Perbandingan Tumbuh Kembang Bayi Usia 6 Bulan yang Mendapat ASI Eksklusif dengan Bayi yang Mendapat ASI Non Eksklusif

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar belakang
Pertumbuhan (growth) merupakan perubahan dalam besar, ukuran, atau

dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, dapat diukur dengan berat (gram dan
kg), panjang (cm), usia tulang, dan keseimbangan metabolisme (retensi kalsium
dan nitrogen tubuh) (Sulistyawati, 2014). Pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan kuantitatif yaitu peningkatan ukuran dan struktur. Jadi, pertumbuhan
lebih ditekankan pada pertambahan ukuran fisik seseorang, yaitu menjadi lebih
besar atau lebih matang bentuknya, seperti pertambahan ukuran berat badan dan
tinggi badan ( Nursalam, 2008 ).
Perkembangan adalah suatu proses bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan
menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, organ, dan sistem organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi fungsinya
(Soetjiningsih, 2013). Sehingga dapat diartikan sebagai bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar,

perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang hayat
dan terjadi secara teratur dan terpola.
Tumbuh kembang merupakan dua proses yang berbeda, tetapi keduanya
tidak dapat berdiri sendiri, terjadi secara simultan, saling berkaitan, dan
berkesinambungan dari masa konsepsi hingga dewasa (Tanuwidjaya, 2008).

1

1
Universitas Sumatera Utara

2

Pertumbuhan dan perkembangan adalah fase yang sangat menentukan bagi
kehidupan bayi. Sejak dilahirkan, bayi memiliki dua kebutuhan yang harus
dipenuhi orangtuanya yaitu, terpenuhinya kebutuhan fisik sampai biomedis yang
berguna untuk pertumbuhan pada sistem otak sensorik dan motoriknya, kebutuhan
emosi kasih sayang berguna untuk kecerdasan yang distimulasi untuk merangsang
semua kerja sensorik dan motoriknya (Meyerhoff, 2011).
Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap faktor

tumbuh kembang anak, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan (Berhman,
2000). Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses
tumbuh kembang anak. Faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang
normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Berdasarkan
instruksi genetik yang terkandung didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Pertumbuhan ditandai dengan
intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Faktor
lingkungan merupakan bio-psiko-sosial yang memperngaruhi individu setiap hari
mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan memegang peranan
penting dalam tumbuh kembang (Berhman, 2000).
Salah satu faktor yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yaitu nutrisi. Pemberian nutrisi secara mencukupi pada bayi harus
dimulai dari dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup
memadai pada ibu hamil. Setelah lahir, harus diupayakan pemberian ASI secara
eksklusif, yaitu pemberian ASI saja sampai anak berumur 4 sampai 6 bulan.

Universitas Sumatera Utara

3


(Nursalam, 2006). Pemberian ASI eksklusif berperan penting pada pertumbuhan
bayi ini didukung oleh penelitian yang menyatakan ASI lebih baik jika
dibandingkan susu formula (Tyas, 2013). Menurut Prasetyono (2009), suatu
penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan ASI ketika
masih bayi, memiliki IQ lebih tinggi dari pada anak-anak yang masa bayinya
tidak mendapatkan ASI. Komposisi ASI dengan nutrisi lengkap, termasuk DHA
dan AA yang dibutuhkan bagi perkembangan otak, harus diketahui semua ibu
hamil dan menyusui, sehingga bayi mendapatkan nutrisi terbaik sejak awal
kehidupannya (Tambing, 2014). Keunggulan ASI yang berperan pada
pertumbuhan dilihat dari protein, lemak, elektrolit, dan enzim yang terkandung
dalam ASI ( Sofyana,2011). Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam negara
berkembang, resiko kematian bayi antara 9-12 bulan meningkat 40% jika bayi
tersebut tidak disusui, bayi berusia dibawah dua bulan angka kematiannya
meningkat menjadi 48% (Roesli, 2008).
Prevalensi pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di Indonesia
pada tahun 2012 sebesar 37,5%. Angka ini lebih rendah jika dibandingkan pada
tahun 2010 dan 2011 yaitu sebesar 61,3% dan 61,5%. Data di Jawa Timur
menunjukkan hanya 47% bayi yang mendapat ASI eksklusif (Kemenkes RI,
2012). Data UNICEF tahun 2006 menyebutkan bahwa kesadaran ibu untuk

memberikan ASI di Indonesia baru 14%, itupun diberikan hanya sampai bayi
berusia empat bulan.Walaupun telah banyak diketahui manfaat pemberian ASI
eksklusif, namun masih banyak ibu-ibu yang kurang memanfaatkannya dan
menggantikannya dengan pemberian susu dan makanan formula.

Universitas Sumatera Utara

4

Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia
berfluktuasi dan menunjukkan kecenderungan menurun selama 3 tahun terakhir.
Berdasarkan data survey Kesehatan Nasional menunjukkan bahwa cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan turun dari 62,2% tahun 2007
menjadi 56,2% pada tahun 2008, sedangkan cakupan pemberian ASI eksklusif
pada bayi 6 bulan turun dari 28,6% pada tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun
2008 (Susenas 2004-2009 dalam Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2011). Data tentang rendahnya pemberian ASI eksklusif menurut Rahmawati
berdasarkan faktor-faktor penyebabnya yang paling tinggi adalah kurangnya
dukungan dari petugas kesehatan (100%), sosial budaya yang kurang mendukung
(77,8%) dan ibu bekerja (73,8%). Berdasarkan data di atas tampak bahwa

pemberian ASI eksklusif di Indonesia mengalami penurunan yang sesungguhnya
ASI eksklusif sangat dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
anak. Faktor-faktor diatas yang menyebabkan ibu beralih ke susu formula dalam
pemberian nutrisi ke bayi (Rahmawati & Dianning, 2010).
Susu formula adalah produk dengan bahan dasar susu sapi atau dari hewan
lain dan dari bahan lain yang sudah dibuktikan sesuai untuk makanan bayi
(Koletzko et al., 2005). Kandungan susu formula yang dibuat hampir menyerupai
ASI dapat menggantikan asupan nutrisi untuk bayi yang karena ibu atau bayi yang
mengalami kontraindikasi pemberian ASI (Indriarti, 2008). Namun bila susu
formula diberikan secara berlebih dapat menyebabkan obesitas dan muntah pada
bayi (Lockhart & Saputra, 2014). Bayi yang diberi susu formula cenderung
tumbuh lebih dari seharusnya (Duggan et al., 2008). Para orangtua beranggapan

Universitas Sumatera Utara

5

bahwa susu formula mempunyai tambahan nilai gizi yang dimasukkan ke dalam
susu formula oleh produsen susu formula. Menurut Khasanah (2011) susu formula
juga mempunyai banyak kelemahan diantaranya yaitu kandungan susu formula

tidak selengkap ASI, penggunaan susu formula harus di kontrol dari kemungkinan
masuknya organisme-organisme patogen atau terjadinya kontaminasi yang dapat
menyebabkan diare, jika dampak buruk dari pemberian susu formula terjadi maka
anak akan sakit dan perkembangan motoriknya akan terganggu.
Berdasarkan

permasalahan

diatas,

maka

penulis

tertarik

untuk

mengadakan penelitian tentang “Perbandingan tumbuh kembang bayi usia 6 bulan
yang mendapat ASI Eksklusif dengan bayi yang mendapat ASI non eksklusif”.

1.2

Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka peneliti merumuskan

masalah :
1. Bagaimanakah tumbuh kembang bayi usia 6 bulan yang di berikan ASI
eksklusif ?
2. Bagaimanakah tumbuh kembang bayi usia 6 bulan yang diberikan ASI non
eksklusif ?
3. Apakah ada perbedaan antara tumbuh kembang bayi usia 6 bulan yang
mendapat ASI ekslusif dengan bayi yang mendapat ASI non eksklusif ?

Universitas Sumatera Utara

6

1.3

Tujuan penelitian

1.3.1

Tujuan umum
Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan perkembangan
bayi usia 6 bulan yang diberikan ASI eksklusif dengan bayi yang
diberikan ASI non eksklusif.

1.3.2

Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi tumbuh kembang bayi usia 6 bulan yang
diberikan ASI eksklusif
b. Mengidentifikasi tumbuh kembang bayi usia 6 bulan yang
diberikan ASI non eksklusif.
c. Mengidentifikasi perbedaan tumbuh kembang bayi usia 6 bulan
yang mendapat ASI eksklusif dengan bayi yang mendapat ASI non
eksklusif.
1.4


Manfaat penelitian
1.4.1

Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi
kepada mahasiswa mengenai perbandingan tumbuh kembang bayi
usia 6 bulan yang mendapat asi eksklusif dengan bayi yang
mendapat ASI non eksklusif.

1.4.2

Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi
pendidikan dan bagi praktisi keperawatan yang dapat digunakan

Universitas Sumatera Utara

7

menjadi acuan atau nimal sebagai bahan pembanding bagi mereka

yang akan meneliti masalah yang sama.
1.4.3

Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pedoman untuk
mencegah keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, dan
sebagai informasi agar dapat memberikan penyuluhan tentang
pentingnya ASI.

Universitas Sumatera Utara