Diet Suplementasi Ekstrak Umbi Jalar Dari Empat Varietas Yang Kaya Asam Folat Serta Pengaruhnya Terhadap Fertilitas Induk dan Morfologi Janin Mencit

TINJAUAN PUSTAKA

Ubi Jalar
Ubi jalar mempunyai nama ilmiah Ipomea batatas L. Berikut taksonomi dan
klasifikasi tanaman ubi jalar (Malik, 2003) adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae


Ordo

: Concolvulales

Famili

: Concolvulaceae

Genus

: Ipomea

Species

: Ipomea batatas L Sin

Varietas ubi jalar yang dikenal di Indonesia umumnya dikelompokkan berdasarkan
warna daging ubi jalar yaitu berwarna putih, kuning, merah, dan ungu (Rosidah, 2010).
Ubi jalar oranye (Var. Beta 1)
Karakteristik ubi jalar ini adalah memiliki warna oranye muda hingga oranye tua.

Adanya kandungan senyawa betakaroten berfungsi sebagai provitamin A dan memberikan
warna pada ubi ini. Ubi jalar oranye memiliki kandungan vitamin C dan B yang cukup
tinggi (Claudia, dkk., 2015). Deskripsi ubi jalar Var. Beta 1 dapat dilihat pada (Lampiran
1) (IPB Bogor, 2009). Secara fisik penampakkan ubi jalar oranye dapat dilihat pada
Gambar 1.

6
Universitas Sumatera Utara

7

Gambar 1. Ubi jalar oranye (Wikipedia, 2015b)
Ubi jalar kuning (Var. Kalasan)
Karakteristik ubi jalar kuning (Var. Kalasan) adalah bentuk ubi agak lonjong
dengan permukaan kulit tidak merata, warna daging kuning, dan lebih lunak (basah) yang
menyebabkan kandungan patinya juga lebih rendah hanya berkisar 13-19% (Pantastico,
1986).

Deskripsi Var. Kalasan dapat dilihat pada (Lampiran 2) (IPB Bogor, 2009).


Penampakkan ubi jalar kuning dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Ubi jalar kuning (Wikipedia, 2015c)
Ubi jalar madu (Var. Sari)
Ubi jalar merupakan ubi jalar yang memiliki bentuk ubi bulat dengan permukaan
kulit tidak rata, dagingnya lebih keras, warnanya merah pada bagian tengah, dan putih
bagian dekat permukaan kulit serta rasa yang tidak terlalu manis. Memiliki vitamin A
(retinol) dan serat untuk kesehatan usus (Deptan, 2013). Deskripsi ubi jalar Var. Sari dapat
dilihat pada (Lampiran 3) (IPB Bogor, 2009). Penampakkan ubi jalar madu dapat dilihat
pada Gambar 3.

Universitas Sumatera Utara

8

Gambar 3. Ubi jalar madu (Wikipedia, 2015d)
Ubi jalar ungu (Var. Ayamurasaki)
Karakteristik ubi jalar ini yaitu memiliki bentuk ubi yang lonjong dengan
permukaan yang rata, warna daging ungu muda sampai ungu pekat, dagingnya bertekstur
keras akibat kandungan air yang rendah, dan rasanya manis. Keunggulan ubi jalar ungu

yaitu pigmen antosianin yang berperan sebagai antioksidan dengan jumlah yang tinggi
secara signifikan dibandingkan dengan varietas lainnya (Rosidah, 2010). Deskripsi ubi
jalar Var. Ayamurasaki dapat dilihat pada (Lampiran 4) (IPB Bogor, 2009). Penampakkan
fisik ubi jalar ungu dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Ubi jalar ungu (Wikipedia, 2013e)

Kandungan Gizi Ubi Jalar
Kandungan gizi utama ubi jalar adalah karbohidrat, selain itu mengandung
komponen makromolekul lainnya yang berperan menghasilkan energi. Selain itu ubi jalar
mengandung komponen seperti mineral, serat, dan vitamin serta komponen lain yang
memiliki peranan fisiologis di dalam tubuh. Ubi jalar merupakan jenis bahan pangan yang
memiliki fungsi fisiologis yang sangat baik bagi kesehatan dan memiliki potensi untuk

Universitas Sumatera Utara

9

dikembangkan menjadi berbagai jenis produk olahan. Ubi jalar memiliki kandungan
vitamin B yaitu B6 dan folat (B9) yang berperan dalam mencegah terjadinya inflamasi

pertumbuhan dan perkembangan sel otak (Jaya, 2013). Kandungan gizi pada berbagai
varietas ubi jalar dalam 100 g dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kandungan gizi ubi jalar dalam 100 g
No Komposisi gizi
Ubi
Ubi
putih
Merah
1
Kalori (kal)
123,00
123,00
2
Protein (g)
1,80
1,80
3
Lemak (g)
0,70
0,70

4
Karbohidrat (g) 27,90
27,90
5
Kalsium (mg)
30,00
30,00
6
Fosfor (g)
49,00
49,00
7
Zat besi (mg)
0,70
0,70
8
Natrium (mg)
9
Kalium (mg)
10 Niacin (mg)

11 Vitamin A (SI)
60,00
7.700
12 Vitamin
B1 0,90
0,900
(mg)
13 Vitamin
B2 (mg)
14 Vitamin C (mg) 22,00
22,00
15 Air (g)
68,50
68,50
16 Gula Reduksi
17 Serat
18 BDD (%)
86,00
86,00
19 Anthosianin

-

Ubi
kuning
136,00
1,10
0,40
32,30
57,00
52,00
0,70
5,00
393
0,60
900,00
0,10
0,04
35,00
0,30
86,00

-

Ubi
Ungu
123,00
0,77
0,94
27,64
30,00
49,00
0,70
7.700
0,90
21,34
70,46
0,30
0,30
86,00
110,51


Sumber : Sarwono, 2005

Komposisi kimia pada ubi jalar dipengaruhi oleh varietas, lokasi, dan musim tanam
(Herawati dan Widowati, 2009). Salah satu komposisi kimia adalah kadar air yang sangat
dipengaruhi oleh umur panennya. Panen yang terlalu muda memiliki kadar air yang lebih
tinggi dibandingkan dengan panen tua (Asgar dan Marpaung, 1998). Pengurangan kadar
air disebabkan terjadinya transpirasi dari hasil respirasi (Sinaga, 1980). Sementara untuk
kandungan pati pada ubi jalar jumlahnya dipengaruhi oleh umur tanaman dan
penyimpanan setelah panen (Anggraeni dan Yuwono, 2014, Antarlina dan Utomo, 1999).

Universitas Sumatera Utara

10

Tepung ubi Jalar
Tepung ubi jalar merupakan produk hasil pengolahan ubi jalar segar yang sudah
terjadi pengurangan kadar air setelah dilakukan proses pengolahan berupa pengeringan.
Pengeringan yang digunakan dapat secara alami atau dengan menggunakan alat pengering.
Tujuan pengolahan ubi jalar menjadi tepung atau produk setengah jadi sehingga dapat
memperpanjang masa simpan dan memperkecil volume ruang penyimpanan. Sifatnya yang

praktis sehingga jaminan ketersediaan tepung ubi jalar sangat efektif digunakan sebagai
bahan baku industri pangan dan non-pangan. Varietas ubi jalar yang bervariasi akan
menghasilkan berbagai tepung ubi jalar (Claudia, dkk., 2015). Kandungan gizi pada tepung
ubi jalar dalam 100 g dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kandungan gizi tepung ubi jalar dalam 100 g
Komposisi kimia
Jumlah
Air (%)
7,0
Protein (%)
3,16
Lemak (%)
0,5
Abu (%)
2,13
Karbohidrat (%)
85,26
Serat (%)
1,95
Sumber : Claudia, dkk., 2015

Kadar air maksimal yang aman untuk penyimpanan tepung ubi jalar sebesar 15%.
Perbedaan kandungan kadar air pada ubi jalar sangat dipengaruhi oleh tahapan proses yaitu
pengeringan (Antarlina, 1998). Menurut Purnomo (1995) air bebas sangat mudah hilang
akibat pemanasan.
Kadar abu merupakan kandungan mineral yang terdapat di dalam suatu bahan,
tinggi rendahnya kadar abu disebabkan oleh proses pencucian yang menyebabkan
kandungan mineral yang terlarut (de Man, 1989). Menurut Sudarmadji, dkk. (1996)
kandungan abu dapat menurun disebabkan terdapat senyawa-senyawa yang mudah

Universitas Sumatera Utara

11

menguap seperti K, Na, Ca, Cl, dan P pada saat pemijaran. Kadar abu maksimal yang
terkandung pada ubi jalar sebesar 2,38% (Widjanarko, 2008).
Kadar lemak dipengaruhi oleh kandungan pigmen yang terdapat di dalam suatu
bahan. Pigmen betakaroten merupakan pigmen yang bersifat lipofilik yang larut dalam
lemak sehingga adanya pigmen ini dapat mempertahankan lemak tepung ubi jalar (Dutta,
dkk., 2005). Pigmen betakaroten bersifat sebagai antioksidan yang terbukti mencegah
proses oksidasi lemak (Silalahi, 2006). Sementara untuk kadar protein dipengaruhi adanya
perlakuan pemanasan yang dapat menurunkan kandungannya di dalam suatu bahan.
Protein merupakan senyawa yang sangat mudah mengalami kerusakan akibat proses
pengolahan yang menggunakan panas. Protein sangat mudah rusak akibat reaksi Maillard
yang terjadi pada suhu 30-35 oC (de Man, 1989).
Kadar karbohidrat selain dipengaruhi oleh pascapanen, umur panen, dan
lingkungan panen juga dipengaruhi oleh varietas dan umur panennya (Kurnia, 2008).
Kandungan karbohidrat pada tepung ubi jalar sangat dipengaruhi oleh perbedaan umur
panen dan lingkungan tumbuhnya (Widjanarko, 2008). Karbohidrat yang terdapat pada
bahan nabati yaitu gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat
molekul tinggi seperti pati, pektin, selulosa dan lignin. Selulosa dan lignin berperan
sebagai penyusun dinding sel sehingga dapat melindungi komponen yang ada di dalamnya
(Winarno, 1982).
Pati alami dapat berasal dari umbi-umbian yang belum diolah dan belum
mengalami perubahan secara fisik dan kimia (Rismana, 2006). Pati merupakan
homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik yang terdiri dari dua fraksi yaitu larut air
(amilosa) dan tidak larut air (amilopektin). Fraksi dominan yang terdapat pada ubi jalar
adalah fraksi larut air. Pati dengan jumlah fraksi larut air dalam jumlah banyak memiliki

Universitas Sumatera Utara

12

ukuran granula pati yang lebih besar sehingga suhu gelatinisasi lebih tinggi dan tahan
terhadap proses pemanasan (Murtiningrum, dkk., 2012).

Folat
Folat (C19H19N7O6) memiliki nama latin yaitu asam N-p-2-amino-4-hidroksi-6pteridinil metil amino benzoil-L-glutamat dengan berat molekul sebesar 441,40 g/mol.
Karakteristik folat yaitu serbuk berwarna kuning atau jingga kekuningan, tidak berbau,
larut dalam air, tidak larut dalam etanol 95%, kloroform, eter, aseton, dan dalam benzen,
mudah larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer panas (Arcot dan Shrestha, 2005).
Berdasarkan karakteristik kimianya folat dibuat dari bicyclic pterin yang diikat oleh
jembatan metilen dan asam paraaminobenzoat (Fiqueiredo, dkk., 2009).
Folat merupakan senyawa yang sangat mudah diserap oleh tubuh dibandingkan
turunannya. Folat dalam bahasa latin disebut folium artinya daun merupakan jenis vitamin
yang memiliki karakteristik larut dalam air dan mudah rusak karena panas. Folat yang
terdapat di dalam tanaman dalam bentuk tereduksi yang sifatnya labil dan mudah
direduksi. Sebanyak 50-95% folat bisa hilang karena pemanasan dan pengolahan
(Almatsier, 2001). Beberapa jenis tanaman diketahui mengandung folat yaitu sayuran
seperti bayam, brokoli, pok coy dan asparagus (BPOM, 2008). Folat terdiri dari 3 gugus
yaitu pterin, p-amino benzoic acid (PABA) dan asam glutamat (Prawirokusumo, 1991).
Struktur folat dapat dilihat pada Gambar 5.

Universitas Sumatera Utara

13

Gambar 5. Struktur kimia folat (Fiqueiredo, dkk., 2009)

Fungsi Folat
Folat sangat dibutuhkan dalam sintesis DNA dan RNA serta mempertahankan sel
baru. Folat juga berfungsi mencegah perubahan DNA dan mensintesis asam nukleat. Oleh
karena itu defisiensi folat dapat menyebabkan terhalangnya proses sintesis DNA dan
pembelahan sel (Fiqueiredo, dkk., 2009). Folat dalam bentuk tereduksi yaitu asam
tetrahidrofolat (THFA) berperan dalam sintesis purin-purin guanin dan adenin serta
pirimidin timin, yaitu senyawa-senyawa yang digunakan dalam pembentukan asam-asam
deoksiribonukleat (DNA) dan asan ribonukleat (RNA) (Almatsier, 2001).
Folat juga berperan untuk membantu pembelahan sel, mencegah anemia,
menurunkan resiko NTD (Neural Tube Deffects) dan sebagai antidepresan.

Folat

dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah dan sel darah putih dalam sumsum tulang.
Pengaruh signifikan dari kandungan asupan folat terhadap ibu hamil yaitu dapat
menimbulkan sejumlah gangguan pada pertumbuhan janin sehingga akan menghasilkan
bayi cacat fisik ataupun mental pada saat dilahirkan. Kelainan seperti kecacatan otak dan
sumsum tulang belakang, bibir sumbing, berat badan rendah, kelainan pembuluh darah,

Universitas Sumatera Utara

14

lepasnya plasenta sebelum waktunya, gangguan buang air kecil dan besar, anak tidak bisa
berjalan serta saat dewasa tidak menstruasi, dan memiliki sifat sangat mudah emosi
(Martini, dkk., 2013).
Asupan Folat Harian
Pada dasarnya asupan folat secara alami dapat diperoleh dari makanan. Oleh karena
itu di negara berkembang asupan folat secara alami memang terdapat di dalam makanan
(FAO/WHO, 2001). Namun folat yang terdapat pada makanan dalam bentuk alami sangat
mudah rusak. Hal ini yang menyebabkan stabilitas dari folat mudah mengalami perubahan
dan penurunan. Penggunaan folat alami sangat aman untuk dikonsumsi, meskipun
demikian tetap harus memperhatikan jumlah asupan yang dapat dikonsumsi. Estimasi
kebutuhan rata-rata dan rekomendasi asupan folat harian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Estimasi kebutuhan rata-rata dan rekomendasi asupan folat harian
Group
EAR (μg/hari)
RNI (μg/hari)
Bayi dan anak-anak
0-6 bulan
65
80
7-12 bulan
65
80
1-3 tahun
120
160
4-6 tahun
160
200
7-9 tahun
250
300
Remaja, 10-18 tahun
300
400
Dewasa
19-65 tahun
320
400
65+ tahun
320
400
Ibu hamil
520
600
Ibu menyusui
450
500
Sumber : US National Academy of Sciences, 1998
(EAR : Estimated Average Requirement, RNI : Recommended Nutrient Intake)

Metabolisme Folat
Folat yang terdapat dalam bahan sebagai poliglutamat yang terlebih dahulu harus
dihidrolisis menjadi bentuk monoglutamat di dalam mukosa usus halus, sebelum
ditransportasikan secara aktif ke dalam sel usus halus. Pencernaan ini dilakukan oleh
enzim hidrolase, sementara hidrolisis poliglutamat folat dibantu oleh seng. Kemudian

Universitas Sumatera Utara

15

monoglutamat folat diikat oleh reseptor folat yang diubah di dalam sel menjadi 5-metil
tetrahidrofolat menuju ke hati. Jumlah simpanan folat dalam tubuh orang dewasa sebanyak
7,5 mg. Hati merupakan tempat penyimpanan utama folat dan tempat mengubah 5-metil
tetrahidrofolat menjadi asam tetrahidrofolat (THFA) dan gugus metil diberikan

pada

metionin (Almatsier, 2001).
Tetrahidrofolat kemudian bereaksi dengan enzim poliglutamat sintetase untuk
membentuk kembali poliglutamil folat yang kemudian berikatan dengan berbagai macam
enzim dan melakukan sebagian besar fungsi metabolik vitamin tersebut. Folat yang
dihidrolisis meninggalkan hati dan bersirkulasi dalam plasma dan empedu sebagai 5-metil
tetrahidrofolat. Setelah diambil dan digunakan oleh sumsum tulang, folat bersirkulasi
sebagai poliglutamat di dalam simpanan sel darah merah. Folat kemudian dikeluarkan
melalui feses dan urin sebagai 5-metil tetrahidrofolat. Jumlah folat yang dikeluarkan tiap
hari melalui feses dan urin hampir sama dengan jumlah yang terdapat dalam simpanan
tubuh yaitu 100 hari. Persediaan folat habis dalam waktu dua puluh minggu (Almatsier,
2001).

Ekstraksi
Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan suatu komponen dari campuran
dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan sedemikian hingga kelarutannya
sesuai dengan komponen yang akan diekstrak. Proses pemisahan dengan cara ekstraksi
terdiri dari tiga langkah yaitu proses penyampuran dengan bahan, proses pembentukkan
fase seimbang, dan proses pemisahan (Maulida dan Zulkarnaen, 2010).
Salah satu metode ekstraksi komponen/ senyawa bioaktif dari bahan alami yang
digunakan adalah metode maserasi dengan pelarut kimia. Pada metode ini sampel

Universitas Sumatera Utara

16

direndam selama ± 24 jam dan kemudian diganti dengan pelarut baru sehingga residu
ekstrak lebih banyak (Hayati dan Hermawan, 2012).
Ekstraksi menggunakan pelarut seperti etanol, metanol, etil asetat, heksan dan air
mampu memisahkan senyawa-senyawa yang penting dalam suatu bahan. Pelarut yang
digunakan harus sesuai dengan kepolaran dari sifat senyawa yang akan diisolasi. Pada
prinsipnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya
(Sudarmadji, dkk., 1996). Metanol merupakan salah satu jenis pelarut yang sangat efektif
dalam melarutkan semua jenis senyawa metabolit seperti folat, karena metanol merupakan
pelarut yang bersifat polar (Febrianti, dkk., 2014).
Ekstraksi bahan padat membutuhkan kombinasi perlakuan fisis dan kimiawi.
Perlakuan fisis dengan merusak sel bahan yaitu dengan pengecilan ukuran dan secara
kimiawi dengan pelarut seperti asam yang befungsi mendenaturasi penyusun membran sel
bahan sehingga dapat mempermudah isolasi senyawa metabolit (Sari dan Saati 2003, Enri,
2010). Salah satu senyawa metabolit adalah folat yang terkadung dalam ubi jalar.
Antosianin
Salah satu sumber antosianin yang memiliki stabilitas yang tinggi adalah ubi jalar
ungu (Kumalaningsih, 2007). Antosianin merupakan pigmen alami yang menghasilkan
warna biru, ungu dan violet (Santoso dan Estiasih, 2014). Kestabilan antosianin sangat
dipengaruhi oleh cahaya, suhu, dan pH (Yoshimoto, 2001). Antosianin disebut juga
sebagai glikosida antosianin yang merupakan polihidroksiflavylium 2-arilbenzopirilium.
Sebagian besar dari 3,5,7-trihidroksiflavylium klorida dan bagian gula biasanya terikat
pada gugus hidroksi pada atom ketiga. Antosianin mengandung komponen tambahan
seperti asam organik dan logam yaitu Fe, Al, dan Mg (de Man, 1989). Struktur flavylium
antosianin dapat dilihat pada Gambar 6.

Universitas Sumatera Utara

17

Gambar 6. Struktur flavylium antosianin (Wikipedia, 2016f)
Antosianin dalam tanaman dalam bentuk glikosida yaitu membentuk ester dengan
monosakarida (glukosa, galaktosa, ramnosa, dan pentosa). Pemanasan dalam asam mineral
pekat menyebabkan antosianin akan pecah menjadi antosianin dan gula (Winarno, 2002).
Pigmen antosianin berfungsi sebagai antioksidan, antimutagenik, hepatoprotektif,
antihipertensi, dan antihiperglisemik (Suda dkk., 2003). Kandungan antosianin pada ubi
jalar ungu lebih tinggi daripada ubi jalar berwarna putih, kuning, dan oranye.
Berkurangnya kadar antosianin dapat disebabkan enzim dan perlakuan pemanasan
(Iversen, 1999). Menurut de Man (1989) pigmen antosianin sangat mudah mengalami
kerusakan jika bahan pangan tersebut diproses dengan suhu yang tinggi dan adanya
kandungan gula yang tinggi.

Suplementasi
Suplementasi merupakan suatu penambahan zat-zat gizi dan non gizi dalam bentuk
kapsul, tablet, bubuk, atau cairan yang berfungsi sebagai pelengkap kekurangan zat gizi
yang dibutuhkan tubuh (Karyadi, 1997). Menurut BPOM (2009) mengonsumsi folat
terutama yang bersumber alami secara berlebih tidak menimbulkan resiko kesehatan. Hal
ini disebabkan sifat folat yang larut dalam air sehingga jumlahnya yang berlebih akan di
ekskresikan melalui urin. Suplementasi vitamin B9 dengan dosis farmakologis lebih dari
500 mg/hari maka jika dilakukan penghentian asupan maka akan menimbulkan resiko
neuropati sensorik yang reversible (Felicia, dkk., 2010). Berdasarkan The Institute of

Universitas Sumatera Utara

18

Medicine konsumsi folat sintetik secara berlebihan dapat menyebabkan defisiensi vitamin
B12 dan sejumlah gangguan kesehatan serta memicu terjadinya kejang.
Mencit (Mus musculus)
Mencit merupakan salah satu jenis hewan percobaan yang sering digunakan dalam
penelitian yang berhubungan dengan penerapan terhadap manusia. Beberapa faktor yang
menjadi alasan pengunaan mencit sebagai hewan percobaan yaitu hewan ini sangat mudah
didapat dan dikembangbiakkan, harganya relatif murah, mudah ditangani, dan jumlah anak
seperlahirannya cukup banyak (Yuwono, dkk., 1994). Hewan ini tetergolong philum
chordata, kelas mamalia, ordo rodentia, family muridae, genus Mus dan spesies Mus
musculus (Arrington, 1972). Sifat biologis mencit dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sifat biologis mencit (Mus musculus)
Kriteria
Lama hidup (tahun)
Lama produksi ekonomis (bulan)
Lama bunting (hari)
Kawin sesudah beranak (jam)
Umur disapih (hari)
Umur dewasa (hari)
Umur dikawinkan (minggu)
Berat dewasa
Jantan (g)
Betina (g)
Berat lahir (g)
Jumlah anakan (ekor)
Kecepatan tumbuh (g/hari)

Keterangan
1-3
9
19-21
1-24
21
35
8
20-40
18-35
0,5-1,0
6-15
1

Sumber : Smith dan Mangkoewidjojo (1988)

Mencit dapat hidup pada iklim dingin ataupun panas dan mampu bertahan hidup di
kandang secara terus menerus (Malole dan Pramono, 1989). Suhu ruangan untuk
pemeliharaan mencit berkisar antara 15-20 oC dengan kelembaban 45-55% (Yuwono, dkk.,
1994).

Universitas Sumatera Utara

19

Konsumsi pakan dan minuman
Makanan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan peranan
kematangan kedewasaan kelamin dan organ-organ reproduksi. Defisiensi sejumlah zat gizi
dapat menyebabkan kerusakan dan kegagalan total dalam proses-proses reproduksi. Mencit
liar bersifat omnivora yaitu pemakan segala macam makanan (Yuwono, dkk., 1994).
Konsumsi makanan untuk mencit dewasa sebanyak 3-5 g setiap hari. Pada mencit hamil
terjadi peningkatan nafsu makan. Ketersediaan makanan berkualitas pada umumnya harus
terjamin sebab terjadinya perubahan kualitas makanan menyebabkan penurunan berat
badan dan tenaga (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Jumlah anak sepelahiran mencit
Menurut Eisen (1974) jumlah anak sepelahiran merupakan jumlah total anak hidup
dan mati pada waktu dilahirkan. Jumlah anakan seperlahiran berkisar antara 8-11 ekor
(Inglis, 1980), sedangkan menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) rata-rata jumlah
anak sepelahiran 6 ekor, meskipun mencit dapat melahirkan 15 ekor setiap kelahiran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah anakan sepelahiran yaitu bangsa ternak, umur
induk, musim kelahiran, makanan, persilangan dan kondisi lingkungan. Beberapa faktor
lingkungan yang mempengaruhi jumlah kelahiran seperti kualitas dan kuantitas pakan yang
diberikan pada induk, musim kawin, jumlah sel telur, dan kematian embrio yang
berpengaruh terhadap jumlah anak sepelahiran (Toelihere, 1979a).
Kekurangan asupan makanan terhadap mencit pada saat bunting dapat menghambat
pengambilan makanan oleh embrio yang sedang tumbuh sehingga dapat menimbukan
kerusakan atau kecacatan pada janin. Selain itu dampak negatif kekurangan zat makanan
dapat menyebabkan fetus dalam uterus mengalami kematian atau kelahiran anak yang
lemah (Anggorodi, 1979). Jumlah sel telur yang dihasilkan dan awal kematian embrio

Universitas Sumatera Utara

20

berhubungannya dengan jumlah anakan sepelahiran dalam sekali kelahiran (Warwick,
dkk., 1983).
Bobot lahir
Bobot lahir merupakan bobot badan suatu individu pada saat dilahirkan. Bobot lahir
ternak ditentukan oleh pertumbuhan fetus sebelum lahir atau pertumbuhan selama di dalam
kandungan induknya. Beberapa faktor yang mempengaruhi petumbuhan fetus yaitu mutu
genetik, umur serta bobot badan induk yang melahirkan, pakan induk, dan suhu lingkungan
selama kebuntingan (Toelihere, 1979b).
Faktor lingkungan terdiri dari ukuran, nutrisi induk, jumlah anak sepelahiran,
ukuran plasenta, dan tekanan iklim (Hafez, 1993). Pada saat fetus tumbuh di uterus maka
perolehan makanan berasal dari induknya. Oleh karena itu jika zat-zat makanan dari induk
tidak mencukupi selama kebuntingan, maka bobot anakan mencit pada waktu dilahirkan
akan abnormal dan menjadi fetus yang lemah. Kekurangan vitamin dan mineral dalam
ransum induk selama kebuntingan akan mempunyai pengaruh yang besar tehadap kekuatan
anak dan bobot lahir.
Bobot lahir anakan mencit dapat turun disebabkan kondisi suhu tinggi selama
pemeliharaan pada induk bunting. Suhu optimal untuk memelihara mencit berkisar 21,1122,22

o

C dengan kelembaban udara 45-55%. Pengaruh kondisi suhu yang tinggi

menyebabkan penurunan nafsu makan, sehingga memungkinkan terjadinya defisiensi zat
pakan yang diperlukan fetus, hal inilah yang dapat menyebabkan bobot lahir menjadi
rendah. Jika suhu rendah nafsu makan induk mencit menjadi meningkat sehingga defisiensi
zat pakan untuk fetus menjadi kecil dan bobot lahir akan lebih tinggi (Arrington, 1972).
Kisaran bobot lahir anak mencit antara 0,5-1,5 g/ekor (Malole dan Pramono, 1989)
sementara menurut pendapat lainnya menyatakan bahwa bobot lahir berkisar antara 1-1,5

Universitas Sumatera Utara

21

g/ekor (Arrington, 1972). Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) bobot lahir anak
mencit berkisar antara 0,5-1 g/ekor. Bobot lahir berpengauh terhadap kualitas penampilan
anakan mencit yang lahir.
Kenaikan berat badan
Salah satu faktor yang menyebabkan kenaikan berat badan mencit sebagai indikasi
terjadinya kebuntingan yaitu berkembangnya fetus dan bertambahnya volume cairan
aminion, plasenta, selaput amnion, dan jumlah fetus juga mempengaruhi kenaikan berat
induk mencit (Almahdy, 2001). Secara umum semakin besar kenaikan berat badan induk
maka semakin banyak fetus yang akan dilahirkan.
Kualitas morfologi anakan mencit ditentukan oleh ukuran badan anakan yang
dihasilkan. Pertumbuhan dan perkembangan fetus dipengaruhi oleh kondisi fetus pada saat
di dalam kandungan, adanya gangguan penghambatan perkembangan fetus dalam uterus
menyebabkan berkurangnya panjang fetus. Faktor yang mempengaruhi penghambatan
pertumbuhan fetus adalah poliferasi sel, interaksi sel, dan pengurangan laju biosintesis
yang berkaitan dengan penghambatan sintesis asam nukleat, dan mukopolisakarida
(Wilson, 1973).

Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang asam folat pertama kali dilakukan oleh Lucy Wills (1931) asam
folat tergolong zat nutrisi yang berperan dalam mencegah anemia selama masa
kebuntingan. Pencegahan anemia dilakukan dengan menggunakan brewer’s yeast yang
diekstraksi dari daun bayam (BPOM, 2008).
Hasil penelitian Leeda, dkk., (1998) tentang suplementasi asam folat dalam bentuk
sintetik menunjukkan bahwa diantara 207 perempuan yang memiliki riwayat preeklamsia,
maka 37 diantaranya menunjukkan tingkat homosistein darahnya meningkat, sebanyak 14

Universitas Sumatera Utara

22

wanita menjadi hamil dan setengahnya mengalami preeklamsia. Namun berat bayi yang
lahir lebih tinggi daripada kehamilan sebelumnya. Oleh karena itu suplementasi asam folat
dapat bermanfaat dalam pencegahan preeklamsia dan bermanfaat bagi pertumbuhan janin.
Menurut Jaya (2013) di dalam ubi jalar mengandung zat gizi berupa folat yang
memiliki sifat fungsional terhadap tubuh dalam pembentukan sel baru. Namun jumlah folat
yang terkandung di dalam ubi jalar terutama pada masing-masing varietas dan
pengaruhnya terhadap fertilitas dan morfologi janin hingga saat ini belum diketahui secara
pasti. Oleh karena itu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait hal ini. Salah satu jenis ubi
jalar yang mengandung folat adalah varietas ubi jalar ungu sebagaimana menurut
Republika (2006) bahwa ubi jalar ungu memiliki kandungan serat, karbohidrat kompleks
vitamin B6, dan folat.

Universitas Sumatera Utara