Pengaruh Ukuran Perusahaan, DER Terhadapa ROE dengan Pertumbuhan Laba sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2014

BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1. Profitabilitas
Profitabilitas mempunyai arti penting dalam usaha mempertahankan
kelangsungan hidupnya dalam jangka panjang, karena profitabilitas menunjukkan
apakah badan usaha tersebut mempunyai prospek yang baik di masa yang akan
datang. Dengan demikian setiap badan usaha akan selalu berusaha meningkatkan
profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu badan usaha
maka kelangsungan hidup badan usaha tersebut akan lebih terjamin.
Keberhasilan perusahaan dipengaruhi besarnya tingkat profitabilitas. Dasar
pemikiran bahwa tingkat keuntungan menilai keberhasilan efektifitas perusahaan,
tentu saja berkaitan dengan hasil akhir dari berbagai keputusan yang telah
dijalankan dalam periode berjalan. Ketika perusahaan mengalami keberhasilan,
akan memacu percepatannya publikasi laporan keuangan ke publik, sehingga
menimbulkan image positif perusahaan dimata publik.
Menurut Halim dan Hanafi (2005) profitabilitas adalah ukuran mengenai
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu.
Profitabilitas adalah kemampuan suatu kesatuan usaha (entity) untuk memperoleh
laba. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen
dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan.
Secara garis besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan

investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan akan mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Profitabilitas) baik dari

8
Universitas Sumatera Utara

tingkat penjualan, asset, modal maupun saham tertentu. Dalam rasio profitabilitas
ini dapat dikatakan sampai sejauhmana keefektifan dari keseluruhan manajemen
dalam menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Profitabilitas merupakan hasil
dari sejumlah besar kebijakan dan keputusan manajemen dalam menggunakan
sumber-sumber dana perusahaan.
Profitabilitas sebuah perusahaan akan menunjukkan

bagaimana kinerja

perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaannya dan meraih laba dari
kegiatan operasional perusahaan tersebut. Profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto, 2007: 35).
Menurut Sawir (2005: 31) tujuan dari rasio Profitabilitas, yaitu untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode

tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam
menjalankan operasional perusahaannya. Rasio ini untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan net income (laba bersih sesudah pajak) ditinjau
dari sudut equity capital. Semakin tinggi rasio ini semakin baik hasilnya, dan rasio
ini merupakan ukuran dalam mengukur tingkat hasil investasi dari para pemegang
saham. Syamsuddin (2006: 64) menyatakan “Return on Equity merupakan suatu
pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan
(baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang
mereka invetasikan dalam perusahaan”.
Bagi investor, return on equity dapat memperlihatkan sejauhmana
perusahaan menghasilkan laba yang bisa diperoleh pemegang saham.

9
Universitas Sumatera Utara

Return on Equity dapat dihitung dengan rumus :

��

��=


Laba bersih setelah pajak
Ekuitas

Return On Equity (ROE) atau sering disebut juga dengan Return On
Common Equity. Dalam bahasa Indonesia, istilah ini sering juga diterjemahkan

sebagai rentabilitas modal sendiri (Halim dan Hanafi, 2005: 179). ROE
merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap penyertaan modal
saham sendiri yang berarti juga merupakan untuk menilai seberapa besar tingkat
pengembalian (persentase) dari saham sendiri yang ditanamkan dalam bisnis
(Widiyanto, 1992:53). Dengan demikian kegunaan ROE adalah untuk
menentukan pemilihan sumber pendanaan investasi, modal sendiri atau modal
asing.

2.2. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dapat mempengaruhi manajemen laba dimana
perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks sehingga
memungkinkan


dilakukannya

manajemen

laba.

Perusahaan

besar

juga

menghadapi public demand atas informasi yang tinggi sehingga perusahaan harus
mengungkapkan lebih banyak informasi.
Ukuran perusahaan (size) diukur dari total aktiva, baik aktiva lancar
maupun aktiva tidak lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Aktiva adalah sumber
daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan
dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan
(Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud


10
Universitas Sumatera Utara

dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan,
baik langsung maupun tidak langsung semakin besar ukuran perusahaan, maka
semakin banyak pula informasi yang terkandung didalamnya.
Ukuran perusahaan dapat dihitung berdasarkan beberapa kriteria yaitu:
1. Ukuran perusahaan dari segi total saham
Dilihat dari kapitalisasi market yang berasal dari total saham yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut. Karena perusahaan yang berukuran
lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih
tinggi dibanding dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil. Menurut
Ang (1997) dalam Haryanto dan Ira Yunita (2008) Pengelompokkan
pasar dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Kapitalisasi besar
Saham berkapitalisasi besar merupakan saham-saham yang dinilai
kapitalisasi pasarnya lebih besar atau sampai dengan Rp 5 triliyun.
Saham berkapitalisasi besar ini disebut saham lapis pertama
b. Kapitalisasi sedang
Saham berkapitalisasi sedang merupakan saham-saham yang nilai

kapitalisasi pasarnya berkisar antara Rp 1 triliyun sampai dengan Rp 5
triliun. Saham berkapitalisasi besar ini disebut saham lapis kedua.
c. Kapitalisasi Kecil
Saham berkapitalisasi kecil merupakan saham-saham yang nilai
kapitalisasi pasarnya kurang dari Rp 1 triliyun. Saham berkapitalisasi
kecil ini disebut juga saham lapis tiga.
2. Jumlah Pemegang Saham
Kepemilikan saham merujuk pada kekuasaan untuk melakukan kontrol
dalam suatu perusahaan yang berimplikasi adanya kapasitas untuk
menentukan kebijakan dan tindakan pada perusahaan dan menurut Berle
dan Means (2009:112), ada empat (4) tipe untuk mengukur kontrol
dengan prosentase kepemilikan saham dari individu atau kelompok
pemegang saham, yaitu :
a. Private ownership control (> 80%)
b. Majority control (50%-80%)
c. Minorty control (20%-50%)
d. Management control

11
Universitas Sumatera Utara


Persentase kepemilikan saham adalah persentase jumlah lembar saham yang
dimiliki oleh seorang investor dibandingkan dengan jumlah lembar saham yang
beredar. Persentase kepemilikan saham terbagi menjadi tiga, yaitu (Baridwan,
2007):
1. Persentase pemilikan kurang dari 20%
Investasi saham dalam perusahaan lain yang jumlahnya kurang dari 20%
maka dipandang investor tersebut tidak dapat mempengaruhi perusahaan
yang sahamnya dimiliki.
2. Persentase pemilikan 20%-50%
Pemegang saham yang kepemilikannya sebesar 20% sampai 50% dari
seluruh saham yang beredar pada saat menerima deviden maka deviden
yang diterima dikurangi saldo rekening investasi saham.
3. Persentase pemilikan lebih dari 50%
Jika pemilikan saham investor lebih dari 50% dari seluruh saham
beredar, maka perusahaan investor disebut induk perusahaan

3. Ukuran Perusahaan Dari Segi Total Aktiva
Ukuran perusahaan dari segi total aktiva dilihat dari segi total aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan tersebut karena perusahaan besar memiliki

sumber daya yang besar sehingga perusahaan perlu dan mampu untuk
membiayai penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi
tersebut sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan
informasi kepada pihak eksternal, sehingga tidak perlu ada tambahan
biaya yang besar untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih
lengkap. Sedangkan pada perusahaan kecil yang memiliki sumber daya
yang kecil sehingga perusahaan tidak mampu untuk membiayai
penyediaan informasi untuk keperluan internal. Informasi tersebut
sekaligus menjadi bahan untuk keperluan pengungkapan informasi

12
Universitas Sumatera Utara

kepada pihak eksternal, sehingga perlu ada tambahan biaya yang besar
untuk dapat melakukan pengungkapan dengan lebih lengkap.
Elton dan Gruber dalam Jogiyanto (2007:254), menyatakan bahwa
perbedaan ukuran perusahaan menimbulkan risiko usaha yang berbeda secara
signifikan antara perusahaan besar dan perusahaan kecil, mereka juga
merumuskan perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil,
karena perusahaan yang besar dianggap lebih mempunyai akses ke pasar modal

sehingga lebih mudah untuk mendapatkan tambahan dana yang kemudian dapat
meningkatkan profitabilitas.
Jogiyanto (2007:254), menyatakan ukuran perusahaan sebagai logaritma
dari total aktiva diprediksi mempunyai hubungan negatif dengan risiko, dia juga
menghipotesiskan bahwa perusahaan yang besar cenderung berinvestasi ke proyek
yang mempunyai varian rendah dan risiko yang rendah, untuk menghindari laba
yang berlebihan. Jogiyanto (2007 : 254) menyebutkan bahwa perusahaan besar
merupakan subjek dari tekanan politik sehingga jika perusahaan melaporkan laba
yang berlebihan nantinya akan menarik politikus dan dapat dicurigai melakukan
monopoli. Sehingga semakin tinggi risiko suatu perusahaan, semakin tinggi
tingkat profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap tingginya risiko
dan sebaliknya semakin rendah rasio perusahaan, semakin rendah tingkat
profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap rendahnya risiko. Ukuran
perusahaaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu
perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dan tingkat risiko dalam

13
Universitas Sumatera Utara

mengelola investasi yang diberikan para stockholder untuk meningkatkan

kemakmuran mereka.

2.3. Debt to Equity Ratio
Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajiban-kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun jangka
panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang utang
totalnya lebih besar dibandingkan total asetnya (Hanafi dan Halim, 2005) dalam
Yuliyanti (2011). Kemampuan operasi perusahaan dicerminkan dari aset-aset
yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan definisi di atas, maka dalam
penelitian ini yang menjadi tolak ukur Solvabilitas diukur dengan rasio debt to
equity ratio (DER) yang membandingkan jumlah aktiva (total ekuitas) dengan

jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang).
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang
yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas
dikatakan bahwa rasio leverage digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan atau dilikuidasi (Kasmir, 2010).
Untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang salah

satunya dapat dilihat melalui debt to equity ratio. Debt to Equity Ratio
mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dengan total
shareholder’s equity (total modal sendiri). Total debt merupakan total liabilities
(baik utang jangka pendek maupun jangka panjang): sedangkan total
14
Universitas Sumatera Utara

shaareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang di
setor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Menurut Riyanto
(2007:67) rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap total
ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar
di banding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban
perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).
Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara total hutang dan total

ekuitas perusahaan serta merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan sutau perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek
dan jangka panjangnya. Debt to Equity Ratio yang tinggi biasanya dianggap
menunjukkan terjadinya masalah dalam solvabilitas.
Rasio ini mengukur seberapa besar jumlah modal sendiri yang tersedia
untuk menutupi semua hutangnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin kecil
jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan.
Rasio ini disebut juga rasio leverage. Untuk keamanan pihak luar, maka rasio
terbaiknya adalah jika jumlah modal lebih besar daripada jumlah utang atau
paling tidak sama. Tetapi lain halnya bagi manajemen akan lebih baik baginya
bila rasio ini besar (Riyanto, 2007; 68).
Menurut Kasmir (2010) Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara
membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan

pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini

15
Universitas Sumatera Utara

berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk
jaminan utang.
Menurut Brigham (2005:13) dalam mengembangkan target capital structure
perlu dilakukan analisis dari banyak faktor dengan mempertimbangkan kondisi
keuangan perusahaan. Sumber dana dari pihak luar diperoleh dari pinjaman atau
utang (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang): sedangkan
sumber dana dari pihak internal diperoleh dari modal saham (equity) dan laba tak
dibagi (retained earning).
Rasio antara sumber dana dari pihak eksternal (hutang) terhadap sumber
dana pihak internal (ekuitas) lazim disebut sebagai Debt to equity Ratio . Menurut
Harahap ( 2007:303) “Semakin kecil rasio ini maka semakin baik dan untuk
keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal lebih basar dari jumlah
hutang atau minimal sama”.
Debt To Equity Ratio merupakan perbandingan antara total hutang (hutang

lancar dan hutang jangka panjang), dan modal yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan menggunakan modal yang
ada. Rumus dari Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebagai berikut :


� �� �

� =




Modal Sendiri

2.4. Pertumbuhan Laba
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibanding pemilik
(pemegang saham)

sehingga

menimbulkan

asimetri

informasi.

Manajer

16
Universitas Sumatera Utara

diwajibkan memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik.
Sinyal yang diberikan merupakan cerminan kinerja perusahaan melalui
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan
tersebut penting bagi pengguna ektemal perusahaan karena kelompok itu berada
dalam kondisi yang paling tidak tinggi tingkat kepastiannya.( Ali, 2002).
Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan
yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang
berkaitan dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap
(2008:113) “kelebihan penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi”.
Sementara pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah
selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengukur
kenaikan sangat bergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya.
Menurut Harahap (2008: 263) laba merupakan angka yang penting dalam
laporan keuangan karena berbagai alasan antara lain: laba merupakan dasar dalam
perhitungan pajak, pedoman dalam menentukan kebijakan investasi dan
pengambilan keputusan, dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi
perusahaan lainnya di masa yang akan datang, dasar dalam perhitungan dan
penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan, serta sebagai dasar dalam
penilaian prestasi atau kinerja perusahaan.
Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian
kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba dihitung
dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode

17
Universitas Sumatera Utara

sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Warsidi dan
Pramuka, 2000).
Laba bersih tahun t – Laba bersih tahun t-1
Pertumbuhan Laba =
Laba bersih tahun t-1
Menurut Angkoso (2006) pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
1. Besarnya perusahaan.
Semakin besar suatu perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan laba yang
diharapkan semakin tinggi.
2. Umur perusahaan
Perusahaan yang baru berdiri kurang memiliki pengalaman dalam
mengingkatkan laba, sehingga ketepatannya masih rendah.
3. Tingkat leverage.
Bila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi, maka manajer
cenderung memanipulasi laba sehingga dapat mengurangi ketepatan
pertumbuhan laba.
4. Tingkat penjualan.
Tingkat penjualan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat
penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin
tinggi.
5. Perubahan laba masa lalu.
Semakin besar perubahan laba masa lalu, semakin tidak pasti laba yang
diperoleh di masa mendatang.
2.5. Penelitian Terdahulu
Berikut ini review dari beberapa penelitian terdahulu :

NO.
1

Nama Peneliti dan Judul
Variabel yang Digunakan
Penelitian
Uliva Dewi Ardiatmi (2014)
Dependen : ROE
Analisis pengaruh Current
Independen
Ratio, Debt to Equity Ratio
- Current Ratio
Total Asset Turnover, Firm
Size dan, Debt Ratio terhadap - Debt to Equity Ratio
Profitabilitas (Roe)
-Total Asset Turnover
-Firm Size

Hasil Penelitian

Berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap Roe.
Berpengaruh Positif dan
Signifikan
Tidak Berpengaruh
Berpengaruh negatif

18
Universitas Sumatera Utara

2

3

4

5

6

Hantono (2013)
Pengaruh Current Ratio dan
Debt to Equity Ratio terhadapa
Profitabilitas pada perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia

Dependen : ROE
Independen
- Current Ratio
- Debt to Equity Ratio

Berpengaruh
Berpengaruh

Marbeya dan Suaryana (2006)
Pengaruh Pemoderasi
Pertumbuhan Laba Terhadap
Hubungan Antara Ukuran
Perusahaan, Debt To Equity
Ratio Dengan Profitabilitas
Pada Perusahaan Perbankan
Yang Terdaftar Di PT. Bursa
Efek Jakarta
Vironika dan Budiasih
Pengaruh Debt to Equity Ratio,
Firm size, Inventory turnover
dan Assets Trurnover pada
Profitabilitas

Dependen : ROE
Independen
- Ukuran perusahaan
-DER
-Ukuran perusahaan
yang dimoderasi
Pertumbuhan Laba
- DER yang dimoderasi
Pertumbuhan Laba
Dependen : ROE

Rr. Tisyri Manuella
Kristantri1
Ni Ketut Rasmini (2011)
Analisa Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Profitabilitas
Dengan Pertumbuhan Laba
Sebagai Variabel Moderasi

Dependen : ROE
Independen
- Ukuran perusahaan
-DER
-Ukuran perusahaan
yang dimoderasi
Pertumbuhan Laba
- DER yang dimoderasi
Pertumbuhan Laba
Dependen : ROE
Independen
- Ukuran perusahaan
-DER
-Ukuran perusahaan
yang dimoderasi
Pertumbuhan Laba
- DER yang dimoderasi
Pertumbuhan Laba

Setiati dan Kusuma
(2004)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Koefisien
Respon Laba pada Perusahaan
Bertumbuh dan Tidak
Bertumbuh.
SNA VII. Des 2004.

Independen
-Debt To Equity Ratio
- Firm Size
- Inventory turn Over
-Asset Turn Over

Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak Berpengaruh

Berpengaruh

Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh
Tidak Berpengaruh

Tidak berpengaruh
Berpengaruh
Tidak berpengaruh

Berpengaruh

Berpengaruh
Berpengaruh
Berpengaruh

Tidak Berpengaruh

19
Universitas Sumatera Utara

7

Wardana
Dependen : ROE
(2010)
Pengaruh ukuran perusahaan,
Independen
debt to equity ratio dan
-Ukuran Perusahaan,
Modal kerja terhadap
-Debt To Equity Ratio
profitabilitas dengan
- Modal Kerja
Pertumbuhan laba sebagai
variabel pemoderasi
Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Terdahulu

Berpengaruh
Berpengaruh
Berpengaruh

2.6. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya serta kuat
lemahnya hubungan antara variabel dependen berupa Profitabilitas dan
Pertumbuhan Laba sebagai variabel pemoderasi dengan variabel independen
berupa Ukuran Perusahaan dan DER. Penelitian ini diharapkan dapat
membuktikan

bahwa

variabel-variabel

tersebut

berpengaruh

terhadap

Profitabilitas dan Pertumbuhan Laba sebagai pemoderasi variabel.
Berdasarkan tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang sudah diuraikan,
maka kerangka konseptual ini dapat digambarkan pada gambar berikut:

Pertumbuhan Laba
(Z)

Ukuran Perusahaan (X1)

Profitabilitas

(Y)
DER (X2)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

20
Universitas Sumatera Utara

2.6.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas
Ukuran perusahaan diproksikan dari ukuran aktiva yang dimiliki.
Ukuran aktiva diukur dengan logaritma natural dari total aktiva, yang
memiliki hubungan negatif dengan risiko. Hartono (2010: 392) menyatakan
bahwa perusahaan yang besar dianggap mempunyai risiko yang lebih kecil
karena mempunyai akses lebih ke pasar modal. Penelitian Ismiyanti dan
Armansyah (2010) mengemukakan bahwa total aset sebagai proksi dari
ukuran perusahaan merupakan bahan pertimbangan bagi para investor
sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi.
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi profitabilitas (Ammar, 2003). Semakin besar firm size akan
mengakibatkan biaya yang lebih besar, sehingga dapat mengurangi
profitabilitas. Perusahaan besar cenderung memiliki skala dan keleluasan
ekonomis yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil, sehingga
akan lebih mudah untuk mendapatkan pinjaman yang pada akhirnya akan
meningkatkan profitabilitas perusahaan (Priharyanto, 2009).
Hasil penelitian Marbeya dan Suaryana (2006), Setiati dan Kusuma
(2004), Hiskia (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap profitabilitas. Maka hipotesisnya adalah sebagai berikut:
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas

2.6.2. Pengaruh DER terhadap Profitabilitas
Debt to equity ratio (DER) merupakan salah satu ukuran mendasar

dalam keuangan perusahaan. Rasio ini merupakan pengujian yang tepat
21
Universitas Sumatera Utara

untuk menguji kekuatan keuangan perusahaan dan bagaimana perusahaan
dapat mengelola hutangnya dengan baik untuk dialokasikan pada bagian
yang tepat. Tujuan dari rasio ini adalah untuk mengukur bauran dana dalam
neraca dan membuat perbandingan antara dana yang diberikan oleh pemilik
(ekuitas) dan dana yang dipinjam (hutang) (Walsh, 2004: 118). Penelitian
yang dilakukan oleh Shubiri (2012) menyatakan bahwa peningkatan total
rasio hutang memiliki dampak yang dapat menyebabkan investasi yang
rendah.
Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan aktivitas
operasionalnya, sehingga dibutuhkan peran manajemen dalam membuat
keputusan pendanaan yang tepat untuk perusahaan. Dana yang diperlukan
oleh perusahaan bersumber dari pemilik perusahaan maupun dari pinjaman.
Trade off theory adalah teori yang menjelaskan keseimbangan antara

manfaat dan pengorbanan yang ditimbulkan dari akibat penggunaan utang
(Priharyanto,

2009).

Penggunaan

utang

dalam

sumber

pendanaan

mempunyai manfaat, seperti dapat mengurangi jumlah pembayaran pajak
karena beban bunga tetap yang ditimbulkan dari utang berbeda dengan
pembayaran deviden yang tidak dapat mengurangi pembayaran pajak
(Sibuea, 2012). Namun, penggunaan utang juga mempunyai kerugian karena
timbulnya ancaman akan biaya keagenan dan kebangkrutan. Salah satu rasio
yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan utang di perusahaan
adalah debt to equity ratio. Debt to equity ratio menunjukkan kemampuan
modal sendiri dalam membiayai utang yang dimiliki perusahaan.

22
Universitas Sumatera Utara

Menurut penelitian Setiati dan Kusuma (2004), Marbeya dan
Suaryana (2006), dan Wardana (2010) menyatakan bahwa DER berpengaruh
terhadap profitabilitas perusahaan. Hipotesis penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut:
H2: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap profitabilitas.

2.6.3. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas yang
Dimoderasi Pertumbuhan Laba
Laba merupakan hasil dari operasional perusahaan dalam satu periode
akuntansi. Perusahaan dengan laba yang bertumbuh menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut memiliki keuangan yang fleksibel dan kemampuan
operasional yang baik. Kemampuan operasional yang dimaksud baik adalah
kemampuan perusahaan dalam menjaga aktivitas perusahaan berdasarkan
tingkat kegiatan tertentu, misalnya menjaga jumlah penjualan yang
dihasilkan, atau menjaga kapasitas yang digunakan (Hanafi dan Halim,
2005: 55). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Handayani dan Rachadi
(2009), mekanisme pertumbuhan penjualan dipergunakan oleh perusahaan
dalam melakukan manajemen laba melalui mekanisme pelaporan laba
positif, untuk menghindari earnings decreases atau penurunan laba.
Kinerja manajemen untuk mengelola kekayaan perusahaan dalam
pencapaian laba diindikasikan dengan profitabilitas. Penjualan dan investasi
yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk menghasilkan laba
(Sudarmaja dan Sularto, 2007). Dalam hal ini, laba yang diperoleh tersebut
diukur dengan ROE sebagai hak pengembalian absolut dari perusahaan
23
Universitas Sumatera Utara

kepada para pemegang saham. Besarnya ROE dalam suatu perusahaan
memproksikan tingkat pertumbuhan laba setiap tahunnya, yang didukung
pula dengan modal dari para pemegang saham salah satu kekuatan
perusahaan.
Perusahaan dengan laba tidak bertumbuh, dapat semakin memperkuat
hubungan antara ukuran perusahaan yang berpengaruh negatif dengan
profitabilitas. Dimana Hartono (2000), menyatakan ukuran perusahaan
sebagai logaritma dari total aktiva diprediksi mempunyai hubungan negatif
dengan risiko, dia juga menghipotesiskan bahwa perusahaan yang besar
cenderung berinvestasi ke proyek yang mempunyai varian rendah dan risiko
yang rendah, untuk menghindari laba yang berlebihan. Na’im dan Hartono
dalam Ariawan (2003), menyatakan bahwa perusahaan yang besar
cenderung mendapat sorotan yang besar dari masyarakat dan pemerintah
sehingga akan terbebani biaya politik yang besar. Selain itu fluktuasi
earning yang berlebih akan menarik perhatian pemerintah dan akan

dianggap sebagai signal adanya praktik monopoli. Semakin tinggi tingkat
profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap tingginya risiko dan
sebaliknya semakin rendah rasio perusahaan, semakin rendah tingkat
profitabilitas yang diharapkan sebagai imbalan terhadap rendahnya risiko.
Sehingga perusahaan dengan laba tidak bertumbuh akan dapat memperkuat
hubungan

ukuran

perusahaan

yang

berpengaruh

negatif

terhadap

profitabilitas.

24
Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian Hamid (2001), Setiati dan Kusuma (2004), penelitian
Hiskia (2005) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang dimoderasi
pertumbuhan laba berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan menurut
Manuella dan Kristanti (2011) menyatakan tidak berpengaruh. Hipotesis
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
H3: Pertumbuhan laba memoderasi pengaruh ukuran perusahaan terhadap
profitabilitas.

2.6.4. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Profitabilitas yang
Dimoderasi Pertumbuhan Laba
Keadaan hutang yang semakin memburuk dan struktur modal
mempengaruhi

pengambilan

keputusan

proses.

Jika

perusahaan

menggantungkan labanya untuk membiayai pertumbuhan perusahaan,
kemudian dalam jangka pendek pertumbuhan yang diharapkan tidak
menjadi yang utama, diperlukan waktu lama untuk meningkatkan modal
yang diperlukan, untuk menginvestasikannya dan untuk memperoleh laba.
Jika perusahaan dapat meningkatkan modal melalui penerbitan saham baru
untuk pemegang saham baru, maka persentase dari hak kekayaan saham
yang dimiliki pemegang saham lama akan berkurang, dan kemungkinan
kehilangan kuasa dan kontrol dalam perusahaan akan meningkat (Lazarides
dan Pitoska, 2012).
Perusahaan dengan laba bertumbuh, akan memperkuat hubungan
antara DER dengan profitabilitas yaitu dimana profitabilitas akan meningkat
seiring dengan DER yang rendah. Porter dalam Hamid (2001),
25
Universitas Sumatera Utara

mengemukakan bahwa perusahaan yang berada pada fase pertumbuhan
mempunyai margin dan profit yang tinggi. Sedangkan Anthony dan Ramesh
dalam Hamid (2001) menemukan pertumbuhan laba lebih besar pada
perusahaan yang bertumbuh. Hal tersebut didukung oleh penelitian Chua
dan McConnell dalam Sofiati (2001), mereka menemukan hubungan negatif
antara pertumbuhan dengan utang. Menurut Myers dalam Sofiati (2001),
bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi cenderung mengambil
utang yang lebih sedikit. Barclay, dkk dalam Subekti (2001), menyatakan
perusahaan yang mempunyai opsi untuk tumbuh lebih besar akan
mempunyai utang yang lebih sedikit dikarenakan perusahaan lebih
mengutamakan solusi atas masalah-masalah yang berkaitan dengan
hutangnya. Dimana perusahaan dengan laba bertumbuh mempunyai
kesempatan yang profitable dalam mendanai investasinya secara internal
sehingga perusahaan menghindar untuk menarik dana dari luar dan berusaha
mencari solusi yang tepat atas masalah-masalah yang terkait dengan
hutangnya, selain itu dengan profitabilitas

yang meningkat

akan

meningkatakan laba ditahan sehingga akan mengurangi minat perusahaan
untuk melakukan peminjaman dan rasio DER akan menurun. Perusahaan
yang pertumbuhan labanya rendah akan berusaha menarik dana dari luar
untuk mendapatkan investasi dengan mengorbankan sebagian besar labanya.
Sehingga perusahaan dengan pertumbuhan laba rendah akan semakin
memperkuat hubungan antara DER yang berpengaruh negatif dengan
profitabilitas. Dimana peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecilnya

26
Universitas Sumatera Utara

laba bagi perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian
modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya,
karena semakin besar penggunaan utang maka akan semakin besar
kewajibannya. Dimana pembayaran kewajiban tersebut lebih diprioritaskan
dari pada profitabilitas. Sedangkan Kallapur dan Trombely dalam Setiati dan
Kusuma (2004), menyatakan bahwa pertumbuhan laba pada perusahaan
bertumbuh lebih besar dibandingkan pada perusahaan tidak bertumbuh,
karena kesempatan investasi pada periode berikutnya semakin besar.
Hasil penelitian Hamid (2001), Marbeya dan Suaryana (2006) dan
Manuella dan Rasmini (2011) menyatakan bahwa DER yang dimoderasi
pertumbuhan laba berpengaruh terhadap profitabilitas. Sedangkan menurut
Setiati dan Kusuma (2004) menyatakan tidka berpengaruh. Hipotesis
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
H4: Pertumbuhan laba memoderasi pengaruh debt to equity ratio terhadap
profitabilitas.

Hipotesis
Hipotesis adalah penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau
keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Berdasarkan tinjauan teoritis,
rumusan masalah dan kerangka konseptual yang dijelaskan di atas, maka hipotesis
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

27
Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan DER berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Profitabilitas dengan Pertumbuhan Laba sebagai variabel pemoderasi
pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014.

28
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Laba Bersih, Potensi Pertumbuhan, ROE, EPS dan DER Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 35 76

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PENJUALAN, PROFITABILITAS, STRUKTUR AKTIVATERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi pada Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2010-2014)

0 3 92

Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014

3 19 87

Pengaruh Ukuran Perusahaan, DER Terhadapa ROE dengan Pertumbuhan Laba sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2014

3 10 90

TESIS S431208012 LINTANG KURNIAWATI

0 0 96

Pengaruh Ukuran Perusahaan, DER Terhadapa ROE dengan Pertumbuhan Laba sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2014

0 0 12

Pengaruh Ukuran Perusahaan, DER Terhadapa ROE dengan Pertumbuhan Laba sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2014

0 0 2

Pengaruh Ukuran Perusahaan, DER Terhadapa ROE dengan Pertumbuhan Laba sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2014

0 0 7

Pengaruh Ukuran Perusahaan, DER Terhadapa ROE dengan Pertumbuhan Laba sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2014

0 2 3

Pengaruh Ukuran Perusahaan, DER Terhadapa ROE dengan Pertumbuhan Laba sebagai Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2014

0 0 11