Tinjauan Sosial Ekonomi Anak Jalanan Di Kawasan Simpang Pos Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia saat ini mudah dijumpai
di sudut-sudut kota besar, selalu saja ada anak-anak yang mengerumuni mobil di
persimpangan lampu merah, mendatangi warung-warung di pinggir jalan
menawarkan jasa atau sekedar meminta sumbangan. Kota - kota besar membawa
anak jalanan sebagai pemandangan yang tidak asing lagi, dimana terdapat kota
besar tidak luput pula banyak terdapat anak jalanan, gelandangan dan pengemis
yang meminta-minta.
Keberadaan anak jalanan berkaitan langsung dengan tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar anak yang meliputi kebutuhan

sik, psikis, sosial dan spiritual.

Anak tidak tercukupi kebutuhan makan, sandang, papan, pendidikan, rasa nyaman
hingga tidak mampu menjalankan fungsi sosial sebagai anak secara wajar. Oleh
karenanya, anak melakukan upaya dengan cara mereka untuk memenuhi kebutuhan
dimaksud. Untuk itu, anak-anak melakukan upaya mencari pemenuhan kebutuhan
  sik,  psikis, sosial dan spiritualnya dengan turun ke jalan, dengan menjadi anak
jalanan.

Seorang anak haruslah dipandang sebagai makhluk yang harus dilindungi,
dikembangkan dan dijamin kelangsungan hidupnya, seperti yang tercantum pada
Undang-undang nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Namun kondisi
keluarga yang miskin membuat orang tua tidak dapat melaksanakan perannya
dengan baik sehingga hak anak seringkali terabaikan.

Universitas Sumatera Utara

Dalam Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan
Anak, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau
keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah saipai dengan derajat
ketiga.  Perkawinan itu membentuk sebuah rumah tangga. Rumah tangga adalah
sekelompok orang yang terdiri dari keluarga inti yaitu suami, istri, beserta anak
mereka yang tinggal di dalam satu rumah. Keluarga inilah yang akan berfungsi
memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga dan hak-hak anak tersebut. Tapi tidak
semua keluarga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga baik itu kebutuhan
sandang, pangan, papan sampai pendidikan anak di karenakan ayah yang berfungsi
sebagai kepala keluarga tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga di
karenakan penghasilannya di bawah rata-rata.

Faktor ekonomi/kemiskinan sebagai penyebab utama kehadiran anak
jalanan menunjukkan bahwa keterlibatan anak dalam aktivitas ekonomi terutama
didorong oleh pendapatan orang tua yang pada umumnya bekerja di sektor informal
seperti, tukang becak, penjual sayur, kaki lima, buruh, dan pemulung yang
penghasilannya tidak tetap sehingga tidak cukup untuk menyejahterakan keluarga.
Memang pernah diidenti  kasi bahwa tidak semua anak jalanan adalah akibat dari
kemiskinan keluarga. Terdapat sebagian anak yang turun ke jalan sebagai
pemenuhan kebutuhan psikis belaka seperti keinginan untuk menyalurkan minat
dan berkumpul dengan rekan mereka. Sebagai contoh banyak anak yang tinggal di
jalanan sebagai anak-anak punk, ngamen dan hidup dalam tatanan versi mereka
(Mujiyadi, 2011: 2).

Universitas Sumatera Utara

Penghasilan orang tua tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga menimbulkan suatu fenomena di suatu perkotaan yang melibatkan anakanak yang terlibat dalam mencari uang setiap harinya untuk keluarga. Dengan
berperan serta dalam upaya pemenuhan kebutuhan keluargannya, anak ikut ambil
bagian dalam memikul beban ekonomi yang seharusnya menjadi tanggung jawab
orang tua. Adanya dorongan orang tua maupun dari keinginan sendiri, anak
mencari tambahan di jalan. Asra (1993) mengemukakan bahwa 35% orang tua akan

mengalami penurunan pendapatan rumah tangganya jika anak mereka berhenti
bekerja. Sedangkan Imawan (1999) menemukan bahwa 23.5% pandapatan anakanak yang bekerja diberikan untuk orang tuanya. Hal ini disebabkan anak-anak
membutuhkan pekerjaan justru karena keadaan ekonomi keluargannya yang miskin
(Usman & Nachrowi, 2004: 101).
Anak yang ingin bekerja dan mendapatkan penghasilan harus menghadapi
kehidupan dijalanan, hal ini dikarenakan anak dengan segala keterbatasannya tentu
tidak dapat memasuki dunia kerja yang formal, sehingga mereka menekuni
kehidupan jalanan. Lingkungan jalanan memungkinkan anak jalanan untuk
mengais rejeki tanpa mensyratkan berbagai ketentuan formal yang mustahil untuk
mereka penuhi. Faktanya, banyak dari kegiatan jalanan yang mempunyai nilai
ekonomis, yang kemudian menjadi mata pencaharian bagi anak jalanan seperti
tukang semir, pemulung, penjual koran, pedagang asongan, juru parkir, hingga
kegiatan ekonomis yang mengarah pada pelanggaran hukum, seperti mencuri kaca
spion mobil/motor, menjambret, melakukan pemerasan, mencuri jemuran. Dalam
bekerja mencari uang rata-rata anak menghabiskan waktu 5-12 jam sehari untuk
bekerja di jalanan dan hasil upah kerja merekapun masih harus diserahkan sebagian
kepada keluarga mereka atau pun kepada pembina kelompoknya (Tono, 2003: 59).

Universitas Sumatera Utara


Anak jalanan yang beraktivitas mencari uang untuk membantu orang tua,
meskipun masih hidup bersama keluarga, ternyata mereka juga tidak mendapatkan
pengasuhan yang selayaknya dari orang tua. Hal ini dikarenakan hubungan
keluarga telah diubah menjadi hubungan kerja, dimana anak diperlakukan sebagai
buruh sementara orang tua bertindak sebagai mandor atau bos. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh yayasan Lembaga Pengkajian Sosial Humana salah
satu tanda dari eksploitasi yang dilakukan oleh keluarga adalah adannya sejumlah
uang, kadang ditentukan jumlahnya yang harus diserahkan anak kepada keluarga
(Yayasan Lembaga Pengkajian Sosial Humana, 2004: 17).
Kehadiran anak-anak di jalanan adalah sesuatu yang dilematis. Disatu sisi
mereka dapat mencari nafkah dan medapatkan pendapatan, yang membuat mereka
bisa bertahan hidup dan dapat menopang kehidupan keluarga, namun disisi lain
mereka bermasalah, karena seringkali tindakannya merugikan orang lain. Mereka
terkadang melakukan tindakan tidak terpuji seperti sering berkata kotor,
mengganggu ketertiban jalan misalnya: memaksa pengemudi kendaraan bermotor
member uang, merusak body mobil dengan goresan dan melakukan tindakan
kriminal lainnya (Huraerah. 2007: 89).
Jumlah anak jalanan di Indonesia dari tahun ketahun mengalami
peningkatan. Hal ini dapat diketahui berdasarkan data Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial 2007, Departemen Sosial RI yang menunjukkan total anak

jalanan berjumlah 104.497 jiwa. Pada tahun 2008 jumlah anak jalanan di Indonesia
mengalami peningkatan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik mencatat terdapat
154.861 jiwa anak jalanan, dan tahun 2009 tercatat sebanyak 7,4 juta anak berasal
dari rumah tangga sangat miskin, termasuk diantaranya 1,2 juta anak balita
terlantar, 3,2 juta anak terlantar, 230,000 anak jalanan, 5,952 anak yang berhadapan

Universitas Sumatera Utara

dengan hukum dan ribuan anak-anak yang sampai saat ini hak-hak dasarnya masih
belum terpenuhi.
Di Kota Medan persebaran anak jalanan hampir merata disetiap
persimpangan-persimpangan jalan utama kota, pasar-pasar tradisional, terminalterminal bus dan pusat-pusat keramaian lainnya. Di jalan anak janalan melakukan
berbagai aktifitas untuk mencari uang yaitu sebagai pengamen, pedagang asongan,
penjual koran, penyemir sepatu, tukang sapu angkutan kota dan bus, pengemis dan
pemulung (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak, 2011:2).
Berdasarkan data yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan pada tahun
2007 di Sumatra Utara terdapat sekitar 5000 anak jalanan yang tersebar di seluruh
kabupaten dan kota. Pada tahun 2010 Dinas Sosial Sumatra Utara, memperkirakan
Jumlah anak jalanan di Sumatera Utara adalah 4.834 jiwa, dan untuk Kota Medan
sendiri ada 663 anak. Berbeda dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia

Daerah Sumatra Utara, yang memperkirakan anak yang berada di jalanan kota
medan mencapai 400 orang, baik yang menjadi pengemis, pengamen atau
menggelandang (waspada, 2012).
Kawasan Simpang Pos Medan merupakan pertemuan antara jalan Jamin
Ginting, Ngumban Surbakti dan jalan A. H. Nasution. Tempat ini merupakan salah
satu tempat yang cukup strategis bagi anak jananan dikarenakan dikawasan ini
padat lalulintas, banyak kendaraan yang melintas baik kendaraan umum maupun
kendaraan pribadi, lampu lalulintas yang ada dikawasan ini memiliki rentang waktu
yang cukup lama antara merah dan hijau sekitar dua menit yang kemudian
membuat anak jalanan dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk beraktifitas
mencari uang.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan pra survey yang dilakukan peneliti di kawasan ini terdapat
anak yang beraktifitas untuk mencari uang dengan menghabiskan waktu di jalanan
selama 4-5 jam. Aktifitas anak jalanan berbeda-beda berdasarkan jenis pekerjaan
mereka, mereka yang berdagang asongan umumnya mempunyai jam kerja yang
teratur yaitu dari pagi hingga sore hari, sedangkan mereka yang mengamen
umumnya mempunyai jam kerja yang tidak menentu mulai dari pagi, siang, atau

malam hari.
Aktivitas anak jalanan di kawasan Simpang Pos Medan pada umumnya
adalah sebagai pengamen, hal ini dikarenakan pekerjaan sebagai pengamen tidak
membutuhkan banyak tenaga, modal serta aktivitas ini dapat dilakukan kapan saja
baik pagi, siang, sore, atau malam hari. Sebagian besar pengamen melakukan
pekerjaannya secara individual namun ada pula yang melakukannya secara
berkelompok, yang terdiri dari 2-3 orang. Anak jalanan yang tidak memiliki uang
untuk membeli gitar dapat menyewa dengan harga Rp 10.000 per harinya.
Anak jalanan yang beraktivitas seperti mengasong, terdapat anak yang
hanya membantu orang tuannya berjualan di jalanan, seperti menawarkan aqua dan
koran kepada pengendara mobil maupun sepeda motor. Disamping itu terdapat pula
anak jalanan yang sudah memiliki dagangan sendiri sehingga tidak lagi berjualan
bersama orang tuannya, bagi yang tidak memiliki modal untuk berdagang mereka
dapat menjualkan dagangan milik orang lain (pemilik modal), keuntungan yang
diperoleh sebanyak 15 % dari hasil penjualan sisanya harus disetorkan kepada
pemilik modal.
Orang tua dari anak jalanan yang ada di kawasan Simpang Pos Medan pada
umumnya bekerja di sektor informal seperti penarik becak, penjual roti, penjual
baju bekas, dan pedagang asongan yang penghasilannya tidak menentu. Pendapatan


Universitas Sumatera Utara

yang tidak menentu membuat pemenuhan kebutuhan hidup keluarga kemudian sulit
untuk dipenuhi terlebih jika salah satu orang tua tidak adalagi yaitu bercerai atau
meninggal.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik
untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana sosial ekonomi anak jalanan melalui
penelitian yang hasilnya dituangkan kedalam skripsi dengan judul “Tinjauan Sosial
Ekonomi Anak Jalanan di Kawasan Simpang Pos Medan”

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka
penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:
“Bagaimana kondisi sosial ekonomi anak jalanan di kawasan Simpang Pos
Medan”?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
kondisi sosial ekonomi anak jalanan di kawasan Simpang Pos Medan.

1.3.2 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan bacaan bagi setiap
orang atau lembaga yang tertarik dalam penanggulangan masalah anak jalanan
khususnya anak jalanan yang berada di kota Medan.
1.4 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan uraian dan teori-teori yang berkaitan

dengan masalah dan objek yang akan diteliti seperti, konsep
anak jalanan yang terdiri dari: pengertian anak jalanan,
karakteristik anak jalanan, hak anak, konsep sosial yang
terdiridari: interaksi sosial, lingkungan sosial, konsep
ekonomi yang terdiri dari: kebutuhan pangan, sandang,
perumahan,

kesehatan

dan

pendidikan.

Pengertian

kesejahteraan, kerangka pemikiran, definisi konsep dan
definisi oprasional.
BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek
penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa
data.

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan penguraian tentang sejarah geografis dan
gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan
masalah objek yang diteliti.

BAB V

ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam

Universitas Sumatera Utara

penelitian beserta analisanya.
BAB VI

PENUTUP
Bab ini memuat tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan
saran atas penelitian yang telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara