SUPLEMENTASI Fe FOLAT PROGRAM FOLAT MENA

SUPLEMENTASI Fe-FOLAT PROGRAM+FOLAT MENAIKKAN
KADAR HEMOGLOBIN LEBIH BAIK DIBANDINGKAN
Fe-FOLAT PROGRAM PADA IBU HAMIL
Fe-FOLATE PROGRAM SUPPLEMENTATION INCREASE
HEMOGLOBIN CONCENTRATIONS BETTER THAN
Fe-FOLATE PROGRAM ON PREGNANT WOMEN
Reni Anggraini1, Diah Mulyawati Utari2
1. Mahasiswa Gizi Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Indonesia, Depok, Jawa
Barat. Hp. 081281443289, e-mail: bundawiratyo@ymail.com
2. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Indonesia, Depok, Jawa
Barat. Hp. 08164817164, e-mail: diahutari08@gmail.com
ABSTRAK
Anemia pada kehamilan berdampak terjadinya persalinan prematuritas dan BBLR. Upaya
penanggulangan anemia ibu hamil dengan pemberian suplementasi besi-folat satu kali sehari,
walaupun ibu hamil tidak teratur minum suplemen karena keluhan efek samping seperti mual
dan muntah. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian suplementasi besi-folat
program satu kali sehari dan dua kali seminggu terhadap kadar hemoglobin ibu hamil di
Kabupaten Pringsewu tahun 2013. Desain penelitian kuasi eksperimen (non-randomized pre
test-post test control group design) pada 96 ibu hamil yang berusia 20-35 tahun dengan usia
kehamilan 10-30 minggu secara purposive sampling dibagi tiga kelompok yaitu TTD1, TTD2,
dan TTDF masing-masing 32 orang. Data penelitian bersumber data primer hasil pengukuran

kadar hemoglobin. Analisis data menggunakan uji beda dua mean dan regresi linear ganda.
Hasil penelitian diperoleh kenaikan kadar hemoglobin terbesar pada kelompok ibu hamil yang
diberi suplementasi besi-folat program ditambah suplementasi asam folat dua kali seminggu.
Oleh karena itu direkomendasikan upaya pencegahan anemia ibu hamil dengan memberikan
suplementasi besi-folat program ditambah suplementasi asam folat dua kali seminggu.
Kata kunci: Hamil, suplementasi besi-folat, hemoglobin
ABSTRACT
Anemia in pregnancy affects birth prematurity and low birth weight. Efforts to prevent
maternal anemia with iron-folate supplementation program once a day, although pregnant
women irregularly take supplements because side effects complaints as nausea and vomitted.
This study aims to determine the effect of iron-folate supplementation program once a day
and twice a week for hemoglobin concentrations of pregnant women in the Pringsewu district
2013. Is a quasi experimental research design (non-randomized pre test-post test control
group design) in 96 pregnant women aged 20-35 years with a gestational age of 10-30 weeks
were purposive sampling divided into three groups: TTD1, TTD2, and TTDF as many as 32
people each groups. Source of research data is the primary data measuring hemoglobin
concentrations. Analysis using two different test mean and multiple linear regression. The
result showed the biggest increase in hemoglobin concentrations in the group of pregnant
women who were given iron-folate supplementation program plus folic acid supplementation
twice a week. Therefore, recommended preventive maternal anemia with iron-folate

supplementation program plus folic acid supplementation twice a week.
Key words:

Pregnant, iron-folate supplementation, hemoglobin

Pendahuluan
Masa kehamilan merupakan salah satu periode kritis dalam pertumbuhan dan
perkembangan janin serta menjadi bagian dari periode windows of opportunity dalam
mengurangi risiko gangguan kesehatan ibu dan bayi pada awal kehidupan dan masa yang
akan datang. Keadaan ini berkaitan dengan tingginya kejadian anemia pada masa kehamilan
sehingga mempengaruhi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin. Anemia merupakan faktor
yang melatarbelakangi kejadian kematian ibu melahirkan karena perdarahan. Anemia dapat
menyebabkan kematian bayi baru lahir, gangguan pertumbuhan janin dan produk kehamilan
lainnya termasuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang mempengaruhi kecerdasan
(Semba dan Bloem, 2008). Dalam WHO (2012) anemia dalam kehamilan berkaitan dengan
kejadian persalinan prematuritas dan berat lahir ≤2500 gram (BBLR).
Angka kejadian anemia pada wanita hamil di dunia diperkirakan mencapai 41,8%
(WHO, 2012). Lebih dari sepertiga penduduk dunia (sekitar 2 milyar orang) menderita
anemia terutama kelompok rentan seperti ibu hamil dan anak-anak usia dibawah 2 tahun.
Prevalensi ibu hamil anemia lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan negara maju

yang berkisar antara 37-75% di Asia 35-72% di Afrika, dan 37-52% di Amerika Latin.
Anemia biasanya lebih tinggi di daerah pedesaan dari pada perkotaan (WHO, 2002). Menurut
data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2006, prevalensi anemia pada ibu hamil
di Indonesia masih tinggi sebesar 50,9%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan negara tetangga
seperti Thailand sebesar 13,7%. Kejadian anemia pada ibu hamil semakin meningkat seiring
pertambahan usia kehamilan yang secara fisiologis akan terjadi pengenceran darah akibat
hipervolemia/hidremia sejak usia kehamilan 10 minggu, sehingga tujuh dari sepuluh wanita
hamil mengalami anemia. Anemia gizi karena kekurangan zat besi merupakan anemia yang
sering terjadi pada masyarakat terutama masa kehamilan. Secara fisiologis pada masa
kehamilan terjadi pengenceran darah akibat ketidakseimbangan penambahan sel darah merah

dan plasma darah sejak akhir trimester pertama (usia kehamilan 10 minggu) dengan
puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu secara bertahap. Pada masa kehamilan, wanita
memerlukan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan sebelum hamil sebagai cadangan untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan janin kurang lebih sebanyak 1.000 mg. Kebutuhan zat besi
digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta sebanyak 300 mg, kehilangan darah saat
persalinan sebanyak 250 mg dan pembentukan sel darah merah sebanyak 450 mg
(Ramakrishnan, 2002). Pada masa kehamilan terjadi proses hidremia atau hipervolemia
(bertambahnya volume darah dalam tubuh) yaitu serum darah bertambah lebih sedikit
dibandingkan plasma darah sehingga menyebabkan terjadinya pengenceran darah.

Penambahan yang terjadi meliputi plasma darah 30,0%, sel darah merah 18,0% dan
hemoglobin 19,0%. Keadaan ini berbeda dengan pembentukan sel darah merah yang terjadi
lebih lambat sehingga menyebabkan terjadinya kekurangan sel darah merah dalam tubuh atau
dikenal anemia. Bertambahnya volume darah pada kehamilan dimulai sejak usia kehamilan
10 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Pengenceran darah
merupakan proses penyesuaian diri secara fisiologis yang bermanfaat untuk meringankan
beban kerja jantung akibat hidremia. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah
rendah dan resistensi perifer berkurang sehingga tekanan darah tidak tinggi. Peningkatan
volume eritrosit dan massa hemoglobin selama kehamilan berhubungan dengan jumlah besi
yang tersedia dari cadangan besi dalam tubuh ibu hamil. Rata-rata volume eritrosit meningkat
sekitar 450 ml dalam sirkulasi darah dimana dalam 1 ml eritrosit normal terkandung 1,1 mg
besi (Gibney, 2009; Gibson, 2005).
Strategi umum dalam penanggulangan anemia dengan cara meningkatkan asupan
makanan kaya zat besi selama kehamilan. Penambahan asupan zat besi mampu mencegah
penurunan kadar hemoglobin, tetapi fakta di lapangan selama kehamilan wanita kurang
mengkonsumsi makanan kaya zat besi baik secara kualitas maupun kuantitas. Intervensi

lainnya dalam mencegah anemia pada ibu hamil ialah pemberian makanan tambahan (PMT)
dan suplementasi zat gizi seperti zat besi, asam folat, kombinasi zat besi-asam folat, zinc,
vitamin A, vitamin C dan gabungan multi gizi mikro. Suplementasi dalam kehamilan dapat

mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi untuk meningkatkan kadar hemoglobin dan berat
badan bayi yang dilahirkan (Semba dan Bloem, 2008; Kraemer & Zimmermann, 2007).
Pemberian tablet besi satu kali sehari pada wanita hamil merupakan pendekatan standar dalam
mencegah defisiensi besi dan anemia defisiensi besi selain fortifikasi zat besi, pendidikan
kesehatan dan gizi, mengontrol parasit dalam tubuh serta memperbaiki kualitas sanitasi
lingkungan (WHO, 2012; Ramakrishnan, 2002). Pemberian suplementasi tablet besi setiap
hari cenderung menyebabkan rendahnya kepatuhan wanita hamil dan kurangnya motivasi dari
keluarga dalam minum suplemen tersebut akibat efek samping yang ditimbulkan seperti mual,
muntah, konstipasi, dan keluhan perut (gastrointestinal) lainnya (Kraemer & Zimmermann,
2007; Ramakrishnan, 2002).
Faktor utama penyebab anemia adalah defisiensi zat besi yang mengakibatkan tidak
terpenuhinya kebutuhan zat besi. Menurut Semba dan Bloem (2008) penyebab anemia adalah
ketidakseimbangan antara asupan zat besi dan kehilangan zat besi akibat pertumbuhan janin
yang cepat. Secara umum penyebab anemia defisiensi besi kehilangan darah secara kronis
akibat perdarahan seperti penyakit ulkus peptikum, hemoroid, investasi parasit dan
keganasan; ketidakcukupan asupan zat besi dan penyerapan zat besi tidak adekuat; serta
peningkatan kebutuhan zat besi untuk pembentukan sel darah merah pada masa pertumbuhan
bayi, pubertas, kehamilan dan menyusui.
Data Riskesdas 2010 menunjukkan persentase ibu hamil di Indonesia yang minum
tablet besi selama ≥90 hari sebesar 18,0%. Angka ini lebih rendah dari persentase ibu hamil

yang minum tablet besi selama 30 hari (36,3%). Di Provinsi Lampung persentase ibu hamil
yang minum tablet besi selama ≥90 hari sebesar 21,9% dan minum tablet besi selama 30 hari

sebesar 34,5%. Rendahnya persentase ibu hamil yang minum tablet besi selama ≥90 hari
berkaitan dengan keluhan efek samping, kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat
suplementasi tablet besi dan motivasi dari keluarga sebagai pengawas minum tablet besi
sehingga menyebabkan tidak diminumnya suplemen tersebut. Menurut Laporan Tahunan
Kementerian Kesehatan RI 2011, persentase ibu hamil di Indonesia yang mendapat 90 tablet
besi sebesar 83,3% yang belum mencapai target nasional sebesar 86%. Begitu pula dengan
pencapaian ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi di Provinsi Lampung hanya sebesar
79,7%. Berbeda dengan Kabupaten Pringsewu, pencapaian ibu hamil mendapat 90 tablet besi
lebih tinggi dari target nasional yaitu sebesar 92,0%. Akan tetapi besarnya dampak anemia
pada kehamilan masih tinggi yaitu terjadinya perdarahan pada ibu bersalin sebanyak 2 kasus,
berat lahir ≤2500 gram (BBLR) sebanyak 163 kasus (17,12%), kematian ibu sebanyak 7 kasus
dan kematian bayi baru lahir sebanyak 63 kasus.
Berdasarkan penelitian Pena-Rosas et al (review journal tahun 2004) di Venezuela
dalam pemberian suplementasi gizi pada 116 orang ibu hamil (usia kehamilan 10-30 minggu)
dengan dosis pemberian satu kali sehari (120 mg elemental iron sebagai ferrous sulphate dan
asam folat 0,5 mg) dan dua kali seminggu (60 mg elemental iron sebagai ferrous sulphate dan
asam folat 0,25 mg pada pagi hari dan placebo pada sore hari) memperoleh hasil signifikan

terhadap kenaikan kadar hemoglobin dan berkurangnya keluhan nyeri perut dan muntah pada
kelompok yang mendapat suplementasi dua kali seminggu dibandingkan kelompok lainnya.
Penelitian lain dilakukan oleh Goshtasebi dan Alizadeh (review journal tahun 2010) pada 370
orang wanita hamil (usia kehamilan 14-20 minggu) yang diberikan suplementasi besi-asam
folat satu kali sehari (150 mg ferrous sulphate mengandung 50 mg elemental iron dan 1 mg
asam folat) dan dua kali seminggu (150 mg ferrous sulphate mengandung 50 mg elemental
iron dan 1 mg asam folat setiap hari Senin dan Rabu) menunjukkan tidak ada perbedaan kadar
hemoglobin, ferritin dan hematokrit pada kedua kelompok, namun keluhan efek samping

akibat minum suplemen berkurang pada kelompok yang mendapat suplementasi dua kali
seminggu. Penelitian dilakukan sejak usia kehamilan 20 minggu sampai dengan sampel
melahirkan. Penelitian serupa dengan hasil akhir yang sama dilakukan oleh Alwan (2011),
Ma, Ai Guo (2010), Banhidy (2009), Risonar (2008), Seck (2007), Viteri (2005), Sloan
(2002), Breymann (2002), Muslimatun (2001), Viteri (1999). Selain itu pemberian
suplementasi besi sejak remaja sangat efektif mencegah anemia pada masa kehamilan
(Paulino, 2005).
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan desain rancangan
eksperimental ulang non-random (non-randomized pre test-post test control group design)
yang memberikan suplementasi besi-folat program pada ibu hamil yang diminum satu kali

sehari dan dua kali seminggu. Penelitian ini dilakukan pada tiga kecamatan di Kabupaten
Pringsewu dengan kejadian BBLR tertinggi berdasarkan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan
Kabupaten Pringsewu tahun 2012 ialah Kecamatan Pagelaran (18,8%), Pardasuka (3,6%), dan
Gading Rejo (21,12%). Penentuan lokasi kelompok kontrol dan perlakuan dilakukan secara
single-blind randomized dimana peneliti mengetahui lokasi masing-masing kelompok.
Kelompok kontrol adalah ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi di
Kecamatan Pardasuka. Kelompok perlakuan pertama yang diberi suplementasi besi-folat
program dua kali seminggu di Kecamatan Gading Rejo, dan kelompok perlakuan kedua yang
diberi suplementasi besi-folat program ditambah suplementasi asam folat dua kali seminggu
di Kecamatan Pagelaran. Penelitian ini dilakukan selama delapan minggu dimulai pada bulan
Maret sampai Juni 2013. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia kehamilan
antara 14-30 minggu dan usia ibu 20-35 tahun yang merupakan kelompok umur sehat secara
reproduktif. Besar sampel penelitian dihitung menggunakan uji hipotesis beda rata-rata pada
dua kelompok independen dengan jumlah sampel minimal sebanyak 27 orang. Untuk

menghindari kemungkinan kehilangan sampel selama penelitian maka jumlah sampel
ditambah 30 persen untuk masing-masing kelompok dari sampel sebenarnya.
Kriteria sampel yang harus dipenuhi dalam penelitian ini (kriteria inklusi) adalah ibu
hamil usia kehamilan 14-30 minggu pada saat pelaksanaan penelitian, ibu hamil berusia 20-35
tahun, bertempat tinggal di wilayah Kabupaten Pringsewu dan bersedia menjadi subjek

penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi ibu hamil yang mengalami persalinan prematur pada
saat penelitian dan ibu hamil yang pindah dari wilayah Kabupaten Pringsewu.
Pemeriksaan kadar hemoglobin dilakukan menggunakan alat hemometer “HemoCue”.
Pengambilan data kadar hemoglobin dilakukan sebelum dan setelah pemberian suplementasi
besi-folat pada ibu hamil. Selain itu, kepatuhan ibu hamil dalam minum suplementasi besifolat yang diberikan dengan melakukan pemantauan saat menelan suplemen dan sisa
suplemen

yang diisi dalam formulir kepatuhan. Dalam penelitian ini diharapkan terjadi

kenaikan kadar hemoglobin setelah pemberian suplementasi besi-folat. Data asupan protein,
zat besi, dan asam folat diperoleh menggunakan metode Recall 2x24 jam. Penilaian asupan
makanan dilakukan oleh peneliti dibantu mahasiswa Diploma 3 Gizi Poltekes Bandar
Lampung semester 6. Metode Recall 2x24 jam digunakan untuk mengetahui asupan makanan
yang bersifat kuantitatif meliputi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi dengan selang
satu hari (24 jam sebelumnya dilakukan wawancara). Penilaian pola makan dengan Recall
2x24 jam dilakukan pada awal penelitian (hari Minggu) dan akhir penelitian (hari Senin).
Recall hari pertama dan kedua dirata-ratakan kemudian hasilnya dikonversikan acuan ukuran
rumah tangga (URT) dan dibandingkan dengan angka kecukupan gizi tahun 2004 (cut off
point ≥80%) pada orang dewasa. Informasi tentang kehamilan meliputi jarak kehamilan dan
pengetahuan diperoleh dengan metode wawancara dan pengisian kuesioner. Pengambilan data

ini dilakukan sebelum pemberian suplementasi besi-folat pada subjek penelitian. Berikut alur
pengumpulan data:

105 Ibu hamil
(Usia kehamilan 14-30 minggu, usia ibu 20-35 tahun, kadar Hb 8,0-12,0 g/dl)

TTD1
(n=35 orang)

TTD2
(n=35 orang)

TTDF
(n=35 orang)

8 minggu pemberian suplementasi besi-folat program, kunjungan rumah 2 kali
seminggu (setiap hari Senin dan Kamis)

Drop out = 3
Persalinan prematur = 1

Keluar = 2

Analisis
(n = 32 orang)

Drop out = 3
Persalinan prematur = 2
Keluar = 1

Drop out = 3
Persalinan prematur = 2
Keluar = 1

Analisis
(n = 32 orang)

Analisis
(n = 32 orang)

Gambar 1. Alur Pengumpulan Data
Data yang telah terkumpul diolah dan dianalisis melalui tahapan editing, coding, entry
data, dan cleaning. Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran karakteristik
responden ketiga kelompok menggunakan tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara
deskriptif. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar hemoglobin pada
ibu hamil yang diberi suplementasi besi-folat satu kali sehari dan dua kali seminggu setelah
dikontrol jarak kehamilan, asupan protein, zat besi dan asam folat. Analisis bivariat tidak
dilakukan pada semua variabel yang dianalisis secara univariat karena sesuai dengan tujuan
dan kerangka konsep penelitian. Sebelum dianalisis secara bivariat dilakukan uji normalitas
data dengan melihat nilai Shapiro-Wilk karena masing-masing kelompok memiliki besar
sampel 4 kali sebesar 46,9% dan antara 3-4 kali sebesar 40,6%.
Jumlah tablet besi yang ditelan selama penelitian sebanyak 32 tablet dengan keluhan mual
sebesar 9,4% dan muntah sebesar 3,1%.

Tabel 5.10 Distribusi Karakteristik Responden menurut Kelompok di Kabupaten
Pringsewu Tahun 2013
Karakteristik
Umur Kehamilan
Trimester 2
Trimester 3
Paritas
≤2 kali
>2 kali
Status Gizi
Tidak berisiko KEK
Berisiko KEK
Pendidikan
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tidak Tamat SLTP
Tamat SLTP
Tidak Tamat SLTA
Tamat SLTA
Akademi/PT
Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
ANC
>4 kali
3-4 kali
2 kali
1 kali
Saryankes ANC
Posyandu
Poskesdes
Puskesmas
Doktek swasta
BPS
RS
Jumlah tablet ditelan
TTD1