Ekplorasi Tumbuhan Hias pada Kawasan Hutan Lindung Simandar Kabupaten Dairi Chapter III V
21
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai Juli -Oktober 2016. Penelitian ini
dilaksanakan di Kawasan Hutan Lindung Simandar, Kabupaten Dairi, Provinsi
Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera digital, pisau, plastik
bening, kertas label, tali rafia, tali pita, kalkulator, meteran dan GPS (Global
Positioning System). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol
70 %, dan tally sheet.
Prosedur Penelitian
1. Aspek Pengetahuan Lokal
Data primer akan dikumpulkan dengan teknik observasi atau survei
langsung kelapangan dan melakukan wawancara dengan pengenal jenis tanaman
hias khusus yang tumbuh di kawasan hutan tentang jumlah dan jenis-jenis
tumbuhan hias. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan kajian pustaka
tentang keadaan umum kawasan penelitian dan penelitian-penelitian yang
mendukung. Informan kunci yang didapat dalam penelitian ini adalah pemandu
lapangan lokal, opsir tanaman di kawasan hutan, dan pegawai di UPT Dinas
Kehutanan Dairi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara bersama informan
kunci ditabulasikan dan dianalisa secara deskriptif.
2. Aspek Keanekaragaman
Pengumpulan data analisis vegetasi tumbuhan hias di lapangan
menggunakan metode sampling plot berbentuk petak persegi, dimana penentuan
Universitas Sumatera Utara
22
titik awal dilakukan dengan secara purpossive sampling yaitu berdasarkan tempat
yang dianggap banyak tanaman hiasnya (Soetarhardja, 1997).
Luasan total dari Kawasan Hutan Lindung Simandar, Kabupaten Dairi
adalah 6.517,98 Ha dengan intensitas sampling sebesar 0,1 %. Sampling plot yang
dibuat adalah berbentuk petak persegi berukuran 20 m × 20 m dengan luas sebesar
400 m² tiap plotnya. Sehingga jumlah plot yang dibuat sebanyak 162 plot dan luas
areal penelitian adalah 6,48 ha. Pengamatan tanaman hias dilakukan secara
eksploratif sepanjang jalur pengamatan (Permenhut, 2006).
60 m
20m x 20m
20m x 20m
JalurPengamatan
20m x 20m
40 m
Gambar 1. Desain Plot Penelitian
3. Analisis Data
Dari hasil inventarisasi yang telah dilakukan di lapangan dengan
menggunakan metode sampling sistematis. Data tersebut akan ditabulasikan dalam
bentuk tabel, kemudian akan dihitung kerapatan dan frekuensinya dengan
menggunakan rumus :
Universitas Sumatera Utara
23
a. Kerapatan suatu jenis (K)
K=
∑ Individu suatu jenis
Luas plot
b. Frekuensi suatu jenis (F)
F=
∑ plot ditemukan suatu jenis
∑ Seluruh plot
4. Harga Pasar Tumbuhan Hias
Informasi harga tanaman hias yang ditemukan di lapangan didapatkan
berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa pedagang atau
pengusaha tanaman hias di Tongkoh, Brastagi dan di Gang Mardisan Desa
Bangun Sari Tanjung Morawa. Informasi harga tanaman hias yang didapat
kemudian dirata-ratakan menjadi harga tanaman hias per satuannya. Informasi
yang diambil meliputi harga tanaman hias dan volume penjualan.
Universitas Sumatera Utara
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Aspek Pengetahuan Lokal
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan, maka
diperoleh 8 jenis tumbuhan hias yang tersebar di kawasan Hutan Lindung
Simandar Kabupaten Dairi. Dasar penentuan jenis tumbuhan hias ini berdasarkan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P-35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan
Bukan Kayu dan berdasarkan Balai Penelitian Tanaman Hias. Data jenis
tumbuhan hias dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Jenis–jenis tumbuhan hias yang ditemukan di Kawasan Hutan Lindung
Simandar.
No
Nama Lokal
Nama Latin
Habitus
Ragam Hias
Herba dan
meumpang
(epifit)
Herba dan
menumpang
(epifit)
Herba dan tegak
Bunga
1.
Anggrek sayar-sayar
Eria cymbidifolia
2.
Anggrek tubi-tubi manuk
Bulbophyllum lobii
3.
Hanjuang merah
Cordyline fruticosa
4.
Kadaka
Asplenium nidus
Herba dan
menumpang
Daun
5.
Monstera
Monstera deliciosa
Herba dan
menjalar
Daun
6.
Nampu Hijau
Allocasia cucculata
Herba dan tegak
Daun
7.
Pacar Air
Impatiens balsamina
Herba dan tegak
Bunga
8.
Pakis haji
Cyathea contaminans
Pohon dan tegak
Daun
Bunga
Daun
B. Deskripsi Tumbuhan Hias yang Ditemukan di Hutan Lindung Simandar
Jenis-jenis tumbuhan hias yang ditemukan dari penelitian yang dilakukan
di Hutan Lindung Simandar ada 8 jenis tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan hias yang
telah ditemukan dari lokasi penelitian kemudian dideskripsikan sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
25
1. Anggrek Sayar-sayar (Eria cymbidifolia)
Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan anggrek Sayar-sayar adalah sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Sub Divisi
: Angiosperm
Kelas
: Monocots
Ordo
: Asparagales
Family
: Orchidaceae
Sub family
: Epidendroideae
Genus
: Eria
Spesies
: Eria cymbidifolia
Gambar 2. Tumbuhan Anggrek Sayar-sayar (Eria cymbidifolia)
Jenis anggrek Sayar-sayar yang ditemukan di lapangan berdasarkan hasil
pengamatan anggrek ini termasuk jenis anggrek epifit atau menempel pada batang
kayu besar atau batang kayu yang sudah mati, hidup berkelompok, jenis anggrek
herba, hidup dibawah naungan, serta memiliki daun yang panjang serta berwarna
Universitas Sumatera Utara
26
kehijauan. Anggrek ini sangat berpotensi dijadikan sebagai tanaman hias dan
sudah banyak dibudidayakan serta diperjual belikan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Puspitaningtyas (2009) yang menyatakan bahwa habit tumbuhan
ini berupa herba dan memiliki umbi semu yang berukuran kecil, tertutup oleh
pangkal daun dan arah tumbuh menggantung. Daun berbentuk memanjang, ujung
meruncing, permukaan licin, tepi rata, warna daun hijau muda. Tangkai daun
tidak ada sedangkan perbungaannya aksilar dan majemuk. Tangkai bunga
berbentuk bulat, permukaan berbulu berwarna putih, warna putih kekuningan.
Bunga memiliki kelopak dan mahkota berwarna putih, bibir mahkota bunga
berwarna putih dengan bercak merah. Habitat dan ekologinya epifit, ditemukan di
hutan yang teduh dan terbuka. Kebanyakan menempel batang pohon yang besar.
Distribusinya bisa ditemukan di Sumatera dan Borneo.
2. Anggrek Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii)
Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan anggrek Tubi-tubi Manuk adalah sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Liliopsida
Sub kelas
: Lilidae
Ordo
: Orchidales
Famili
: Orchidaceae
Genus
: Bulbophyllum
Spesies
: Bulbophyllum lobii
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar 3. Tumbuhan Anggrek Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii).
Tumbuhan anggrek jenis Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii) yang
ditemukan di lapangan belum berbunga dan tanamannya pendek. Berdasarkan
hasil pengamatan di lapangan tumbuhan ini hidup menumpang atau epifit pada
tumbuhan lain, pangkal daunnya berbentuk bulat dan berwarna kekuningan,
ditemukan pada daerah lembab dan bersuhu rendah serta hidup berkelompok. Hal
ini sesuai dengan penelitian dari Comber (2001) yang menyatakan bahwa ciri-ciri
dari anggrek ini adalah batangnya berbentuk bulat dan sering sekali ditemukan
pada tempat yang bersuhu rendah. Anggrek ini juga sering ditemukan
menumpang pada batang pohon yang tinggi. Pangkal daun anggrek ini berwarna
kekuning-kuningan berbentuk bulat dan halus sewaktu muda, permukaan licin,
dan terdiri dari satu helai daun. Daun berbentuk lonjong lanset, berwarna hijau
pudar, permukaan licin, tepi rata, tebal, ujung runcing dan tidak memiliki tangkai
daun. Pembungaan muncul dari samping bulbnya, bunga berbentuk sepal lateral
dengan bibir bunga berwarna kuning.
Anggrek Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii) memiliki batang yang
merupakan tempat bunga yang memuat satu atau banyak bunga dengan ukuran
bunga yang bervariasi dari kecil hingga besar. Anggrek ini sering dijumpai pada
Universitas Sumatera Utara
28
dataran tinggi dan pegunungan dan pusat distribusinya adalah Benua Asia.
Keunikan bunga anggrek ini menjadikannya sangat potensial dikembangkan
sebagai tanaman hias (Nyoman dan Mudiana, 2000).
3. Hanjuang Merah (Cordyline fruticosa)
Klasifikasi ilmiah tumbuhan Hanjuang Merah adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Bangsa
: Liliales
Suku
: Liliaceae
Marga
: Cordyline
Jenis
: Cordyline fruticosa
Gambar 4. Tumbuhan Hanjuang Merah (Cordyline fruticosa)
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tumbuhan Hanjuang Merah
merupakan tumbuhan yang hidup soliter, dengan ciri batang dan pangkal daun
yang berwarna kemerahan, daun hanjuang merah berwarna kehijauan dan
bentuknya panjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Dalimartha (2006) yang
Universitas Sumatera Utara
29
menyatakan bahwa tanaman Hanjuang Merah atau sering juga disebut andong
merah biasa di tanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman atau kuburan,
dipakai sebagai tanaman pagar atau pembatas di perkebunan teh. Tanaman andong
merah termasuk perdu tegak, jarang bercabang, batang bulat, keras, bekas daun
rontok berbentuk cincin. Daun tunggal dengan warna hijau ada juga yang
berwarna merah kecoklatan. Letak daun tersebar pada batang, terutama berkumpul
di ujung batang. Helaian dan panjang berbentuk lanset. Ujung dan pangkalnya
runcing, tepi rata, pertulangan menyirip dan tangkai daunnya berbentuk talang.
Tanaman hanjuang merah diketahui mengandung saponin, tannin, flavonoida,
polifenol, steroida, polisakarida, kalsium oksalat dan zat besi. Masyarakat sering
memanfaatkan tanaman selain menjadi tanaman hias juga dimanfaatkan sebagai
obat karena berkhasiat untuk menghentikan perdarahan, menghancurkan darah
beku pada memar, obat luka dan wasir.
4. Kadaka (Asplenium nidus)
Klasifikasi dari tumbuhan Kadaka adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Sub kelas
: Polypoditae
Ordo
: Polypodiales
Famili
: Aspleniaceae
Genus
: Asplenium
Spesies
: Asplenium nidus
Universitas Sumatera Utara
30
Gambar 5. Tumbuhan Kadaka (Asplenium nidus).
Tumbuhan jenis Kadaka atau sering juga disebut Paku Sarang Burung
(Asplenium nidus) berdasarkan hasil pengamatan di lapangan memiliki ciri
sebagai tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain atau disebut epifit
biasanya pada batang pohon yang tinggi, hidup soliter, bentuknya menyerupai
sarang burung. Tumbuhan ini juga hidup di bawah naungan dengan suhu yang
rendah, memiliki daun yang panjang serta berwarna hijau. Hal ini juga dikatakan
oleh Aththorick (2007) yang menyatakan bahwa tumbuhan Kadaka adalah
tumbuhan yang tumbuh di batang pohon, di hutan lebat. Tumbuh di tempat tempat
terlindung atau terang. Daun tunggal, ujung runcing, tepi bergelombang,
permukaan daun licin, hijau muda dan mengkilap.
Tumbuhan Kadaka (Asplenium nidus) memiliki akar rimpang dan
menempel pada tumbuhan inang. Batangnya tidak nyata karena menyatu dengan
tulang daun, terletak melingkar berbentuk keranjang (sarang burung). Memiliki
sorus yang melekat pada garis-garis anak tulang daun dibawah daun, warna coklat
muda dan berbentuk bangun garis. Habitatnya tumbuh epifit di bawah naungan.
Sering dimanfaatkan dan sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat sebagai
Universitas Sumatera Utara
31
tanaman hias di dalam ruangan ataupun sebagai tanaman hias penghias taman
(Kinho, 2008).
5. Tanaman Monstera (Monstera deliciosa)
Klasifikasi ilmiah dari tanaman Monstera dalam taksonomi tumbuhan
sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotiledonae
Ordo
: Alismatales
Family
: Araceae
Genus
: Monstera
Spesies
: Monstera deliciosa
Gambar 6. Tumbuhan Monstera Enak (Monstera deliciosa)
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tumbuhan Monstera ini
merupakan tumbuhan yang epifit atau menempel pada batang pohon berukuran
besar, habitnya berupa perdu, hidup di bawah naungan dengan suhu yang rendah,
memiliki daun menjari dan besar serta berwarna hijau mengkilap serta batang
tumbuhan ini mengeluarkan akar-akar yang menempel pada pohon.
Universitas Sumatera Utara
32
Morfologi tumbuhan Monstera (Monstera deliciosa) ini adalah daunnya
berbentuk bulat telur atau lonjong dengan cangap-cangap di sisi daunnya. Bunga
yang berisi bunga jantan dan betina dan buah berbentuk bulat telur sampai lonjong
yang duduk pada tongkol buah. Tumbuhan ini tumbuh dengan membelit dan
memanjat pada batang pohon-pohon besar. Tanaman Monstera Enak merupakan
tanaman yang tergolong kedalam tanaman merambat atau memanjat dan
batangnya mengeluarkan akar. Sebagian akar merentang hingga ke tanah,
sedangkan akar lain bergantung di udara. Akar-akar yang sampai ke tanah bias
menunjang kesuburan tanaman dan menopang berdirinya tanaman. Bentuk daun
bulat berukuran besar, tetapi seperti robek robek dan berwarna hijau. Setiap
varietas pola robeknya berbeda dan tidak menentu. Tanaman ini sering
dimanfaatkan dan dibudidayakan sebagai tanaman hias dalam ruangan atau di
taman (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2014).
6. Nampu hijau (Allocasia cucculata)
Klasifikasi ilmiah tumbuhan Nampu Hijau yang ditemukan di lapangan ini
adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledoneae
Bangsa
: Arales
Suku
: Araceae
Marga
: Alocasia
Jenis
: Alocasia cucculata
Universitas Sumatera Utara
33
Gambar 7. Tumbuhan Nampu Hijau (Alocasia cucculata).
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tumbuhan Nampu Hijau yang
ditemukan merupakan tumbuhan jenis herba, memiliki daun berbentuk jantung
dengan ujung yang meruncing, batang dan daun berwarna kehijauan, tumbuh
soliter di tempat terbuka dan bersuhu rendah.
Septian (2008) yang menyatakan bahwa tumbuhan Nampu Hijau bisa
ditemukan tumbuh liar di gunung, pinggiran sungai, tepi danau, atau ditanam
sebagai tanaman hias dan tanaman obat yang diketahui dapat mengobati radang
dan menurunkan panas, tumbuhan ini hidup pada tempat-tempat yang agak
terlindung. Habitusnya terna, menahun, berumbi, dan tegak. Batangnya semu,
merupakan pelekatan pelepah daun. Daun tumbuhan Nampu Hijau bersifat
tunggal, helaian bentuk bangun jantung , ujung meruncing, pangkal membulat
atau bertoreh, tepi rata, permukaan licin, pertulangan daun tegas, warna hijau
mengkilat. Bunga tumbuhan ini tunggal, muncul dari ketiak daun, bentuk lonjong,
tangkai silindris, mahkota bunga berwarna putih. Buahnya bentuk lanset, kecil,
dan berwarna merah. Memiliki biji yang bulat, keras, juga berwarna hitam. Jenis
akar tumbuhan ini adalah serabut.
Universitas Sumatera Utara
34
7. Pacar Air (Impatiens balsamina)
Klasifikasi ilmiah tumbuhan Pacar Air adalah sebagai berikut
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Geraniales
Suku
: Balsaminaceae
Genus
: Impatiens,
Jenis
: Impatiens balsamina
Gambar 8. Tumbuhan Pacar Air (Impatiens balsamina)
Tumbuhan Pacar Air yang ditemukan di lapangan hidup berkelompok,
memiliki batang berwarna kecoklatan, daunnya kecil serta berwarna hijau, banyak
ditemukan di tempat terbuka tetapi lembab atau bersuhu rendah juga hidup diatas
serasah ataupun tanah. Tumbuhan ini memiliki bunga berukuran kecil dan
berwarna merah jambu.
Dalimartha (2003) menyatakan tumbuhan ini merupakan tanaman terna
semusim, berakar serabut, berbatang basah, bulat, licin, tegak, bercabang,
warnanya hijau kekuningan. Biasa ditanam di halaman sebagai tanaman hias atau
Universitas Sumatera Utara
35
tumbuhan liar ditempat yang cukup mendapat air dan sinar matahari. Daun
tunggal, bertangkai, bentuk lanset memanjang, tepi bergerigi tajam, ujung dan
pangkal meruncing, pertulangan menyirip, warna hijau muda. Bunga tungal,
keluar dari ketiak daun, warnanya cerah (ada yang merah, orange, ungu, dan
putih). Buahnya buah kendaga, berbentuk telur, elips, berambut, warna hijau, bila
masak akan pecah membuka menjadi 5 bagian yang terpilin. Bijinya bulat, kecil,
hitam. Pacar air memiliki kandungan kimia pada bunga diantaranya antosianin
dan kamperol, pada biji mengandung saponin dan fixel oil dan pada akarnya
mengandung sianidin dan monoglikosida. Masyarakat juga sering memanfaatkan
tumbuhan ini sebagai obat seperti radang kulit dan bisul.
Tanaman Impatiens termasuk dalam famili Balsaminaceae, merupakan
genus yang terdiri atas 1000 spesies. Tersebar mulai dari belahan bumi utara
sampai daerah tropis. Nama umumnya adalah "touch-me-not", dan di Indonesia
dikenal dengan nama pacar air (Balithi, 2016).
8. Pakis Haji (Cyathea contaminans)
Klasifikasi ilmiah tumbuhan Pakis Haji adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Sub Kelas
: Cyatheatae
Ordo
: Cyatheales
Famili
: Cyatheaceae
Genus
: Cyathea
Spesies
: Cyathea contaminans
Universitas Sumatera Utara
36
Gambar 11. Tumbuhan Pakis Haji Cyathea contaminans
Tumbuhan Pakis Haji atau yang sering disebut dengan Pakis Pohon yang
ditemukan di lapangan beragam dari anakan hingga dewasa. Berdasarkan
pengamatan di lapangan tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang hidup soliter
dan berbentuk pohon, batangnya berbulu dan berwarna kecoklatan. Pakis Haji ini
sering dimanfaatkan sebagai tanaman hias di taman juga digunakan sebagai media
tempat hidup anggrek.
Tumbuhan Pakis Haji ini memiliki akar serabut dan batang yang
merupakan paku tiang atau paku yang berbentuk pohon sehingga batangnya tegak,
berwarna hitam, permukaan kasar. Daunnya majemuk, sisik pada pangkal daun
berwarna agak keunguan dan berduri, helaian daun bertoreh atau terdapat lekukan
hingga ke tulang daun. Sorus terletaknya di antara tulang daun, berkelompok dan
bentuknya bulat. Habitatnya teresterial bercampur dengan jenis paku yang lain, di
temukan pada daerah lereng yang terbuka maupun yang terlindung. Manfaat atau
potensi yang sering dimanfaakan oleh masyarakat sebagai tanaman hias. Tunas,
daun, dan batang Pakis Haji mengandung polifenol, daun dan batangnya
mengandung flavonoida, disamping itu batang dan tunasnya juga mengandung
saponin. Tangkai daun muda dan pucuk/umbut pakis haji dapat dijadikan bahan
Universitas Sumatera Utara
37
makanan dengan cara direbus bebarapa kali dan dibuang airnya rebusannya
(Kinho, 2012).
Jenis tumbuhan Pakis haji ini berbentuk pohon, berperawakan ramping
yang tingginya dapat mencapai 10 m atau lebih. Batang bagian bawah tumbuhan
ini berwarna hitam karena ditutupi oleh akar-akar serabut hitam, kasar, rapat, dan
tebal. Pada batang yang sudah tua terdapat lekukan-lekukan dangkal yang
merupakan bekas tangkai daun yang sudah lepas (Handayani dan Hartini, 2003).
C. Tingkat keanekaragaman Tumbuhan Hias di Kawasan Hutan Lindung
Simandar Dairi.
Jenis tumbuhan hias yang ditemukan di kawasan Hutan Lindung Simandar
ada sebanyak 8 jenis. Data analisis tumbuhan hias ini terdapat dalam Tabel 2
berikut ini.
Tabel 2. Analisis Tumbuhan Hias di Kawasan Hutan Lindung Simandar.
No
1.
Jenis
Anggrek tubi-tubi manuk
Nama Latin
Bulbophyllum lobii
Klasifikasi
Herba
K (Ind/ha)
1,08
F
0,03
2.
Kadaka
Asplenium nidus
Herba
29,62
0,23
3.
Hanjuang merah
Cordyline fruticosa
Herba
5,09
0,10
4.
Pacar air
Impatiens balsamina
Herba
42,90
0,11
5.
Nampu hijau
Allocasia cucculata
Herba
11,88
0,12
6.
Anggrek sayar-sayar
Eria cymbidifolia
Herba
1,38
0,04
7.
Pakis haji
Cyathea contaminans
Pohon
14,50
0,14
8.
Monstera enak
Monstera deliciosa
Herba
10,95
0,14
117,4
0,91
Total
Keterangan : K = Kerapatan suatu jenis
F = Frekuensi suatu jenis
Luasan penelitian adalah 6,48 Ha dengan total luas dari kawasan Hutan
Lindung Simandar 6.517, 98 Ha dan intensitas sampling sebesar 0,1 %.
Universitas Sumatera Utara
38
Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa kerapatan tertinggi terdapat pada
tumbuhan jenis Pacar air (Impatiens balsamina) dengan nilai 42,90 individu per
hektar, sedangkan tingkat kerapat terendah terdapat pada jenis tumbuhan Anggrek
Tubi-tubi manuk (Bulbophyllum lobii) dengan nilai 1,08 individu per hektar.
Kerapatan suatu jenis dipengaruhi oleh banyaknya jumlah suatu jenis per satuan
luas. Semakin besar kerapatan suatu jenis maka semakin banyak pula jumlah
individu per satuan luas. Kerapatan suatu jenis menunjukkan jumlah individu
spesies dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran
tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya, hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Arrijani (2006). Tumbuhan Pacar air (Impatiens balsamina)
adalah jenis tumbuhan yang paling sering dijumpai pada saat melakukan analisis
vegetasi di lapangan, sedangkan jenis tumbuhan anggrek Tubi-tubi manuk
(Bulbophyllum lobii) adalah jenis tumbuhan yang jarang ditemukan pada saat
analisis vegetasi.
Frekuensi merupakan besarnya intensitas ditemukannya suatu spesies
dalam pengamatan keberadaannya pada suatu komunitas. Jenis tumbuhan yang
memiliki nilai frekuensi tertinggi adalah tumbuhan Kadaka (Asplenium nidus)
dengan nilai frekuensi sebesar 0,23 sedangkan jenis tumbuhan dengan frekuensi
terendah adalah tumbuhan Anggrek Tubi-tubi manuk (Bulbophyllum lobii) dengan
nilai frekuensi masing-masing adalah sebesar 0,03. Hal ini dibuktikan dengan
adanya perbedaan jumlah plot pengamatan di lapangan, pada jenis tumbuhan
Kadaka (Asplenium nidus) ini terdapat jumlah plot pengamatan sebanyak 38 plot
sedangkan pada jenis tumbuhan anggrek Tubi-tubi manuk (Bulbophyllum lobii)
hanya ditemukan pada 5 plot saja. Frekuensi ini ditentukan oleh banyaknya
Universitas Sumatera Utara
39
jumlah plot suatu jenis ditemukan dari keseluruhan jumlah plot pengamatan. Hal
ini menunjukkan penyebaran individu suatu jenis yang berbeda-beda pada suatu
luasan areal lahan. Jenis yang menyebar secara rata mempunyai nili frekuensi
yang besar sedangkan jenis yang memiliki nilai frekuensi yang rendah
mempunyai daerah sebaran yang tidak terlalu luas.
Frekuensi
kehadiran
tumbuhan
dapat
dinyatakan
sesuai
dengan
konstansinya. Frekuensi atau frekuensi kehadiran organisme dapat dikempokkan
atas empat kelompok yaitu jenis aksidental atau sangat jarang ( frekuensi 0-25%),
jenis assesori atau jarang (25-50%), jenis konstan atau sedang (50-75 %), dan
jenis absolut ( diatas 75%) hal ini sesuai dengan pernyataan dari Suin (2002).
Berdasarkan hasil perhitungan nilai frekuensi yang diperoleh dari tabel 2 tersebut
maka dapat dilihat bahwa tumbuhan hias di kawasan Hutan Lindung Simandar
dengan total nilai frekuensi sebesar 0,91 tergolong kedalam jenis frekuensi
aksidental atau sangat jarang dengan nilai frekuensi 0-25 %. Hal ini menunjukkan
bahwa jenis-jenis tumbuhan tersebut penyebarannya terbatas pada daerah tertentu
saja yang sesuai dengan syarat tempat tumbuhnya jenis tersebut.
D. Harga Pasar Jenis Tumbuhan Hias yang Ditemukan di Kawasan Hutan
Lindung Simandar.
Informasi mengenai harga-harga tumbuhan hias yang ditemukan pada saat
penelitian diperoleh dengan wawancara kepada beberapa pelaku usaha-usaha
dagang kebun bunga dandi kawasan Tongkoh, Brastagi dan pengusaha tanaman
hias di Gang Madirsan Tanjung Morawa. Kemudian informasi harga tanaman hias
yang didapat dari masing-masing usaha dagang bunga akan dirata-ratakan untuk
mendapatkan harga tumbuhan hias per satuannya kemudian dilakukan
Universitas Sumatera Utara
40
perhitungan total keseluruhan harga tumbuhan hias. Harga jenis tumbuhan hias
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Harga-harga jenis tanaman hias yang ditemukan di Kawasan Hutan
Lindung Simandar.
No
Jenis
Nama Latin
Satuan
Harga
Pot
Harga (Rp)
2.
Anggrek tubi-tubi manuk
Bulbophyllum lobii
3.
Kadaka
Asplenium nidus
Pot
60.500
4.
Hanjuang merah
Cordyline fruticosa
Pot
17.000
5.
Pacar air
Impatiens balsamina
Pot
4.300
6.
Nampu hijau
Allocasia cucculata
Pot
27.000
8.
Anggrek sayar-sayar
Eria cymbidifolia
Pot
73.500
11.
Pakis haji
Cyathea contaminans
Pot
311.500
14.
Monstera enak
Monstera deliciosa
Pot
124.000
55.500
Hasil yang didapatkan pada tabel 3 merupakan informasi harga-harga
tanaman hias yang sudah dirata-ratakan dari hasil wawancara beberapa usaha
dagang tanaman hias, diketahui dari hasil wawancara bahwa harga tertinggi
terdapat pada tumbuhan hias jenis Pakis Haji (Cyathea contaminans) dengan
harga Rp.311.500, sedangkan tumbuhan hias dengan harga terendah terdapat pada
tumbuhan hias Pacar air (Impatiens balsamina) dengan harga sebesar Rp.4.300.
Tumbuhan Pakis haji memiliki harga yang tinggi disebabkan ketersediaannya
yang sedikit sedangkan permintaan konsumen lumayan tinggi, sedangkan Pacar
air memiliki harga yang rendah disebabkan ketersediaannya yang banyak dan
mudah dibudidayakan.
Hasil wawancara dengan pemilik usaha dagang bunga dapat diketahui
bahwa ada tumbuhan hias yang tidak memiliki satuan harga yang tetap. Harga
tanaman hias dipengaruhi oleh ketersediaan tanaman hias, permintaan konsumen
terhadap suatu tanaman hias, tingkat kesulitan budidaya, ukuran tanaman hias,
Universitas Sumatera Utara
41
dan tren dikalangan konsumen atau masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dari Sudaryanto (2007) yang menyatakan bahwa harga jual tanaman hias banyak
dipengaruhi oleh tren, harga jenis tanaman hias juga dipengaruhi tingkat kesulitan
budidaya dan pengembangannya, semakin sulit suatu tanaman hias dibudidayakan
maka harga jualnya semakin mahal.
Tren jenis tanaman hias yang sedang berkembang di pasar adalah semakin
banyaknya konsumen yang berminat membeli jenis tanaman hias daun,
masyarakat atau konsumen menilai tanaman hias daun lebih menarik. Konsumen
banyak mencari tanaman hias daun karena tampilan dan bentuk yang menarik
dengan beraneka ragam warna daun dan pola bentuk daun sehingga memiliki nilai
lebih dari jenis tanaman hias yang lainnya (Sudaryanto, 2007).
Sumberdaya hutan khususnya pada tanaman hias mempunyai nilai
sumberdaya yang cukup tinggi, khususnya bagi pedagang bunga yang sudah
menjadi mata penaharian setiap harinya. Hasil penjualan tanaman hias membantu
pendapatan pedagang dengan volume penjualan tanaman hias setiap harinya tidak
menetap, volume penjualan tanaman hias bisa mencapai ratusan pot tanaman hias
dalam sehari. Konsumen yang menjadi peminat tanaman hias ini berasal dari
dalam dan luar daerah Sumatera Utara, ada juga konsumen bunga yang
merupakan borongan dari perusahaan seperti hotel ataupun pemerintahan.
Pedagang tanaman hias biasanya membeli bibit tanaman hias untuk selanjutnya
diperbanyak dengan dibudidayakan.
Hasil analisis harga per hektar berdasarkan perhitungan yang dilakukan
terhadap 8 jenis tumbuhan hias yang didapatkan di Hutan Lindung Simandar terdapat
pada Tabel 4 berikut.
Universitas Sumatera Utara
42
Tabel 4. Analisis harga tanaman hias per hektar yang ditemukan di kawasan
Hutan Lindung Simandar.
No
1.
Jenis
Anggrek tubi-tubi manuk
Nama Latin
Bulbophyllum lobii
Jumlah
7
Harga (Rp)
388.500
2.
Kadaka
Asplenium nidus
192
11.616.000
3.
Hanjuang merah
Cordyline fruticosa
33
561.000
4.
Pacar air
Impatiens balsamina
278
1.195.400
5.
Nampu hijau
Allocasia cucculata
77
2.079.000
6.
Anggrek sayar-sayar
Eria cymbidifolia
9
661.500
7.
Pakis haji
Cyathea contaminans
94
29.281.000
8.
Monstera enak
Monstera deliciosa
71
8.804.000
Berdasarkan hasil perhitungan data yang diperoleh dari Tabel 4, harga
tumbuhan hias tertinggi per hektar terdapat pada jenis tumbuhan Pakis Haji
(Cyathea contaminans) dengan total harga per hektar adalah Rp. 29.281.000. Hal
ini disebabkan tumbuhan ini memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran dan
cukup banyak ditemukan di kawasan Hutan Lindung Simandar sedangkan harga
tumbuhan hias terendah per hektar terdapat pada jenis Anggrek Tubi-tubi manuk
(Bulbophyllum lobii) dengan harga per hektar Rp. 388.000. Hal ini disebabkan
karena jenis anggrek ini memiliki harga yang cukup murah dan sedikit ditemukan
di kawasan hutan.
Penentuan harga pada tumbuhan hias dapat didasarkan dari tren tumbuhan
hias, keunikan tumbuhan hias, warna tumbuhan hias dan nilai kemewahan
tumbuhan hias tersebut. Penentuan harga pada tumbuhan hias juga dapat terlihat
dari perbandingan harga yang ada di pasaran umum. Untuk menghasilkan produk
tanaman hias yang bersaing tinggi maka diperlukan cara untuk mempetinggi
kuantitas dan kualitas dari tanaman hias tersebut secara rasional, efisien dan
ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
43
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jenis tumbuhan hias yang ditemukan di kawasan Hutan Lindung Simandar ada
8 jenis yaitu tumbuhan Anggrek Tubi-tubi Manuk, Kadaka, Hanjuang Merah,
Pacar Air, Nampu Hijau, Anggrek Sayar-sayar, Pakis Haji, dan Monstera
Enak,.
2. Kerapatan
(Impatiens
tertinggi
terdapat
pada
balsamina) dengan nilai
tumbuhan
hias
jenis
Pacar
air
42,90 individu per hektar, sedangkan
tingkat kerapat terendah terdapat pada jenis tumbuhan Anggrek Tubi-tubi
manuk dengan nilai 1,08 individu per hektar. Nilai frekuensi tertinggi terdapat
pada tumbuhan Kadaka dengan nilai frekuensi sebesar 0,23 sedangkan jenis
tumbuhan dengan frekuensi terendah adalah tumbuhan Anggrek Tubi-tubi
manuk ( Bulbophyllum lobii ) dengan nilai frekuensi sebesar 0,03.
3. Harga tumbuhanhias tertinggi terdapat pada tumbuhan hias jenis Pakis Haji
dengan harga Rp.311.500, sedangkan tumbuhan hias dengan harga terendah
terdapat pada tumbuhan hias Pacar Air dengan harga sebesar Rp.4.300.
Saran
Dibutuhkan penelitian eksplorasi lebih lanjut pada daerah lain agar dapat
menemukan jenis tumbuhan hias lainnya yang belum diteliti.
Universitas Sumatera Utara
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai Juli -Oktober 2016. Penelitian ini
dilaksanakan di Kawasan Hutan Lindung Simandar, Kabupaten Dairi, Provinsi
Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera digital, pisau, plastik
bening, kertas label, tali rafia, tali pita, kalkulator, meteran dan GPS (Global
Positioning System). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol
70 %, dan tally sheet.
Prosedur Penelitian
1. Aspek Pengetahuan Lokal
Data primer akan dikumpulkan dengan teknik observasi atau survei
langsung kelapangan dan melakukan wawancara dengan pengenal jenis tanaman
hias khusus yang tumbuh di kawasan hutan tentang jumlah dan jenis-jenis
tumbuhan hias. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dengan kajian pustaka
tentang keadaan umum kawasan penelitian dan penelitian-penelitian yang
mendukung. Informan kunci yang didapat dalam penelitian ini adalah pemandu
lapangan lokal, opsir tanaman di kawasan hutan, dan pegawai di UPT Dinas
Kehutanan Dairi. Data yang diperoleh dari hasil wawancara bersama informan
kunci ditabulasikan dan dianalisa secara deskriptif.
2. Aspek Keanekaragaman
Pengumpulan data analisis vegetasi tumbuhan hias di lapangan
menggunakan metode sampling plot berbentuk petak persegi, dimana penentuan
Universitas Sumatera Utara
22
titik awal dilakukan dengan secara purpossive sampling yaitu berdasarkan tempat
yang dianggap banyak tanaman hiasnya (Soetarhardja, 1997).
Luasan total dari Kawasan Hutan Lindung Simandar, Kabupaten Dairi
adalah 6.517,98 Ha dengan intensitas sampling sebesar 0,1 %. Sampling plot yang
dibuat adalah berbentuk petak persegi berukuran 20 m × 20 m dengan luas sebesar
400 m² tiap plotnya. Sehingga jumlah plot yang dibuat sebanyak 162 plot dan luas
areal penelitian adalah 6,48 ha. Pengamatan tanaman hias dilakukan secara
eksploratif sepanjang jalur pengamatan (Permenhut, 2006).
60 m
20m x 20m
20m x 20m
JalurPengamatan
20m x 20m
40 m
Gambar 1. Desain Plot Penelitian
3. Analisis Data
Dari hasil inventarisasi yang telah dilakukan di lapangan dengan
menggunakan metode sampling sistematis. Data tersebut akan ditabulasikan dalam
bentuk tabel, kemudian akan dihitung kerapatan dan frekuensinya dengan
menggunakan rumus :
Universitas Sumatera Utara
23
a. Kerapatan suatu jenis (K)
K=
∑ Individu suatu jenis
Luas plot
b. Frekuensi suatu jenis (F)
F=
∑ plot ditemukan suatu jenis
∑ Seluruh plot
4. Harga Pasar Tumbuhan Hias
Informasi harga tanaman hias yang ditemukan di lapangan didapatkan
berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa pedagang atau
pengusaha tanaman hias di Tongkoh, Brastagi dan di Gang Mardisan Desa
Bangun Sari Tanjung Morawa. Informasi harga tanaman hias yang didapat
kemudian dirata-ratakan menjadi harga tanaman hias per satuannya. Informasi
yang diambil meliputi harga tanaman hias dan volume penjualan.
Universitas Sumatera Utara
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Aspek Pengetahuan Lokal
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan, maka
diperoleh 8 jenis tumbuhan hias yang tersebar di kawasan Hutan Lindung
Simandar Kabupaten Dairi. Dasar penentuan jenis tumbuhan hias ini berdasarkan
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P-35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan
Bukan Kayu dan berdasarkan Balai Penelitian Tanaman Hias. Data jenis
tumbuhan hias dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Jenis–jenis tumbuhan hias yang ditemukan di Kawasan Hutan Lindung
Simandar.
No
Nama Lokal
Nama Latin
Habitus
Ragam Hias
Herba dan
meumpang
(epifit)
Herba dan
menumpang
(epifit)
Herba dan tegak
Bunga
1.
Anggrek sayar-sayar
Eria cymbidifolia
2.
Anggrek tubi-tubi manuk
Bulbophyllum lobii
3.
Hanjuang merah
Cordyline fruticosa
4.
Kadaka
Asplenium nidus
Herba dan
menumpang
Daun
5.
Monstera
Monstera deliciosa
Herba dan
menjalar
Daun
6.
Nampu Hijau
Allocasia cucculata
Herba dan tegak
Daun
7.
Pacar Air
Impatiens balsamina
Herba dan tegak
Bunga
8.
Pakis haji
Cyathea contaminans
Pohon dan tegak
Daun
Bunga
Daun
B. Deskripsi Tumbuhan Hias yang Ditemukan di Hutan Lindung Simandar
Jenis-jenis tumbuhan hias yang ditemukan dari penelitian yang dilakukan
di Hutan Lindung Simandar ada 8 jenis tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan hias yang
telah ditemukan dari lokasi penelitian kemudian dideskripsikan sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
25
1. Anggrek Sayar-sayar (Eria cymbidifolia)
Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan anggrek Sayar-sayar adalah sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Sub Divisi
: Angiosperm
Kelas
: Monocots
Ordo
: Asparagales
Family
: Orchidaceae
Sub family
: Epidendroideae
Genus
: Eria
Spesies
: Eria cymbidifolia
Gambar 2. Tumbuhan Anggrek Sayar-sayar (Eria cymbidifolia)
Jenis anggrek Sayar-sayar yang ditemukan di lapangan berdasarkan hasil
pengamatan anggrek ini termasuk jenis anggrek epifit atau menempel pada batang
kayu besar atau batang kayu yang sudah mati, hidup berkelompok, jenis anggrek
herba, hidup dibawah naungan, serta memiliki daun yang panjang serta berwarna
Universitas Sumatera Utara
26
kehijauan. Anggrek ini sangat berpotensi dijadikan sebagai tanaman hias dan
sudah banyak dibudidayakan serta diperjual belikan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Puspitaningtyas (2009) yang menyatakan bahwa habit tumbuhan
ini berupa herba dan memiliki umbi semu yang berukuran kecil, tertutup oleh
pangkal daun dan arah tumbuh menggantung. Daun berbentuk memanjang, ujung
meruncing, permukaan licin, tepi rata, warna daun hijau muda. Tangkai daun
tidak ada sedangkan perbungaannya aksilar dan majemuk. Tangkai bunga
berbentuk bulat, permukaan berbulu berwarna putih, warna putih kekuningan.
Bunga memiliki kelopak dan mahkota berwarna putih, bibir mahkota bunga
berwarna putih dengan bercak merah. Habitat dan ekologinya epifit, ditemukan di
hutan yang teduh dan terbuka. Kebanyakan menempel batang pohon yang besar.
Distribusinya bisa ditemukan di Sumatera dan Borneo.
2. Anggrek Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii)
Klasifikasi ilmiah dari tumbuhan anggrek Tubi-tubi Manuk adalah sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Liliopsida
Sub kelas
: Lilidae
Ordo
: Orchidales
Famili
: Orchidaceae
Genus
: Bulbophyllum
Spesies
: Bulbophyllum lobii
Universitas Sumatera Utara
27
Gambar 3. Tumbuhan Anggrek Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii).
Tumbuhan anggrek jenis Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii) yang
ditemukan di lapangan belum berbunga dan tanamannya pendek. Berdasarkan
hasil pengamatan di lapangan tumbuhan ini hidup menumpang atau epifit pada
tumbuhan lain, pangkal daunnya berbentuk bulat dan berwarna kekuningan,
ditemukan pada daerah lembab dan bersuhu rendah serta hidup berkelompok. Hal
ini sesuai dengan penelitian dari Comber (2001) yang menyatakan bahwa ciri-ciri
dari anggrek ini adalah batangnya berbentuk bulat dan sering sekali ditemukan
pada tempat yang bersuhu rendah. Anggrek ini juga sering ditemukan
menumpang pada batang pohon yang tinggi. Pangkal daun anggrek ini berwarna
kekuning-kuningan berbentuk bulat dan halus sewaktu muda, permukaan licin,
dan terdiri dari satu helai daun. Daun berbentuk lonjong lanset, berwarna hijau
pudar, permukaan licin, tepi rata, tebal, ujung runcing dan tidak memiliki tangkai
daun. Pembungaan muncul dari samping bulbnya, bunga berbentuk sepal lateral
dengan bibir bunga berwarna kuning.
Anggrek Tubi-tubi Manuk (Bulbophyllum lobii) memiliki batang yang
merupakan tempat bunga yang memuat satu atau banyak bunga dengan ukuran
bunga yang bervariasi dari kecil hingga besar. Anggrek ini sering dijumpai pada
Universitas Sumatera Utara
28
dataran tinggi dan pegunungan dan pusat distribusinya adalah Benua Asia.
Keunikan bunga anggrek ini menjadikannya sangat potensial dikembangkan
sebagai tanaman hias (Nyoman dan Mudiana, 2000).
3. Hanjuang Merah (Cordyline fruticosa)
Klasifikasi ilmiah tumbuhan Hanjuang Merah adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Bangsa
: Liliales
Suku
: Liliaceae
Marga
: Cordyline
Jenis
: Cordyline fruticosa
Gambar 4. Tumbuhan Hanjuang Merah (Cordyline fruticosa)
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tumbuhan Hanjuang Merah
merupakan tumbuhan yang hidup soliter, dengan ciri batang dan pangkal daun
yang berwarna kemerahan, daun hanjuang merah berwarna kehijauan dan
bentuknya panjang. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Dalimartha (2006) yang
Universitas Sumatera Utara
29
menyatakan bahwa tanaman Hanjuang Merah atau sering juga disebut andong
merah biasa di tanam sebagai tanaman hias di pekarangan, taman atau kuburan,
dipakai sebagai tanaman pagar atau pembatas di perkebunan teh. Tanaman andong
merah termasuk perdu tegak, jarang bercabang, batang bulat, keras, bekas daun
rontok berbentuk cincin. Daun tunggal dengan warna hijau ada juga yang
berwarna merah kecoklatan. Letak daun tersebar pada batang, terutama berkumpul
di ujung batang. Helaian dan panjang berbentuk lanset. Ujung dan pangkalnya
runcing, tepi rata, pertulangan menyirip dan tangkai daunnya berbentuk talang.
Tanaman hanjuang merah diketahui mengandung saponin, tannin, flavonoida,
polifenol, steroida, polisakarida, kalsium oksalat dan zat besi. Masyarakat sering
memanfaatkan tanaman selain menjadi tanaman hias juga dimanfaatkan sebagai
obat karena berkhasiat untuk menghentikan perdarahan, menghancurkan darah
beku pada memar, obat luka dan wasir.
4. Kadaka (Asplenium nidus)
Klasifikasi dari tumbuhan Kadaka adalah sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Sub kelas
: Polypoditae
Ordo
: Polypodiales
Famili
: Aspleniaceae
Genus
: Asplenium
Spesies
: Asplenium nidus
Universitas Sumatera Utara
30
Gambar 5. Tumbuhan Kadaka (Asplenium nidus).
Tumbuhan jenis Kadaka atau sering juga disebut Paku Sarang Burung
(Asplenium nidus) berdasarkan hasil pengamatan di lapangan memiliki ciri
sebagai tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain atau disebut epifit
biasanya pada batang pohon yang tinggi, hidup soliter, bentuknya menyerupai
sarang burung. Tumbuhan ini juga hidup di bawah naungan dengan suhu yang
rendah, memiliki daun yang panjang serta berwarna hijau. Hal ini juga dikatakan
oleh Aththorick (2007) yang menyatakan bahwa tumbuhan Kadaka adalah
tumbuhan yang tumbuh di batang pohon, di hutan lebat. Tumbuh di tempat tempat
terlindung atau terang. Daun tunggal, ujung runcing, tepi bergelombang,
permukaan daun licin, hijau muda dan mengkilap.
Tumbuhan Kadaka (Asplenium nidus) memiliki akar rimpang dan
menempel pada tumbuhan inang. Batangnya tidak nyata karena menyatu dengan
tulang daun, terletak melingkar berbentuk keranjang (sarang burung). Memiliki
sorus yang melekat pada garis-garis anak tulang daun dibawah daun, warna coklat
muda dan berbentuk bangun garis. Habitatnya tumbuh epifit di bawah naungan.
Sering dimanfaatkan dan sudah banyak dibudidayakan oleh masyarakat sebagai
Universitas Sumatera Utara
31
tanaman hias di dalam ruangan ataupun sebagai tanaman hias penghias taman
(Kinho, 2008).
5. Tanaman Monstera (Monstera deliciosa)
Klasifikasi ilmiah dari tanaman Monstera dalam taksonomi tumbuhan
sebagai berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotiledonae
Ordo
: Alismatales
Family
: Araceae
Genus
: Monstera
Spesies
: Monstera deliciosa
Gambar 6. Tumbuhan Monstera Enak (Monstera deliciosa)
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, tumbuhan Monstera ini
merupakan tumbuhan yang epifit atau menempel pada batang pohon berukuran
besar, habitnya berupa perdu, hidup di bawah naungan dengan suhu yang rendah,
memiliki daun menjari dan besar serta berwarna hijau mengkilap serta batang
tumbuhan ini mengeluarkan akar-akar yang menempel pada pohon.
Universitas Sumatera Utara
32
Morfologi tumbuhan Monstera (Monstera deliciosa) ini adalah daunnya
berbentuk bulat telur atau lonjong dengan cangap-cangap di sisi daunnya. Bunga
yang berisi bunga jantan dan betina dan buah berbentuk bulat telur sampai lonjong
yang duduk pada tongkol buah. Tumbuhan ini tumbuh dengan membelit dan
memanjat pada batang pohon-pohon besar. Tanaman Monstera Enak merupakan
tanaman yang tergolong kedalam tanaman merambat atau memanjat dan
batangnya mengeluarkan akar. Sebagian akar merentang hingga ke tanah,
sedangkan akar lain bergantung di udara. Akar-akar yang sampai ke tanah bias
menunjang kesuburan tanaman dan menopang berdirinya tanaman. Bentuk daun
bulat berukuran besar, tetapi seperti robek robek dan berwarna hijau. Setiap
varietas pola robeknya berbeda dan tidak menentu. Tanaman ini sering
dimanfaatkan dan dibudidayakan sebagai tanaman hias dalam ruangan atau di
taman (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2014).
6. Nampu hijau (Allocasia cucculata)
Klasifikasi ilmiah tumbuhan Nampu Hijau yang ditemukan di lapangan ini
adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Monocotyledoneae
Bangsa
: Arales
Suku
: Araceae
Marga
: Alocasia
Jenis
: Alocasia cucculata
Universitas Sumatera Utara
33
Gambar 7. Tumbuhan Nampu Hijau (Alocasia cucculata).
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan tumbuhan Nampu Hijau yang
ditemukan merupakan tumbuhan jenis herba, memiliki daun berbentuk jantung
dengan ujung yang meruncing, batang dan daun berwarna kehijauan, tumbuh
soliter di tempat terbuka dan bersuhu rendah.
Septian (2008) yang menyatakan bahwa tumbuhan Nampu Hijau bisa
ditemukan tumbuh liar di gunung, pinggiran sungai, tepi danau, atau ditanam
sebagai tanaman hias dan tanaman obat yang diketahui dapat mengobati radang
dan menurunkan panas, tumbuhan ini hidup pada tempat-tempat yang agak
terlindung. Habitusnya terna, menahun, berumbi, dan tegak. Batangnya semu,
merupakan pelekatan pelepah daun. Daun tumbuhan Nampu Hijau bersifat
tunggal, helaian bentuk bangun jantung , ujung meruncing, pangkal membulat
atau bertoreh, tepi rata, permukaan licin, pertulangan daun tegas, warna hijau
mengkilat. Bunga tumbuhan ini tunggal, muncul dari ketiak daun, bentuk lonjong,
tangkai silindris, mahkota bunga berwarna putih. Buahnya bentuk lanset, kecil,
dan berwarna merah. Memiliki biji yang bulat, keras, juga berwarna hitam. Jenis
akar tumbuhan ini adalah serabut.
Universitas Sumatera Utara
34
7. Pacar Air (Impatiens balsamina)
Klasifikasi ilmiah tumbuhan Pacar Air adalah sebagai berikut
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Bangsa
: Geraniales
Suku
: Balsaminaceae
Genus
: Impatiens,
Jenis
: Impatiens balsamina
Gambar 8. Tumbuhan Pacar Air (Impatiens balsamina)
Tumbuhan Pacar Air yang ditemukan di lapangan hidup berkelompok,
memiliki batang berwarna kecoklatan, daunnya kecil serta berwarna hijau, banyak
ditemukan di tempat terbuka tetapi lembab atau bersuhu rendah juga hidup diatas
serasah ataupun tanah. Tumbuhan ini memiliki bunga berukuran kecil dan
berwarna merah jambu.
Dalimartha (2003) menyatakan tumbuhan ini merupakan tanaman terna
semusim, berakar serabut, berbatang basah, bulat, licin, tegak, bercabang,
warnanya hijau kekuningan. Biasa ditanam di halaman sebagai tanaman hias atau
Universitas Sumatera Utara
35
tumbuhan liar ditempat yang cukup mendapat air dan sinar matahari. Daun
tunggal, bertangkai, bentuk lanset memanjang, tepi bergerigi tajam, ujung dan
pangkal meruncing, pertulangan menyirip, warna hijau muda. Bunga tungal,
keluar dari ketiak daun, warnanya cerah (ada yang merah, orange, ungu, dan
putih). Buahnya buah kendaga, berbentuk telur, elips, berambut, warna hijau, bila
masak akan pecah membuka menjadi 5 bagian yang terpilin. Bijinya bulat, kecil,
hitam. Pacar air memiliki kandungan kimia pada bunga diantaranya antosianin
dan kamperol, pada biji mengandung saponin dan fixel oil dan pada akarnya
mengandung sianidin dan monoglikosida. Masyarakat juga sering memanfaatkan
tumbuhan ini sebagai obat seperti radang kulit dan bisul.
Tanaman Impatiens termasuk dalam famili Balsaminaceae, merupakan
genus yang terdiri atas 1000 spesies. Tersebar mulai dari belahan bumi utara
sampai daerah tropis. Nama umumnya adalah "touch-me-not", dan di Indonesia
dikenal dengan nama pacar air (Balithi, 2016).
8. Pakis Haji (Cyathea contaminans)
Klasifikasi ilmiah tumbuhan Pakis Haji adalah sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Pteridophyta
Kelas
: Pteridopsida
Sub Kelas
: Cyatheatae
Ordo
: Cyatheales
Famili
: Cyatheaceae
Genus
: Cyathea
Spesies
: Cyathea contaminans
Universitas Sumatera Utara
36
Gambar 11. Tumbuhan Pakis Haji Cyathea contaminans
Tumbuhan Pakis Haji atau yang sering disebut dengan Pakis Pohon yang
ditemukan di lapangan beragam dari anakan hingga dewasa. Berdasarkan
pengamatan di lapangan tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang hidup soliter
dan berbentuk pohon, batangnya berbulu dan berwarna kecoklatan. Pakis Haji ini
sering dimanfaatkan sebagai tanaman hias di taman juga digunakan sebagai media
tempat hidup anggrek.
Tumbuhan Pakis Haji ini memiliki akar serabut dan batang yang
merupakan paku tiang atau paku yang berbentuk pohon sehingga batangnya tegak,
berwarna hitam, permukaan kasar. Daunnya majemuk, sisik pada pangkal daun
berwarna agak keunguan dan berduri, helaian daun bertoreh atau terdapat lekukan
hingga ke tulang daun. Sorus terletaknya di antara tulang daun, berkelompok dan
bentuknya bulat. Habitatnya teresterial bercampur dengan jenis paku yang lain, di
temukan pada daerah lereng yang terbuka maupun yang terlindung. Manfaat atau
potensi yang sering dimanfaakan oleh masyarakat sebagai tanaman hias. Tunas,
daun, dan batang Pakis Haji mengandung polifenol, daun dan batangnya
mengandung flavonoida, disamping itu batang dan tunasnya juga mengandung
saponin. Tangkai daun muda dan pucuk/umbut pakis haji dapat dijadikan bahan
Universitas Sumatera Utara
37
makanan dengan cara direbus bebarapa kali dan dibuang airnya rebusannya
(Kinho, 2012).
Jenis tumbuhan Pakis haji ini berbentuk pohon, berperawakan ramping
yang tingginya dapat mencapai 10 m atau lebih. Batang bagian bawah tumbuhan
ini berwarna hitam karena ditutupi oleh akar-akar serabut hitam, kasar, rapat, dan
tebal. Pada batang yang sudah tua terdapat lekukan-lekukan dangkal yang
merupakan bekas tangkai daun yang sudah lepas (Handayani dan Hartini, 2003).
C. Tingkat keanekaragaman Tumbuhan Hias di Kawasan Hutan Lindung
Simandar Dairi.
Jenis tumbuhan hias yang ditemukan di kawasan Hutan Lindung Simandar
ada sebanyak 8 jenis. Data analisis tumbuhan hias ini terdapat dalam Tabel 2
berikut ini.
Tabel 2. Analisis Tumbuhan Hias di Kawasan Hutan Lindung Simandar.
No
1.
Jenis
Anggrek tubi-tubi manuk
Nama Latin
Bulbophyllum lobii
Klasifikasi
Herba
K (Ind/ha)
1,08
F
0,03
2.
Kadaka
Asplenium nidus
Herba
29,62
0,23
3.
Hanjuang merah
Cordyline fruticosa
Herba
5,09
0,10
4.
Pacar air
Impatiens balsamina
Herba
42,90
0,11
5.
Nampu hijau
Allocasia cucculata
Herba
11,88
0,12
6.
Anggrek sayar-sayar
Eria cymbidifolia
Herba
1,38
0,04
7.
Pakis haji
Cyathea contaminans
Pohon
14,50
0,14
8.
Monstera enak
Monstera deliciosa
Herba
10,95
0,14
117,4
0,91
Total
Keterangan : K = Kerapatan suatu jenis
F = Frekuensi suatu jenis
Luasan penelitian adalah 6,48 Ha dengan total luas dari kawasan Hutan
Lindung Simandar 6.517, 98 Ha dan intensitas sampling sebesar 0,1 %.
Universitas Sumatera Utara
38
Berdasarkan Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa kerapatan tertinggi terdapat pada
tumbuhan jenis Pacar air (Impatiens balsamina) dengan nilai 42,90 individu per
hektar, sedangkan tingkat kerapat terendah terdapat pada jenis tumbuhan Anggrek
Tubi-tubi manuk (Bulbophyllum lobii) dengan nilai 1,08 individu per hektar.
Kerapatan suatu jenis dipengaruhi oleh banyaknya jumlah suatu jenis per satuan
luas. Semakin besar kerapatan suatu jenis maka semakin banyak pula jumlah
individu per satuan luas. Kerapatan suatu jenis menunjukkan jumlah individu
spesies dengan satuan luas tertentu, maka nilai kerapatan merupakan gambaran
tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya, hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Arrijani (2006). Tumbuhan Pacar air (Impatiens balsamina)
adalah jenis tumbuhan yang paling sering dijumpai pada saat melakukan analisis
vegetasi di lapangan, sedangkan jenis tumbuhan anggrek Tubi-tubi manuk
(Bulbophyllum lobii) adalah jenis tumbuhan yang jarang ditemukan pada saat
analisis vegetasi.
Frekuensi merupakan besarnya intensitas ditemukannya suatu spesies
dalam pengamatan keberadaannya pada suatu komunitas. Jenis tumbuhan yang
memiliki nilai frekuensi tertinggi adalah tumbuhan Kadaka (Asplenium nidus)
dengan nilai frekuensi sebesar 0,23 sedangkan jenis tumbuhan dengan frekuensi
terendah adalah tumbuhan Anggrek Tubi-tubi manuk (Bulbophyllum lobii) dengan
nilai frekuensi masing-masing adalah sebesar 0,03. Hal ini dibuktikan dengan
adanya perbedaan jumlah plot pengamatan di lapangan, pada jenis tumbuhan
Kadaka (Asplenium nidus) ini terdapat jumlah plot pengamatan sebanyak 38 plot
sedangkan pada jenis tumbuhan anggrek Tubi-tubi manuk (Bulbophyllum lobii)
hanya ditemukan pada 5 plot saja. Frekuensi ini ditentukan oleh banyaknya
Universitas Sumatera Utara
39
jumlah plot suatu jenis ditemukan dari keseluruhan jumlah plot pengamatan. Hal
ini menunjukkan penyebaran individu suatu jenis yang berbeda-beda pada suatu
luasan areal lahan. Jenis yang menyebar secara rata mempunyai nili frekuensi
yang besar sedangkan jenis yang memiliki nilai frekuensi yang rendah
mempunyai daerah sebaran yang tidak terlalu luas.
Frekuensi
kehadiran
tumbuhan
dapat
dinyatakan
sesuai
dengan
konstansinya. Frekuensi atau frekuensi kehadiran organisme dapat dikempokkan
atas empat kelompok yaitu jenis aksidental atau sangat jarang ( frekuensi 0-25%),
jenis assesori atau jarang (25-50%), jenis konstan atau sedang (50-75 %), dan
jenis absolut ( diatas 75%) hal ini sesuai dengan pernyataan dari Suin (2002).
Berdasarkan hasil perhitungan nilai frekuensi yang diperoleh dari tabel 2 tersebut
maka dapat dilihat bahwa tumbuhan hias di kawasan Hutan Lindung Simandar
dengan total nilai frekuensi sebesar 0,91 tergolong kedalam jenis frekuensi
aksidental atau sangat jarang dengan nilai frekuensi 0-25 %. Hal ini menunjukkan
bahwa jenis-jenis tumbuhan tersebut penyebarannya terbatas pada daerah tertentu
saja yang sesuai dengan syarat tempat tumbuhnya jenis tersebut.
D. Harga Pasar Jenis Tumbuhan Hias yang Ditemukan di Kawasan Hutan
Lindung Simandar.
Informasi mengenai harga-harga tumbuhan hias yang ditemukan pada saat
penelitian diperoleh dengan wawancara kepada beberapa pelaku usaha-usaha
dagang kebun bunga dandi kawasan Tongkoh, Brastagi dan pengusaha tanaman
hias di Gang Madirsan Tanjung Morawa. Kemudian informasi harga tanaman hias
yang didapat dari masing-masing usaha dagang bunga akan dirata-ratakan untuk
mendapatkan harga tumbuhan hias per satuannya kemudian dilakukan
Universitas Sumatera Utara
40
perhitungan total keseluruhan harga tumbuhan hias. Harga jenis tumbuhan hias
dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Harga-harga jenis tanaman hias yang ditemukan di Kawasan Hutan
Lindung Simandar.
No
Jenis
Nama Latin
Satuan
Harga
Pot
Harga (Rp)
2.
Anggrek tubi-tubi manuk
Bulbophyllum lobii
3.
Kadaka
Asplenium nidus
Pot
60.500
4.
Hanjuang merah
Cordyline fruticosa
Pot
17.000
5.
Pacar air
Impatiens balsamina
Pot
4.300
6.
Nampu hijau
Allocasia cucculata
Pot
27.000
8.
Anggrek sayar-sayar
Eria cymbidifolia
Pot
73.500
11.
Pakis haji
Cyathea contaminans
Pot
311.500
14.
Monstera enak
Monstera deliciosa
Pot
124.000
55.500
Hasil yang didapatkan pada tabel 3 merupakan informasi harga-harga
tanaman hias yang sudah dirata-ratakan dari hasil wawancara beberapa usaha
dagang tanaman hias, diketahui dari hasil wawancara bahwa harga tertinggi
terdapat pada tumbuhan hias jenis Pakis Haji (Cyathea contaminans) dengan
harga Rp.311.500, sedangkan tumbuhan hias dengan harga terendah terdapat pada
tumbuhan hias Pacar air (Impatiens balsamina) dengan harga sebesar Rp.4.300.
Tumbuhan Pakis haji memiliki harga yang tinggi disebabkan ketersediaannya
yang sedikit sedangkan permintaan konsumen lumayan tinggi, sedangkan Pacar
air memiliki harga yang rendah disebabkan ketersediaannya yang banyak dan
mudah dibudidayakan.
Hasil wawancara dengan pemilik usaha dagang bunga dapat diketahui
bahwa ada tumbuhan hias yang tidak memiliki satuan harga yang tetap. Harga
tanaman hias dipengaruhi oleh ketersediaan tanaman hias, permintaan konsumen
terhadap suatu tanaman hias, tingkat kesulitan budidaya, ukuran tanaman hias,
Universitas Sumatera Utara
41
dan tren dikalangan konsumen atau masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
dari Sudaryanto (2007) yang menyatakan bahwa harga jual tanaman hias banyak
dipengaruhi oleh tren, harga jenis tanaman hias juga dipengaruhi tingkat kesulitan
budidaya dan pengembangannya, semakin sulit suatu tanaman hias dibudidayakan
maka harga jualnya semakin mahal.
Tren jenis tanaman hias yang sedang berkembang di pasar adalah semakin
banyaknya konsumen yang berminat membeli jenis tanaman hias daun,
masyarakat atau konsumen menilai tanaman hias daun lebih menarik. Konsumen
banyak mencari tanaman hias daun karena tampilan dan bentuk yang menarik
dengan beraneka ragam warna daun dan pola bentuk daun sehingga memiliki nilai
lebih dari jenis tanaman hias yang lainnya (Sudaryanto, 2007).
Sumberdaya hutan khususnya pada tanaman hias mempunyai nilai
sumberdaya yang cukup tinggi, khususnya bagi pedagang bunga yang sudah
menjadi mata penaharian setiap harinya. Hasil penjualan tanaman hias membantu
pendapatan pedagang dengan volume penjualan tanaman hias setiap harinya tidak
menetap, volume penjualan tanaman hias bisa mencapai ratusan pot tanaman hias
dalam sehari. Konsumen yang menjadi peminat tanaman hias ini berasal dari
dalam dan luar daerah Sumatera Utara, ada juga konsumen bunga yang
merupakan borongan dari perusahaan seperti hotel ataupun pemerintahan.
Pedagang tanaman hias biasanya membeli bibit tanaman hias untuk selanjutnya
diperbanyak dengan dibudidayakan.
Hasil analisis harga per hektar berdasarkan perhitungan yang dilakukan
terhadap 8 jenis tumbuhan hias yang didapatkan di Hutan Lindung Simandar terdapat
pada Tabel 4 berikut.
Universitas Sumatera Utara
42
Tabel 4. Analisis harga tanaman hias per hektar yang ditemukan di kawasan
Hutan Lindung Simandar.
No
1.
Jenis
Anggrek tubi-tubi manuk
Nama Latin
Bulbophyllum lobii
Jumlah
7
Harga (Rp)
388.500
2.
Kadaka
Asplenium nidus
192
11.616.000
3.
Hanjuang merah
Cordyline fruticosa
33
561.000
4.
Pacar air
Impatiens balsamina
278
1.195.400
5.
Nampu hijau
Allocasia cucculata
77
2.079.000
6.
Anggrek sayar-sayar
Eria cymbidifolia
9
661.500
7.
Pakis haji
Cyathea contaminans
94
29.281.000
8.
Monstera enak
Monstera deliciosa
71
8.804.000
Berdasarkan hasil perhitungan data yang diperoleh dari Tabel 4, harga
tumbuhan hias tertinggi per hektar terdapat pada jenis tumbuhan Pakis Haji
(Cyathea contaminans) dengan total harga per hektar adalah Rp. 29.281.000. Hal
ini disebabkan tumbuhan ini memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran dan
cukup banyak ditemukan di kawasan Hutan Lindung Simandar sedangkan harga
tumbuhan hias terendah per hektar terdapat pada jenis Anggrek Tubi-tubi manuk
(Bulbophyllum lobii) dengan harga per hektar Rp. 388.000. Hal ini disebabkan
karena jenis anggrek ini memiliki harga yang cukup murah dan sedikit ditemukan
di kawasan hutan.
Penentuan harga pada tumbuhan hias dapat didasarkan dari tren tumbuhan
hias, keunikan tumbuhan hias, warna tumbuhan hias dan nilai kemewahan
tumbuhan hias tersebut. Penentuan harga pada tumbuhan hias juga dapat terlihat
dari perbandingan harga yang ada di pasaran umum. Untuk menghasilkan produk
tanaman hias yang bersaing tinggi maka diperlukan cara untuk mempetinggi
kuantitas dan kualitas dari tanaman hias tersebut secara rasional, efisien dan
ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
43
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Jenis tumbuhan hias yang ditemukan di kawasan Hutan Lindung Simandar ada
8 jenis yaitu tumbuhan Anggrek Tubi-tubi Manuk, Kadaka, Hanjuang Merah,
Pacar Air, Nampu Hijau, Anggrek Sayar-sayar, Pakis Haji, dan Monstera
Enak,.
2. Kerapatan
(Impatiens
tertinggi
terdapat
pada
balsamina) dengan nilai
tumbuhan
hias
jenis
Pacar
air
42,90 individu per hektar, sedangkan
tingkat kerapat terendah terdapat pada jenis tumbuhan Anggrek Tubi-tubi
manuk dengan nilai 1,08 individu per hektar. Nilai frekuensi tertinggi terdapat
pada tumbuhan Kadaka dengan nilai frekuensi sebesar 0,23 sedangkan jenis
tumbuhan dengan frekuensi terendah adalah tumbuhan Anggrek Tubi-tubi
manuk ( Bulbophyllum lobii ) dengan nilai frekuensi sebesar 0,03.
3. Harga tumbuhanhias tertinggi terdapat pada tumbuhan hias jenis Pakis Haji
dengan harga Rp.311.500, sedangkan tumbuhan hias dengan harga terendah
terdapat pada tumbuhan hias Pacar Air dengan harga sebesar Rp.4.300.
Saran
Dibutuhkan penelitian eksplorasi lebih lanjut pada daerah lain agar dapat
menemukan jenis tumbuhan hias lainnya yang belum diteliti.
Universitas Sumatera Utara