PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII MTs ALKHAIRAAT PUSAT PALU | Ude | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8622 28274 1 PB

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII
MTs ALKHAIRAAT PUSAT PALU
Apsah Ude
E-mail: Hafshamahmude95@gmail.com
Wayan Sukayasa
E-mail:sukayasa08@yahoo.co.id
Tegoeh S. Karniman
E-mail: Teguhkarniman@gmail.com
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi tentang penerapan model
pembelajaran Van Hiele yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kubus dan balok
di kelas VIII MTs Alkhairaat Pusat Palu. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Rancangan penelitian ini mengacu pada desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yaitu 1)
perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas VIII MTs Alkhairaat Pusat Palu yang berjumlah 25 siswa. Penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus. Data pada penelitian ini dikumpulkan melalui lembar observasi, wawancara,
catatan lapangan dan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Van
Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi kubus dan balok, dengan mengikuti fasefase sebagai berikut: 1) informasi, 2) orientasi terarah, 3) penegasan, 4) orientasi bebas, dan 5)
integrasi.
Kata Kunci: Model pembelajaran Van Hiele, hasil belajar, kubus, balok.

Abstract: The aim of this research was to obtaining description about application of Van Hiele
model can improve learning outcomes of student about cube and beam at grade VIII MTs
Alkhairaat Pusat Palu. This research is a classroom action research. The design of this research
refers to the study design Kemmis and Mc. Taggart: 1) planning, 2) acting, 3) observing and 4)
reflecting. The subject were students of grade VIII MTs Alkhairaat Pusat Palu totaling 25 students.
This research was conducted in two cycles. Data of this research was collected through observation
sheet, interview, nod fields and tes. The results showed that the application of the learning model
van hiele can Improve Learning Outcomes Of Student about cube and beam through the phases,
namely 1) information, 2) directed orientation, 3)explication, 4) free orientation, and integration.
Keywords: Van Hiele model, achievment, cube, beam.

Pembelajaran matematika bertujuan untuk membentuk kemampuan nalar dalam diri
setiap siswa yang tercermin pada kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, jujur dan
disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang
lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006). Oleh karena itu pelajaran
matematika sangat penting dipelajari mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai perguruan
tinggi.
Pembelajaran matematika SMP/MTs mencakup beberapa materi yaitu bilangan,
aljabar, geometri, dan statistik. Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan SMP,
materi geometri mendapatkan porsi yang besar dari keseluruhan isi kurikulum jika

dibandingkan materi lain. Geometri pada dasarnya mempunyai peluang yang besar untuk
dimengerti anak dibandingkan dengan cabang matematika lainnya, karena benda-benda
geometri dapat dijumpai anak-anak di lingkungannya. Tapi masih banyak siswa yang
menganggap materi geometri itu sulit.
Terkait dengan hal tersebut peneliti melakukan dialog dengan guru matematika MTs
Alkhairaat Pusat Palu. Berdasarkan hasil dialog diperoleh informasi bahwa pembelajaran
cenderung didominasi oleh guru. Sehingga siswa kurang mendapat kesempatan untuk

Apsah Ude, Wayan Sukayasa, dan Tegoeh S. Karniman, Penerapan Model … 99
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Peneliti juga memperoleh informasi tentang
kesulitan siswa dalam mempelajari geometri. Satu diantara kesulitan siswa dalam
mempelajari geometri adalah siswa masih sulit membedakan unsur-unsur kubus dan balok
yaitu sisi, rusuk, titik sudut, diagonal sisi, diagonal ruang, dan bidang diagonal.
Menindaklanjuti hasil dialog dengan guru, peneliti melakukan tes identifikasi. Satu diantara
soal yang diberikan yaitu:
Diberikan kubus ABCD.EFGH tentukan semua:
a. sisi
ANTI01
b. titik sudut
c. rusuk

ANTI04
d. diagonal ruang
e. diagonal sisi
ANTI06
f. bidang diagonal
Gambar 1. Soal tes identifikasi

ANTI02
ANTI03

ANTI05
Gambar 2. Jawaban AN

Jawaban siswa terhadap tes identifikasi dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri
kesalahan yang hampir sama. Satu diantara kelompok jawaban siswa terhadap tes
identifikasi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2. Siswa AN menuliskan sisi = ABCD,
EFGH (ANTI01). Selanjutnya titik sudut = AD, HD, CD (ANTI02), rusuk = AE, FB, GC,
AB, BC, EF, HG (ANTI03). Kemudian diagonal bidang = ada 12 (ANTI04), diagonal
ruang = GA, EB, HB, FA (ANTI05) dan bidang diagonal = HF, FB, BD, DH (ANTI06).
Siswa AN sudah bisa menuliskan dua sisi dari kubus hanya saja tidak lengkap karena tidak

menuliskan keempat sisi yang lainnya yaitu: ABEF, CDGH, BCFG, ADEH (ANTI01).
Jawaban siswa AN juga tidak lengkap dalam menuliskan rusuk, karena tidak menuliskan
rusuk FG, CD, DH, AD, EH (ANTI03). Selanjutnya jawaban siswa AN dalam menuliskan
titik sudut masih salah (ANTI02). Siswa AN tidak menuliskan titik sudut melainkan
menuliskan rusuk, seharusnya siswa AN menjawab A, B, C, D, E, F, G, dan H. Siswa AN
juga tidak menuliskan semua diagonal bidang yang diminta melainkan hanya menuliskan
bahwa diagonal bidang ada 12 (ANTI04). Seharusnya siswa AN menjawab diagonal
bidang: AC, BD, EG, FH, AF, BE, CH, DG, BG, CF, AH, dan DE. Kemudian jawaban
siswa AN dalam menuliskan dua diagonal ruang sudah benar, tetapi siswa AN salah karena
menuliskan EB dan FA sebagai diagonal ruang (ANTI05). Seharusnya siswa AN menjawab
diagonal ruang: AG, CE, HB, dan DF. Sedangkan jawaban siswa AN dalam menuliskan
bidang diagonal salah karena menuliskan rusuk dan diagonal sisi sebagai bidang diagonal
(ANTI06). Seharusnya siswa AN menuliskan bidang diagonal: ABGH, CDEF, BCEH,
ADFG, dan AECG.
Berdasarkan permasalahan siswa kelas VIII di MTs Alkhairaat Pusat Palu yang
diperoleh dari hasil pengamatan, hasil dialog dengan guru bidang studi matematika dan
hasil tes identifikasi masalah, peneliti berasumsi bahwa siswa kurang memahami materi
unsur-unsur kubus dan balok. Selain itu diperoleh informasi bahwa kegiatan belajar
mengajar di kelas masih didominasi oleh guru, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan
untuk mengkonstruksi pemahamannya dan mengemukakan pendapatnya ataupun bertanya

masalah yang kurang dipahaminya. Hal ini menyebabkan siswa tidak belajar secara
bermakna, sehingga siswa cepat lupa dengan materi yang telah dipelajarinya. Masalah
tersebut dapat teratasi dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
Menurut Thohari (2010), model pembelajaran Van Hiele adalah satu diantara
pembelajaran yang cocok digunakan pada materi geometri karena selain memberikan

100 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, model
pembelajaran Van Hiele juga dapat merespon kebutuhan semua siswa yang mungkin
bervariasi dalam tingkat berpikir dan kemampuan geometrinya.
Menurut Safrina (2014) model pembelajaran Van Hiele adalah pembelajaran yang
memperhatikan tahap berpikir peserta didik, serta memiliki fase-fase yang terstruktur di
dalam penerapannya. Van Hiele mengajukan pembelajaran yang melibatkan lima fase
untuk meningkatkan satu tahap berpikir ke tahap berpikir yang lebih tinggi, yaitu: a) fase
informasi yang bertujuan agar guru dapat mempelajari pengetahuan awal apa yang dimiliki
siswa tentang topik yang dipelajari dan siswa mempelajari arah studi selanjutnya yang akan
diambil, b) orientasi terarah yang bertujuan merangsang siswa secara aktif untuk

mengeksplorasi objek-objek untuk mendapatkan hubungan prinsip dari hubungan yang
sudah terbentuk, guru hanya mengarahkan siswa, c) penegasan yaitu guru mengenalkan
terminologi tentang geometri dan mewajibkan siswa untuk menggunakannya dalam
percakapan dan dalam mengerjakan tugas, d) orientasi bebas guru menyediakan tugas yang
dapat dilengkapi siswa dengan cara yang berbeda dan membuat siswa menjadi lebih cakap
dengan pengetahuan geometri yang sudah diketahui sebelumnya, dan e) integrasi
pembelajaran dirancang untuk membuat ringkasan dari apa yang telah dipelajari. Hasil
penelitian Susanti (2011) menyimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Van
Hiele dengan alat peraga efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik
pada materi pokok bangun ruang sisi datar kelas VIII MTs Darussalam Kroya. Selanjutnya
Sari (2014) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Van Hiele dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami sifat-sifat serta unsur-unsur balok dan
prisma di SMP Negeri 1 Biromaru.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penerapan model
pembelajaran Van Hiele yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada kubus dan balok
di kelas VIII MTs Alkhairaat Pusat Palu?
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian
ini mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart (2013) yang terdiri atas 4 komponen
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas

VIII MTs Alkhairaat Pusat Palu yang terdaftar pada tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah
25 orang siswa perempuan, dipilih tiga orang siswa sebagai informan dengan karakteristik
informan yaitu AP berkemampuan rendah, MU berkemampuan sedang, dan NJ
berkemampuan tinggi.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, catatan
lapangan, dan tes. Analisis data dilakukan dengan mengacu pada analisis data kualitatif
model Miles dan Huberman (1992) yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Keberhasilan tindakan dapat diketahui dari aktivitas guru dalam mengelolah
pembelajaran di dalam kelas, aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Van Hiele melalui lembar observasi dianalisis minimal
berkategori baik. Kriteria keberhasilan pada siklus I yaitu siswa dapat menentukan unsurunsur kubus dan balok. Sedangkan pada siklus II yaitu siswa dapat membuat jaring-jaring
kubus dan balok serta menemukan luas permukaan kubus dan balok.

Apsah Ude, Wayan Sukayasa, dan Tegoeh S. Karniman, Penerapan Model … 101
HASIL PENELITIAN
Peneliti melakukan tes awal tentang materi prasyarat yaitu bangun datar dan jenis-jenis
bangun ruang. Berdasarkan hasil analisis tes awal diperoleh informasi bahwa dari 25 siswa
yang mengikuti tes, terdapat 23 siswa yang tidak tuntas. Umumnya siswa salah dalam
mengelompokkan bangun ruang. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman siswa mengenai
materi prasyarat yang diberikan masih rendah. Oleh karena itu sebelum masuk ke tahap

pelaksanaan tindakan peneliti bersama siswa membahas kembali soal-soal pada tes awal.
Tujuan tes awal yaitu untuk mengetahui kemampuan prasyarat yang dimiliki siswa dan sebagai
acuan untuk membentuk kelompok belajar yang heterogen dalam pelaksanaan penelitian.
Penelitian ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama siklus I dilaksanakan dengan menerapan model pembelajaran Van Hiele
pada materi unsur-unsur kubus dan balok. Sedangkan pertemuan pertama siklus II dilaksanakan
dengan menerapan model pembelajaran Van Hiele pada materi jaring-jaring kubus dan balok
serta menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok. Pelaksanaan tes akhir tindakan
dilakukan pada pertemuan kedua untuk setiap siklus. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan
dalam tiga tahap yaitu: 1) kegiatan awal, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan penutup.
Kegiatan awal pada setiap siklus yaitu peneliti memulai pembelajaran dengan
mengucapkan salam, mengajak siswa untuk berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Siswa
yang hadir pada pertemuan pertama setiap siklus yaitu sebanyak 25 siswa. Selanjutnya
peneliti menyampaikan materi yang akan dipelajari. Materi yang dipelajari pada siklus I yaitu
unsur-unsur kubus dan balok. Sedangkan pada siklus II mengenai materi jaring-jaring serta luas
permukaan kubus dan balok. Selanjutnya peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai. Tujuan pembelajaran pada siklus I yaitu siswa dapat menentukan unsur-unsur
kubus dan balok. Sedangkan tujuan pembelajaran pada siklus II yaitu 1) siswa dapat
membuat jaring-jaring kubus dan balok, 2) siswa dapat menemukan rumus luas permukaan
kubus dan balok. Setelah tujuan pembelajaran disampaikan, siswa menjadi tahu tujuan dari

kegiatan pembelajaran dan terarah dalam belajar.
Setelah itu peneliti melakukan apersepsi dengan mengingatkan kembali pengetahuan
prasyarat siswa. Materi prasyarat pada siklus I yaitu jenis-jenis bangun ruang. Sedangkan
materi prasyarat pada siklus II yaitu unsur-unsur beserta sifat-sifat kubus dan balok. Hasil
yang diperoleh setelah siswa diberikan apersepsi yaitu siswa menjadi ingat kembali dan
lebih memahami materi prasyarat sebelum mempelajari materi selanjutnya. Kemudian
peneliti memberikan motivasi kepada siswa agar siswa bersemangat dalam pembelajaran.
Motivasi yang diberikan pada siklus I yaitu menyampaikan manfaat mempelajari materi
unsur-unsur kubus dan balok. Satu diantara manfaatnya yaitu dengan memahami konsep
unsur-unsur kubus dan balok, siswa dapat menggambar atau merancang suatu bangunan
dengan benar. Contohnya pada pembuatan ruang kelas, untuk membuat ruang kelas maka
siswa terlebih dahulu harus mengetahui unsur-unsur ruang kelas yang akan dibuat tersebut.
Sedangkan pada siklus II peneliti menyampaikan manfaat mempelajari jaring-jaring kubus
dan balok dalam kehidupan sehari-hari misalnya siswa ingin membuat kotak kado dari
karton yang berbentuk balok, maka dengan mengetahui cara membuat jaring-jaring balok
siswa dengan mudah membuat kotak kado tersebut. Setelah siswa mengetahui manfaatnya,
siswa menjadi termotivasi dan bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
Langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan inti yaitu: menerapkan fase-fase model
pembelajaran Van Hiele yang terdiri atas 1) informasi, 2) orientasi terarah, 3) penegasan, 4)
orientasi bebas, dan 5) integrasi. Kegiatan yang dilakukan pada fase informasi yaitu peneliti

menjelaskan tentang fase-fase model pembelajaran Van Hiele yang diterapkan dalam

102 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

pembelajaran. Reaksi siswa pada siklus I adalah siswa masih kebingungan karena model
pembelajaran Van Hiele merupakan model pembelajaran yang baru bagi mereka. Sedangkan
pada siklus II siswa sudah memahami model pembelajaran yang diterapkan.
Aktivitas pada fase orientasi terarah yaitu peneliti mengarahkan siswa untuk
membentuk kelompok belajar. Kelompok yang terbentuk sebanyak enam kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang. Selanjutnya peneliti memberikan penjelasan mengenai LKS dan
menekankan kepada siswa agar terlibat aktif dalam kelompoknya. Selama proses pengerjaan
LKS berlangsung pada siklus I, peneliti memantau seluruh siswa dan menjadi fasilitator bagi
siswa jika mengalami kesulitan. Sebagian siswa mengalami kesulitan sehingga peneliti
membantu siswa dalam mengerjakan LKS dengan cara memberikan contoh unsur-unsur yang
ada pada kubus. Sedangkan pada siklus II, siswa memahami permasalahan yang disajikan
dalam LKS tentang materi jaring-jaring kubus dan balok serta menemukan rumus luas
permukaan kubus dan balok. Kondisi siswa menunjukkan kerjasama yang baik dalam
kelompok dan berani bertanya kepada peneliti.
Kegiatan yang dilakukan pada fase penegasan yaitu peneliti meminta masing-masing

perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Selanjutnya
peneliti mengajak siswa untuk mengungkapkan ide-idenya dengan menggunakan bahasa
mereka dan mendiskusikan jawaban yang telah dipresentasikan. Capaian siswa pada fase
penegasan yaitu siswa secara aktif mengungkapkan ide-idenya melalui diskusi kelompok.
Aktivitas pada fase orientasi bebas yakni peneliti memberikan tes individu kepada
seluruh siswa dan mengawasi agar mereka tetap aktif mengerjakan soal masing-masing.
Selama proses pengerjaan tes individu berlangsung peneliti memantau seluruh siswa dan
menjadi fasilitator bagi siswa jika mengalami kesulitan. Siswa memperoleh pengalaman
langsung dalam menyelesaikan soal secara mandiri.
Kegiatan pada fase integrasi yaitu peneliti mengajak siswa membuat rangkuman
secara tertulis. Selanjutnya dengan bimbingan peneliti bersama-sama menyimpulkan
mengenai materi yang telah dipelajari. Peneliti membimbing siswa menyimpulkan materi
tentang unsur-unsur kubus dan balok pada siklus I. Selanjutnya siklus II peneliti membimbing siswa menyimpulkan materi tentang jaring-jaring serta rumus luas permukaan
kubus dan balok. Kondisi siswa pada fase integrasi yaitu siswa mampu menyimpulkan
materi yang telah dipelajari.
Pertemuan kedua dari setiap siklus, peneliti memberikan tes akhir tindakan. Hasil tes
yang diperoleh pada siklus I yaitu dari 24 siswa yang mengikuti tes, 15 siswa tuntas dan 9
siswa tidak tuntas. Tes akhir tindakan pada siklus I terdiri atas 4 nomor soal. Satu diantara
soal yang di berikan adalah sebagai berikut:
Pada gambar kubus di samping tuliskan yang termasuk:
a. Rusuk
e. Bidang diagonal
b. Sisi
f. Diagonal ruang
c. titik sudut
d. Diagonal bidang
Gambar 3. Soal tes akhir siklus 1
Hasil tes akhir tindakan siklus I menunjukkan bahwa umumnya siswa dapat
menyelesaikan soal unsur-unsur kubus dan balok. Terdapat siswa yang melakukan
kesalahan pada soal nomor 2, satu diantaranya yaitu siswa MU. Jawaban siswa MU tersebut
ditampilkan pada Gambar 4.

Apsah Ude, Wayan Sukayasa, dan Tegoeh S. Karniman, Penerapan Model … 103
MUTS102

MUTS101

MUTS104

MUTS103

MUTS106

MUTS105
Gambar 4. Jawaban MU

Gambar 4 menunjukkan bahwa siswa MU menuliskan sisi = ABCD, BCFG, EFGH,
ADEH, DCHG (MUTS101), rusuk = AB, BC, CD, DA, AE, EF, FG, GH, HE (MUTS102),
titik sudut = A, B, C, D, E, F, G,H, (MUTS103), diagonal ruang = AC, DF, CE, AG,
GE,BH (MUTS104). Selanjutnya diagonal bidang = AC, BD, AF, BE, BG, HG, CF, ED, HA,
GD, HC, FA (MUTS105) dan bidang diagonal = ABGE, DCFH, EFGA, CDEG (MUTS106).
Jawaban siswa MU sudah benar dalam menuliskan sisi, titik sudut, diagonal bidang dan bidang
diagonal (MUTS101), (MUTS103), (MUTS105), (MUTS106). Tapi jawaban siswa MU tidak
lengkap dalam menuliskan rusuk dari balok karena hanya menuliskan 9 rusuk dari 12 rusuk
balok (MUTS102). Sedangkan jawaban siswa MU sudah benar dalam menuliskan diagonal
ruang hanya saja jawabannya tidak lengkap dan jawaban siswa MU juga salah karena
menuliskan AC, DF, CE, AG sebagai diagonal ruang (MUTS104). Seharusnya siswa MU
menuliskan diagonal ruang: AG, CE, HB dan DF. Untuk memperoleh informasi lebih lanjut
tentang kesalahan siswa MU, peneliti melakukan wawancara dengan MU sebagaimana
transkrip wawancara berikut ini:
MU S1 11 P: coba lihat nomor dua bagian b) rusuk yang MU tuliskan kurang lengkap jadi
poinnya juga kurang. Sedangkan bagian d) diagonal ruang yang MU tuliskan
sudah benar, hanya saja disini (sambil menunjuk jawaban) MU juga
menuliskan kalau AC dan GE juga merupakan diagonal ruang.
MU S1 12 S: oh iya . Salah tulis itu, AC dan GE itu diagonal bidang Ustadzah
MU S1 13 P: nah apa itu diagonal ruang dan diagonal bidang?
MU S1 14 S: kalau tidak salah ingat ustadzah diagonal ruang itu ruas garis yang
menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan dalam ruang. Kalau diagonal
bidang yaitu ruas garis yang menghubungkan dua titik sudut yang berhadapan
pada bidang seperti ini (sambil menunjukkan pada gambar kubus).
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa MU diperoleh informasi bahwa siswa
MU keliru dalam menuliskan diagonal ruang (MUTS104). Kesalahan tersebut disebabkan
karena siswa kurang teliti ketika mengerjakan soal.
Hasil tes akhir tindakan siklus II yaitu dari 25 siswa yang mengikuti tes, 20 siswa
tuntas dan 5 siswa lainnya tidak tuntas. Tes yang diberikan terdiri atas 4 nomor, satu di
antara soal yang diberikan yaitu:

104 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Hitunglah luas permukaan kubus pada Gambar 4
NJTS201
NJTS202
NJTS205
NJTS203
NJTS206
NJTS204
Gambar 4. Kubus

Gambar 5. Jawaban siswa NJ

Gambar 5 menunjukkan bahwa siswa NJ menuliskan yang diketahui
(NJTS201). Kemudian menuliskan yang ditanyakan yaitu luas permukaan kubus
(NJTS202). Selanjutnya siswa NJ menuliskan
(NJTS203) kemudian
(NJTS205), sehingga hasil akhirnya
(NJTS204) dan diperoleh
(NJTS206). Siswa NJ sudah benar dalam menuliskan yang diketahui, ditanyakan, rumus
luas permukaan kubus, dan pengoperasian aljabarnya (NJTS201), (NJTS202), (NJTS203),
(NJTS204), (NJTS205). Hanya saja jawaban siswa NJ tidak lengkap karena tidak
menuliskan satuan dari luas permukaan kubus (NJTS206), seharusnya siswa NJ menuliskan
. Hasil analisis tes akhir tindakan siklus II menunjukkan ada beberapa siswa tidak
menuliskan satuan dari luas permukaan kubus (NJTS206). Untuk memperoleh informasi
lebih lanjut tentang kesalahan siswa NJ, peneliti melakukan wawancara dengan siswa NJ
sebagaimana transkrip wawancara berikut:
NJ S2 07 P : ustadzah lihat jawabanmu sudah benar semua. Hanya saja kamu tidak
menuliskan kesimpulannya dan tidak menuliskan satuannya pada soal
menghitung luas permukaan kubus dan balok sehingga poinnya kurang
NJ S2 08 S : iya ustadzah saya kira tidak perlu lagi dituliskan kesimpulannya, terus kalau
satuannya itu saya lupa tapi terakhirnya saya tulis ko ustadzah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa NJ diperoleh informasi bahwa siswa NJ
sudah dapat menuliskan dengan lengkap apa yang diketahui dan ditanyakan, sudah dapat
menuliskan rumus luas permukaan kubus dan menyelesaikannya dengan benar, namun
siswa lupa menuliskan satuannya.
Aspek-aspek yang diamati terhadap aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran
menggunakan lembar observasi, yaitu: 1) guru membuka pembelajaran dengan memberi
salam, mengajak siswa untuk berdoa bersama sebelum belajar, 2) guru mengecek kehadiran
dan kesiapan belajar siswa, 3) guru memberikan informasi tentang materi yang akan
dipelajari dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, 4) guru memberi
apersepsi kepada siswa, 5) guru memberikan motivasi kepada siswa, 6) guru menggali
pengetahuan awal siswa dan mengamati dengan seksama jawaban yang diberikan siswa, 7)
guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok belajar yang telah ditentukan dan
membagikan LKS, 8) guru memberikan penjelasan secukupnya mengenai LKS serta
membantu siswa jika mengalami kesulitan dalam mengerjakannya, 9) memilih perwakilan
dua dari 6 kelompok untuk menunjukkan hasil diskusi kelompoknya dan memberikan
kesempatan yang sama kepada kelompok lain untuk menanggapi, 10) memberikan
kesempatan kepada siswa agar mau mengungkapkan ide-ide mereka dengan menggunakan
bahasanya sendiri, serta membantu siswa menggunakan bahasa yang baku, 11) memberikan
pujian kepada siswa yang mampu mengungkapkan ide-idenya dengan bahasa yang baku,
12) guru memberikan tugas individu dan memberikan bantuan jika siswa mengalami

Apsah Ude, Wayan Sukayasa, dan Tegoeh S. Karniman, Penerapan Model … 105
kesulitan, 13) guru mengarahkan siswa membuat rangkuman mengenai materi yang telah
dipelajari, 14) menutup pembelajaran dan memberikan tugas (PR) kepada siswa, 15)
efektivitas pengelolaan waktu dan 16) penampilan guru dalam proses pembelajaran. Hasil
yang diperoleh pada siklus I, aspek 1, 2, 3, 7 berkategori sangat baik dan aspek 4, 6, 8, 9,
11, 12, 13, 14 dan16 berkategori baik. Sedangkan aspek aspek 5, 10 dan 15 berkategori
kurang. Aspek yang berkategori kurang menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk
diperbaiki pada siklus II. Sehingga hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami perbaikan
yaitu aspek 1, 2, 3, 4, 7, 12, 13, dan berkategori sangat baik dan aspek 5, 6, 8, 9, 10,11, 14,
15 dan 16 berkategori baik.
Aspek-aspek yang diamati pada lembar observasi aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran adalah 1) menjawab salam dan berdoa bersama sebelum belajar, 2) siswa
menyiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran, 3) menyimak tujuan pembelajaran, 4)
siswa menyimak dan memberi tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan oleh guru
yang berkaitan dengan materi prasyarat, 5) siswa mendengarkan motivasi mengenai
manfaat mempelajari unsur-unsur kubus dan balok yang diberikan guru, 6) siswa
memperhatikan bangun-bangun ruang yang diperlihatkan oleh guru dan memberikan
jawaban atas pertanyaan yang diberikan guru, 7) siswa membentuk kelompok dan
menerima LKS yang dibagikan, 8) siswa memperhatikan penjelasan yang diberikan oleh
guru dan menanyakan kepada guru jika ada hal-hal yang belum dipahami, 9) siswa yang
ditunjuk sebagai perwakilan kelompok, mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, 10)
siswa mengungkapkan ide-idenya tentang unsur-unsur kubus dan balok dengan bahasanya
sendiri, dan mencoba menggunakan bahasa yang baku dengan bantuan guru, 11) siswa
mendapatkan penghargaan bila mampu mengungkapkan ide-idenya dengan menggunakan
bahasa yang baku, 12) masing-masing siswa mengerjakan tugas individu dan menanyakan
kepada guru apabila mengalami kesulitan, 13) siswa membuat rangkuman tentang unsur-unsur
kubus dan balok, 14) siswa mengumpulkan tugas yang telah dikerjakan, 15) antusias siswa dan
16) Interaksi siswa dalam kelompok. Aspek yang diperoleh pada siklus I, aspek 1, 2, 3, 4, 5
berkategori sangat baik dan aspek 6, 7, 13, 14 berkategori baik. Sedangkan aspek berkategori
cukup 8, 9, 11, 12, 16 dan aspek 10 dan 15 berkategori kurang. Aspek yang berkategori
kurang menjadi bahan refleksi bagi peneliti untuk diperbaiki pada siklus II. Sehingga hasil
yang diperoleh pada siklus II mengalami perbaikan yaitu aspek 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 13
berkategori sangat baik dan aspek 6, 8, 9, 10, 11,12, 14, 15 dan 16 berkategori baik. Hasil
belajar yang diperoleh siswa kelas VIII MTs Alkhairaat Pusat Palu menunjukkan
peningkatan dengan menerapkan model pembelajaran Van Hiele. Peningkatan hasil belajar
siswa dapat dilihat dari peningkatan nilai siklus I ke siklus II yaitu dari 69,5% ke 80%.
PEMBAHASAN
Sebelum pelaksanaan tindakan, peneliti memberikan tes awal kepada siswa yang
bertujuan untuk mengetahui pengetahuan prasyarat siswa. Hasil tes awal juga digunakan
sebagai pedoman dalam pembentukan kelompok belajar yang heterogen. Hal ini sesuai
dengan pendapat Paloloang (2014), bahwa pemberian tes awal sebelum pelaksanaan
tindakan bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa pada materi prasyarat dan sebagai
pedoman dalam pembentukan kelompok belajar yang heterogen. Pelaksanaan tindakan
pada pembelajaran siklus I dan siklus II mengikuti fase-fase model pembelajaran Van Hiele
yaitu 1) informasi, 2) orientasi terarah, 3) penjelasan, 4) orientasi bebas, dan 5) integrasi.
Peneliti membuka pembelajaran pada kegiatan pendahuluan dengan mengucapkan
salam, mengajak siswa untuk berdoa, mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa

106 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

untuk belajar. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menarik perhatian siswa di awal
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Amrullah (2014) yang menyatakan bahwa
kegiatan guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam, mengajak siswa untuk
berdoa bersama, mengecek kehadiran siswa dan menyiapkan siswa untuk belajar dapat
menarik perhatian siswa di awal pembelajaran. Setelah itu peneliti menyampaikan materi
yang dipelajari dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Siswa dapat mengetahui materi
yang dipelajari dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai sehingga siswa terarah dalam
belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawiradilaga (2009) bahwa menyampaikan materi
dan menjelaskan tujuan pembelajaran sangat diperlukan karena siswa akan terarah dalam
mengikuti pembelajaran.
Peneliti memotivasi siswa untuk bersemangat dalam pembelajaran dengan
menyampaikan manfaat mempelajari jaring-jaring kubus dan balok. Setelah siswa mengetahui
manfaatnya, siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wijayanti (2010) bahwa satu diantara cara guru guna membangkitkan
motivasi belajar siswa adalah dengan menyampaikan manfaat dari materi yang dipelajari.
Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan mengingatkan materi prasyarat kepada
siswa. Siswa dapat mengingat kembali dan memahami materi prasyarat sebelum
mempelajari materi luas permukaan kubus dan balok. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hudojo (1990) yang menyatakan bahwa sebelum mempelajari konsep B, seseorang perlu
memahami lebih dulu konsep A yang mendasari konsep B. Sebab tanpa memahami konsep
A, tidak mungkin orang itu memahami konsep B.
Kegiatan inti diawali dengan pelaksanaan fase informasi yaitu peneliti menjelaskan
secara singkat materi yang akan dipelajari. Selain itu peneliti juga menyampaikan informasi
tentang model pembelajaran Van Hiele, sehingga siswa mengetahui fase-fase pembelajaran
yang diterapkan dan siswa lebih tertarik mengikuti pembelajaran.
Aktivitas yang dilakukan pada fase orientasi terarah yaitu peneliti mengelompokkan
siswa dalam 5 kelompok belajar yang heterogen berdasarkan kemampuan awal siswa. Hal
ini sejalan dengan pendapat Susiana (2010) bahwa kelompok kecil yang dibentuk
merupakan kelompok yang heterogen, agar timbul interaksi antara siswa sehingga siswa
dapat saling bertukar informasi. Selanjutnya peneliti membagikan LKS kepada siswa untuk
dikerjakan secara berkelompok. LKS yang dikerjakan siswa akan menuntun mereka untuk
melakukan eksplorasi terhadap jaring-jaring kubus dan balok sehingga memperoleh konsep
menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok. Hal ini sejalan dengan pendapat Safrina
(2014) bahwa LKS yang disusun sedemikian sehingga siswa secara aktif dirangsang
mengeksplorasi objek-objek kajiannya untuk menemukan konsep materi yang dipelajari.
Kegiatan yang dilakukan pada fase penegasan yaitu peneliti memilih perwakilan tiap
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, sedangkan kelompok lain
bertanya atau menanggapi jawaban yang telah dipresentasikan sehingga hal yang
dipelajarinya lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmawati (2013) yang
menyatakan bahwa dalam pembelajaran matematika siswa perlu dibiasakan untuk memberikan
argumen atas jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang
lain, sehingga apa yang dipelajarinya menjadi bermakna bagi siswa.
Selanjutnya pada fase orientasi bebas peneliti memberikan tugas individu kepada
siswa serta berkeliling untuk memantau dan memberikan bimbingan kepada siswa yang
mengalami kesulitan. Bimbingan tersebut berupa petunjuk sederhana agar siswa dapat
menyelesaikan soal dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwaningsih (2014)
bahwa guru sebagai fasilitator membimbing siswa yang mengalami kesulitan dan
bimbingan yang diberikan guru hanya sebagai petunjuk agar siswa bekerja lebih terarah.

Apsah Ude, Wayan Sukayasa, dan Tegoeh S. Karniman, Penerapan Model … 107
Sedangkan pada fase integrasi peneliti bersama siswa menyimpulkan materi yang
telah dipelajari pada siklus I tentang unsur-unsur kubus dan balok, sedangkan pada siklus II
tentang jaring-jaring serta rumus luas permukaan kubus dan balok. Hal ini sesuai dengan
pendapat Barlian (2013) yang menyatakan bahwa guru bersama-sama dengan siswa
membuat kesimpulan pelajaran pada akhir pembelajaran.
Berdasarkan hasil tes akhir tindakan siklus I, terlihat bahwa siswa sudah mampu
menyebutkan unsur-unsur kubus dan balok. Namun masih ada siswa yang melakukan
kesalahan. Kesalahan tersebut yaitu siswa menuliskan diagonal sisi sebagai diagonal ruang,
hal ini disebabkan karena siswa kurang teliti dalam menyelesaikan soal. Tetapi secara
umum siswa dapat menjawab soal dengan benar. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa
dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan unsur-unsur kubus dan balok dengan
benar yang berarti bahwa siswa telah memenuhi indikator keberhasilan tindakan pada
pembelajaran siklus I.
Selanjutnya pada tes akhir tindakan siklus II, menunjukkan bahwa siswa dapat
membuat jaring-jaring serta dapat menggunakan rumus luas permukaan kubus dan balok
dan siswa dapat menyelesaikan soal dengan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa
dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan jaring-jaring serta luas permukaan
kubus dan balok dengan benar yang berarti bahwa siswa telah memenuhi indikator
keberhasilan tindakan pada pembelajaran siklus II. Bedasarkan hasil observasi, aktivitas
guru dalam mengelolah pembelajaran pada siklus I berkategori baik dan mengalami
peningkatan pada siklus II menjadi berkategori sangat baik. Aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran pada siklus I berkategori baik dan mengalami peningkatan pada
siklus II menjadi berkategori sangat baik. Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat
dikatakan bahwa indikator keberhasilan tindakan telah tercapai dan aktivitas belajar
mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut diperoleh melalui penerapan model
pembelajaran Van Hiele. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran Van Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya pada materi
kubus dan balok di kelas VIII MTs Alkhairaat Pusat Palu.
Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yadil
(2009) menyimpulkan bahwa skenario pembelajaran model Van Hiele yang digunakan dalam
pembelajaran pada pokok bangun-bangun segiempat dapat meningkatkan pemahaman siswa
kelas VII SMP Karuna Dipa Palu dari tahap berpikir visualisasi ke tahap berpikir analitik.
Hasil penelitian ini juga sejalan yang dilakukan oleh Susanti (2011) yang menyimpulkan
bahwa penggunaan model pembelajaran Van Hiele dengan alat peraga efektif digunakan
untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok bangun ruang sisi datar
kelas VIII MTs Darussalam Kroya. Selanjutnya Sari (2014) menyimpulkan penerapan
model pembelajaran Van Hiele dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami
sifat-sifat serta unsur-unsur balok dan prisma di SMP negeri 1 Biromaru dengan melakukan
penekanan pada tahap sebagai berikut: informasi, orientasi terarah, penjelasan, orientasi
bebas, dan integrasi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran Van Hiele dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi kubus dan balok di Kelas VIII MTs Alkhairaat Pusat Palu mengikuti fase-fase model
pembelajaran Van Hiele yaitu: 1) fase informasi, 2) fase orientasi terarah, 3) fase
penegasan, 4) fase orientasi bebas, dan 5) fase integrasi

108 AKSIOMA Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 5, No. 3, Desember 2016
Disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika ke-4 Universitas Tadulako, 4 Desember 2016

Aktivitas yang dilakukan pada fase informasi yaitu peneliti menjelaskan mengenai
model pembelajaran Van Hiele yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran. Kegiatan
yang dilakukan pada fase orientasi terarah yaitu peneliti membagi siswa ke dalam enam
kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang. Tiap kelompok yang telah dibentuk
diberikan LKS untuk dikerjakan secara berkelompok. Selanjutnya kegiatan yang dilakukan
pada fase penegasan yaitu peneliti meminta perwakilan tiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan mengajak kelompok lain untuk bertanya
atau menanggapi. Kegiatan yang dilakukan pada fase orientasi bebas yaitu memberikan
tugas kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Sedangkan aktivitas yang dilakukan
pada fase integrasi yaitu peneliti mengajak siswa membuat rangkuman mengenai materi
yang telah dipelajari.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan, maka hendaknya model pembelajaran Van Hiele dapat
menjadi bahan pertimbangan bagi guru sebagai alternatif dalam meningkatkan hasil belajar
siswa dan dalam penerapannya sebaiknya guru memanfaatkan waktu secara efisien. Bagi
peneliti lain yang ingin mencoba menerapkan model pembelajaran Van Hiele, sebaiknya
berikan sedikit modifikasi agar lebih menarik minat siswa untuk mengikuti pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, A. L. (2014). Penerapan Pendekatan Realistic Mathematics Education untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Soal Cerita Tentang Himpunan
di Kelas VII MTsN Palu Barat. Jurnal Electronic Pendidikan Matematika
Tadulako. [Online]. Vol. 2(1), 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.untad.ac.id/
jurnal/idex.php/JEPMT/article/downdload/3226/2281. [18 September 2016].
Barlian, I. (2013). Begitu Pentingkah Strategi Belajar Mengajar Bagi Guru?. Jurnal Forum
Sosial. [Online]. Vol. 6(1), 6 halaman. Tersedia: http://eprints.unsri.ac.id/228/2/ isi.pdf.
[17 September 2016].
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Hamalik, O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hudojo, H. (1990). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Kemmis, S dan Mc. Taggart, R. (2013). The Action Research Planner: Doing Critical
Participatory Action Research. Singapore: Springer Sience [Online]. Tersedia:
https://books.google.co.id/books?id=GB3IBAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kem
mis+and+mctaggart&hl=en&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=kemmis%20and%20
mctaggart&f=false. [23 September2016].
Miles, M.B dan Huberman, A.M. (1992). Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Terjemahan Oleh Tjepjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press.
Paloloang, F. B. (2014). Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Panjang Garis Singgung Persekutuan Dua
Lingkaran di Kelas VIII SMP Negeri 19 Palu. Jurnal Elektronik Pendidikan

Apsah Ude, Wayan Sukayasa, dan Tegoeh S. Karniman, Penerapan Model … 109
Matematika Tadulako. [Online]. Vol 02 (01), 11 halaman. Tersedia: http://jurnal.
untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/view/3232/2287. [30 September 2016].
Purwatiningsih. S. (2014). Penerapan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Luas Permukaan dan Volume Balok di Kelas VIII
SMP Negeri 12 Palu. Skripsi tidak diterbitkan. Palu FKIP Universitas Tadulako.
Prawiradilaga, D. S. (2009). Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Rahmawati, F. (2013). Pengaruh Pendekatan Pendidikan Realistik Matematika dalam
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
FMIPA Unila. [Online]. Vol.1(1),14 halaman. Tersedia: http://journal.fmipa.UnIla.
ac.id/.index.php/semirata/article/view/882/701. [15 September 2016].
Safrina, K., Ikhsan, M., dan Ahmad, A. (2014). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah
Geometri melalui Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori Van Hiele. Jurnal Didaktik
Matematika.
[Online],
Vol.
1(1),
11
halaman.
Tersedia:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=157641&5828&title=Peningkatan
%Kemampuan%20Pemecahan%20Masalah%20Geometri%20melalui%20Pembelajara
n%20Kooperatif%20Berbasis%20Teori%20Van%20Hiele. [21 Oktober 2015].
Sari. DN. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele untuk Meningkatkan
Kemampuan Siswa dalam Memahami Sifat-sifat Serta Unsur-unsur Balok dan
Prisma di Kelas VIIIA SMP Negeri 1 Biromaru. Skripsi tidak diterbitkan. Palu FKIP
Universitas Tadulako.
Susanti, W. (2011). Efektivitas Model PembelajaranVan Hiele dengan Alat Peraga untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi
Datar di Kelas VIII Mts Darussalam Kroya Tahun Pelajaran 2010/2011. [Online].
Skripsi. Tersedia: http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/131/ jtptiaingdlwiwisusant-6544-1-wiwisus-i.pdf. [26 Oktober 2015]
Susiana, E. (2010). IDEAL Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal
Matematika Kreatif Inovatif. [Online].Vol.1(2),10 halaman. Tersedia: http://journal.
unnes.ac.id/nju/index.php/kreano/article/view/1491/1615. [16 Agustus 2016].
Thohari, K. (2010). Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Geometri dengan Teori Van
Hiele.[Online]. Tersedia:http://4shared.com/office/Ju7sr6f1/khaim_Thohari_Van hiele.
Html. [13 November 2015].
Wijayanti, W. (2010). Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika
Siswa SMA Negeri 1 Godean. Skripsi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
[Online].,Tersedia:http://eprints.uny.ac.id/2265/1/WahyuWijayanti06301244078.
[25 Oktober 2016].
Yadil, M. N. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Van Hiele untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa SMP Karunadipa Palu Terhadap Konsep Bangun-bangun
Segiempat. [Online]. ISBN:978-979-163553-3-2. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/
7015/1/PI-MF.Nur.Yadil.pdf. [25 Oktober 2015].

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERKALIAN BENTUK ALJABAR DI SMP ALKHAIRAAT 1 PALU | Fatmawati | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 7984 26243 1 PB

0 1 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME DARI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 18 PALU | Muzdalivah | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8632 28316 1 PB

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI PENERAPAN HIMPUNAN DI KELAS VII MTs. ALKHAIRAAT PUSAT PALU | Puspita | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8623 28278 1

0 2 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 13 PALU | Nuraisyah | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8629 28302 1 PB

1 2 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HUBUNGAN GARIS DAN SUDUT DI KELAS VII SMP-IT QURROTA A’YUN PALU | Fadillah | AKSIOMA : Jurnal Pendidikan Matematika 8637 28336 1 PB

0 0 16

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI KELAS VIII A SMP NEGERI 17 PALU PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK | Chairani | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8894 29205 1 PB

0 0 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELILING DAN LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG DI KELAS VII SMP NEGERI 12 PALU | Mika | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 7221 24032 1 PB

0 1 12

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME BALOK DI MTs. ALKHAIRAAT TONDO | Kolin | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8295 27203 1 PB

0 0 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 16 PALU | Khaeri | Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako 8306 27243 1 PB

0 3 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELILING DAN LUAS SEGITIGA DI KELAS VIIC MTS ALKHAIRAAT TONDO

0 0 14