Ekplorasi Tumbuhan Hias pada Kawasan Hutan Lindung Simandar Kabupaten Dairi
15
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Hutan Non Kayu
Hasil hutan dibagi menjadi dua bagian yaitu hasil hutan kayu dan hasil
hutan non kayu. Menurut Supriadi (2003) hutan tidak hanya menghasilkan kayu,
tetapi hutan juga menghasilkan aneka ragam benda hayati lainnya berupa hasil
HHNK antara lain bambu, rotan, buah-buahan, rumput-rumputan, jamur-jamuran,
tumbuhan obat, tumbuhan hias, getah-getahan, madu, satwa liar, satwa, serta
sumber plasma nuftah. Selain itu hutan juga menghasilkan jasa lingkungan berupa
pengatur hidrologis, pembersih udara, jasa wisata, jasa keindahan dan keunikan
serta jasa perburuan.
Menurut FAO (1999) hasil hutan bukan kayu adalah barang (goods) yang
dihasilkan benda hayati selain kayu yang berasal dari hutan atau lahan sejenis.
HHNK yang terdapat di Indonesia terbagi menjadi HHBK nabati dan HHBK
hewani dan masing-masing kelompok dibagi lagi, seperti yang diuraikan berikut
ini:
1. Hasil hutan non kayu (HHNK) nabati, yaitu meliputi semua hasil non kayu dan
turunannya yang berasal dari tumbuhan dan tanaman dan yang termasuk ke
dalam kelompok ini antara lain kelompok resin (damar, gaharu, kemenyan,
pinus, kapur barus), kelompok minyak atsiri (cendana, kayu putih, kenanga),
kelompok minyak lemak, pati dan buah-buahan (buah merah, rebung bambu,
durian), kelompok tannin, bahan pewarna dan getah (kayu kuning, jelutung,
perca),
kelompok
tumbuhan
obat-obatan
dan
tanaman
hias
(akar
wangi, brotowali, anggrek hutan), kelompok palmae dan bambu (rotan manau,
Universitas Sumatera Utara
16
rotan tohit, dll), kelompok alkaloid (kina), dan kelompok lainnya, antara lain
nipah, pandan, purun.
2. Hasil hutan non kayu (HHNK) hewani, yaitu meliputi semua hasil bukan kayu
dan turunannya yang berasal dari hewan dan yang termasuk dalam kelompok
ini antara lain kelompok hewan buru (babi hutan, kelinci, kancil, rusa, buaya),
kelompok hewan hasil penangkaran (arwana, kupu-kupu, rusa, buaya), dan
kelompok hasil hewan (sarang burung walet, kutu lak, lilin lebah, ulat).
Hasil hutan non kayu sebenarnya sudah cukup lama mendapat perhatian
dari berbagai kalangan baik pemerintah, LSM, perguruan tinggi maupun
masyarakat. Pengembangan usaha dan pemanfaatannya HHNK saat ini belum
dilakukan secara intensif sehingga belum dapat memberikan kontribusi yang
signifikan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Baplan dalam
Eksekutif Data Strategis Kehutanan (2007) mengemukakan hasil
riset
menunjukkan bahwa hasil hutan kayu dari ekosistem hutan hanya sebesar 10 %
sedangkan sebagian besar 90 % hasil lain berupa HHNK yang selama ini belum
dikelola dan dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Pemanfaatan
HHNK
adalah
pemanfaatan
melalui
pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan dengan menerapkan prinsip kelestarian dan tetap
memperhatikan fungsi hutan. Teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan dan
mengolah HHNK adalah teknologi sederhana sampai menengah. Dengan
demikian pemanfaatan HHNK tidak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan
(Dephut, 2009).
Universitas Sumatera Utara
17
Tanaman Hias
Tanaman hias merupakan jenis tanaman yang dibudidayakan oleh manusia
untuk menciptakan kesegaran dan memperindah lingkungan juga kesan seni, baik
di luar ataupun di dalam ruangan. Keadaan tanah dan iklim cocok atau
memungkinkan untuk menghasilkan berbagai jenis tanaman hias sehingga
peluang untuk menambah aneka jenis tanaman hias makin besar dan luas,
misalnya dengan cara pemuliaan tanaman, penelitian dan pencarian jenis tanaman
hias baru (Ilhamullah, dkk, 2015).
Menurut Hasim & Reza (1995) sepanjang sejarah peradaban manusia
tanaman hias sudah banyak digunakan untuk mengungkapkan perasaan sekaligus
sebagai bahan untuk menambah keasrian lingkungan. Tanaman hias adalah
tumbuhan yang biasa ditanam orang sebagai hiasan. Umumnya pengertian hiasan
adalah hiasan di halaman rumah, dalam rumah atau taman-taman umum, karena
ditanam di rumah dan di taman, otomatis ukuran tanaman tidak terlalu besar dan
rimbun. Pada umumnya tanaman hias dapat digolongkan menjadi tanaman hias
bunga dan tanaman hias daun. Tanaman hias bunga merupakan tanaman hias
dengan bagian bunga yang menarik. Adapun tanaman hias daun merupakan
tanaman daun yang menarik (Prihmantoro, 1997).
Tanaman hias biasanya ditumbuhkan di taman bunga atau rumah.
Kebanyakan mereka ditumbuhkan untuk mendapatkan penampilan bunga.
Tanaman hias lainnya yang diinginkan adalah daun, aroma, buah, batang dan
gabusnya. Untuk pohon dapat disebut dengan pohon hias. Istilah ini dipakai
ketika mereka digunakan sebagai bagian dari taman untuk mendapatkan bunga,
bentuknya atau untuk karakteristik menarik lainnya. Misalnya pohon yang
Universitas Sumatera Utara
18
digunakan dalam landscape yang lebih besar mempengaruhi skrining dan
naungan, atau di kota dan pinggir jalan raya yang disebut dengan amenity trees
atau pohon yang ramah (Sinaga, dkk, 2009).
Tanaman hias yang biasanya ditemukan di alam pada umumnya tumbuh di
tanah tetapi ada juga yang menempel pada batang pohon seperti pada jenis pakupakuan. Tanah ataupun batang pohon merupakan media tempat tegaknya tanaman,
tempat mengambil zat-zat makanan, air dan udara (Wianta, 2007). Untuk
pembudidayaan tanaman hias dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.
Langkah langkah pembudidayaan yang dapat dilakukan adalah melakukan
penyediaan media tanam, penyiraman tanaman, pemupukan, penempatan tanaman
padalingkungan yang sesuai dan menjaga kesehatan tanaman atau keindahan
tanaman (Sukarsa,2013).
Nilai Ekonomi Tanaman Hias
Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
mempunyai prospek agribisnis yang cukup besar di Indonesia. Hal ini didapat
berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS tahun 2014 bahwa laju
pertumbuhan sektor pertanian mengalami kenaikan 3,54% dari tahun 2011-2013.
Salah satu sub sektor pertanian yang mengalami kenaikan adalah hortikultura.
hortikultura terdiri dari sayuran, buah-buahan, florikultura atau tanaman hias dan
tanaman obat (Yogyar, dkk, 2015).
Prospek pengembangan tanaman hias di Indonesia memiliki masa depan
yang cerah mengingat adanya permintaan pasar, baik dalam negeri maupun luar
negeri terus meningkat dari tahun ke tahun. Pasar tanaman hias tidak akan sepi
peminat dan selalu bergerak aktif, bahkan pada saat krisis keuangan sekalipun.
Universitas Sumatera Utara
19
Agribisnis tanaman hias selalu menggeliat karena orang tidak akan mengukur
uang mereka dengan skala volume. Skala ukuran yang digunakan pencinta
tanaman hias adalah kepuasan, kepuasan mereka tidak terbayar tanpa bisa
mendapatkan tanaman yang diinginkan, walaupun tanaman tersebut berharga
sangat mahal (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2014).
Pesona tanaman hias seolah-olah tidak pernah redup. Setiap saat selalu ada
jenis tanaman yang menjadi primadona. Ibarat dunia mode, selalu saja muncul
tanaman-tanaman baru, menggantikan tanaman-tanaman lama yang tren mulai
memudar, meskipun demikian tetap saja masing masing tanaman memiliki
pengggemar setia (Redaksi Agromedia, 2007).
Sumber daya yang dimiliki usaha tanaman hias didukung oleh potensipotensi berikut. Pertama, Indonesia merupakan wilayah tropis yaitu wilayah
dataran rendah dengan ketinggian di bawah 500 meter dari permukaan laut dan
agroklimat subtropis yaitu wilayah dataran tinggi dengan ketinggian di atas 500
meter di atas permukaan laut . Dengan kedua agroklimat tersebut, hampir seluruh
komoditas agribisnis tanaman hias yang terdapat di dunia dapat dikembangkan di
Indonesia. Kedua, Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman
sumberdaya tanaman florikultura yang cukup besar baik jenis dataran rendah
maupun dataran tinggi. Ketiga, Indonesia memiliki lahan yang relatif luas
sehingga ruang gerak pengembangan agribisnis yang bersifat land based seperti
umumnya tanaman hias masih cukup besar. Keempat, teknologi dan sumberdaya
manusia untuk pengembangan tanaman hias relatif tersedia (Dasipah dkk., 2012).
Universitas Sumatera Utara
20
Kawasan Hutan Lindung Simandar Kabupaten Dairi
Hutan lindung atau protected forest adalah suatu kawasan hutan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi,
agar fungsi-fungsi ekologisnya dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh
masyarakat. Undang-undang RI No41/1999 tentang Kehutanan menyebutkan :
“Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan
tanah” (Achiruddin, 2011).
Kabupaten Dairi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas 191.625 Ha yaitu sekitar 2,68 % dari luas
Propinsi Sumatera Utara. Menurut data BPS Kabupaten Dairi (2014) Pada
umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700 sampai 1.250 m
diatas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Tigalingga, Kecamatan. Siempat
Nempu dan Kecamatan Silima Pungga-Pungga terletak pada ketinggian antara
400 - 1.360 m diatas permukaan laut. Kecamatan Sumbul, Sidikalang , Kerajaan
dan Kecamatan Tanah Pinem berada pada ketinggian 700-1.600 meter diatas
permukaan laut. Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan
berbukit-bukit yang terletak antara 98°00'-98°30' BT dan 2°15'-3°00'LU. Sebagian
besar tanahnya didapati gunung-gunung dan bukit-bukit dengan kemiringan
bervariasi, iklim hujan tropis dengan rata-rata curah hujan 10,52 mm. Seluruh
kawasan Hutan Lindung Simandar berada di wilayah administratif Kabupaten
Dairi dengan luas 6.517, 98 ha.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Hutan Non Kayu
Hasil hutan dibagi menjadi dua bagian yaitu hasil hutan kayu dan hasil
hutan non kayu. Menurut Supriadi (2003) hutan tidak hanya menghasilkan kayu,
tetapi hutan juga menghasilkan aneka ragam benda hayati lainnya berupa hasil
HHNK antara lain bambu, rotan, buah-buahan, rumput-rumputan, jamur-jamuran,
tumbuhan obat, tumbuhan hias, getah-getahan, madu, satwa liar, satwa, serta
sumber plasma nuftah. Selain itu hutan juga menghasilkan jasa lingkungan berupa
pengatur hidrologis, pembersih udara, jasa wisata, jasa keindahan dan keunikan
serta jasa perburuan.
Menurut FAO (1999) hasil hutan bukan kayu adalah barang (goods) yang
dihasilkan benda hayati selain kayu yang berasal dari hutan atau lahan sejenis.
HHNK yang terdapat di Indonesia terbagi menjadi HHBK nabati dan HHBK
hewani dan masing-masing kelompok dibagi lagi, seperti yang diuraikan berikut
ini:
1. Hasil hutan non kayu (HHNK) nabati, yaitu meliputi semua hasil non kayu dan
turunannya yang berasal dari tumbuhan dan tanaman dan yang termasuk ke
dalam kelompok ini antara lain kelompok resin (damar, gaharu, kemenyan,
pinus, kapur barus), kelompok minyak atsiri (cendana, kayu putih, kenanga),
kelompok minyak lemak, pati dan buah-buahan (buah merah, rebung bambu,
durian), kelompok tannin, bahan pewarna dan getah (kayu kuning, jelutung,
perca),
kelompok
tumbuhan
obat-obatan
dan
tanaman
hias
(akar
wangi, brotowali, anggrek hutan), kelompok palmae dan bambu (rotan manau,
Universitas Sumatera Utara
16
rotan tohit, dll), kelompok alkaloid (kina), dan kelompok lainnya, antara lain
nipah, pandan, purun.
2. Hasil hutan non kayu (HHNK) hewani, yaitu meliputi semua hasil bukan kayu
dan turunannya yang berasal dari hewan dan yang termasuk dalam kelompok
ini antara lain kelompok hewan buru (babi hutan, kelinci, kancil, rusa, buaya),
kelompok hewan hasil penangkaran (arwana, kupu-kupu, rusa, buaya), dan
kelompok hasil hewan (sarang burung walet, kutu lak, lilin lebah, ulat).
Hasil hutan non kayu sebenarnya sudah cukup lama mendapat perhatian
dari berbagai kalangan baik pemerintah, LSM, perguruan tinggi maupun
masyarakat. Pengembangan usaha dan pemanfaatannya HHNK saat ini belum
dilakukan secara intensif sehingga belum dapat memberikan kontribusi yang
signifikan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Baplan dalam
Eksekutif Data Strategis Kehutanan (2007) mengemukakan hasil
riset
menunjukkan bahwa hasil hutan kayu dari ekosistem hutan hanya sebesar 10 %
sedangkan sebagian besar 90 % hasil lain berupa HHNK yang selama ini belum
dikelola dan dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
Pemanfaatan
HHNK
adalah
pemanfaatan
melalui
pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan dengan menerapkan prinsip kelestarian dan tetap
memperhatikan fungsi hutan. Teknologi yang digunakan untuk memanfaatkan dan
mengolah HHNK adalah teknologi sederhana sampai menengah. Dengan
demikian pemanfaatan HHNK tidak menimbulkan kerusakan ekosistem hutan
(Dephut, 2009).
Universitas Sumatera Utara
17
Tanaman Hias
Tanaman hias merupakan jenis tanaman yang dibudidayakan oleh manusia
untuk menciptakan kesegaran dan memperindah lingkungan juga kesan seni, baik
di luar ataupun di dalam ruangan. Keadaan tanah dan iklim cocok atau
memungkinkan untuk menghasilkan berbagai jenis tanaman hias sehingga
peluang untuk menambah aneka jenis tanaman hias makin besar dan luas,
misalnya dengan cara pemuliaan tanaman, penelitian dan pencarian jenis tanaman
hias baru (Ilhamullah, dkk, 2015).
Menurut Hasim & Reza (1995) sepanjang sejarah peradaban manusia
tanaman hias sudah banyak digunakan untuk mengungkapkan perasaan sekaligus
sebagai bahan untuk menambah keasrian lingkungan. Tanaman hias adalah
tumbuhan yang biasa ditanam orang sebagai hiasan. Umumnya pengertian hiasan
adalah hiasan di halaman rumah, dalam rumah atau taman-taman umum, karena
ditanam di rumah dan di taman, otomatis ukuran tanaman tidak terlalu besar dan
rimbun. Pada umumnya tanaman hias dapat digolongkan menjadi tanaman hias
bunga dan tanaman hias daun. Tanaman hias bunga merupakan tanaman hias
dengan bagian bunga yang menarik. Adapun tanaman hias daun merupakan
tanaman daun yang menarik (Prihmantoro, 1997).
Tanaman hias biasanya ditumbuhkan di taman bunga atau rumah.
Kebanyakan mereka ditumbuhkan untuk mendapatkan penampilan bunga.
Tanaman hias lainnya yang diinginkan adalah daun, aroma, buah, batang dan
gabusnya. Untuk pohon dapat disebut dengan pohon hias. Istilah ini dipakai
ketika mereka digunakan sebagai bagian dari taman untuk mendapatkan bunga,
bentuknya atau untuk karakteristik menarik lainnya. Misalnya pohon yang
Universitas Sumatera Utara
18
digunakan dalam landscape yang lebih besar mempengaruhi skrining dan
naungan, atau di kota dan pinggir jalan raya yang disebut dengan amenity trees
atau pohon yang ramah (Sinaga, dkk, 2009).
Tanaman hias yang biasanya ditemukan di alam pada umumnya tumbuh di
tanah tetapi ada juga yang menempel pada batang pohon seperti pada jenis pakupakuan. Tanah ataupun batang pohon merupakan media tempat tegaknya tanaman,
tempat mengambil zat-zat makanan, air dan udara (Wianta, 2007). Untuk
pembudidayaan tanaman hias dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif.
Langkah langkah pembudidayaan yang dapat dilakukan adalah melakukan
penyediaan media tanam, penyiraman tanaman, pemupukan, penempatan tanaman
padalingkungan yang sesuai dan menjaga kesehatan tanaman atau keindahan
tanaman (Sukarsa,2013).
Nilai Ekonomi Tanaman Hias
Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang
mempunyai prospek agribisnis yang cukup besar di Indonesia. Hal ini didapat
berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS tahun 2014 bahwa laju
pertumbuhan sektor pertanian mengalami kenaikan 3,54% dari tahun 2011-2013.
Salah satu sub sektor pertanian yang mengalami kenaikan adalah hortikultura.
hortikultura terdiri dari sayuran, buah-buahan, florikultura atau tanaman hias dan
tanaman obat (Yogyar, dkk, 2015).
Prospek pengembangan tanaman hias di Indonesia memiliki masa depan
yang cerah mengingat adanya permintaan pasar, baik dalam negeri maupun luar
negeri terus meningkat dari tahun ke tahun. Pasar tanaman hias tidak akan sepi
peminat dan selalu bergerak aktif, bahkan pada saat krisis keuangan sekalipun.
Universitas Sumatera Utara
19
Agribisnis tanaman hias selalu menggeliat karena orang tidak akan mengukur
uang mereka dengan skala volume. Skala ukuran yang digunakan pencinta
tanaman hias adalah kepuasan, kepuasan mereka tidak terbayar tanpa bisa
mendapatkan tanaman yang diinginkan, walaupun tanaman tersebut berharga
sangat mahal (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2014).
Pesona tanaman hias seolah-olah tidak pernah redup. Setiap saat selalu ada
jenis tanaman yang menjadi primadona. Ibarat dunia mode, selalu saja muncul
tanaman-tanaman baru, menggantikan tanaman-tanaman lama yang tren mulai
memudar, meskipun demikian tetap saja masing masing tanaman memiliki
pengggemar setia (Redaksi Agromedia, 2007).
Sumber daya yang dimiliki usaha tanaman hias didukung oleh potensipotensi berikut. Pertama, Indonesia merupakan wilayah tropis yaitu wilayah
dataran rendah dengan ketinggian di bawah 500 meter dari permukaan laut dan
agroklimat subtropis yaitu wilayah dataran tinggi dengan ketinggian di atas 500
meter di atas permukaan laut . Dengan kedua agroklimat tersebut, hampir seluruh
komoditas agribisnis tanaman hias yang terdapat di dunia dapat dikembangkan di
Indonesia. Kedua, Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman
sumberdaya tanaman florikultura yang cukup besar baik jenis dataran rendah
maupun dataran tinggi. Ketiga, Indonesia memiliki lahan yang relatif luas
sehingga ruang gerak pengembangan agribisnis yang bersifat land based seperti
umumnya tanaman hias masih cukup besar. Keempat, teknologi dan sumberdaya
manusia untuk pengembangan tanaman hias relatif tersedia (Dasipah dkk., 2012).
Universitas Sumatera Utara
20
Kawasan Hutan Lindung Simandar Kabupaten Dairi
Hutan lindung atau protected forest adalah suatu kawasan hutan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat tertentu untuk dilindungi,
agar fungsi-fungsi ekologisnya dapat berjalan dan dinikmati manfaatnya oleh
masyarakat. Undang-undang RI No41/1999 tentang Kehutanan menyebutkan :
“Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan
tanah” (Achiruddin, 2011).
Kabupaten Dairi adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Kabupaten ini memiliki luas 191.625 Ha yaitu sekitar 2,68 % dari luas
Propinsi Sumatera Utara. Menurut data BPS Kabupaten Dairi (2014) Pada
umumnya Kabupaten Dairi berada pada ketinggian rata-rata 700 sampai 1.250 m
diatas permukaan laut. Sedangkan Kecamatan Tigalingga, Kecamatan. Siempat
Nempu dan Kecamatan Silima Pungga-Pungga terletak pada ketinggian antara
400 - 1.360 m diatas permukaan laut. Kecamatan Sumbul, Sidikalang , Kerajaan
dan Kecamatan Tanah Pinem berada pada ketinggian 700-1.600 meter diatas
permukaan laut. Kabupaten Dairi sebagian besar terdiri dari dataran tinggi dan
berbukit-bukit yang terletak antara 98°00'-98°30' BT dan 2°15'-3°00'LU. Sebagian
besar tanahnya didapati gunung-gunung dan bukit-bukit dengan kemiringan
bervariasi, iklim hujan tropis dengan rata-rata curah hujan 10,52 mm. Seluruh
kawasan Hutan Lindung Simandar berada di wilayah administratif Kabupaten
Dairi dengan luas 6.517, 98 ha.
Universitas Sumatera Utara