Hubungan Perilaku Pengasuhan Balita Terhadap Terjadinya Diare Akut pada Balita di Kecamatan Delitua Tahun 2014

5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare
2.1.1. Pengertian Diare
Diare berasal dari bahasa Yunani yaitu “ diarroi” yang artinya mengalir
terus, yang merupakan keadaan abnormal dalam pengeluaran feses yang
frekuensinya tinggi (Sinthamurniwaty, 2006). Hippocrates mendefinisikan diare
sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Menurut Ilmu Kesehatan
Anak FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), diare berarti keadaan
dimana buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya, dimana untuk bayi berumur lebih dari
satubulan dan anak, frekuensinya lebih dari tiga kali sehari (Ilmu Kesehatan Anak
FKUI, 1985).
Menurut Riskesdas diare adalah gangguan buang air besar (BAB) ditandai
dengan BAB lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai
dengan darah dan atau lendir (Riskesdas, 2013).
Dapat disimpulkan bahwa, seseorang dikatakan diare apabila mendapat
kondisi, seperti : peruahan konsistensi tinja menjadi lembek atau cair, frekuensi

yang lebih atau sama dengan tiga kali sehari, dan disertai atau tidak dengan darah
atau lendir.

2.1.2. Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia, terutama negara
berkembang termasuk Indonesia. Semua anak yang berumur di bawah lima tahun
pernah mengalami episode diare di dalam hidupnya. Dan, untuk anak di bawah
lima tahun, diare adalah penyebab kematian kedua setelah pneumonia.
Berdasarkan Riskesdas 2013, menurut karakteristik penduduk, kelompok
umur balita adalah kelompok umur yang paling tinggi menderita diare, wilayah
tempat tinggal di kota atau di desa tidak banyak memberikan perbedaan terhadap

Universitas Sumatera Utara

6

terjadinya diare, dan diare banyak didapatkan pada kalangan ekomoni rendah ke
menengah (Riskesdas, 2011).

2.1.3. Klasifikasi

Berdasarkan episode terjadinya diare, diare dapat di klasifikasikan ke dalam
empat kelompok. Seperti yang tertera pada gambar di bawah ini :
Diare

Diare akut

Diare kronik

Diare

Disentri

persisten
Diare tidak

Durasi diare

Diare yang

Bermula


lebih dari 14

lebih dari 14

disertai oleh

dari diare

hari

hari dengan

darah

akut,

etiologi non-

kemudian

berlanjut
hingga lebih
dari 14 hari

Gambar 2.1. Klasifikasi Diare

2.1.4. Etiologi
Dengan kemajuan teknologi saat ini, khususnya di bidang laboratorium,
kuman-kuman patogen telah diidentifikasi dari penderita diare yang datang ke
sarana pelayanan kesehatan, untuk di negara berkembang, umumnya kuman
patogen penyebab diare akut adalah Rotavirus, E.Coli, Shigella, Campylobacter
jejuni, dan Cryptosporodium. Dan terdapat lebih kurang 25 jenis mikroorganisme

lainnya yang dapat menyebabkan diare pada anak, baik dari golongan bakteri,
virus, dan parasit (Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi IDAI, 2009).

Universitas Sumatera Utara

7


Berikut beberapa agen penyebab diare yang tercatat dalam World
Gastroenterology Organisation Global Guidelines 2012 :

Tabel 2.1. Agen Penyebab Diare
Bakteri

Virus



Parasit

Diarrheagenic E. Coli

Rotavirus

Campylobacter jejuni

Norovirus (calicivirus)


Crytosporidium parvum

Vibrio Cholerae O1

Adenovirus

Giardia intestinalis

Protozoa

(serotype 40/41)
V. Cholerae O139

Astrovirus

Microsporida

Shigella species

Cytomegalovirus


Entamoeba histolytica

V. Parahaemolyticus

Isospora belli

C. Coli

Cyclospora ceyetanensis

C. Upsaliensis

Dientamoeba fragilis

Nontyphoidal

Blastocystis hominis

salmonellae

Clostridium difficile



Helmintes

Yersina enterocolitica

Strongyloides stercoralis

Y. Pseudotuberculosis

Angiostrongylus
costaricensis
Schistosoma mansoni, S.
Japonicum

2.1.5. Mekanisme Diare
Menurut Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi IDAI tahun 2009, terdapat
6 mekanisme terjadinya diare, yaitu :


1. Gangguan Absorpsi atau Diare Osmotik
Gangguan absorpsi disini adalah terjadinya penurunan fungsi absorpsi sehingga
volume cairan lebih banyak di dalam lumen usus. Hal ini bisa disebabkan oleh
celiac sprue, konsumsi magnesium hidroksida , defisiensi sukrase-isomaltase , dan

Universitas Sumatera Utara

8

banyaknya bahan yang tidak diserap sehingga bahan intraluminal pada usus halus
bagian proksimal bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas.

2. Malabsorpsi Umum
Malabsorpsi ini disebabkan oleh kerusakan sel yang secara normal menyerap
Natrium (Na) dan air, yang dikarenakan oleh virus atau kuman, seperti
Salmonella, Shigella atau Campylobacter .ini juga bisa rusak karena inflammatory
bowel disease , toksin dan obat-obat tertentu.

3. Gangguan Sekresi atau Diare Sekretorik

Terjadinya sekresi berlebih dari intestinal sehingga terjadi diare bisa disebabkan
hiperplasia kripta akibat penyakit apapun.

4. Diare akibat Gangguan Peristaltik
Perubahan motilitas dari usus, baik peningkatan motilitas maupun penurunan
motilitas mampu menyebabkan diare. Peningkatan motilitas menyebabkan
menurunnya waktu absorpsi dari usus sehingga banyak cairan di lumen usus,
sedangkan penurunan motilitas menyebabkan semakin tumbuhnya bakteri dan
perlambatan transit obat-obatan atau nutrisi.

5. Diare Inflamasi
Keadaan seperti kehilangan sel epitel, kerusakan tight junction, tekanan
hidrostatik dalam pembuluh darah, dan lymphatic menyebabkan air, elektrolit,
mukus, protein, sel-sel darah menumpuk pada lumen sehingga mengganggu
proses absorpsi.

6. Diare terkait imunologi
Hal ini terkait dengan reaksi hipersensitivitas tipe I, III, dan IV.Reaksi I yaitu
reaksi antara sel mast dengan IgE dan alergen makanan.Reaksi III misalnya pada
penyakit gastroenteropati.Dan reaksi IV terdapat pada celiac disease , dan protein

loss enteropaties.Yang keadaan tersebut diatas memicu terjadinya diare.

Universitas Sumatera Utara

9

2.1.6. Faktor Resiko
Diare disebabkan oleh beberapa jenis mikroorganisme, tetapi hal tersebut
tidak menjamin seseorang akan menderita diare, ada faktor-faktor yang bisa
menyebabkan seseorang beresiko diare, faktor resiko diare bisa dikelompokkan
menjadi 3, yaitu : faktor lingkungan, faktor individu, dan faktor penjamu
(Adisasmito, 2007).
1. Faktor Lingkungan
Keadaan lingkungan sangat berperan terhadap terjadinya diare pada anak, baik
dari kondisi di lingkungan maupun perilaku orang-orang yang ada di lingkungan.
Menurut Makara Kesehatan Vol. 11 tahun 2007, kondisi lingkungan yang rentan
menyebabkan diare adalah sarana air bersih yang kurang, pembuangan jamban
yang tidak baik, saluran pembuangan air limbah yang dekat dengan masyarakat
dan kondisi rumah yang jauh dari higenitas. Dan menurut Sinthamurniwaty tahun
2006, bagaimana orang-orang yang ada di lingkungan juga berperan terhadap
terjadinya diare pada anak, naik itu pengetahuan dari pengsuhnya atau perilakuperilaku pengasuhan anak tersebut.Dikatakan bahwa, perilaku seperti mencuci
tangan yang tidak baik, sebelum makan, atau sesudah BAK dan BAB, tidak
mencuci peralatan dan bahan makanan, dapat menyebabkan terjadinya diare
(Sinthamurniwaty, 2006).

2. Faktor Individu
Yang tidak kalah penting dari faktor resiko diare adalah faktor individu dari
penderita sendiri, bagaimana status imunisasi, keadaan sehat atau tidaknya anak,
status gizi yang kurang, tidak ada atau sedikitnya waktu pemberian ASI dapat
menjadi pemicu dari terjadinya diare pada balita.

3. Faktor Penjamu
Faktor penjamu yang dimaksudkan adalah jenis dan keadaan mikroorganisme
penyebab diare, jika struktur mikroorganisme penyebab diare kompleks,
ketahanan mikroorganisme tersebut baik, makan akan sering memicu terjadinya
diare.

Universitas Sumatera Utara

10

2.1.7. Terapi
Departemen Kesehatan RI membuat panduan tata laksana pengobatan diare
pada balita dengan merujuk pada panduan WHO (World Health Organization )
adalah sebagai berikut :
1. Rehidrasi dengan Menggunakan Oralit Baru
Diare adalah kondisi dimana seseorang akan kehilangan banyak cairan dari
tubuhnya, oleh karena itu perlu direhidrasi dengan larutan osmolaritas
rendah karena dengan larutan osmolaritas rendah mendekati omolaritas
plasma, sehingga jarang menyebabkan hypernatremia . Berikut komposisi
oralit baru menurut WHO yang terdapat dalam buku ajar GastroenterologiHepatologi anak :
Tabel 2.2. Komposisi Oralit
Oralit Osmolaritas Rendah

Mmol/L

Natrium

75

Klorida

65

Glukosa

75

Kalium

20

Sitrat

10

Total

245

Dengan ketentuan pemberian sebagai berikut :
1. Sediakan 2 bungkus oralit.
2. Larutkan satu bungkus dalam 1 liter air matang, untuk persediaan 24
jam.
3. Berikan larutan oralit setiap kali anak buang air besar dengan
ketentuan, anak berumur