Perbandingan Tumbuh Kembang Bayi Usia 6 Bulan yang Mendapat ASI Eksklusif dengan Bayi yang Mendapat ASI Non Eksklusif

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Konsep Tumbuh Kembang

2.1.1

Defenisi pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu

bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.
Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan
struktur organ-organ tubuh dan otak. Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak
adalah anak mempunyai kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan
mempergunakan akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.
Pertumbuhan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),
ukuran panjang (cm, meter) umur tulang, dan tanda-tanda seks sekunder
(Soetjiningsih, 2013).

Menurut Karl E Garrison (Syamsussabri, 2013)


pertumbuhan adalah perubahan individu dalam bentuk ukuran badan, perubahan
otot, tulang, kulit, rambut dan kelenjar.
Pengertian perkembangan secara termitologis adalah proses kualitatif yang
mengacu pada penyempurnaan fungsi sosial dan psikologis dalam diri seseorang
dan berlangsung sepanjang hidup manusia. Menurut para ahli perkembangan
merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari
proses kematangan dan pengalaman, terdiri atas serangkaian perubahan yang
bersifat kualitatif dan kuantitatif (E.B Harlock dalam Syamsusbahri, 2013),
dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan individu yang
terjadi dari kematangan ( kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan

8

8
Universitas Sumatera Utara

9

pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar

yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif (dapat diukur) yang
menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut. Perkembangan merupakan
hasil

interaksi

kematangan

susunan

saraf

pusat

dengan

organ

yang


dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuscular, kemampuan
bicara, emosi dan sosialisasi (Depkes, 2007).
2.1.2

Aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan

A. Aspek pertumbuhan
Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran antopometri,
pengukuran antopometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang
badan), lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan lingkar dada (Saputri, 2014).
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan
digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor genetik,
sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan
otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi mental,
apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan
cairan serebrospinal. (Hidayat, 2011). Pada umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata
adalah 44 cm (Angelina, 2014).
B. Aspek Perkembangan
1.


Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan meliputi aktivitas
otot-otot besar seperti gerakan lengan, duduk, berdiri, berjalan dan
sebagainya (Saputri, 2014).

Universitas Sumatera Utara

10

2.

Motorik halus (fine motor skills) merupakan keterampilan fisik yang
melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan yang memerlukan
koordinasi yang cermat. Perkembangan motorik halus mulai memiliki
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki menggambar dua tau tiga
bagian, menggambar orang, melambaikan tangan dan sebagainya (Saputri,
2014).

3.


Bahasa (Languange) adalah kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan, berkomunikasi
(Hidayat, 2011 )

4.

Sosialisasi dan kemandirian merupakan aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya ( Rusmil, 2008).

2.1.3

Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan
Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang berbeda,

namun

keduanya saling mempengaruhi


dan

berjalan

secara stimulant.

Pertumbuhan ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan kemampuan
perkembangan anak. (Nursalam, 2006).
Adapun

ciri-ciri

pertumbuhan

dan

perkembangan

anak


menurut

Soetjiningsih (2013) adalah :
A. Ciri pertumbuhan
Pertumbuhan dapat dinilai dari beberapa perubahan yaitu : (a) Perubahan
ukuran, terlihat jelas pada pertumbuhan fisik dengan bertambahnya umur anak

Universitas Sumatera Utara

11

terjadi pula penambahan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dan lain-lain.
(b) Proporsi tubuh, perubahan proporsi tubuh sesuai dengan bertambahnya umur
anak, proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda dibandingkan tubuh
anak ataupun orang dewasa. (c) Hilangnya ciri-ciri lama,

selama proses

pertumbuhan terdapat hal-hal yang terjadi perlahan-lahan seperti menghilangnya
kelenjar timus, lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks-refleks primitif. (d)

Timbul ciri-ciri baru, dikarenakan pematangan fungsi-fungsi organ, seperti
tumbuh gigi permanen.
B. Ciri perkembangan
Perkembangan melibatkan perubahan, yaitu terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya, perkembangan sistem
reproduksi disertai dengan perubahan pada organ kelamin. Perubahan-perubahan
ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh,
berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan
suatuorgan tubuh tertentu. Perkembangan awal menentukan perkembangan
selanjutnya. Seseorang tidak akan melewati satu tahap perkembangan sebelum dia
melewati tahapan sebelumnya. Misalnya, seorang anak tidak akan bisa berjalan
sebelum dia berdiri. Karena itu perkembangan awal merupakan masa kritis karena
akan menentukan perkembangan selanjutnya. Perkembangan juga memiliki tahap
yang berurutan, tahap ini di lalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan, dan tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik. Misalnya, anak
lebih dahulu mampu berdiri sebelum berjalan, mampu membuat lingkaran
sebelum mampu mampu membuat gambar kotak, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara


12

2.1.4

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anak mulai dari konsepsi sampai dewasa dipengaruhi

oleh banyak faktor, seperti faktor genetik dan faktor lingkungan bio-fisikopsikososial, yang bisa menghambat atau mengoptimalkan tumbuh kembang anak
(Soetjiningsih,

2013).

Menurut

Riyadi

(2009)

setiap


orang

tua

akan

mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sempurna tanpa
mengalami hambatan tertentu. Pola tumbuh kembang secara normal antara anak
yang satu dengan anak yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena
dipengaruhi oleh interaksi oleh banyak faktor. (Nursalam, 2008).
Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :
A. Faktor dari dalam (internal)
Faktor dari dalam dapat dilihat dari faktor genetik dan hormonal, faktor
genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan kematangan tulang, alat
seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang, yaitu : perbedaan ras. Etnis atau bangsa, keluarga, umur
jenis kelamin dan kelainan kromosom. Kemudian pengaruh hormonal, dimana
sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin beumur 4 bulan. Pada saat itu,
terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah
hormon pertumbuhan somatropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary. Selain

itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna untuk
metabolisme serta maturasi tulang, gigi dan otak (Soetjiningsih, 2013).

Universitas Sumatera Utara

13

B. Faktor dari luar (eksternal)
Faktor dari luar dapat dilihat dari : (a) faktor prenatal, antara lain gizi,
mekanis, toksin/zat kimia, endoktrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi,
anoksiembrio dan psikologi ibu. (b) faktor persalinan, yaitu komplikasi persalinan
pada bayi seperti trauma kepala, afaksia dapat menyebabkan kerusakn jaringan
otak. (c) Faktor pasca salin, yaitu gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital,
lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan
pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan (Rusmil 2008).
2.1.5

Tahap tumbuh kembang Anak

A.

Pertumbuhan

1)

Berat badan
Pemantauan pertumbuhan bayi dan anak dapat dilakukan dengan

menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, dan lingkar kepala anak.
Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami penambahan 150-250
gram/minggu dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan oleh National
Center for Health Statistics (NCHS), berat badan bayi akan meningkat dua kali
lipat dari berat lahir pada anak usia 4-7 bulan (Wong, 2008). Berat badan lahir
normal bayi sekitar 2.500-3.500 gram, apabila kurang dari 2.500 gram dikatakan
bayi memiliki berat lahir rendah (BBLR), sedangkan bila lebih dari 3.500 gram
dikatakan makrosomia. Pada masa bayi-balita, berat badan digunakan untuk
mengukur pertumbuhan fisik dan status gizi diperhaatikan (Susilowati 2008,
dalam Rif’atunnisa, 2014).

Universitas Sumatera Utara

14

2)

Panjang badan
Istilah panjang badan dinyatakan sebagai pengukuran yang dilakukan

ketika anak terlentang (Wong, 2008). Pengukuran panjang badan digunakan untuk
menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan merupakan indikator yang
baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan
terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas
(Nursalam, 2008). Pengukuran panjang badan dapat dilakukan dengan sangat
mudah untuk menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Panjang
bayi baru lahir normal adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva yang ditentukan
oleh National Center for Health Statistics (NCHS), bayi akan mengalami
penambahan panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya (Wong, 2008).
Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu
hanya sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini akan berhenti pada usia 18-20 tahun
(Nursalam, 2008).
3)

Pengukuran Lingkar Kepala Anak
Cara

yang

biasa

dipakai

untuk

mengetahui

pertumbuhan

dan

perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak mengikuti
perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada pertumbuhan tengkorak
maka perkembangan otak anak juga terhambat. Pengukuran dilakukan pada
diameter occipitofrontal dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai
standar (Chamidah, 2009). Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata adalah 34-35
cm dan lingkar kepala ini lebih besar daripada lingkar dada. Pada anak umur 6
bulan, lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm,

Universitas Sumatera Utara

15

dan dewasa 54 cm. Jadi, pertambaha lingkar kepala pada 6 bulan pertama adalah
10 cm, atau sekitar 50% pertambahan lingkar kepala sejak lahir sampai dewasa
terjadi 6 bulan pertama kehidupan. (Soetjiningsih, 2013).
B.

Perkembangan

1)

Perkembangan motorik kasar, aspek perkembangan lokomosi (gerakan)

dan postur (posisi tubuh). Pada usia 6 bulan, bila bayi didudukkan di lantai, bayi
bisa duduk sendiri tanpa disokong tetapi punggung masih membungkuk, bayi
mampu berguling sebagai aktivitas yang disadari sehingga untuk mencapai benda
dengan jarak dekat, bayi dapat berguling-guling. Kontrol kepala bayi muncul
lebih dulu pada posisi tengkurap, sehingga bayi lebih dahulu berguling dari posisi
terlentang.
2)

Perkembangan motorik halus, kemampuan motorik halus dipengaruhi oleh

matangnya fungsi motorik, dan koordinasi neuromuskular yang baik, fungsi visual
yang akurat, dan kemampuan intelek nonverbal. Pada usia 6 bulan bayi mampu
memindahkan objek dari tangan satu ke tangan lainnya, bayi juga mampu meraih
dan mengambil benda dengan baik, tanpa disertai gerakan simultan pada tangan
yang lain, bayi juga mampu memasukkan balok ke dalam gelas tapi tidak bisa
mengambil kembali
3)

Perkembangan bahasa, kemampuan untuk memberikan respons terhadap

suara, mulai mengenal kata-kata “da da, pa pa, ma ma”.
4)

Perkembangan

sosial,

banyak

dipengaruhi

faktor

lingkungan

(pengasuhan). Seorang bayi mewarisi karakteristik emosional-sosial dan gaya
berinteraksi, tetapi sifat bawaan tersebut dimodifikasi oleh gaya orangtua dan

Universitas Sumatera Utara

16

lingkungan sosial, bayi akan merasa nyaman disekitar orang-orang akrab dan
timbul kecemasan di sekitar orang asing. Pada usia ini bayi senang bermain
dengan bayi lainnya, dan sekali- kali ia akan tersenyum dan meniru suara masingmasing, diusia ini bayi mulai mengenali orang tua.
2.1.6

Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan

A.

Gangguan pertumbuhan fisik
Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan diatas

normal dan gangguan pertumbuhan dibawah normal. Pemantauan berat badan
menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Menurut Soetjaningsih (2003, dalam
Abdul Rajab, 2013) bila grafik berat badan naik lebih dari 120% kemungkinan
anak mengalami obesitas atau kelainan hormonal. Sedangkan apabila grafik berat
badan dibawah normal kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita
penyakit kronis atau atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah
satu parameter yang penting. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala
termasuk otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal
dapat dijumpai pada anak yang menderita hidroseflus, megaensefali, tumor otak.
Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak
menderita retardasi mental, malnutrisi kronis.
B.

Gangguan perkembangan motorik
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal.

Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot
atau penyakit neuromuskular. Anak dengan cerebral palsy dapat mengalami
keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia,

Universitas Sumatera Utara

17

atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Namun tidak selamanya
gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor
lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan
perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan belajar seperti
sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan
dalam mencapai kemampuan motorik (Nur, 2009 dalam Rajab, 2013)
C.

Gangguan perkembangan bahasa
Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh sistem perkembangan

anak, kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan motorik, psikologis,
emosional dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan perkembangan bahasa pada
anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu adanya faktor genetik, gangguan
pendengaran, kurangnya interaksi anak dengan lingkungan, maturasi yang
terlambat. Selain itu, gangguan perkembangan bicara dapat juga disebabkan oleh
kelainan fisik seperti bibir sumbing dan serebral pasli ( Nur, 2009 dalam Rajab,
2013).
D.

Gangguan suasana hati (mood disoders)
Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang ditandai

dengan disforia, kehilangan minat, sukar tidur, sukar konsentrasi, dan nafsu
makan terganggu. (Rajab, 2013).
E.

Gangguan pervasif dan psikosis pada anak
Meliputi autisme (gangguan komunikasi verbal dan nonverbal, gangguan

perilaku dan interaksi sosial). Asperger

(gangguan interaksi sosial, perilaku,

Universitas Sumatera Utara

18

perilaku yang terbatas dan diulang-ulang, obsesif), childhood disentegrative
disorders. (Rajab, 2013).
2.2

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan anak

A.

Antopometri
Pengukuran antropometri dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukuran

fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan
pita

pengukur

(meteran).

(Nursalam,

2008).

Pada

penentuan

keadaan

pertumbuhan fisik anak perlu dilakukan pemeriksaan antopometri dan
pertumbuhan fisik. Pengukuran antropometri untuk emantau tumbuh kembang
anak adalah berat badan, badan panjang, lingkar kepala dan lingkar lengan atas.
B.

Indeks antopometri
Indeks antropometri merupakan rasio dari pengukuran terhadap satu atau

lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur, TB/U (Tinggi Badan
terhadap Umur) dan BB/U (Berat Badan terhadap Umur).
C.

Interpretasi indeks antropometri gizi
Interpretasi indeks antropometri gizi memerlukan ambang batas. Ambang

batas dapat disajikan kedalam tiga cara, yaitu persen terhadap median, persentil,
dan standar deviasi unit. WHO menyarankan menggunakan standar deviasi unit
untuk meneliti dan memantau pertumbuhan. Standar Deviasi Unit (SD) disebut
juga Z-skor.
Rumus perhitungan Z- Score adalah:
Z-Score = Nilai Individu Subjek – nilai media baku rujukan
Nilai simpang baku rujukan

Universitas Sumatera Utara

19

Hasil seorang penemu pakar gizi Indonesia Mei 2000 di Semarang, standar
baku antropometri yang digunakan secara nasional dipakai menggunakan standar
baku

WHO-NHCS

1983.

Berdasarkan

Kepmenkes

RI

Nomor:920/Menkes/SK/VII/2002 tentang klasifikasi status gizi anak (Susilowati,
2008).
2.3

Konsep ASI Eksklusif

2.3.1

Defenisi
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bernutrisi bernergi tinggi yang mudah

untuk dicerna yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui proses
laktasi (Munasir, 2008). ASI merupakan makanan cair yang secara khusus
diciptakan untuk memenuhi kebutuhan bayi akan berbagai zat gizi yang
dibutuhkan. Untuk pertumbuhan dan perkembangan disamping memenuhi
kebutuhan bayi akan energi. Hanya dengan diberi ASI saja tanpa makanan lain,
bayi mampu tumbuh dan berkembang dengan baik sampai usia 6 bulan (Moehji,
2008).
ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu pada bayi tanpa tambahan
cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan
makanan padat sampai dengan usia 6 bulan (Depkes RI, 2010). Pemberian ASI
yang dianjurkan adalah ASI eksklusif selama 6 bulan yang diartikan bahwa bayi
hanya mendapatkan ASI saja tanpa makanan atau mainuman lain termasuk air
putih (Matondang,dkk, 2008). ASI eksklusif menurut WHO adalah pemberian
ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan
lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Yanti, 2011).

Universitas Sumatera Utara

20

2.3.2

Kandungan Nutrisi ASI
Kandungan nutrisi yang terdapat dalam ASI adalah karbohidrat, protein,

lemak, mineral, air dan vitamin. Zat karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa
yang jumlahnya akan berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh
kembang bayi. Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium fosfor dan magnesium
yang sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk
proses pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang (Purwanti, 2004). ASI juga
terdiri dari 88% air yang berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat
didalamnya. ASI sebagai sumber air yang relatif tinggi dapat meredakan
rangsangan haus dari bayi. Vitamin yang terdapat dalam ASI cukup lengkap yaitu
terdiri dari vitamin A, D, C, sedangkan golongan vitamin B selain riboflavin dan
asam panthothenik kandungannya masih kurang (Soedjiningsih, 2013).
2.3.3

Manfaat ASI eksklusif

A. Manfaat ASI bagi bayi
Menurut Damayanti (2010) manfaat ASI bagi bayi yaitu ASI sebagai
nutrisi, yang merupakan sumber gizi yang sangat ideal bagi bayi karena komposisi
ASI seimbang dan sesuai dengan pertumbuhan kebutuhan bayi, ASI juga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh , meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan
jalinan kasih sayang.
Manfaat ASI eksklusif yang penting yaitu meningkatkan jalinan kasih
sayang antara bayi dan ibunya, bayi juga akan merasa aman dan tenteram,
terutama bayi dapat mendengar detak jantung ibunya yang dikenal sejak dalam
kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar

Universitas Sumatera Utara

21

perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan
dasar spiritual yang baik. (Roesli, 2004).
B. Manfaat ASI bagi ibu
Sebagai proteksi kesehatan ibu, Oksitoksin yang dilepaskan selama
menyusui memba ntu uterus kembali keukuran sebelumnya dan membantu
mengurangi perdarahan postpartum. Menyusui juga mengurangi risiko kanker
payudara dan ovarium ibu. Selama enam bulan pertama setelah kelahiran, jika
seorang wanita amenorik dan sepenuhnya menyusui bayinya, ia memiliki proteksi
98% terhadap kehamilan lainnya. Semakin lama durasi menyusui, semakin lama
durasi dari amenorea postpartum, yang mengarah pada interval kelahiran yang
lebih panjang.
2.3.4

Waktu pemberian ASI
Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-12 kali

dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, anjurkan ibu untuk memberikan
ASInya pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama dua hari pertama
sesudah lahir, bebrapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam. Untuk memberikan ASI
pada bayi setiap atau sesudah empat jam, yang paling baik adalah
membangunkannya selama siklus tidurnya. Pada hari ketiga setelah lahir,
sebagian besar bayi menyusu setiap 2-3 jam.
Bayi sebaiknya diberikan ASI secara tidak terjadwal, atau menurut
kemauan bayi, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus
memberikan ASI kepada bayinya bila bayinya menangis bukan karena penyebab
lainnya (bayi buang air kecil, dan lain-lain) atau ibu sudah merasa perlu menyusui

Universitas Sumatera Utara

22

bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit
dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu dua jam. Menyusui yang
dijadwalkan akan berakibat kurang baik bagi bayi, karena isapan sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Menyususi dengan tidak
terjadwal atau sesuai kebutuhan bayi akan mencegah banyak masalah yang
berpotensi muncul.
2.3.5

Masalah pemberian ASI
Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan mkenyebabkan kekurangan

jumlah sel otak sebanyak 15-20%, sehingga dapat menghambat perkembangan
bayi (Griselia, 2014). Ada beberapa masalah menyusi terkait dengan ibu yaitu :
1) Pembengkakan payudara
Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-hormon
laktasi dan adanya air susu. Payudara membengkak dan menekan saluran air susu,
sehingga bayi tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat menjalar ke aksila.
Perawatan yang lebih baik dapat dilakukan dengan menggunakan es yang
diletakkan di payudara. Es akan mengurangi pembengkakan, sehingga sejumlah
air susu yang cukup dapat dikeluarkan untuk membuat aerola menjadi lunak.
(Bobak, 2005 dalam Grisela, 2014) .
2) Puting yang luka
Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting yang
luka dapat dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar dan dengan
menghindari pembengkakan sebelum ini terjadi. (Bobak, 2005 dalam Griselia,
2014).

Universitas Sumatera Utara

23

3) Masalah pada bayi
Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui, salah satu
diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau fenilketonuria. Kelainan
sumbing bibir atau langit-langit, dan kelainan bentuk mulut sehingga bayi tidak
dapat menghisap dengan baik. (Rajab, 2013).
2.3.6

Pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap tumbuh kembang bayi
Bayi mengalami proses tumbuh kembang yang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah gizi. Unsur gizi pada bayi dapat dipenuhi dengan
pemberian ASI, bahkan sampai umur enam bulan sesuai rekomendasi WHO tahun
2001 diberikan ASI eksklusif (Fitri DI, dkk, 2014). Bayi yang mendapatkan ASI
eksklusif umumnya akan mengalami pertumbuhan yang pesat pada umur 2-3
bulan, namun lebih lambat dibandingkan bayi yang mendapat ASI non eksklusif.
Hasil penelitian retrospektif di Baltimore-Washington DC bahwa dalam kondisi
yang optimal, ASI eksklusif mendukung pertumbuhan bay i selama enam bulan
pertama sehingga status gizi mencapai normal (Fitri DI, dkk, 2014).
Tyas dkk (2013) menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan antara
pemberian ASI eksklusifdan ASI non eksklusif dengan pertumbuhan berat badan
pada bayi 0-6 bulan. Pemberian ASI Non Eksklusif meningkatkan pertumbuhan
berat badan yang tidak baik 15 kali lipat daripada bayi yang mendapat ASI
eksklusif.
Penelitian yang dilakukan di Puskesmas Karanganyar tahun 2010
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pemberian ASI dengan
perkembangan bayi. Selain itu, dalam hal kognitif, bayi yang mendapat ASI

Universitas Sumatera Utara

24

eksklusif memiliki aspek kognitif yang lebih baik daripada yang tidak mendapat
ASI eksklusif. Ini ditunjukkan oleh Novita dkk (2007) dilingkungan Puskesmas
Cigondewah Bandung, yang menyimpulkan bahwa aspek kognitif pada bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan
bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Rata-rata IQ bayi ASI eksklusif
128,3 dengan rentang IQ 112-142 sedangkan bayi ASI non eksklusif rata-rata
114,4 dengan rentang IQ 82-137.
Namun, sebuah studi analitik dengan desain cross sectional dilakukan
untuk mengetahui hubungan pemberian ASI dengan tumbuh kembang bayi umur
enam bulan di Puskesmas Nanggalo, Padang. Pertumbuhan dinilai melalui status
gizi dan perkembangan melalui Tes Denver II, dengan jumlah sampel 50 bayi.
Hasil penelitian menunjukkan penelitian ASI eksklusif masih rendah (30%)
dibandingkan ASI non eksklusif (70%). Bayi ASI eksklusif berpeluang
mengalami pertumbuhan normal 1,62 kali lebih besar dibandingkan bayi ASI non
eksklusif dan perkembangan sesuai umur 5,474 kali lebih besar dibandingkan bayi
ASI non eksklusif. Namun, diperoleh hubungan yang signifikan dengan
pertumbuhan bayi tapi tidak dengan perkembangan bayi. Penelitian ini
memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan
tumbuh kembang bayi umur enam bulan di Puskesmas Nanggalo kota Padang.
(Fitri DI, dkk, 2014)
Hubungan pemberian ASI tidak signifikan dengan pertumbuhan bayi
kemungkinan disebabkan oleh kuantitas dan kualitas ASI yang diberikan ibu yang
masih kurang dan belum memenuhi kebutuhan bayi sehingga penambahan berat

Universitas Sumatera Utara

25

badan dan panjang badan bayi menjadi tidak optimal. Selain itu faktor gizi pada
ibu saat hamil dan menyusui, cara menyusui yang belum tepat dan benar sehingga
produksi ASI tidak sempurna. (Fitri DI, dkk, 2014)
Hubungan pemberian ASI yang tidak signifikan dengan perkembangan
bayi mungkin disebabkan oleh adanya pengaruh lain seperti kualitas dan kuantitas
ASI yang belum tercapai dengan baik sehingga mempengaruhi pertumbuhan otak
bayi dan berdampak pada terlambatnya perkembangan bayi. Selain itu faktor
lingkungan, stimulasi, dan sosial

ekonomi

juga mempengaruhi

proses

perkembangan. (Fitri DI, dkk, 2014).
2.4

Konsep Susu Formula

2.4.1

Defenisi
Menurut Roesli (2004) susu formula adalah cairan yang berisi zat yang

mati didalamnya, tidak ada sel yang hidup seperti sel darah putih, zat pembunuh
bakteri, antibodi, serta tidak mengandung enzim maupun hormon yang
mengandung faktor pertumbuhan. Susu formula bayi adalah cairan atau bubuk
dengan formula tertentu yang diberikan kepada bayi dan berfungsi sebagai
pengganti ASI. Susu formula memiliki peranan penting dalam makanan bayi
karena seringkali digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi bayi (Pudjiadi,
2002). Menurut WHO (2004) susu formula adalah susu yang sesuai dan bisa
diterima sistem tubuh bayi. Susu formula yang baik tidak menimbulkan gangguan
saluran cerna seperti diare, muntah atau kesulitan buang air besar. Gangguan
lainnya seperti batuk, sesak, dan gangguan kulit.

Universitas Sumatera Utara

26

2.4.2

Susu Formula pengganti ASI
Menurut Pudjiadi dalam Togatorop (2007), susu formula dapat diberikan

kepada bayi sebagai pelengkap atau pengganti ASI dalam keadaan seperti : (a) Air
susu ibu tidak keluar sama sekali, sehingga satu-satunya makanan yang dapat
diberikan sebagai pengganti ASI adalah susu formula, (b) Kondisi ibu yang
dilarang dokter untuk menyusui, baik untuk kepentingan ibu maupun bayi, (c)
Bay dilahirkan dengan kelainan metabolik bawaan yang akan bereaksi jelek jika
bayi tersebut mendapat ASI, (d) Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau bayi
asih memerlukan ASI, (e) Ibu sedang dirawat dirumah sakit dan dipisahkan dari
bayinya.

Universitas Sumatera Utara