Hubungan Perilaku Pengasuhan Balita Terhadap Terjadinya Diare Akut pada Balita di Kecamatan Delitua Tahun 2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Diare adalah suatu kondisi yang pernah dialami hampir semua
orang.Kondisi ini ditandai dengan perubahan konsistensi feses dari melembek
hingga cair, dan sekurang-kurangnya terjadi tiga kali dalam sehari.Menurut
Hippocrates definisi diare yaitu sebagai suatu keadaan abnormal dari frekuensi
dan kepadatan tinja.Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), diare atau
penyakit diare adalah bila tinja mengandung air lebih banyak dari normal.
Menurut World Health Organization (WHO) diare adalah buang air besar cair
lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dan lebih menitikberatkan pada konsistensi feses
dari pada menghitung frekuensi buang air besar (Sinthamurniwaty, 2006).
Diare masih menjadi masalah di dunia, diare adalah salah satu penyebab
kematian tertinggi di dunia. Dari data World Health Statistic 2013, kematian pada
anak, khususnya anak di bawah lima tahun, paling banyak disebabkan oleh
Human

immunodeficiency


syndrom/Acquired

immunodeficiency

syndrome

(HIV/AIDS) dan diare. Pada tahun 2010 tercatat kematian anak di bawah lima
tahun sebanyak 10%, angka yang cukup tinggi setelah pneumonia dan
prematuritas (World Health Statistic, 2013).
Catatan lain yang tertulis pada World Gastroenterology Organisation
Global Guidelines bahwa ada sekitar dua milliar kasus diare yang terjadi setiap
tahunnya di dunia, dan 1,9 juta diantaranya adalah diare yang terjadi pada anak di
bawah limatahun, terutama terjadi di negara berkembang. Terhitung bahwa 18%
kematian anak di bawah lima tahun atau sekitar 5000 anak berumur di bawah lima
tahun meninggal setiap harinya karena diare, dan 78% terjadi di Afrika dan Asia
Tenggara (World Gastroenterology Organisation, 2012).
Di Indonesia sendiri tercatat, insiden diare untuk seluruh kelompok
umuradalah 3,5%. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Papua,
Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah.Berdasarkan


Universitas Sumatera Utara

2

karakteristik penduduk, kelompok umur balita adalah kelompok yang paling
tinggi menderita diare.Insiden diare pada kelompok usia balita di Indonesia adalah
10,2%. Lima provinsi dengan insiden diarepada balita tertinggi adalah Aceh,
Papua, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Banten. Di Provinsi Sumatera Utara
terlaporkan ada sekitar 4% insiden diare pada tahun 2013 dan sekitar 9% pada
tahun 2007 (Riskesdas, 2013).
Untuk daerah Sumatera Utara, tahun 2012, kasus diare yang ditemukan
dan ditangani sebanyak 216.175 dari 559.001 kasus perkiraan, sehingga angka
kesakitan diare per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Angka kesakitan ini
mengalami penurunan dari tahun 2011 yaitu 19,35% dan tahun 2010 yaitu
18,73%. Penurunan angka kesakitan ini dikhawatirkan bukan karena penurunan
kasus diare, tetapi karena banyak kasus yang tidak terdata (Profil Kesehatan
Sumatera Utara, 2012).
Dari 33 kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara, penemuan dan
penanganan kasus diare tertinggi di tiga kabupaten, yaitu, Samosir (118,33%),

Nias Utara (117,66%), dan Karo (112,73%).Sedangkan di Kabupaten Deli
Serdang terdapat 26,60% kasus diare yang ditemukan dan ditangani (Profil
Kesehatan Sumatera Utara, 2012).
Data di Puskesmas Delitua tercatat kunjungan masyarakat karena diare
lumayan tinggi, untuk anak 0-5 tahun terdapat 46 orang menderita diare di bulan
Maret, 43 orang diare di bulan April, dan 21orang menderita diare di bulan Mei
(Data Puskesmas Delitua, 2014).
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya diare, beberapa pustaka
mengkerucutkannya menjadi tiga kelompok, yaitu, faktor lingkungan, faktor
individu, dan faktor penjamu.Faktor lingkungan mencakup suasana tempat
tinggal, kondisi lingkungan sekitar, dan bentuk perilaku orang-orang di
lingkungan. Faktor individu meliputi kondisi individu, baik dari segi kekebalan
tubuh dan gizi yang didapatkan.Sedangkan bakteri dan mikroorganisme penyebab
diare masuk ke dalam faktor penjamu (Adisasmito, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Rofingatul Mubasyiroh pada tahun 2007
tentang faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita yang

Universitas Sumatera Utara

3


dipublikasikan oleh Puslitbang Ekologi dan Status Kesehatan Litbang Depkes,
didapatkan hasil bahwa penggunaan air yang tidak bersih, penggunaan jamban
yang tidak sehat, keadaan rumah yang tidak sehat, higienitas dan sanitasi makanan
yang kurang, dan pengelolaan limbah rumah tangga yang tidak baik dapat
menyebabkan diare (Mubasyiroh, 2007).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Siti Rahmah pada tahun 2006 dalam
tesisnya disebutkan bahwa pengelolaan sampah yang tidak baik, kebersihan
rumah yang kurang, dan keikutsertaan ibu dalam aktivitas-aktivitas sosial adalah
faktor risiko dari terjadinya diare (Rahmah, 2006).
Penelitian serupa mengenai faktor risiko diare yang dilakukan oleh Nasali
pada tahun 2011 menyebutkan bahwa 40% kejadian diare menurun karena
kebiasaan cuci tangan yang benar, dan 28% kejadian diare menurun akibat
penggunaan jamban yang benar (Nasali, 2011).
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, terutama mengenai faktor
risiko diare pada balita, sesuai dengan kodratnya yang masih bergantung dengan
orang di sekitarnya.Faktor lingkungan sangatlah berperan terhadap segala sesuatu
yang terjadi pada balita tersebut, dalam hal ini diare. Khususnya perilaku
pengasuhan terhadap balita, karena perilaku pengasuhan yang baik dan benar akan
menjaga balita dari mikroorganisme yang menyebabkan penyakit.

Oleh karena itu, memperhatikan data-data yang menyebutkan bahwa
insiden diare pada anak di bawah lima tahun masih sangat tinggi dan melihat
bahwa perilaku pengasuhan menjadi salah satu faktor penyebab diare, maka
dilakukanlah penelitian yang akan melihat hubungan perilaku pengasuhan dengan
terjadinya diare pada anak di bawah lima tahun.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, dapat dirumuskan
suatu masalah, bagaimana hubungan perilaku pengasuhan balita dapat
menyebabkan diare akut pada balita.

Universitas Sumatera Utara

4

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui hubungan antara perilaku pengasuhan ibudengan
terjadinya diare akut pada balita.


1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan perilaku ibu dalam mencuci tangan dengan
terjadinya diare akut pada balita.
2. Untuk mengetahui hubungan perilaku ibu mengenai kebiasaanmakan
dengan terjadinya diare akut pada balita.
3. Untuk mengetahui hubungan perilaku ibu dalam penggunaan air dengan
terjadinya diare akut pada balita.
4. Untuk mengetahui hubungan perilaku ibu dalam penggunaan jamban
dengan terjadinya diare akut pada balita.
5. Untuk mengetahui hubungan perilaku ibu dalam pengelolaan sampah
dengan terjadinya diare akut pada balita.

1.3 Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian adalah :
1. Memberi informasi kepada masyarakat berbagai perilaku pengasuhan yang
dapat menyebabkan diare.
2. Memberi pengetahuan kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih
dan sehat.
3. Sebagai data kepada institusi dan pelayanan kesehatan masyarakat dalam
menentukan kebijakan seputar perilaku pengasuhan dan diare akut.

4. Sebagai data untuk melakukan penelitian yang lebih spesifik menganai
faktor risiko diare akut.

Universitas Sumatera Utara