagai keran gka pen gam an un tuk hutan yan g m erupakan m odal alam yan g telah m en jaga ketahan an air, pan gan , en ergi, kesehatan dan iklim bagi kita sem ua. GCP bekerja sam a m elalui jarin gan in tern asion al – kom un itas kehutan an , pelopor ilm iah, pem buat kebijakan , serta pem im pin pem biayaan dan perusahaan – un tuk m en gum pulkan bukti, m em icu wawasan , dan m en gatalisasi aksi un tuk m en gham bat kerusakan hutan dan m en in -gkatkan pen ghidupan m asyarakat yan g bergan tun g pada hutan . Kun jun gi www.globalcan opy.org un tuk in form asi lebih lan jut.

EcoAgriculture Partn ers adalah organ isasi n irlaba perin tis yan g m em ajukan praktik pen gelolaan lan skap terpadu dan kebijakan pen dukun gn ya. Den gan m em fasilitasi kepem im pin an bersam a dan pen gam bilan keputusan kolaboratif oleh sem ua pem an gku kepen tin gan di suatu lan skap, kam i m em berdayakan m asyarakat pertan ian un tuk m en gelola lahan m ereka dem i m en in gkatkan m ata pen caharian , m elestarikan kean ekaragam an hayati dan jasa ekosistem , serta m em produksi tan a-m an , tern ak, ikan , dan serat secara berkelan jutan . Dari an alisis kritis terhadap kebijakan , pasar dan praktik-praktik pen ggun aan lahan , kam i m en ghasilkan pen elitian , peran gkat dan m etodologi yan g in ovatif yan g m em ban tu para pen gelola lan skap dan pem buat kebijakan dalam m en ciptakan dan m en jaga lan skap terpadu di seluruh dun ia.

IDH the Sustain able Trade In itiative m em pertem ukan m itra sektor publik dan swasta un tuk m em bahas ren can a dan aksi bersam a gun a m en doron g tran sform asi pasar berkelan jutan dalam 18 sektor perdagan gan in tern asion al. In itiative for Sustain able Lan dscapes (ISLA) m elen gkapi peker-jaan IDH dalam tran sform asi ran tai pasokan , berfokus pada en am lan skap yan g m em produksi kom oditas pertan ian . ISLA m em pertem ukan para pelaku sektor publik dan swasta berbasis global dan lan skap un tuk bersam a-sam a berin vestasi di dalam agen da lan skap – pen gelolaan terpadu sum ber daya alam di m an a kom oditas (pertan ian ) diproduksi, den gan berfokus pada pen dekatan bisn is dan in vestasi un tuk berbagai pem an gku kepen tin gan . Kun jun gi http:/ / www.idhsustain ablet-rade.com / un tuk in form asi lebih lan jut.

The Nature Con servan cy adalah organ isasi kon servasi terkem uka yan g beroperasi di seluruh dun ia yan g bergerak di bidan g pelestarian lahan dan air yan g m erupakan sum ber pen ghidupan sem ua m akhluk hidup. TNC dan lebih dari 1 juta an ggotan ya telah m elin dun gi ham pir 120 juta hektar lahan di seluruh dun ia. Kun jun gi The Nature Con servan cy di www.n ature.org.

World Wide Fun d for Nature adalah salah satu organ isasi kon servasi in depen den terbesar dan berpen galam an di seluruh dun ia, den gan lebih dari 5 juta pen dukun g dan jarin gan global yan g aktif di lebih dari 10 0 n egara. Misi WWF adalah un tuk m en ghen tikan degradasi lin gkun gan alam i plan et in i dan un tuk m em ban gun m asa depan di m an a m an usia hidup selaras den gan alam , den gan m e-lestarikan kean ekaragam an hayati, m em astikan bahwa pen ggun aan sum ber daya alam terbarukan dilakukan secara berkelan jutan , serta m en doron g pen urun an polusi dan kon sum si berlebihan . Kun jun gi http:/ / wwf.org/ un tuk in form asi lebih lan jut.


(3)

Publikasi ini m erupakan hasil kerja sam a erat antara Global Canopy Program m e (GCP), EcoAgriculture Partners, Sustainable Trade Initiative (IDH), The Nature Conservancy (TNC), dan World Wide Fund for Nature (WWF).

Publikasi ini didanai dan diproduksi dengan dukungan yang berarti dari Centre for International Forestry Research (CIFOR), EcoAgriculture Partners, Global Environm ent Facility (GEF), Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusam m enarbeit (GIZ) Gm bH atas nam a Kem enterian Kerja Sam a Ekonom i dan Pem bangunan Federal (BMZ), World Agroforestry Centre (ICRAF), Sustainable Trade Initiative (IDH), International Union for Conservation of Nature (IUCN), Tropenbos International, The Nature Conservancy (TNC), United Nations Environm ent Program m e (UNEP), World Bank sebagai bagian dari dukungannya kepada TerrAfrica Secretariat, dan World Wide Fund for Nature (WWF).

Tem uan, hasil penafsiran dan kesim pulan dalam buku ini berasal dari penulis dan tidak m ewakili pandangan sem ua organisasi yang disebutkan dalam halam an ini.

Penerjem ahan buku ini dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dilakukan oleh United Nations Ofice for REDD+ Coordination in Indonesia (UNORCID). Harap diingat bahwa versi Bahasa Inggris m erupakan versi asli. Silakan m engacu pada versi Bahasa Inggris jika dan ketika dibutuhkan.

i

Ucapan Terima Kasih

The indings, interpretations and conclusions in this book are those of the authors and do not necessarily The Global Canopy Programme is a tropical forest think tank working to demonstrate the scientiic,

forest communities, science experts, policymakers, and inance and corporate leaders – to gather

EcoAgriculture Partners is a pioneering non-proit organization that advances the practice of

services, and sustainably produce crops, livestock, ish, and iber. From critical analysis of policies,

The Nature Conservancy is a leading conservation organization working around the world to con

conservation organizations, with over 5 million supporters and a global network active in more than

The indings, interpretations and conclusions in this book are those of the authors and do not necessarily The Global Canopy Programme is a tropical forest think tank working to demonstrate the scientiic,

forest communities, science experts, policymakers, and inance and corporate leaders – to gather

EcoAgriculture Partners is a pioneering non-proit organization that advances the practice of

services, and sustainably produce crops, livestock, ish, and iber. From critical analysis of policies,

The Nature Conservancy is a leading conservation organization working around the world to con


(4)

Ko n tribu s i d a ri lu a r u n tu k bu ku in i d ite rim a d a ri

Helen Bellield - Man ajer Program , Global Can opy Program m e J o s h Gre go ry - Koordin ator Proyek, Forest Fin an ce Program m e, Global Can opy Program m e

N iki Mard as - Deputi Direktur, Global Canopy Program m e

N ick Oake s - Kepala, Forest Finance Program m e, Global Canopy Program m e Lo u is e B u ck - Direktur, Lan dscape In n ovation s, EcoAgriculture Partn ers/ Departm en t of Natural Resources, Corn ell Un iversity

Kris ta H e in e r - Man ajer Proyek, EcoAgriculture Partn ers Ma rco Le n tin i - Kepala, Am azon Program m e, WWF Brazil

S u n ita S a rka r - Koordin ator Program , Naivasha Lan dscape Program m e, WWF Ken ya

J a m e s Re e d - Associate Professional Oficer, Cen ter for In tern ation al Forestry Research (CIFOR)

Klau s Acke rm an n - Penasihat, Sector Project to Combat Desertiication (CCDProject), Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusam m enarbeit (GIZ) Gm bH

Ma tth ia s H a ck - Pen asihat J un ior, Deutsche Gesellschaft für In tern ation ale Zusam m en arbeit (GIZ) Gm bH

An d re a s La n ge - Staf Peren can aan , Deutsche Gesellschaft für In tern ation ale Zusam m en arbeit (GIZ) Gm bH

Co rin n a W a llra p p - Pen asihat Tekn is, Kon servasi Kean ekaragam an H ayati di Kawasan Kailash, Deutsche Gesellschaft für In tern ation ale Zusam m en arbeit (GIZ) Gm bH

Fra n k Rich te r - ECO-Con sult

Mo h am m e d Bakarr - Spesialis Utam a Bidang Lingkungan Hidup, Global Environm ent Facility (GEF)

Migu e l Ca lm o n - Man ajer Sen ior, Lan dscape Restoration Kn owledge, Tools & Capacity, In tern ation al Un ion for Con servation of Nature (IUCN)

Ro d e rick Za gt - Koordin ator program , Tropen bos In tern ation al

Le id a Me rcad o - Pem im pin Mesoam erican Agroenvironm ental Program (MAP) CATIE, Tropical Agricultural Research & Higher Education Center (CATIE) Am ilca r Agu ila r - Koordin ator MAP CATIE di Nikaragua, Tropical Agricultural Research & H igher Education Cen ter (CATIE)

To b y J a n s o n -S m ith - Chief Innovation Oficer, Veriied Carbon Standard N a o m i S w icka rd - Direktur, Land-based Frameworks, Veriied Carbon Stan dard

Caro lyn Ch in g - Manajer, Sustainable Landscapes, Veriied Carbon Standard To r-Gu n n a r Vå ge n - Ilm uwan Sen ior & Kepala GeoScien ce Lab, World Agroforestry Cen tre (ICRAF)

Co n s tan ce L. N e e ly - Penasihat Senior Bidang Integrasi Penelitian, Praktik & Kebijakan dan Koordinator Stakeholder Approach to Risk Inform ed & Evidence Based Decision Making (SHARED), World Agroforestry Centre (ICRAF) S a b rin a Ch e s te rm a n -Kon sultan , Clim ate Chan ge & SH ARED Process World Agroforestry Cen tre (ICRAF)

N gu ye n La - Man ajer Proyek, Agroforestry for Livelihoods of Sm allholder Farmers in Northwest Vietnam, World Agroforestry Centre (ICRAF)


(5)

iii J ustin Adam s, Direktur Pelaksana Global Lands, The Nature Conservancy; Dr.

Fitrian Ardiansyah, Direktur Tingkat Negara IDH Sustainable Trade Initiative Indonesia; J ared Bosire, Direktur Bidang Konservasi, WWF Kenya; Mario Barroso, Koordinator Landscape Ecology Lab, WWF Brazil; Ashley Brooks, Land Use Specialist Tigers, WWF; Breen Byrnes, Direktur Bidang Kom unikasi Forest and Clim ate, WWF; Liz Deakin, Post-Doctoral Fellow, Center for International Forestry Research; Minnie Degawan, Pem asihat Senior Bidang Kerangka Pengaman Sosial REDD+, WWF; Andrea DoCouto-Azcarate, Konsultan, Global Canopy Program m e; Greg Fishbein, Direktur Pelaksana Bidang Forests and Clim ate, The Nature Conservancy; Peter Graham , Pem im pin Forest and Clim ate Program m e, WWF; Hal Ham ilton, Pendiri Bersam a dan Direktur Sustainable Food Lab; Herlina Hartanto, Direktur Indonesia Terrestrial Program , The Nature Conservancy; Chris Knight, Penasihat Senior Bidang Kehutanan, WWF; Moritz Koenig, Konsultan, Global Canopy Program m e; Sebastien Korwin, Staf Hukum dan Kebijakan, Clim ate law and policy; Thibault Ladecq, Direktur Bidang Kehutanan Kawasan Mekong, WWF; Marco Lentini, Koordinator Am azon Program m e Brazil, WWF; David Lindley, Manajer Mondi Wetlands Program WWF; Rachel Mountain, Kepala Bidang Kom unikasi, Global Canopy Program m e; Peter Minang, Pem im pin Dom ain Ilm u Pengetahuan, J asa Lingkungan, World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Koordinator Global, ASB Partnership for the Tropical Forest Margins; Andrew Mitchell, CEO, Global Canopy Program m e; Winnie Mwaniki, Manajer Program Senior IDH Sustainable Trade Initiative ISLA Kenya dan Koordinator Tea Kenya dan Tanzania; Henry Neufeldt – Kepala Unit Perubahan Iklim , Nairobi, Kenya, World Agroforestry Centre (ICRAF); Luis Neves Silva, Manajer Plantations and Landscapes, WWF; Richard Perkins, Staf Program Agriculture and Land Use, WWF Inggris; Lucian Peppelenbos, Direktur Bidang Pem belajaran dan Inovasi IDH Sustainable Trade Initiative Program ; Bruno Perodeau, Direktur Bidang Konservasi WWF Republik Dem okratik Kongo; Tanja Pickardt, Penasihat, Sector Project Sustainable Agriculture, Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusam m enarbeit (GIZ) Gm bH; Katie Reytar, Senior Research Associate, Forests Program m e, World Resources Institute; Kai Schütz, Penasihat, Sector Project Rural Developm ent, Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusam m enarbeit (GIZ) Gm bH; Nikolay Schm atokov, Direktur Bidang Kehutanan WWF Rusia; Terry Sunderland, Ilm uwan Utam a, Forests and Livelihoods Program m e, Center for International Forestry Research; Rod Taylor, Global Director Forests, WWF; Taye Teferi, Lead: Trans-boundary Program m es & Shared Learning, Kantor WWF Kawasan Afrika (ROA); Zulira Warta, Koordinator REDD+ Indonesia, WWF; Daan Wensing, Direktur Program Initiative for Sustainable Landscapes (ISLA), IDH Sustainable Trade Initiative; Louis Wertz, Kepala Bidang Kom unikasi, EcoAgriculture Partners; Edoardo Zandri, Ketua, Terrestrial Ecosystem s Unit (TEU) - Freshwater, Land and Clim ate Branch, Division of Environm ental Policy and Im plem entation (DEPI), United Nations Environm ent Program m e (UNEP); dan m itra-m itra dari Landscapes for People, Food and Nature Initiative. Pe n u lis ju ga in gin be rte rim a ka s ih ke p a d a in d ivid u d a n o rga n is a s i be riku t ya n g te la h m e m b e rika n m a s u ka n d a n s a ra n d a la m p e n yu s u n a n b u ku in i.


(6)

andrew miTchell

direKTUr eKseKUTiF, GlOBal canOpY prOGramme

sara J. scherr

presiden dan ceO, ecOaGricUlTUre parTners

Ted van der pUT

direKTUr eKseKUTiF, sUsTainaBle Trade iniTiaTive

Pengelolaan lanskap berkelan jutan m erupakan kebutuhan lokal dan global. Tetapi beberapa lan skap di seluruh dun ia dikelola den gan efektif un tuk m eny eim bangkan perm intaan -perm in taan y ang bersain g di m asa kini, belum lagi perm in taan -perm in taan y an g m ungkin akan m un cul di m asa depan. H al ini m em buat m iliaran oran g dan ban y ak kekuatan ekon om i berada dalam risiko.

Buku ini m encoba m em fasilitasi dan m em ajukan pem ikiran tentan g bagaim ana cara m en capai lanskap berkelanjutan, terutam a dalam kon teks untuk m en in gkatkan perm in taan atas m akan an, serat dan bahan bakar y ang dapat san gat m en gubah lan skap dalam beberapa dekade m en datang. Buku in i terkait den gan dua kew ajiban global utam a – Tujuan Pem ban gunan Berkelanjutan y ang disepakati baru-baru in i dan kesepakatan iklim UN FCCC y ang akan diadopsi di COP 21, Paris. Gagasan-gagasan y ang dikum pulkan di sin i juga m en dukun g agenda Com m ittee on W orld Food Security , UN Con v en tion

on Biological Diversity dan UN Convention to Combat Desertiication. Mereka juga selaras dengan

cita-cita pen duduk di seluruh dunia y an g hidup lan skap y ang m en galam i, atau m em iliki risiko, degradasi sum ber day a tanah, air dan hutan .

Gagasan ten tan g “pendekatan lan skap” bukan lah hal baru, tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini telah m en jadi sem akin pen tin g dan m erupakan topik utam a tran sparansi kebijakan nasion al dan internasion al, m en jan jikan sesuatu y an g besar.

Lanskap in i m un gkin skala y an g palin g sesuai untuk tindakan, an tara skala n asion al dengan skala lokal. Kam i m enegaskan bahw a pen dekatan lan skap, dengan m en ggunakan pengelolaan lanskap terpadu, dapat m em ungkinkan pem an gku kepen tingan un tuk m em utuskan tata gun a lahan dan air den gan cara y ang m em astikan bahw a kepentin gan m asy arakat, kepentin gan kom ersial dan kepen tingan konserv asi lebih seim ban g dan berkelanjutan.

Pengelolaan lanskap terpadu m em iliki asal-usul y an g beragam , strategi inov atif – m ulai dari pengem ban gan w ilay ah adat, hin gga pen gelolaan DAS terpadu, hin gga pem eliharaan lahan . H al in i m elibatkan tingkat kerja sam a baru m elalui kem itraan berbasis tem pat y ang m elibatkan m asy arakat, pem erintah, sektor sw asta, pen gelolan lahan dan m asy arakat sipil. Sekaran g pengelolaan lanskap terpadu digun akan di seluruh dun ia un tuk m en gatasi tantan gan -tantangan pengelolaan sum ber day a alam besar di bany ak lanskap, y an g harus m em en uhi kebutuhan berbagai pem angku kepentingan untuk tujuan produksi, m ata pen caharian dan lin gkun gan hidup, dim ana tujuan -tujuan ini san gat terkait satu sam a lain. N am un , pen gem bangan pengelolaan lan skap terpadu lebih lanjut terham bat karen a kuran gn y a konsensus ten tan g apa m aksud sebenarny a ketika m enggun akan istilah ini. Untuk m engatasi ham batan in i, kelim a organisasi kam i bergabun g un tuk m en ghasilkan B u k u K e c il

La n s k a p B e r k e la n ju t a n , sebuah gam baran y an g dapat diakses ten tang kon sep, elem en-elem en

utam an y a, katalisator dan pen erapan di seluruh dunia. Buku ini m em berikan ilham un tuk m em ban tu m em perluas kerangka analisis dan tin dakan kita di luar tiap isu.

Ka m i m en y im p u lk a n ba hw a p en g elola a n la n sk a p ter p a d u bu k a n ha n y a k a ta k u n ci ta hu n in i, m ela in k a n sebu a h p en d ek a ta n ter ha d a p p em ba n g u n a n ja n g k a p a n ja n g y a n g sa n g a t p en tin g u n tu k m en g a ta si ta n ta n g a n -ta n ta n g a n y a n g m en ek a n d i a ba d in i. Ka ta k u n ci in i a k a n ter u s d ig u n a k a n . Ka m i ber ha r a p ba hw a Bu k u K e c i l L a n s k a p B e r k e l a n j u t a n a k a n m em ba n tu m em fok u sk a n p er ha tia n d a n m en d or on g p en g em ba n g a n lebih la n ju t str a teg i y a n g m en ja n jik a n in i u n tu k p em ba n g u n a n hija u y a n g in k lu sif. Or g a n isa si d a n m itr a k a m i ber en ca n a u n tu k m en d u k u n g tr a n sisi ter sebu t.

marcO lamBerTini

direKTUr Jenderal, wOrld wide FUnd FOr naTUre

marK TerceK


(7)

v

YanG TerhOrmaT, rOBerT BOpOlO BOGeZa

menTeri linGKUnGan hidUp, KOnservasi alam dan pemBanGUnan BerKelanJUTan, repUBliK demOKraTiK KOnGO

Lanskap Afrika merupakan legenda. Bentang, masyarakat dan satwa liar Virungas, Maasai Mara atau

Okov an go Delta y an g san gat besar adalah beberapa dari kekay aan alam dun ia. Dan san gat ban y ak daerah di Afrika juga kay a dan in dah.

N am un , di baw ah keindahan tersebut, terdapat beberapa tan tangan y ang sangat besar. Pem erintah-pem erintah di Afrika sedang berjuan g un tuk m engeluarkan pendudukn y a dari kem iskin an dan kelaparan. Lahan kam i m engalam i kekeringan dan ban jir y an g m em porakporandakan m asy arakat kam i dan in frastruktur kam i y an g terbatas. Satw a liar dan sum ber day a alam kam i m ulai m enghilan g dengan m anfaat y ang sangat sedikit bagi m asy arakat kam i. Dan ironisn y a, w alaupun kam i adalah y ang paling tidak dapat dipersalahkan sebagai peny ebab perubahan iklim , kam i akan m enjadi salah satu y an g paling terdam pak. Tan tan gan -tan tan gan di seluruh ben ua ini tam pakn y a sangat sulit un tuk diatasi – dan terutam a di sini di R epublik Dem okratik Kon go (DR C).

Tetapi gam baran ke depan dapat m em berikan harapan . Ben ua kam i telah m engalam i pertum buhan di sejum lah in deks dalam satu dekade terakhir. Kelas m en en gah kam i berkem bang pesat dan kam i m em iliki kesem patan, dan kew ajiban , un tuk m eran can g m asa depan baru y an g m em un gkinkan kita sem ua untuk m endapatkan m an faat berkelan jutan dari dasar sum ber day a alam kita y an g sangat besar.

Di DR C kam i secara aktif m en y am but tan tan gan in i. Pada bulan Oktober 20 11, Yan g Terhorm at, Kepala N egara, Presiden Kabila m enegaskan tujuan pem bangunan hijau di DR C pada tahun 20 35. Kam i adalah salah satu pem im pin di Afrika y an g berkom itm en untuk m en urunkan em isi dan m en gem bangkan kebijakan dan kerangka pem an tauan gun a m ew ujudkann y a.

Di Provinsi Mai Ndombe kami menguji coba pendekatan lanskap terhadap pembangunan hijau di

daerah sebesar Yunani. Den gan koalisi lem baga pem erin tah,kelom pok m asy arakat, perusahaan dan donor, kam i m en ggun akan dan a iklim gun a m em ulai m odel y urisdiksi untuk pen dekatan baru y an g terpadu terhadap pem bangun an . H al in i tidak hany a akan m engurangi tekan an pada sum ber day a

hutan di provinsi ini, tetapi yang terpenting, meningkatkan mata pencaharian masyarakat. Dan Mai

N dom be akan m em berikan m odel bagi prov in si ren tan lain ny a di seluruh n egara kam i dalam strategi nasion al perubahan iklim dan pem ban gun an hijau kam i. Lebih um um n y a, kem ajuan in i di DR C akan berkon tribusi pada Inisiatif Lan skap Tan gguh Afrika (“African R esilien t Landscapes In itiativ e”), y an g didukung oleh Uni Afrika, y ang berkom itm en un tuk m erestorasi 10 0 juta hektar lahan terdegradasi dan terdefrestasi di Afrika pada tahun 20 30 dengan m enggunakan pen gelolaan lanskap terpadu.

Kam i m eny am but Buku Kecil Lan skap Berkelan jutan sebagai kum pulan pen getahuan y an g pen ting tentan g bagaim an a kita sem ua dapat m aju m en uju m asa depan hijau in i. Afrika tidak sendirian dalam upay any a untuk m endapatkan solusi skala besar. Seluruh dunia perlu m en em ukan cara un tuk m elaksan akan v isi y ang lebih besar y aitu restorasi lahan, pertan ian dan kehutanan y an g tangguh terhadap iklim , dan pem bangun an m asy arakat y an g lebih kay a. Lanskap berkelan jutan m erupakan salah satu peran gkat untuk m en capain y a. Kam i m em uji penulis dan m endorong sem ua pihak untuk m enerapkan rekom en dasi-rekom en dasi Buku Kecil in i.


(8)

peTer BaKKer

presiden & ceO, wOrld BUsiness cOUncil FOr sUsTainaBle develOpmenT (wBcsd)

Beberapa tahun belakangan in i, terdapat peningkatan jum lah kom itm en sektor sw asta terhadap rantai pasokan berkelanjutan , seperti ikrar produk bebas deforestasi. Bekerja dengan tiap kom oditas,

sertiikasi dan standar akan meningkatkan transparansi rantai pasokan dan membantu sektor swasta

m em en uhi kom itm en -kom itm en in i.

Nam un untuk m encapai skala tersebut, tantangan-tantangan seperti deforestasi, eksploitasi sum ber day a alam berlebih atau polusi ekosistem air taw ar harus diatasi dengan cara y ang holistik. Kita perlu keluar dari tiap sektor atau rantai pasokan untuk m enghubungkan sem ua pem angku kepentingan dalam lanskap

yang sama dan memperhitungkan dampak-dampak kebijakan dan tindakan yang saling terkait. Mengatasi

tantangan-tantangan keberlanjutan di tingkat lanskap dapat m em bantu m em pertem ukan berbagai pengguna lahan, m ulai dari petani kecil, m asy arakat dan m asy arakat sipil hingga perusahaan besar dan regulator sum ber day a.

W alaupun sem akin bany ak perusahaan an ggota W BCSD y an g m en ggunakan pendekatan lan skap di daerah-daerah di m ana W BCSD beroperasi, peluan g y ang ada un tuk bekerja sam a pada skala global y ang lebih luas sangatlah sedikit. Terdapat kebutuhan un tuk m en gem bangkan ben tuk-bentuk kerja sam a in ov atif bagi berbagai pem an gku kepen tin gan untuk berbagi kisah keberhasilan dan belajar dari berbagai pen galam an. H al ini akan m em ungkinkan penerjem ahan target-target y ang terkait den gan rantai pasokan m enjadi perubahan tran sform asional di seluruh lan skap.

Buku Kecil Lanskap Berkelan jutan m en egaskan apa y an g dilibatkan dalam pengelolaan lanskap

terpadu dan manfaat bisnis terkaitnya. Melalui berbagai contoh, buku ini memperlihatkan bagaimana

perusahaan dapat m em enuhi kom itm en sum ber dan produksi berkelanjutan m ereka, berkontribusi pada peningkatan pen gaturan pen ggun aan sum ber day a alam dan berin v estasi pada tata gun a lahan un tuk berbagai tujuan .

W BCSD, bersam a dengan m itra-m itra publikasi in i, akan m em pertim bangkan pengalam

an-pengalam an y ang terkum pul dalam buku ini untuk m em ban tu m em percepat kesepakatan bisn is dalam inisiatif-in isiatif tingkat lanskap. Kita dapat m en capai skala in i hany a dengan m en gatasi kom pleksitas situasi setem pat secara efektif. In ilah tepatny a apa y ang in gin diperlihatkan dan diterjem ahkan oleh kerja sam a kam i m en jadi tindakan di tahun-tahun m endatan g.


(9)

©

J

u

rg

a

R

/

G

e

tt

y

I

m

a

g

e

s

2

0


(10)

daFTar isi

Glosarium 10

Bagaim an a buku in i dapat m em ban tu 13

memBinGKai isU

Perlunya pendekatan yang lebih holistik terhadap pengelolaan sum ber daya alam 16

Lan skap sebagai skala kun ci un tuk aksi 24

Mendeinisikan lanskap berkelanjutan 26 Mendeinisikan pengelolaan lanskap terpadu 28 Pen gelolaan lan skap terpadu sebagai cara un tuk m elaksan akan Tujuan

Pem ban gun an Berkelan jutan 29

Trend penGelOlaan lansKap TerpadU

Perkem ban gan kebijakan n asion al 40

Perkem ban gan kebijakan in tern asion al 41

Perkem ban gan tekn is 45

Pen yebaran pen dekatan lan skap di seluruh dun ia 48

elemen-elemen penGelOlaan lansKap TerpadU

Pen gen alan terhadap kelim a elem en 58

Mem ben tuk platform berbagai pem an gku kepen tin gan 63

Pem aham an bersam a 74

Peren can aan kolaboratif 80

Pelaksan aan yan g efektif 86

Pem an tauan un tuk pen gelolaan dan akun tabilitas yan g adaptif 91

KaTalisaTOr UnTUK lansKap BerKelanJUTan

Pen gan tar un tuk katalisator 100

KaTalisaTOr TaTa KelOla

Koordin asi an tara badan -badan publik di berbagai skala 105 Koordin asi an tara badan -badan publik di seluruh sektor yan g berbeda 106 Klariikasi pengaturan penguasaan lahan 109


(11)

ix

KaTalisaTOr pemBiaYaan

Men galihkan subsidi 118

Mekan ism e in vestasi publik-swasta 119

Pen yarin gan kredit dan in vestasi 122

Mem fokuskan kem bali pem biayaan iklim dan ban tuan pem ban gun an resm i 123 Membenahi kebijakan iskal demi mendukung strategi lanskap 125

Aktivism e pem egan g saham 126

KaTalisaTOr pasar

Kom itm en korporat 131

Sertiikasi dan pelabelan lanskap berkelanjutan 133

Pem bayaran jasa ekosistem 136

Katalisator pasar untuk diversiikasi produksi dalam lanskap 138

Ekowisata 139

KesimpUlan

Pem belajaran um um dan rekom en dasi 144

lampiran


(12)

Tidak ada deinisi istilah-istilah di bawah ini yang diterima secara universal. Deinisi-deinisi yang diusulkan merupakan hasil dari diskusi panjang di antara lim a organ isasi pen yun tin g, dan pem baca m un gkin akan m en em ukan ada banyak variasi deinisi di kepustakaan terkait lainnya.

J a s a e ko s is te m : J asa ekosistem m en gacu pada m an faat yan g diperoleh oleh m an usia secara lan gsun g ataupun tidak lan gsun g dari ekosistem . J asa ekosistem dapat dibagi m en jadi jasa pen gadaan (m akan an , air, kayu, bahan m en tah), jasa pen gaturan (pen yerbukan tan am an , pen gen dalian ban jir dan pen yakit, pem urn ian air, pen cegahan erosi tan ah, pen yerapan karbon dioksida), jasa budaya (jasa rekreasi, spiritual dan pen didikan ) dan jasa pen dukun g (siklus hara, pem eliharaan keragam an gen etika)1.

Pe n ge lo la a n la n s ka p te rp a d u : Cara m en gelola lan skap yan g m elibatkan kerja sam a di an tara berbagai pem an gku kepen tin gan , den gan tujuan un tuk m en capai lan skap berkelan jutan . Struktur, besaran dan lin gkup tata kelola, serta jum lah dan jen is pem an gku kepen tin gan yan g terlibat (sektor swasta, m asyarakat sipil, pem erin tah) dapat berbeda-beda. Tin gkat kerja sam an ya juga berbeda-beda, m ulai dari berbagi in form asi dan kon sultasi, hin gga m odel yan g lebih form al den gan pen gam bilan keputusan dan pelaksan aan bersam a. Pe n d e ka ta n yu ris d iks i: Pen dekatan yurisdiksi dan pen dekatan lan skap serin g digun akan secara bergan tian . Nam un , pen dekatan yurisdiksi adalah ben tuk pen dekatan lan skap yan g m en ggun akan batas-batas wilayah yan g ditetapkan oleh pem erin tah, terutam a subn asion al, un tuk m en etapkan lin gkup tin dakan dan keterlibatan pem an gku kepen tin gan , dan tidak m en ggun akan batas-batas sosial (m asyarakat adat) atau batas-batas lin gkun gan (ekosistem , DAS).

La n s ka p : Lan skap adalah sistem sosial dan ekologi yan g terdiri dari ekosistem alam dan/atau ekosistem hasil modiikasi manusia, dan yang dipengaruhi oleh proses dan kegiatan ekologi, sejarah, ekon om i serta sosial dan budaya yan g berbeda.

Pe n d e ka ta n la n s ka p : Keran gka kon septual di m an a pem an gku kepen tin gan di suatu lan skap berupaya un tuk m en yatukan tujuan -tujuan sosial, ekon om i dan lin gkun gan yan g berten tan gan . Pen dekatan in i m en coba un tuk beralih dari pen dekatan sektoral pen gelolaan lahan yan g serin g kali tidak berkelan jutan . Pen dekatan lan skap m en coba un tuk m em astikan terpen uhin ya kebutuhan dan terwujudn ya tin dakan di tin gkat lokal (kepen tin gan berbagai pem an gku kepen tin gan di lan skap tersebut), dan pada saat yan g sam a juga m em pertim ban gkan tujuan dan hasil yan g pen tin g bagi pem an gku kepen tin gan di luar lan skap tersebut, seperti pem erin tah pusat atau kom un itas in tern asion al.


(13)

11 Pen dekatan lan skap dapat dilaksan akan oleh satu pem an gku kepen tin gan

atau lebih, yan g terlibat dalam tin dakan secara sen diri-sen diri, atau oleh ban yak pelaku sebagai bagian dari proses kerja sam a berbagai pem an gku kepen tin gan . Proses berbagai pem an gku kepen tin gan in i disebut pen gelolaan lan skap terpadu.

Pe n ge lo la a n s u m b e r d a ya a la m : Proses m en gelola pen ggun aan dan pen gem ban gan sum ber daya alam , baik di situasi perkotaan m aupun pedesaan . H al in i m en cakup sem ua kegiatan yan g terkait den gan pen gelolaan lahan , air dan sum ber daya terkait dari perspektif lin gkun gan dan ekon om i. Kon sep in i dapat m en cakup kon servasi ekosistem , usaha tan i, ekstraksi mineral, pembangunan infrastruktur, dan perencanaan isik kota dan desa. Pen gelolaan lan skap m erupakan seben tuk pen gelolaan sum ber daya alam , di skala lan skap.

U n it Pe n ge lo la a n La h a n ( U P L) : Un it pen gelolaan lahan m erupakan istilah umum yang mengacu pada luas lahan yang telah diidentiikasi, dipetakan , dan dikelola berdasarkan tujuan pen ggun aan atau kapabilitas produksin ya, m isaln ya kon sesi pen eban gan , lahan pertan ian pribadi, lahan basah lin dun g dll. UPL m erupakan kom pon en dari sebuah lan skap. Dikaren akan pen gelolaan sum ber daya sektoral yan g terkotak-kotak, UPL den gan tujuan -tujuan yan g berten tan gan terkadan g salin g tum pan g tin dih. Misaln ya, kon sesi pen eban gan dapat diberikan di kawasan lin dun g. La n s ka p b e rke la n ju ta n : Lan skap berkelan jutan m em ban tu m em en uhi prin sip-prin sip pem ban gun an berkelan jutan sebagaim an a yan g ditetapkan dalam Tujuan Pem ban gun an Berkelan jutan PBB. Lan skap berkelan jutan adalah lan skap yan g dapat m em en uhi kebutuhan m asa kin i, tan pa

m en ggan ggu kem am puan gen erasi m asa depan un tuk m em en uhi kebutuhan m ereka sen diri2. Secara um um , pem ban gun an berkelan jutan berupaya un tuk m em astikan sin ergi dan m em in im alkan pertukaran (tradeoff) an tara tujuan tujuan ekon om i, sosial dan lin gkun gan (term asuk iklim ) di m an a tujuan -tujuan in i berten tan gan . Buku in i berfokus pada pen gelolaan lan skap terpadu sebagai cara un tuk m en capai lan skap berkelan jutan .

Pe n ge lo la a n la h a n le s ta ri ( P LL) : Pen gelolaan lahan lestari m en gacu pada proses m en gelola un it pen gelolaan lahan – lahan pertan ian , hutan produksi, kawasan lin dun g – den gan cara yan g berkelan jutan . Pen gelolaan lahan lestari di berbagai un it pen gelolaan lahan san gatlah pen tin g dalam m en capai lan skap berkelan jutan . Nam un , PLL biasan ya berfokus pada tin gkat tapak dan pada kelom pok-kelom pok pem an gku kepen tin gan terten tu, bukan pada tin gkat lan skap yan g lebih luas.


(14)

©

U

c

h

a

r /

G

e

tt

y

I

m

a

g

e

s

2

0


(15)

13

BaGaimana BUKU ini dapaT memBanTU

Pertum buhan jum lah pen duduk dun ia dan pola kon sum si yan g lebih m en un tut di seluruh dun ia m em berikan tekan an yan g sem akin besar pada lahan dan sumber dayanya. Hal ini mengakibatkan konlik dan penggunaan dasar sum ber daya m an usia den gan cara yan g tidak berkelan jutan . Rum ah tan gga, lahan pertan ian , in dustri, en ergi, pariwisata, dan satwa liar yan g m em perebutkan sum ber daya. Misaln ya, saat in i pertan ian produksi m erupakan pen ggun aan lahan yan g dom in an , sehin gga pelepasan air di DAS dan kem am puan populasi satwa liar un tuk bertahan hidup san gat bergan tun g pada bagaim an a lahan pertan ian dikelola. Perluasan pertan ian serin g m en gakibatkan berkuran gn ya luas kawasan yan g tertutup tegakan hutan , sem en tara lahan terdegradasi yan g dapat direstorasi un tuk produksi tetap tidak term an faatkan . H al in i juga m elibatkan din am ika m igrasi m an usia, term asuk urban isasi.

Dialog kebijakan in tern asion al seperti Tujuan Pem ban gun an Berkelan jutan (Sustainable Dev elopm ent Goals, SDG)3 yan g dium um kan baru-baru in i dan n egosiasi-n egosiasi ten tan g kesepakatan iklim global baru telah m en yoroti perlun ya lan skap berkelan jutan sebagai sum ber berbagai m an faat sosial, ekon om i dan lin gkun gan .

Buku in i berupaya un tuk m em perjelas dan m em bagi praktik pen gelolaan lan skap terpadu terbaik sebagai pen dekatan holistik un tuk m en yatukan tujuan -tujuan pem ban gun an ekon om i dan kelestarian lin gkun gan yan g terkadan g berten tan gan . Buku in i m en yoroti bagaim an a pen gelolaan lan skap terpadu dapat m en jadi peran gkat bergun a un tuk m en dukun g kebutuhan dan prioritas setem pat, seraya berkon tribusi pada tujuan -tujuan global yan g am bisius, seperti SDG.

Buku ini menguraikan elemen-elemen kunci yang menjadi dasar dari pengelolaan lanskap terpadu, dan perangkat-perangkat yang dapat digunakan untuk pelaksanaannya. Buku ini menguji katalisator tata kelola, pasar dan keuangan yang lebih luas yang dapat membantu mencapai lanskap berkelanjutan. Kesimpulan diberikan dengan sekumpulan rekomendasi tindakan utama untuk memajukan penggunaan pengelolaan lanskap terpadu secara efektif di seluruh dunia.

Global Canopy Programme bermitra dengan berbagai organisasi pakar termasuk EcoAgriculture Partners, The Nature Conservancy, World Wide Fund for Naturei dan Sustainable Trade Initiative (IDH) untuk menghasilkan seri Buku Kecil ketujuh iniii. Para penulis berharap materi ini akan membantu pembuat kebijakan yang diberi tanggung jawab untuk mencapai SDG, dan mereka yang terlibat dalam negosiasi-negosiasi Konvensi Rioiii, serta para pelaku dalam sektor swasta, serta praktisi dan sarjana lain dalam bidang ini untuk memahami dan mengatasi isu-isu yang ada secara lebih baik.

i Diken al sebagai World Wildlife Fun d di Kan ada dan Am erika Serikat ii Daftar in i m en gacu pada tim pen ulis in ti Buku Kecil in i. Nam un , lebih ban yak organ isasi terlibat dalam m em berikan kon tribusi sum ber daya pen dan aan dan keahlian tekn is un tuk m en ghasilkan publikasi in i (lihat halam an 1). iii Kon ven si-kon ven si Rio diadopsi pada Kon feren si Perserikatan Ban gsa-Ban gsa ten tan g Lin gkun gan H idup dan Pem ban gun an di Rio pada tahun 1992, dan m en -cakup Kon ven si Keran gka Kerja Perserikatan Ban gsa-Ban gsa ten tan g Perubahan Iklim (Un ited Nation s Fram ework Con ven tion on Clim ate Chan ge, UNFCCC), Kon ven si Kean ekaragam an H ayati (Con ven tion on Biological Diversity, CBD) dan Kon ven si Perserikatan Ban gsa-Ban gsa un tuk Mem eran gi Pen ggurun an (Un ited Nation s Con ven tion to Combat Desertiication, UNCCD).


(16)

(17)

(18)

perlUnYa pendeKaTan YanG leBih hOlisTiK

Terhadap penGelOlaan sUmBer daYa alam

Meningkatnya perm intaan dari penduduk yang jum lah sem akin banyak dan kekuatan-kekuatan ekonom i yang sem akin besar m em berikan tekanan yang sem akin besar pada sum ber daya alam4. Diharapkan agar pada tahun 20 50 , kelauran (output) pertanian akan perlu ditingkatkan sebesar 60 % di seluruh dunia, dibandingkan dengan tahun 20 0 5/ 20 0 75, untuk m erespons perm intaan dari 9,7 m iliar orang6; dan bahwa kelangkaan air akan m em engaruhi 54 negara, yang m erupakan rum ah bagi ham pir 40 % dari proyeksi penduduk dunia7,8. Perubahan iklim lebih m eningkat karena ancam an-ancam an ini .

Faktor-faktor lain seperti hak penguasaan lahan yang tidak jelas, praktik pengelolaan lahan yang tidak m enjaga kelestarian serta kebijakan sektoral yang tidak terkoordinasi dan sering kali saling bertentangan berkontribusi pada persaingan dan konlik lahan dan sumber dayanya10. Setidaknya 40 % dari semua konlik kekerasan dalam 60 tahun terakhir terkait dengan penggunaan sum ber daya alam11. Dalam konteks ini, pendekatan business-as-usual terhadap pengelolaan sum ber daya alam m enjadi ancam an bagi kesejahteraan m anusia, keam anan dan pertum buhan ekonom i berkelanjutan12.

Walaupun pendekatan holistik terhadap pengelolaan sum ber daya alam bukan hal baru, setidaknya untuk satu abad terakhir, pendekatan um um nya adalah dengan m engelola berbagai bagian dari dasar sum ber daya (m isalnya sungai dan hutan) secara terpisah, untuk m em enuhi berbagai tujuan sektoral (m isalnya produksi tanam an, perlindungan DAS, kehutanan produksi). Mengingat bahwa penggunaan lahan yang berbeda-beda sering kali bergantung pada dasar sum ber daya yang sam a, keputusan yang dibuat untuk m eningkatkan keluaran dalam satu sektor, tanpa koordinasi efektif dengan sektor-sektor lainnya, dapat m em berikan dam pak negatif pada ketersediaan sum ber daya pada um um nya (lihat halam an 20 ). Misalnya, di beberapa negara, perluasan pesat perkebunan kelapa sawit telah m em perkuat perekonom ian nasional dan m engangkat banyak produsen kecil keluar dari kem iskinan. nam un, hal ini juga telah m engakibatkan laju deforestasi tinggi, pengalihfungsian rawa gam but yang m engakibatkan hilangnya keanekaragam an hayati, peningkatan em isi CO2 dan kebakaran liar. Hal ini juga telah m em berikan dam pak negatif pada kesehatan m anusia dan perpindahan penduduk secara paksa dari daerah-daerah yang terdam pak.

Untuk m encapai tujuan-tujuan ekonom i, lingkungan dan sosial, sem akin bergantung pada pem aham an dan m em perhitungkan dam pak keputusan-keputusan pengelolaan lahan pada barang dan jasa ekosistem , dan m engem bangkan pendekatan yang lebih terkoordinasi terhadap pengelolaan sum ber daya alam pada skala yang lebih besar13.


(19)

17 Di Madagaskar, seperti di kebanyakan negara

Afrika Sub-Sahara, kayu adalah sumber energi rumah tangga yang paling penting. Dengan jumlah penduduk yang semakin banyak dan laju urbanisasi yang meningkat, kayu juga merupakan pilar penting bagi strategi pengadaan energi. Khususnya di pusat-pusat kota, kebanyakan rumah tangga menggunakan arang yang dihasilkan dari daerah-daerah tangkapan arang, untuk memasak.

Pertanian, peternakan, pembalakan dan ekstraksi hasil hutan bukan kayu merupakan penggunaan lahan paling utama di Madagaskar. Dikarenakan berkurangnya sumber daya hutan, tidak ada cukup kayu untuk memenuhi peningkatan permintaan atas arang. Produksi arang dari hutan alam sangat berkontribusi pada degradasi hutan, mengakibatkan erosi lebih lanjut dan hilangnya kesuburan tanah. Pemerintah Madagaskar sedang berusaha untuk meningkatkan jumlah arang yang dihasilkan dengan cara yang berkelanjutan di negara tersebut, dengan mendorong produksi energi kayu di luar hutan alam. Pendekatan ini menuntut pengelolaan sumber daya alam yang lebih holistik yang memungkinkan pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi lahan yang sesuai untuk produksi arang berkelanjutan di lanskap tersebut, dan memahami sinergi yang memungkinkan dan pertukaran dengan penggunaan lahan lainnya. Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH atas nama Kementerian Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Federal (BMZ), mendukung Pemerintah Madagaskar melalui Program Lingkungan Jerman-Malagasi. Program tersebut berfokus pada menciptakan kerangka pendukung untuk produksi arang berkelanjutan, dan pengembangan rantai nilai energi kayu, dengan aksi di beberapa skala14.

Di tingkat regional, di wilayah Diana di bagian utara Madagaskar, program tersebut menguraikan Strategi Modernisasi Regional untuk sektor bahan bakar kayu15. Strategi ini mencakup proposal langkah pengaturan oleh dinas kehutanan dalam rangka membatasi produksi bahan bakar kayu yang tidak diatur di hutan alam. Pelaksanaannya difasilitasi oleh platform koordinasi biomassa (Plateforme Régionale d’Echanges sur l’Energie de Biomasse, PREEB).

sTUdi KasUs

menUJU BenTUK penGelOlaan sUmBer daYa alam YanG leBih hOlisTiK:

prOdUKsi aranG di madaGasKar UTara

Rencana tata guna lahan regional (Schéma Régional d’Aménagement du Territoire, or SRAT) dengan jangka waktu 20 tahun dikembangkan melalui proses berbagai pemangku kepentingan16. SRAT bertujuan untuk memperkenalkan perencanaan ruang yang koheren antara berbagai sektor yang terlibat, sehingga merupakan orientasi penting bagi pengembangan lanskap. Kayu diakui sebagai sumber energi masa depan yang penting.

Program tersebut memastikan bahwa aforestasi tertanam dalam perencanaan tata guna lahan di tingkat lokal (tingkat kotamadya dan lokal), yang merupakan prasyarat untuk keberhasilan pembentukan perkebunan pada lahan terdegradasi. Partisipasi semua pemangku kepentingan sangatlah penting untuk menjamin bahwa bagian hutan tersebut sesuai dengan sistem mata pencaharian penduduk setempat, tanpa menimbulkan risiko adanya konflik penggunaan lahan di masa depan. Program tersebut mendorong ketahanan penguasaan lahan untuk rumah tangga yang berpartisipasi, yang mendorong orang untuk mengurus perkebunan. Sejauh ini, sekitar 9.000 hektar perkebunan untuk produksi energi kayu telah dibentuk di wilayah Diana. Perkebunan-perkebunan ini menghasilkan arang secara berkelanjutan untuk 40% Kota Antsiranana. Selain itu, diperkirakan bahwa produksi arang di perkebunan-perkebunan tersebut menghindari deforestasi sekitar 2.200 ha setiap tahun. Untuk sekitar 3.000 rumah tangga dari 68 desa, perkebunan-perkebunan tersebut juga memberikan sumber pendapatan tambahan. Terakhir, adanya alternatif yang sah terhadap deforestasi mendorong lebih banyak produsen arang untuk beralih ke produksi di luar hutan alam, sehingga lebih mengurangi tekanan pada sumber daya ini. Klaus Ackermann

Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH dan

Frank Richter ECO-Consult


(20)

(21)

© Webguzs / Getty Im ages 20 15 © Webguzs / Getty Im ages 20 15


(22)

Mengadopsi pendekatan yang terkotak terhadap pengelolaan sumber daya alam dapat memberikan dampak negatif pada penggunaan lahan lain, dikarenakan saling terkaitnya semua isu. Ilustrasi ini dan teks penjelasan di bawah ini menyoroti dalam bentuk sederhana hubungan-hubungan antara berbagai penggunaan lahan, dan bagaimana satu tindakan negatif dapat memiliki aliran pada efek yang merusak potensi kegiatan berkelanjutan lainnya di sebuah lanskap.

Penggunaan lahan intensif (misalnya penggunaan bahan kimia dalam jumlah besar untuk pertanian) dekat tepi sungai mengarah pada aliran air yang tercemar dan penuh endapan yang memasukin perairan, membahayakan manusia dan hewan yang bergantung pada sumber air ini.

Lahan peternakan yang dikelola dengan buruk atau yang menjadi lokasi merumput berlebihan mengakibatkan erosi tanah, peningkatan emisi gas rumah kaca dari padang rumput, dan menurunnya hasil peternakan, mengganggu mata pencaharian manusia, keanekaragaman hayati padang rumput, dan iklim.

Deforestasi, degradasi hutan, dan praktik pertanian yang buruk mengakibatkan erosi ke perairan yang mengarah pada pendangkalan yang memakan banyak biaya di belakang waduk PLTA. Pendangkalan mengurangi masa hidup dan efisiensi fasilitasi PLTA, mengganggu pertumbuhan dan meningkatkan ketahanan pada bahan bakar fosil.

Penebangan hutan primer yang tidak terkendali untuk kayu atau perluasan pertanian mengancam mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada hutan untuk kelangsungan hidup mereka. Hal tersebut juga mengakibatkan erosi besar-besaran yang dapat mengarah pada longsor dan banjir.

Deforestasi berkontribusi pada hilangnya keanekaragaman hayati dengan menghancurkan habitat berbagai spesies; Deforestasi mempercepat perubahan iklim dengan melepaskan CO2 yang tersimpan di pohon dan tanah yang sehat; dan mengurangi kapasitas tanah untuk menyimpan air. Hutan sangat berharga bagi umat manusia karena memberikan barang ekonomi (seperti makanan, kayu dan kayu bakar), serta jasa ekosistem pada skala lokal, regional dan global. Pendangkalan, polusi, peningkatan keasaman dan kerusakan vegatasi riparian mengarah pada hilangnya habitat yang sehat untuk pemijahan dan pertumbuhan ikan. Hal ini mengakibatkan hancurnya perikanan sungai dan laut yang menjadi tempat bergantung jutaan orang untuk ketahanan pangan.

Degradasi lahan, kurangnya elektrifikasi dan jasa lainnya, dan kerentanan penguasaan lahan berkontribusi pada lemahnya mata pencaharian pedesaan, sehingga memaksa orang pindah ke kota untuk mencari pekerjaan. Urbanisasi pesat yang tidak terencana mengakibatkan konsekuensi sosial, kesehatan dan lingkungan negatif bagi semua penduduk kota.

Hambatan besar terhadap gerakan satwa liar melalui lanskap, baik ekologi (misalnya monokultur yang padat bahan kimia) maupun fisik (misalnya pagar), mengarah pada penurunan keanekaragaman hayati dan hilangnya jasa ekosistem untuk pertanian, seperti penyerbukan dan pengendalian hama.

Lihat infografik


(23)

(24)

©

lu

o

m

a

n

/

G

e

tt

y

I

m

a

g

e

s

2

0

15

Elemen-elemen suatu lanskap yang saling terkait dapat dikelola untuk memenuhi semua barang dan jasa yang dibutuhkan. Ilustrasi ini dan teks penjelasan di bawah memperlihatkan hubungan antara berbagai penggunaan lahan, dan pentingnya mengambil pandangan holistik sementara mengembangkan pendekatan pengelolaan sumber daya alam lestari.

Sistem wanatani seperti kopi yang ditanam di sela-sela tanaman peneduh (shade coffee), cokelat dan teh, serta sistem tanaman tahunan bertingkat-tingkat, melestarikan keragaman pertanian dan keanekaragaman hayati, dan pada saat yang sama meningkatkan ketahanan pangan, ketangguhan, dan mata pencaharian petani dan tetangga mereka di kota dan di sepanjang aliran sungai. Kepadatan ternak yang sesuai, jadwal merumput yang dirotasi, dan keragaman cadangan melindungi lahan peternakan dari degradasi; meningkatkan produksi dan nilai produk pertanian dari susu dan wol ke daging dan kulit; serta meningkatkan simpanan karbon dalam tanah.

Produksi energi air yang efisien dan ramah ikan, yang dilindungi dari erosi hulu dan polusi, memberikan energi terbarukan bagi kota dan masyarakat pedesaan serta dapat mengatur banjir.

Pengelolaan hutan lestari melindungi keanekaragaman hayati dan mengamankan kesejahteraan jangka panjang masyarakat yang bergantung pada hasil kayu dan non-kayu untuk pendapatan dan tradisi budaya. Pohon juga membantu menstabilkan iklim mikro dan menurunkan emisi CO2, sehingga dapat membantu masyarakat memitigasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim.

Lanskap yang dikelola secara holistik melindungi sumber daya air yang menjadi tempat bergantung ikan dan spesies air lainnya. Mereka juga melindungi mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada ikan untuk ketahanan pangan dan pendapatan.

Hasil yang ramah keanekaragaman hayati dari lanskap diekspor di tingkat internasional (misalnya biji kopi), dan diangkut ke pasar lokal atau regional (misalnya buah-buahan lokal) mengarah pada pertumbuhan ekonomi, peluang pedesaan, dan ketahanan pangan.

Zona penyangga riparian membantu mencegah erosi tanah dan pendangkalan jalur air, serta melindungi habitat ikan penting, sehingga meningkatkan produksi perikanan. Zona ini juga memberikan koridor bagi hewan liar untuk bergerak antar kawasan non-pertanian, sehingga berpotensi mengurangi konflik antara manusia dengan satwa liar.

Lihat infografik

inFOGraFiK - menUJU lansKap BerKelanJUTan

CO2 CO2


(25)

(26)

Buku in i m en elaah bagaim an a ben tuk pen gelolaan sum ber daya alam yan g lebih holistik dapat dicapai den gan m elihat pada lan skap sebagai skala yan g tepat un tuk aksi.

Petan i swasta, pem ilih hutan dan lem baga publik sem akin m erasa kesulitan un tuk m en capai tujuan -tujuan pen gelolaan sum ber daya lestari m ereka sen diri, tan pa kerja sam a pihak lain . Selain itu, keputusan -keputusan setem pat un tuk m en gelola lahan secara berkelan jutan m un gkin tidak dikem ban gkan berkoordin asi den gan strategi n asion al yan g lebih luas. Aksi terkoordin asi di an tara kelom pok-kelom pok pen ggun a lahan berpoten si un tuk m en yatukan tujuan -tujuan yan g berten tan gan di skala yan g berbeda-beda. Aksi tersebut dibutuhkan un tuk m en gatasi tan tan gan terhadap pem ban gun an berkelan jutan seperti pen ipisan akuifer bawah tan ah, hilan gn ya habitat satwa liar, polusi air dan adaptasi terhadap perubahan iklim .

Melihat pada skala lan skap yan g lebih luas m em berikan peluan g un tuk m en gatasi gabun gan faktor yan g jauh lebih besar di seluruh sektor dan pem an gku kepen tin gan dari awal, yan g seharusn ya m en in gkatkan probabilitas keberhasilan hasil akhir.


(27)

©

3

d

a

n

3

/

G

e

tt

y

I

m

a

g

e

s

2

0


(28)

La n s ka p adalah sebuah sistem sosial dan ekologi yan g terdiri dari ekosistem alami dan/atau ekosistem hasil modiikasi manusia, dan yang dipengaruhi oleh kegiatan ekologi, historis, politik, ekon om i dan budaya yan g berbeda-beda (lihat halam an 27). Pen gaturan ruan g dan tata kelola lan skap berkon tribusi pada karaktern ya yan g un ik.

Dalam sebuah lan skap, kem un gkin an terdapat berbagai ben tuk pen ggun aan lahan , seperti pertan ian , kehutan an , kon servasi kean ekaragam an hayati, daerah perkotaan . Para pelaku yan g m en gelola ben tuk-ben tuk pen ggun aan lahan in i m em iliki tujuan yan g berbeda-beda, m isaln ya kon servasi kean ekaragam an hayati, produktivitas pertan ian atau ketahan an m ata pen caharian . Lan skap hen dakn ya ditetapkan oleh pem an gku kepen tin gan pada skala yan g cukup kecil agar tetap dapat dikelola, tetapi cukup besar un tuk dapat m em berikan berbagai fun gsi kepada pem an gku kepen tin gan yan g m em iliki kepen tin gan yan g berbeda-beda. Batas-batasn ya ditetapkan oleh pem an gku kepen tin gan yan g terlibat dalam pen gelolaan lan skap, dan dapat sesuai den gan , atau merupakan kombinasi dari, batas-batas alam, berbagai itur lahan, daerah yan g ditetapkan secara sosial seperti wilayah adat, dan / atau batas-batas yurisdiksi dan adm in istrasi. Batas-batas-batas sebuah lan skap dapat m elin tasi beberapa n egara (lihat halam an 32-33).

Walaupun tidak ada deinisi yang disepakati secara universal tentang lanskap berkelanjutan, para penulis mendeinisikannya sebagai lanskap yang m en dukun g Tujuan Pem ban gun an Berkelan jutan Perserikatan Ban gsa-Ban gsa dan dapat “m em en uhi kebutuhan m asa kin i, tan pa m en ggan ggu kem am puan gen erasi m asa depan un tuk m em en uhi kebutuhan m ereka sen diri”18. Secara um um , pem ban gun an berkelan jutan bertujuan un tuk m em astikan sin ergi dan m em in im alkan pertukaran (trade-off) an tara tujuan -tujuan ekon om i, sosial dan lin gkun gan (term asuk iklim ), di m an a tujuan -tujuan in i salin g bersain g. La n s ka p b e rke la n ju ta n secara bersam a-sam a akan m em en uhi seluruh kebutuhan setem pat (m isaln ya m em astikan ketersediaan air bagi rum ah tan gga, lahan pertan ian , badan usaha dan satwa liar; kean ekaragam an hayati un tuk pen yerbukan tan am an dan pariwisata satwa liar lokal; ketahan an pan gan setem pat dan pen dapatan ), dan di saat yan g sam a juga berkon tribusi pada kom itm en n asion al dan target global (m isaln ya pen urun an bersih em isi gas rum ah kaca berbasis lahan ; target Aichi un tuk kon servasi kean ekaragam an hayati; m em buka lapan gan kerja pedesaan ; m en ghasilkan listrik dari sum ber daya terbarukan ; m em asok surplus produksi pertan ian un tuk m em beri m akan pen duduk kota).

Oleh karen a itu, m en gupayakan pen capaian pem ban gun an berkelan jutan pada skala lan skap berarti m elihat bukan han ya pada lin gkup satu sektor dan kelom pok pem an gku kepen tin gan serta skala un it pen gelola lahan dalam ran gka m em en uhi kebutuhan berbagai pem an gku kepen tin gan dan berbagai sektor.


(29)

BUda

Ya

eKOnOmi

pOliTiK

seJarah

eKOlOGi

KUaliT

as

TaT

a KelOla


(30)

Upaya un tuk m en capai lan skap berkelan jutan dapat dilaksan akan secara in depen den oleh satu pem an gku kepen tin gan , atau m elalui kerja sam a oleh berbagai pem an gku kepen tin gan . Kam i m en yaran kan cara yan g kedua karen a lebih efektif.

Satu pem an gku kepen tin gan yan g berkom itm en pada keberlan jutan , seperti suatu lem baga pem erin tah atau organ isasi kon servasi, dapat berupaya un tuk m en doron g pelaksan aan pen dekatan lan skap. Misaln ya, pelaku tun ggal tersebut dapat m en coba un tuk m en yeim ban gkan berbagai tujuan dan bahkan m un gkin m em pertim ban gkan kepen tin an -kepen tin gan pem an gku kepen tin gan lainnya, tetapi secara otonomi, tanpa konsultasi signiikan dengan mereka. Con toh yan g palin g jelas adalah ketika pem erin tah pusat m en gen dalikan keputusan -keputusan sum ber daya besar. H al in i m asih akan m en yiratkan pengelolaan sinergi dan pertukaran serta konlik di antara lembaga-lem bagan ya sen diri.

Nam un , pada praktikn ya, m odel in i m en em ui kesulitan dalam pelaksan an n ya ketika pem an gku kepen tin gan lain n ya m em iliki prioritas yan g berbeda-beda atau m ereka m en ggun akan praktik pen gelolaan yan g m en gham bat keputusan pem an gku kepen tin gan tun gga tersebut. Di keban yakan kasus, kerja sam a atau koordin asi di an tara para pem an gku kepen tin gan dalam suatu lan skap dibutuhkan dalam ran gka m em astikan kelayakan jan gka pan jan g.

Pen gelolaan lan skap terpadu adalah suatu istilah yan g digun akan un tuk m en ggam barkan pen dekatan berbagai pem an gku kepen tin gan terhadap pen gelolaan lan skap. Tin gkat kerja sam a dalam pen gelolaan lan skap terpadu bervariasi, m ulai dari pem bagian in form asi dan kon sultasi hin gga m odel-m odel yan g lebih forodel-m al, den gan pen gaodel-m bilan keputusan dan pelaksan aan bersam a. Men em ukan tin gkat kerja sam a yan g palin g tepat m erupakan bagian pen tin g dari pen gelolaan lan skap terpadu (lihat halam an 60 ). Struktur tata kelola, besaran dan lin gkup, serta jum lah dan jen is pem an gku kepen tin gan yan g terlibat (m isaln ya sektor swasta, m asyarakat sipil, pem erin tah) dalam pen gelolaan lan skap terpadu, bervariasi.

Para pen ulis m em pertim ban gkan bahwa pen dekatan pen gelolaan terpadu in i lebih m un gkin akan m en garah pada lan skap berkelan jutan dalam jan gka pan jan g, den gan secara tegas m en gatasi pertukaran dan sin ergi di an tara pem an gku kepen tin gan dan an tara berbagai bagian lan skap, dan den gan m em ban gun hubun gan kerja sam a. Kam i m en guraikan elem en -elem en yan g dibutuhkan un tuk m en etapkan dan m em pertahan kan pen gelolaan lan skap terpadu (lihat halam an 50 ), serta katalisator yan g dapat m em ban tu m en in gkatkan pelaksan aan n ya (lihat halam an 10 0 ).


(31)

29 Berten tan gan den gan Tujuan Pem ban gun an Milen ium19, yan g ham pir

secara eksklusif berfokus pada n egara-n egara berkem ban g dan um um n ya pen dekatan khusus sektor yan g didoron g, Tujuan Pem ban gun an Berkelan jutan (Sustainable Dev elopm en t Goals, SDG), yan g baru diadopsi oleh Sidan g Um um Perserikatan Ban gsa-Ban gsa, berlaku pada sem ua n egara secara m erata dan m en gakui san gat pen tin gn ya m em astikan kelestarian lin gkun gan .

SDG salin g terkait dan salin g bergan tun g, seperti tujuan -tujuan yan g terkait den gan pen gen tasan kem iskin an , pertan ian berkelan jutan , ketahan an pan gan dan n urtisi, air dan san itasi, kesehatan , kota dan pem ukim an berkelan jutan , ekosistem dan kean ekaragam an hayati darat dan laut, adaptasi dan m itigasi iklim , pem ban gkit listrik bersih, stabilitas sosial dan keam an an , serta produksi dan kon sum si berkelan jutan20 ,21. Selain itu, sem akin ban yak n egara telah m en gakui bahwa SDG tidak dapat dipisahkan dari satu sam a lain dan harus dilaksan akan secara terpadu22. Seirin g den gan upaya-upaya yan g dilaksan akan un tuk m en capai tujuan -tujuan in i, m en gelola kem un gkin an persain gan sum ber daya alam di an tara tujuan -tujuan tersebut, dan m en ghin dari eksploitasi berlebih m en jadi lan gkah yan g san gat pen tin g.

Dikaren akan ketersalin g hubun gan in i serta kom pleksitas dan sifat tan tan gan -tan tan gan global saat in i yan g salin g terkait, pen gelolaan lan skap terpadu dapat san gat berkon tribusi pada pelaksan aan SDG23. Men gadopsi pen dekatan lan skap yan g secara sistem atis m em pertim ban gkan berbagai sektor dan berbagai kebutuhan pem an gku kepen tin gan dapat m em ban tu m en ghasilkan solusi yan g m en capai ban yak tujuan secara sekaligus. Misaln ya, suatu program lin tas sektor un tuk restorasi DAS dapat m em icu kegiatan ekon om i, m en in gkatkan produktivitas pertan ian , m en gem ban gkan kean ekaragam an hayati, dan berkon tribusi pada m itigasi dan adaptasi perubahan iklim , serta m en in gkatkan ketersediaan dan kualitas air. Selain itu, den gan m en goordin asikan strategi dan m en doron g sin ergi an tara pem erin tah pusat, provin si dan daerah, pen gelolaan lan skap terpadu dapat m en ciptakan pen ghem atan biaya di berbagai tin gkat. Men gin gat bahwa pen gelolaan lan skap terpadu m en doron g proses partisipatif dan in klusif yan g m elibatkan sem ua pem an gku kepen tin gan dalam pen gam bilan keputusan dan pen gelolaan kolaboratif, lan gkah in i juga dapat m em ban tu m em berdayakan m asyarakat. Terakhir, sebagai suatu strategi pen gelolaan sum ber daya alam . pen gelolaan lan skap terpadu dapat m en in gkatkan kerja sam a region al dan an tar n egara m elin tasi batas-batas ekologi, ekon om i dan politik24.

penGelOlaan lansKap TerpadU seBaGai cara UnTUK

melaKsanaKan TUJUan pemBanGUnan BerKelanJUTan


(32)

TanTanGan Terhadap BenTUK penGelOlaan sUmBer daYa alam YanG leBih TerpadU:

penGelOlaan sUmBer daYa air TerpadU di ameriKa laTin

Air merupakan sumber daya terbatas dengan banyak pengguna; tindakan oleh satu pengguna dapat memengaruhi pengguna lainnya. Misalnya, PLTA dapat memengaruhi arus air untuk irigasi hilir, sementara irigasi pertanian dan polusi bahan kimia memengaruhi ketersediaan dan kualitas air untuk pengguna lain. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (Integrated Water Resources Management, IWRM) dirancang untuk mengatasi permintaan air yang bersaing dengan cara yang adil, yang memenuhi kebutuhan masyarakat, industri, dan ekosistem. Banyak kemitraan IWRM mengadopsi tujuan-tujuan selain pengelolaan air, yang merupakan suatu bentuk pengelolaan lanskap terpadu.

IWRM bekerja sangat baik di Amerika Latin, baik di lembaga air nasional maupun dalam pengelolaan DAS setempat. Tantangan-tantangan dalam pelaksanaan di kawasan ini memberikan wawasan berguna untuk pengelolaan lanskap terpadu secara lebih luas. Memadukan pengelolaan penggunaan lahan di seluruh sektor dan skala: Lanskap untuk melaksanakan IWRM sering kali adalah DAS. Namun, DAS sering kali tidak selaras dengan lanskap politik, sehingga mengakibatkan kesenjangan tata kelola. Selain itu, fragmentasi pembuatan kebijakan air mengakibatkan tantangan koordinasi antara lembaga air pusat dengan para pelaku daerah seperti organisasi-organisasi pengelola wilayah sungai. Misalnya, di Peru terdapat 13 lembaga pusat yang terlibat dalam pembuatan kebijakan air dan 10 lembaga pusat yang terlibat dalam pengaturan air.

Selain itu, walaupun pendekatan berbagai sektor merupakan inti dari IWRM, terlibat dengan para pelaku kuat yang bergantung pada air di luar DAs dan/atau komunitas air masih menjadi tantangan besar. Hal ini terutama terlihat jelas untuk sektor energi, di mana keputusan didorong oleh kebutuhan ketahanan energi di tingkat nasional. Keputusan-keputusan ini, seperti keputusan-keputusan yang terkait dengan infrastruktur energi baru, dapat memberikan dampak yang signifikan pada pengelolaan sumber daya DAS setempat, serta dapat bertentangan dengan pembuatan kebijakan air desentralisasi di tingkat yurisdiksi dan DAS. Memastikan semua pemangku kepentingan terkait dilibatkan: Agar berbagai kelompok kepentingan bertemu dalam suatu proses berbagai pemangku kepentingan yang melibatkan kompromi dan pertukaran, artikulasi yang jelas tentang manfaat dari berpartisipasi dalam

proses ini sangatlah penting. Selain itu, para pelaku yang terpinggirkan, seperti masyarakat adat, dan para pelaku yang tidak terorganisasi, seperti pengatur irigasi, perlu diberdayakan untuk berpartisipasi dengan cara yang berarti dalam negosiasi-negosiasi ini.

Namun, bahkan ketika para pemangku kepentingan terkait terlibat, mencapai konsensus dapat menjadi tantangan dan memakan waktu.

Mendorong perilaku yang diinginkan: Insentif sangatlah penting untuk menciptakan perubahan menuju penggunaan sumber daya yang lebih efisien. Tarif air yang rendah dan biaya energi yang disubsidi (biaya dominan dalam distribusi air) mendorong penggunaan air yang tidak efisien di Amerika Latin dan tidak mendorong investasi pada peningkatan infrastruktur. Contoh pendekatan yang lebih progresif terhadap penetapan tarif air mencakup potongan harga untuk penggunaan yang efisien di Peru dan penetapan harga bervariasi berdasarkan ketersediaan air daerah di Meksiko. Namun, di Meksiko sekalipun, tidak ada tarif untuk irigasi di konsesi-konsesi yang menggunakan air dan tarif rendah untuk penggunaan air yang melebihi batas di konses-konsesi tidak bervariasi berdasarkan zona. Penghitungan ekosistem dalam pengelolaan risiko: Demikian pula, terdapat kebutuhan untuk memahami dan mempertanggungjawabkan peran ekosistem dalam pengelolaan air. Misalnya, kekeringan parah di bagian tenggara Brasil pada tahun 2014, yang memengaruhi 4 juta orang dan mengakibatkan konflik antara berbagai pengguna air termasuk 3 negara bagian terbesar di Brasil, yaitu Sao Paolo, Rio de Janeiro dan Minas Gerais, diperparah dengan kerusakan lingkungan setempat di daerah-daerah riparian. Mengakui dan memperhitungkan eksternalitas lingkungan, seperti erosi jasa ekosistem sangat penting dalam meningkatkan strategi pengelolaan risiko. Walaupun Amerika Latin dan Karibia merupakan pemimpin global dalam pengembangan program-program Pembayaran Jasa Ekosistem (Payment for Ecosystem Services, PESiv, yang merepresentasikan langkah untuk mengakui nilai ekosistem dan biaya eksternalitas lingkungan, perubahan sistematis dibutuhkan untuk memasukkan eksternalitas-eksternalitas ini dalam biaya penggunaan sumber daya25.

Helen Bellfield

The Global Canopy Programme

iv Termasuk Socio Bosque di Ekuador, Pembayaran Jasa DAS di Meksiko, dan Kemitraan Dana Air Amerika Latin.


(33)

©

F

il

ip

e

fr

a

za

o

/

G

e

tt

y

I

m

a

g

e

s

2

0


(34)

Gunung Kailash, di Daerah Otonomi Tibet, Republik Rakyat Tiongkok, selama ribuan tahun telah menjadi tempat sakral yang sangat penting bagi Agama Buddha, Hindu, Jainisme, Sikhisme dan Bon. Setiap tahun, 100.000 peziarah mengunjungi gunung sakral ini dan lokasi-lokasi sekitarnya di bagian barat Republik Rakyat Tiongkok yang terpencil.

Daerah Gunung Kailash merupakan sumber dari empat sistem sungai besar untuk Asia Selatan termasuk Sungai Indus, Sungai Karnali/Gangga, Sungai Brahmaputra dan Sungai Sutlej. Keempat sumber air ini digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk untuk irigasi dan PLTA, serta merupakan sumber kehidupan bagi jutaan rumah tangga di bagian hilir negara tetangga, Nepal dan India. Daerah ini ditandai dengan berbagai ekosistem, mulai dari ekosistem subtropis di bagian selatan hingga alpin bersuhu sedang dan gurun dataran tinggi yang dingin di bagian utara, dengan keanekaragaman hayati flora dan fauna yang sangat kaya.

Dalam beberapa tahun terakhir, mata pencaharian tradisional yang bergantung pada pertanian dan panen hasil hutan telah terancam dengan adanya perubahan pola curah hujan dan kerusakan sumber daya alam. Emigrasi untuk mencari pekerjaan dan pendidikan (terutama oleh laki-laki) meningkat, dengan perempuan, orang tua dan anak-anak ditinggal di desa-desa.

Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok, Pemerintah India dan Pemerintah Nepal, serta masyarakat setempat, mengetahui tentang berbagai kekayaan ekologi dan budaya yang dimiliki di daerah ini. Mereka juga mengetahui tentang tantangan-tantangan masa depan yang terkait dengan perubahan iklim, antarmuka bencana hulu-hilir dan kesenjangan pengetahuan tentang data iklim dan ekologi jangka panjang serta data lainnya. Namun, berbagai kepentingan dalam dan pendekatan terhadap tantangan-tantangan ini telah menghambat kerja sama sejak dulu.

Pada tahun 2005, dengan dorongan dari International Centre for Integrated Mountain

sTUdi KasUs

penGelOlaan lansKap TerpadU

di lansKap saKral Kailash

Development (ICIMOD), Republik Rakyat Tiongkok, India dan Nepal sepakat untuk mengambil pendekatan holistik terpadu untuk konservasi dan pembangunan di lanskap yang unik ini. Lanskap Sakral Kailash, seluas 31.000 km2, ditetapkan berdasarkan kriteria budaya dan ekologi, batas-batas DAS, praktik mata pencaharian umum dan batas-batas administrasi. Daerah tersebut meliputi bagian barat daya Daerah Otonomi Tibet, Republik Rakyat Tiongkok, bagian barat laut Nepal, dan bagian timur laut Negara Bagian Uttarakhand, India.

Pada awalnya, fokus proyek tersebut adalah untuk menyepakati pendekatan umum terhadap pengelolaan lanskap, yang mempertimbangkan berbagai kepentingan para pemangku kepentingan yang terlibat, dan berbagai kebijakan nasional dan kapasitas lembaga-lembaga mitra. Proses tersebut dimulai pada tahun 2005 dengan pertemuan awal untuk mengidentifikasi para pemangku kepentingan yang akan dilibatkan, dan dilanjutkan dengan serangkaian negosiasi untuk menyepakati tujuan-tujuan bersama (lihat di bawah). Beberapa kerangka kerja dan strategi dikembangkan untuk memandu kerja sama jangka panjang, memperjelas cara bekerja sama, metodologi mana yang akan digunakan, dan model pelaksanaan. Diskusi di antara para pemangku kepentingan mengarah pada serangkaian dokumen kunci, termasuk kajian kelayakan, kerangka kerja sama regional, strategi konservasi dan pengembangan daerah, serta strategi komunikasi dan pengelolaan pengetahuan daerah. Partisipasi masyarakat dipastikan melalui kajian dan proses perencanaan partisipatif di tiap negara. Pelaksanaannya mulai tahun 2011 dan fase yang sedang berlangsung saat ini akan berakhir pada tahun 2017.

Selama proses perencanaan kolaboratif, para mitra menyepakati lima tujuan menyeluruh untuk Lanskap Sakral Kailash, yaitu mengembangkan sistem mata pencaharian yang lebih baik, peningkatan pengelolaan ekosistem untuk jasa berkelanjutan, pembagian akses dan manfaat, pemantauan sosial dan ekologi jangka panjang, serta kerja sama


(35)

33 v UNESCO adalah Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan

Budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation)

regional, yang mendukung kebijakan dan sistem pengelolaan pengetahuan.

Selain kegiatan-kegiatan khusus yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan ini, para mitra sepakat untuk rutin menyelenggarakan lokakarya dan forum pertukaran informasi serta meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan di semua tingkat. Para mitra juga bekerja untuk memastikan bahwa rencana-rencana proyek terkait dengan rencana-rencana nasional di tiap negara. Pencalonan Lanskap Sakral Kailash sebagai Situs Warisan Dunia lintas batas negara oleh UNESCO sedang didiskusikan. Hal ini akan membantu memperkuat kerja sama masa depan pada skala lanskap antara ketiga negara tersebut. Walaupun terdapat tantangan yang menghadang, proyek tersebut telah mencapai dampak yang signifikan dalam hal meningkatkan kerja sama regional dan kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan dalam bidang tersebut (termasuk pariwisata, melalui pengembangan pedoman bagi peziarah). Untuk pertama kalinya, operator tur dan pemangku kepentingan pariwisata lainnya di Republik Rakyat Tiongkok, India dan Nepal bekerja bersama-sama untuk mencapai pariwisata yang lebih berkelanjutan di Lanskap Sakral Kailash.

Corinna Wallrapp

Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH

ICIMOD berfungsi sebagai koordinator dan fasilitator lintas batas negara untuk Inisiatif Konservasi dan Pengembangan Lanskap Sakral Kailash, dengan kementerian-kementerian utama tiap negara dan institusi nasionalnya yang ditunjuk sebagai pelaksana. Inisiatif ini menerima kontribusi keuangan dari Departemen Pembangunan Internasional (DFID) Inggris dan, telah didukung sejak tahun 2012 oleh Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH atas nama Kementerian Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi Federal Jerman (BMZ).


(36)

(37)

©

J

it

e

n

d

ra

B

a

jr

a

c

h

a

ry

a

,

IC

IM

O


(1)

GROSS, L., H ART, A., STAM, N. (Forthcom in g) Practical Guide for Lan dscape Con ven ers; IDH In itiative for Sustain able Lan dscapes an d EcoAgriculture Partn ers (Akan datan g di www.lan dscapesin itiative.org).

BROUWER, H., WOODHILL, J ., HEMMATI, M., VERHOUSEL K., VAN VUGT, S. (2015) The MSP Guide: How to design and facilitate multi-stakeholder partnerships. Wageningen University dan Research Centre, Centre of Development Innovation, Belanda. 113.

INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT. (2009) Good practice in participatory m appin g. Tersedia di: http:/ / www.ifad.org/ pub/ m ap/ pm _ web.pdf

MOABI. (20 15) Moabi DRC. Tersedia di http:/ / rdc.m oabi. org/ data/ en / # 6/ -2.8 77/ 22.8 30 &layers=

LANDSCAPES FOR PEOPLE, FOOD AND NATURE INITIATIVE. (2015) Institutional landscape analysis tool. Tersedia di : http:/ / peoplefoodan dn ature.org/ tool/ in stitution al-lan dscape-an alysis/

NATURAL CAPITAL PROJECT. (N.D.) InVEST – In tegrated Valuation of Ecosy stem Serv ices and Tradeoffs. Tersedia di: : http:/ / www.n aturalcapitalproject.org/ in vest/

LAND USE PLANNING FOR MULTIPLE ENVIRONMENTAL SERVICES (N.D.) World Agroforestry Cen tre (ICRAF). Tersedia di: http:/ / www. worldagroforestry.org/ region s/ southeast_ asia/ in don esia/ projects/ lam a-i/ researchtools/ lum en s

FREEMAN, O. E., DUGUMA, L. A., MINANG, P. A. (20 15) Operationalizing the integrated landscape approach in practice. Ecology an d Society 20 :24ff.

BUCK, L. E., WALLACE, C., MILDER, J . C., KURIA, D. (20 12) ‘Adv ancing and balancing ecological con serv ation, agricultural production and local liv elihood goals in Keny a‘s Kikuy u Escarpm ent landscape’. EcoAgriculture Partn ers, Washin gton DC.

CONSERVATION BRIDGE. (N.D.) Tersedia di: www. con servation bridge.org

8 5.

8 6.

8 7.

8 8 .

8 9.

90 .

91.

92.

93.

94.

BUCK, L. E., KOZAR, R., RECH A, J . L., DESALEGN, A., PLANICKA, C. AND H ART, A.K. (20 14) ‘Un it 3 Lan dscape Leadership for Sustainable Land Management’ In A Landscape Perspective on Monitoring & Evaluation for Sustainable Land Management. Trainers’ Man ual. Washin gton , DC: EcoAgriculture Partn ers.

BUCK, L. E., KOZAR, R., RECH A, J . L DESALEGN, A., PLANICKA, C. AND H ART, A.K. (20 14) A Lan dscape Perspective on Monitoring & Evaluation for Sustainable Land Management. Trainers’ Man ual. Washin gton , DC: EcoAgriculture Partn ers.

SAYER, J ., CAMPBELL, B., PETH ERAM, L., ALDRICH , M., PEREZ, M. R., ENDAMANA, D., DONGMO, Z.-L. N., DEFO, L., MARIKI, S., DOGGART, N., & others. (20 0 7) Assessing en v iron m ent an d dev elopm ent outcom es in con serv ation lan dscapes. Biodiversity & Con servation 16:2677– 2694.

REDD, J ., DEAKIN, L., SUNDERLAND, T. (20 15) W hat are “ In tegrated Landscape Approaches ” an d how effectiv ely hav e they been im plem en ted in the tropics : a sy stem atic m ap protocol. En viron m en tal Eviden ce 4:1– 7.

SANDKER, M., CAMPBELL, B. M., RUIZ-PÉREZ, M., SAYER, J . A., COWLING, R., KASSA, H ., KNIGH T, A. T. (20 10 ) The role of participatory m odeling in lan dscape approaches to reconcile con serv ation and dev elopm en t. Ecology an d Society 15:art 13; an d MILDER, J . C., H ART, A. K., DOBIE, P., MINAI, J ., ZALESKI, C. (20 14) In tegrated Lan dscape Initiativ es for African Agriculture, Dev elopm ent, and Conserv ation: A R egion-W ide Assessm en t. World Developm en t 54:68 – 8 0 .

FREEMAN, O. E., DUGUMA, L. A., MINANG, P. A. (20 15) Operationalizing the integrated landscape approach in practice. Ecology an d Society 20 :24ff.

BUCK, L.E., MILDER, J.A., GAVIN, T.A., MUKHERJEE, I. (20 0 6) Understanding Ecoagriculture: A Fram ew ork for Measuring Landscape Performance. Discussion Paper No. 2, Ecoagriculture Partn ers, Washin gton , DC

LANDSCAPE MEASURES RESOURCE CENTRE. (N.D.) Tersedia di: http:/ / lan dscapem easures.in fo/ 95.

96.

97.

98 .

99.

10 0 .

10 1.

10 2.


(2)

113.

114.

115.

116.

117.

118 .

119.

120 .

156 10 3. 10 4.

10 5.

10 6.

10 7.

10 8 .

10 9. 110 .

111.

112.

VITAL SIGNS. (2015) Tersedia di: www.vitalsigns.org WORLD BANK. (N.D.) W hat is gov ern ance? Tersedia di: http:/ / web.worldban k.org/ WBSITE/ EXTERNAL/ COUNTRIES/MENAEXT/EXTMNAREGTOPGOVERNANCE/ 0 ,,con ten tMDK:20 513159~ m en uPK:1163245~ pagePK:340 0 4173~ piPK:340 0 370 7~ theSitePK:4970 24,0 0 .htm l

RIBOT, J . (20 0 2) ‘Dem ocratic decen tralization of n atural resources: institution alizing popular participation’. World Resources In stitute. Washin gton . Tersedia di: http:/ / pdf. wri.org/ ddn r_ full_ revised.pdf

SCH ERR, S. J ., MANKAD, K., J AFEE, S., NEGRA, C., dengan HAVEMANN, T., KIJTIKHUN, J., KUSUMJAYA, U. E., NAIR, S., ROSENTH A, N. (20 15) ‘Steps Tow ard Green: Policy R espon ses to the Env ironm en tal Footprint of com m odity Agriculture in East and Southeast Asia’. Washin gton , DC: EcoAgriculture Partn ers an d the World Ban k.

HAVEMANN, T. (2015) ‘Tea Lan dscapes in Yunn an, Chin a’. Bab 9 dalam SCH ERR, S. J ., MANKAD, K., J AFEE, S., NEGRA, C. ‘Steps Tow ard Geen: Policy R espon ses to the Env iron m en tal Footprin t of Com m odity Agriculture in East an d Southeast Asia’. EcoAgriculture Partn ers dan the World Ban k: Washin gton , D.C., Pp. 143-166.

N ation al Strategy for Clim ate Chan ge Approv ed by Decision of the Prime Minister Number 2139/QD-TTg dari Perdana Menteri tertanggal 5 September 2011, Part V. Im plem en tation Organ isation , bagian 3.

Perkiraan Housing and Land Use Regulatory Board. (20 12).

ROTHE, A-K., MUNRO-FAURE, P. (N.D.) Developing enabling tenure conditions for REDD+, UN REDD Programme Policy Brief Tenure and REDD+, Edisi #06 RATTANASORN, T., FISHER, B., KUGEL, C. (20 12) Unusual partnerships: lessons for landscapes and livelihoods from the Doi Mae Salong landscape, Thailand. Gland, Switzerland: IUCN

REY, D., ROBERTS, J., KORWIN, S., RIVERA, L., & RIBET, U. (20 13) A guide to understanding and im plem enting UNFCCC REDD+ Safeguards. ClientEarth, London, United

Kingdom. Tersedia di: http:/ / www.clientearth.org/ reports/ a-guide-to-understanding-and-implementing- unfccc-redd+- safeguards.pdf.

UNEP. (20 11) Tow ards a Green Econom y : Pathw ay s to Sustainable Developm ent and Poverty Eradication. Tersedia di: www.unep.org/ greeneconomy. Note: these igures do not include ecosystem restoration costs GREEN CLIMATE FUND. (20 15) Governm ents requested to accelerate signing of contributions to Green Clim ate Fund. Press release. Available at: http:/ / www.gcfund. org/ileadmin/00_customer/documents/Press/release_ GCF_ 20 15_ contributions_ status_ 3 0 _ april_ 20 15.pdf

SHAMES, S., CLARVIS, M. H., KISSINGER, G. (2014) Financing strategies for integrated landscape investm ent: Sy nthesis report. Dalam Shames, S. (Ed.) Financing Strategies for Integrated Landscape Investm ent. Washington, DC: EcoAgriculture Partners, atas nama Landscapes for People, Food and Nature Initiative.

SHAMES, S., CLARVIS, M. H., KISSINGER, G. (2014) Financing strategies for integrated landscape investm ent: Sy nthesis report. Dalam Shames, S. (Ed.) Financing Strategies for Integrated Landscape Investm ent. Washington, DC: EcoAgriculture Partners, atas nama Landscapes for People, Food and Nature Initiative.

EARTH INSTITUTE COLUMBIA UNIVERSITY. (N.D.) Pun jab, In dia. Tersedia di: http:/ / water.colum bia.edu/ research-them es/ food-en ergy-n exus/ water-agriculture-livelihood-security- in -in dia/ pun jab-in dia/

CLIMATE BONDS INITIATIVE. (2015) Inv estor Statem ent re: Green Bonds & Climate Bonds. Tersedia di: https:/ / www.climatebonds.net/iles/page/iles/investor_ statem en t_ 28 _ jan 15.pdf

CLIMATE BONDS INITIATIVE. (2015) Bonds and Clim ate Change: The State of the Market in 2015. Tersedia di: https://www.climatebonds.net/iles/iles/CBI-HSBC%20 report%20 7J uly%20 J G0 1.pdf

CIFOR AND TH E MUNDEN PROJ ECT. (20 14) The Landscape Fund: Concept N ote. Tersedia di: http:/ / www.oecd.org/ dac/ en viron m en t-developm en t/ The%20


(3)

121.

122.

123.

124.

125.

126.

127.

128 .

129.

130 .

131.

132.

133.

134.

135.

136.

137.

138 .

157 Lan dscape%20 Fun d%20 -%20 Con cept%20 n ote%20 30 %20

Nov%20 20 14.pdf

ALTH ELIA. (20 15) Althelia Ecosphere: Align ing Econom y w ith Ecology . Tersedia di: https:/ / althelia.com

BIOCARBON FUND. (20 15) The BioCarbon Fun d In itiativ e for Sustainable Forest Lan dscapes (ISFL). Tersedia di: http://www.biocarbonfund-isl.org

CLIMATE POLICY INITIATIVE. (2013) Does Credit Affect Deforestation ? Ev idence from a R ural Credit Policy in the Brazilian Am azon . Tersedia di: http:/ / clim atepolicyin itiative.org/ wp-con ten t/ uploads/ 20 13/ 0 1/ Does- Credit-Affect-Deforestation -Executive-Sum m ary-En glish.pdf

TH E GLOBAL COMMISSION ON TH E ECONOMY AND CLIMATE. (20 15) Better grow th, better clim ate. The new clim ate econ om y sy n thesis report. Tersedia di: www. n ewclim ateecon om y.report

UNFCCC. (20 15) Green Clim ate Fund. Tersedia di: http://unfccc.int/cooperation_and_support/inancial_ m echan ism / green _ clim ate_ fun d/ item s/ 58 69.php

GREEN CLIMATE FUND. (20 15b) Status of Pledges and Con tributions m ade to the Green Clim ate Fun d. Tersedia di: http:/ / n ews.gcfun d.org/ wp-con ten t/ uploads/ 20 15/ 0 4/ Status-of-Pledges-20 15.8 .4.pdf

CIFOR. (20 14) Green grow th capital locked dow n by lackluster gov ernm ents: Credit Suisse.

Tersedia di: http:/ / blog.cifor.org/ 27414/ green -growth-capital-locked-down -by-lackluster-govern m en ts-credit- suisse

GREEN CLIMATE FUND. (20 15a) GCF Board to assess irst project proposals at its 11th m eeting in Zam bia. Tersedia di: http://www.gcfund.org/ileadmin/00_customer/documents/ Press/ release_ GCF_ 20 15_ 0 7_ 10 _ Board_ Meeting.pdf

MANAGEMENT SYSTEMS INTERNATIONAL. (20 11) Putting R oy alties to W ork for the People of Colom bia. Tersedia di: http:/ / www.m siworldwide.com / project/ puttin g-royalties-to-work-for-the-people-of-colom bia/

THE NATURE CONSERVANCY. (2010) Ecological ICMS: A Gen uine Brazilian In centiv e for Conserv ation . Tersedia di: http:/ / m odern cm s.ecosystem m arketplace.com / repository/ m odern cm s_ docum en ts/ Ecological%20 ICMS.1.1.pdf

WATERSH ED MARKETS. (20 11) Costa R ica - N ational Pay m en t for Env ironm ental Serv ices (PES) program m e. Tersedia di: http:/ / www.watershedm arkets.org/ casestudies/ Costa_ Rica_ Nation al_ PES_ en g.htm l

GRIST. (20 15) Can these shareholders curb deforestation ? Tersedia di: http:/ / grist.org/ food/ can -these- shareholders-curb-deforestation /

GRIST. (20 15) Bunge rejects deforestation prom ise, N C ag-gag law passes. Tersedia di: http:/ / grist.org/ busin ess-techn ology/ bun ge-rejects-deforestation -prom ise-n c-ag-gag-law-passes/

SH ELL. (20 15) Surat (dikirim ke pem egan g saham ). Tersedia di http:/ / s0 6.static-shell.com / con ten t/ dam / shell-n ew/ local/ corporate/ corporate/ dowshell-n loads/ pdf/ ishell-n vestor/ presen tation s/ 20 15/ respon se-to-shareholders-29jan 20 15. pdf. Full respon se available at http:/ / s0 1.static-shell. com / con ten t/ dam / shell-n ew/ local/ corporate/ corporate/ down loads/ pdf/ in vestor/ agm / respon se-to-shareholder-resolution -on -clim ate-chan ge.pdf

CDP. (20 15) Climate action and proitability CDP S&P 500 Clim ate Change R eport 20 14. New York, USA. Tersedia di https:/ / www.cdp.n et/ CDPResults/ CDP-SP50 0 -leaders-report-20 14.pdf.

NORGES BANK. (20 14) R esponsible Inv estm ent Gov ernm ent Pension Fund Global. Oslo, Norway. Tersedia di http:/ / www.n bim .n o/ globalassets/ reports/ 20 14/ 20 14-respon sible-in vestm en t.pdf.

WSJ . (20 15) N orw ay Oil Fund Div ests R isky Assets. Tersedia di: http:/ / www.wsj.com / articles/ n orway-oil- fun d-divests-risky-assets-1423152433

MONGABAY. (20 15) Norw ay ’s w ealth fund expels POSCO, Daew oo Int’l over palm oil holdings. Tersedia di: http:/ / news.m ongabay.com / 20 15/ 0 8/ norways-wealth-fund-expels-posco-daewoo-intl-over-palm -oil-holdings/ 139 Untuk contoh lihat NCD. (20 15) Soft Com m odity Forest Risk Tool.


(4)

Tersedia di: http:/ / www.n aturalcapitaldeclaration .org/ softcom m oditytool/

See for exam ple NCD. (20 15) Soft Com m odity Forest R isk Tool. Tersedia di: http:/ / www.n aturalcapitaldeclaration . org/ softcom m oditytool/

KISSINGER, G., BRASSER, A. AND GROSS, L. (20 13) ‘Sy n thesis R eport. R educing R isk: Lan dscape Approaches to Sustainable Sourcing’. Washin gton , DC: EcoAgriculture Partn ers on behalf of the Lan dscapes for People, Food an d Nature In itiative.

UNILEVER. (N.D.) Sustainable Liv in g. Tersedia di: http:/ / www.un ilever.com / sustain able-livin g/

CONSUMER GOODS FORUM. (20 12) The Con sum er Goods Forum and the US Gov ernm en t Ann oun ce a Join t Initiativ e on Deforestation . Tersedia di: http:/ / www. thecon sum ergoodsforum .com / thecon sum ergoodsforum an dtheusgovern m en tan n oun ceajoin tin itiativeon -deforestation

SMIT, H ., MCNALLY, R., GIJ SENBERGH , A. (20 15) Im plem enting Deforestation -Free Supply Chains – Certiication and Beyond. SNV REAP.

FOREST 50 0 (20 14) Forest 50 0 – Pow erbrokers of deforestation. The Global Can opy Program m e. Tersedia di: http:/ / forest50 0 .org/

KISSINGER, G., BRASSER, A. AND GROSS, L. (20 13) SABMiller case study. Reducing Risk: Landscape Approaches to Sustainable Sourcin g. Washin gton , DC. EcoAgriculture Partn ers on behalf of the Lan dscapes for People, Food an d Nature In itiative.

LEWIS, D. BELL, S.D., FAY, J ., BOTH I, K.L., GATERE, L. KABILA, M., MUKAMBA, M., MATOKWANI, E., MUSH IMBALUME, M., MORARU, C.I. LEH MANN, J ., LASSOIE, J ., WOLFE, D., LEE, D.R., BUCK, L., AND TRAVIS, A. 2011. “Community Markets for Conservation (COMACO) links biodiversity conservation with sustainable im prov em ents in liv elihoods an d food production.” PNAS, 10 8 (34), 13957-13962. 139.

140 .

141.

142.

143.

144.

145.

146.

COMMUNITY MARKETS FOR CONSERVATION (COMACO) (20 15) It’s W ild! Food Products. Tersedia di: http:/ / itswild.org/ its-wild-products/ (diakses pada tan ggal 9 J uli 20 15).

MILDER, J . C., NEWSOM, D. (20 13) ‘Chartin g Tran sition s to Con serv ation -Frien dly Agriculture: The R ain forest Alliance’s Approach to Monitoring and Assessing Results for Biodiv ersity , Ecosy stem s an d the Env iron m en t’. New York, New York: Rain forest Allian ce. Tersedia di: http:/ / www.rain forestallian ce.org/ publication s/ con servation -frien dly-agriculture-report

INTERNATIONAL FINANCE CORPORATION. (20 15) ‘BACP: R ainforest Alliance’. Tersedia di: http:/ / www. ifc.org/ wps/ wcm / con n ect/ regprojects_ ext_ con ten t/ ifc_ extern al_ corporate_ site/ bacp/ projects/ projsum m ary_ rain forestallian ce (diakses pada tan ggal 28 Sept 20 15)

SCH ERR, S. J ., MANKAD, K., J AFEE, S., NEGRA, C., dengan HAVEMANN, T., KIJTIKHUN, J., KUSUMJAYA, U. E., NAIR, S., ROSENTH A, N. (20 15) ‘Steps Tow ard Green: Policy R esponses to the Env ironm ental Footprint of com m odity Agriculture in East and Southeast Asia’. Washin gton , DC: EcoAgriculture Partn ers dan World Ban k.

CONSERVATION INTERNATIONAL. (2012) ‘Alto Mayo Conserv ation Initiativ e Project Description’. CI dan Mitra untuk VCS.

MALUA BIOBANK. (N.D.) Tersedia di: http:/ / www. m aluaban k.com /

WORLD AGROFORESTRY CENTRE. (20 15) Tree diversity , dom estication and delivery (SD3). Allanblackia. Nairobi: World Agroforesty Centre. Tersedia di: http:/ / worldagroforestry.org/ research/ tree_ diversity_

domestication/ Allanblackia (diakses pada tanggal 8 J uli 20 15)

JUST US! COFFEE ROASTERS CO-OP. (2015) Oro Verde, Peru. Tersedia di: http:/ / www.justuscoffee.com / n ode/ 347 (diakses pada tan ggal 8 J uli 20 15).

AFRICAN WILDLIFE FOUNDATION. (20 15) Manyara R anch Tented Cam p: Bridging the gap betw een tourism and conserv ation. Tersedia di: http:/ / www.awf.org/ projects/ m an yara-ran ch-ten ted-cam p (diakses pada tan ggal 9 Septem ber 20 15).

147.

148 .

149.

150 .

151.

152.

153.

154.

155.


(5)

Pen ulis utam a: Louisa Den ier, Man ager Sen ior Kebijakan , Global Can opy Program m e;

Sara Scherr, Presiden dan CEO, EcoAgriculture Partn ers; Seth Sham es, Direktur Kebijakan dan Pasar,

EcoAgriculture Partners; Paul Chatterton, Direktur Lanskap REDD+, World Wide Fund for Nature;

Lex H ovan i, Pen asihat Sen ior Program Lahan Global, The Nature Con servan cy; Nien ke Stam , Man ager Sen ior Pem belajaran & In ovasi, The Sustain able Trade In itiative (IDH ).

Mohon m en gutip publikasi in i sebagai: Den ier, L., Scherr, S., Sham es, S., Chatterton , P., H ovan i, L., Stam , N. 20 15. The Little Sustain able Lan dscapes Book, Global Can opy Program m e: Oxford. © Global Can opy Foun dation 20 15

Publikasi in i m erupakan edisi pertam a dari Buku Kecil Lan skap Berkelan jutan , dipublikasikan pada bulan Novem ber 20 15.

Dipublikasikan oleh: Global Can opy Program m e, 23 Park En d Street, Oxford, OX1 1H U, UK.

Desain grais oleh Goldborough Studio Ltd.

Dicetak oleh Seacourt, Oxford, UK di atas kertas daur ulan g den gan m en ggun akan tin ta yan g tidak m en gan dun g bahan beratberacun .


(6)