presentasi simposium internalisasi etika

Bentuk Artikel :
1.
2.
3.

Analisis Induktif
Kasus representatif – Sintesis – Analisis
Inferensi – Hipotesis – Model

Sistem Administrasi Negara
Legislatif

Eksekutif

Yudikatif

Lembaga ExtraTrias Politika

Pemberi Layanan

Rakyat


Lingkungan

Penerima Layanan
Faktor Pengikat/pengatur

Problema
Formal
Sistem Hukum
(Negara)

Informal
Sistem Nilai Sosial
Etika, Moral, Akhlak
(Masyarakat)



Terlampau legalistik-formalistik
kemampuan regulasi dan proteksi menjadi

terbatas
1. Pola pikir aparatur negara
2. Kebutuhan penyeragaman – keadilan



Tidak mampu menjangkau seluruh aspek
kehidupan secara sempurna & tuntas.



Aparatur negara memiliki kepentingan
subyektif dan agenda tersembunyi 
intepretasi bias kepentingan



Nilai sosial (etika, moral, aklak, keyakinan)
tidak terakomodir dalam kodifikasi hukum .


Fakta Empiris :
 Keberadaannya sangat nyata, diyakini,
dibutuhkan, dipelihara, dijalankan dan tidak
ada yang menyangkal.
 Namun, banyak yang tidak diakomodir
dalam sistem aturan hukum negara
Problem
Internalisasi










Tidak ideal – kontra-produktif.
Hukum (formil) dan etika (non-formil dan informil)

selalu terlibat dalam pergulatan untuk
mengedepankan perannya masing-masing
Pertimbangan etika dan moral tidak bisa berjalan di
atas track struktur formal yang sudah terbangun
Resistensi masyarakat terhadap hukum negara besar.
Akseptabilitas masyarakat menurun.
Hukum mudah sekali digunakan sebagai alat politik
penguasa – karena multitafsir dan bias kepentingan.
Ruang diskresi pejabat sangat sempit, sering raguragu, tidak kreatif. Takut risiko jabatan.

Bagir Manan :
 Hukum di Indonesia bermasalah sejak lahir
 Aktor pembuat hukum (DPR) banyak yang
bermasalah – korupsi, manipulasi, kolusi,
nepotisme, dsb.
 Aktor pelaksana penegakan hukum juga
banyak yang bermasalah – Polisi, Jaksa,
Hakim, Advokat, Birokrasi.

Kerusakan negara ini nyaris

sempurna
Mendapatkan justifikasi. Karena pengikat
sistem administrasi negara bermasalah.