Keefektifan Model Predict-Observe-Explain terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep pada Mata Pelajaran IPA | Astuti | Mimbar Sekolah Dasar 7876 19251 1 PB

p-ISSN 2355-5343
e-ISSN 2502-4795
http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar

Article Received: 16/08/2017; Accepted: 18/12/2017
Mimbar Sekolah Dasar, Vol 4(3) 2017, 235-244
DOI: 10.17509/mimbar-sd.v4i3.7876

Keefektifan Model Predict-Observe-Explain terhadap Kemampuan
Pemahaman Konsep pada Mata Pelajaran IPA
Marisa Rizqi Astuti1, Joko Sulianto2 & Veryliana Purnamasari3
1,2,3PGSD

FIP Universitas PGRI Semarang
Sidodadi Timur Nomor 24, Karangtempel, Semarang Timur, Semarang
1Email: marisarizqi12@gmail.com
2Email: sulianto.jo@gmail.com
3Email: verylianapurnamasari@gmail.com
1,2,3Jln.

ABSTRACT

The background that encourages this research is
comprehending the concept of fifth grade
students in science subject very low. The
objective to be achieved in this research is to
know the differences in the ability of
comprehending the concept of science in the
fifth grade students of SDN 05 Telukwetan Jepara
between learning using POE and learning model
using conventional method. This research is an
experimental research belongs to quantitative
method. This research used True Experimental
design. The type of the design is taken PosttestOnly Control Design. Based on the results of the
research data analysis capabilities using the
concept comprehension test two parties,
obtained by tcount = 3.5259, and t le = 2.0154
with a significance level of 5% by dk = n1 + n2 - 2 =
23 +23 - 2 = 44. Based on the results of the
analysis, obtained tcount> ttable is 3.5259> 2.0154
then Ho rejected and Ha accepted. Thus, we can
conclude that there are differences in the ability

of science to the students' comprehending the
concept of learning used POE and learning
model using conventional method.
Keywords:
model
of
comprehending the concept

POE;

ability;

ABSTRAK
Latar belakang yang mendorong penelitian ini
adalah rendahnya pemahaman konsep siswa
kelas V pada mata pelajaran IPA. Tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui perbedaan kemampuan
pemahaman konsep IPA pada siswa kelas V
SDN 05 Telukwetan Jepara antara pembelajaran

yang
menggunakan
model
POE
dan
pembelajaran yang menggunakan metode
konvensional. Jenis penelitian ini adalah
penelitian
eksperimen.
Penelitian
ini
menggunakan desain True Experimental Design.
Bentuk desain yang diambil adalah Posttest-Only
Control Design. Berdasarkan hasil analisis data
penelitian kemampuan pemahaman konsep
menggunakan uji t dua pihak, diperoleh t n =
3,5259, dan � �� = 2,0154 dengan taraf signifikan
5% dengan dk = n1 + n2 – 2 = 23 +23 – 2 = 44.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, diperoleh
thitung > ttabel yaitu 3,5259 > 2,0154 maka Ho

ditolak dan Ha diterima. Jadi, dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan kemampuan
pemahaman konsep IPA pada siswa antara
pembelajaran yang menggunakan model POE
dan pembelajaran yang menggunakan metode
konvensional.
Kata
Kunci:
model
pemahaman konsep

POE;

kemampuan

How to Cite: Astuti, M., Sulianto, J., & Purnamasari, V. (2017). Keefektifan Model Predict-Observe-Explain terhadap
Kemampuan Pemahaman Konsep pada Mata Pelajaran IPA. Mimbar Sekolah Dasar, 4(3), 235–244.
http://doi.org/10.17509/mimbar-sd.v4i3.7876.

PENDAHULUAN ~ Ilmu Pengetahuan Alam


bahwa IPA membahas tentang gejala-

(IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

gejala alam yang disusun secara sistematis

tentang

gejala-gejala

yang didasarkan pada hasil percobaan

alam, dan mempelajari kehidupan alam

dan pengamatan yang dilakukan oleh

sekitarnya (Servitri, 2017, p. 1). Winaputra

manusia.


(Samatowa, 2010, p. 3) menyebutkan

mengatakan,

peristiwa

atau

[235]

Atmojo

(2015,
bahwa

p.

130)
dalam


Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…

pembelajaran

IPA,

keterampilan

proses

menemukan

sejumlah

yang

dipelajari.

diperlukan


dari

siswa

ke

dalam

pembelajaran

aktif.

untuk

Pembelajaran aktif merupakan metode

konsep-konsep

pengajaran yang melibatkan siswa secara


Bahkan,

saat

ini

aktif dalam proses pembelajaran.

Oleh

pengajaran IPA di sekolah tidak hanya

karena

mementingkan

pembelajaran aktif dapat meningkatkan

penguasaan


terhadap

fakta dan konsep, tetapi yang lebih

itu,

dengan

menerapkan

kemampuan pemahaman konsep IPA.

penting adalah siswa memahami tentang
proses bagaimana

fakta

dan


konsep

Guru

dalam

proses

pembelajaran

tersebut ditemukan yaitu dengan melalui

berperan penting dalam mencapai tujuan

observasi

Melalui

pembelajaran. Bahkan Samsudin (2014, p.

observasi dan eksperimen, siswa dituntut

70) menegaskan bahwa guru merupakan

untuk aktif

pihak yang paling disorot dalam capaian

dan

eksperimen.

dan terlibat langsung dalam

kegiatan pembelajaran, sehingga siswa

belajar

dapat lebih memahami konsep-konsep

pembelajaran

IPA dan dapat mengingatnya lebih lama

fasilitator

dibandingkan

membawa

yang

dengan

pembelajaran

menggunakan

metode

siswa.

Peran
aktif

yaitu

guru

adalah

guru

siswa

dalam
sebagai

yang

untuk

dapat

berpartisipasi

dalam pembelajaran yaitu memberikan

konvensional. Menurut Eliyani (2014, p. 2),

kesempatan

mata pelajaran IPA lebih menekankan

mengemukakan

pada pemahaman konsep belajar sambil

argumentasinya.

melakukan (learning by doing). Learning

dengan teori konstruktivisme.

kepada

siswa

gagasan
Hal

untuk
maupun

tersebut

sesuai

by doing adalah metode belajar yang
dilakukan dengan cara berbuat atau

Konstruktivisme

memparaktekkan.

pembelajaran yang mengarahkan siswa

merupakan

proses

untuk membangun dan mengkonstruksi
Proses

pembelajaran

sangat

pengetahuan

menentukan kemampuan pemahaman

pengetahuan

konsep siswa. Menurut Undang-Undang

sehingga

No.

bermakna. Pembelajaran bermakna yaitu

20

Tahun

2003

di

kelas

tentang

Sistem

pembelajaran

menyatakan

menghafal

“pembelajaran

yang

siswa

Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 20
bahwa

yang

baru
sudah

dapat

yang

dengan
dimilikinya,

belajar

tidak

konsep-konsep

atau

secara

hanya
fakta-

adalah proses interaksi antar siswa, antar

fakta, tetapi merupakan kegiatan yang

siswa

menghubungkan

dengan

pendidik

dan

sumber

konsep-konsep

untuk

belajar pada suatu lingkungan belajar”.

menghasilkan pemahaman yang utuh,

Pembelajaran

dengan

sehingga konsep yang dipelajari akan

baik jika terjadi interaksi antara guru, siswa

dipahami secara baik dan tidak mudah

dan sumber belajar. Hal tersebut termasuk

dilupakan.

dapat

berjalan

[236]

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 3 Desember 2017

Proses pembelajaran IPA di sekolah dasar

demonstrasi

masih

akhirnya

banyak

yang

menggunakan

metode

konvensional.

konvensional

ini

kurang

atau

eksperimen,

menjelaskan hasil

dan

eksperimen

Metode

mereka dan prediksi mereka sebelumnya.

dalam

Salah satu manfaat model pembelajaran

efektif

meningkatkan pemahaman konsep siswa,

POE

karena kurang melibatkan siswa secara

berkeinginan untuk melakukan eksperimen

aktif dalam kegiatan pembelajaran dan

sehingga siswa lebih memahami konsep.

metode ini masih berpusat pada guru.

Keunggulan

Berdasarkan data nilai UTS siswa kelas V

Predict-Observe-Explain

semester

Ilmu

dibandingkan

dengan

metode

Pengetahuan Alam (IPA), dapat diketahui

pembelajaran

konvensional

adalah

bahwa

keaktifan

dalam

1

siswa

mata

pelajaran

kelas

V

masih

belum

adalah

memotivasi

dari

siswa

model

siswa

agar

pembelajaran
(POE)

ini

mencari

tahu

mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum

informasi dan interaksi yang baik antara

(KKM) yang ditentukan oleh sekolah yaitu

siswa dengan siswa maupun siswa dengan

65. Data dari siswa kelas VA hanya 43%

guru.

siswa

yang

dapat

memenuhi

KKM,

sedangkan siswa kelas VB yang memenuhi

Berdasarkan

KKM hanya 48% siswa. Sehingga, dapat

maka peneliti tertarik untuk melakukan

disimpulkan bahwa pemahaman konsep

penelitian

pada mata pelajaran IPA rendah.

mengetahui

latar

belakang

dengan

tersebut,

tujuan

perbedaan

untuk

kemampuan

pemahaman konsep IPA pada siswa kelas
Pemahaman
meningkat

konsep
jika

siswa
dalam

akan

V SDN 05 Telukwetan

proses

Jepara antara

pembelajaran yang menggunakan model

pembelajaran IPA menggunakan model

POE

pembelajaran

menggunakan metode konvensional.

pembelajaran

yang
yang

tepat.
dapat

Model

dan

pembelajaran

yang

diterapkan

dalam pembelajaran IPA adalah model

METODE

POE

Model

Jenis

model

eksperimen dengan menggunakan True

(Predict-Observe-Explain).

pembelajaran

POE

pembelajaran

yang

secara

langsung

adalah
melibatkan
dalam

siswa

penelitian

Experimental

proses

ini

adalah

penelitian

dengan

Design

bentuk

Posttest Only Control Design. Desain ini

pembelajaran dengan cara melakukan

menggunakan

eksperimen, sehingga pengetahuan yang

eksperimen

dan

diperoleh menjadi lebih bermakna. Model

eksperimen

adalah

pembelajaran

POE

perlakuan berupa pembelajaran dengan

pembelajaran

yang

adalah
melibatkan

model
siswa

menggunakan

dalam memprediksi suatu fenomena atau
kejadian, melakukan

observasi

dua

[237]

kelas
kelas

model

Observe-Explaine),

melalui

kelas

yaitu

kelas

kontrol.

Kelas

yang

diberi

POE

sedangkan

(Predictkelas

Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…

kontrol adalah kelas yang tidak diberikan

analisis

perlakuan.

prasyaratan

data

awal
analisis

menggunakan
Penelitian ini dilaksanakan di SDN 05

normalitas

Telukwetan,

homogenitas

Kecamatan

Welahan,

dan

akhir.

data

Uji
awal

menggunakan

dengan

uji

dengan

uji

uji

liliefors,

uji

F,

uji

dan

Kabupaten Jepara. Kegiatan penelitian ini

matching

group.

dilaksanakan pada kelas V semester 2

prasyaratan

analisis

Tahun Pelajaran 2016/2017.

dengan menggunakan menggunakan uji

Populasi dalam penelitin ini adalah seluruh

normalitas,

siswa kelas V, yang terbagi menjadi dua

hipotesis yang menggunakan uji t dua

kelas yaitu kelas VA dan VB. Teknik

pihak.

pemilihan

menggunakan bantuan Microsoft Office

sampel

menggunakan

dalam

penelitian

non

probability

teknik

uji

Sedangkan
data

akhir

homogenitas

Dalam

proses

Uji
sama

dan

analisis

uji

data

Excel 2007.

sampling dengan jenis sampling jenuh.
Menurut Sugiono (2014, p. 85) sampling

HASIL

jenuh adalah “teknik penentuan sampel

Berdasarkan Hasil penelitian berupa hasil

bila semua anggota populasi digunakan

postest kemampuan pemahaman konsep,

sebagai sampel”.

dapat

dideskripsikan

perbedaan
Teknik

pengumpulan

data

bahwa

kemampuan

terdapat

pemahaman

dalam

konsep IPA siswa kelas V antara kelas yang

penelitian ini menggunakan teknik tes.

diberikan perlakuan menggunakan model

Teknik tes digunakan

pembelajaran POE dengan kelas yang

untuk mengetahui

kemampuan pemahaman konsep siswa

menggunakan

pada materi sifat-sifat cahaya. Peneliti

konvensional. Hal ini terlihat dari hasil

memberikan tes kepada kedua kelas,

analisis data nilai postest kemampuan

yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen

pemahaman konsep siswa. Siswa kelas VA

berupa soal posttest berbentuk pilihan

di

ganda berjumlah 22 butir soal. Data dari

dibandingkan dengan kelas VB di kelas

penelitian ini berupa data akhir yaitu hasil

kontrol.

posttest dari kelas eksperimen dan kelas

pemahaman konsep kelas kontrol dan

kontrol. Sedangkan data awal diperoleh

kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel

dari nilai UTS IPA kelas V pada semester 1.

1.

kelas

metode

eksperimen

Daftar

nilai

pembelajaran

lebih

unggul

kemampuan

Data awal digunakan untuk mengetahui
apakah terdapat kesamaan kemampuan

Berdasarkan tabel 1, dapat dilihat bahwa

awal siswa.

rata-rata nilai kemampuan pemahaman
konsep kelas eksperimen lebih tinggi dari

Teknik analisis data dalam penelitian ini

kelas

dilakukan dengan dua tahap yaitu teknik
[238]

kontrol.

Kelas

eksperimen

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 3 Desember 2017

mempunyai rata-rata 80,43, sedangkan

kelas

kontrol

67,58.

Tabel 1. Daftar Nilai Kemampuan Pemahaman Konsep Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Nilai Posttest

Keterangan
Nilai tertinggi

Kelas Eksperimen
95,4

Kelas Kontrol
90,9

Nilai terendah
Rata-rata

50
80,43

40,9
67,58

Siswa tuntas

21

13

Siswa tidak tuntas

2

10

Persentase ketuntasan

91,3%

56,5%

Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih

Ltabel yaitu 0,1436 < 0,1798

dahulu dilakukan uji prasyaratan analisis.

diterima.

maka H0

Uji persyaratan analisis data awal yaitu
menggunakan

uji

normalitas,

uji

Uji homogenitas yang digunakan dalam

homogenitas dan uji matching group. Uji

penelitian ini menggunakan uji F.

normalitas dilakukan pada dua kelompok

homogenitas digunakan untuk menguji

data, meliputi data kelompok eksperimen

kesamaan varians dari dua kelompok

dan data kelompok kontrol. Uji normalitas

yang berdistribusi normal.

ini digunakan untuk mengetahui apakah

perhitungan uji F dari data awal kelas

data yang digunakan merupakan data

eksperimen dan kelas kontrol, diperoleh

yang berdistribusi normal atau tidak. Uji

varians kelas eksperimen = 147,87 dan

normalitas

varians

dilakukan

menggunakan

uji

Liliefors

dengan
pada

taraf

kelas

kontrol

=

Uji

Berdasarkan

75,57

maka

diperoleh Fhitung = 1,957. Berdasarkan daftar

signifikansi 5%.

tabel diperoleh nilai Ftabel = 2,05 dengan dk
pembilang 22, dk penyebut 22, dan taraf

Berdasarkan uji Liliefors data awal pada

signifikan 5%. Dari perhitungan tersebut

kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,1608,

maka Fhitung < Ftabel yaitu 1,957 < 2,05

dengan n = 23 dan taraf signifikan 5%

sehingga H0 diterima. Sehingga dapat

diperoleh Ltabel = 0,1798, sehingga Lhitung <

disimpulka

Ltabel yaitu 0,1608 < 0,1798

tersebut mempunyai varians yang sama

diterima.
bahwa

Sehingga
data

nilai

dapat
UTS

maka H0
disimpulkan

siswa

bahwa

kedua

kelompok

atau homogen.

kelas

eksperimen, berasal dari populasi yang

Uji matching group ini digunakan untuk

berdistribusi normal. Begitu juga dengan

mengetahui apakah nilai rata-rata UTS IPA

kelas kontrol diperoleh Lhitung = 0,1436,

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

dengan n = 23 dan taraf signifikan 5%

memiliki

diperoleh Ltabel = 0,1798, sehingga Lhitung <

matching group pada penelitian ini ada

perbedaan

atau

tidak.

Uji

tiga tahapan, pertama mencari mean
[239]

Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…

dari

masing-masing

kelas,

kemudian

mencari

standar

deviasi

dari

masing

kelas,

selanjutnya

Begitu juga dengan uji Liliefors pada kelas

masing-

kontrol diperoleh Lhitung = 0,0873, dengan n

mencari

= 23 dan taraf signifikan 5% diperoleh Ltabel

perbedaan dengan menggunakan rumus

= 0,1798, sehingga Lhitung < Ltabel yaitu 0,0873

uji t dua sampel.

< 0,1798 maka H0 diterima. Sehingga
dapat

disimpulkan

bahwa

data

nilai

Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat

posttest kemampuan pemahaman konsep

diketahui bahwa pada kelas diperoleh

kelas kontrol, berasal dari populasi yang

mean yaitu 63,35 dan standar deviasi (SD)

berdistribusi normal.

12,16. Sedangkan kelas kontrol diperoleh
mean sebesar 64,74 dan standar deviasi

Uji homogenitas yang digunakan dalam

8,69. Kemudian dianalisis dengan uji t

penelitian

matching group, rumus yang digunakan

Berdasarkan perhitungan uji F dari data

adalah separated varians, diperoleh thitung

akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol,

=

-0,4464 dengan dk = n1 + n2 – 2 = 23

ini

menggunakan

varians

+23 – 2 = 44 dan taraf signifikan 5%,

150,8994

dan varians kelas kontrol =

sehingga

2,0154.

154,5501 maka diperoleh Fhitung = 1,0242.

tersebut,

Berdasarkan daftar tabel diperoleh nilai

yaitu -0,4464 <

Ftabel = 2,05 dengan dk pembilang 22, dk

2,0154 maka H0 diterima. Sehingga dapat

penyebut 22, dan taraf signifikan 5%. Dari

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

perhitungan tersebut maka Fhitung < Ftabel

nilai rata-rata UTS kelas eksperimen dan

yaitu 1,0242< 2,05 sehingga H0 diterima.

kelas kontrol.

Sehingga

Berdasarkan

ttabel

hasil

=

analisis

diperoleh thitung < ttabel

kedua
Uji

persyaratan

menggunakan

uji

homogenitas
Berdasarkan

analalisi

normalitas

dan

uji

akhir

dan

tersebut

bahwa

mempunyai

varians yang sama atau homogen.

uji

hipotesis.

Uji

hipotesis

dalam

penelitian

ini

menggunakan Uji T dua pihak (two tail

0,112,

test). Uji t dua pihak digunakan untuk

dengan n = 23 dan taraf signifikan 5%

mengetahui apakah terdapat perbedaan

diperoleh Ltabel = 0,1798, sehingga Lhitung <

kemampuan pemahaman konsep siswa

Ltabel yaitu 0,112 < 0,1798 maka H0 diterima.

antara pembelajaran dengan model POE

Sehingga dapat disimpulkan bahwa data

(Predict-Observe-Explaine)

hasil posttest kemampuan pemahaman

konvensional.

konsep kelas eksperimen, berasal dari

menggunakan rumus t-test. Rumus t-test

populasi yang berdistribusi normal.

yang dapat digunakan untuk menguji

Liliefors

diperoleh

pada

kelompok

disimpulkan

=

kelas

eksperimen

uji

data

dapat

eksperimen

F.

diperoleh

diperoleh

kelas

uji

Lhitung

=

Pengujian

dan

metode

hipotesis

hipotesis adalah Separated Varians.

[240]

ini

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 3 Desember 2017

Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima

taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan

jika Ho = �ℎ�

dk = n1 + n2 – 2.

Ha = �ℎ�

��

��





�� .

��

dan Ha diterima jika,
Dengan nilai �

��

Tabel 2. Uji T Dua Pihak

N

thitung

ttabel

Kesimpulan

23

3,5259

2,0154

Terdapat perbedaan

Berdasarkan hasil perhitungan uji T dua

Tahap

pihak

kemampuan

sebelum siswa memprediksi terlebih dulu

pemahaman konsep kelas eksperimen

dibentuk kelompok. Guru membagi siswa

dan kelas kontrol dengan menggunakan

menjadi 5 kelompok secara acak. Setiap

rumus Separated Varians, diperoleh t

kelompok

dari

hasil

posttess

= 3,5259, dan diperoleh �

��

n

pertama

memiliki

heterogen.

= 2,0154

yaitu

memprediksi,

kemampuan

yang

meminta

setiap

Guru

dengan taraf signifikan 5% dengan dk = n1

kelompok mengambil LKPD beserta alat

+ n2 – 2 = 23 +23 – 2 = 44. Berdasarkan hasil

dan bahan untuk melakukan percobaan.

analisis tersebut, diperoleh thitung > ttabel

Setelah itu, guru menghadapkan siswa

yaitu 3,5259 > 2,0154 maka H0 ditolak dan

dengan alat dan bahan percobaan yang

Ha

akan

diterima.

Jadi,

kesimpulan

yang

dilakukan,

menjelaskan

akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol

dilakukan terkait peralatan tersebut. Siswa

adalah terdapat perbedaan kemampuan

kemudian

pemahaman konsep IPA pada siswa kelas

tentang apa yang akan terjadi dengan

V SDN 05 Telukwetan

Jepara antara

alat dan bahan tersebut. Siswa melakukan

pembelajaran yang menggunakan model

prediksi dengan menganalisis pertanyaan

POE

yang terangkum dalam LKPD. Pertanyaan

pembelajaran

yang

saja

guru

diperoleh dari uji T dua pihak dari data

dan

apa

kemudian

membuat

yang

suatu

harus

prediksi

tersebut terkait dengan apa yang akan

menggunakan metode konvensional.

terjadi pada percobaan tersebut. Siswa
terlihat

PEMBAHASAN

sangat

antusias

dalam

eksperimen

pembelajaran

memprediksi apa yang akan terjadi, hal

dilaksanakan

dengan

menggunakan

tersebut

dibuktikan

model

(Predict-Observe-Explaine).

bertanya

kepada

Pada

kelas

POE

dengan
guru

siswa
tentang

pertanyaan yang kurang dimengerti.

Menurut Suyono & Hariyanto (2014, p. 4142) Pembelajaran dengan model POE
terdiri dari 3 tahapan, yaitu memprediksi,

Tahap kedua setelah memprediksi yaitu

mengamati dan menjelaskan.

mengamati. Setelah memprediksi siswa
diarahkan oleh guru untuk melakukan
percobaan
[241]

berdasarkan

petujuk

yang

Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…

tertera dalam LKPD. Siswa mengamati

sederhana, demonstrasi atau percobaan

percobaan

dan

dan

menganalisis

hasil

peragaan

prosedur

ilmiah,

dan

percobaan kemudian mendiskusikannya.

kegiatan

Pada tahap ini, siswa terlibat aktif dalam

peluang

pembelajaran, hal tersebut terlihat dari

mempertajam gagasannya.

semua

Kondisi belajar dalam teori konstruktivisme

anggota

mengikuti

langkah-

praktis

lain

yang

kepada

memberi

siswa

untuk

langkah percobaan, siswa secara aktif

tersebut

bertanya kepada guru apabila menemui

memahami materi yang diajarkan. Hal

kesulitan,

tersebut dibuktikan dengan nilai rata-rata

berdiskusi

kelompok,

dengan

serta

pengamatan

anggota

menganalisis

berdasarkan

membantu siswa

untuk

lebih

hasil

kemampuan pemahaman konsep siswa

percobaan

yang tinggi. Dari hasil posttest diperoleh

yang telah dilakukan.

rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar
80,43, terdapat 21 siswa tuntas dan 2 siswa

Tahap

selanjutnya

yaitu

menjelaskan

tidak

(explaine). Pada tahap ini masing-masing
kelompok
yang

menjelaskan

berupa

mencocokkan

hasil

hasil

Dengan

presentase

ketuntasan sebesar 91,3%.

diskusinya

percobaan

dengan

tuntas.

prediksi

dan

Berbeda

yang

dengan

kelas

eksperimen,

pembelajaran IPA pada kelas kontrol

sudah dibuat sebelumnya di hadapan

menggunakan

kelompok lain. Sedangkan kelompok lain

Pada

memberikan

kepada

kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa

sedang

hanya bisa mendengarkan penjelasan

kelompok

dari guru, dan mencatat materi yang

memberikan

ditulis guru di papan tulis. Pada saat siswa

tanggapan

kelompok

yang

mempresentasikan.
sangat

antusias

tanggapan
maju.

Setiap
untuk

terhadap

Pada

ini

yang

pembelajaran

diberikan

ini,

pertanyaan

konvensional.
terlihat

tentang

siswa

materi

siswa

dapat

yang diajarkan, siswa kurang aktif dalam

pengetahuannya

sendiri

menjawab pertanyaan, hanya 2 atau 3

yaitu dari prediksi dan hasil pengamatan,

siswa yang menjawab. Pembelajaran di

sehingga

yang

kelas kontrol ini hanya terpusat pada guru,

dipahami oleh siswa. Hal tersebut sesuai

sehingga mengakibatkan nilai posttest

dengan bentuk kondisi belajar yang sesuai

kemampuan pemahaman konsep rendah

dengan

daripada

membangun

tahap

kelompok

metode

menghasilkan

materi

teori konstruktivisme. Menurut

kelas

eksperimen

yang

Taniredja (2014, p. 13) ada beberapa

menggunakan

bentuk kondisi belajar yang sesuai dengan

posttest diperoleh rata-rata nilai kelas

teori konstruktivisme antara lain: diskusi

kontrol sebesar 67,58, terdapat 13 siswa

yang

tuntas dan 10 siswa tidak tuntas. Dengan

semua

memberikan
siswa

gagasannya,

kesempatan

mau
menguji

agar

mengungkapkan
hasil

model

POE.

Dari

presentase ketuntasan sebesar 56,5%.

penelitian
[242]

hasil

Mimbar Sekolah Dasar, Volume 4 Nomor 3 Desember 2017

Berdasarkan

pengujian

hipotesis

yang

maupun

dengan

guru

dalam

proses

dianalisis dengan uji T dua pihak, diperoleh

pembelajaran. Hal tersebut dibuktikkan

t

dengan

= 3,5259, dan diperoleh �

n

��

=

persentase

ketuntasan

kelas

2,0154 dengan taraf signifikan 5% dengan

eksperimen lebih tinggi daripada kelas

dk = n1 + n2 – 2 = 23 +23 – 2 = 44.

kontrol. Kelas eksperimen yang dikenai

Berdasarkan

tersebut,

perlakuan dengan menggunakan model

diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,5259 > 2,0154

POE persentase ketuntasannya mencapai

maka H0 ditolak dan Ha diterima. Jadi,

91,3%. Sedangkan kelas kontrol yang tidak

kesimpulan yang diperoleh yaitu terdapat

dikenai

perbedaan

ketuntasannya

hasil

analisis

kemampuan

konsep IPA pada

pemahaman

perlakuan,
sebesar

persentase
56,5%.

Dari

penelitian yang sudah dilakukan diperoleh

siswa kelas V SDN 05

Telukwetan Jepara antara pembelajaran

hasil

yang

pemahaman konsep siswa pada kelas

menggunakan

pembelajaran

model

yang

POE

dan

akhir

bahwa

eksperimen yang

menggunakan

kemampuan

diberi perlakuan dan

kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan

metode konvensional.

terdapat perbedaan, dimana pada rataBerdasarkan

hasil

membuktikan

hipotesis

bahwa

rata

tersebut,

nilai

kemampuan

pemahaman

konsep siswa kelas eksperimen lebih tinggi

pembelajaran
POE

dibanding kelas kontrol. Rata-rata nilai

efektif

kelas eksperimen sebesar 80,43 sedangkan

digunakan dalam proses pembelajaran

kelas kontrol sebesar 67,58. Jadi, secara

IPA di SDN 05 Telukwetan, karena dalam

keseluruhan model pembelajaran Predict-

pembelajaran POE, siswa terlibat langsung

Observe-Explain

dalam

dan

meningkatkan pemahaman konsep siswa

antusias dalam memprediksi, mengamati

pada mata pelajaran IPA, karena dengan

dan

menggunakan model ini siswa dapat lebih

dengan

menggunakan

(Predict-Observe-Explaine)

kegiatan

model
ini

pembelajaran,

menjelaskan

(mempresentasikan)

keaktifan

menjadi lebih baik dan dapat belajar

proses

siswa

dan

dapat

aktif,

selama

antar

ini

hasil percobaan, sehingga mendorong
siswa

interaksi

(POE)

guru

secara bermakna sehingga materi yang

pembelajaran berlangsung.

dijarkan tetap diingat dan tidak mudah
dilupakan.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan Sudiadnyani (2013, p.
3)

bahwa

pembelajaran

keunggulan

dari

SIMPULAN

model

Berdasarkan

Predict-Observe-Explain

hasil

penelitan,

maka

(POE) ini dibandingkan dengan metode

diperoleh kesimpulan bahwa terdapat

pembelajaran

perbedaan

konvensional

adalah

kemampuan

pemahaman

keaktifan siswa dalam menggali informasi,

konsep IPA pada

dan

Telukwetan Jepara antara pembelajaran

interaksi

yang

baik

antar

siswa
[243]

siswa kelas V SDN 05

Marisa Rizqi Astuti, Joko Sulianto & Veryliana Purnamasari, Keefektifan Model Predict-Observe-Explain…

yang

menggunakan

pembelajaran
metode

model

yang

Pekalongan”.
Skripsi.
Universitas PGRI Semarang

dan

menggunakan

konvensional.

dibuktikan dengan t

POE

n

Hal
>t

el

Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks.

tersebut
pada uji T

Samsudin, A. (2014). SUPERVISI AKADEMIK
PEMBELAJARAN IPA MELALUI ICT BASED
LESSON STUDY UNTUK MEMBANGUN
LEARNING COMMUNITY GURU SD.
Mimbar Sekolah Dasar, 1(1), 77-82.
doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v1i1.867.

dua pihak. Pada uji T dua pihak, diperoleh
t

n

= 3,5259, dan diperoleh t

el

= 2,0154

dengan taraf signifikan 5% dengan dk = n1
+ n2 – 2 = 23 +23 – 2 = 44. Berdasarkan hasil
analisis tersebut, diperoleh thitung > ttabel
yaitu 3,5259 > 2,0154, maka H0 ditolak dan
Ha

diterima.

Jadi,

kesimpulan

Semarang:

Servitri,
M.
(2017).
PEMBELAJARAN
MULTIMEDIA IPA DENGAN MODEL
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA. Mimbar Sekolah Dasar, 4(1), 1-8.
doi:http://dx.doi.org/10.23819/mimbarsd.v4i1.6157.

yang

diperoleh dari uji T dua pihak dari data
akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol
adalah terdapat perbedaan kemampuan
pemahaman konsep IPA pada siswa kelas
V SDN 05 Telukwetan

Sisdiknas. (2003). Undang-Undang Sisdiknas
(Sistem Pendidikan Nasional): UU RI No.
20 Th. 2003

Jepara antara

pembelajaran yang menggunakan model
POE

dan

pembelajaran

yang

Sudiadnyani, dkk. (2013). Pengaruh Model
Pembelajaran Predict-Observe-Explain
(POE)
Terhadap
Pemahaman
KonsepIPA Siswa Kelas IV SD Di
Kelurahan Banyuasri. Jurnal Sosial dan
Pembangunan. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.

menggunakan metode konvensional.

REFERENSI
Atmojo,
I.
(2015).
PENGARUH
PENGGUNAAN METODE DISCOVERY
BERBASIS MEDIA REALITA TERHADAP
HASIL BELAJAR MATAKULIAH KONSEP
DASAR IPA 1. Mimbar Sekolah Dasar,
2(2),
130-139.
doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v2i2.1324.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suyono & Hariyanto. (2014). Belajar dan
Pembelajaran.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.

Eliyani, Y. (2014). “Keefektifan Model
Pembelajaran
Tematik
Terintegrasi
Terhadap Kemampuan Pemahaman
Konsep Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di
Kelurahan
Sragi
Kabupaten

Taniredja, dkk.
Pembelajaran
Bandung:

[244]

(2014).
Inovatif

Model-Model
dan Efektif.
Alfabeta.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT OBSERVE EXPLAIN (POE) TERHADAP AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP OLEH SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN CIRI MAKHLUK HIDUP

6 59 54

KEEFEKTIFAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT DISCUSS EXPLAIN OBSERVE DISCUSS EXPLAIN (PDEODE) UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA PEMAHAMAN KONSEP MATERI BUFFER DAN HIDROLISIS KELAS XI SMAN 1 KAYEN PATI

7 42 199

Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Konsep Sistem Pencernaan

24 88 194

Analisis keterampilan proses sains siswa pada model pembelajaran predict, observe, explain (poe) pada materi asam basa

3 12 218

PROFIL KEMAMPUAN HIPOTESIS SISWA PADA SUB KONSEP PEMANASAN GLOBAL MELALUI DEMONSTRASI BERBASIS PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE).

0 0 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK : Studi Eksperimen Pada Mata Pelajaran Geografi Kelas X di SMA Negeri Darmaraja Kabupaten Sumedang.

0 2 50

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA BERBASIS MODEL PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN (POE) DI SEKOLAH DASAR.

0 0 18

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES IPA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 1 BANGUNTAPAN.

0 2 90

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA BERBASIS MODEL PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN (POE) DI SEKOLAH DASAR | Hadiyah | Jurnal Didaktika Dwija Indria (SOLO) 10190 22485 1 PB

0 0 8

PENGARUH TEKNIK PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN PADA PEMBELAJARAN IPA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SD

0 0 10