Keefektifan Model Predict-Observe-Explain terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep pada Mata Pelajaran IPA | Astuti | Mimbar Sekolah Dasar 7876 19251 1 PB
p-ISSN 2355-5343
e-ISSN 2502-4795
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 16/08/2017; Accepted: 18/12/2017
Mimbar Sekolah Dasar, Vol 4(3) 2017, 235-244
DOI: 10.17509/mimbar-sd.v4i3.7876
Keefektifan Model Predict-Observe-Explain terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep pada Mata Pelajaran IPA
Marisa Rizqi Astuti1, Joko Sulianto2 & Veryliana Purnamasari3
1,2,3PGSD
FIP Universitas PGRI Semarang
Sidodadi Timur Nomor 24, Karangtempel, Semarang Timur, Semarang
1Email: marisarizqi12@gmail.com
2Email: sulianto.jo@gmail.com
3Email: verylianapurnamasari@gmail.com
1,2,3Jln.
ABSTRACT
The background that encourages this research is
comprehending the concept of fifth grade
students in science subject very low. The
objective to be achieved in this research is to
know the differences in the ability of
comprehending the concept of science in the
fifth grade students of SDN 05 Telukwetan Jepara
between learning using POE and learning model
using conventional method. This research is an
experimental research belongs to quantitative
method. This research used True Experimental
design. The type of the design is taken PosttestOnly Control Design. Based on the results of the
research data analysis capabilities using the
concept comprehension test two parties,
obtained by tcount = 3.5259, and t le = 2.0154
with a significance level of 5% by dk = n1 + n2 - 2 =
23 +23 - 2 = 44. Based on the results of the
analysis, obtained tcount> ttable is 3.5259> 2.0154
then Ho rejected and Ha accepted. Thus, we can
conclude that there are differences in the ability
of science to the students' comprehending the
concept of learning used POE and learning
model using conventional method.
Keywords:
model
of
comprehending the concept
POE;
ability;
ABSTRAK
Latar belakang yang mendorong penelitian ini
adalah rendahnya pemahaman konsep siswa
kelas V pada mata pelajaran IPA. Tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan kemampuan
pemahaman konsep IPA pada siswa kelas V
SDN 05 Telukwetan Jepara antara pembelajaran
yang
menggunakan
model
POE
dan
pembelajaran yang menggunakan metode
konvensional. Jenis penelitian ini adalah
penelitian
eksperimen.
Penelitian
ini
menggunakan desain True Experimental Design.
Bentuk desain yang diambil adalah Posttest-Only
Control Design. Berdasarkan hasil analisis data
penelitian kemampuan pemahaman konsep
menggunakan uji t dua pihak, diperoleh t n =
3,5259, dan � �� = 2,0154 dengan taraf signifikan
5% dengan dk = n1 + n2 – 2 = 23 +23 – 2 = 44.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh
thitung > ttabel yaitu 3,5259 > 2,0154 maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan kemampuan
pemahaman konsep IPA pada siswa antara
pembelajaran yang menggunakan model POE
dan pembelajaran yang menggunakan metode
konvensional.
Kata
Kunci:
model
pemahaman konsep
POE;
kemampuan
How to Cite: Astuti, M., Sulianto, J., & Purnamasari, V. (2017). Keefektifan Model Predict-Observe-Explain terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep pada Mata Pelajaran IPA. Mimbar Sekolah Dasar, 4(3), 235–244.
http://doi.org/10.17509/mimbar-sd.v4i3.7876.
PENDAHULUAN ~ Ilmu Pengetahuan Alam
bahwa IPA membahas tentang gejala-
(IPA) merupakan ilmu yang mempelajari
gejala alam yang disusun secara sistematis
tentang
gejala-gejala
yang didasarkan pada hasil percobaan
alam, dan mempelajari kehidupan alam
dan pengamatan yang dilakukan oleh
sekitarnya (Servitri, 2017, p. 1). Winaputra
manusia.
(Samatowa, 2010, p. 3) menyebutkan
mengatakan,
peristiwa
atau
[235]
Atmojo
(2015,
bahwa
p.
130)
dalam
Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…
pembelajaran
IPA,
keterampilan
proses
menemukan
sejumlah
yang
dipelajari.
diperlukan
dari
siswa
ke
dalam
pembelajaran
aktif.
untuk
Pembelajaran aktif merupakan metode
konsep-konsep
pengajaran yang melibatkan siswa secara
Bahkan,
saat
ini
aktif dalam proses pembelajaran.
Oleh
pengajaran IPA di sekolah tidak hanya
karena
mementingkan
pembelajaran aktif dapat meningkatkan
penguasaan
terhadap
fakta dan konsep, tetapi yang lebih
itu,
dengan
menerapkan
kemampuan pemahaman konsep IPA.
penting adalah siswa memahami tentang
proses bagaimana
fakta
dan
konsep
Guru
dalam
proses
pembelajaran
tersebut ditemukan yaitu dengan melalui
berperan penting dalam mencapai tujuan
observasi
Melalui
pembelajaran. Bahkan Samsudin (2014, p.
observasi dan eksperimen, siswa dituntut
70) menegaskan bahwa guru merupakan
untuk aktif
pihak yang paling disorot dalam capaian
dan
eksperimen.
dan terlibat langsung dalam
kegiatan pembelajaran, sehingga siswa
belajar
dapat lebih memahami konsep-konsep
pembelajaran
IPA dan dapat mengingatnya lebih lama
fasilitator
dibandingkan
membawa
yang
dengan
pembelajaran
menggunakan
metode
siswa.
Peran
aktif
yaitu
guru
adalah
guru
siswa
dalam
sebagai
yang
untuk
dapat
berpartisipasi
dalam pembelajaran yaitu memberikan
konvensional. Menurut Eliyani (2014, p. 2),
kesempatan
mata pelajaran IPA lebih menekankan
mengemukakan
pada pemahaman konsep belajar sambil
argumentasinya.
melakukan (learning by doing). Learning
dengan teori konstruktivisme.
kepada
siswa
gagasan
Hal
untuk
maupun
tersebut
sesuai
by doing adalah metode belajar yang
dilakukan dengan cara berbuat atau
Konstruktivisme
memparaktekkan.
pembelajaran yang mengarahkan siswa
merupakan
proses
untuk membangun dan mengkonstruksi
Proses
pembelajaran
sangat
pengetahuan
menentukan kemampuan pemahaman
pengetahuan
konsep siswa. Menurut Undang-Undang
sehingga
No.
bermakna. Pembelajaran bermakna yaitu
20
Tahun
2003
di
kelas
tentang
Sistem
pembelajaran
menyatakan
menghafal
“pembelajaran
yang
siswa
Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 20
bahwa
yang
baru
sudah
dapat
yang
dengan
dimilikinya,
belajar
tidak
konsep-konsep
atau
secara
hanya
fakta-
adalah proses interaksi antar siswa, antar
fakta, tetapi merupakan kegiatan yang
siswa
menghubungkan
dengan
pendidik
dan
sumber
konsep-konsep
untuk
belajar pada suatu lingkungan belajar”.
menghasilkan pemahaman yang utuh,
Pembelajaran
dengan
sehingga konsep yang dipelajari akan
baik jika terjadi interaksi antara guru, siswa
dipahami secara baik dan tidak mudah
dan sumber belajar. Hal tersebut termasuk
dilupakan.
dapat
berjalan
[236]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 3 Desember 2017
Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar
demonstrasi
masih
akhirnya
banyak
yang
menggunakan
metode
konvensional.
konvensional
ini
kurang
atau
eksperimen,
menjelaskan hasil
dan
eksperimen
Metode
mereka dan prediksi mereka sebelumnya.
dalam
Salah satu manfaat model pembelajaran
efektif
meningkatkan pemahaman konsep siswa,
POE
karena kurang melibatkan siswa secara
berkeinginan untuk melakukan eksperimen
aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
sehingga siswa lebih memahami konsep.
metode ini masih berpusat pada guru.
Keunggulan
Berdasarkan data nilai UTS siswa kelas V
Predict-Observe-Explain
semester
Ilmu
dibandingkan
dengan
metode
Pengetahuan Alam (IPA), dapat diketahui
pembelajaran
konvensional
adalah
bahwa
keaktifan
dalam
1
siswa
mata
pelajaran
kelas
V
masih
belum
adalah
memotivasi
dari
siswa
model
siswa
agar
pembelajaran
(POE)
ini
mencari
tahu
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
informasi dan interaksi yang baik antara
(KKM) yang ditentukan oleh sekolah yaitu
siswa dengan siswa maupun siswa dengan
65. Data dari siswa kelas VA hanya 43%
guru.
siswa
yang
dapat
memenuhi
KKM,
sedangkan siswa kelas VB yang memenuhi
Berdasarkan
KKM hanya 48% siswa. Sehingga, dapat
maka peneliti tertarik untuk melakukan
disimpulkan bahwa pemahaman konsep
penelitian
pada mata pelajaran IPA rendah.
mengetahui
latar
belakang
dengan
tersebut,
tujuan
perbedaan
untuk
kemampuan
pemahaman konsep IPA pada siswa kelas
Pemahaman
meningkat
konsep
jika
siswa
dalam
akan
V SDN 05 Telukwetan
proses
Jepara antara
pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran IPA menggunakan model
POE
pembelajaran
menggunakan metode konvensional.
pembelajaran
yang
yang
tepat.
dapat
Model
dan
pembelajaran
yang
diterapkan
dalam pembelajaran IPA adalah model
METODE
POE
Model
Jenis
model
eksperimen dengan menggunakan True
(Predict-Observe-Explain).
pembelajaran
POE
pembelajaran
yang
secara
langsung
adalah
melibatkan
dalam
siswa
penelitian
Experimental
proses
ini
adalah
penelitian
dengan
Design
bentuk
Posttest Only Control Design. Desain ini
pembelajaran dengan cara melakukan
menggunakan
eksperimen, sehingga pengetahuan yang
eksperimen
dan
diperoleh menjadi lebih bermakna. Model
eksperimen
adalah
pembelajaran
POE
perlakuan berupa pembelajaran dengan
pembelajaran
yang
adalah
melibatkan
model
siswa
menggunakan
dalam memprediksi suatu fenomena atau
kejadian, melakukan
observasi
dua
[237]
kelas
kelas
model
Observe-Explaine),
melalui
kelas
yaitu
kelas
kontrol.
Kelas
yang
diberi
POE
sedangkan
(Predictkelas
Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…
kontrol adalah kelas yang tidak diberikan
analisis
perlakuan.
prasyaratan
data
awal
analisis
menggunakan
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 05
normalitas
Telukwetan,
homogenitas
Kecamatan
Welahan,
dan
akhir.
data
Uji
awal
menggunakan
dengan
uji
dengan
uji
uji
liliefors,
uji
F,
uji
dan
Kabupaten Jepara. Kegiatan penelitian ini
matching
group.
dilaksanakan pada kelas V semester 2
prasyaratan
analisis
Tahun Pelajaran 2016/2017.
dengan menggunakan menggunakan uji
Populasi dalam penelitin ini adalah seluruh
normalitas,
siswa kelas V, yang terbagi menjadi dua
hipotesis yang menggunakan uji t dua
kelas yaitu kelas VA dan VB. Teknik
pihak.
pemilihan
menggunakan bantuan Microsoft Office
sampel
menggunakan
dalam
penelitian
non
probability
teknik
uji
Sedangkan
data
akhir
homogenitas
Dalam
proses
Uji
sama
dan
analisis
uji
data
Excel 2007.
sampling dengan jenis sampling jenuh.
Menurut Sugiono (2014, p. 85) sampling
HASIL
jenuh adalah “teknik penentuan sampel
Berdasarkan Hasil penelitian berupa hasil
bila semua anggota populasi digunakan
postest kemampuan pemahaman konsep,
sebagai sampel”.
dapat
dideskripsikan
perbedaan
Teknik
pengumpulan
data
bahwa
kemampuan
terdapat
pemahaman
dalam
konsep IPA siswa kelas V antara kelas yang
penelitian ini menggunakan teknik tes.
diberikan perlakuan menggunakan model
Teknik tes digunakan
pembelajaran POE dengan kelas yang
untuk mengetahui
kemampuan pemahaman konsep siswa
menggunakan
pada materi sifat-sifat cahaya. Peneliti
konvensional. Hal ini terlihat dari hasil
memberikan tes kepada kedua kelas,
analisis data nilai postest kemampuan
yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen
pemahaman konsep siswa. Siswa kelas VA
berupa soal posttest berbentuk pilihan
di
ganda berjumlah 22 butir soal. Data dari
dibandingkan dengan kelas VB di kelas
penelitian ini berupa data akhir yaitu hasil
kontrol.
posttest dari kelas eksperimen dan kelas
pemahaman konsep kelas kontrol dan
kontrol. Sedangkan data awal diperoleh
kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel
dari nilai UTS IPA kelas V pada semester 1.
1.
kelas
metode
eksperimen
Daftar
nilai
pembelajaran
lebih
unggul
kemampuan
Data awal digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat kesamaan kemampuan
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa
awal siswa.
rata-rata nilai kemampuan pemahaman
konsep kelas eksperimen lebih tinggi dari
Teknik analisis data dalam penelitian ini
kelas
dilakukan dengan dua tahap yaitu teknik
[238]
kontrol.
Kelas
eksperimen
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 3 Desember 2017
mempunyai rata-rata 80,43, sedangkan
kelas
kontrol
67,58.
Tabel 1. Daftar Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai Posttest
Keterangan
Nilai tertinggi
Kelas Eksperimen
95,4
Kelas Kontrol
90,9
Nilai terendah
Rata-rata
50
80,43
40,9
67,58
Siswa tuntas
21
13
Siswa tidak tuntas
2
10
Persentase ketuntasan
91,3%
56,5%
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih
Ltabel yaitu 0,1436 < 0,1798
dahulu dilakukan uji prasyaratan analisis.
diterima.
maka H0
Uji persyaratan analisis data awal yaitu
menggunakan
uji
normalitas,
uji
Uji homogenitas yang digunakan dalam
homogenitas dan uji matching group. Uji
penelitian ini menggunakan uji F.
normalitas dilakukan pada dua kelompok
homogenitas digunakan untuk menguji
data, meliputi data kelompok eksperimen
kesamaan varians dari dua kelompok
dan data kelompok kontrol. Uji normalitas
yang berdistribusi normal.
ini digunakan untuk mengetahui apakah
perhitungan uji F dari data awal kelas
data yang digunakan merupakan data
eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh
yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
varians kelas eksperimen = 147,87 dan
normalitas
varians
dilakukan
menggunakan
uji
Liliefors
dengan
pada
taraf
kelas
kontrol
=
Uji
Berdasarkan
75,57
maka
diperoleh Fhitung = 1,957. Berdasarkan daftar
signifikansi 5%.
tabel diperoleh nilai Ftabel = 2,05 dengan dk
pembilang 22, dk penyebut 22, dan taraf
Berdasarkan uji Liliefors data awal pada
signifikan 5%. Dari perhitungan tersebut
kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,1608,
maka Fhitung < Ftabel yaitu 1,957 < 2,05
dengan n = 23 dan taraf signifikan 5%
sehingga H0 diterima. Sehingga dapat
diperoleh Ltabel = 0,1798, sehingga Lhitung <
disimpulka
Ltabel yaitu 0,1608 < 0,1798
tersebut mempunyai varians yang sama
diterima.
bahwa
Sehingga
data
nilai
dapat
UTS
maka H0
disimpulkan
siswa
bahwa
kedua
kelompok
atau homogen.
kelas
eksperimen, berasal dari populasi yang
Uji matching group ini digunakan untuk
berdistribusi normal. Begitu juga dengan
mengetahui apakah nilai rata-rata UTS IPA
kelas kontrol diperoleh Lhitung = 0,1436,
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dengan n = 23 dan taraf signifikan 5%
memiliki
diperoleh Ltabel = 0,1798, sehingga Lhitung <
matching group pada penelitian ini ada
perbedaan
atau
tidak.
Uji
tiga tahapan, pertama mencari mean
[239]
Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…
dari
masing-masing
kelas,
kemudian
mencari
standar
deviasi
dari
masing
kelas,
selanjutnya
Begitu juga dengan uji Liliefors pada kelas
masing-
kontrol diperoleh Lhitung = 0,0873, dengan n
mencari
= 23 dan taraf signifikan 5% diperoleh Ltabel
perbedaan dengan menggunakan rumus
= 0,1798, sehingga Lhitung < Ltabel yaitu 0,0873
uji t dua sampel.
< 0,1798 maka H0 diterima. Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
data
nilai
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat
posttest kemampuan pemahaman konsep
diketahui bahwa pada kelas diperoleh
kelas kontrol, berasal dari populasi yang
mean yaitu 63,35 dan standar deviasi (SD)
berdistribusi normal.
12,16. Sedangkan kelas kontrol diperoleh
mean sebesar 64,74 dan standar deviasi
Uji homogenitas yang digunakan dalam
8,69. Kemudian dianalisis dengan uji t
penelitian
matching group, rumus yang digunakan
Berdasarkan perhitungan uji F dari data
adalah separated varians, diperoleh thitung
akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol,
=
-0,4464 dengan dk = n1 + n2 – 2 = 23
ini
menggunakan
varians
+23 – 2 = 44 dan taraf signifikan 5%,
150,8994
dan varians kelas kontrol =
sehingga
2,0154.
154,5501 maka diperoleh Fhitung = 1,0242.
tersebut,
Berdasarkan daftar tabel diperoleh nilai
yaitu -0,4464 <
Ftabel = 2,05 dengan dk pembilang 22, dk
2,0154 maka H0 diterima. Sehingga dapat
penyebut 22, dan taraf signifikan 5%. Dari
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
perhitungan tersebut maka Fhitung < Ftabel
nilai rata-rata UTS kelas eksperimen dan
yaitu 1,0242< 2,05 sehingga H0 diterima.
kelas kontrol.
Sehingga
Berdasarkan
ttabel
hasil
=
analisis
diperoleh thitung < ttabel
kedua
Uji
persyaratan
menggunakan
uji
homogenitas
Berdasarkan
analalisi
normalitas
dan
uji
akhir
dan
tersebut
bahwa
mempunyai
varians yang sama atau homogen.
uji
hipotesis.
Uji
hipotesis
dalam
penelitian
ini
menggunakan Uji T dua pihak (two tail
0,112,
test). Uji t dua pihak digunakan untuk
dengan n = 23 dan taraf signifikan 5%
mengetahui apakah terdapat perbedaan
diperoleh Ltabel = 0,1798, sehingga Lhitung <
kemampuan pemahaman konsep siswa
Ltabel yaitu 0,112 < 0,1798 maka H0 diterima.
antara pembelajaran dengan model POE
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
(Predict-Observe-Explaine)
hasil posttest kemampuan pemahaman
konvensional.
konsep kelas eksperimen, berasal dari
menggunakan rumus t-test. Rumus t-test
populasi yang berdistribusi normal.
yang dapat digunakan untuk menguji
Liliefors
diperoleh
pada
kelompok
disimpulkan
=
kelas
eksperimen
uji
data
dapat
eksperimen
F.
diperoleh
diperoleh
kelas
uji
Lhitung
=
Pengujian
dan
metode
hipotesis
hipotesis adalah Separated Varians.
[240]
ini
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 3 Desember 2017
Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima
taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan
jika Ho = �ℎ�
dk = n1 + n2 – 2.
Ha = �ℎ�
��
��
�
�
�� .
��
dan Ha diterima jika,
Dengan nilai �
��
Tabel 2. Uji T Dua Pihak
N
thitung
ttabel
Kesimpulan
23
3,5259
2,0154
Terdapat perbedaan
Berdasarkan hasil perhitungan uji T dua
Tahap
pihak
kemampuan
sebelum siswa memprediksi terlebih dulu
pemahaman konsep kelas eksperimen
dibentuk kelompok. Guru membagi siswa
dan kelas kontrol dengan menggunakan
menjadi 5 kelompok secara acak. Setiap
rumus Separated Varians, diperoleh t
kelompok
dari
hasil
posttess
= 3,5259, dan diperoleh �
��
n
pertama
memiliki
heterogen.
= 2,0154
yaitu
memprediksi,
kemampuan
yang
meminta
setiap
Guru
dengan taraf signifikan 5% dengan dk = n1
kelompok mengambil LKPD beserta alat
+ n2 – 2 = 23 +23 – 2 = 44. Berdasarkan hasil
dan bahan untuk melakukan percobaan.
analisis tersebut, diperoleh thitung > ttabel
Setelah itu, guru menghadapkan siswa
yaitu 3,5259 > 2,0154 maka H0 ditolak dan
dengan alat dan bahan percobaan yang
Ha
akan
diterima.
Jadi,
kesimpulan
yang
dilakukan,
menjelaskan
akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol
dilakukan terkait peralatan tersebut. Siswa
adalah terdapat perbedaan kemampuan
kemudian
pemahaman konsep IPA pada siswa kelas
tentang apa yang akan terjadi dengan
V SDN 05 Telukwetan
Jepara antara
alat dan bahan tersebut. Siswa melakukan
pembelajaran yang menggunakan model
prediksi dengan menganalisis pertanyaan
POE
yang terangkum dalam LKPD. Pertanyaan
pembelajaran
yang
saja
guru
diperoleh dari uji T dua pihak dari data
dan
apa
kemudian
membuat
yang
suatu
harus
prediksi
tersebut terkait dengan apa yang akan
menggunakan metode konvensional.
terjadi pada percobaan tersebut. Siswa
terlihat
PEMBAHASAN
sangat
antusias
dalam
eksperimen
pembelajaran
memprediksi apa yang akan terjadi, hal
dilaksanakan
dengan
menggunakan
tersebut
dibuktikan
model
(Predict-Observe-Explaine).
bertanya
kepada
Pada
kelas
POE
dengan
guru
siswa
tentang
pertanyaan yang kurang dimengerti.
Menurut Suyono & Hariyanto (2014, p. 4142) Pembelajaran dengan model POE
terdiri dari 3 tahapan, yaitu memprediksi,
Tahap kedua setelah memprediksi yaitu
mengamati dan menjelaskan.
mengamati. Setelah memprediksi siswa
diarahkan oleh guru untuk melakukan
percobaan
[241]
berdasarkan
petujuk
yang
Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…
tertera dalam LKPD. Siswa mengamati
sederhana, demonstrasi atau percobaan
percobaan
dan
dan
menganalisis
hasil
peragaan
prosedur
ilmiah,
dan
percobaan kemudian mendiskusikannya.
kegiatan
Pada tahap ini, siswa terlibat aktif dalam
peluang
pembelajaran, hal tersebut terlihat dari
mempertajam gagasannya.
semua
Kondisi belajar dalam teori konstruktivisme
anggota
mengikuti
langkah-
praktis
lain
yang
kepada
memberi
siswa
untuk
langkah percobaan, siswa secara aktif
tersebut
bertanya kepada guru apabila menemui
memahami materi yang diajarkan. Hal
kesulitan,
tersebut dibuktikan dengan nilai rata-rata
berdiskusi
kelompok,
dengan
serta
pengamatan
anggota
menganalisis
berdasarkan
membantu siswa
untuk
lebih
hasil
kemampuan pemahaman konsep siswa
percobaan
yang tinggi. Dari hasil posttest diperoleh
yang telah dilakukan.
rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar
80,43, terdapat 21 siswa tuntas dan 2 siswa
Tahap
selanjutnya
yaitu
menjelaskan
tidak
(explaine). Pada tahap ini masing-masing
kelompok
yang
menjelaskan
berupa
mencocokkan
hasil
hasil
Dengan
presentase
ketuntasan sebesar 91,3%.
diskusinya
percobaan
dengan
tuntas.
prediksi
dan
Berbeda
yang
dengan
kelas
eksperimen,
pembelajaran IPA pada kelas kontrol
sudah dibuat sebelumnya di hadapan
menggunakan
kelompok lain. Sedangkan kelompok lain
Pada
memberikan
kepada
kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa
sedang
hanya bisa mendengarkan penjelasan
kelompok
dari guru, dan mencatat materi yang
memberikan
ditulis guru di papan tulis. Pada saat siswa
tanggapan
kelompok
yang
mempresentasikan.
sangat
antusias
tanggapan
maju.
Setiap
untuk
terhadap
Pada
ini
yang
pembelajaran
diberikan
ini,
pertanyaan
konvensional.
terlihat
tentang
siswa
materi
siswa
dapat
yang diajarkan, siswa kurang aktif dalam
pengetahuannya
sendiri
menjawab pertanyaan, hanya 2 atau 3
yaitu dari prediksi dan hasil pengamatan,
siswa yang menjawab. Pembelajaran di
sehingga
yang
kelas kontrol ini hanya terpusat pada guru,
dipahami oleh siswa. Hal tersebut sesuai
sehingga mengakibatkan nilai posttest
dengan bentuk kondisi belajar yang sesuai
kemampuan pemahaman konsep rendah
dengan
daripada
membangun
tahap
kelompok
metode
menghasilkan
materi
teori konstruktivisme. Menurut
kelas
eksperimen
yang
Taniredja (2014, p. 13) ada beberapa
menggunakan
bentuk kondisi belajar yang sesuai dengan
posttest diperoleh rata-rata nilai kelas
teori konstruktivisme antara lain: diskusi
kontrol sebesar 67,58, terdapat 13 siswa
yang
tuntas dan 10 siswa tidak tuntas. Dengan
semua
memberikan
siswa
gagasannya,
kesempatan
mau
menguji
agar
mengungkapkan
hasil
model
POE.
Dari
presentase ketuntasan sebesar 56,5%.
penelitian
[242]
hasil
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 3 Desember 2017
Berdasarkan
pengujian
hipotesis
yang
maupun
dengan
guru
dalam
proses
dianalisis dengan uji T dua pihak, diperoleh
pembelajaran. Hal tersebut dibuktikkan
t
dengan
= 3,5259, dan diperoleh �
n
��
=
persentase
ketuntasan
kelas
2,0154 dengan taraf signifikan 5% dengan
eksperimen lebih tinggi daripada kelas
dk = n1 + n2 – 2 = 23 +23 – 2 = 44.
kontrol. Kelas eksperimen yang dikenai
Berdasarkan
tersebut,
perlakuan dengan menggunakan model
diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,5259 > 2,0154
POE persentase ketuntasannya mencapai
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi,
91,3%. Sedangkan kelas kontrol yang tidak
kesimpulan yang diperoleh yaitu terdapat
dikenai
perbedaan
ketuntasannya
hasil
analisis
kemampuan
konsep IPA pada
pemahaman
perlakuan,
sebesar
persentase
56,5%.
Dari
penelitian yang sudah dilakukan diperoleh
siswa kelas V SDN 05
Telukwetan Jepara antara pembelajaran
hasil
yang
pemahaman konsep siswa pada kelas
menggunakan
pembelajaran
model
yang
POE
dan
akhir
bahwa
eksperimen yang
menggunakan
kemampuan
diberi perlakuan dan
kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan
metode konvensional.
terdapat perbedaan, dimana pada rataBerdasarkan
hasil
membuktikan
hipotesis
bahwa
rata
tersebut,
nilai
kemampuan
pemahaman
konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi
pembelajaran
POE
dibanding kelas kontrol. Rata-rata nilai
efektif
kelas eksperimen sebesar 80,43 sedangkan
digunakan dalam proses pembelajaran
kelas kontrol sebesar 67,58. Jadi, secara
IPA di SDN 05 Telukwetan, karena dalam
keseluruhan model pembelajaran Predict-
pembelajaran POE, siswa terlibat langsung
Observe-Explain
dalam
dan
meningkatkan pemahaman konsep siswa
antusias dalam memprediksi, mengamati
pada mata pelajaran IPA, karena dengan
dan
menggunakan model ini siswa dapat lebih
dengan
menggunakan
(Predict-Observe-Explaine)
kegiatan
model
ini
pembelajaran,
menjelaskan
(mempresentasikan)
keaktifan
menjadi lebih baik dan dapat belajar
proses
siswa
dan
dapat
aktif,
selama
antar
ini
hasil percobaan, sehingga mendorong
siswa
interaksi
(POE)
guru
secara bermakna sehingga materi yang
pembelajaran berlangsung.
dijarkan tetap diingat dan tidak mudah
dilupakan.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan Sudiadnyani (2013, p.
3)
bahwa
pembelajaran
keunggulan
dari
SIMPULAN
model
Berdasarkan
Predict-Observe-Explain
hasil
penelitan,
maka
(POE) ini dibandingkan dengan metode
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
pembelajaran
perbedaan
konvensional
adalah
kemampuan
pemahaman
keaktifan siswa dalam menggali informasi,
konsep IPA pada
dan
Telukwetan Jepara antara pembelajaran
interaksi
yang
baik
antar
siswa
[243]
siswa kelas V SDN 05
Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…
yang
menggunakan
pembelajaran
metode
model
yang
Pekalongan”.
Skripsi.
Universitas PGRI Semarang
dan
menggunakan
konvensional.
dibuktikan dengan t
POE
n
Hal
>t
el
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.
tersebut
pada uji T
Samsudin, A. (2014). SUPERVISI AKADEMIK
PEMBELAJARAN IPA MELALUI ICT BASED
LESSON STUDY UNTUK MEMBANGUN
LEARNING COMMUNITY GURU SD.
Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 77-82.
doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v1i1.867.
dua pihak. Pada uji T dua pihak, diperoleh
t
n
= 3,5259, dan diperoleh t
el
= 2,0154
dengan taraf signifikan 5% dengan dk = n1
+ n2 – 2 = 23 +23 – 2 = 44. Berdasarkan hasil
analisis tersebut, diperoleh thitung > ttabel
yaitu 3,5259 > 2,0154, maka H0 ditolak dan
Ha
diterima.
Jadi,
kesimpulan
Semarang:
Servitri,
M.
(2017).
PEMBELAJARAN
MULTIMEDIA IPA DENGAN MODEL
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA. Mimbar Sekolah Dasar, 4(1), 1-8.
doi:http://dx.doi.org/10.23819/mimbarsd.v4i1.6157.
yang
diperoleh dari uji T dua pihak dari data
akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah terdapat perbedaan kemampuan
pemahaman konsep IPA pada siswa kelas
V SDN 05 Telukwetan
Sisdiknas. (2003). Undang-Undang Sisdiknas
(Sistem Pendidikan Nasional): UU RI No.
20 Th. 2003
Jepara antara
pembelajaran yang menggunakan model
POE
dan
pembelajaran
yang
Sudiadnyani, dkk. (2013). Pengaruh Model
Pembelajaran Predict-Observe-Explain
(POE)
Terhadap
Pemahaman
KonsepIPA Siswa Kelas IV SD Di
Kelurahan Banyuasri. Jurnal Sosial dan
Pembangunan. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
menggunakan metode konvensional.
REFERENSI
Atmojo,
I.
(2015).
PENGARUH
PENGGUNAAN METODE DISCOVERY
BERBASIS MEDIA REALITA TERHADAP
HASIL BELAJAR MATAKULIAH KONSEP
DASAR IPA 1. Mimbar Sekolah Dasar,
2(2),
130-139.
doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v2i2.1324.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suyono & Hariyanto. (2014). Belajar dan
Pembelajaran.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Eliyani, Y. (2014). “Keefektifan Model
Pembelajaran
Tematik
Terintegrasi
Terhadap Kemampuan Pemahaman
Konsep Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di
Kelurahan
Sragi
Kabupaten
Taniredja, dkk.
Pembelajaran
Bandung:
[244]
(2014).
Inovatif
Model-Model
dan Efektif.
Alfabeta.
e-ISSN 2502-4795
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 16/08/2017; Accepted: 18/12/2017
Mimbar Sekolah Dasar, Vol 4(3) 2017, 235-244
DOI: 10.17509/mimbar-sd.v4i3.7876
Keefektifan Model Predict-Observe-Explain terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep pada Mata Pelajaran IPA
Marisa Rizqi Astuti1, Joko Sulianto2 & Veryliana Purnamasari3
1,2,3PGSD
FIP Universitas PGRI Semarang
Sidodadi Timur Nomor 24, Karangtempel, Semarang Timur, Semarang
1Email: marisarizqi12@gmail.com
2Email: sulianto.jo@gmail.com
3Email: verylianapurnamasari@gmail.com
1,2,3Jln.
ABSTRACT
The background that encourages this research is
comprehending the concept of fifth grade
students in science subject very low. The
objective to be achieved in this research is to
know the differences in the ability of
comprehending the concept of science in the
fifth grade students of SDN 05 Telukwetan Jepara
between learning using POE and learning model
using conventional method. This research is an
experimental research belongs to quantitative
method. This research used True Experimental
design. The type of the design is taken PosttestOnly Control Design. Based on the results of the
research data analysis capabilities using the
concept comprehension test two parties,
obtained by tcount = 3.5259, and t le = 2.0154
with a significance level of 5% by dk = n1 + n2 - 2 =
23 +23 - 2 = 44. Based on the results of the
analysis, obtained tcount> ttable is 3.5259> 2.0154
then Ho rejected and Ha accepted. Thus, we can
conclude that there are differences in the ability
of science to the students' comprehending the
concept of learning used POE and learning
model using conventional method.
Keywords:
model
of
comprehending the concept
POE;
ability;
ABSTRAK
Latar belakang yang mendorong penelitian ini
adalah rendahnya pemahaman konsep siswa
kelas V pada mata pelajaran IPA. Tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan kemampuan
pemahaman konsep IPA pada siswa kelas V
SDN 05 Telukwetan Jepara antara pembelajaran
yang
menggunakan
model
POE
dan
pembelajaran yang menggunakan metode
konvensional. Jenis penelitian ini adalah
penelitian
eksperimen.
Penelitian
ini
menggunakan desain True Experimental Design.
Bentuk desain yang diambil adalah Posttest-Only
Control Design. Berdasarkan hasil analisis data
penelitian kemampuan pemahaman konsep
menggunakan uji t dua pihak, diperoleh t n =
3,5259, dan � �� = 2,0154 dengan taraf signifikan
5% dengan dk = n1 + n2 – 2 = 23 +23 – 2 = 44.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh
thitung > ttabel yaitu 3,5259 > 2,0154 maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan kemampuan
pemahaman konsep IPA pada siswa antara
pembelajaran yang menggunakan model POE
dan pembelajaran yang menggunakan metode
konvensional.
Kata
Kunci:
model
pemahaman konsep
POE;
kemampuan
How to Cite: Astuti, M., Sulianto, J., & Purnamasari, V. (2017). Keefektifan Model Predict-Observe-Explain terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep pada Mata Pelajaran IPA. Mimbar Sekolah Dasar, 4(3), 235–244.
http://doi.org/10.17509/mimbar-sd.v4i3.7876.
PENDAHULUAN ~ Ilmu Pengetahuan Alam
bahwa IPA membahas tentang gejala-
(IPA) merupakan ilmu yang mempelajari
gejala alam yang disusun secara sistematis
tentang
gejala-gejala
yang didasarkan pada hasil percobaan
alam, dan mempelajari kehidupan alam
dan pengamatan yang dilakukan oleh
sekitarnya (Servitri, 2017, p. 1). Winaputra
manusia.
(Samatowa, 2010, p. 3) menyebutkan
mengatakan,
peristiwa
atau
[235]
Atmojo
(2015,
bahwa
p.
130)
dalam
Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…
pembelajaran
IPA,
keterampilan
proses
menemukan
sejumlah
yang
dipelajari.
diperlukan
dari
siswa
ke
dalam
pembelajaran
aktif.
untuk
Pembelajaran aktif merupakan metode
konsep-konsep
pengajaran yang melibatkan siswa secara
Bahkan,
saat
ini
aktif dalam proses pembelajaran.
Oleh
pengajaran IPA di sekolah tidak hanya
karena
mementingkan
pembelajaran aktif dapat meningkatkan
penguasaan
terhadap
fakta dan konsep, tetapi yang lebih
itu,
dengan
menerapkan
kemampuan pemahaman konsep IPA.
penting adalah siswa memahami tentang
proses bagaimana
fakta
dan
konsep
Guru
dalam
proses
pembelajaran
tersebut ditemukan yaitu dengan melalui
berperan penting dalam mencapai tujuan
observasi
Melalui
pembelajaran. Bahkan Samsudin (2014, p.
observasi dan eksperimen, siswa dituntut
70) menegaskan bahwa guru merupakan
untuk aktif
pihak yang paling disorot dalam capaian
dan
eksperimen.
dan terlibat langsung dalam
kegiatan pembelajaran, sehingga siswa
belajar
dapat lebih memahami konsep-konsep
pembelajaran
IPA dan dapat mengingatnya lebih lama
fasilitator
dibandingkan
membawa
yang
dengan
pembelajaran
menggunakan
metode
siswa.
Peran
aktif
yaitu
guru
adalah
guru
siswa
dalam
sebagai
yang
untuk
dapat
berpartisipasi
dalam pembelajaran yaitu memberikan
konvensional. Menurut Eliyani (2014, p. 2),
kesempatan
mata pelajaran IPA lebih menekankan
mengemukakan
pada pemahaman konsep belajar sambil
argumentasinya.
melakukan (learning by doing). Learning
dengan teori konstruktivisme.
kepada
siswa
gagasan
Hal
untuk
maupun
tersebut
sesuai
by doing adalah metode belajar yang
dilakukan dengan cara berbuat atau
Konstruktivisme
memparaktekkan.
pembelajaran yang mengarahkan siswa
merupakan
proses
untuk membangun dan mengkonstruksi
Proses
pembelajaran
sangat
pengetahuan
menentukan kemampuan pemahaman
pengetahuan
konsep siswa. Menurut Undang-Undang
sehingga
No.
bermakna. Pembelajaran bermakna yaitu
20
Tahun
2003
di
kelas
tentang
Sistem
pembelajaran
menyatakan
menghafal
“pembelajaran
yang
siswa
Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 20
bahwa
yang
baru
sudah
dapat
yang
dengan
dimilikinya,
belajar
tidak
konsep-konsep
atau
secara
hanya
fakta-
adalah proses interaksi antar siswa, antar
fakta, tetapi merupakan kegiatan yang
siswa
menghubungkan
dengan
pendidik
dan
sumber
konsep-konsep
untuk
belajar pada suatu lingkungan belajar”.
menghasilkan pemahaman yang utuh,
Pembelajaran
dengan
sehingga konsep yang dipelajari akan
baik jika terjadi interaksi antara guru, siswa
dipahami secara baik dan tidak mudah
dan sumber belajar. Hal tersebut termasuk
dilupakan.
dapat
berjalan
[236]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 3 Desember 2017
Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar
demonstrasi
masih
akhirnya
banyak
yang
menggunakan
metode
konvensional.
konvensional
ini
kurang
atau
eksperimen,
menjelaskan hasil
dan
eksperimen
Metode
mereka dan prediksi mereka sebelumnya.
dalam
Salah satu manfaat model pembelajaran
efektif
meningkatkan pemahaman konsep siswa,
POE
karena kurang melibatkan siswa secara
berkeinginan untuk melakukan eksperimen
aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
sehingga siswa lebih memahami konsep.
metode ini masih berpusat pada guru.
Keunggulan
Berdasarkan data nilai UTS siswa kelas V
Predict-Observe-Explain
semester
Ilmu
dibandingkan
dengan
metode
Pengetahuan Alam (IPA), dapat diketahui
pembelajaran
konvensional
adalah
bahwa
keaktifan
dalam
1
siswa
mata
pelajaran
kelas
V
masih
belum
adalah
memotivasi
dari
siswa
model
siswa
agar
pembelajaran
(POE)
ini
mencari
tahu
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum
informasi dan interaksi yang baik antara
(KKM) yang ditentukan oleh sekolah yaitu
siswa dengan siswa maupun siswa dengan
65. Data dari siswa kelas VA hanya 43%
guru.
siswa
yang
dapat
memenuhi
KKM,
sedangkan siswa kelas VB yang memenuhi
Berdasarkan
KKM hanya 48% siswa. Sehingga, dapat
maka peneliti tertarik untuk melakukan
disimpulkan bahwa pemahaman konsep
penelitian
pada mata pelajaran IPA rendah.
mengetahui
latar
belakang
dengan
tersebut,
tujuan
perbedaan
untuk
kemampuan
pemahaman konsep IPA pada siswa kelas
Pemahaman
meningkat
konsep
jika
siswa
dalam
akan
V SDN 05 Telukwetan
proses
Jepara antara
pembelajaran yang menggunakan model
pembelajaran IPA menggunakan model
POE
pembelajaran
menggunakan metode konvensional.
pembelajaran
yang
yang
tepat.
dapat
Model
dan
pembelajaran
yang
diterapkan
dalam pembelajaran IPA adalah model
METODE
POE
Model
Jenis
model
eksperimen dengan menggunakan True
(Predict-Observe-Explain).
pembelajaran
POE
pembelajaran
yang
secara
langsung
adalah
melibatkan
dalam
siswa
penelitian
Experimental
proses
ini
adalah
penelitian
dengan
Design
bentuk
Posttest Only Control Design. Desain ini
pembelajaran dengan cara melakukan
menggunakan
eksperimen, sehingga pengetahuan yang
eksperimen
dan
diperoleh menjadi lebih bermakna. Model
eksperimen
adalah
pembelajaran
POE
perlakuan berupa pembelajaran dengan
pembelajaran
yang
adalah
melibatkan
model
siswa
menggunakan
dalam memprediksi suatu fenomena atau
kejadian, melakukan
observasi
dua
[237]
kelas
kelas
model
Observe-Explaine),
melalui
kelas
yaitu
kelas
kontrol.
Kelas
yang
diberi
POE
sedangkan
(Predictkelas
Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…
kontrol adalah kelas yang tidak diberikan
analisis
perlakuan.
prasyaratan
data
awal
analisis
menggunakan
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 05
normalitas
Telukwetan,
homogenitas
Kecamatan
Welahan,
dan
akhir.
data
Uji
awal
menggunakan
dengan
uji
dengan
uji
uji
liliefors,
uji
F,
uji
dan
Kabupaten Jepara. Kegiatan penelitian ini
matching
group.
dilaksanakan pada kelas V semester 2
prasyaratan
analisis
Tahun Pelajaran 2016/2017.
dengan menggunakan menggunakan uji
Populasi dalam penelitin ini adalah seluruh
normalitas,
siswa kelas V, yang terbagi menjadi dua
hipotesis yang menggunakan uji t dua
kelas yaitu kelas VA dan VB. Teknik
pihak.
pemilihan
menggunakan bantuan Microsoft Office
sampel
menggunakan
dalam
penelitian
non
probability
teknik
uji
Sedangkan
data
akhir
homogenitas
Dalam
proses
Uji
sama
dan
analisis
uji
data
Excel 2007.
sampling dengan jenis sampling jenuh.
Menurut Sugiono (2014, p. 85) sampling
HASIL
jenuh adalah “teknik penentuan sampel
Berdasarkan Hasil penelitian berupa hasil
bila semua anggota populasi digunakan
postest kemampuan pemahaman konsep,
sebagai sampel”.
dapat
dideskripsikan
perbedaan
Teknik
pengumpulan
data
bahwa
kemampuan
terdapat
pemahaman
dalam
konsep IPA siswa kelas V antara kelas yang
penelitian ini menggunakan teknik tes.
diberikan perlakuan menggunakan model
Teknik tes digunakan
pembelajaran POE dengan kelas yang
untuk mengetahui
kemampuan pemahaman konsep siswa
menggunakan
pada materi sifat-sifat cahaya. Peneliti
konvensional. Hal ini terlihat dari hasil
memberikan tes kepada kedua kelas,
analisis data nilai postest kemampuan
yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen
pemahaman konsep siswa. Siswa kelas VA
berupa soal posttest berbentuk pilihan
di
ganda berjumlah 22 butir soal. Data dari
dibandingkan dengan kelas VB di kelas
penelitian ini berupa data akhir yaitu hasil
kontrol.
posttest dari kelas eksperimen dan kelas
pemahaman konsep kelas kontrol dan
kontrol. Sedangkan data awal diperoleh
kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel
dari nilai UTS IPA kelas V pada semester 1.
1.
kelas
metode
eksperimen
Daftar
nilai
pembelajaran
lebih
unggul
kemampuan
Data awal digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat kesamaan kemampuan
Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa
awal siswa.
rata-rata nilai kemampuan pemahaman
konsep kelas eksperimen lebih tinggi dari
Teknik analisis data dalam penelitian ini
kelas
dilakukan dengan dua tahap yaitu teknik
[238]
kontrol.
Kelas
eksperimen
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 3 Desember 2017
mempunyai rata-rata 80,43, sedangkan
kelas
kontrol
67,58.
Tabel 1. Daftar Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai Posttest
Keterangan
Nilai tertinggi
Kelas Eksperimen
95,4
Kelas Kontrol
90,9
Nilai terendah
Rata-rata
50
80,43
40,9
67,58
Siswa tuntas
21
13
Siswa tidak tuntas
2
10
Persentase ketuntasan
91,3%
56,5%
Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih
Ltabel yaitu 0,1436 < 0,1798
dahulu dilakukan uji prasyaratan analisis.
diterima.
maka H0
Uji persyaratan analisis data awal yaitu
menggunakan
uji
normalitas,
uji
Uji homogenitas yang digunakan dalam
homogenitas dan uji matching group. Uji
penelitian ini menggunakan uji F.
normalitas dilakukan pada dua kelompok
homogenitas digunakan untuk menguji
data, meliputi data kelompok eksperimen
kesamaan varians dari dua kelompok
dan data kelompok kontrol. Uji normalitas
yang berdistribusi normal.
ini digunakan untuk mengetahui apakah
perhitungan uji F dari data awal kelas
data yang digunakan merupakan data
eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh
yang berdistribusi normal atau tidak. Uji
varians kelas eksperimen = 147,87 dan
normalitas
varians
dilakukan
menggunakan
uji
Liliefors
dengan
pada
taraf
kelas
kontrol
=
Uji
Berdasarkan
75,57
maka
diperoleh Fhitung = 1,957. Berdasarkan daftar
signifikansi 5%.
tabel diperoleh nilai Ftabel = 2,05 dengan dk
pembilang 22, dk penyebut 22, dan taraf
Berdasarkan uji Liliefors data awal pada
signifikan 5%. Dari perhitungan tersebut
kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,1608,
maka Fhitung < Ftabel yaitu 1,957 < 2,05
dengan n = 23 dan taraf signifikan 5%
sehingga H0 diterima. Sehingga dapat
diperoleh Ltabel = 0,1798, sehingga Lhitung <
disimpulka
Ltabel yaitu 0,1608 < 0,1798
tersebut mempunyai varians yang sama
diterima.
bahwa
Sehingga
data
nilai
dapat
UTS
maka H0
disimpulkan
siswa
bahwa
kedua
kelompok
atau homogen.
kelas
eksperimen, berasal dari populasi yang
Uji matching group ini digunakan untuk
berdistribusi normal. Begitu juga dengan
mengetahui apakah nilai rata-rata UTS IPA
kelas kontrol diperoleh Lhitung = 0,1436,
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
dengan n = 23 dan taraf signifikan 5%
memiliki
diperoleh Ltabel = 0,1798, sehingga Lhitung <
matching group pada penelitian ini ada
perbedaan
atau
tidak.
Uji
tiga tahapan, pertama mencari mean
[239]
Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…
dari
masing-masing
kelas,
kemudian
mencari
standar
deviasi
dari
masing
kelas,
selanjutnya
Begitu juga dengan uji Liliefors pada kelas
masing-
kontrol diperoleh Lhitung = 0,0873, dengan n
mencari
= 23 dan taraf signifikan 5% diperoleh Ltabel
perbedaan dengan menggunakan rumus
= 0,1798, sehingga Lhitung < Ltabel yaitu 0,0873
uji t dua sampel.
< 0,1798 maka H0 diterima. Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
data
nilai
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat
posttest kemampuan pemahaman konsep
diketahui bahwa pada kelas diperoleh
kelas kontrol, berasal dari populasi yang
mean yaitu 63,35 dan standar deviasi (SD)
berdistribusi normal.
12,16. Sedangkan kelas kontrol diperoleh
mean sebesar 64,74 dan standar deviasi
Uji homogenitas yang digunakan dalam
8,69. Kemudian dianalisis dengan uji t
penelitian
matching group, rumus yang digunakan
Berdasarkan perhitungan uji F dari data
adalah separated varians, diperoleh thitung
akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol,
=
-0,4464 dengan dk = n1 + n2 – 2 = 23
ini
menggunakan
varians
+23 – 2 = 44 dan taraf signifikan 5%,
150,8994
dan varians kelas kontrol =
sehingga
2,0154.
154,5501 maka diperoleh Fhitung = 1,0242.
tersebut,
Berdasarkan daftar tabel diperoleh nilai
yaitu -0,4464 <
Ftabel = 2,05 dengan dk pembilang 22, dk
2,0154 maka H0 diterima. Sehingga dapat
penyebut 22, dan taraf signifikan 5%. Dari
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
perhitungan tersebut maka Fhitung < Ftabel
nilai rata-rata UTS kelas eksperimen dan
yaitu 1,0242< 2,05 sehingga H0 diterima.
kelas kontrol.
Sehingga
Berdasarkan
ttabel
hasil
=
analisis
diperoleh thitung < ttabel
kedua
Uji
persyaratan
menggunakan
uji
homogenitas
Berdasarkan
analalisi
normalitas
dan
uji
akhir
dan
tersebut
bahwa
mempunyai
varians yang sama atau homogen.
uji
hipotesis.
Uji
hipotesis
dalam
penelitian
ini
menggunakan Uji T dua pihak (two tail
0,112,
test). Uji t dua pihak digunakan untuk
dengan n = 23 dan taraf signifikan 5%
mengetahui apakah terdapat perbedaan
diperoleh Ltabel = 0,1798, sehingga Lhitung <
kemampuan pemahaman konsep siswa
Ltabel yaitu 0,112 < 0,1798 maka H0 diterima.
antara pembelajaran dengan model POE
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data
(Predict-Observe-Explaine)
hasil posttest kemampuan pemahaman
konvensional.
konsep kelas eksperimen, berasal dari
menggunakan rumus t-test. Rumus t-test
populasi yang berdistribusi normal.
yang dapat digunakan untuk menguji
Liliefors
diperoleh
pada
kelompok
disimpulkan
=
kelas
eksperimen
uji
data
dapat
eksperimen
F.
diperoleh
diperoleh
kelas
uji
Lhitung
=
Pengujian
dan
metode
hipotesis
hipotesis adalah Separated Varians.
[240]
ini
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 3 Desember 2017
Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima
taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan
jika Ho = �ℎ�
dk = n1 + n2 – 2.
Ha = �ℎ�
��
��
�
�
�� .
��
dan Ha diterima jika,
Dengan nilai �
��
Tabel 2. Uji T Dua Pihak
N
thitung
ttabel
Kesimpulan
23
3,5259
2,0154
Terdapat perbedaan
Berdasarkan hasil perhitungan uji T dua
Tahap
pihak
kemampuan
sebelum siswa memprediksi terlebih dulu
pemahaman konsep kelas eksperimen
dibentuk kelompok. Guru membagi siswa
dan kelas kontrol dengan menggunakan
menjadi 5 kelompok secara acak. Setiap
rumus Separated Varians, diperoleh t
kelompok
dari
hasil
posttess
= 3,5259, dan diperoleh �
��
n
pertama
memiliki
heterogen.
= 2,0154
yaitu
memprediksi,
kemampuan
yang
meminta
setiap
Guru
dengan taraf signifikan 5% dengan dk = n1
kelompok mengambil LKPD beserta alat
+ n2 – 2 = 23 +23 – 2 = 44. Berdasarkan hasil
dan bahan untuk melakukan percobaan.
analisis tersebut, diperoleh thitung > ttabel
Setelah itu, guru menghadapkan siswa
yaitu 3,5259 > 2,0154 maka H0 ditolak dan
dengan alat dan bahan percobaan yang
Ha
akan
diterima.
Jadi,
kesimpulan
yang
dilakukan,
menjelaskan
akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol
dilakukan terkait peralatan tersebut. Siswa
adalah terdapat perbedaan kemampuan
kemudian
pemahaman konsep IPA pada siswa kelas
tentang apa yang akan terjadi dengan
V SDN 05 Telukwetan
Jepara antara
alat dan bahan tersebut. Siswa melakukan
pembelajaran yang menggunakan model
prediksi dengan menganalisis pertanyaan
POE
yang terangkum dalam LKPD. Pertanyaan
pembelajaran
yang
saja
guru
diperoleh dari uji T dua pihak dari data
dan
apa
kemudian
membuat
yang
suatu
harus
prediksi
tersebut terkait dengan apa yang akan
menggunakan metode konvensional.
terjadi pada percobaan tersebut. Siswa
terlihat
PEMBAHASAN
sangat
antusias
dalam
eksperimen
pembelajaran
memprediksi apa yang akan terjadi, hal
dilaksanakan
dengan
menggunakan
tersebut
dibuktikan
model
(Predict-Observe-Explaine).
bertanya
kepada
Pada
kelas
POE
dengan
guru
siswa
tentang
pertanyaan yang kurang dimengerti.
Menurut Suyono & Hariyanto (2014, p. 4142) Pembelajaran dengan model POE
terdiri dari 3 tahapan, yaitu memprediksi,
Tahap kedua setelah memprediksi yaitu
mengamati dan menjelaskan.
mengamati. Setelah memprediksi siswa
diarahkan oleh guru untuk melakukan
percobaan
[241]
berdasarkan
petujuk
yang
Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…
tertera dalam LKPD. Siswa mengamati
sederhana, demonstrasi atau percobaan
percobaan
dan
dan
menganalisis
hasil
peragaan
prosedur
ilmiah,
dan
percobaan kemudian mendiskusikannya.
kegiatan
Pada tahap ini, siswa terlibat aktif dalam
peluang
pembelajaran, hal tersebut terlihat dari
mempertajam gagasannya.
semua
Kondisi belajar dalam teori konstruktivisme
anggota
mengikuti
langkah-
praktis
lain
yang
kepada
memberi
siswa
untuk
langkah percobaan, siswa secara aktif
tersebut
bertanya kepada guru apabila menemui
memahami materi yang diajarkan. Hal
kesulitan,
tersebut dibuktikan dengan nilai rata-rata
berdiskusi
kelompok,
dengan
serta
pengamatan
anggota
menganalisis
berdasarkan
membantu siswa
untuk
lebih
hasil
kemampuan pemahaman konsep siswa
percobaan
yang tinggi. Dari hasil posttest diperoleh
yang telah dilakukan.
rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar
80,43, terdapat 21 siswa tuntas dan 2 siswa
Tahap
selanjutnya
yaitu
menjelaskan
tidak
(explaine). Pada tahap ini masing-masing
kelompok
yang
menjelaskan
berupa
mencocokkan
hasil
hasil
Dengan
presentase
ketuntasan sebesar 91,3%.
diskusinya
percobaan
dengan
tuntas.
prediksi
dan
Berbeda
yang
dengan
kelas
eksperimen,
pembelajaran IPA pada kelas kontrol
sudah dibuat sebelumnya di hadapan
menggunakan
kelompok lain. Sedangkan kelompok lain
Pada
memberikan
kepada
kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa
sedang
hanya bisa mendengarkan penjelasan
kelompok
dari guru, dan mencatat materi yang
memberikan
ditulis guru di papan tulis. Pada saat siswa
tanggapan
kelompok
yang
mempresentasikan.
sangat
antusias
tanggapan
maju.
Setiap
untuk
terhadap
Pada
ini
yang
pembelajaran
diberikan
ini,
pertanyaan
konvensional.
terlihat
tentang
siswa
materi
siswa
dapat
yang diajarkan, siswa kurang aktif dalam
pengetahuannya
sendiri
menjawab pertanyaan, hanya 2 atau 3
yaitu dari prediksi dan hasil pengamatan,
siswa yang menjawab. Pembelajaran di
sehingga
yang
kelas kontrol ini hanya terpusat pada guru,
dipahami oleh siswa. Hal tersebut sesuai
sehingga mengakibatkan nilai posttest
dengan bentuk kondisi belajar yang sesuai
kemampuan pemahaman konsep rendah
dengan
daripada
membangun
tahap
kelompok
metode
menghasilkan
materi
teori konstruktivisme. Menurut
kelas
eksperimen
yang
Taniredja (2014, p. 13) ada beberapa
menggunakan
bentuk kondisi belajar yang sesuai dengan
posttest diperoleh rata-rata nilai kelas
teori konstruktivisme antara lain: diskusi
kontrol sebesar 67,58, terdapat 13 siswa
yang
tuntas dan 10 siswa tidak tuntas. Dengan
semua
memberikan
siswa
gagasannya,
kesempatan
mau
menguji
agar
mengungkapkan
hasil
model
POE.
Dari
presentase ketuntasan sebesar 56,5%.
penelitian
[242]
hasil
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 3 Desember 2017
Berdasarkan
pengujian
hipotesis
yang
maupun
dengan
guru
dalam
proses
dianalisis dengan uji T dua pihak, diperoleh
pembelajaran. Hal tersebut dibuktikkan
t
dengan
= 3,5259, dan diperoleh �
n
��
=
persentase
ketuntasan
kelas
2,0154 dengan taraf signifikan 5% dengan
eksperimen lebih tinggi daripada kelas
dk = n1 + n2 – 2 = 23 +23 – 2 = 44.
kontrol. Kelas eksperimen yang dikenai
Berdasarkan
tersebut,
perlakuan dengan menggunakan model
diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,5259 > 2,0154
POE persentase ketuntasannya mencapai
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi,
91,3%. Sedangkan kelas kontrol yang tidak
kesimpulan yang diperoleh yaitu terdapat
dikenai
perbedaan
ketuntasannya
hasil
analisis
kemampuan
konsep IPA pada
pemahaman
perlakuan,
sebesar
persentase
56,5%.
Dari
penelitian yang sudah dilakukan diperoleh
siswa kelas V SDN 05
Telukwetan Jepara antara pembelajaran
hasil
yang
pemahaman konsep siswa pada kelas
menggunakan
pembelajaran
model
yang
POE
dan
akhir
bahwa
eksperimen yang
menggunakan
kemampuan
diberi perlakuan dan
kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan
metode konvensional.
terdapat perbedaan, dimana pada rataBerdasarkan
hasil
membuktikan
hipotesis
bahwa
rata
tersebut,
nilai
kemampuan
pemahaman
konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi
pembelajaran
POE
dibanding kelas kontrol. Rata-rata nilai
efektif
kelas eksperimen sebesar 80,43 sedangkan
digunakan dalam proses pembelajaran
kelas kontrol sebesar 67,58. Jadi, secara
IPA di SDN 05 Telukwetan, karena dalam
keseluruhan model pembelajaran Predict-
pembelajaran POE, siswa terlibat langsung
Observe-Explain
dalam
dan
meningkatkan pemahaman konsep siswa
antusias dalam memprediksi, mengamati
pada mata pelajaran IPA, karena dengan
dan
menggunakan model ini siswa dapat lebih
dengan
menggunakan
(Predict-Observe-Explaine)
kegiatan
model
ini
pembelajaran,
menjelaskan
(mempresentasikan)
keaktifan
menjadi lebih baik dan dapat belajar
proses
siswa
dan
dapat
aktif,
selama
antar
ini
hasil percobaan, sehingga mendorong
siswa
interaksi
(POE)
guru
secara bermakna sehingga materi yang
pembelajaran berlangsung.
dijarkan tetap diingat dan tidak mudah
dilupakan.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan Sudiadnyani (2013, p.
3)
bahwa
pembelajaran
keunggulan
dari
SIMPULAN
model
Berdasarkan
Predict-Observe-Explain
hasil
penelitan,
maka
(POE) ini dibandingkan dengan metode
diperoleh kesimpulan bahwa terdapat
pembelajaran
perbedaan
konvensional
adalah
kemampuan
pemahaman
keaktifan siswa dalam menggali informasi,
konsep IPA pada
dan
Telukwetan Jepara antara pembelajaran
interaksi
yang
baik
antar
siswa
[243]
siswa kelas V SDN 05
Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…
yang
menggunakan
pembelajaran
metode
model
yang
Pekalongan”.
Skripsi.
Universitas PGRI Semarang
dan
menggunakan
konvensional.
dibuktikan dengan t
POE
n
Hal
>t
el
Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.
tersebut
pada uji T
Samsudin, A. (2014). SUPERVISI AKADEMIK
PEMBELAJARAN IPA MELALUI ICT BASED
LESSON STUDY UNTUK MEMBANGUN
LEARNING COMMUNITY GURU SD.
Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 77-82.
doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v1i1.867.
dua pihak. Pada uji T dua pihak, diperoleh
t
n
= 3,5259, dan diperoleh t
el
= 2,0154
dengan taraf signifikan 5% dengan dk = n1
+ n2 – 2 = 23 +23 – 2 = 44. Berdasarkan hasil
analisis tersebut, diperoleh thitung > ttabel
yaitu 3,5259 > 2,0154, maka H0 ditolak dan
Ha
diterima.
Jadi,
kesimpulan
Semarang:
Servitri,
M.
(2017).
PEMBELAJARAN
MULTIMEDIA IPA DENGAN MODEL
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA. Mimbar Sekolah Dasar, 4(1), 1-8.
doi:http://dx.doi.org/10.23819/mimbarsd.v4i1.6157.
yang
diperoleh dari uji T dua pihak dari data
akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah terdapat perbedaan kemampuan
pemahaman konsep IPA pada siswa kelas
V SDN 05 Telukwetan
Sisdiknas. (2003). Undang-Undang Sisdiknas
(Sistem Pendidikan Nasional): UU RI No.
20 Th. 2003
Jepara antara
pembelajaran yang menggunakan model
POE
dan
pembelajaran
yang
Sudiadnyani, dkk. (2013). Pengaruh Model
Pembelajaran Predict-Observe-Explain
(POE)
Terhadap
Pemahaman
KonsepIPA Siswa Kelas IV SD Di
Kelurahan Banyuasri. Jurnal Sosial dan
Pembangunan. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
menggunakan metode konvensional.
REFERENSI
Atmojo,
I.
(2015).
PENGARUH
PENGGUNAAN METODE DISCOVERY
BERBASIS MEDIA REALITA TERHADAP
HASIL BELAJAR MATAKULIAH KONSEP
DASAR IPA 1. Mimbar Sekolah Dasar,
2(2),
130-139.
doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v2i2.1324.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suyono & Hariyanto. (2014). Belajar dan
Pembelajaran.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Eliyani, Y. (2014). “Keefektifan Model
Pembelajaran
Tematik
Terintegrasi
Terhadap Kemampuan Pemahaman
Konsep Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di
Kelurahan
Sragi
Kabupaten
Taniredja, dkk.
Pembelajaran
Bandung:
[244]
(2014).
Inovatif
Model-Model
dan Efektif.
Alfabeta.