Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton Di Pt Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015
HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN
BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON TAHUN 2015
SKRIPSI
Oleh :
HENGKY PUTRA S NIM. 111000110
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN
BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON TAHUN 2015
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
HENGKY PUTRA S NIM. 111000110
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(3)
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEKERJA BAGIAN TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiiplakan atau mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, Oktober 2015 Yang membuat pernyataan
(4)
(5)
iii
ABSTRAK
Kelelahan kerja mengakibatkan terjadinya penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja, sehingga pekerja menghentikan pekerjaannya dan mengambil waktu istirahat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja bagian produksi tulangan beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan. Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional. Populasi penelitian sebanyak 36 orang pekerja dan sampel sebanyak 24 orang pekerja dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Pengumpulan data kelelahan kerja dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner International Fatigue Research Committee dan pengumpulan data mengenai produktivitas kerja dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner produktivitas kerja. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik menggunakan Uji Ranks Spearman.
Setiap pengerjaan tulangan beton dilakukan dengan kerja berkelompok. Hasil penelitian menunjukkan kelelahan kerja yang dirasakan pekerja terdapat pada kategori kelelahan kerja ringan sebanyak 14 orang (58,3%) dan kelelahan kerja sedang sebanyak 10 orang (41,7%). Produktivitas kerja individu sesuai sebanyak 16 orang (66,7%) dan produktivitas kerja individu tidak sesuai sebanyak 8 orang (33,3%). Produktivitas kerja kolektif sesuai sebanyak 2 kelompok (50%) dan produktivitas kerja kolektif tidak sesuai sebanyak 2 kelompok (50%). Secara statistik (CI=0,05) diperoleh nilai p = 0,034 menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja individu.
Disarankan kepada pekerja untuk melakukan peregangan otot setiap dua jam kerja berturut guna mengurangi rasa lelah dan menggunakan waktu istirahatnya dengan sebaik-baiknya agar proses pemulihan tubuh berjalan dengan baik.
(6)
iv ABSTRACT
Work fatique affects a work energy depression and body endurance weakening to work, and also causes workers to stop their works and take rest time.
This research had aim to know correlation between work fatique with work productivity in PT.Wijaya Karya Beton Medan production of concrete reinforcement. The design of this research was analytic with cross sectional design. The population was 36 workers and sample was 24 people with purposive sampling method. Work fatique data was collected by interview with International Fatigue Research Committee questionnaire and data collecting about productivity was done with productivity questionnaire. To know the correlation between independent variable and dependent variable is done by using statistic test with Ranks Spearmen Test.
All of process on reinforcement workshop is done by each group. The result of research showed work fatique feeling by worker was on low level work fatique category was 14 people (58,3%) and medium level work fatique category was 10 people (41,7%).Appropriate individual productivity 16 people was (66,7%) and inappropriate individual productivity was 8 people (33,3%). Appropriate collective productivity were two groups (50%) and inappropriate group productivity were two groups (50%). The result of statistic test (CI= 0,05) obtain p-value 0,034 showed significant correlation between work fatique and individual productivity.
It is suggested for workers to stretching in every two hours of time working in order to reduce work fatique and use their rest time properly to have body recovery well processed.
(7)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkankan kepada Tuhan karena telah dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi dengan judul
“HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS
KERJA PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI TULANGAN BETON DI PT WIJAYA KARYA BETON MEDAN TAHUN 2015” ini tidak terlepas dari peran serta dan dukungan orang-orang terdekat yang memberikan waktu, tenaga dan pikirannya.
1. Terimakasih kepada Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. sebagai Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes sebagai Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Sumatera Utara.
3. Terimakasih kepada Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
4. Terimakasih kepada Ibu Eka Lestari Mahyuni,. SKM,. M. Kes selaku Dosen Pembimbing dan Anggota Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
5. Terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes dan Ibu Arfah Mardiana Lubis, S.Psi, M.Psi selaku Dosen Penguji yang telah
(8)
vi
memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama proses ujian skripsi hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Terimakasih kepada pihak direksi PT. Wijaya Karya Beton yang telah membantu saya dengan memberikan banyak informasi dan data-data yang bersangkutan dengan penulisan skripsi ini.
7. Terimakasih kepada Bapak Ahmad Zainudin selaku Kasi Keuangan dan Personalia yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di PT. Wijaya Karya Beton Medan.
8. Terimakasih kepada Karyawan PT. Wijaya Karya Beton Bapak Rahmat, Bapak Usuf, Bapak Muarianto, dan Bapak Saidi atas dukungan dan bantuan yang diberikan selama melakukan penelitian.
9. Teimakasih untuk Orang tua dan seluruh keluarga saya karena selalu memberikan dukungan serta doa. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan. 10.Terimakasih untuk teman seperjuangan; SC (Tommy, Iron, Rizal, Jonri,
Parno, Daniel, John Andri, Freddy, Erick, Frank, dan Joen), Departemen K3 (Daniel Tasmi, Windy, Devi, Widnaz, Rafika, Junita, Siti Saodah, Rina, Bayu, Eko, Malta, Ara, Friska, Mei, Khened, Legia dkk), Teman stambuk (Nanda, Roma Cristin, Dedy, Sabet, Riris, Dewi, Lamtiur, Jani, Jane, dkk) dan Adek junior (Franklin, Roy, Irwan, Frans, Karl, Rio). Terimakasih atas dukungan serta waktu kalian semua untuk saling mendukung. Semoga kita semua terus saling membantu dan mendukung dalam mencapai kesuksesan.
(9)
vii
Saya merasa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik, saran dan masukan yang membangun saya harapkan agar dapat memperbaiki isi Skripsi ini. Akhir kata semoga dapat memberikan manfaat pada semua pihak.
Medan, Oktober 2015 Penyusun
(10)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
RIWAYAT HIDUP ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan Penelitian... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1 Tujuan Umum ... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ... 6
1.4 Hipotesis Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Kelelahan Kerja ... 8
2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja... 8
2.1.2 Jenis Kelelahan Kerja ... 9
2.1.3 Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan ... 11
2.1.4 Proses Terjadinya Kelelahan ... 12
2.1.5 Gejala Gejala Kelelahan Kerja ... 15
2.1.6 Pengukuran Kelelahan Kerja... 17
2.1.7 Cara Mengatasi Kelelahan ... 19
2.2 Produktivitas Kerja... 21
2.2.1 Pengertian Produktivitas ... 21
2.2.2 Produktivitas Kerja... 23
2.2.3 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja... 25
2.2.4 Pengukuran Produktivitas ... 28
2.3 Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja ... 34
2.4 Kerangka Konsep ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
3.1 Jenis Penelitian ... 37
(11)
ix
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 37
3.2.2 Waktu Penelitian ... 37
3.3 Populasi dan Sampel ... 37
3.3.1 Populasi ... 37
3.3.2 Sampel ... 37
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38
3.4.1 Data Primer ... 38
3.4.2 Data Sekunder ... 38
3.5 Defenisi Operasional ... 39
3.6 Aspek Pengukuran ... 40
3.7 Analisis Data ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43
4.1 Gambaran Umum PT. Wijaya Karya Beton Medan ... 43
4.1.1 Deskripsi Umum Perusahaan ... 43
4.1.2 Visi Misi dan Strategi PT.Wijaya Karya Beton Medan ... 46
4.1.3 Struktur Organisasi ... 47
4.1.4 Proses Persiapan Tulangan ... 50
4.2 Karakteristik Responden ... 50
4.2.1 Umur ... 50
4.2.2 Pendidikan ... 51
4.2.3 Masa Kerja ... 52
4.3 Hasil Univariat ... 51
4.3.1 Gambaran Kelelahan Kerja ... 51
4.3.2 Gambaran Kelelahan Kerja Dilihat Berdasarkan Kelompok ... 55
4.3.3 Gambaran Produktivitas Kerja Individu ... 62
4.3.4 Gambaran Produktivitas Kerja Kolektif... 65
4.4 Hasil Uji Bivariat ... 67
4.4.1 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja individu ... 67
4.4.2 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Kolektif ... 68
BAB V PEMBAHASAN ... 69
5.1 Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 ... 69
5.2 Produktivitas Kerja Individu Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 ... 72
5.3 Produktivitas Kerja Kolektif Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 ... 73
5.4 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 ... 74
5.5 Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 ... 75
(12)
x
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 76
6.1 Kesimpulan ... 76
6.2 Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78 Lampiran
(13)
xi
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Defenisi operasional... Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015... Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015... Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015... Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Menurut Internsional Fatique Research Committe Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015...Distribusi Responden Berdasarkan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015...
Distribusi Kelelahan Kerja Menurut Internasional fatique Research Committe Pada Pekerja Kelompok I... Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok I... Distribusi Kelelahan Kerja Menurut Internasional fatique Research Committe Pada Pekerja Kelompok II... Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok II... Distribusi Kelelahan Kerja Menurut Internasional fatique Research Committe Pada Pekerja Kelompok III...
39 50 50 51 51 53 53 54 54 55 56
(14)
xii Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19
Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok II...
Distribusi Kelelahan Kerja Menurut Internasional fatique Research Committe Pada Pekerja Kelompok IV... Distribusi Kelelahan Kerja Pada Kelompok IV... Distribusi Responden Berdasarkan Kuesioner Produktivitas Kerja secara Individual Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015... Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja Secara Individual Pada Pekerja PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015... Tabel Pencatatan Produktivitas Kerja Kolektif... Distribusi Responden Berdasarkan Produktivitas Kerja Secara Kolektif Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015... Tabel Silang Antara Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015... Gambaran Kelelahan Kerja dan Produktivitas Kerja Kolektif Pada Pekerja Bagian Produksi Tulangan Beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015...
57 57 58 58 59 61 63 63 65
(15)
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1
Gambar 4.1
Kerangka Konsep………...
Struktur Organisasi Wika Beton Wilayah Penjualan I
Medan... 36
(16)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5.
Kuesioner
Surat Izin Penelitian
Surat Keterangan Selesai Penelitian Master Data
(17)
xv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hengky Putra Simanullang
Tempat Lahir : Berastagi
Tanggal Lahir : 24 Agustus 1992
Suku Bangsa : Batak
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : Charles Edward Simanullang
Suku Bangsa Ayah : Batak
Nama Ibu : Lesmy Siboro
Suku Bangsa Ibu : Batak
Pendidikan Formal
1. SD/ Tamatan tahun : SD SWT TD PARDEDE F/2004
2. SLTP/Tamatan tahun : SMP NEGERI 1 SUNGGAL /2007
3. SLTA/Tamatan tahun : SMA NEGERI 1 SUNGGAL /2010
(18)
iii
ABSTRAK
Kelelahan kerja mengakibatkan terjadinya penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja, sehingga pekerja menghentikan pekerjaannya dan mengambil waktu istirahat.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja bagian produksi tulangan beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan. Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross-sectional. Populasi penelitian sebanyak 36 orang pekerja dan sampel sebanyak 24 orang pekerja dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Pengumpulan data kelelahan kerja dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner International Fatigue Research Committee dan pengumpulan data mengenai produktivitas kerja dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner produktivitas kerja. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dilakukan uji statistik menggunakan Uji Ranks Spearman.
Setiap pengerjaan tulangan beton dilakukan dengan kerja berkelompok. Hasil penelitian menunjukkan kelelahan kerja yang dirasakan pekerja terdapat pada kategori kelelahan kerja ringan sebanyak 14 orang (58,3%) dan kelelahan kerja sedang sebanyak 10 orang (41,7%). Produktivitas kerja individu sesuai sebanyak 16 orang (66,7%) dan produktivitas kerja individu tidak sesuai sebanyak 8 orang (33,3%). Produktivitas kerja kolektif sesuai sebanyak 2 kelompok (50%) dan produktivitas kerja kolektif tidak sesuai sebanyak 2 kelompok (50%). Secara statistik (CI=0,05) diperoleh nilai p = 0,034 menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja individu.
Disarankan kepada pekerja untuk melakukan peregangan otot setiap dua jam kerja berturut guna mengurangi rasa lelah dan menggunakan waktu istirahatnya dengan sebaik-baiknya agar proses pemulihan tubuh berjalan dengan baik.
(19)
iv ABSTRACT
Work fatique affects a work energy depression and body endurance weakening to work, and also causes workers to stop their works and take rest time.
This research had aim to know correlation between work fatique with work productivity in PT.Wijaya Karya Beton Medan production of concrete reinforcement. The design of this research was analytic with cross sectional design. The population was 36 workers and sample was 24 people with purposive sampling method. Work fatique data was collected by interview with International Fatigue Research Committee questionnaire and data collecting about productivity was done with productivity questionnaire. To know the correlation between independent variable and dependent variable is done by using statistic test with Ranks Spearmen Test.
All of process on reinforcement workshop is done by each group. The result of research showed work fatique feeling by worker was on low level work fatique category was 14 people (58,3%) and medium level work fatique category was 10 people (41,7%).Appropriate individual productivity 16 people was (66,7%) and inappropriate individual productivity was 8 people (33,3%). Appropriate collective productivity were two groups (50%) and inappropriate group productivity were two groups (50%). The result of statistic test (CI= 0,05) obtain p-value 0,034 showed significant correlation between work fatique and individual productivity.
It is suggested for workers to stretching in every two hours of time working in order to reduce work fatique and use their rest time properly to have body recovery well processed.
(20)
1 1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi mendorong manusia mengerahkan segenap potensi untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan fasilitas serta sumber daya yang ada. Manusia dapat mencukupi kebutuhan hidup baik secara fisik maupun secara psikis dengan bekerja. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang ingin dicapai dan berharap aktivitas kerja yang dilakukan akan merubah suatu keadaan yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).
Peran sumber daya manusia (SDM) dalam menentukan keberhasilan perusahaan tidak dapat diabaikan begitu saja. Menurut Pfeffer yang dikutip oleh sutrisno (2012) sumber daya manusia merupakan sumber keunggulan daya saing yang mampu menghadapi berbagai tantangan. Hal ini juga di dukung oleh Gomez (1997), yang mengatakan bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting dan menentukan keberhasilan suatu perusahaan.
Sebuah perusahaan menerapkan kombinasi kebijakan, rencana sumber-sumber dan metodenya dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan khusus perusahaan. Kombinasi kebijakan-kebijakan ini dituangkan melalui dan dengan bantuan faktor-faktor produktivitas internal dan eksternal. Pada tingkat perusahaan, hampir seluruhnya direfleksikan dalam sumber pokok melalui produktivitas manajemen dan organisasi, produktivitas modal pokok, dan produktivitas tenaga kerja (Sinungan, 2005).
(21)
2
Menurut Tarwaka (2004), ada banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dan salah satunya adalah kelelahan kerja. Kelelahan kerja secara langsung mempengaruhi performansi kerja. Ada kecenderungan bahwa tingkat performansi kerja seseorang yang tinggi disebut sebagai orang yang menunjukkan produktivitas yang tinggi. Namun sebaliknya seseorang yang tingkat performansi kerjanya tidak memenuhi kriteria perusahaan maka pekerja tersebut dikatakan mempunyai produktivitas yang rendah.
Kelelahan adalah keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Kelelahan umumnya ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan persyarafan sentral atau kondisi psikis-psikologi (Suma’mur, 2009).
Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada hilangnya efesiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu, kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot, sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004).
Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah kesalahan kerja. Menurunnya
(22)
kinerja sama artinya dengan menurunnya produktivitas kerja. Produktivitas seorang tenaga kerja yang terganggu dan disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis maka akan dirasakan oleh perusahaan yang mengakibatkan timbulkannya berupa penurunan produktivitas perusahaan(Ambar, 2006).
Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari ini dikerjakan untuk kebaikan hari esok. Produktivitas adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kebutuhan hidup manusia, dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Untuk mencapai tingkat produktivitas yang optimal, maka perlu dilakukan melalui pendekatan multidisipliner yang melibatkan semua usaha, kecakapan, keahlian,modal, teknologi, manajemen, informasi dan sumber-sumber daya lain yang terpadu untuk melakukan perbaikan dalam upaya peningkatan kualitas hidup manusia (Tarwaka, 2004).
Peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin dilakukan oleh manusia. Sebaliknya, manusia pula yang dapat menjadi penyebab terjadinya pemborosan dan inefesiensi dalam berbagai bentuknya (Siagian,2002). Faktor manusia sangatlah berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja, seperti masalah tidur, kebutuhan biologis, dan juga kelelahan kerja, bahkan diutarakan bahwa penurunan produktivitas tenaga kerja di lapangan sebagian besar disebabkan oleh kelelahan kerja. Karena itu memberikan perhatian kepada unsur manusia merupakan salah satu tuntutan dalam keseluruhan upaya peningkatan produktivitas kerja.
(23)
4
Penelitian Yusdarli Hasibuan (2010) tentang hubungan kelelahan kerja dan kepuasaan kerja dengan produktivitas kerja perawat di ruang rawat inap RSU Dr. Tengku Mansyur Tangjungbalai menunjukkan bahwa dari 47 sampel penelitian terdapat 28 orang yang mengalami lelah (59,6%) dan 19 orang tidak lelah (40,4%). Dalam penelitian ini juga disebutkan bahwa dari 28 orang yang mengalami lelah terdapat 24 orang (85,7%) yang produktivitasnya tidak sesuai dan hanya 4 orang (14,3%) yang produktivitasnya sesuai dan hasil kesimpulan dalam penelitian ini menyatakan ada hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja.
Penelitian lain, oleh Ahmad Muizzudin (2013) tentang hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja tenun di PT. Alkatex Tegal menunjukkan bahwa dari 28 sampel penelitian terdapat 4 orang diantaranya (14,8%) termasuk dalam katagori kelelahan berat, 10 orang diantaranya (35,7%) termasuk dalam katagori kelelahan sedang, dan 14 orang diantaranya (50%) termasuk dalam katagori kelelahan ringan. Pada kategori kelelahan sedang dan berat terdapat 42,9% pekerja dengan produktivitas yang tidak sesuai, sedangkan dalam kategori kelelahan ringan hanya 7,1% yang produktivitasnya tidak sesuai. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja tenun di PT. Alkatex Tegal.
PT Wijaya Karya Beton adalah perusahaan yang memproduksi beton pracetak, seperti tiang listrik beton, tiang telepon beton, tiang pancang beton, bantalan jalan rel, bridge girders, PC-U Girders, sheet piles yang digunakan dalam proses konstruksi jembatan, gedung, jalan raya serta berbagai infrastruktur
(24)
lainnya. Perusahaan ini telah banyak mengalami perkembangan dimana sebagian besar dalam sistem produksinya sudah dibantu oleh mesin-mesin dalam pengerjaannya, meskipun demikian pekerja masih saja merupakan komponen kerja yang signifikan dalam sistem produksi. Oleh sebab itu, pekerja harus memiliki keterampilan yang baik agar tercipta produktivitas yang setinggi-tingginya.
Pada prinsipnya urutan proses produksi untuk setiap produk beton memiliki urutan yang sama yaitu persiapan tulangan, pembuatan adukan beton, perakitan tulangan kecetakan, pengecoran beton, penutupan cetakan, pemberian gaya tegangan, pemutaran cetakan (pendistribusian, pembentukan dan pemadatan), penguapan, pengeluaran produk dari cetakan dan penumpukan produk di stock yard.
Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada bagian produksi tulangan beton ini terdapat tiga proses tahapan antara lain adalah pemotongan (cutting), pembentukan ujung pada besi (heading), dan pembuatan spiral. Dalam proses perakitan ini pekerja yang harus selalu memberikan perhatian khusus dengan selalu memeriksa dan mengarahkan bahan rakitan tulang berupa besi spiral, besi beton dan PC wire. Beberapa pekerjaan lapangan yang juga dapat menyebabkan kelelahan pada pekerja antara lain mengangkat dan mengangkut besi, merakit tulangan besi dan pengelasan. Cara pengerjaannya membutuhkan ketelitian dan dilakukan secara berulang-ulang (monoton). Oleh sebab itu, sangat dibutuhkan keterampilan, kesiapan fisik, mental, dan kondisi lingkungan kerja yang baik. Kelelahan kerja yang terjadi akibat kondisi-kondisi
(25)
6
diatas dapat menurunkan produktivitas kerja pada perusahaan tersebut. Melalui wawancara singkat pada beberapa pekerja dibagian produksi tulangan ini ditemukan beberapa kondisi pelemahan dari pekerja yang sangat mungkin menunjukkan kelelahan seperti perasaan berat dikepala, kaku ditangan dan kaki, merasa lesu, mengantuk, merasa kaku dibahu dan rasa ingin berbaring.
Berdasarkan uraian diatas maka hal tersebut mendukung peneliti untuk melakukan penelitian hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
1.2 Permasalahan Penelitian
Apakah ada hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian
Untuk mengetahui hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian
1) Untuk mengetahui gambaran kelelahan kerja pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan tahun 2015.
2) Untuk mengetahui gambaran Produktivitas kerja pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT. Wijaya Karya Beton Medan tahun 2015.
(26)
1.4 Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja bagian produksi tulangan beton di PT Wijaya Karya Beton Medan Tahun 2015.
1.5 Manfaat Penelitian
1) Sebagai masukan bagi pihak perusahaan PT Wijaya Karya Beton Medan khususnya mengenai kelelahan kerja dan hubungannya dengan produktivitas kerja pada pekerja bagian produksi tulangan beton.
2) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai kelelahan kerja dan produktivitas kerja.
(27)
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelelahan Kerja
2.1.1 Pengertian Kelelahan Kerja
Kata lelah (fatique) menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tetapi semuanya berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Kelelahan merupakan suatu mekanisme tubuh
(Suma’mur, 2009). Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh
agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Kelelahan adalah ungkapan perasaan yang tidak enak secara umum, suatu perasaan yang kurang menyenangkan, perasaan resah dan capai yang menguras seluruh minat dan tenaga (Anoraga, 2009). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada hilangnya efesiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004).
Kelelahan adalah suatu perasaan yang kurang menyenangkan hingga berpengaruh pada menurunnya kekuatan bergerak dan akhirnya berpengaruh kepada menurunnya prestasi yang dicapai oleh individu yang mengalami kelelahan (Ryna Parlyna dan Arif Marsal, 2013).
Dari banyak defenisi kelelahan diatas, secara garis besar dapat dikatakan bahwa kelelahan kerja merupakan suatu pola yang timbul dari suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu yang sudah tidak sanggup lagi melakukan aktivitasnya (Sutalaksana, 2005).
(28)
2.1.2 Jenis Kelelahan Kerja
Kelelahan kerja dapat dibedakan berdasarkan: 1) Proses dalam otot yang terdiri dari :
a) Kelelahan otot, adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar.
b) Kelelahan umum, adalah perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004).
2) Penyebab Terjadinya Kelelahan yang terdiri dari:
a) Kelelahan Fisiologis, adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan-perubahan faal dalam tubuh. Dari segi fisiologis, tubuh manusia dapat dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan memberikan output yang berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.
b) Kelelahan psikologis, adalah kelelahan yang dapat dikatakan kelelahan palsu yang timbul dalam perasaan pekerja. Kelelahan ini dapat dilihat
(29)
10
dari perubahan tingkah laku atau pendapat-pendapatnya yang sudah tidak konsisten lagi, serta labilnya jiwa dengan adanya perubahan pada kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya. Beberapa sebab kelelahan ini diantaranya: kurangnya minat dalam pekerjaan, berbagai penyakit, monotoni, keadaan lingkungan, adanya hukum atau nilai moral yang mengikat yang dirasakan tidak cocok baginya, serta sebab-sebab fisikologis lain seperti tanggung jawab, kekhawatiran, dan konflik-konflik. Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan terkumpul didalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah.
3) Waktu terjadinya kelelahan kerja yang tediri dari:
a) Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.
b) Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi untuk jangka waktu yang panjang. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti :
1. Meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran terhadap orang lain.
2. Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
(30)
2.1.3 Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan
Grandjean (1991) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan dan efesiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan (cancel out the stres). Penyegaran terjadi terutama sewaktur tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. Faktor-faktor penyebab kelelahan antara lain: intensitas lamanya kerja fisik dan mental, lingkungan (iklim, penerangan, kebisingan, getaran dll), circadian rhythm, problem psikis (tanggung jawab, kekhawatiran, konflik dll), kenyerian dan kondisi kesehatan, dan nutrisi (Tarwaka, 2004).
Menurut Siswanto yang dikutip dari Ambar (2006), faktor penyebab kelelahan kerja berkaitan dengan:
a) Pengorganisasian kerja yang tidak menjamin istirahat dan rekreasi, variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan pekerjaan, b) Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir yang
berlebihan, serta konflik yang kronis/ menahun.
c) Lingkungan kerja yang tidak menjamin kenyamanan kerja serta tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap kesehatan pekerja.
d) Status kesehatan (penyakit) dan status gizi.
e) Monoton(pekerjaan/ lingkungan kerja yang membosankan).
Kelelahan yang disebabkan oleh kerja statis berbeda dengan kerja dinamis. Pada kerja otot statis, dengan pengerahan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja dalam satu menit, sedangkan pada pengerahan tenaga
(31)
12
<20% kerja fisik dapat berlangsung cukup lama. Tetapi pengerahan tenaga otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan
berlangsung sepanjang hari, lebih lanjut Suma’mur (2009) juga mengatakan bahwa kerja otot statis merupakan kerja berat, kemudian mereka membandingkan antara kerja otot statis dan kerja otot dinamis. Pada kondisi yang hampir sama, kerja otot statis mempunyai konsumsi energi yang lebih tinggi, denyut nadi meningkat dan diperlukan waktu istirahat yang lebih lama.
2.1.4 Proses Terjadinya Kelelahan Kerja
Kelelahan terjadi karena berkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, di mana produk-produk sisa ini bersifat membatasi kelangsungan aktivasi otot. Ataupun mungkin bisa dikatakan bahwa produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah.
Makanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot akan selalu diikuti oleh reaksi kimia (oksida glukosa) yang merubah glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan, sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontiniu. Ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dengan proses pemulihan.
(32)
Secara lebih jelas proses terjadinya kelelahan fisik adalah sebagai berikut : 1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulakan CO2, saerolatic, phospati, dan
sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya.
2. Karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Setiap 1 cm3 darah normal akan membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1% dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati. Oleh Karena itu, dengan adanya aktivitas bekerja persediaan glikogen dalam hati akan menipis. Kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati hanya tersisa 0,7%.
Untuk kelelahan fisiologis, para ahli meyakini bahwa keadaan dan perasaan kelelahan yang timbul karena adanya reaksi fungsional dari pusat kesadaran (Cortex cerebri) atas pengaruh dua sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus, dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi. Sedangkan sistem penggerak terdapat dalam formatio retikolaris yang bersifat dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan-peralatan tubuh ke arah reaksi. Dengan demikian, keadaan seseorang pada suatu saat tergantung pada hasil kerja kedua sistem antagonis tersebut.
(33)
14
Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat, maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya, apabila sistem penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang akan mengalami kelelahan. Itulah sebabnya, seseorang yang sedang lelah dapat melakukan aktivitas secara tiba-tiba apabila mengalami suatu peristiwa yang tidak terduga (ketegangan emosi). Demikian juga kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat daripada sistem penggerak (Sutalaksana, 2005).
Dalam bukunya “Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan kerja dan
produktivitas”, Tarwaka (2004) menyebutkan bahwa sampai saat ini masih ada
dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori klinis dan teori syaraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatkan sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efesiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya ransangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Ransangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akna menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan
(34)
gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang. 2.1.5 Gejala-gejala Kelelahan Kerja
Kelelahan dapat kita ketahui dari gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang sering timbul seperti :
1. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh tubuh, kaki terasa berat, menguap, pikiran kacau, mengantuk, mata berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri dan merasa ingin berbaring.
2. Merasa susah berfikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan.
3. Merasa sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri di punggung, pernafasan merasa tertekan, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan dan kurang sehat badan.
Gejala-gejala yang termasuk kelompok 1 menunjukkan pelemahan kegiatan, kelompok 2 menunjukkan pelemahan motivasi dan kelompok 3 menunjukkan kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melelahkan. Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan berakibat terjadinya kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja terjadi sesudah bekerja pada sore hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala. Gejala-gejala psikis ditandai dengan
(35)
perbuatan-16
perbuatan anti sosial dan perasaan tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi, kurangnya tenaga serta kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai kelainan-kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan pencernaan,tidak dapat tidur dan lain-lain. Kelelahan kronis demikian disebut kelelahan klinis. Hal ini menyebabkan tingkat absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja pada waktu jangka pendek disebabkan kebutuhan istirahat lebih banyak atau meningkatnya angka sakit. Kelelahan klinis terutama terjadi pada mereka yang mengalami konflik-konflik mental atau kesulitan-kesulitan psikologis. Sikap negatif terhadap kerja, perasaan terhadap atasan atau lingkungan
kerja memungkinkan faktor penting dalam sebab ataupun akibat (Suma’mur,
2009).
Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999) yang dikutip dalam penelitian Yusdarli antara lain:
1) Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi
daripada pekerja yang masih “penuh semangat”.
2) Memburuknya hubungan si pekerja dengan pekerja lain.
3) Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup rumah tangga seseorang.
Menurut International Labour Organitation (ILO) kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh faktor kelelahan. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja dan menambah kesalahan kerja. Menurunnya kinerja sama artinya dengan menurunnya produktivitas kerja (Depkes RI, 1990).
(36)
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh para peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menunjukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Grandjean (1993) mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok sebagai berikut; kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan, uji psiko-motor (psychomotor test), uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test), perasaan kelelahan secara subjektif (subjective feelings of fatique), dan uji mental dengan bourdon wiersman test (Tarwaka, 2004).
1) Kualitas dan kuantitas hasil kerja dilakukan
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja(waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti; target produksi; faktor sosial; dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal factor.
2) Uji psiko-motor (psychomotor test)
Dapat dilakukan dengan cara melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motor dengan menggunakan alat digital reaction timer untuk mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting
(37)
18
suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot.
3) Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)
Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan, disamping untuk mengukur kelelahan juga dapat menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja. 4) Perasaan kelelahan secara subjektif (subsjective feelings of fatique)
Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee (IFRC) jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi tiga puluh daftar pertanyaan yang terdiri dari :
a) 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan yaitu perasaan berat dikepala, lelah seluruh badan, berat dikaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri yidak stabil dan ingin berbaring.
b) 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi yaitu sudah berfikir, lelah untuk berbicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit untuk memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, dan tidak tekun dalam pekerjaan.
(38)
c) 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik yaitu sakit di kepala, kaku dibahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, spasme dikelopak mata,tremor pada anggota badan, dan merasa kurang sehat.
5) Uji mental dengan Bourdon Wiersman test
pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan dalam menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersman test merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan konsentrasi.
6) Alat Ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2).
Menurut Setyawati KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja) merupakan parameter untuk mengukur perasaan kelelahan kerja sebagai gejala subjektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Keluhan-keluhan yang dialami pekerja sehari-hari membuat mereka mengalami kelelahan kronis.(Hotmatua, 2009)
Dari uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kelelahan biasanya terjadi pada akhir jam kerja yang disebabkan oleh karena beberapa faktor, seperti monotoni, kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pemakainya, stasiun kerja yang tidak ergonomik, sikap paksa dan pengaturan waktu kerja-istirahat yang tidak tepat.
2.1.7 Cara Mengatasi Kelelahan
Kelelahan dapat dikurangi bahkan ditiadakan dengan pendekatan berbagai cara yang ditujukan kepada aneka hal yang bersifat umum dan pengolahan kondisi
(39)
20
pekerjaan dan lingkungan kerja ditempat kerja. Misalnya banyak hal dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengaturan cutiempat kerja. Misalnya banyak hal dapat dicapai dengan menerapkan jam kerja dan waktu istirahat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengaturan cuti yang tepat, penyelanggaraan tempat istirahat yang memperhatikan kesegaran fisik dan keharmonisan mental psikologis, pemamfaatan masa libur dan peluang untuk rekreasi, dan lain-lain. Penerapan ergonomi yang bertalian dengan perlengkapan dan peralatan kerja, cara kerja serta pengelolahan lingkungan kerja yang memenuhi persyaratan fisiologis dan psikologis kerja merupakan upaya yang sangat membantu mencegah timbulnya kelelahan. Demikian pula sangat besar peran dari pengorganisasian proses produksi yang tepat. (Suma’mur, 2009)
Tarwaka (2004) menyebutkan bahwa agar dapat menangani kelelahan dengan tepat, maka kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan. Sebagai contoh :
penyebab kelelahan; 1. Aktivitas kerja fisik 2. Aktivitas kerja mental 3. Stasiun kerja tidak ergonomis 4. Sikap paksa 5. Kerja statis 6. Kerja bersifat monotoni 7. Lingkungan kerja ekstrim 8. Psikologis 9. Kebutuhan kalori kurang 10. Waktu kerja-istirahat tidak tepat.
Cara mengatasi; 1.sesuaikan kapasitas kerja fisik 2. Sesuaikan kapasitas kerja mental 3. Redesain stasiun kerja ergonomis 4. Sikap kerja alamiah 5. Kerja lebih dinamis 6. Kerja lebih bervariasi 7. Redesain lingkungan kerja 8. Reorganisasi kerja 9. Kebutuhan kalori seimbang 10. Istirahat setiap dua jam kerja dengan sedikit kudapan.
(40)
Selain hal tersebut manajemen pengendalian berupa tindakan preventif melalui pendekatan inovatif dan partisipatoris, tindakan kuratif, tindakan rehabilitatis dan jaminan masa tua masih sangat dibutuhkan.
2.2 Produktivitas kerja 2.2.1 Pengertian Produktivitas
Secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya.
Misalnya saja, “produktivitas adalah ukuran efesiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masuk atau output : input. Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai.
Menurut L. Greenberg yang dikutip oleh Sinungan (2005), produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut, produktivitas juga diartikan sebagai:
a) Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil.
b) Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) tertentu.
Aigner (dalam Hidayat,1993), mengatakan bahwa filsafat mengenai produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia, karena makna produktivitas adalah keinginan dan upaya manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang.
Produktivitas pada dasarnya merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan
(41)
22
hari ini dikerjakan untuk kebaikan hari esok (Sutomo, 1991 dikutip dari Dewan Produktivitas Nasional Indonesia). Pengertian lain dari produktivitas adalah suatu konsep universal yang menciptakan lebih banyak barang dan jasa bagi kebutuhan manusia, dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Untuk mencapai tingkat produktivitas yang optimal, maka perlu dilakukan pendekatan multidisipliner yang melibatkan semua usaha, kecakapan, keahlian, modal, teknologi, manajemen, informasi dan sumber-sumber daya lain secara terpadu untuk melakukan perbaikan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia.
Dari beberapa pengertian produktivitas diatas dapatlah dikelompokkan manjadi tiga yaitu : (Sinungan, 2005)
a) Rumus tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain adalah dari pada yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input).
b) Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
c) Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esensial yaitu : investasi, termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset, manajemen dan tenaga kerja.
Produktivitas yang dapat dikatakan meningkat apabila:
a) Jumlah produksi/keluaran meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang sama.
(42)
b) Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya yang lebih kecil.
c) Produksi/keluaran meningkat diperoleh dengan penambahan sumber daya yang relatif kecil.
Produktivitas adalah suatu pendekatan interdisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efesien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendaya gunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi, energi dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat. (sinungan, 2005)
Dewasa ini, produktivitas individu mendapat perhatian cukup besar. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa sebenarnya produktivitas manapun bersumber dari individu yang melakukan kegiatan. Namun individu yang dimaksud adalah individu sebagai tenaga kerja yang memiliki kualitas kerja yang memadai.
2.2.2 Produktivitas Kerja
Dalam bidang industri, produktivitas mempunyai arti ukuran yang relatif nilai atau ukuran yang ditampilkan oleh daya produksi, yaitu sebagai campuran dari produksi dan aktivitas; sebagai ukuran yaitu seberapa baik kita menggunakan sumber daya dalam mencapai hasil yang diinginkan (Ravianto, 1991). Selanjutnya Webster (dalam Yatman dan Abidin, 1991) memberikan batasan tentang produktivitas, yaitu:
(43)
24
a) Keseluruhan fisik dibagi unit dari usaha produktif.
b) Tingkat keefektifan manajer industri dalam pengggunaan aktivitas untuk produksi.
c) Keefektifan dalam menggunakan tenaga kerja dan peralatan.
Dalam setiap kegiatan produksi, seluruh sumber daya mempunyai peran yang menentukan tingkat produktivitas, maka sumber daya tersebut perlu dikelola dan diatur dengan baik.
Menurut Tohardi yang dikutip oleh Sutrisno (2012) bahwa produktivas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih baik hari ini dari pada hari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini. Sikap yang demikian akan mendorong seseorang untuk tidak cepat merasa puas, akan tetapi harus mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan kerja dengan cara selalu mencari perbaikan-perbaikan dan peningkatan.
Menurut Kussrianto yang dikutip oleh Sutrisno (2012), mengemukakan bahwa produktivitas kerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Peran serta tenaga kerja disini adalah penggunaan sumber daya serta efesien dan efektif.
Menurut Sedarmayanti (2009) produktivitas kerja menunjukkan bahwa individu merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran (pencapaian unjuk kerja maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan (tenaga kerja) yang mencangkup kuantitas, kualitas dalam waktu tertentu. Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input
(44)
sebagai masukan dan output sebagai keluarannya yang merupakan indikator daripada kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai produktivitas yang tinggi dalam suatu organisasi.
Sutrisno (2012) membuat sebuah kesimpulan bawa produktivitas kerja terdiri dari tiga aspek, yaitu: pertama, produktivitas adalah keluaran fisik per unit dari usaha produktif; Kedua produktivitas merupakan tingkat keefektifan dari manajemen industri dalam menggunakan fasilitas-fasilitas untuk produksi dan ketiga, produktivitas adalah keefektivan dari penggunaan tenaga kerja dan peralatan.
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas kerja. Soedirman dan Tarwaka merinci faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas secara umum (Tarwaka, 2004).
1) Motivasi. Motivasi merupakan kekuatan atau motor kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu dan melibatkan segala kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya.
2) Kedisiplinan. Disiplin merupakan sikap mental yang tercermin dalam perbuatan tingkah laku perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika norma dan kaidah yang berlaku.
3) Etos kerja. Etos kerja merupakan salah satu penentu produktivitas, karena etos kerja merupakan pandangan untuk menilai sejauh mana kita
(45)
26
melakukan suatu pekerjaan dan terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap pekerjaan yang kita lakukan.
4) Keterampilan. Faktor keterampilan baik keterampilan teknis maupun manejerial sangat menentukan tingkat pencapaian produktivitas. Dengan demikian setiap individu selalu dituntut untuk terampil dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam perubahan teknologi mutakhir.
5) Pendidikan. Tingkat pendidikan harus selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun informal. Karena setiap penggunaan teknologi hanya akan dapat dikuasai dengan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang handal.
Menurut Simanjuntak, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, yaitu : (Sutrisno,2009)
1) Pelatihan
Latihan kerja dimaksudkan untuk melengkapi karyawan dengan keterampilan dan cara-cara yang tepat untuk menggunakan peralatan kerja. Untuk itu latihan kerja diperlukan bukan hanya sebagai pelengkap tetapi sekaligus untuk memberikan dasar-dasar pengetahuan. Karena dengan latihan karyawan belajar untuk mengerjakan sesuatu dengan benar-benar dan tepat, serta dapat memperkecil dan meninggalkan kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Stoner (1991), mengemukakan bahwa peningkatan produktivitas bukan pada pemutakhiran peralatan, akan tetapi pada pengembangan karyawan yang paling utama. Dari hasil penelitian beliau
(46)
menyebutkan 75% peningkatan produktivitas justru dihasilkan oleh perbaikan pelatihan dan pengetahuan kerja, kesehatan dan alokasi tugas. 2) Mental dan kemampuan fisik karyawan
Keadaan mental dan fisik karyawan merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi perhatian bagi organisasi, sebab keadaan fisik dan mental karyawan mempunyai hubungan yang erat dengan produktivitas kerja karyawan.
3) Hubungan antara atasan dan bawahan
Hubungan atasan dengan bawahan akan mempengaruhi kegiatan yang akan dilakukan sehari-hai. Bagaimana pandangan atasan terhadap bawahan, sejauh mana bawahan diikutsertakan dalam penentuan tujuan. Sikap yang saling jalin-menjalin telah mampu meningkatkan produktivitas karyawan dalam bekerja. Dengan demikian, jika karyawan diperlakukan secara baik, maka karyawan tersebut akan berpartisipasi dengan baik pula dalam proses produksi, sehingga akan berpengaruh pada tingkat produktivitas kerja.
Sedangkan Tiffin dan Cormick (dalam Siagian, 2003) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja dapat disimpulakan menjadi dua golongan yaitu:
1) Faktor yang ada pada diri individu, yaitu umur, temperamen, keadaan fisik individu, kelelahan dan motivasi.
(47)
28
2) Faktor yang ada diluar individu, yaitu kondisi fisik seperti suara, penerangan, waktu istirahat, lama kerja, upah, bentuk organisasi, lingkungan sosial dan keluarga.
2.2.4 Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting di semua tingkatan ekonomi. Pada perusahaan pengukuran produktivitas terutama digunakan sebagai sarana manajemen untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Manfaat lain yang diperoleh dari pengukuran produktivitas terlihat pada penempatan perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan target atau sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran informasi antara tenaga kerja dan manajemen secara periodik terhadap masalah-masalah yang saling berkaitan.
Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar. Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas tenaga kerja dapat dinyatakan sebagai suatu indeks yang sangat sederhana.
Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda.
1) Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan – namun hanya mengetengahkan apakah meningkan atau berkurang tingkatannya.
(48)
2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya. Pengukuran seperti itu menunjukkan pencapaian relatif.
3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik sebagai memusatkan perhatian pada sasaran atau tujuan (Sinungan, 2005).
Umumnya keluaran dari suatu industri sulit diukur secara kuantitatif. Dalam pengukuran produktivitas biasanya selalu dihubungkan dengan keluaran secara fisik, yaitu produk akhir yang dihasilkan. Produk di sini bisa terdiri dari bermacam-macam tipe dan ukuran, teristimewa dijumpai dalam suatu industri yang bersifat job order. Demikian pula proses yang dipakai dalam industri umumnya terdiri dari bermacam-macam proses produksi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Suatu produk mungkin memerlukan lebih dari satu proses pengerjaan dan umumnya akan dijumpai suatu industri yang membuat lebih dari satu macam produk.
Adanya macam, ukuran, dan tahapan proses yang berbeda akan mendatangkan kesulitan dalam menetapkan keluaran yang bisa dihasilkan dalam suatu proses produksi. Hal ini akan pula menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan produktivitas kerja manusianya. Untuk mengukur produktivitas kerja dari tenaga kerja manusia, operator mesin, misalnya, maka formulasi berikut bisa dipakai untuk maksud ini, yaitu:
(49)
30
Di sini produktivitas dari tenaga keja ditunjukkan sebagai rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan per total tenaga kerja yang jam manusia ( man-hours), yaitu jam kerja yang dipakai untuk menyelesaikan pekerjan tersebut. Tenaga kerja yang dipekerjakan dapat terdiri dari tenaga kerja langsung ataupun tidak langsung., akan tetapi biasanya meliputi keduanya. Untuk produk-produk tertentu rasio ini dapat pula dinyatakan dalam jumlah produk yang dibuat per jam kerja yang dipergunakan untuk itu.
Menurut Sinungan (2005), pengukuran produktivitas kerja memiliki tiga cara pengukuran yaitu :
1) Karena hasil maupun masukan dapat dinyatakan dalam waktu, produktivitas kerja dapat dinyatakan suatu indeks yang sangat sederhana :
2) Masukan dalam ukuran produktivitas tenaga kerja seharusnya menutup semua jam kerja para pegawai baik secara kantor maupun pekerja kasar.
3) Selanjutnya indeks produktivitas tenaga kerja juga dapat dinyatakan menurut cara finansial. Pertama, menghitung penjualan (dengan nilai tukar). Kedua, penyesuaian volume barang –barang yang dijual dalam jumlah produksi dengan membuat penelitian yang tepat, penjualan dan pemasukan tenaga kerja dalam waktu tertentu mungkin tidak cocok/
(50)
memadai sebab akumulasi penelitian pengurangannya terjadi pada saat lalu.
4) Langkah kerja adalah mencatat daftar gaji menurut tingkat upah dan gaji yang disesuaikan jumlah tenaga kerja.
Jadi bagi keperluan pengukuran umum produktivitas kerja memiliki unit-unit yang diperlukan yakni kuantitas dan kualitas hasil penggunaan masukan.
Selanjutnya bisa dinyatakan bahwa seseorang telah bekerja dengan produktif jikalau ia telah menunjukan output kerja yang paling tidak telah mencapai suatu ketentuan minimal. Ketentuan ini didasarkan atas besarnya keluaran yang dihasilkan secara normal dan diselesaikan dalam jangka waktu yang layak pula. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa disini ada dua unsur yang bisa dimasukan sebagai kriteria produktivitas, yaitu:
1) Besar / kecilnya keluaran yang dihasilkan, dan
2) Waktu kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Waktu kerja disini adalah suatu ukuran umum dari nilai masukan yang harus diketahui guna melaksanakan penelitian dan penilaian mengenai produktivitas kerja manusia (Wignjosoebroto, 2003).
AM. Sugeng Budiono, (2003), menyatakan bahwa produktivitas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana : P = Produktivitas Q = Keluaran
(51)
32
I = Masukan
Masukan dapat berupa bahan baku, teknologi (pabrik, mesin, peralatan kerja), modal, SDM. Produktivitas dapat digunakan sebagai ukuran tingkat efisiensi, efektivitas dan kualitas setiap sumber daya yang digunakan selama produksi berlangsung. Hasil bagi antara output dan input akan menghasilkan suatu besaran angka mutlak. Angka ini memperlihatkan:
1) Apakah produktivitas akan meningkat dari satu periode ke periode yang lain?
2) Apakah produktivitas suatu perusahaan lebih baik dari yang lain?
Setiap sumber daya mempunyai produktivitas tersendiri (produktivitas partial). Produktivitas dari masing-masing sumber daya dihitung sebagai berikut:
Produktivitas akan meningkat bila:
1) Keluaran meningkat tetapi masukan menurun 2) Keluaran tetap tetapi masukan menurun
3) Keluaran meningkat dan masukan meningkat tetapi perbedaan keluaran lebih besar dari kenaikan masukan.
(52)
1) Tenaga kerja mampu menghasilkan keluaran (barang) yang lebih besar dalam waktu yang sama.
2) Hasil Perhitungan
Menurut Kussrianto yang dikutip Sutrisno (2009), produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja di sini adalah penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien.
Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana. Apabila masukan yang sebenarnya digunakan semakin besar penghematannya, maka tingkat efisiensi semakin tinggi, tetapi semakin kecilmasukan yang dihemat, sehingga semakin rendah tingkat efisiensi. Pengertian efisiensi disini lebih berorientasi kepada masukan sedangkan masalah keluaran (output) kurang menjadi perhatian utama.
Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat.
Kualitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah terpenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi dan harapan. Konsep ini dapat hanya berorientasi kepada masukan, keluaran atau keduanya. Disamping itu kualitas
(53)
34
juga berkaitan dengan proses produksi yang akan berpengaruh pada kualitas hasil yang dicapai secara keseluruhan (Sedarmayanti, 2009).
2.3 Hubungan Kelelahan Kerja Dengan Produktivitas Kerja
Kelelahan kerja merupakan bagian dari permasalahan umum yang sering dijumpai pada tenaga kerja. Menurut beberapa peneliti, kelelahan secara nyata dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja dan dapat menurunkan produktivitas. Investigasi di beberapa negara menunjukkan bahwa kelelahan (fatigue) memberi kontribusi yang signifikan terhadap terjadinya kecelakaan kerja (Hotmatua, 2009).
Suma’mur (2009) mengatakan bahwa kelelahan umum ditunjukkan oleh hilangnya kemauan untuk bekerja, hal berarti setiap pekerja yang sudah merasa lelah akan mengambil waktu istirahat yang akan mengurangi waktu efektif produktif dari pekerja.
Tarwaka (2004) juga menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas kerja dimana kelelahan objektif dan subjektif akan mempengaruhi performansi kerja seorang pekerja dan akan berakibat pada tinggi atau rendahnya produktivitas tenaga kerja.
Pendapat tersebut didukung oleh Sutrisno (2012), mengatakan bahwa biasanya orang yang tingkat performansinya tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang tingkat performansinya tidak mencapai standar dikatakan tidak produktif.
Menurut Mc Farland kelelahan kerja merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan adanya penurunan efisiensi kerja, keterampilan serta peningkatan kecemasan atau kebosanan (Hotmatua, 2009).
(54)
Menurut Cameron (1973) kelelahan kerja merupakan kriteria yang kompleks yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan kinerja fisik, adanya perasaan lelah, penurunan motivasi dan penurunan produktivitas kerja.
Menurut Setyawati (1985), yang dikutip oleh Wignjosoebroto (2000) bahwa Secara umum kelelahan kerja merupakan keadaaan yang dialami tenaga kerja yang dapat mengakibatkan penurunan vitalitas dan produktivitas kerja.
Selanjutnya Ahmadi (2009) yang dikutip Rina Parlyna berpendapat bahwa kelelahan merupakan gejala berkurangnya manusia melakukan sesuatu. Berkurangnya kekuatan bergerak (baik rohani ataupun jasmani) akan memberi pengaruh mengurangi prestasi kerja yang dicapai.
(55)
36
Variabel Terikat :
Produktivitas Kerja 2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja dimana kerangka konsep dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja yang hasil ukurnya dibagi kedalam empat klasifikasi kelelahan yaitu rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi sedangkan produktivitas kerja dibagi menjadi produktivitas kerja sesuai dan produktivitas kerja tidak sesuai.
Variabel Bebas :
(56)
37 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian ini.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah PT. Wijaya Karya Beton Medan dengan pertimbangan bahwa belum pernah sebelumnya dilakukan penelitian mengenai hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pekerja bagian produksi tulangan beton.
3.2.2 Waktu Penelitian
Dilakukan Pada Bulan Maret 2015 sampai dengan bulan oktober 2015. 3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja pada bagian perakitan PT Wijaya Karya Beton Medan berjumlah 36 orang.
3.3.2 Sampel
Besarnya sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). Adapun kriteria yang diambil menjadi sampel yaitu:
(57)
38
1.) Pekerja yang sedang menjalani kerja shift pagi. 2.) Mengerjakan jenis yang sama.
3.) Pekerja dalam kondisi sehat dan bukan penderita suatu penyakit.
4.) Tidak terikat aktivitas kerja tambahan lainnya selain di lokasi penelitian. Sampel yang dapat diambil adalah 24 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai data responden (identitas, umur, masa kerja, status kawin). Untuk mengukur kelelahan kerja pada pekerja menggunakan kuesioner perasaan kelelahan secara subjektif yaitu subjective self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee dan untuk produktivitas kerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner produktivitas mengumpulkan data produksi yang diperoleh dari hasil pencatatan pada data produksi perusahaan. 3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder berupa data produksi perusahaan, tugas dan tanggungjawab dan struktur organisasi perusahaan diperoleh dari pihak manajemen yang berwenang.
(58)
3.5 Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi Operasional Indikator
Variabel Independent
1. Kelelahan Kerja Kelelahan kerja adalah perasaan kelelahan berupa keluhan dan gejala subyektif yang dirasakan karena pekerjaannya yang diukur dengan kuesioner perasaan kelelahan secara subjektif yaitu subjective self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee (Tarwaka, 2004).
1. Pelemahan Kegiatan 2. Pelemahan Motivasi 3.
4. Pelemahan Fisik
Variabel Dependen 2. Produktivitas
Kerja
1. Produktivitas kerja individu adalah kinerja pekerja yang merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses. Data tentang produktivitas kerja ini berupa penilaian kerja dengan menggunakan kuesioner produktivitas kerja
1. Kuantitas 2. Kualitas
3. Ketepatan Waktu 4. Kerjasama 5. kemampuan
2. Produktivitas kerja kolektif (bersama-sama) adalah hasil output kerja
sebuah tim berupa banyaknya
tulangan beton yang dapat dihasilkan sebuah tim yang disesuaikan dengan target perusahaan yang ditetapkan berdasarkan perencanaan produksi.
Hasil Produksi Tulangan Beton.
(59)
40
3.6Aspek Pengukuran 3.6.1 Kelelahan kerja
Pengukuran tingkat kelelahan kerja dilakukan dengan menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee untuk mengukur tingkat perasaan lelah secara subyektif. Setiap pertanyaan kuesioner menggunakan Skala Likert dan tingkat kelelahan pada pekerja diukur dengan menjumlahkan skor dari seluruh pertanyaan(Sugiyono, 2013).
Setiap pertanyaan akan diberikan katagorik jawaban yaitu Sangat Sering (SS) dengan keterangan jika hampir setiap hari terasa lelah dalam seminggu, Sering (S) dengan keterangan 3-4 hari terasa lelah dalam seminggu, Kadang-Kadang (K) dengan keterangan 1-2 hari terasa lelah dalam seminggu, dan Tidak Pernah (TP) dengan keterangan tidak pernah merasa lelah dalam seminggu.
Untuk pertanyaan dengan jawaban “Sangat Sering” diberi nilai 4, “Sering” diberi nilai 3, untuk jawaban “ Kadang-Kadang” diberi nilai 2, untuk
jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1. Untuk jumlah nilai tertinggi adalah 120
dan jumlah nilai terendah adalah 30. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh maka dapat diketahui tingkat kelelahan kerja yang dikategorikan sebagai berikut:
a) Rendah, bila responden memperoleh jumlah nilai 30-52. b) Sedang, bila responden memperoleh jumlah nilai 53-75. c) Tinggi, bila responden memperoleh jumlah nilai 76-98.
(60)
3.6.2 Produktivitas Kerja
Produktivitas kerja dalam penelitian ini dilihat dalam dua hal yaitu : produktivitas kerja secara kolektif dan produktivitas kerja secara individu.
a. Produktivitas Kerja Secara Individual
Produktivitas kerja secara individual diukur dengan menggunakan kuesioner produktivitas kerja dengan memberikan penilaian terhadap tiap pernyataan. Kusioner produktivitas individu terdiri dari 10 pertanyaan. Setiap pertanyaan kuesioner menggunakan Skala Likert dan produktivitas pada pekerja dikategorikan dengan menjumlahkan nilai dari seluruh pertanyaan (sugiyono, 2013).
Setiap pertanyaan akan diberi katagorik jawaban yaitu Baik, Cukup dan
Kurang. Pertanyaan dengan jawaban “Baik” diberi nilai 3, “Cukup” diberi nilai 2 dan “Kurang” diberi nilai 1. Untuk jumlah nilai tertinggi adalah 30 dan nilai terendah adalah 10. Berdasakan jumlah yang diperoleh maka didapatkan tingkat produktivitas kerja yang dikategorikan sebagai berikut :
a. Produktivitas Sesuai, bila responden memiliki jumlah nilai ≥ 22 atau ≥75% dari jumlah nilai.
b. Produktivitas Tidak Sesuai, bila responden memiliki jumlah nilai < 22 atau <75% dari jumlah nilai.
b. Produktivitas Kerja Secara Kolektif
Produktivitas kerja secara kolektif dilihat dari data hasil produksi perusahaan dan di olah dalam lembar produktivitas kerja. Perusahaan menargetkan bagian produksi tulangan beton dapat memproduksi tulangan
(1)
Kurang Kepercayaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sering 1 4,2 4,2 4,2
Kadangkadang 7 29,2 29,2 33,3
Tidak Pernah 16 66,7 66,7 100,0
Total 24 100,0 100,0
Cemas terhadap sesuatu
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Sering 1 4,2 4,2 4,2
Sering 4 16,7 16,7 20,8
Kadangkadang 12 50,0 50,0 70,8
Tidak Pernah 7 29,2 29,2 100,0
Total 24 100,0 100,0
Tidak dapat mengontrol sikap
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sering 1 4,2 4,2 4,2
Kadangkadang 10 41,7 41,7 45,8
Tidak Pernah 13 54,2 54,2 100,0
Total 24 100,0 100,0
Tidak dapat tekun dalam bekerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kadangkadang 1 4,2 4,2 4,2
Tidak Pernah 23 95,8 95,8 100,0
Total 24 100,0 100,0
Sakit kepala
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kadangkadang 15 62,5 62,5 62,5
Tidak Pernah 9 37,5 37,5 100,0
(2)
Bahu terasa kaku
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Sering 1 4,2 4,2 4,2
Sering 5 20,8 20,8 25,0
Kadangkadang 14 58,3 58,3 83,3
Tidak Pernah 4 16,7 16,7 100,0
Total 24 100,0 100,0
Merasa nyeri dibagian punggung
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat Sering 1 4,2 4,2 4,2
Sering 3 12,5 12,5 16,7
Kadangkadang 12 50,0 50,0 66,7
Tidak Pernah 8 33,3 33,3 100,0
Total 24 100,0 100,0
Sulit untuk bernafas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sering 1 4,2 4,2 4,2
Kadangkadang 2 8,3 8,3 12,5
Tidak Pernah 21 87,5 87,5 100,0
Total 24 100,0 100,0
Merasa haus
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat sering 24 100,0 100,0 100,0
Suara serak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kadangkadang 1 4,2 4,2 4,2
Tidak Pernah 23 95,8 95,8 100,0
Total 24 100,0 100,0
Merasa Pening
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kadangkadang 12 50,0 50,0 50,0
Tidak Pernah 12 50,0 50,0 100,0
(3)
Kelopak mata terasa berat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kadangkadang 17 70,8 70,8 70,8
Tidak Pernah 7 29,2 29,2 100,0
Total 24 100,0 100,0
Gemetar diseluruh tubuh
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sangat sering 1 4,2 4,2 4,2
Kadangkadang 4 16,7 16,7 20,8
Tidak Pernah 19 79,2 79,2 100,0
Total 24 100,0 100,0
Merasa kurang sehat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Sering 1 4,2 4,2 4,2
Kadangkadang 8 33,3 33,3 37,5
Tidak Pernah 15 62,5 62,5 100,0
Total 24 100,0 100,0
Kelelahan Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Lelah Ringan 14 58,3 58,3 58,3
Lelah Sedang 10 41,7 41,7 100,0
Total 24 100,0 100,0
Pertanyaan Produktivitas1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 14 58,3 58,3 58,3
cukup 9 37,5 37,5 95,8
kurang 1 4,2 4,2 100,0
(4)
Pertanyaan Produktivitas2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 12 50,0 50,0 50,0
cukup 10 41,7 41,7 91,7
kurang 2 8,3 8,3 100,0
Total 24 100,0 100,0
Pertanyaan Produktivitas3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 5 20,8 20,8 20,8
cukup 16 66,7 66,7 87,5
kurang 3 12,5 12,5 100,0
Total 24 100,0 100,0
Pertanyaan Produktivitas4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 8 33,3 33,3 33,3
cukup 13 54,2 54,2 87,5
kurang 3 12,5 12,5 100,0
Total 24 100,0 100,0
Pertanyaan Produktivitas5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 13 54,2 54,2 54,2
cukup 10 41,7 41,7 95,8
kurang 1 4,2 4,2 100,0
Total 24 100,0 100,0
Pertanyaan Produktivitas6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 15 62,5 62,5 62,5
cukup 8 33,3 33,3 95,8
kurang 1 4,2 4,2 100,0
(5)
Pertanyaan Produktivitas7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 10 41,7 41,7 41,7
cukup 13 54,2 54,2 95,8
kurang 1 4,2 4,2 100,0
Total 24 100,0 100,0
Pertanyaan Produktivitas8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 5 20,8 20,8 20,8
cukup 18 75,0 75,0 95,8
kurang 1 4,2 4,2 100,0
Total 24 100,0 100,0
Pertanyaan Produktivitas9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 14 58,3 58,3 58,3
cukup 7 29,2 29,2 87,5
kurang 3 12,5 12,5 100,0
Total 24 100,0 100,0
Pertanyaan Produktivitas10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid baik 9 37,5 37,5 37,5
cukup 14 58,3 58,3 95,8
kurang 1 4,2 4,2 100,0
Total 24 100,0 100,0
Produktivitas Individu Kategori
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid sesuai 16 66,7 66,7 66,7
tidak sesuai 8 33,3 33,3 100,0
(6)
Produktivitas Kolektif Kategori
Frequency
(kelompok) Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid sesuai 2 50,0 50,0 50,0
tidak sesuai 2 50,0 50,0 100,0
Total 4 100,0 100,0
Kelelahan Kerja * Produktivitas Individu Kategori Crosstabulation
Produktivitas Individu Kategori Total
sesuai tidak sesuai sesuai
Kelelahan Kerja Lelah Ringan 12 2 14
Lelah Sedang 4 6 10
Total 16 8 24
Correlations
Total Nilai Kelelahan
Total Nilai Produktivitas
Individu
Spearman's rho Total Nilai Kelelahan Correlation Coefficient 1,000 -,435(*)
Sig. (2-tailed) . ,034
N 24 24
Total Nilai
Produktivitas Individu
Correlation Coefficient -,435(*) 1,000
Sig. (2-tailed) ,034 .
N 24 24