TESIS S431208012 LINTANG KURNIAWATI

(1)

i

PENGARUH ADOPSI IFRS TERHADAP MANAJEMEN LABA

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

LINTANG KURNIAWATI

NIM : S431208012

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2014


(2)

ii


(3)

iii


(4)

iv


(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “ PENGARUH ADOPSI IFRS

TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini bukan hasil dari jerih payah sendiri, akan tetapi banyak pihak yang telah membantu. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya Tesis ini. Dengan kerendahan hati, penulis menguapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret. 2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret.


(6)

vi

3. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Dr. Payamta, M.Si., CPA, Ak.,selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret.

5. Dra. Y Anni Aryani, M.Prof.Acc., Ph.D., Ak., selaku Sekretaris Program Studi Magister Akuntansi Universitas Sebelas Maret.

6. Prof. Dr. Rahmawati, M.Si., Ak selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan pikiran, serta memotivasi penulis dalam penyusunan tesis.

7. Bapak Ibu Dosen staf di Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bimbingan keilmuan, khususnya dalam disiplin Ilmu Akuntansi.

8. Mas Nuko (Nur Kholis S.E., M.Sc, ini hasil dukunganmu dan kepercayaanmu, engkau adalah semangatku, terimakasih.

9. Teman-teman Kos Jasmine (Wulan, Afrida, Maulida, Caca) terimakasih buat canda tawa dan semangatnya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat atas segala bantuan yang mereka berikan kepada penulis.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta, 16 Juli 2014 Penulis


(7)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

commit to user


(8)

viii

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kontribusi Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. International Financial Reprting Standarts (IFRS) ... 8

1.1 New Intitutional Theory ... 8

1.2 Hubungan antara New Institutional Theory dengan Adopsi IFRS ... 9

1.3 Sejarah IFRS ... 10

1.4 Harmonisasi Standar Akuntansi International ... 11

1.5 IFRS dan Kualitas Akuntansi... 12

1.6 Perbedaan IFRS dengan GAAP ... 13

1.7 Adopsi IFRS... 16

2. Agency Theory ... 19

3. Manajemen Laba ... 21

B. Perumusan Hipotesis ... 26

C. Kerangka Berpikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Populasi, Sampel dan Pengambilan Sampel ... 30

C. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 31

commit to user


(9)

ix

D. Analisis Data ... 35

1. Statistik Deskriptif ... 35

2. Uji Asumsi Klasik ... 35

3. Uji Hipotesis ... 37

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Deskripsi Data ... 40

B. Statistik Deskriptif ... 42

C. Analisis Faktor ... 45

D. Uji Asumsi Klasik ... 46

1. Uji Normalitas Data ... 47

2. Uji Multikolinearitas ... 48

3. Uji Autokorelasi ... 49

4. Uji Heteroskedastisitas... 50

E. Uji Hipotesis ... 51

1. Analisis Regresi ... 51

2. Pembahasan Analisis Regresi ... 52

BAB V PENUTUP ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Keterbatasan Penelitian ... 55

C. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel IV.1 Jumlah Sampel Perusahaan Manufaktur ... 41

Tabel IV.2 Statistik Deskriptif ... 42

Tabel IV.3 Analisis Faktor ... 45

Tabel IV.4 Hasil Uji Normalitas Data ... 47

Tabel IV.5 Hasil Uji Multikolinearitas ... 48

Tabel IV.6 Hasil Uji Autokorelasi ... 49

Tabel IV.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 50

Tabel IV.8 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 51


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.2 ... 29


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Perusahaan Tahun 2007 ... 62

2. Daftar Perusahaan Tahun 2013 ... 66

3. Data Perusahaan Tahun 2007 ... 69

4. Data Perusahaan Tahun 2013 ... 73

5. Hasil Uji Statistik Deskriptif... 76

6. Hasil Uji Analisis Faktor ... 77

7. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 79

8. Hasil Uji Hipotesis ... 80


(13)

xiii

ABSTRAK

PENGARUH ADOPSI IFRS TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA

Lintang Kurniawati NIM : S431208012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba yang diukur berdasarkan tiga proksi earning smoothing yaitu perbedaan perubahan net income ( NI), Rasio tengah perubahan net income ( CF) dan korelasi antara akrual dengan cash flows. Dalam penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol untuk menangkap apakah ada pengaruh-pengaruh lain yang berbeda antara lain size,leverage,growth, dan ROE.

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 dan 2013. Sampel diambil dengan menggunakan purposive sampling dan didapatkan 226 perusahaan yang sesuai dengan kriteria. Karena data tidak normal pada pengujian awal maka dilakukan reduksi data untuk data yang mengandung outliers (data ekstrim), sehingga sampel yang diolah menjadi 190. Teknik analisis menggunakan uji asumsi klasik dan analisis regresi linier. Untuk membantu menganalisis data, penulis menggunakan bantuan SPSS 21 for windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan adanya pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba. Selain itu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik manajemen laba menjadi lebih rendah setelah adopsi IFRS. Variabel kontrol size mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan praktik manajemen laba. Sedangkan variabel kontrol leverage, growth, dan ROE tidak mempengaruhi manajer dalam melakukan praktik manajemen laba.

Kata kunci : Adopsi IFRS, manajemen laba, net income, akrual, arus kas.


(14)

xiv ABSTRACT

THE INFLUENCE OF IFRS ADOPTION TOWARD EARNINGS MANAGEMENT IN MANUFACTURE-BASED COMPANY LISTED IN

THE INDONESIAN STOCK EXCHANGE

Lintang Kurniawati NIM : S431208012

The study aims to know the influence of IFRS adoption toward earnings management that is assessed by three measure of earnings smoothing. They are diversification of net income ( NI), center ratio of net income ( CF), and correlation between accrual and cash flows. This Study is also use the control variabel to get other different influences that different such as size, leverage,growth, and ROE.

The population in this study is manufactured-based company listed in the Indonesian Stock Exchangein periode of 2007 and 2013. Sample are obtained by purposive sampling and there are 226 companies that fit the criteria. Because there are abnormal data in the early testing, researcher does the reduction of data that contains outliers, until get 190 sample that can be used. The analysis uses the classic assumption test, and liniear analysis regression. To analyze, researcher use the SPSS 21 for windows.

The findings show that there is influence IFRS adoption toward earnings management. Furthermore, earning management is lower after IFRS adoption. Control variable size influence the behaviour of manager in earnings management practically. Variable leverage, growth, and ROE do not influence behaviour manager in earning management practically.

Keywords : IFRS Adoption, Earnings Management, net income, accrual, cash flows


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

International Financial Reporting Standars (IFRS) merupakan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh International Accounting Standards Committee

(IASC) atau International Accounting Standard Board (IASB) yang sekarang ini telah diterapkan dan diadopsi di negara- negara Eropa dan Amerika pada tahun 2005. Praktik akuntansi di tiap negara berbeda disebabkan adanya pengaruh lingkungan, ekonomi, sosial, dan politik di tiap negara. Adanya globalisasi dan agar terjadi persamaan persepsi akuntansi di setiap negara maka dibentuklah Standar Akuntansi Internasional yang dikenal dengan International Financial Reporting Standars (IFRS) yang nantinya bertujuan memudahkan rekonsiliasi bisnis dalam lintas negara dan sekarang ini satu per satu negara di dunia telah dan mulai mengadopsi IFRS.

IFRS diterapkan di Indonesia melalui tahapan konvergensi yang dimulai pada tahun 2007. Terdapat dua macam strategi adopsi yaitu bigbang strategy yang mengadopsi IFRS secara penuh tanpa melalui tahapan tertentu digunakan oleh negara-negara maju dan gradual strategy yang dilakukan secara bertahap dilakukan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Penerapan dan adopsi mengenai IFRS ini merupakan suatu hal yang menimbulkan perdebatan dan berbagai macam reaksi dari berbagai negara di


(16)

dunia, baik reaksi yang mendukung maupun reaksi yang menentang. Pihak yang mendukung adanya adopsi IFRS diantaranya adalah Gebhardt dan Farkas (2011), Chen et al (2010) dan Armstrong et al. (2010). Penelitian oleh Armstrong et al.

(2010) yang menemukan bahwa pasar secara positif merespon adanya adopsi IFRS. Chen et al. (2010) juga menemukan bukti empiris bahwa dengan adopsi IFRS secara mandatory dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi dan menurunkan manajemen laba dibandingkan sebelum mengadopsi IFRS. Penelitian yang sama oleh Gebhardt dan Farkas (2011) dan Paglietti (2009), juga memberikan bukti empiris bahwa kualitas informasi akuntansi meningkat setelah adopsi IFRS di negara anggota Uni Eropa.

Sementara menurut Mazars, (2006) pihak yang telah menentang ini telah menyatakan bahwa adopsi IFRS tidak akan menghasilkan manfaat yang diperlukan, akan tetapi hanya menyajikan perubahan akuntansi murni dengan tanpa memilki manfaat ekonomis atau mungkin dapat menurunkan kualitas akuntansi (Janjean dan Stolowy, 2008) yang dalam penelitiannya menggunakan data dari negara Australia, Inggris, dan Perancis yang menguji dampak adopsi

mandatory IFRS yang dikaitkan dengan earnings management dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan earnings management

setelah adopsi mandatory IFRS bahkan di Perancis terjadi peningkatan praktik

earnings management.

Banyak penelitian yang telah dilakukan sehubungan dengan adopsi IFRS selain yang telah disebutkan sebelumnya diantaranya adalah penelitian oleh Daske et al. (2008) yang melakukan penelitian mengenai adopsi IFRS terhadap


(17)

likuiditas pasar, cost of capital, dan penilaian terhadap ekuitas yang hasilnya menunjukkan bahwa adopsi IFRS dapat meningkatkan likuiditas pasar, mengurangi cost of capital, dan peningkatan nilai ekuitas. Barth et al. (2008) yang meneliti adopsi IAS terhadap kualitas akuntansi yang menunjukkan bahwa dengan adanya adopsi IAS secara sukarela, dapat menurunkan earnings management, pengakuan kerugian yang lebih tepat, dan meningkatkan value relevance atas informasi laba.Informasi akuntansi menjadi informatif dan kualitas akuntansi menjadi lebih tinggi setelah periode adopsi IFRS. Cuzman et al. (2010) juga melakukan penelitian mengenai meta analisis setelah adpsi IFRS pada pasar Eropa yang terkait dengan financial instrument yang hasilnya menunjukkan adopsi IFRS dapat membawa stabilisasi pasar keuangan Eropa.

Penerapan IFRS sebagai standar global akan berdampak pada semakin sedikitnya pilihan-pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan sehingga akan meminimalisir praktik-praktik kecurangan akuntansi (Prihadi, 2011; 4 dalam Rohaeni dan Aryati; 2012). Fleksibilitas ketika memilih metode akuntansi kadang-kadang memotivasi manajer untuk memilih metode akuntansi atau untuk mengubah yang digunakan dalam rangka meningkatkan, menurunkan atau meratakan angka pendapatan dari tahun ke tahun. Isu ini sering dikaitkan dengan praktek income smoothing, yaitu merepresentasikan usaha manajer untuk menggunakan keleluasaan dalam pelaporan untuk dengan sengaja meredam fluktuasi realisasi pendapatan perusahaan (represents manager’s attempts to use their reporting discretion to “intentionally dampen the fluctuations of their firms’ earnings realizations”)(Beidleman, 1973).


(18)

Laba merupakan salah satu informasi yang sangat potensial pada laporan keuangan dan penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Laba juga menjadi perhatian utama bagi investor untuk menentukan dan mengambil keputusan dan mencerminkan kualitas informasi akuntansi perusahaan. Hal ini terkadang membuat manajemen untuk berpotensi melakukan manipulasi data dengan melakukan pemerataan laba.

Sehubungan dengan manajemen laba dan adopsi IFRS ini beberapa penelitian juga telah dilakukan, antara lain Daske dan Gunther (2006) menyatakan bahwa pengapdopsian IFRS meningkatkan kualitas financial statement. Butler et al. (2004) bahwa earning management pada laporan keuangan dapat diidentifikasi dengan menggunakan rasio kunci yakni seperti gearing dan likuiditas, dan penerapan standar IFRS pada item laporan keuangan ini dapat mengurangi tingkat

earning management. Barth et al. (2008) yang dalam penelitiannya meneliti kualitas akuntansi sebelum dan sesudah dikenalkannya IFRS dengan menggunakan sampel sebanyak 327 perusahaan di 21 negara (dari 1896 perusahaan yang diobservasi) yang telah mengadopsi IAS secara sukarela antara tahun 1994 dan 2003. Dalam penelitiannya ditemukan bukti bahwa setelah diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah, relevansi nilai menjadi lebih tinggi, dan pengakuan kerugian menjadi semakin tepat waktu, dibandingkan dengan masa sebelum transisi di mana akuntansi masih berdasarkan

local GAAP. Penelitian-penelitian tersebut di atas bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jeanjean dan Stolowy (2008) yang meneliti dampak keharusan mengadopsi IFRS terhadap manajemen laba dengan mengobservasi


(19)

1146 perusahaan dari Australia, Prancis, dan UK mulai tahun 2005 hingga 2006. Penelitian tersebut menemukan bukti bahwa manajemen laba di negara-negara tersebut tidak mengalami penurunan setelah adanya keharusan mengadopsi IFRS, dan bahkan meningkat untuk Prancis. juga penelitian oleh Ball et al. (2003) juga menunjukkan bahwa standar berkualitas tinggi tidak selalu menghasilkan informasi akuntansi berkualitas tinggi.

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yaitu penelitian oleh Barth (2008) yang menguji hubungan IAS (International Accounting Quality)

terhadap tiga kualitas akuntansi yaitu earnings management, timely loss recognition, and value relevance dengan mengambil sampel 21 perusahaan di Eropa tahun 1994-2003 yang dikelompokkan dalam perusahaan yang menerapkan IAS dan perusahaan yang tidak menerapkan IAS (NIAS) dengan membagi periode masa setelah dan sebelum adopsi IAS. Penulis dalam penelitian ini mencoba menguji bagaimana adopsi IFRS terhadap salah satu kualitas akuntansi yaitu manajemen laba pada sektor manufaktur di Indonesia yang terdaftar di BEI. Motivasi dalam penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui dampak fenomena adopsi IFRS pada perusahaan sektor manufaktur di Indonesia, mengingat sekarang ini IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang harus diterapkan di negara-negara di dunia.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian oleh Barth (2008) adalah data pada penelitian ini menggunakan periode yang pendek dengan membandingkan data dua tahun, yaitu tahun 2007 dimana masa sebelum adopsi IFRS dan data 2013 dimana periode adopsi IFRS telah dilakukan secara penuh. Alasan penulis


(20)

memilih perusahaan manufaktur adalah karena menurut penulis, perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mempunyai jumlah yang cukup banyak dalam list perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan lebih banyak menguaai sektor perekonomian di Indonesia.

B. PERUMUSAN MASALAH

Hasil penelitian mengenai adopsi IFRS terhadap manajemen laba terdahulu dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang berbeda-beda. Penelitian oleh Barth (2008) yang menguji hubungan IAS (International Accounting Quality) terhadap tiga kualitas akuntansi yaitu earnings management, timely loss recognition, and value relevance dengan hasil setelah diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah, relevansi nilai menjadi lebih tinggi, dan pengakuan kerugian menjadi semakin tepat waktu, dibandingkan dengan masa sebelum transisi di mana akuntansi masih berdasarkan local GAAP. Jeanjean dan Stolowy (2008) yang meneliti dampak keharusan mengadopsi IFRS di negara Australia, Perancis, dan UK terhadap manajemen laba menemukan bahwa manajemen laba di tersebut tidak mengalami penurunan setelah adanya keharusan mengadopsi IFRS.

Pada penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2007 dan 2013. Peneliti menggunakan periode penelitian tersebut dikarenakan tahun 2007 adalah tahun dimana adopsi IFRS belum diterapkan di Indonesia, sedangkan pada tahun 2013 adalah periode dimana adopsi IFRS telah dilakukan secara penuh di Indonesia. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka


(21)

rumusan masalah yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah apakah adopsi IFRS berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

tambahan literatur bagi para peneliti selanjutnya, selain itu juga diharapkan dapat menjadi penguat untuk pembentukan sebuah teori yang berkaitan adopsi IFRS terhadap manajemen laba.

2. Bagi Praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi agar dijadikan tolak ukur kinerja perusahaan serta pengambilan keputusan berkaitan dengan adanya adopsi IFRS dan pengaruhnya terhadap manajemen laba.


(22)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. International Financial Reporting Standarts (IFRS)

1.1 New Institutional Theory

New Institutional Theory (NIT) merupakan teori sosiologi mengenai organisasi. Dalam teori ini dijelaskan bahwa perkembangan mengenai organisasi bukan hanya semata-mata proses teknis yang akhirnya berorientasi pada faktor efisiensi, tetapi lebih menitikberatkan kepada konsekuensi langsung dari motivasi dan rasionalitas yang ada dalam diri pelaku organisasi tersebut. Tujuan dari rasionalitas dan motivasi ini adalah agar organisasi memperoleh legitimasi dari pihak-pihak yang berkepentingan.

Beberapa elemen teori institusional menurut Scott dan Meyer (1994) adalah institusi, organisasi, dan pelaku. Dimana dalam institusi, sebuah organisasi dalam menjalankan aktivitasnya dan keterlibatannya dalam persaingan bisnis harus mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Secara individual, institusi dapat mempengaruhi perilaku dan pandangan para pelaku dalam organisasi. Sebaliknya, pelaku juga dapat mempengaruhi institusi dengan membuat dan melakukan sebuah transformasi institusi yang telah ada sebelumnya menjadi sebuah institusi baru. Oleh karena itu, institusi memberikan kontribusi dengan adanya pilihan-pilihan tindakan yang menjadi sebuah batasan yang harus dilakukan pelaku dalam pengambilan keputusan.


(23)

1.2 Hubungan antara New Institutional Theory dengan Adopsi IFRS

Relevansi teori institusional yang terdapat dalam dinamika praktik pelaporan keuangan dapat dikaitkan dengan sebuah pengertian mengenai akuntansi. Bahwa akuntansi adalah merupakan lembaga yang secara sosial dibangun oleh individu, baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Sebagai lembaga sosial akuntansi berhubungan erat oleh kebiasaan, nilai, norma, dan keyakinan yang berlaku dalam masyarakat. Dalam Teori kelembagaan terdapat adanya wawasan yang ditawarkan berkaitan dengan hubungan yang ada antara akuntansi dan lembaga sosial lain sehingga dapat digunakan untuk memahami praktik akuntansi (Schapen 1994, dan Chariri 2006).

Ceremonial yang mempunyai arti adanya komitmen organisasi terhadap tindakan aturan rasional merupakan sebuah perwujudan dari akuntansi sebagai bentuk lembaga (Covaleski et al dalam Chariri 2006). Dengan adanya perusahaan yang berdasarkan harapan, norma, dan keyakinan yang nilai yang diberikan masyarakat, maka akan sangat membantu organisasi mendapatkan sebuah legitimasi melalui dukungan masyarakat. Karena organisasi mendapatkan legitimasi jika menjalankan kegiatannya sesuai dengan norma, peraturan dan nilai-nilai yang terdapat dalam lingkungan kelembagaan mereka.

Produk dari praktik akuntansi adalah laporan keuangan dimana laporan keuangan dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan legitimasi aktivitas organisasi. Mezias (1990) memberikan pendapat yang berkaitan dengan kegunaan teori institusional dalam memahami praktik pelaporan keuangan, yaitu praktik


(24)

pelaporan keuangan bersifat rutin dan melibatkan kepentingan dari berbagai pihak antara lain profesi akuntansi, individu dalam organisasi, dan lembaga regulator.

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa teori institusional dapat digunakan untuk memahami mengapa adopsi IFRS sangat penting diterapkan dalam perusahaan. Diantaranya adalah untuk mendapatkan legitimasi dari lingkungan disekitar perusahaan dan tidak lepas dari adanya regulator yang dalam hal ini biasanya adalah pemerintah yang memberikan batasan-batasan atas tidakan yang dilakukan oleh organisasi untuk proses pengambilan keputusan.

1.3 Sejarah IFRS

IFRS adalah merupakan sebuah standar akuntansi yang merupakan produk dari International Accounting Standards Board (IASB), suatu organisasi independen yang berpusat di London, Inggris (Ball, 2003). Sampai saat ini IFRS masih menjadi topik utama yang sering dibicarakan dan diperdebatkan baik oleh kalangan akademisi maupun kalangan praktisi. IFRS disusun sebagai suatu aturan yang secara ideal akan diaplikasikan dan diterapkan sama bagi seluruh perusahaan di dunia. Antara tahun 1973-2000 standar internasional diterbitkan oleh pendahulu IASB yaitu International Accounting Standards Committee (IASC). IASC adalah badan yang berdiri tahun 1973 yang didirikan oleh badan akuntansi profesional dari negara Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris, Irlandia, dan Amerika. Dalam periode tersebut, aturan yang dihasilkan oleh IASC disebut International Accounting Standards (IAS). Pada April 2001, fungsi dari pembuat aturan diambil alih oleh IASB, dan IASB mendeskripsikan aturan tersebut dengan nama baru yaitu International Financial Reporting


(25)

Accounting Standards (IFRS). IFRS ini merupakan aturan yang melanjutkan aturan sebelumnya yaitu IAS yang diterbitkan oleh IASC. IASB mempunyai kelebihan dibandingkan dengan IASC, yaitu IASB didanai lebih baik, adanya staf yang lebih baik dan lebih independen dibandingkan dengan IASC .

1.4 Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional

Choi dan Muller dalam Gamayuni (2009) menyatakan bahwa harmonisasi adalah suatu proses untuk meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik akuntansi itu beragam. Standar harmonisasi bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai negara di dunia.

Dewasa ini Harmonisasi standar akuntansi internasional menjadi isu yang hangat karena berhubungan erat dengan globalisasi bisnis saat ini. Globalisasi bisnis dapat dilihat dari kegiatan perdagangan antar negara yang mengakibatkan adanya perusahaan multinasional. Hal ini mengakibatkan kebutuhan standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh dunia. Akuntansi yang merupakan penyedia informasi bagi pengambilan keputusan yang bersifat ekonomi juga dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang berubah karena pengaruh globalisasi. Adanya transaksi perdagangan antar negara dan prinsip akuntansi yang berbeda mengakibatkan munculnya kebutuhan akan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia.


(26)

1.5 IFRS dan Kualitas Akuntansi

Adanya adopsi IFRS oleh seluruh negara di dunia, akan berpengaruh dan berhubungan erat dengan kualitas akuntansinya. Pada tahun 2005, IFRS mulai diadopsi dan diterapkan oleh negara-negara di Eropa. Sebagian besar negara di Eropa saat itu membutuhkan persiapan yang matang terhadap laporan keuangan agar sesuai dengan IFRS.

Tujuan IASC dan IASB adalah untuk mengembangkan kualitas standar laporan keuangan yang lebih tinggi yang nantinya dapat diterima secara luas oleh negara-negara di dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut, IASC dan IASB telah menerbitkan principles-based standards dan mengambil langkah untuk menghilangkan alternatif akuntansi yang digunakan dan mewajibkan pengukuran akuntansi yang lebih baik dengan dicerminkan oleh posisi ekonomi perusahaan dan kinerjanya (IASC, 1989). Adanya keterbatasan alternatif dapat meningkatkan kualitas akuntansi dan kebijaksanaan opportunistic manajemen terbatas dalam menentukan jumlah kualitas akuntansi (Asbaugh dan Pincus, 2001). Jumlah kualitas akuntansi lebih baik jika dicerminkan oleh keadaan ekonomi yang mendasari perusahaan, hasil dari penerapan principles-based standards atau pengukuran akuntansi yang digunakan. Hal ini semua dapat meningkatkan kualitas akuntansi karena menyediakan informasi untuk investor dalam kegiatan mengambil keputusan untuk investasi.

Kualitas akuntansi bertambah karena perubahan sistem pelaporan keuangan yang dilakukan secara kontemporer dan dengan adanya perusahaan yang menerapkan IFRS dimana penyelenggaraannya dilakukan secara teliti.


(27)

Tetapi, prediksi bahwa aplikasi IFRS berhubungan dengan kualitas akuntansi yang tinggi tidak selalu benar. Ada dua alasan yang pertama, adalah bahwa IFRS mungkin mempunyai kualitas yang lebih rendah daripada standar domestik yang digunakan. Dengan contoh keterbatasan kebijaksanaan manajerial yang berhubungan dengan alternatif akuntansi dapat menghilangkan kemampuan perusahaan untuk melaporkan pengukuran akuntansi yang pengukurannya lebih baik dicerminkan oleh posisi ekonomi dan kinerja perusahaan. Fleksibilitas dalam

principles-based standards dapat memberikan kesempatan yang lebih besar untuk melakukan manajemen laba yang dapat mengurangi kualitas akuntansi. Fleksibilitas ini, telah lama menjadi perhatian dalam peraturan pasar saham, khususnya dalam konteks internasional (e.g Breeden, 1994). Yang kedua, sekalipun jika IFRS adalah merupakan standar kualitas yang tinggi, adanya pengaruh utama dari penerapan sistem pelaporan keuangan yang lain adalah dapat mengurangi kemajuan dalam menciptakan kualitas akuntansi dari adopsi IFRS. Pelaksanaan IFRS yang lemah dapat menghasilkan standar yang terbatas, dengan demikian keefektifannya juga terbatas ( Barth,2008).

1.6 Perbedaan IFRS dengan GAAP

Ada beberapa perbedaan penggunaan standar akuntansi internasional atau IFRS dan GAAP (Generally Accepted Accounting Priciples) yang ditinjau dari nilai wajar, Principal Based, dan persyaratan pengungkapan yang lebih banyak dan rinci:


(28)

1. Nilai wajar

Sebelum menggunakan standar akuntansi internasional (IFRS), sistem akuntansi menggunakan historical cost untuk mengukur transaksi. Historical cost

adalah merupakan jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh asset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat diterapkan jumlah yang dapat diatribusikan langsung ke asset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu di dalam PSAK lain (PSAK 19, revisi 2009). Kelemahan historical cost adalah kurang mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sedangkan keunggulan historical cost

adalah bahwa historical cost lebih objektif dan variable karena didasarkan pada transaksi, tetapi pihak manajemen bisa memanfaatkan kelemahan historical cost

untuk melakukan manajemen laba, misalnya pada saat kinerja perusahaan sedang buruk apabila nilai wajar asset pada tanggal pelaporan lebih besar dari nilai tercatatnya, maka pihak manajemen akan menjual asset tersebut sehingga ada keuntungan yang terjadi dan diakui dalam laporan laba rugi (Qomariah, 2013).

Standar akuntansi internasional (IFRS) cenderung menggunakan nilai wajar (fair value). Nilai wajar (fair value) adalah jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran asset atau penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar

(arm’s length transaction) (IAI, 2009). Keuntungan dengan digunakannya nilai wajar adalah pos-pos asset dan liabilitas yang dimiliki lebih mencerminkan nilai yang sebenarnya pada saat tanggal laporan keuangan. Namun terdapat argumen yang menolak penggunaan nilai wajar yang meyatakan bahwa nilai wajar


(29)

menyebabkan volatilitas dalam laporan keuaangan dan mengurangi prediksi laba. Namun jika penggunaan nilai wajar menyebabkan volatilitas yang tinggi hal tersebut sebenarnya hanya mengungkapkan realitas ekonomi yang sebenanrnya (Siregar, 2010).

2. Principal Based

Sebelum konvergensi IFRS, standar akuntansi Indonesia menggunakan US GAAP yang telah dirumuskan oleh FASB. US GAAP itu sendiri merupakan standar yang rules based (berbasis aturan). Standar yang berbasis aturan ini akan meningkatkan konsistensi dan keterbandingan antar perusahaan dan antar waktu, akan tetapi di sisi lain kurang relevan karena tidak mampu merefleksikan kejadian ekonomi entitas yang berbeda antar perusahaan dan antar waktu. Semakin banyak aturan, maka aturan tersebut akan makin memiliki banyak celah untuk dilanggar yang mengakibatkan aturan semakin banyak untuk menutup celah-celah lain. Standar yang detail sangat insentif bagi manajemen untuk mengatur transaksi sesuai hasil yang diharapkan berdasarkan aturan yang ada dalam standar. Auditor menjadi sulit menolak manipulasi yang dilakukan oleh manajemen saat ada aturan detail yang menjustifikasinya. Standar yang detail tidak dapat memenuhi tantangan mengenai perubahan kondisi keuangan yang kompleks dan cepat. Standar yang detail menyajikan dengan aturan (form) tapi tidak merefleksi kejadian ekonomi yang mendasari secara substansial (Ari, 2011).

Sedangkan standar akuntansi IFRS berbasis prinsip (Principal Based).

Principal based merupakan pengaturan pada tingkat prinsip yang meliputi segala hal dibawahnya. Principel based memiliki kelemahan antara lain membutuhkan


(30)

penalaran, judgement, dan pemahaman yang mendalam dari para pembaca aturan yang kemudian menerapkannya. Sedangkan keunggulannya dalam hal kemungkinan manajer memilih perlakuan akuntansi yang merefleksikan transaksi atau kejadian ekonomi yang mendasarinya, meski hal sebaliknya dapat terjadi (Ari 2011).

3. Persyaratan pengungkapan yang lebih banyak dan lebih rinci

IFRS telah mensyaratkan mengenai pengungkapan berbagai informasi tentang risiko baik kualitatif maupun kuantitatif. Pengungkapan dalam laporan keuangan harus sesuai dan sejalan dengan informasi yang nantinya dipakai untuk proses pengambilan keputusan oleh manajemen. Tingkat pengungkapan penuh (full disclosure) dapat mengurangi tingkat asimetri informasi (ketidakseimbangan informasi). Ketidaksembangan informasi terjadi antara pihak manajer dengan pihak pengguna laporan keuangan. Sedangkan Asimetri informasi itu sendiri adalah suatu keadaan dimana pihak manajer mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan pihak lain (Scott, 2009). Dengan adanya asimetri informasi tersebut mengakibatkan diysfunctional behavior yaitu tindakan manajemen laba oleh manajer terutama jika informasi tersebut terkait dengan pengukuran kinerja manajer.

1.7 Adopsi IFRS

Tujuan IASC dan badan pendukung IASB adalah mengembangkan set standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang diterima secara internasional. Untuk mencapai tujuan itu, IASC/IASB melakukan berbagai upaya, yaitu


(31)

menerbitkan standar principle based, mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan akuntansi relatif yang diperbolehkan, serta mengharuskan pengukuran akuntansi yang merefleksikan posisi ekonomi dan kinerja perusahaan dengan lebih baik.

IFRS yang menggambarkan pendekatan berbasis prinsip (principle based approach) lebih baik daripada pendekatan berbasis aturan (rules-based approach)

untuk pengembangan standar akuntasi. Standar yang berbasis prinsip berfokus pada ketentuan prinsip-prinsip umum yang diperoleh dari kerangka konseptual, gambaran pengakuan, pengukuran dan pelaporan yang diperlukan untuk transaksi yang tercakup oleh standar (Pacter,2003).

Cara penerapan IAS atau IFRS bervariasi. Amerika Serikat mulai mengadopsi IFRS melalui konvergensi IFRS dengan US GAAP, sedangkan negara-negara Uni Eropa memilih IFRS sebagai standar akuntansi yang digunakan tanpa melalui penyesuaian dengan standar akuntansi lokal di setiap negara. Australia, Kanada, dan Singapura yang telah lama mengadopsi IAS sebagai standar lokal dengan sedikit pengecualian juga meningkatkan upaya untuk mengadopsi IFRS (Decker et al, 2003). Beberapa tahun ini IAI menyusun PSAK (Pernyataan standar akuntansi keuangan) yang diseuaikan dengan IFRS dan mulai diberlakukan wajib pada perusahaan yang terdaftar di BEI sejak 1 Januari 2012.

Pada bulan Juni 2000 komisi Eropa Uni Eropa di 15 negara anggota Uni Eropa dan Tiga Negara Area Ekonomi Eropa (Eorupean economic area)

mengharuskan semua perusahaan yang terdaftar di publik untuk mengonsolidasikan statemen keuangannya dengan menggunakan satu set standar


(32)

yaitu IAS. Kemudian pada bulan Juli 2002 parlemen Eropa mengharuskan semua perusahaan Uni Eropa yang terdaftar untuk menyususn statemen keuangan berdasarkan IAS paling lambat tahun 2005. Selain Uni Eropa, Australia adalah negara yang mengadopsi IAS secara wajib sejak 1 Januari 2005. Sedangkan Rusia mulai mengadopsi IAS pada 1 Januari 2004. FASB badan standar Amerika Serikat mulai membahas konvergensi IAS dengan US GAAP (standar akuntansi AS) pada Oktober 2003 dan menetapkannya pada 31 Desember 2003 (Pacter, 2003)

IFRS diadopsi oleh perusahaan secara wajib (mandatory) maupun sukarela

(voluntary). IFRS diadopsi secara wajib ketika regulator suatu negara menetapkan kebijakan bagi perusahaan yang go public untuk melaporkan akuntansi berdasarkan IFRS. Sedangkan adopsi sukarela dilakukan oleh perusahaan yang memilih menerapkan IFRS sebelum adanya perintah dari regulator untuk menetapkan IFRS..

Christensen et.al (2008) menjelaskan bahwa perusahaan yang menerapkan IFRS secara sukarela lebih mengurangi tingkat manajemen laba akrual dibanding dengan perusahaan yang menerapkan IFRS saat kewajiban adopsi dilakukan.

Perusahaan yang mengadopsi IFRS sependapat dengan persyaratan yang dijelaskan oleh Barth et al ( 2008), bahwa kualitas akuntansi dapat meningkat jika tindakan yang dilakukan penyusunan standar ini membatasi kebijakan oportunistik manajemen dalam penentuan angka akuntansi misalnya dengan melakukan manajemen laba.


(33)

2. Agency Theory

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara manajemen (agent) dengan investor (principal). Agency theory didasarkan pada konsep pemisahan fungsi diantara agen dan

principal yang bertujuan untuk menciptakan efesiensi dan efektivitas dalam perusahaan. Principal merupakan pihak yang memberikan wewenang kepada

agent untuk bertindak atas nama principal, sedangkan manajer merupakan agent

yang bertindak untuk kepentingan pemegang saham yaitu memaksimalkan kekayaan pemegang saham.

Manajemen laba sangat berkaitan dan sejalan dengan teori agensi yang di dalamnya sangat menekankan pentingnya pemilik perusahaan (principles) yang menyerahkan pengelolaan perusahaan pada manajemen (agents).Konsep Agency Theory menurut Anthony et al (1995) adalah hubungan atau kontrak menurut

principal dan agen. Dengan ini, principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk menunjuk agent melakukan pendegelasian otoritas pengambilan keputusan dari principal kepada agent.

Masalah keagenan antara principal dan agen ini dipengruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah pilihan buruk (Adverse selection) dan bencana moral

(moral hazard). Adverse selection terjadi apabila principal tidak mengetahui kemampuan agen dalam melaksanakan tugasnya, sehingga menyebabkan pemilihan yang salah terhadap agen. Moral hazard terjadi apabila kontrak antara prinsipal dan agen telah disetujui, tetapi pihak agen yang memiliki dan


(34)

mengetahui informasi lebih banyak tentang perusahaan daripada principal tidak memenuhi persyaratan dari kontrak tersebut. (Gudono,2009)

Menurut Watts, et al.(1986) perilaku mengenai manajemen laba ini dapat dijelaskan dalam Positive Accounting Theory dan Agency Theory, yang di dalamnya ada tiga hipotesis yang dijadikan dasar pemahaman tindakan manajemen laba.

1. The Bonus Plan Hypothesis

Perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan cenderung memilih metode akuntasi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga dapat menaikkan laba saat ini sehingga manajer dapat memaksimalkan bonus mereka dibawah rencana kompensasi perusahaan.

2. The Debt to Equity Hyphothesis (Debt Convenant Hyphothesis)

Pada perushaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.

3. The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis)

Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa mendatang sehingga


(35)

dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Biaya politik muncul dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian konsumen.

3. Manajemen Laba

Manajemen laba adalah suatu hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan karena manajemen laba termasuk dalam kegiatan yang melibatkan potensi pelanggaran, kejahatan, dan konflik yang dibuat oleh manajemen perusahaan yang bertujuan untuk menarik minat investor. Tingginya manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan maka nantinya akan berhubungan erat dengan tingkat kualitas laba yang rendah dan manajer melakukan manajemen laba untuk menjamin laba yang berkualitas tinggi (Daniati dan Suhairi, 2006) .

Investor menyalurkan dana melalui pasar modal return yang disebabkan karena ada perasaan aman akan melakukan kegiatan investasi dan tingkatan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi tersebut. Return memungkinkan investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai investasi pada tingkat pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain , return memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan nilai dari investasi. (Daniati dan Suhairi, 2006)

Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba merupakan sebuah intervensi yang memiliki tujuan teretentu dalam hal pelaporan keuangan ekternal demi mendapatkan keuntungan pribadi. Mnajemen laba akan mengakibatkan laba tidak sesuai dengan realitas ekonomi, sehingga kualitas laba menjadi rendah. Manajemen melakukan manajemen laba disamping untuk mendapatkan


(36)

keuntungan pribadi adalah adanya keianginan manajemen untuk memperlihatkan sedemikian rupa sehingga kinerjanya terlihat baik.

Ada beberapa bentuk manajemen laba yang dapat dilakukan oleh manajer, (Scott, 2009) :

1. Taking a bath

Taking a bath dilakukan dengan mengakui adanya biaya - biaya periode yang akan datang dan kerugian pada periode berjalan dan mengharuskan manajemen membebankan perkiraan biaya mendatang dan akibatnya laba periode mendatang akan lebih tinggi.

2. Income minimization

Manajemen laba yang dilakukan pada saat perusahaan perusahaan mengalami profitabilitas tinggi, sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis maka dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

3. Income maximation

Manajemen laba yang dilakukan pada saat laba menurun. Income maximation dilakukan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar.

4. Income smoothing.

Dilakukan dengan meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.


(37)

Manajemen laba dilakukan dengan motivasi untuk menyampaikan inside information kepada investor. Dalam jangka panjang kinerja aktual perusahaan akan semakin mendekati tingkat kinerja yang dilaporkan, dan para investor akan semakin meningkatkan kepercayaannya pada nilai kinerja yang dilaporkan. Sebaliknya, jika manajemen laba dilakukan dengan motivasi untuk menunda pengakuan kinerja yang buruk maka dalam jangka panjang kinerja aktual perusahaan tidak akan mendekati nilai kinerja yang dilaporkan, dan para investor akan semakin tidak mempercayai laporan manajemen pada laporan keuangan (Gul et al. 2003).

Scott (2000) mengemukakan beberapa motivasi yang mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba, antara lain :

1. Bonus Purposes

Hal yang mendasari manajemen laba yang dilakukan manajemen adalah karena manajer memiliki informasi yang privat dalam perusahaan. Kemudian manajer secara oportunis mengatur laba bersih sedimikian rupa untuk memaksimalkan bonus mereka dibawah rencana kompensasi perusahaan.

2. Other Conratctual Motivations

Pada motivasi ini, agency theory menjelaskan timbulnya kontrak antara agen dan principal, dimana masing-masing pihak bertindak sendiri – sendiri untuk memaksimalakan kepentingannya sehingga menimbulkan konflik. Oleh karena itu kedua pihak masuk kedalam kontrak yang memiliki tujuan memuaskan kepentingan berbagai pihak karena mereka


(38)

menyadari bahwa kepentingan mereka akan terpenuhi jika tujuan bersama bisa dicapai.

3. Political Motivations

Perusahaan besar dan perusahaan yang bergerak pada industri yang strategis seperti minyak dan gas lebih diperhatikan oleh publik karena aktivitasnya sangat mempengaruhi banyak pihak. Manajemen laba yang bertujuan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik ada karena tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang ketat.

4. Taxation Motivations

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen yang paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan untuk tujuan penghematan pajak pendapatan.

5. Changes of CEO

Variasi praktik manajemen laba terjadi disekitar waktu pergantian

Chief Excecutive Officer (CEO). Misalnya, CEO dengan masa waktu yang akan mendekati pensiun akan menaikkan pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Jika kinerja perusahaan buruk, para CEO berusaha memaksimalkan pendapatan mereka agar tidak diberhentikan.

6. Initial Public Offering

Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, sehingga menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public


(39)

melakukan manajemen laba dengan harapan dapat menaikkan harga saham perusahaan.

Penelitian yang membahas tentang motivasi yang dilakukan manajemen laba yang dikaitkan dengan bonus plan hypotheses atau political cost hyphotheses

dilakukan oleh Cahan (1992) dan Healy (1985).

Ada beberapa teknik manajemen laba yang dapat dilakukan oleh para manajer yaitu pemilihan metode akuntansi, revisi terhadap estimasi, dan mengakui pendapatan dan biaya periode sekarang atau menunda pada periode berikutnya. Penelitian oleh Dechow et al (1995) menyatakan bahwa manajemen laba dilakukan dengan memanipulasikomponen biaya, komponen pendapatan, dan memanipulasi margin.

Cara yang paling umum digunakan dalam mengukur manajemen laba adalah dengan menggunakan kebijakan akrual (discretionary accruals) yait u dengan menggeser atau mengakui pendapatan periode yang akan datang menjadi pendapatan saat ini (Rangan, 1998). Kebijakan akrual dilakukan dengan mengendalikan transaksi akrual sehingga laba terlihat tinggi tapi transaksi tersebut tidak mempengaruhi arus kas. Pengukuran manajemen laba secara konvensional menggunakan Discretionary Accruals (DA). Nilai DA sebagai proksi manajemen laba telah digunakan oleh beberapa peneliti antara lain Healy (1985), DeAngelo (1986), Dechow dan Sloan (1991), Jones (1991), dan Dechow et al. (1995). Dechow et al.(1995) mengembangkan model berdasarkan pada model Jones (1991). Model ini dikenal dengan model modified Jones.


(40)

Dalam penelitian ini, pengukuran manajemen laba menggunakan dasar penelitian oleh barth (2008) yang dalam penelitiannya pengukuran manajemen laba berkaitan dengan earning smoothing yang didasarkan pada tiga regresi yaitu, perbedaan perubahan net income yang diukur dengan total aset, rasio tengah dari perbedaan perubahan net income pada perbedaan perubahan dalam arus kas operasi, dan Korelasi antara akrual dan arus kas.

B. PERUMUSAN HIPOTESIS

Beberapa penelitian telah banyak dilakukan mengenai adopsi IFRS terhadap kualitas informasi akuntansi yang dicerminkan dengan manajemen laba di tiap negara di dunia. Antara lain adalah penelitian oleh Barth et al. (2008) yang meneliti kualitas akuntansi sebelum dan sesudah dikenalkannya IFRS dengan menggunakan sampel sebanyak 327 perusahaan di 21 negara yang telah mengadopsi IAS secara sukarela antara tahun 1994 dan 2003. Dalam penelitian ini ditemukan bukti bahwa setelah diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah, relevansi nilai menjadi lebih tinggi, dan pengakuan kerugian menjadi semakin tepat waktu, dibandingkan dengan masa sebelum transisi di mana akuntansi masih berdasarkan local GAAP.

Penelitian ini didukung oleh Chen et al. (2010) juga menemukan bukti empiris bahwa dengan adopsi IFRS secara mandatory dapat meningkatkan kualitas informasi akuntansi dan menurunkan manajemen laba dibandingkan sebelum mengadopsi IFRS.

Penelitian-penelitian yang lain juga menekankan pengaruh positif adopsi IFRS terhadap kualitas informasi setelah perusahaan menerapkan adopsi IFRS


(41)

diantaranya adalah penelitian oleh Hung dan Subramanyan (2007) yang membandingkan dampak IAS dengan standar akuntansi Jerman terhadap laporan keuangan yang hasilnya menunjukkan bahwa standar akuntansi Jerman lebih menekankan pada income smoothing, sedangkan IAS lebih menekankan pada fair value dan penilaian pada neraca. IAS signifikan meningkatkan book value dari laba yang juga meningkatkan value relevance dari laba itu sendiri serta meningkatkan timeliness dari informasi akuntansi.

Penelitian oleh Horton dan Serafeim (2010) yang mempelajari rekonsiliasi aturan akuntansi dari GAAP ke IFRS pada tahun 2005 di Inggris, pada saat adopsi IFRS wajib bagi semua perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa pasar bereaksi terhadap penyesuaian laba negatif karena rekonsiliasi IFRS dan juga penyesuaian positi (negatif) saat sebelum dan setelah IFRS. Ini mengindikasikan bahwa kualitas informasi akuntansi menjadi lebih informatif. Penelitian oleh Daske et.al

(2008) tentang konsekuensi ekonomis dari adopsi IFRS secara mandatory di seluruh dunia dengan mengamati dampak adopsi IFRS terhadap likuiditas pasar,

cost of capital dan penilaian terhadap ekuitas yang diproksikan melalui tobins’Q, dengan sampel 26 perusahaan besar di negara di seluruh dunia. Hasilnya menunjukkan bahwa secara rata-rata likuiditas pasar meningkat setelah adopsi IFRS, cost of capital perusahaan menjadi rendah, dan terjadi peningkatan nilai ekuitas.

Selanjutnya penelitian oleh Anggraita (2012) yang menemukan adanya penurunan manajemen laba pada masa setelah adopsi IFRS khususnya pada komponen Cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebagai salah satu


(42)

komponen proksi manajemen laba. Mengacu pada pernyataan IAI tahun 2009 yang menyebutkan bahwa IFRS dapat mempersulit tindakan manajemen laba melalui penerapan fair value dan balance sheet approach, maka asumsi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang mengadopsi IFRS secara penuh cenderung memiliki tingkat manajemen laba yang lebih kecil.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis 1 yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

H1 : Adopsi IFRS berpengaruh terhadap manajemen laba

C. KERANGKA BERPIKIR

Kerangka berpikir teoritis digunakan sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis yang menunjukkan pengaruh adopsi IFRS, manajemen laba. Faktor-faktor lain seperti size, leverage, growth dan ROE juga perlu diperhatikan dalam manajemen laba.

Model kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :


(43)

Gambar 2.2

Kerangka Berpikir

HI

Keterangan :

Model teori yang digunakan dalam studi ini adalah adopsi IFRS dengan manajemen laba dan variabel kontrol yaitu size, leverage, growth, dan ROE. Menunjukkan bagaimana pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba yang diukur dengan tiga proksi earning smoothing yaitu perbedaan perubahan net income ( NI), Rasio tengah perubahan net income ( CF) dan korelasi antara akrual deangan cash flows. Dalam penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol untuk data menangkap apakah ada pengaruh-pengaruh lain yang berbeda antara lain size,leverage,growth, dan ROE.

ADOPSI IFRS

Size Leverage

Growth ROE

MANAJEMEN LABA NI

CF

CF

ACC


(44)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survey data sekunder yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007 dan 2013. Jenis penelitian ini bersifat study empiris kuantitatif.

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh adopsi IFRS terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di BEI.

B. POPULASI, SAMPEL DAN PENGAMBILAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 dan tahun 2013. Dipilih tahun 2007 dan 2013 karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba pada saat sebelum dan sesudah masa adopsi IFRS. Dimana tahun 2007 adalah periode sebelum IFRS diadopsi dan tahun 2013 adalah periode setelah IFRS diadopsi di Indonesia. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan beberapa kriteria tertentu, antara lain :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan dipublikasikan dalam website resmi BEI


(45)

(http://www.idx.co.id) dan website resmi perusahaan tahun 2007 dan 2013.

2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2007 dan tahun 2013 dan dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia.

3. Memiliki data yang lengkap yang terkait dengan variabel yang digunakan.

C. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL

1. Variabel Independen

Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen IFRS. Pengukuran variabel ini menggunakan variabel dummy, yaitu nilai 0 jika perusahaan belum menerapkan IFRS dan nilai 1 jika perusahaan sudah menerapkan IFRS.

2. Variabel Dependen

Dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen manajemen laba. Manajemen laba yang dimaksud dalam studi ini adalah rekayasa laba dengan menaikkan (menurunkan) laba pada komponen akrual yang dilaporkan saat kini dari suatu unit yang menjadi tanggung jawab manajer. Manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan model Barth (2008). Dalam model Barth (2008) pengukuran manajemen laba berkaitan dengan earnings smoothing dan dijelaskan sebagai berikut.

1. Perbedaan perubahan net income ( NI) yang didasarkan pada total aset (Lang, Ready, dan Wilson, 2006).

NI = α0+ α1SIZE + α2LEV + α3GROW + α4ROE + εi (1)


(46)

2. Rasio tengah perubahan net income terhadap perubahan arus kas operasi ( CF).

CF = α0+ α1SIZE + α2LEV + α3GROW + α4ROE + εi (2)

3. Korelasi antara akrual dan cash flows

CF = α0+ α1SIZE + α2LEV + α3GROW + α4ROE + εi (3)

ACC = α0+ α1SIZE + α2LEV + α3GROW + α4ROE + εi (4)

Dimana :

Size : ukuran perusahaan yang diukur dari logaritma total asset perusahaan pada akhir tahun. secara matematis.

Leverage : perhitungan dari total kewajiban dibagi dengan total ekuitas Growth : tingkat Pertumbuhan perusahaan

ROE : kemampuan perusahaan menggunakan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan laba.

3. Variabel Kontrol

Dalam penelitian ini menggunakan variabel kontrol untuk dapat menangkap apakah ada pengaruh – pengaruh lain yang berbeda . Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

3.1 Size (Ukuran Perusahaan)

Ukuran perusahaan menunjukkan seberapa besar kekayaan perusahaan yang digunakan untuk mengelola perusahaan. Variabel ukuran perusahaan diberi


(47)

simbol SIZE diperoleh dari logaritma total asset perusahaan pada akhir tahun. secara matematis (Hsu dan Koh, 2005) ukuran perusahaan diformulasikan sebagai berikut :

SIZEit = Log. Total Asetit

Keterangan:

SIZEit = Ukuran perusahaan i pada periode t

Log. Total Asset it = Logaritma total asset perusahaan i pada periode t

3.2 Leverage

Leverage menunjukkan seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang pihak ketiga dalam mengelola perusahaan. Variabel leverage yang diberi simbol LEV diperoleh dari rasio antara nilai buku total hutang terhadap nilai buku asset perusahaan (Watts dan Zeimmerman, 1986) Secara matematis, leverage

perusahaan diformulasikan sebagai berikut:

Keterangan:

LEVit = Leverage perusahaan i pada periode t Dit = Nilai buku total hutang perusahaan i pada periode t TAit = Nilai buku total asset perusahaan i pada periode t


(48)

3.3 Growth

Growth menunjukkan tingkat pertumbuhan dari perusahaan tersebut. Variabel growth diberi simbol Grow diperoleh dari rasio antara total asset sekarang terhadap total asset tahun sebelumnya. secara sistematis (Healy dan Palepu, 2003) Growth diformulasikan sebagai berikut:

Keterangan:

Growit = Growth perusahaan i pada periode t TAit = Total Asset perusahaan i pada periode t TAit-1 = Total Asset perusahaan i pada periode t-1

3.4 ROE

Return on Equity menunjukkan kemampuan perusahaan menggunakan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan laba. Variabel Return on Equity yang diberi simbol ROE diperoleh dari rasio antara laba sebelum bunga dan pajak

(earning before interest and tax) terhadap nilai buku total ekuitas perusahaan (Chen et al., 2000) Secara sistematis, Return on Equity diformulasikan sebagai berikut :


(49)

Keterangan:

ROEit =Return on Equity perusahaan i pada periode t

EBITit = Earningbefore interest and tax perusahaan i pada periode t

D. TEKNIK ANALISIS DATA

1. Statistik Deskriptif

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji statistik yang berupa statistik deskriptif. Statistik deskriptif meliputi mean serta standart deviasi yang bertujuan mengetahui distribusi data yang menjadi sampel.

2. Uji Asumsi Klasik

Penggunaan uji asumsi klasik dilakukan untuk menghindari penyimpangan terhadap asumsi-asumsi dasar yang dapat menyebabkan estimasi keefesienan kurang akurat, sehingga menimbulkan interprestasi dan kesimpulan yang salah. dapun penggunaan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, autokorelasi, multikolinearitas dan heterokedastisitas.

2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah residual/error regresi berdistribusi normal atau tidak. Asumsi normalitas yang digunakan dalam regresi berganda ditunjukkan dengan estimator yang memiliki varians minimum di semua kelas estimator dengan distribusi rata-rata nol (zero mean) atau sering disebut BLUE (Best Linier Unbiased Estimator) (Gujarati, 2003:79). Pada penelitian ini untuk mendeteksi normalitas digunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang membandingkan nilai probabilitas yang nilai signifikannya harus di atas 0,05.


(50)

Namun data yang tidak normal tidak dipermasalahkan apabila jumlah sampel besar (Hair et al. 1988).

2.2 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji keberadaan korelasi antar anggota observasi yang dilakukan baik pada periode t dengan periode t-1 (data

time series) atau pada ruang (data cross-sectional) dalam sebuah model regresi linier (Gujarati, 2003:442). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Pada penelitian ini menggunakan Uji Durbin-Watson (BW Test). Dari pengujian ini dapat dilihat apakah terjadi autokorelasi atau tidak. Nilai DW yang didapat dari SPSS akan dibandingkan dengan table dengan menggunakan nilai signifikan 5%, jumlah sampel (n), dan jumlah variable independent. Bila nilai DW lebih besar dari batas atas (du) dan rank dari 4-du, maka dapat dinyatakan tidak terdapat autokorelasi.

2.3 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji adanya korelasi antar variabel bebas (independen) dalam sebuah model. Dalam sebuah model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen karena akan mengurangi (melemahkan) daya prediksi variabel independen. Akibat dari adanya multikolinearitas ini adalah koefisien regresinya tidak tertentu atau kesalahan standarnya tidak terhingga. Multikolinearitas dapat dilihat dengan VIF


(51)

(variance inflation factor) bila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance diatas 0,10, maka tidak terdapat gejala multikolinearitas dan begitu pula sebaliknya.

2.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji adanya ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya dalam sebuah model regresi (Gujarati, 2003: 387). Uji heterokedastisitas dilakukan dengan meregresikan nilai absolut residual dengan variabel independennya. Uji heterokedastisitas menggunakan uji Glejser. model regresi dikatakan homokedaskisitas apabila nilai probabilitas dari hasil uji ini tidak signifikan atau diatas 0,05. Apabila terjadi heterokedastisitas maka diobati dengan menggunakan metoda White’s Heteroscedasticity-ConsistentVariance.

3. Pengujian Hipotesis

Setelah persamaan regresi terbebas dari asumsi dasar tersebut maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan alat analisis statistik, yakni analisis regresi βlinear berganda. Analisis regresi berganda yang digunakan akan valid bila data terdistribusi secara normal, bebas dari multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Pengujian hipotesis ini digunakan untuk menguji pengaruh IFRS terhadap praktik manajemen laba.

Persamaan regresi nya adalah sebagai berikut :

EM = β0 + β1D+ β2SIZE +β3LEV +β4GROWTH + β5ROE+ εit……(5)

commit to user


(52)

Keterangan :

EM : Manajemen Laba

DUMMY (1,0) : adopsi IFRS (Dummy 1 untuk perusahaan yang mengadopsi IFRS , 0 untuk perusahaan yang belum mengadopsi IFRS

β : Konstanta

β0– β5 : Koefisien regresi

ACC : Akrual

Size : Ukuran perusahaan

Lev : Leverage

Grow : Pertumbuhan

ROE : Proksi dari profitabilitas (Return on Equity)

3.1 Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Langkah-langkah untuk melakukan pengujian adalah :

1.Menentukan hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)

Ho = b1 = 0, artinya variabel independen secara individu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha ≠ b1 ≠ 0, artinya variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen.

2.Menentukan tingkat signifikan (α) yaitu sebesar 5% dan degree of freedom (df) = (n-k) untuk menentukan besarnya nilai t table sebagai batas daerah penerimaan/ penolakkan hipotesis

3.Menghitung nilai t hitung dengan rumus t hitung = β1/σβ1 4.Keputusan


(53)

Ho : diterima bila thitung < ttabel, Ha ditolak, atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variablel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : diterima bila thitung > ttabel, Ho ditolak, atau bila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variablel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.2 Koefisien Determinasi (Uji R²)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui proporsi variasi dalam variabel dependen (Y) yang dapat dipengaruhi oleh variabel independen (X). Apabila koefisien determinasi semakin mendekati angka 1,

maka variabel independen semakin mempunyai pengaruh yang kuat, dimana 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika R2 mendekati 1, ini menunjukan bahwa variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat sehingga model yang digunakan dapat dikatakan baik.


(54)

40

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI DATA

Objek dari penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan, yaitu telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dalam website Bursa Efek Indonesia tahun 2007 dan tahun 2013 secara pool data yang selama periode dua tahun tersebut perusahaan menerbitkan laporan keuangan secara berkala dengan tujuan untuk menemukan bukti empiris pengaruh adopsi IFRS terhadap manajemen laba pada perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dengan metode purposive sampling, yaitu sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan agar sampel yang digunakan representatif dan memudahkan peneliti untuk mengolah data untuk memberikan bukti empiris. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 21.0 for windows. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sampel akhir yang diperoleh adalah sebanyak 226 perusahaan. Data yang diperoleh berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan dapat dilihat dalam tabel berikut :


(55)

Tabel IV.1

Jumlah Sampel Perusahaan untuk Penelitian

Keterangan 2007 2013 Jumlah

Jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI

152 134 286

Jumlah perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan

(24) (11) 35

Jumlah perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan

128 123 251

Jumlah perusahaan yang mengadopsi IFRS 0 123 123 Jumlah perusahaan yang tidak memiliki data yang

lengkap terkait variabel yang digunakan

(1) (24) 25

Jumlah perusahaan yang sesuai dengan kriteria 127 99 226

Jumlah perusahaan yang mengandung outliers 36 Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 190

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan pada bab sebelumnya, didapatkan 226 perusahaan yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini. Namun, karena hasil uji asumsi klasik yang terdapat pada pengujian awal, maka dilakukan reduksi data yang mengandung outliers (data ekstrim).

Pengujian untuk mencari outliers menggunakan z-score dengan bantuan SPSS, dengan menu statistik deskriptif lalu pilih pada save standized values as variables. Dari hasil uji z-score diperoleh 36 data yang mengandung outliers. Jadi jumlah data yang kini dipakai untuk penelitian sebanyak 190 data. Penelitian ini menggunakan data-data dari Laporan keuangan perusahaan tahun 2007 dan 2013 yang dipublikasikan melalui website resmi BEI (www.idx.co.id).


(56)

B. STATISTIK DESKRIPTIF

Statistik deskriptif dilakukan guna mencari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standard deviasi dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu IFRS sebagai variabel independen, Manajemen laba yang diukur sebagai variabel dependen yang diukur menggunakan model Barth (2008) yaitu perbedaan perubahan net income (accrual 1), Rasio tengah perubahan net income terhadap perubahan arus kas operasi (accruall 2), Korelasi antara akrual (Accrual) dan Cash flows (Accrual 3), SIZE,

LEVERAGE, GROWTH dan ROE sebagai variabel kontrol. Statistik deskriptif juga dapat dilakukan untuk mengetahui karakteristik variabel yang digunakan dalam penelitian.

Tabel IV.2

Statistik Deskriptif Tahun 2007 dan 2013

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.Deviasi

Accrual 1 190 12928,97 9218900,63 892189.15 913153,44 Accrual 2 190 0,02 1050,60 15,7144 77,43 Accrual 3 190 17564,66 8127357,06 776443,12 822323,80 Acc 190 -5084996 52963983 2317679,08 6468397,28

IFRS 190 0 1 0,46 0,5

Size 190 4,382 7,831 6,11093 0,701912

Leverage 190 0,02 9,34 0,5876 0,75156

Growth 190 0,53857 9,72441 1,2692047 0,76973038

ROE 190 0,00 77,478 10,9284 57,19934

Sumber : data diolah

Dari Tabel IV.2 dapat dilihat variabel manajemen laba yang diukur dengan menggunakan tiga proksi yaitu perbedaan perubahan net income (accrual 1), rasio tengah perubahan net income terhadap perubahan arus kas operasi (accrual 2),

dan korelasi antara akrual (accrual) dan cash flows (accrual 3) yang diadaptasi

commit to user


(57)

oleh penelitian Barth,2008 dijelaskan satu persatu sebagai berikut, yaitu accrual 1

mempunyai nilai mean atau rata-rata sebesar 892189,15, nilai maksimum sebesar 9218900,63 nilai minimum sebesar 12928,97 dan standard deviasi sebesar 913153,44. Proksi accrual 1 ini memiliki range data yang cukup besar yaitu 9205971,66. Hal ini mengindikasikan bahwa data accrual 1 mempunyai sifat menyebar, dilihat juga dari nilai standar deviasi yang lebih besar daripada nilai proksi rata-ratanya.

Accrual 2 mempunyai nilai mean atau rata-rata sebesar 15,7144 , nilai maksimum sebesar 1050,60 nilai minimum sebesar 0,02 dan standard deviasi sebesar 77,43. Proksi accrual 2 ini memiliki range data yang cukup besar yaitu 1050,58. Hal ini mengindikasikan bahwa data accrual 2 mempunyai sifat dilihat juga dari nilai standar deviasi yang lebih besar daripada nilai proksi rata-ratanya

Accrual 3 mempunyai nilai mean atau rata-rata sebesar 776443,12 nilai maksimum sebesar 8127357,06 nilai minimum sebesar 17564,66 dan standard deviasi sebesar 822323,80. Proksi accrual 3 ini memiliki range data yang cukup besar yaitu 8109792,4. Hal ini mengindikasikan bahwa data accrual 3 mempunyai sifat menyebar, dilihat juga dari nilai standar deviasi yang lebih besar daripada nilai proksi rata-ratanya.

Accrual mempunyai nilai mean atau rata-rata sebesar 2317679,08 nilai maksimum sebesar 52963983 nilai minimum sebesar -5084996 dan standard deviasi sebesar 6468397,28. Proksi accrual 3 ini memiliki range data yang cukup besar yaitu 58048979. Hal ini mengindikasikan bahwa data accrual 3 mempunyai


(58)

sifat menyebar, dilihat juga dari nilai standar deviasi yang lebih besar daripada nilai proksi rata-ratanya.

Variabel IFRS mempunyai nilai mean atau rata-rata sebesar 0,46 nilai maksimum sebesar 1,00, nilai minimum sebesar 0,00 dan standard deviasi sebesar 0,500. Variabel IFRS ini memiliki range data hanya sebesar 1,00. Sedangkan bila dilihat sebaran datanya sangat rapat antara data satu dengan data yang lain dan nilai standar deviasi lebih keil daripada nilai rata-ratanya yang mengindikasikan bahwa data IFRS mengumpul.

Variabel Size mempunyai nilai mean atau rata-rata sebesar 6,11093 nilai maksimum sebesar 7,831, nilai minimum sebesar 4,382, dan standard deviasi sebesar 0,701912. Variabel Size memiliki range data sebesar 3,449 dan memiliki standard deviasi lebih kecil dari nilai rata-ratanya sehingga dapat dikatakan variabel size ini memiliki data yang bersifat mengumpul.

Variabel Leverage mempunyai nilai mean atau rata-rata 0,5876 nilai maksimum sebesar 9,34 nilai minimum sebesar 0,02, dan standard deviasi sebesar 0,75156. Variabel leverage ini memiliki range data yang cukup besar yaitu sebesar 9,32. Variabel leverage ini memiliki data yang menyebar

Variabel Growth mempunyai nilai mean atau rata-rata sebesar 1,2692047 nilai maksimum sebesar 9,72441, nilai minimum sebesar 0,53857 dan standard deviasi sebesar 0,75156. Variabel Growth memiliki range data yang cukup kecil yaitu sebesar 9,18584 dengan tingkat penyebaran yang mengumpul. Hal ini dapat dilihat dari nilai standar deviasinya sebesar 0,76973038 yang lebih kecil dari nilai rata-ratanya, sehingga dapat disimpulkan datanya mengumpul.


(59)

Variabel ROE mempunyai nilai mean atau rata-rata sebesar 10,9284 , nilai maksimum sebesar 77,478 nilai minimum sebesar 0,00 dan standard deviasi sebesar 57,19934. Variabel ROE ini memiliki range data yang cukup besar yaitu hanya sebesar 77,478. Hal ini mengindikasikan bahwa data ROE bersifat menyebar.

Tabel IV.2.1

Statistik Deskriptif tahun 2007

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.Deviasi Statistic Std. Error

Fact 102 -0,5238 2,3461 -0,0548 0,0403 0,4078

IFRS 102 0 0 0,00 0,000 0,000

Size 102 4,382 7,803 5,995 0,0698 0,7051 Leverage 102 0,07 9,34 0,6390 0,0925 0,9349 Growth 102 0,7367 9,724 1,2855 0,0896 0,9052 ROE 102 0,01 774,78 20,171 7,628 77,045 Sumber: data diolah

Berdasarkan hasil statistik deskriptif tahun 2007 diperoleh nilai mean

umtuk variabel manajemen laba yang diproksikan dengan analisis faktor adalah sebesar -0,0548, nilai minimum sebesar -0,5238, nilai maksimum sebesar 2,346 dan standar deviasi sebesar 0,4078.

Variabel IFRS mempunyai nilai mean 0,00, nilai minimum sebesar 0, nilai maksimum sebesar 0, dan standar deviasi sebesar 0,000. Variabel Size mempunyai nilai mean sebesar 5,995, nilai minimum sebesar 4,382, nilai maksimum sebesar 7,803 dan standar deviasi sebesar 0,7051.

Variabel leverage mempunyai nilai mean sebesar 0,6390, nilai minimum sebesar 0,07, nilai maksimum sebesar 9,34, dan standar deviasi sebesar 0,9349.Variabel Growth mempunyai nilai mean sebesar 1,2855, nilai minimum sebesar 0,7367, nilai maksimum sebesar 9,724, dan standar deviasi sebesar


(60)

0,9052. Variabel ROE mempunyai nilai mean sebesar 20,171, nilai minimum sebesar 0,01, nilai maksimum sebesar 774,78, dan standar deviasi sebesar 77,045.

Tabel IV.2.2

Statistik Deskriptif tahun 2013

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.Deviasi Statistic Std. Error

Fact 88 -0,5140 1,5096 -0,1152 0,0363 0,3406

IFRS 88 1 1 1,00 0,000 0,000

Size 88 4,392 7,831 6,245 0,0722 0,6774 Leverage 88 0,02 3,34 0,528 0,0483 0,4534 Growth 88 0,5385 5,0386 1,2502 0,0617 0,5788

ROE 88 0,00 1,68 0,2152 0,0286 0,2683

Sumber : Data diolah

Berdasarkan hasil statistik deskriptif tahun 2013diperoleh nilai mean

umtuk variabel manajemen laba yang diproksikan dengan analisis faktor adalah sebesar -0,1152 nilai minimum sebesar -0,51402, nilai maksimum sebesar 1,5096 dan standar deviasi sebesar 0,3406

Variabel IFRS mempunyai nilai mean 1,00, nilai minimum sebesar 1, nilai maksimum sebesar 1, dan standar deviasi sebesar 0,000. Variabel Size mempunyai nilai mean sebesar 6,245 nilai minimum sebesar 4,392, nilai maksimum sebesar 7,831 dan standar deviasi sebesar 0,6774.

Variabel leverage mempunyai nilai mean sebesar 0,528, nilai minimum sebesar 0,02, nilai maksimum sebesar 3,34, dan standar deviasi sebesar 0,4534.Variabel Growth mempunyai nilai mean sebesar 1,2502, nilai minimum sebesar 0,5385, nilai maksimum sebesar 5,0386, dan standar deviasi sebesar 0,5788. Variabel ROE mempunyai nilai mean sebesar 0,2152, nilai minimum sebesar 0,00, nilai maksimum sebesar 1,68 dan standar deviasi sebesar 0,2683.


(61)

C. ANALISIS FAKTOR

Dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor untuk menganalisis variabel dependen yang dalam hal ini manajemen laba yang diukur dengan menggunakan tiga proksi yaitu perbedaan perubahan net income, rasio tengah perubahan net income terhadap perubahan arus kas operasi, dan korelasi antara

accrual dan cash flows yang diadaptasi oleh penelitian Barth,2008 yang untuk kepentingan regresi berganda harus diperoleh satu variabel dependen. Untuk memperoleh satu variabel dependen dari ketiga proksi variabel manajemen laba, digunakan analisis faktor yaitu dengan membuat factor scores menggunakan

principle component Ghozali (2006).

Dalam analisis faktor digunakan uji Barlett;s Test of Spericity untuk mendeteksi ada tidaknya korelasi antara proksi ketiga proksi variabel manajemen laba. Jika signifikan maka ketiga proksi tersebut dapat digunakan sebagai variabel dependen. Hasil analisis faktor disajikan dalam tabel berikut :

Tabel IV.3 Analisis Faktor KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,585 Approx. Chi-Square 116,491 Bartlett's Test of Sphericity Df 6 Sig. ,000 Sumber : data diolah

Pada Tabel IV.3 dapat dilihat bahwa Kaiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO) sebesar 0,585 > 0,500. Nilai Bartlett’s Test of


(62)

Sphericity mempunyai p-value sebesar 0,000 < 0,05 berarti analisis faktor dapat dilanjutkan.

D. UJI ASUMSI KLASIK

Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk memperoleh suatu model penelitian yang mempunyai hubungan yang valid atau bebas dari bias dan kemampuan menaksir yang baik.Uji asumsi klasik yang harus dipenuhi dalam uji asumsi klasik ini meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi mempunyai distribusi normal sebagai syarat dapat dilakukan uji normalitas data dalam model regresi. Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik non parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada program SPSS 21.0 for windows. Hasil pengujian normalitas disajikan sebagai berikut :

Tabel IV.4

Hasil Uji Normalitas Data Variabel

Kolmogorov-Smirnov Z

p-value Keterangan Unstandardized

residual

1,241 0,092 Normal

Sumber: data diolah


(1)

Statistik Deskriptif Tahun 2013

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic FAC1_1 88 -,51402 1,50967 -,1152887 ,03631018 ,34061973

IFRS 88 1 1 1,00 ,000 ,000

SIZE 88 4,392 7,831 6,24525 ,072220 ,677480

LEVERAGE 88 ,02 3,34 ,5280 ,04834 ,45344

GROWTH 88 ,53857 5,03867 1,2502771 ,06170032 ,57880029

ROE 88 ,00 1,68 ,2152 ,02861 ,26835

Valid N (listwise) 88

Analisis Faktor

Correlation Matrixa

accrual_1 accrual_2 accrual_3 accrual

Correlation

accrual_1 1,000 ,037 ,244 ,519 accrual_2 ,037 1,000 ,119 ,116 accrual_3 ,244 ,119 1,000 ,502 accrual ,519 ,116 ,502 1,000 a. Determinant = ,536

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,585

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 116,491

df 6

Sig. ,000


(2)

Communalities

Initial Extraction accrual_1 1,000 ,527 accrual_2 1,000 ,059 accrual_3 1,000 ,533 accrual 1,000 ,763 Extraction Method: Principal Component Analysis.

Total Variance Explained

Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

1 1,883 47,066 47,066 1,883 47,066 47,066

2 ,986 24,657 71,723

3 ,742 18,549 90,272

4 ,389 9,728 100,000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Matrixa

Component 1 accrual_1 ,726 accrual_2 ,244 accrual_3 ,730 accrual ,874 Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.

Component Score Covariance Matrix

Component 1

1 1,000

Extraction Method: Principal Component Analysis. Component Scores.


(3)

Uji Asumsi Klasik

1.

Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 190

Normal Parametersa,b

Mean ,0683989

Std. Deviation ,36198367

Most Extreme Differences

Absolute ,090

Positive ,090

Negative -,081

Kolmogorov-Smirnov Z 1,241

Asymp. Sig. (2-tailed) ,092

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

2.

Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -,032 ,228 -,142 ,887

IFRS -,013 ,052 -,019 -,249 ,804

Size ,000 ,037 ,000 -,007 ,995

LEVERAGE ,057 ,034 ,125 1,687 ,093

GROWTH ,013 ,033 ,030 ,408 ,684

ROE ,000 ,000 -,030 -,404 ,687

a. Dependent Variable: Unstandardized Residual


(4)

3.

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,413a ,170 ,148 ,34933215 1,882

a. Predictors: (Constant), ROE, LEVERAGE, GROWTH, Size, IFRS b. Dependent Variable: REGR factor score 1 for analysis 1

4.

Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) -1,417 ,230 -6,156 ,000

IFRS -,111 ,052 -,146 -2,113 ,036 ,938 1,066

Size ,221 ,037 ,409 5,922 ,000 ,944 1,059

LEVERAGE ,043 ,034 ,085 1,251 ,212 ,980 1,021

GROWTH ,010 ,033 ,020 ,295 ,769 ,982 1,018

ROE -1,748E-005 ,000 -,003 -,039 ,969 ,961 1,041 a. Dependent Variable: REGR factor score 1 for analysis 1

Uji Hipotesis

Regression

Variables Entered/Removeda

Model Variables Entered Variables Removed

Method

1

ROE, LEVERAGE, GROWTH, Size, IFRSb

. Enter

a. Dependent Variable: REGR factor score 1 for analysis 1 b. All requested variables entered.


(5)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,413a ,170 ,148 ,34933215

a. Predictors: (Constant), ROE, LEVERAGE, GROWTH, Size, IFRS

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 4,611 5 ,922 7,557 ,000b

Residual 22,454 184 ,122

Total 27,065 189

a. Dependent Variable: REGR factor score 1 for analysis 1 b. Predictors: (Constant), ROE, LEVERAGE, GROWTH, Size, IFRS

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) -1,417 ,230 -6,156 ,000

IFRS -,111 ,052 -,146 -2,113 ,036

Size ,221 ,037 ,409 5,922 ,000

LEVERAGE ,043 ,034 ,085 1,251 ,212

GROWTH ,010 ,033 ,020 ,295 ,769

ROE -1,748E-005 ,000 -,003 -,039 ,969

a. Dependent Variable: REGR factor score 1 for analysis 1


(6)