Penggunaan Ekstrak Etanol Teh Hitam dalam Sediaan Hair Tonic

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Uraian Tanaman Teh
Tumbuhan teh (Camellia sinensis) familia dari Theaceae, diperkirakan

berasal dari pegunungan Himalaya dan daerah – daerah pegunungan yang
berbatasan dengan Republik Rakyat Cina, India, dan Birma. Tanaman ini dapat
tumbuh di daerah tropis dan subtropis, dengan menuntut cukup sinar matahari dan
hujan sepanjang tahun (Spillane, 1992).
2.1.1

Klasifikasi teh

Menurut Rukmana dan Yudiracman (2015), sistematika (toksonomi) tumbuhan,
tumbuhan teh diklasifikasikan sebagai berikut:
Kindom

: Plantea


Divisio

: Spermatophyta (tumbuhan biji)

Sub Divisio

: Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)

Kelas

: Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)

Subkelas

: Dialypetalae

Ordo (bangsa)

: Guttiferales (Clusiales)


Famili (suku)

: Camelliaceae (Theaceae)

Genus (marga)

: Camellia

Spesies

: Camellia sinensis L.

Varietas

: Sinensis

2.1.2

Morfologi tumbuhan teh
Daun teh berbau khas aromatik, rasanya agak sepet. Selain itu daun teh


mempunyai ciri–ciri ( morfologi ) sebagai berikut:

4
Universitas Sumatera Utara

1. Helai–helai daun yang cukup tebal, kaku, berbentuk sudip melebar sampai
sudip memanjang, panjangnya tidak lebih dari 5 cm, bertangkai pendek.
2. Permukaan daun bagian atas mengkilat, pada daun muda permukaan
bawahnya berambut jika telah tua menjadi licin.
3. Tepi daun bergerigi, agak tergulung ke bawah, berkelenjar yang khas dan
terbenam (Kartasapoetra, 1992).
3.1.3

Kandungan teh

1. Daun teh mengandung zat – zat yang berguna bagi tubuh. Di antaranya
polifenol, teofilin, teobromin, flavonoid, vitamin C, vitamin E, katekin,
kafein, serta beberapa mineral (Mangan, 2003).
2. Zat flavonoid berfungsi sebagai penangkal radikal bebas yang dapat

mengacaukan sistem keseimbangan tubuh dan memicu timbulnya kanker dan
tumor. Katekin pada daun teh dapat menurunkan kolesterol darah dan
mengurangi kemungkinan terserang kanker (Kartasapoetra, 1992).
4. Meskipun bermanfaat bagi kesehatan, meminum teh secara berlebihan tidak
baik. Hal ini disebabkan di dalam teh terkandung kafein meskipun tidak
setinggi yang terkandung dalam kopi. Terlalu tingginya jumlah kafein yang
dikonsumsi menyebabkan gangguan, seperti insomnia, dan ketidakteraturan
kerja jantung. Minum teh sebaiknya dilakukan 2 cangkir sehari (Mangan,
2003).
5. Kandungan kafein yang terdapat di dalam teh jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan pada kopi. Meskipun demikian itu tidak mengurangi manfaat
dari kafein tersebut. Kafein bersifat sebagai mild stimulant pada sistem saraf
pusat sehingga memperlancar sirkulasi darah ke otak. Dengan minum teh

5
Universitas Sumatera Utara

secara teratur akan meningkatkan daya ingat, memacu kecerdasan kognitif,
dan perasaan senang (Manitto, 1992).


2.2 Jenis Teh
Ada 4 (empat) jenis teh yang sudah akrab bagi orang indonesia: teh
oolong, teh hitam, teh hijau, teh putih. Keempatnya dibedakan berdasarkan proses
pengolahan. Kualitas teh tinggi apabila dipetik dari lembar pucuk pertama sampai
ketiga. Sebab dalam ketiga lembar daun itu kandungan katekin penambah rasa
segar dan kafein tinggi. Katekin sendiri merupakan senyawa polifenol yang kaya
antioksidan (Mulja, 1995).
2.2.1

Teh oolong
Teh oolong adalah teh hasil semioksidasi enzimatis alias tidak bersentuhan

lama dengan udara saat diolah. Teh oolong terletak diantara teh hijau dan teh
hitam. Fermentasi terjadi namun hanya sebagian (30-70%). Hasilnya, warna teh
menjadi cokelat kemerahan. Teh oolong biasa disajikan dalam upacara pernikahan
dan sebagai teman menyantap hidangan laut.
2.2.2 Teh hijau
Teh hijau diolah tanpa mengalami oksidasi, tidak memberi kesempatan
terjadinya fermentasi. Setelah layu daun langsung digulung, dikeringkan, dan siap
untuk dikemas. Biasanya pucuk teh diproses langsung dengan uap panas (steam)

atau digoreng (pan frying) untuk menghentikan aktifitas enzim. Warna hijau tetap
bertahan dan kandungan taninnya relatif tinggi. Teh hijau dipercaya menurunkan
bobot tubuh, hal ini disebabkan kandungan polifenolnya tinggi.

6
Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Teh hitam
Teh hitam didapat dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun terluka
dan mengeluarkan getah. Getah itu bersentuhan dengan udara sehingga
menghasilkan senyawa tea flavin dan terubigin. Artinya, daun teh mengalami
perubahan kimiawi sempurna sehingga hampir semua kandungan katekin
terfermentasi menjadi tea flavin dan tearubigin. Warna hijau bakal berubah
menjadi kecoklatan dan selama proses pengeringan menjadi hitam. Teh hitam
paling dikenal luas dan banyak dikonsumsi. Tea flavin menurunkan warna merah
kekuning-kuningan dalam setiap seduhan. Tearubigin memberi kombinasi warna
coklat kemerahan dan kuning. Soal rasa seperti katekin, tea flavin memberi
kesegaran (Sujayanto, 2008).
2.2.4 Teh putih
Teh putih dipercaya memiliki lebih banyak manfaat daripada teh hijau,

disebut teh putih karena saat diseduh warna air hanya sedikit berubah menjadi
kekuningan. Dari teh ini diambil dari pucuk daun yang masih menggulung yang
memiliki kandungan kafein paling tinggi (Sujayanto, 2008).
2.3

Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil
ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan.
Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah bahan alamiah

7
Universitas Sumatera Utara

yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen, POM., 2000).
Metode ekstraksi

Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi:
1. Cara dingin
Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari:
a. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang
(kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan
yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan
seterusnya.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang baru sampai sempurna
(exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses
terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh
ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2. Cara panas
Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari:


8
Universitas Sumatera Utara

a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
b. Soxhletasi
Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 4050°C.
d. Infundasi
Infundasiadalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C)
selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekoktasi

Dekoktasi adalah infus dengan waktu yang lebih lama (30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air.
2.4

Rambut

2.4.1 Anatomi rambut
Rambut dapat menyerap air dan bahan kimia dari luar.Komposisi rambut
terdiri atas zat karbon ± 50%,hydrogen 6%, nitrogen 17%, sulfur 5% dan oksigen

9
Universitas Sumatera Utara

20%. Rambut mudah dibentuk dengan mempengaruhi gugus disulfida, misalnya
dengan pemanasan atau bahan kimia (Wasitaatmadja,1997).
2.4.1.1 Bagian-bagian rambut
Bagian-bagian rambut yang terdiri dari tiga bagian sebagai berikut:
a.

Ujung rambut

Pada ujung rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum/tidak pernah

dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.
b.

Batang rambut
Batang rambut adalah bagian rambut yang berada di atas permukaan kulit

berupa benang-benang yang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin. Pada
potongan melintang, batang rambut dapat dibedakan menjadi tiga lapisan yang
tersusun teratur secara konsentris.
1. Selaput rambut (kutikula)
Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas selsel tanduk yang pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Kutikula ini berfungsi
sebagai pelindung rambut dari kekeringan dan masuknya bahan asing ke dalam
batang rambut (Barel, et al., 2009).
2. Kulit rambut (korteks)
Korteks terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun
secara memanjang, dan mengandung melanin. Granul-granul pigmen yang
terdapat pada korteks ini akan memberikan warna pada rambut. Sel-sel tanduk
terdiri atas serabut-serabut keratin yang tersusun memanjang. Tiap serabut
terbentuk oleh molekul-molekul keratin seperti tali dalam bentuk spiral (Bariqina
dan Ideawati, 2001).

10
Universitas Sumatera Utara

3. Sumsum rambut (medulla)
Sumsum rambut terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut
yang dibentuk oleh keratin

yang tersusun sangat renggang dan membentuk

semacam jala sehingga terdapat rongga - rongga yang berisi udara.
c.

Akar rambut
Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam miring di dalam kulit

dan terselubung oleh folikel rambut.
Bagian-bagian dari akar rambut sebagai berikut:
1.

Folikel
Folikel

merupakan

saluran

menyerupai

tabung,

berfungsi

untuk

melindungi akar rambut, mulai permukaan kulit sampai bagian terbawah umbi
rambut.
2.

Papil rambut
Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak di

bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut.
Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam-macam zat yang
diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya sel-sel tunas rambut, zat protein
yang membentuk keratin, zat makanan untuk rambut, zat melanosit yang
membentuk melanin.
3.

Umbi rambut (matriks)
Matriks adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian

akar rambut ini berbeda dengan struktur batang rambut. Pada umbi rambut
melekat otot penegak rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada
suatu rangsangan dari luar tubuh (Bariqina dan Ideawati, 2001).

11
Universitas Sumatera Utara

2.4.1.2 Struktur rambut
Rambut dapat berwujud tebal atau kasar, halus atau tipis, dan normal atau
sedang.Struktur rambut memberi perbedaan pada penampang melintang rambut:
Rambut yang lurus, bentuk penampangnya bulat dan panjang. Bila
dikeriting, bentuk penampangnya tidak berubah.
a. Rambut yang berombak, bentuk penampangnya oval dan panjang.
b. Rambut yang keriting, bentuk penampangnya pipih dan panjang. Bila
diluruskan, bentuk penampangnya tidak berubah.
Struktur rambut berhubungan pula dengan bentuk folikel atau kantong rambutnya:
a.

Rambut lurus mempunyai folikel seperti silinder lurus

b.

Rambut berombak mempunyai folikel seperti silinder yang melengkung

c.

Rambut keriting mempunyai folikel seperti silinder yang melengkung
menyerupai busur ((Diana dan Wahini, 2014).

2.4.1.3 Tekstur rambut
Tekstur rambut adalah sifat-sifat rambut yang dapat ditentukan dengan
penglihatan, perabaan, atau pegangan.
Sifat - sifat rambut sebagai berikut:
a. Kelebatan rambut
Kelebatan rambut dapat ditentukan dengan melihat banyaknya batang
rambut yang tumbuh di kulit kepala, rata-rata 90-130 helai rambut halus setiap
cm2. Banyaknya rambut yang tumbuh diseluruh kulit kepala berkisar antara
80.000- 120.000 helai tergantung pada halus kasarnya rambut seseorang (Bariqina
dan Ideawati, 2001; Tranggono dan Latifah, 2007).

12
Universitas Sumatera Utara

b. Kasar licinnya permukaan rambut
Kasar licinnya rambut ditentukan melalui perabaan. Permukaan rambut
dikatakan lebih kasar jika sisik-sisik selaput rambut tidak teratur satu dengan yang
lain. Hal ini dapat juga disebabkan oleh kotoran yang menempel pada permukaan
rambut.
c. Tebal halusnya rambut
Tebal halusnya rambut dapat ditentukan oleh banyaknya zat tanduk dalam
kulit rambut. Pada umumnya, rambut yang berwarna hitam dan coklat lebih tebal
daripada rambut merah atau pirang. Rambut di pelipis lebih halus daripada rambut
di daerah lain (Bariqina dan Ideawati, 2001; Ditjen, POM., 1985).
d. Kekuatan rambut
Sifat ini tergantung pada banyaknya dan kualitas zat tanduk dalam rambut.
Kekuatan rambut dapat diketahui dengan cara meregangkan rambut sampai putus.
e. Daya serap rambut
Daya serap rambut adalah kemampuan rambut untuk mengisap cairan.
Daya serap tergantung dari keadaan lapisan kutikula, yaitu lapisan rambut paling
luar mempunyai sel-sel seperti sisik. Selaput rambut yang sisik-sisiknya terbuka
dan zat tanduk yang keadaanya kurang baik akan meningkatkan daya serap
rambut. Rambut di puncak kepala memiliki daya serap terbaik.
f. Elastisitas rambut
Elastisitas rambut adalah daya kemampuan rambut yang memanjang bila
ditarik dan kembali kepada panjang semula jika dilepas. Normalnya, daya
elastisitas rambut dapat mencapai kira-kira 20-40 dari panjang asli rambut.

13
Universitas Sumatera Utara

Elastisitas pada rambut basah dapat mencapai 40-50% lebih panjang dari keadaan
semula.
g. Plastisitas rambut
Plastisitas rambut adalah sifat mudah tidaknya rambut dapat dibentuk
(Bariqina dan Ideawati,2001).
2.4.1.4 Jenis rambut
a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu:
1. Rambut lanugo/velus
Rambut lanugo/velus adalah rambut yang sangat halus dengan pigmen
sedikit. Rambut terdapat diseluruh tubuh kecuali di bibir, telapak tangan, dan
kaki. Rambut ini tumbuh pada pipi, dahi, tengkuk dan tangan (Djuanda, dkk.,
2010).
2. Rambut terminal
Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta
berpigmen banyak. Terdapat di kepala, alis, bulu mata, ketiak, dan genitalia
eksterna.
b. Jenis rambut menurut sifatnya, yaitu:
1.

Rambut normal
Rambut dapat dikatakan normal, apabila tidak terlalu berminyak, tidak

terlalu kering serta bersih dari ketombe. Rambut normal lebih mudah
pemeliharaannya. Serta tidak terlalu kaku sehingga mudah dibentuk menjadi
berbagai jenis model rambut.
2.

Rambut berminyak

14
Universitas Sumatera Utara

Jenis rambut ini memiliki kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan
sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak kelihatan mengkilap, tebal,
dan lengket.
3.

Rambut kering
Rambut ini biasanya berwarna kemerah-merahan dan agak kaku, dan

biasanya jenis rambut ini ujungnya bercabang atau pecah sehingga rambut kurang
bagus (Bariqina dan Indeawati, 2001; Ditjen, POM., 1985).
2.4.2 Fisiologi rambut
2.4.2.1 Pertumbuhan rambut
Pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam
kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata di seluruh
permukaan kulit. Di akhir bulan ke- 6 atau awal bulan ke- 7 usia kandungan,
rambut pertama sudah mulai tumbuh di permukaan kulit, yaitu berupa rambut
Lanugo. Kemudian menjelang bayi lahir rambut bayi ini akan rontok, diganti
dengan rambut terminal. Rambut tidak mengalami pertumbuhan secara terus
menerus. Pada waktu tertentu pertumbuhan rambut terhenti dan setelah
mengalami istirahat sebentar, rambut akan rontok sampai ke matriks rambut.
Sementara itu, papil rambut sudah membuat persiapan rambut baru sebagai
penggantinya (Tranggono dan Latifah, 2007; Rostamailis, et al., 2008).
Menurut siklus pertumbuhannya, rambut dibedakan dalam 3 fase yaitu:
a. Fase anagen (fase pertumbuhan)
Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus
membentuk rambut secara mitosis. Fase anagen akan berlangsung selama 2 - 6
tahun.

15
Universitas Sumatera Utara

b. Fase katagen (fase peralihan)
Fase ini hanya berlangsung beberapa minggu. Selama fase peralihan,
rambut berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil
rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok.
c. Fase telogen (fase istirahat)
Fase ini berlangsung selama 90 - 100 hari. Pada akhir fase ini, fase rambut
beralih ke fase anagen secara spontan (Rostamailis,et al., 2008). Siklus
pertumbuhan rambut dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1Siklus pertumbuhan rambut (Djuanda, et al., 2010).
2.4.2.2 Faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rambut:
1.

Hormon
Hormon yang berperan adalah androgen, estrogen, tiroksin, dan

kortikosteroid. Hormon androgen dapat mempercepat pertumbuhan dan
menebalkan rambut di daerah janggut, tetapi pada kulit kepala penderita alopesia
androgenetik hormon androgen bahkan memperkecil diameter batang rambut serta

16
Universitas Sumatera Utara

memperkecil waktu pertumbuhan rambut anagen. Pada wanita aktivitas hormon
androgen akan menyebabkan hirsutisme, sebaliknya hormon estrogen dapat
memperlambat pertumbuhan rambut.
2.

Metabolisme

3.

Nutrisi
Malnutrisi berpengaruh pada pertumbuhan rambut terutama malnutrisi

protein dan kalori. Pada keadaan ini rambut menjadi kering dan kusam. Adanya
kehilangan pigmen setempat sehingga rambut tampak berbagai warna.
Kekurangan vitamin B12, asam folat, dan zat besi juga dapat menyebabkan
kerontokan rambut (Djuanda, et al., 2010).
2.5. Tonik Rambut (Hair Tonic)
Sediaan perangsang pertumbuhan rambut (hair tonic) adalah sediaan
kosmetik yang digunakan untuk melebatkan pertumbuhan rambut atau
merangsang pertumbuhan rambut pada kebotakan dan rambut rontok (Depkes,
RI.,1985).
Bahan utama yang terdapat dalam sediaan tonik rambut ada dua, yaitu zat
pelarut dan zat khasiat. Zat pelarut yang umum digunakan untuk sediaan bentuk
larutan adalah air, alkohol dan gliserin (Depkes, RI., 1985).
Kadar alkohol yang digunakan hendaknya serendah mungkin karena kadar
alkohol yang tinggi dapat melarutkan kompleks protein-asam lemak rambut,
sehingga dapat menyebabkan terputusnya struktur protein (Depkes, RI., 1985).
Zat khasiat yang digunakan untuk sediaan tonik rambut mempunyai efek
antara lain, membersihkan, menghilangkan atau mencegah ketombe, memperbaiki

17
Universitas Sumatera Utara

sirkulasi darah kulit kepala, memperbaiki dan memulihkan sekresi kelenjar sebum
dan merangsang pertumbuhan rambut (Depkes, RI., 1985).
2.5.1

Keuntungan sediaan hair tonic
Sediaan hair tonic dipilih karena bentuknya yang berupa larutan sehingga

mudah diaplikasikan dan tidak lengket seperti sediaan semisolid sehingga tidak
meninggalkan kerak yang dapat memicu terbentuknya ketombe(Tranggono,
2007).
2.5.2Bahan pembantu sediaan hair tonic
Kandungan sediaan hair tonic yang digunakan yaitu:
2.5.2.1 Etanol 96%

Pemerian etanol berupa cairan tidak berwarna, mudah menguap, jernih,
dan berbau khas. Etanol mudah bercampur dengan air dan praktis bercampur
dengan semua pelarut organik. Dalam formula sediaan ini, etanol digunakan
sebagai pelarut sekaligus antimikroba (Rowe, et al.,2009).
2.5.2.2 Propil paraben (nipasol)
Bahan ini secara luas digunakan sebagai bahan pengawet dalam kosmetik,
makanan dan produk farmasi. Dalam sediaan topikal, konsentrasi yang umum
digunakan adalah 0,01-0,6%. Bahan ini sangat larut dalam aseton, eter dan
minyak; mudah larut dalam etanol (1:1), metanol dan propilen glikol (1:3,9);
sangat sedikit larut dalam air (Rowe, et al., 2009).
2.5.2.3 Natrium metabisulfit
Zat ini umumnya digunakan sebagai antioksidan pada sediaan oral,
parenteral dan topikal. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,01-0,1%. Natrium

18
Universitas Sumatera Utara

metabisulfit larut dalam air dan sukar larut dalam propilen glikol (Rowe, et al.,
2009).
2.5.2.4 Metil paraben (nipagin)
Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih;
tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya
yaitu sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon tetraklorida; mudah
larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 80°C. Penggunaan dalam
sediaan topikal sebanyak 0,02%-0,3% sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8
(Rowe, et al., 2009).
2.5.2.5 Propilen glikol
Pemerian propilen glikol adalah cairan kental,jernih, tidak berwarna, rasa
khas,

praktis

tidak

berbau,

menyerap

air

pda

udara

lembab.

Dapat

bercampurdengan air dengan aseton dan dengan kloroform, larut dalam eter, dan
beberapa minyak essensial; tetapi tidak bercampur dengan minyak lemak.
Konsentrasi 15%. Kegunaan sebagai humektan(Rowe, et al., 2009).
2.5.2.6 Mentol
Pemerian mentol ialah serbuk kristal tidak berwarna dengan bau dan rasa
khas. Mentol tidak tercampurkan dengan timol, resorsin, kloral hidrat, dan
pirogalol. Kegunaan mentol ialah digunakan sebagai pemberi sensasi dingin pada
sediaan topikal dan juga untuk memberi bau. Mentol larut dalam etanol dan dapat
juga digunakan sebagai peningkat penetrasi ke kulit. Pada sediaan kosmetik,
penggunaannya berkisar 0,1-2,0% (Rowe,et al., 2009).

19
Universitas Sumatera Utara

2.5.2.7 Tween 80
Pemerian tween 80 adalah cairan kental, transparan, tidak berwarna dan
tidak berasa. Tween 80 larut dalam etanol dan air, tidak larut dalam minyak
mineral. Kegunaannya sebagai agen pensolubilisasi dan agen pembasah. Sebagai
agen pensolubilisasi penggunaannya sekitar 1-15% sedangkan sebagai pembasah
dapat digunakan dalam konsentrasi 0.1-3% (Rowe, et al., 2009).
2.5.2.8 Akuades
Air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan disebut aquadest,
sehingga lebih bebas dari kotoran maupun mikroba. Air murni digunakan dalam
sediaan-sediaan yang membutuhkan air, terkecuali untuk parenteral, aquadest
harus disterilkan dahulu (Rowe, et al., 2009).

20
Universitas Sumatera Utara