Rata-Rata Hari Pemasangan Infus dalam Terjadinya Flebitis pada Pasien yang Dipasang Infus di RSUP H. Adam Malik Medan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pemberian cairan intravena merupakan pemberian cairan melalui alat
intravena untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, obat-obatan,
pemantauan hemodinamik, serta mempertahankan fungsi jantung dan ginjal
(Schaffer, dkk, 2000). Pasien yang mendapat cairan intravena di rumah sakit
mencapai 50% dari total seluruh pasien yang dirawat setiap tahunnya (Schaffer,
dkk, 2000).
Penggunaan alat intravaskuler banyak menimbulkan komplikasi lokal
maupun sistemik (Smeltzer & Bare, 2001). Kondisi yang sering ditemukan adalah
flebitis. Flebitis merupakan daerah bengkak, kemerahan, panas, dan nyeri pada
kulit sekitar tempat kateter intravaskular dipasang yang terjadi pada kulit bagian
luar (Tietjen, dkk, 2004). Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik
oleh iritasi kimia maupun mekanik (Smeltzer & Bare, 2001) . Insiden flebitis
banyak dijumpai seiring banyaknya pasien yang mendapatkan terapi cairan
intravena (Schaffer, dkk, 2000).
Di Indonesia belum ada angka yang pasti tentang prevalensi flebitis pada
pasien


yang

mendapat

terapi

intravena,

angka

standar

flebitis

yang

direkomendasikan oleh INS (Infusion Nurses Society) adalah 5% (INS, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Masiyati (2000) didapatkan angka kejadian flebitis
paling besar dalam waktu pemasangan infus 96-120 jam sebesar 60%. Penelitian


Universitas Sumatera Utara

Pujasari (2002) di RSCM Jakarta tepatnya di ruang rawat inap penyakit dalam,
ditemukan 11 kasus flebitis dari 109 pasien yang mendapat cairan intravena,
dengan rata-rata kejadian 2 hari setelah pemasangan dan area pemasangan di vena
metacarpal. Penelitian lain yang dilakukan oleh Fitria (2007), angka kejadian
flebitis di RSU Mokopido Tolitoli pada tahun 2006 mencapai 42,4%. Penelitian
Pasaribu (2006), angka kejadian flebitis di Rumah Sakit Haji Medan didapatkan
52 orang (52%) mengalami flebitis dari 100 orang sampel yang diteliti.
Smeltzer dan Bare (2001) mengatakan, insiden flebitis meningkat sesuai
dengan lamanya pemasangan jalur intravena, komposisi cairan atau obat yang
diinfuskan terutama pH dan tonisitasnya. Banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya flebitis, antara lain faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan,
faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi dan lama kanulasi serta agen
infeksius (Darmawan, 2008). Tietjen, dkk (2004) mengatakan, rotasi tempat setiap
72-96 jam dapat mengurangi flebitis dan set infus harus diganti jika rusak atau
secara rutin tiap 72 jam.
Kejadian flebitis bagi pasien merupakan masalah yang serius namun tidak
sampai menyebabkan kematian, tetapi banyak dampak yang nyata yaitu tingginya
biaya perawatan diakibatkan lamanya perawatan di rumah sakit serta pemenuhan

kebutuhan cairan dan elektrolit menjadi terhambat. Fungsi cairan intravena
diberikan untuk menyediakan air, elektrolit dan nutrien untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari, menggantikan air dan memperbaiki kekurangan elektrolit
dan untuk menyediakan suatu medium untuk pemberian obat secara intravena

Universitas Sumatera Utara

(Smeltzer dan Bare, 2001). Flebitis juga berakibat dapat memperlambat proses
penyembuhan pasien terhadap penyakit yang diderita pasien (Schaffer, 1996).
Flebitis dapat dicegah dengan menggunakan teknik aseptik selama
pemasangan, menggunakan ukuran kateter dan ukuran jarum yang sesuai untuk
vena, mempertimbangkan komposisi cairan dan medikasi ketika memilih daerah
penusukan akan adanya komplikasi apapun setiap jam, dan menempatkan kateter
atau jarum dengan baik (Smeltzer dan Bare, 2001).
Informasi yang didapat penulis dari bagian Pusat Pengendalian Infeksi
(PPI) berdasarkan pelaporan infeksi nosokomial di RSUP Haji Adam Malik
Medan pada tahun 2010, angka kejadian flebitis di RSUP Haji Adam Malik
Medan adalah sebanyak 146 pasien terjadi flebitis dari 38.803 pasien.
Melihat permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai rata-rata lama hari pemasangan infus dalam terjadinya flebitis pada

pasien yang dipasang infus di RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.2 Pertanyaan Penelitian
Berapa rata-rata lama hari pemasangan infus dalam terjadinya flebitis pada
pasien yang dipasang infus di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata lama hari pemasangan
infus dalam terjadinya flebitis pada pasien yang dipasang infus di RSUP Haji
Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan informasi bagi
institusi pendidikan keperawatan di bidang keperawatan medikal bedah.
1.4.2 Bagi Praktik Keperawatan
Sebagai bahan informasi tentang rata-rata lama hari pemasangan infus
dalam terjadinya flebitis pada pasien yang dipasang infus sehingga perawat dapat

melakukan perawatan terhadap pemasangan alat intravaskular sehingga tidak
menyebabkan flebitis.
1.4.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan data awal dalam mengadakan
penelitian yang terkait dengan rata-rata lama hari pemasangan infus terhadap
terjadinya flebitis pada pasien yang dipasang infus.

Universitas Sumatera Utara