Pelaksanaan Perlindungan Kesetan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja adalah upaya untuk
melindungi setiap tenaga kerja dari resiko bahaya kerja di lingkungan kerja agar
pekerja dapat terjamin keselamatan serta kesehatannya sehingga dapat bekerja dengan
produktif, efektif dan efesien, dan terhindar dari resiko kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
Ketentuan secara yuridis akan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
telah diatur dengan baik dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan di Indonesia Nomor
13 Tahun 2003 Pasal yang Keempat huruf c yaitu “Salah satu tujuan pembangunan
ketenagakerjaan adalah memberikan perlindungan kepada tenaga kerja

dalam

mewujudkan kesejahteraan dan juga pada Pasal 86 Ayat 1 yaitu “Setiap pekerja atau
buruh berhak memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral
dan kesusilaan, dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama juga pasal-pasal lain yang berisi tentang perlindungan hak dan
kewajiban tenaga kerja (Khakim, 2009).

Selain dalam Undang-Undang, asas pemberlakuan ketentuan perlindungan
akan keselamatan dan kesehatan kerja juga diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-100/Men/VI/2004 yang menyebutkan bahwa
syarat kerja yang diperjanjikan dalam PKWT “Tidak boleh lebih rendah daripada
ketentuan dalam peraturan Perundang-Undangan yang berlaku serta Keputusan

Universitas Sumatera Utara

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-220/Men/X/2004 Pasal yang Ke
5 menyebutkan bahwa setiap perjanjian pemborongan pekerjaaan wajib memuat
ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak pekerja/buruh dalam hubungan kerja
sebagaimana diatur dalam peraturan Perundang - Undangan yang berlaku (Khakim,
2009).
2.2. Jenis Perlindungan Kerja
Perlindungan kerja yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang dan
perlindungan kerja menurut aspek keselamatan dan kesehatan saling berhubungan.
Aspek perlindungan kerja yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang mencakup
bagian dari perlindungan kerja menurut aspek keselamatan dan kesehatan kerja.
Terdapat 3 jenis perlindungan kerja menurut Khakim (2009) yang mengutip pendapat
Soepomo yaitu:

a. Perlindungan Ekonomis
Perlindungan ekonomis adalah perlindungan tenaga kerja dalam bentuk
penghasilan yang layak bagi kemanusiaan, termasuk jika tenaga kerja tidak mampu
bekerja di luar kehendaknya. Didalam perlindungan ekonomis ini termasuk
perlindungan jaminan akan pengahsilan yang cukup dari bekerja. Sebagaimana yang
diatur dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 88 Ayat 1 “Pekerja berhak
atas penghidupan yang layak di mana jumlah pendapatan pekerja dari hasil
pekerjaannya mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja atau buruh dan
keluarganya secara wajar, yang meliputi makanan dan minuman, sandang,
perumahan, pendidikan, kesehatan, rekreasi, dan jaminan hari tua.”Pemberian gaji
atau upah yang sesuai dengan nilai yang ditetapkan Undang-Undang tentunya akan

Universitas Sumatera Utara

menghindarkan tenaga kerja dari stres kerja akibat kekhawatiran akan pemenuhan
kebutuhan keluarga dan diri sendiri (Khakim, 2009).
b. Perlindungan Sosial
Perlindungan sosial merupakan perlindungan tenaga kerja dalam bentuk jaminan
kesehatan kerja dan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.
Jaminan kesehatan kerja disini berupa asuransi kesehatan. Asuransi kesehatan adalah

salah satu jenis produk asuransi yang secara khusus menjamin biaya kesehatan atau
perawatan para nasabah asuransi tersebut apabila mereka mengalami gangguan
kesehatan atau mengalami kecelakaan.
Adapun program yang diterima dalam Jamsostek yaitu JHT (Jaminan Hari Tua),
JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan), JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja), JK
(Jaminan Kematian). Adapun besar kompensasi yang diterima yaitu :
a. JHT (Jaminan Hari Tua) :
Program Jaminan Hari Tua ditujukan sebagai pengganti terputusnya
penghasilan tenaga kerja karena meninggal, cacat, atau hari tua dan
diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Program Jaminan Hari Tua
memberikan kepastian penerimaan penghasilan yang dibayarkan pada saat tenaga
kerja mencapai usia 55 tahun atau telah memenuhi persyaratan tertentu.
1. Ditanggung Perusahaan = 3,7%,
2. Ditanggung Tenaga Kerja = 2%.
b. JPK (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan) :
Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja.JPK adalah salah satu
program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi

Universitas Sumatera Utara


masalah

kesehatan. Mulai dari pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan,

rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ tubuh, dan
pengobatan, secara efektif dan efisien. Setiap tenaga kerja yang telah mengikuti
program JPK akan diberikan KPK (Kartu Pemeliharaan Kesehatan)

sebagai

bukti diri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Manfaat JPK bagi perusahaan yakni perusahaan dapat memiliki tenaga kerja
yang sehat, dapat konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif. Seperti
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang berisi tenaga kerja,
suami atau isteri, dan anak berhak memperoleh jaminan pemeliharaan kesehatan
yang meliputi :
a. Rawat jalan tingkat pertama.
b. Rawat jalan tingkat lanjutan.
c. Rawat inap.

d. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
e. Penunjang diagnostik.
f. Pelayanan khusus.
g. Pelayanan gawat darurat.
Program JPK memberikan manfaat paripurna meliputi seluruh kebutuhan
medis yang diselenggarakan di setiap jenjang PPK dengan rincian cakupan
pelayanan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter umum atau dokter gigi di Puskesmas, Klinik, Balai
Pengobatan atau Dokter praktek.
b. Pelayanan Rawat Jalan tingkat II (lanjutan), adalah pemeriksaan dan
pengobatan yang dilakukan oleh dokter spesialis atas dasar rujukan dari
dokter PPKI sesuai dengan indikasi medis.
c. Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit, adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada peserta yang memerlukan perawatan di ruang rawat inap
Rumah Sakit.
d. Pelayanan Persalinan, adalah pertolongan persalinan yang diberikan kepada

tenaga kerja wanita berkeluarga atau istri tenaga kerja peserta program JPK
maksimum sampai dengan persalinan ke 3 (tiga).
e. Pelayanan Khusus, adalah pelayanan rehabilitasi, atau manfaat yang diberikan
untuk mengembalikan fungsi tubuh.
f. Emergensi, Merupakan suatu keadaan dimana peserta membutuhkan
pertolongan segera, yang bila tidak dilakukan dapat membahayakan jiwa.
Iuran JPK dibayar oleh perusahaan sesuai dengan Peraturan Pemerintah.
No. 53 Tahun 2012 tentang perubahan kedelapan atas Peraturan Pemeritah Nomor
14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja,
dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Tiga persen (3%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 4.725.000) untuk tenaga
kerja lajang.

Universitas Sumatera Utara

b. Enam persen (6%) dari upah tenaga kerja (maks Rp 4.725.000) untuk tenaga
kerja berkeluarga.
c. Dasar perhitungan persentase iuran dari upah setinggi-tingginya Rp
4.725.000,c. JKK (Jaminan Kecelakaan Kerja)
Kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja merupakan risiko yang harus

dihadapi oleh tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya.Untuk menanggulangi
hilangnya sebagian atau seluruh penghasilan yang diakibatkan oleh adanya risikorisiko sosial seperti kematian atau cacat karena kecelakaan kerja baik fisik
maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan kecelakaan kerja. Kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja merupakan tanggung jawab pengusaha sehingga
pengusaha memiliki kewajiban untuk membayar iuran jaminan kecelakaan kerja
yang berkisar antara 0,24% - 1,74% sesuai kelompok jenis usaha (Jamsostek).
d. JK (Jaminan Kematian)
Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program Jamsostek
yang meninggal bukan karena kecelakaan kerja. Jaminan Kematian diperlukan
sebagai upaya meringankan beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman
maupun santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program Jaminan
Kematian sebesar 0,3% dengan jaminan kematian yang diberikan adalah Rp
21.000.000,- terdiri dari Rp 14.200.000,- santunan kematian dan Rp 2 juta biaya
pemakaman dan santunan berkala. Program ini memberikan manfaat kepada keluarga
tenaga kerja seperti:

Universitas Sumatera Utara

a. Santunan Kematian: Rp 14.200.000,b. Biaya Pemakaman: Rp 2.000.000,c. Santunan Berkala: Rp 200.000,-/ bulan (selama 24 bulan) (Jamsostek).


Pembayaran iuran dapat dilakukan secara bulanan atau setiap tiga bulan dengan
menyetorkan langsung kepada Badan Penyelenggara atau melalui Penanggung Jawab
Wadah/Kelompok secara lunas.
c. Perlindungan Teknis
Perlindungan teknis, yaitu perlindungan tenaga kerja dalam bentuk keamanan
dan keselamatan kerja. Perlindungan teknis akan keamanan dari keselamatan kerja
yang dimaksud disini adalah perlindungan akan pelaksanaan kerja yang aman mulai
dari penyediaan APD, Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, SOP ( Standard
Operasional Procedure ), JSA (Job Safety Analysis) dan sebagainya yang dilakukan,

diupayakan, dan diperbuat, terutama agar tenaga kerja tahu bagaimana prosedur kerja
yang baik, terlindungi dari bahaya kerja di lingkungan kerja yang tidak dan serta
menjaga hasil produksi agar tetap aman sehingga pekerja dapat bekerja dengan
nyaman, aman, sehingga meningkatkan efektivitas, efesiensi dan produktivitas kerja.
Selain itu untuk melindungi setiap orang yang berada di tempat kerja (non
pekerja) dan juga masyarakat umum dari resiko penularan dan penyebaran bahaya
dan resiko bahaya kerja (Khakim, 2009).
2.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja menunjuk pada kondisi-kondisi fisiologisfisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang
disediakan oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan melaksanakan tindakan tindakan


Universitas Sumatera Utara

keselamatan dan kesehatan yang efektif, maka lebih sedikit pekerja yang menderita
cedera atau penyakit jangka pendek maupun panjang sebagai akibat dari pekerjaan
mereka (Rivai dan Sagala, 2003).
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah usaha untuk menciptakan keadaan
lingkungan kerja yang aman dan sehat bebas dari bahaya kecelakaan. Keselamatan
kerja merupakan keselamatan yang berhubungan dengan mesin, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, tempat kerja dan kondisi lingkungannya (Sabdoadi, 1999).
Kesehatan kerja adalah spesialisasi ilmu kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya baik fisik atau mental maupun sosial dengan usaha-usaha preventif
dan kuratif terhadap penyakit-penyakit dan gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta efek terhadap
penyakit-penyakit umum (Sunyoto, 2012).
Pelaksanaan Kesehatan dan keselamatan kerja yang baik akan menghindarkan
tenaga kerja dari bahaya kerja yang beresiko mengakibatkan kecelakaan kerja
maupun penyakit akibat kerja. Kecelakaan menurut Sulaksomo di dalam Santoso
(2004) adalah suatu kejadian tak diduga dan tidak dikehendaki, yang dapat

mengacaukan proses aktivitas yang telah diatur.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program yang dibuat bagi
pekerja atau buruh maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan (preventif) bagi
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan
kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian

Universitas Sumatera Utara

(Sunyoto, 2012). Seorang ahli dalam keselamatan dan kesehatan kerja Willie
Hammer mengatakan bahwa program keselamatan dan kesehatan kerja diadakan
karena tiga alasan penting, yaitu alasan berdasarkan prikemanusiaan, alasan
berdasarkan Undang-Undang, dan alasan ekonomis.
a. Alasan berdasarkan prikemanusiaan
Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan kerja atas dasar
perikemanusiaan yang sesungguhnya, mereka melakukan demikian untuk
mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang menderita luka
serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akibat kecelakaan kerja.
b. Alasan berdasarkan Undang-Undang
Ada juga alasan yang mengadakan program keselamatan dan kesehatan kerja

berdasarkan Undang-Undang. Sekarang di Amerika Serikat terdapat UndangUndang federal, Undang-Undang Negara bagian dan Undang-Undang kota Praja
tentang keselamatan dan kesehatan kerja, dan bagi mereka yang melanggar
ketentuan akan dikenakan denda, dan saksi.
c. Alasan ekonomis
Dengan tingginya biaya akibat kecelakaan bagi perusahaan, akhirnya mereka
sadar pentingnya program keselamatan dan kesehatan kerja. (Wilson, 2012)
Dengan demikian perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja adalah
perlindungan yang berkaitan dengan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja,
yaitu perlindungan yang bertujuan untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang diakibatkan hubungan kerja dalam lingkungan kerja.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Fathoni (2006), kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan. Hal ini dikarenakan dalam peristiwa tersebut tidak terdapat unsur
kesengajaan atau bentuk perencanaan. Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah
kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja perusahaan.
2.3.1.Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menurut Mangkunegara (2004), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah sebagai berikut :
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik
secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya, seefektif
mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
Manfaat keselamatan dan kesehatan kerja menurut Mangkunegara (2004), adalah
sebagai berikut
1. Manfaat ekonomis :
a.

Berkurangnya kecelakaan dan sakit karena kerja.

b.

Mencegah hilangnya investasi fisik dan investasi sumber daya manusia.

Universitas Sumatera Utara

c.

Meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja yang nyaman dan aman, serta
motivasi kerja yang meningkat.

2. Manfaat psikologis :
a.

Meningkatkan kepuasan kerja.

b.

Kepuasan kerja tersebut akan meningkatkan motivasi kerja dan selanjutnya akan
meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja.

c.

Perusahaan akan merasa bangga bahwa telah ikut serta dalam pembangunan
nasional.

d.

Nama baik/citra perusahaan akan meningkat, (Arep dan Tanjung, 2004).

2.4. Faktor – Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja
Secara umum pembagian penyebab kecelakaan kerja di berbagai dunia memiliki
kesamaan yaitu :
1. Tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan ( Unsafe human
acts).

2.

Keadaan lingkungan yang tidak aman ( Unsafe condition).

Dari penyelidikan – penyelidikan ternyata faktor manusia dalam timbulnya
kecelakaan memiliki andil yang besar menurut Suma’mur (1981) bahwa 80-85 %
kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. Bahkan ada pendapat
yang mengemukakan bahwa penyebab langsung dan tidak langsung dari suatu
kecelakaan kerja adalah faktor manusia.
Malau (2007) mengemukakan bahwa faktor penyebab terjadinya kecelakaan
kerja dapat dilihat dari berbagai sudut, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Kebijakan pemerintah
a. Undang-Undang ketenagakerjaan, khususnya yang menyangkut tentang
keselamatan dan kesehatan kerja belum ada.
b. Peraturan pemerintah tentang pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan belum ada atau kalaupun sudah ada, tetapi belum diterapkan dengan
tegas.
2. Kondisi pekerjaan
a. Standard kerja yang kurang tepat dan pelaksanaannya juga tidak tepat.
b. Jenis pekerjaan fisik yang sangat berbahaya. Namun di sisi lain fasilitas
keselamatan dan kesehatan kerja sangat kurang.
c. Kenyamanan kerja yang sangat kurang karena kurang tersedianya unsur
pendukung keselamatan dan kesehatan kerja.
d. Tidak tersedianya prosedur unsur manual petunjuk kerja.
e. Kurang kontrol, evaluasi, dan pemeliharaan tentang alat-alat kerja secara rutin.
3. Kondisi karyawan
a. Keterampilan karyawan dalam hal K3 rendah.
b. Kondisi kesehatan fisik karyawan yang tidak prima.
c. Kondisi kesehatan mental, seperti rendahnya motivasi tentang K3serta
tingginya derajat stress dan depresi.
d. Kecanduan merokok, minuman keras, dan narkoba.
4. Kondisi fasilitas perusahaan
a. Ketersediaan fasilitas yang kurang cukup (jumlah dan mutu).
b. Kondisi ruang kerja yang kurang nyaman.

Universitas Sumatera Utara

c. Tidak tersedianya fasilitas kesehatan dan klinik perusahaan.
d. Tidak tersedianya fasilitas asuransi perusahaan.
e. Kurangnya pelatihan dan sosalisasi tentang pentingnya.
2.5.

Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang digunakan untuk meminimalkan

resiko bahaya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dan meningkatkan
keamanan dari pengguna alat. Alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai
untuk melindungi terhadap bahaya kecelakaan kerja (Suma’mur, 2009).
2.5.1. Jenis Alat Pelindung Diri
1. Alat pelindung mata
Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan debu. Berbagai
jenis kacamata pengaman mempunyai kegunaan yang berbeda. Kacamata debu
berguna melindungi mata dari bahaya debu, bram (tatal) pada saat menggerinda,
memahat dan mengebor. Kacamata las berguna melindungi mata dari bahaya
sinar yang menyilaukan (kerusakan retina mata) pada saat melaksanakan
pengelasan. Kacamata las dapat dibedakan terutama pada kacanya, antara
pekerjaan las asetilin dan las listrik. Kacamata las listrik lebih gelap dibandingkan
dengan kacamata las asetilin. Selain kacamata las terdapat juga kedok yang lazim
disebut helm las atau kacamata las yang dipadukan dengan topi.
2. Alat pelindung kepala
Topi adalah alat pelindung kepala secara umum, bila kita bekerja pada mesinmesin yang berputar, topi melindungi terpuntirnya rambut oleh putaran mesin bor
atau rambut terkena percikan api pada saat mengelas.

Universitas Sumatera Utara

3. Alat pelindung telinga/Ear plug
Alat pelindung telinga ialah alat yang melindungi telinga dari gemuruhnya mesin
yang bising, juga penahan bising dari letupan / letusan.
4. Alat Pelindung Tangan.
Alat pelindung tangan (sarung tangan) terbuat dari bermacam-macam bahan
disesuaikan kebutuhan. Yang sering dijumpai adalah :
a. Sarung tangan kain
Digunakan untuk memperkuat pegangan. Hendaknya dibiasakan bila
memegang bendayang berminyak, bagian-bagian mesin atau bahan logam
lainnya.
c. Sarung tangan asbes
Sarung tangan asbes digunakan terutama untuk melindungi tangan terhadap
bahaya pembakaran api. Sarung tangan ini digunakan bila setiap memegang
benda yang panas, seperti pada pekerjaan mengelas dan pekerjaan menempa
(pande besi).
c. Sarung tangan kulit
Sarung tangan kulit digunakan untuk memberi perlindungan dari ketajaman
sudut pada pekerjaan pengecoran. Perlengkapan ini dipakai pada saat harus
mengangkat atau memegang bahan tersebut.
d. Sarung tangan karet
Terutama pada pekerjaan pelapisan logam seperti pernikel, perkhrom dsb.
Sarung tangan menjaga tangan dari bahaya pembakaran asam atau melindungi
dari kepedasan cairan pada bak atau panic dimana pekerjaan tersebut

Universitas Sumatera Utara

berlangsung. Sarung tangan karet digunakan pula untuk melindungi kerusakan
kulit tangan karena hembusan udara pada saat membersihkan bagian-bagian
mesin dengan menggunakan kompresor.
5. Alat pelindung kaki
Untuk menghindarkan kerusakan kaki dari tusukan benda tajam, tertimpa benda
yang berat, terbakar oleh zat kimia, maka sebagai pelindung digunakan sepatu.
Sepatu ini harus terbuat dari bahan yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan.
6. Alat pelindung badan
a. Apron
Ketentuan memakai sebuah apron pelindung harus dibiasakan diluar baju kerja.
Apron kulit dipakai untuk perlindungan dari rambatan panas nyala api.
b. Pakaian pelindung
Dengan menggunakan pakaian pelindung yang dibuat dari kulit, maka pakaian
biasa akan terhindar dari percikan api terutama pada waktu mengelas dan
menempa. Lengan baju jangan digulung, sebab lengan baju akan melindungi
tangan dari sinar api.
2.6.

Pelatihan
Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,

meningkatkan, serta mengembangkan potensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan
etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan
kualifikasi jabatan atau pekerja, pelatihan kerja juga diatur secara lebih lanjut di
dalam pasal 9 sampai dengan pasal 30 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013
(Khakim, 2009).

Universitas Sumatera Utara

2.7. Standard Operation Procedure (SOP)
Standard Operation Procedure adalah Suatu standar/pedoman tertulis yang

dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai
tujuan organisasi dan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui
untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.
2.7.1. Tujuan Standard Operation Procedure (SOP)
1. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/pegawai
atau tim dalam organisasi atau unit kerja.
2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai
terkait.
4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau
kesalahan administrasi lainnya.
5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi.
2.7.2. Fungsi Standard Operation Procedure (SOP)
1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja.
2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.
3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.
4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.
5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin.

Universitas Sumatera Utara

2.8. Kerangka Pikir
Setelah melihat konsep permasalahan dan tinjauan di lapangan maka kerangka
pikir dalam penelitian ini adalah :

Perlindungan Ekonomis :
 Penghasilan yang layak

Pelaksanaan perlindungan
keselamatan dan kesehatan
kerja di PT. Wijaya Karya
Beton, Binjai

Perlindungan sosial :
 Jaminan sosial tenaga kerja
(Jamsostek)

Perlindungan teknis
 Pelatihan.
 SOP
 APD

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton Di Pt Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015

2 54 113

Pelaksanaan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

1 15 97

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON Hubungan Antara Beban Kerja Fisik Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalen

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA FISIK DENGAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON Hubungan Antara Beban Kerja Fisik Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalen

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Beban Kerja Fisik Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalengka.

0 2 5

Pelaksanaan Perlindungan Kesetan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

0 0 14

Pelaksanaan Perlindungan Kesetan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

0 0 2

Pelaksanaan Perlindungan Kesetan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

0 0 10

Pelaksanaan Perlindungan Kesetan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

0 0 3

Pelaksanaan Perlindungan Kesetan dan Kesehatan Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Produksi Di PT. Wijaya Karya Beton, Binjai Tahun 2013

0 0 5