Pengaruh Pengungkapan Manajemen Risiko terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Transportasi yang terdaftar di BEI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Teori Agensi
Hubungan agensi timbul antara satu pihak, disebut prinsipal, yang menyewa
pihak lain disebut agen, untuk melaksanakan sejumlah jasa dan prinsipal
mendelegasikan wewenang pembuat keputusan pada agen. Para pemegang saham
adalah para prinsipal dan chief executive officer (CEO) adalah agennya. Pemegang
saham menyewa CEO dan mengharapkan CEO untuk bertindak demi kepentingan
pemegang saham.Menurut Supriyono (2000: 185) perbedaan tujuan prinsipal dan
agen adalah.
1. Agen dianggap menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi
keuangan, namun juga dari kepuasan lain yang diperoleh dari hubungan
agensi. Di lain pihak, prinsipal (pemegang saham) dianggap hanya
tertarik pada kembalian (return) keuangan yang tumbuh dari investasinya
dalam perusahaan. Kepuasan lain yang diinginkan agen dapat berbentuk
waktu senggang, kondisi kerja yang lebih baik, menjadi anggota club
organisasi yang ekslusif dan fleksibel jam kerja. Bagi prinsipal, waktu
senggang agen dianggap berlawanan dengan usaha untuk meningkatkan
nilai perusahaan, preferensi agen terhadap waktu senggang merupakan
keengganan kerja (work adversion) dan agen yang tidak memberi usaha
berarti pengelakan (shirking) tanggung jawab.
2. Prinsipal dan agen mempunyai perbedaan preferensi risiko. Prinsipal
netral risiko dan agen segan risiko. Prinsipal perusahaan biasanya terdiri
dari banyak pemilik, mereka dapat mengurangi risiko dengan
mendiversifikasikan kekayaannya dan menjadi pemilik saham pada
berbagai perusahaan. Oleh karena itu, pemilik tertarik dengan nilai yang
diharapkan atas investasinya sehingga relatif netral risiko. Di lain pihak,
kekayaan utama agen biasanya bertumpu pada kemampuan pribadi yang
dimilikinya. Agen sulit mendiversifikasikan kekayaan sehingga mereka
segan risiko (risk averse).
Para pemegang saham mungkin tidak dalam posisi untuk memantau
aktivitas-aktivitas CEO setiap hari sehingga sulit untuk mengetahui apakah CEO
bekerja dengan baik sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Demikian pula
persero selaku prinsipal terhadap manajer unit bisnis selaku agen, persero
mungkin tidak dalam posisi untuk memantau aktivitas-aktivitas para manajer unit
bisnis setiap hari. Situasi ini menimbulkan ketimpangan informasi antara prinsipal
dan agen dikenal dengan istilah asimetri informasi.
Asimetri informasi adalah situasi yang terbentuk karena prinsipal tidak
memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen sehingga prinsipal tidak
pernah dapat menentukan kontribusi usaha-usaha agen terhadap hasil-hasil
perusahaan yang sesungguhnya. Asimetri informasi tersebut dapat timbul dalam
beberapa bentuk:
1. Tanpa pemantauan, hanya agen yang mengetahui apakah ia bekerja dengan
baik demi kepentingan prinsipal
2. Agen mungkin mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan daripada
prinsipal
3. Agen dalam melaksanakan tugasnya mungkin diarahkan oleh informais
pribadi.
2.1.2 Pengungkapan Manajemen Risiko
Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung
pada keahlian pembaca, akan tetapi juga standar yang dibutuhkan. Laporan
keuangan bukan satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan, informasi dan gambaran mengenai tata kelola perusahaan juga penting
dalam pengambilan keputusan bagi seorang investor. Oleh karena itu, perusahaanperusahaan harus mengungkapkan informasi secara luas dan lengkap. Menurut
Evans (2003) dalam Andriyanto pengungkapan adalah.“Disclosure means
supplying information in the financial statements, including the statements
themselves, the notes to the statements, and the supplementary disclosures
associated with the statements. It does not extend to public or private statements
made by management or information outside the financial statements.”
Menurut Hendriksen (1996: 204) tiga konsep pengungkapan yang umumnya
diusulkan adalah.
1. Pengungkapan yang cukup (adequate) adalah pengungkapan yang minim
untuk membuat laporan tidak menyesatkan.
2. Pengungkapan wajar (fair) adalah tujuan etis adar memberikan perlakuan
yang sama bagi semua pembaca potensial.
3. Pengungkapan lengkap (full) adalah penyajian semua informasi yang
relevan.
Tipe pengungkapan yang diimplementasikan oleh perusahaan dikategorikan
menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
dan
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) . Pengungkapan wajib (mandatory
disclosure) merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh peraturan yang
berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang ditetapkan oleh lembaga yang
berwenang. Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang
melebihi dari yang diwajibkan.
Di Indonesia, ketentuan pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
ditetapkan oleh pembuat kebijakan akuntansi yaitu IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Salah satunya peraturan yang
dibuat oleh OJK adalah peraturan No. VIII. G. 7 berdasarkan SK Ketua Bapepam
Nomor Kep-347/BL/2012 pada tanggal 25 Juni 2012 tentang penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik. Sedangkan IAI
membuat perarutan mengenai pengungkapan diatur dalam PSAK No. 60 (revisi
2013). PSAK 60 (2013) Instrumen Keuangan: Pengungkapan menggantikan
PSAK 60 (2010) Instrumen Keuangan: Pengungkapan yang telah disesuaikan
pada bulan Oktober 2012. PSAK 60 ini merupakan adopsi IFRS 7 Financial
Instrument: Disclosure per efektif 1 Januari 2013.
Dalam PSAK 60 disebutkan definisi pengungkapan risiko yang terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Risiko pasar
Risiko di mana nilai wajar atau arus kas masa depan suatu instrumen
keuangan akan berfluktuasi karena perubahan harga pasar. Risiko pasar
meliputi tiga jenis, yaitu: risiko mata uang, risiko suku bunga, dan
risiko harga lain.
Risiko harga lain
Risiko di mana nilai wajar atau arus kas masa depan instrumen
keuangan akan berfluktuasi karena perubahan harga pasar.
Risiko suku bunga
Risiko di mana nilai wajar atau arus kas masa depan dari suatu
instrumen keuangan akan berfluktuasi karena perubahan suku bunga
pasar.
Risiko mata uang
Risiko di mana nilai wajar atau arus kas masa depan dari suatu
instrumen keuangan akan berfluktuasi karena perubahan kurs valuta
asing.
Risiko kredit
Risiko di mana suatu pihak atas instrumen keuangan akan
menyebabkan kerugian keuangan terhadap pihak lain diakibatkan
kegagalannya dalam memenuhi suatu kewajiban.
Risiko likuiditas
Risiko di mana suatu entitas akan menghadapi kesulitan dalam
memenuhi kewajiban terkait dengan liabilitas keuangannya yang
diselesaikan dengan penyerahan kas atau aset keuangan lain.
Dalam PSAK 60 (revisi 2013) Entitas mengungkapkan informasi yang
memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi jenis dan
cakupan jenis risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas
terekspos pada akhir periode pelaporan. Pengungkapan memfokuskan pada risiko
yang timbul dan bagaimana risiko tersebut dikelola. Penyediaan pengungkapan
kualitatif dalam konteks pengungkapan kuantitatif memungkinkan pengguna
menghubungkan
pengungkapan
terkait
sehingga
memahami
gambaran
keseluruhan sifat dan cakupan risiko.
Peraturan OJK (Bapepam-LK No.X K6) atau KEP-134/BL/2006 tentang
kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik.
Dalam peraturan tersebut dijelaskan mengenai manajemen risiko adalah
“penjelasan mengenai risiko-risiko yang dihadapi perusahaan serta upayaupaya yang telah dilakukan untuk mengelola risiko tersebut, misalnya: risiko
yang disebabkan oleh fluktuasi kurs atau suku bunga, persaingan usaha,
pasokan bahan baku, ketentuan negara lain atau peraturan internasional, dan
kebijakan pemerintah”
2.1.3 Manajemen Risiko
2.1.3.1 Definisi Manajemen Risiko
Risiko didefinisikan sebagai peluang atau kemungkinan dari bahaya,
kerugian, cedera, atau konsekuensi yang tidak diharapkan. Kegiatan-kegiatan
perusahaan
yang
mengandung
risiko
harus
segera
dikelola
dengan
mengindentifikasi risiko, mengukur dan memperkirakan konsekuensi serta
mengambil tindakan yang tepat dalam mengendalikannya. Proses tersebut adalah
rangkaian manajemen risiko. Menurut Idroes (2011:5) Manajemen risiko
didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi,
kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi serta melakukan monitor dan
pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.
Manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional ditujukan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko yang dihadapi. Kasidi
(2010 : 4)
sedangkan COSO ERM – Integrated Framework (2004),
mendefinisikan manajemen risiko sebagai: “Proses yang dipengaruhi oleh Board
of Directors, manajemen, dan personil lain dalam entitas, diaplikasikan pada
pembentukan strategi dan pada seluruh bagian perusahaan, dirancang untuk
mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi entitas, dan
mengelola risiko selaras dengan risk appetite entitas, untuk menyediakan jaminan
yang wajar terhadap pencapaian sasaran dari entitas.”
2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Manajemen Risiko
1. Tujuan Manajemen Risiko
Menurut Salim A. Abbas (2005:201) tujuan yang hendak dicapai dengan
manajemen risiko ialah mengelola perusahaan supaya mencegah perusahaan dari
kegagalan, mengurangi pengeluaran, menaikkan keuntungan, menekan biaya
produksi, dan sebagainya.
2. Manfaat Manajemen Risiko
Adapun manfaat-manfaat manajemen risiko yang dapat disumbangkan
oleh manajemen risiko menurut Herman Darmawi (2008:11) adalah:
a. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan
b. Manajemen risiko dapat meningkatkan laba perusahaan
c. Manajemen risiko dapat menyumbangkan laba secara tidak langsung
d. Ketenangan pikiran bagi manajer
e. Meningkatkan public image”.
2.1.3.3 Komponen Manajemen Risiko
Sebuah Institut Risiko Manajemen (IRM) dari Inggris menerbitkan “A Risk
Management Standard”. Fokus manajemen risiko ini adalah identifikasi dan
penanganan risiko yang mana tujuannya untuk menambah nilai yang
berkelanjutan untuk semua kegiatan perusahaan. Manajemen risiko harus terus
menerus dijalankan dan dikembangkan sehigga strategi perusahaan dapat
terlaksanakan. Manajemen risiko juga harus diintegrasikan ke dalam budaya
perusahaan dengan kebijakan efektif dan program yang dipimpin manajer senior,
sehingga seluruh departemen baik manajer dan karyawan bertanggung jawab atas
manajemen risiko yang ada.
Risiko yang dihadapi perusahaan berasal dari dua faktor yaitu internal dan
eksternal perusahaan. Berikut disajikan diagram risiko utama yang ada pada
wilayah perusahaan dan merupakan faktor dari manajemen risiko pada gambar
2.1.
Gambar 2.1 Diagram Risiko Utama Perusahaan
Sumber : IRM (2002 : 3)
Pada gambar 2.1 dapat dilihat risiko utama yang terjadi pada perusahaan
adalah risiko keuangan, risiko strategi, risiko operasional, dan risiko kerugian.
Risiko keuangan terdiri dari dua sumber ekternal dan internal. Risiko keuangan
dari sumber ekternal adalah risiko suku bunga, risiko valuta asing dan risiko
kredit. Risiko tersebut timbul karena hubungan/kontrak dengan pihak lain. Risiko
keuangan dari sumber internal adalah risiko likuiditas dan arus kas. Risiko
likuiditas adalah risiko yang muncul akibat tidak dapat membayar kewajibannya
pada jatuh tempo.
Risiko strategi terdiri dari dua sumber ekternal dan internal. Risiko strategi
dari sumber ekternal adalah risko persaingan, risiko perubahan pelanggan, risiko
perubahan industri, dan risiko permintaan pelanggan. Risiko tersebut timbul
karena pengambilan keputusan atau penerapan strategi yang tidak tepat. Risiko
strategi dari sumber internal adalah M & A Integrasi (Merger & akuisisi
integrasi), risiko riset dan pengembangan, dan risiko modal intelektual.
Risiko operasional terdiri dua sumber yaitu ekternal dan internal. Risiko
operasional sumber ekternal adalah risiko peraturan, risiko kebudayaan, risiko
komposisi direktur. Risiko operasional sumber internal adalah risiko rekrutmen,
risiko rantai persediaan, risiko pengendalian akuntansi dan risiko sistem
informasi.
Risiko kerugian terdiri dari dua sumber yaitu ekternal dan internal. Risiko
kerugian sumber ekternal risiko lingkungan, risiko pemasok, risiko bencana alam,
dan risiko kontrak sedangkan risiko kerugian sumber internal adalah risiko akses
umum, risiko karyawan, risiko properti, dan risiko produk dan servis.
2.1.4 Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah sejauh mana perusahaan bergantung pada
pembiayaan eksternal (termasuk pasar modal dan bank) untuk mendukung operasi
yang sedang berlangsung. Perusahaan yang mengandalkan dana dari pihak eksternal
untuk pembiayaan berisiko lebih besar daripada yang menggunakan dana sendiri yang
dihasilkan secara internal. Dana dari pihak ekternal diakui sebagai hutang. Menurut
Sartono dalam Dramawan (2015) Penggunaan hutang suatu perusahaan akan
meningkatkan nilai perusahaan sampai pada suatu titik struktur modal yang optimal.
Nilai perusahaan akan mulai menurun dengan semakin bertambahnya proporsi hutang
dalam struktur modal. Hal ini diakibatkan oleh manfaat yang diperoleh dari
penggunaan hutang menjadi lebih kecil dari biaya yang timbul atas penggunaan
hutang tersebut.
Risiko keuangan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dari investor untuk
mengetahui bagaimana perusahaan itu untuk membayar beban-beban yang
ditanggung oleh perusahaan tersebut. Terdapat tiga sumber utama risiko keuangan
yaitu (Horcher, 2005: 3)
1. Risiko keuangan muncul dari “organization exposure” ke perubahan harga
pasar, seperti tingkat suku bunga, kurs, dan harga barang.
2. Risiko keuangan muncul dari kegiatan dan transaksi dengan organisasi lainnya
seperti pemasok, pelanggan, dan pihak-pihak setempat.
3. Risiko keuangan muncul dari kegiatan internal atau kegagalan organisasi
khususnya manusia, proses, dan sistem.
Menurut Umar (1998: 201) manajemen risiko pendekatan finansial terdiri
dari 1. risiko valuta asing (valas), 2. risiko investasi di perusahaan dan di pasar
modal, 3. risiko investasi di reksa dana, 4. risiko leasing dan 5. risiko berjangka
komoditi.
1. Risiko valuta asing (Valas)
Transaksi valuta asing (valas) merupakan pertukaran satu mata uang dengan
mata uang lain, misalnya dalam rangka perdagangan skala internasional
yang melibatkan satu negara dengan negara lain. Jenis transaksi ini ada dua
macam, yang pertama adalah transaksi spot yang biasanya dapat
diselesaikan dalam 1-2 hari kerja seperti cash misalnya pertukaran langsung
ke money changer. Jenis transaksi yang kedua adalah transaksi forward
yang dapat diselesaikan sampai 1 tahun. Transaksi forward ini akan
membawa risiko jika nilai valas mengalami penurunan. Untuk menghindari
risiko ini perlu adanya kontrak forward.
Di dalam bisnis, terutama yang berskala internasional,dimana transaksi yang
dilakukan untuk pembiayaan menggunakan mata uang yang berbeda, para
manajer harus mampu memprediksi pergerakan nilai valas untuk
mengetahui kemungkinan kerugian atau keuntungan. Memprediksi valas
dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu:
a. Mengetahui perilaku pasar valas melalui besarnya suku bunga dan kurs
forward saat ini
b. Model fundamental dan analisis teknikal. Cara fundamental adalah cara
meramalkan prospek valas dengan menggunakan variabel-variabel yang
signifikan berpegaruh, seperti variabel ekonomi makro dan kebijakan
pemerintah.
Konsep mengendalikan risiko valas adalah dominan bagaimana cara
memperoleh dana dan mengalokasikan dalam investasi. Dana dalam mata
uang asing nilainya dapat berfluktuasi. Eksposur dapat dipakai untuk
mengetahui seberapa jauh perubahan kurs valas yang berakibat pada kinerja
perusahaan. Eksposur dapat dilihat dari tiga sisi yaitu:
a. Eksposur transaksi, untuk mengetahui seberapa jauh fluktuasi kurs akan
mengganggu aliran kas perusahaan di masa datang.
b. Eksposur akuntansi, untuk mengetahui seberapa jauh fluktuasi valas
mempengaruhi laporan keuangan konsolidasi dan neraca perusahaan.
c. Eksposur ekonomi, untuk mengetahui seberapa jauh nilai perusahaan
akan berubah kearah yang tidak diharapkan.
Macam-macam penetapan kurs yaitu sistem kurs tetap (fixed exchange
rate), sistem kurs mengambang (Floating exchange rate), sistem ini
menyatakan bahwa nilai tukar suatu mata uang atau valas ditentukan oleh
kekuatan permintaan dan penawaran di pasar valas dan pegged exchange
rate system, sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan nilai mata
uang suatu negara dengan mata uang negara lain atau sejumlah uang
tertentu.
Risiko utang adalah pinjaman internasional memiliki kompleksitas yang
besar sehingga memiliki risiko yang besar dalam kemacetan pembayaran
utang. Jika perusahaan transnasional menerbitkan utang yang didominasi
dengan valas, biaya efektifnya sama dengan biaya membayar bunga dan
pokok pinjaman setelah pajak yang dinyatakan dalam mata uang negara
asal.
Bagi perusahaan yang sudah Go Internasional, pasar swap dapat digunakan
untuk membiayai investasi internasional, pasar swap mempunyai tiga jenis
yaitu:
a. Interest rate swaps, yakni pembayaran suku bunga dalam US$ misalnya
selama jatuh tempo dengan jumlah angsuran pokok pinjaman yang
disepakati dalam bentuk cuopon swaps maupun basic swaps.
b. Currency swaps, yaitu mata uang asing yang dipinjam pada suku bunga
tetap (fixed rate) dimana yang bersangkutan akan menerima mata uang
asing tersebut sebagai ganti mata uang asing lain.
c. Debt equity swaps, yaitu investor dari suatu negara membeli utang luar
negeri dari suatu negara lain .
d. Debt peso swaps, yaitu penduduk di negara pengutang membeli utang
luar negeri negaranya dengan potongan harga dan mengkonversikan
utang ini ke dalam mata uang domestik.
Instrumen antisipasi risiko valas yaitu
a. Kontrak futures adalah kontrak yang telah distandarisasi dan
diperdagangkan di pasar bursa yang terorganisasi dengan baik sehingga
risikonya pun lebih kecil. Jadi tujuan utama digunakannya instrumen ini
adalah untuk memudahkan antisipasi terhadap risiko perubahan kurs
valas.
b. Kontrak Option merupakan hak untuk membeli atau menjual suatu valas
pada harga yang konstan per unit untuk suatu periode tertentu sampai
jatuh temponya.
2. Risiko investasi di perusahaan dan di pasar modal
Menilai kinerja perusahaan memerlukan alat analisis dan tolak ukur, begitu pula
dengan menilai kinerja perusahaan yaitu:
a. Rasio keuangan
Analisis rasio keuangan berguna untuk menentukan kesehatan atau kinerja
keuangan suatu perusahaan baik pada saat sekarang maupun masa datang.
Rasio keuangan terdiri dari:
1) Rasio likuiditas
2) Rasio efisiensi
3) Rasio leverage
4) Rasio Profitabilitas
b. Model prediksi bangkrut dari Altman (Z skor)
Z skor ini digunakan untuk mengukur tingkat kepailitan/kebangkrutan
suatu perusahaan. Metode ini dapat pula dijadikan salah satu indikator
kinerja perusahaan. Z skor ditemukan oleh Edward L. Altman.
c. Penilaian harga saham di pasar modal
Rasio nilai pasar saham dapat digunakan untuk mengukur apakah nilai
saham perusahaan yang beredar termasuk kategori undervalued atau
overvalued atau juga moderat bila dibandingkan dengan harga pasarnya.
Rasio penilaian harga saham yaitu rasio Price to Earning (PER), Rasio
Price to Book Value , dan Dividend Yield.
d. Pemilihan Portofolio
Pemilihan portofolio yang optimal adalah pemilihan yang memberikan
kemungkinan pendapatan yang tertinggi bagi suatu derajat risiko tertentu
atau kemungkinan risiko yang paling rendah bagi setiap tingkatan
pendapatan
tertentu.
Dalam
pemilihan
portofolio
harus
mempertimbangkan tingkat keuntungan, risiko portofolio, penentuan
koefisien korelasi, tingkat pengembalian (rate of return), penentuan
covatians portofolio, penentuan koefisien variansi
3. Risiko Investasi di reksa dana
a. Dalam memilih satu diantara bentuk investasi yang ada, apakah open-end
atau close-end , atau kontrak investasi kolektif.
b. Prosfektus yang diterbitkan oleh setiap reksa dana saat masa penawaran
(Initial Public Offering ) bisa saja tidak sesuai dengan keadaaan
sesungguhnya perusahaan.
c. Adanya kemungkinan perusahaan reksa dana dalam menetapkan nilai aset
mereka tidak pada tingkat harga pasar yang dihitung setiap hari.
d. Aset dalam perusahaan reksa dana sebagian besar adalah sekuritas yang
memiliki hak dan klaim hukum terhadap yang menerbitkannya dan tidak
mempunyai wujud fisik.
e. Adanya kemungkinan, pemodal tertentu yang menguasai sebagian aset
dapat mempengaruhi manajemen reksa dana.
4. Risiko Leasing
Leasing merupakan suatu kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan ataupun
perorangan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala
disertai hak opsi baginya untuk membeli barang-barang modal tersebut atau
memperpanjang jangka waktu leasing yang telah disepakati bersama. Risiko
leasing bagi lessee yaitu tanggung jawab dengan kondisi peralatan, pemeliharaan,
pengamanan, dan program asuransinya.
5. Risiko perdagangan berjangka komoditi
Perdagangan berjangka komoditi, selanjutnya disebut dengan Perdagangan
Berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan
penyerahan kemudian berdasarkan kontrak berjangka dan opsi atas kontrak
berjangka dimana perdagangan ini dilakukan di Bursa Berjangka.
2.1.5 Risiko Operasional
Banyak perusahaan yang bangkrut atau dilikuidasi karena menderita
kerugian operasional yang besar memberikan pelajaran bahwa risiko operasional
tidak mungkin diabaikan atau dihilangkan (Muslich, 2007:4).
Kilavuka dalam Moosa dan Li (2013) membuktikan bahwa pengaruh
kerugian operasional dapat menjauhkan dari tujuan perusahaan dan kelangsungan
hidup
perusahaan
dapat
terganggu
oleh
kerugian
operasional,
tanpa
memperhatikan apakah kerugian berkelanjutan dalam jangka waktu pendek.
Selanjutnya, pengaruh kerugian operasional juga disebabkan oleh gangguan
servis, dimana pengurangan loyalitas pelanggan dan tuntutan, dimana merusak
reputasi perusahaan dan brand.
Risiko operasional mempunyai ruang lingkup yang mencakup risiko
kerugian yang disebabkan oleh proses internal, kesalahan sumber daya manusia
perusahaan, kerusakan atau kesalahan sistem, kerugian karena disebabkan
kejadian di luar perusahaan dan kerugian karena pelanggaran hukum atau
peraturan oleh perusahaan.
Menurut Umar (1998: 51) manajemen risiko pendekatan nonfinansial terdiri
dari 1.Risiko Sumber Daya Manusia (SDM), 2. Risiko kesehatan dan keselamatan
kerja, 3. Risiko /kejahatan, 4.Risiko kecurangan, 5. Risiko polusi lingkungan, 6.
Risiko kebakaran, 7. Risiko kerusakan komputer, 8. Risiko pemasaran, 9. Risiko
kualitas dan daya saing produk.
1. Risiko Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Perusahaan akan berada pada risiko yang berat jika manajemennya lemah,
misalnya: Memiliki manajer eksekutif yang kurang memiliki sense of
leadership dan pengetahuan yang luas dan/atau lemah dalam berpikir serta
bertindak fokus, misalnya dalam bidang pemasaran dan keuangan, memiliki
manajer eksekutif yang sulit dikendalikan oleh dewan komisaris,memiliki
direktur keuangan yang lemah dan ketidakmampuan manajemen untuk
menjawab perubahan lingkungan usaha yang cepat dan tepat.
b. Suksesi (pergantian pimpinan)
Perihal siapa-siapa saja yang duduk di dewan direksi juga mempunyai
banyak masalah. Salah satunya adalah koncoisme.
c. Risiko pekerja inti/senior
Beberapa perusahaan sangat bergantung kepada para pekerja utama atau
senior serta anggota direksi. Jika para pekerja inti/senior pindah ke
perusahaan pesaing maka perusahaan berada pada suatu risiko yang besar.
Untuk menangani risiko ini, perusahaan dapat memberikan penghargaan
mencakup insentif finansial (gaji dan pembagian laba), tanggung jawab
manajerial, alih wewenang pengambilan keputusan serta keuntungan gaya
hidup.
d. Menangani karyawan
Perusahaan yang peduli pada para pekerjanya digambarkan dengan
keinginannya untuk mendengarkan dan mempelajari, serta melaksanakan
perubahan-perubahan yang dapat meningkatkan kondisi tenaga kerja.
Dengan melibatkan tenaga kerja dalam pembuat keputusan akan menjadi
suatu tanda dari perusahaan yang sukses.
e. Pencarian tenaga kerja yang efektif
Proses rekrutmen kepada pencari kerja tanpa kualifikasi yang memadai akan
menambah risiko bagi kinerja perusahaan. Pengukuran IQ sama sekali tidak
mengindentifikasi apakah calon pekerja itu akan bekerja dengan baik atau
ridak. Perusahaan dapat meminimalkan risiko dengan menyiapkan job
specification, membuat suatu personal specification, dan memantau CV dan
referensi.
2. Risiko kesehatan dan keselamatan kerja
a. Biaya kecelakaan
Biaya untuk kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan, apalagi
perusahaan yang memproduksi barang-barang yang berbahaya pastilah
besar.
b. Mengatur kesehatan dan keselamatan
c. Penetapan risiko kesehatan dan keselamatan kerja
d. Meminimalisasi risiko
1) Menghilangkan bahaya
2) Memperkecil proses yang tidak aman dengan cara mengganti atau
merubah proses dengan lebih aman misalnya menganti alat
produksinya.
3) Mengontrol bahaya
4) Mengontrol secara teratur akan membantu mencegah terjadinya
kecelakaan, para pekerja menjadi sadar akan adanya bahaya.
5) Mengendalikan karyawan dan exposure
6) Melatih para pekerja dan membuat mereka yakin akan bahaya
merupakan suatu prose terus menerus yang harus dilakukan perusahan.
Selain program pelatihan, tata letak barang-barang ada hendaknya
diatur, misalnya tidak ditumpuk atau lainnya. Meminimalkan exposure
juga dapat dilakukan dengan cara, seperti penutup telinga, jari dan
perlindungan kepala
7) Mesin-mesin yang berbahaya
8) Sistem tekanan
9) Bunyi dan getaran
10) Keselamatan dari aliran listrik
11) Bahan yang Berbahaya bagi Paru-paru atau Kulit
12) Merokok
13) Ruang yang sempit
14) Lifting dan Handling
15) Cedera oleh pekerjaan yang berulang
16) Terpeleset, Tersandung, dan Terjatuh
17) Luka-luka yang disebabkan oleh kendaraan
18) Menganalsisis kecelakaan
19) Faktor manusia
3. Risiko Kejahatan
a. Menyesuaikan keamanan terhadap ancaman yaitu teknik-teknik untuk
melindungi bangunan dan barang-barang memerlukan tindakan-tindakan
yang bertahap, seperti yang dicontohkan berikut ini: Mencengah orangorang memasuki gedung tanpa ijin dan membuat sulit masuk, misalnya
menggunakan pagar atau kunci
b. Ancaman alam terhadap gedung
Kebakaran adalah ancaman alam yang besar terhadap bangunan yang sudah
dianggap umum.
c. Peristiwa di tempat umum
d. Keamanan barang-barang eceran
Salah satu kerugian yang cukup besar adalah berkurangnya barang akibat
dicuri oleh karyawan sendiri. Perusahaan dapat mengantisipasi dengan
melarang karyawan menggunakan jaket dan membawa tas di gudang dan
ruangan di gudang harus dijaga.
e. Pencurian barang di toko oleh publik
Barang-barang yang diminati pembeli dapat mendorong mereka untuk
mencurinya. Hendaknya toko dirancang aman dari calon pembeli yang
berniat melakukan pencurian.
4. Risiko Kecurangan
Tiga tipe kecurangan, yaitu:
a. Blue color workers mereka dapat mencuri barang-barang, terutama yang
sulit dideteksi saat mereka keluar kantor.
b. Clerical workers mereka yang menangani langsung kertas-kertas kerja dan
sering dipercaya, sehingga mereka dapat melakukan pemalsuan-pemalsuan
angka atau menghilangkan dokumen atau menjual informasi pada pesaing.
c. Managers (White color workers) mereka dapat menyetujui faktur-faktur
palsu milik perusahaan sendiri.
5. Risiko polusi lingkungan
Ada tujuh jenis risiko lingkungan yang akan dibahas dibawah ini:
a. Naiknya biaya-biaya akibat polusi
b. Dibanyak negara, diperlukan izin bagi perusahaan yang mengeluarkan
proses prodksi mereka, dengan berjalan nya waktu, biaya-biaya akan terus
naik karena masyarakat tidak ingin membiarkan polusi terus diproduksi.
c. Biaya-biaya karena melanggar hukum
d. Perusahaan yang mengeluarkan polusi melebihi batas yang diizinkan akan
mendapatkan ganjaran hukuman.
e. peraturan pencemaran lingkungan akan sulit mendapatkan bantuan
keuangan maupun asuransi.
f. Peraturan yang bertambah ketat
g. Perusahaan yang menyebabkan pencemaran akan lebih sulit diminati
pencari kerja dan mempertahankan karyawan-karyawan yang bagus.
6. Risiko Kebakaran
Kebakaran adalah salah satu risiko komersial yang sudah dianggap sebagai
risiko yang banyak diketahui umum. Risiko kebakaran disebabkan oleh:
a. Kebakaran karena listrik
Kebakaran-kebakaran karena listrik dapat terjadi karena aliran listrik yang
menyebabkan kabel panas dan terkelupas, kabel terkelupas karena gigitan
b.
c.
d.
e.
tikus, pemakaian bahan untuk isolasi yang salah, atau beban listrik yang
terlalu besar.
Hot work
Kebakaran yang disebabkan oleh hot work sering timbul dari sumbersumber yang tak terduga. Contohnya perusahaan yang menggunakan pipapipa panas akan memungkinkan terjadinya kebakaran .
Mesin
Mesin harus sering diservis secara teratur, dan tetap diberikan minyak
pelumas dengan cara yang ditetapkan.
Rokok
Merokok harus dilarang di tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mudah terbakar, khususnya ditempat penyimpanan barang dimana
kebakaran dapat dengan cepat menyebar.
Cairan yang mudah terbakar
Mudah terbakarnya cairan pelarut tidak selalu disadari, dan cairan jenis ini
sering berada dalam drum yang terbuka di sekitar pabrik. Cairan yang
mudah terbakar seharusnya disimpan di kontainer besi yang tertutup dan
diberi peringatan seperti dilarang merokok.
7. Risiko kerusakan komputer
Penelitian Survive survey tahun 1992 memperlihatkan penyebab utama
kerusakan komputer:
a.
b.
c.
d.
e.
Kesalahan tegangan listrik
Kesalahan pemakai
Akibat api dan air
Kecurangan, pencurian
Kerusakan hardware/software
9%
11%
20%
30%
30%
Perusahaan harus mempunyai kebijakan terhadap data komputer, dan hal ini
harus didukung oleh pihak manajemen. Kebijakan tersebut mencakup:
a.
b.
c.
d.
Garis tanggung jawab terhadap sistem IT
Penjagaan data dan sistem back up
Penggunaan disket yang benar
Akses terhadap data
8. Risiko pemasaran
Jatuhnya pendapatan, susutnya market share serta kurangnya distribusi
barang merupakan sebagian tanda-tanda kegagalan pemasaran. Ada 6 macam
risiko pokok yang dapat menyebabkan masalah pemasaran.
a. Kebijakan pemerintah
Kenaikan pajak akan berakibat pada kenaikan pajak kekayaan atau
terjadinya inflasi yang menyebabkan turunnya permintaan.
b. Perubahan permintaan dipasar
Permintaan akan produk-produk yang mempunyai daur hidup produk yang
pendek, misalnya produk-produk teknologi informasi, memiliki kesulitan
tinggi untuk bertahan lama.
c. Perang harga
Perang harga dapat terjadi antarsesama produsen suatu produk sejenis.
Perusahaan harus menggunakan strategi harga yang meyakinkan dan
konsisten. Kenaikan harga paling baik dilakukan setelah masa puncak
penjualan dan sebelum hari libur, sehingga kenaikannya tidak terlalu terasa
oleh konsumen.
d. Pemalsuan
Merk merupakan salah satu objek pemalsuan jika merk tersebut merupakan
merk terkenal. Selain akan mengurangi pendapatan, pemalsuan merk juga
akan mengurangi reputasi perusahaan.
e. Performance produk yang rendah
Selain melakukan promosi untuk mengatasi masalah bagaimana
meningkatkan pendapatan, masalah juga muncul dari dalam perusahaan itu
sendiri. Salah satunya adalah kinerja dari produk itu sendiri yang memang
rendah. Kinerja disini termasuk perihal kekuatan, kemudahan operasional
dan dapat dipercaya, termasuk purna jualnya.
f. Promosi yang kurang baik
Promosi hendaknya dilakukan secara berencana dan kontinu agar efektif
sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Perlu diingat bahawa supaya
konsumen potensi bersedia melakukan action pembelian, mereka perlu
mendapatkan informasi yang tepat.
9. Risiko kualitas dan daya saing produk
Memasarkan produk tidak akan berhasil jika yang dipasarkan ternyata produkproduk yang tidak berkualitas. Risiko produk mencakup kerusakan kualitas,
rintangan produk, berkurangnya daya saing dan masalah pemasok.
a. Penaksiran dan pengendalian risiko
Produsen harus sadar bahwa akan ada risiko yang disebabkan oleh barangbarangnya. Jadi ia harus sanggup untuk mengindentifikasi produk yang
rusak atau yang tidak aman dan juga bisa menarik kembali barang-barang
tersebut dipasar jika diperlukan.
b. Berkurangnya daya saing
Barang yang makin sulit didapat di pasar, kualitas barang makin rendah,
desain produk sudah tidak sesuai selera, akibatnya daya saing produk
dipasar melemah. Manajemen harus melakukan langkah-langka untuk
menghindari melemahnya daya saing yaitu:
c. Mengendalikan kualitas
Suatu metode yang dapat mengendalikan kualitas barang, seperti ISO 9000
yang muncul atas dasar ide-ide pemeriksaan, pengendalian dokumen
penting serta prosedur-prosedur tertulis. Biasanya perusahaan akan
meningkatkan lagi pengendalian kualitas produk dengan menerapkan Total
Quality Management atau Statistical Process Control.
2.1.6 Risiko dalam Transportasi
Dalam transportasi masalah risiko sering terjadi baik yang menyangkut jiwa
manusia maupun barang-barang muatan serta alat angkutnya. Menurut Salim A.
Abbas (2006:258) kerugian dalam pengangkutan terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1. Kerugian terhadap penumpang
Kerugian ini menyangkut jiwa penumpang dan awak pesawat/awak kapal/
crew dan awak bis. Risiko atau kerugian yang terjadi bisa menyebabkan
kematian, luka, cacat seumur hidup. Contohnya, pesawat jatuh, kapal
tenggelam, mobil/bis tabrakan. Untuk memperkecil risiko diatasi dengan
asuransi jiwa.
2. Kerugian terhadap alat angkut, muatan dan Freight
Selama dalam perjalanan (angkutan darat/angkutan udara dan angkutan
laut) bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kerugian yang terjadi
dalam pengangkutan dapat diperkecil dengan cara Asuransi kerugian.
3. Kerugian total dan kerugian sebagian (Total loss & Partial loss)
Kerugian yang berhubungan dengan jiwa seseorang sehingga meninggal
dunia disebut kerugian total. Bila yang bersangkutan masih hidup dan
hanya menderita cacat disebut kerugian sebagian. Kerugian total bisa
terjadi atas alat angkut misalnya: pesawat udara jatuh serta hancur, kapal
terbakar dan tenggelam. Bila kerugian kapal laut hanya bagian belakang
yang rusak karena tabrakan atau bis badan mobil ditabrak hal mana masih
bisa diperbaiki disebut kerugian sebagian.
2.1.7 Nilai Perusahaan
Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan, maka tujuan
dari perusahaan biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Terdapat dua
tujuan
utama
perusahaan
yaitu
memaksimalkan
keuntungan
dan
memaksimalkan kemakmuran.
Tujuan memaksimalkan kemakmuran adalah memaksimalkan nilai dari
perusahaan. Tujuan ini dapat pula diartikan nilai sekarang dari perusahaan
itu terhadap prospek masa depannya. Menurut Gitosudarmo dan Basri
(2002:12) suatu pedoman dalam memaksimalkan kemakmuran atau nilai
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Menghindari risiko yang tinggi
Bila perusahaan sedang melaksanakan operasi berjangka panjang, maka
harus dihindarkan tingkat risiko yang tinggi. Proyek-proyek yang
memiliki kemungkinan laba yang tinggi tetapi mengandung risiko yang
tinggi perlu dihindarkan. Menerima proyek-proyek tersebut berarti suatu
kegagalan dapat mematahkan kelangsungan hidup perusahaan.
2. Membayarkan Dividen
Pada saat perusahaan sedang mengalami pertumbuhan, dividen
kemungkinan kecil, agar perusahaan dapat memupuk dana yang
diperlukan. Pada saat perusahaan berada pada maturity, sedangkan
kebutuhan dana tidak begitu besar, maka dividen yang dibayarkan dapat
diperbesar.
3. Mengusahakan Pertumbuhan
Apabila perusahaan dapat mengembangkan penjualan/market share , hal
ini dapat berakibat keselamatan usaha di dalam persaingan. Volume
penjualan yang luas, stabil dan diverfikasi,dan perubahan preferensi
konsumen maupun penurunan permintaan. Dari alasan-alasan tersebut
maka perusahaan dapat memaksimumkan kemaksuran secara terusmenerus.
4. Mempertahankan tingginya harga pasar sahan
Manajer harus selalu mendorong masyarakat agar bersedia menanamkan
dananya ke perusahaan. Dengan pemilihan investasi tepat, maka
perusahaan akan ditunjuk sebagai tempat penanam modal yang bijaksana.
Nilai perusahaan dapat diukur dengan suatu rasio yang disebut rasio nilai
pasar. Rasio nilai pasar (market value ratios) adalah sekumpulan rasio yang
menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku
per sahamnya. Rasio ini memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana
pandangan investor terhadap risiko dan prospek perusahaan di masa depan
(Brigham dan Houston, 2012:150).
Menurut Brigham dan Houston (2012:150) terdapat beberapa pendekatan
analisis rasio market value yaitu :
1. Price Earning Ratio (PER) yaitu perbandingan antara harga saham di
pasar perdana dengan pendapatan yang diterima.
2. Price Book Value (PBV) yaitu rasio yang menunjukkan apakah harga
saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku
saham tersebut.
3. Dividend Yield Ratio yaitu rasio yang menunjukkan tingkat penghasilan
berjalan yang diperoleh dari investasi saham.
4. Dividen Payout Ratio (DPR) yaitu rasio yang menunjukkan besarnya
laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.
Dalam penelitian Bertinetti, Cavezzali, dan Gardenal (2013), bahwa nilai
perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q karena mencerminkan ekspetasi pasar
dan ukuran kinerja lainnya. Tobin’s Q dinilai bisa memberikan informasi paling
baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham
perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan
yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh
aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor
saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur, karena sumber
pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga
dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur.
Tobin’s Q atau Q ratio atau Q Teori adalah rasio atau teori yang pada tahun
1969 diperkenalkan pertama kali oleh James Tobin. James Tobin adalah seorang
ekonom Amerika yang sukses mendapatkan nobel dalam bidang ekonomi dengan
hipotesisnya, nilai pasar dari suatu perusahaan seharusnya sama dengan biaya
ganti aset perusahaan tersebut sehingga terciptalah keadaan yang ekuilibrium.
Rumus Tobin’s Q yaitu penjumlahan dari ME dan DEBT dibagi dengan TA
dimana ME bisa dicari dengan mengkalikan jumlah saham biasa perusahaan yang
beredar di akhir tahun dengan harga penutupan saham (closing price) di akhir
tahun, DEBT dihitung dengan cara (Total Utang + Persediaan – Aset Lancar) dan
TA merupakan nilai buku total aset perusahaan. Rumus tersebut dituliskan
sebagai berikut:
Tobin's Q=(ME+DEBT)TA
Rumus di atas telah disesuaikan dengan kondisi transaksi keuangan perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia. Tobin’s q < 1 Menggambarkan bahwa saham
dalam kondisi undervalued. Manajemen telah gagal dalam mengelola aset
perusahaan.
Potensi
pertumbuhan
investasi
rendah.
Tobin’s
q
=
1
Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen stagnan
dalam mengelola aset. Potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang. Tobin’s
q > 1 Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen
berhasil dalam mengelola aset perusahaan. Potensi pertumbuhan investasi tinggi.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan dari hasil
penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat penting dan dapat dijadikan
sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung adalah penelitian terdahulu
yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.
Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait
dengan masalah manajemen risiko. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah
kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa tesis dan jurnal-jurnal akuntansi.
Penelitian tentang manajemen risiko diantaranya penelitian Sanjaya dan
Linawati (2015), Sekerci (2014), Bertinetti, Cavezzali, dan Gardenal (2013),
Widodo, Rohman dan Yudawijaya (2013) dan Hoyt, Moore and Liebenberg
(2008).
Sanjaya dan Linawati (2015) menyajikan penelitian mengenai penerapan
Enterprise Risk Management dan variabel kontrol terhadap nilai perusahaan
disektor Keuangan. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan
ERM dan variabel kontrol secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan dan
tidak berpengaruh signifikan ERM terhadap nilai perusahaan sedangkan variabel
kontrol berpengaruh signidkan terhadap nilai perusahaan
Referensi Tesis dari Sekerci (2014) dengan judul Does Enterprise Risk
Management Create Value for firms?: Evidence from Nordic Countries. Nordic
countries adalah negara wilayah eropa timur dan atlantik utara seperti Denmark,
Finlandia, Islandia, Norwegia, dan Swedia. Penelitian ini menyelidiki pengaruh
penerapan ERM terhadap nilai perusahaan. Hasilnya tidak menemukan hubungan
signifikan antara ERM dengan nilai perusahaan. Survey yang dilakukan sekerci
bahwa shareholders tidak melakukan banyak untuk penerapan ERM dan manfaat
ERM dapat menutupi biaya tinggi, tetapi tidak membawa keuntungan untuk
perusahaan.
Rujukan penelitian yang ke tiga yaitu jurnal dari Bertinetti, Cavezzali, dan
Gardenal (2013) dengan judul Pengaruh penerapan Enterprise Risk Management
terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan Eropa. Jurnal ini menggunakan
Tobin’s Q sebagai variabel dependen dan variabel independen adalah Enterprise
Risk Management. Variabel kontrol penelitian ini termasuk size, leverage, sales
growth, ROA, dividends, dan BETA. Hasil penelitian ini bahwa penerapan ERM
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel kontrol size, leverage,
ROA dan BETA berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan sales
growth dan dividends tidak berpengaruh terhadap Tobin’s Q.
Widodo, Rohman dan Yudawijaya (2013)
dengan judul penelitian
Pengaruh Pengungkapan Manajemen Risiko Terhadap Nilai Perusahaan Bukti
empiris dari Pasar Modal Indonesia. Variabel dependen adalah nilai perusahaan
diproksikan dengan Return On Asset (ROA) dan variabel independen adalah risiko
keuangan, risiko operasional, dan risiko pemberdayaan. Objek penelitian adalah
menguji pengungkapan manajemen risiko terhadap nilai perusahaan. Pengujian
dilakukan dengan regresi berganda dan hasilnya bahwa sebanyak 49 dari 60
perusahaan telah mengungkapkan manajemen risiko, pengungkapan yang paling
banyak adalah risiko keuangan dan operasional dan secara parsial risiko
pemberdayaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan risiko keuangan
dan operasional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Penelitian terdahulu berikutnya yang dilakukan oleh Hoyt, Moore and.
Liebenberg (2008) dengan judul The value of Enterprice Risk Management :
Evidence from the U.S. Insurance Industry. Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa ERM
berpengaruh terhadap size, dan institutional ownership dan
hubungan negatif dengan reinsurance use dan leverage. Penelitian ini juga
menilai pengaruh ERM terhadap Tobin’s Q, proksi standar untuk nilai
perusahaan. Dengan demikian, ditemukan bahwa ERM berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Untuk memudahkan pemahaman, penelitian terdahulu dituangkan dalam
tabel 2.1 yang disusun berdasarkan tahun terkini hingga terdahulu. Berikut
disajikan tabel 2.1 tentang ringkasan penelitian terdahulu.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel
Penelitian
Indikator
Teknik
Analisis
Hasil Penelitian
1
Sanjaya dan
Linawati (2015)
Pengaruh Penerapan
Enterprise Risk
Management dan
Variabel kontrol
Terhadap Nilai
Perusahaan di Sektor
Keuangan
Variabel
Dependen:
Nilai
Perusahaan
Nilai perusahaan
diukur dengan
menggunakan
Tobin’s Q
Variabel
Independen:
Pengungkapan
ERM
ERM diukur
dengan pencarian
frase “Enterprise
Risk
Management”
Teknik
pengujian:Uji
asumsi klasik,
yang terdiri dari
uji normalitas,
uji
multikolineritas,
uji
heteroskedasitas
dan uji
autokorelasi
a. Terdapat pengaruh
signifikan ERM dan
variabel kontrol secara
bersama-sama terhadap
nilai perusahaan di
sektor keuangan
Variabel
Kontrol
Ukuran
Perusahaan
dan Leverage
2.
Sekerci (2014)
Does Enterprise risk
Management create
value for firms?:
Evidence from Nordic
Countries
Variable
Dependent:
Firm Value
Variable
Independent:
ERM
Ukuran
perusahaan diukur
dengan jumlah
aset, leverage
diukur dengan
leverage ratio
Firm values used
Tobin’s Q
ERM is dummy
variable
Teknik analisis
data : regresi
linear berganda
(OLS)
Two Stage
Least Square
(2SLS)
Regression
b. Tidak berpengaruh
signifikan ERM
terhadap nilai
perusahaan sedangkan
variabel kontrol
berpengaruh signifikan
terhadap nilai
perusahaan di sektor
keuangan
The main finding of the
paper is that value
creation of ERM is not
supported after
controlling for other
determinants of firm
value and endogeneity
bias. The findings are
highly consistent over
different specifications.
3
4.
Bertinetti,
Cavezzali and
Gardenal (2013)
Widodo,Rohman
dan Yudawijaya
(2013)
The effect of the
enterprise risk
management
implementation on the
firm value of European
companies
Variable
Dependen:
The Firm Value
PENGARUH
PENGUNGKAPAN
MANAJEMEN
RISIKO TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
(Bukti Empiris dari
Pasar Modal Indonesia)
Variabel
Dependen:
Nilai
perusahaan
diproksikan
dengan
profitabilitas
perusahaan
Variable
Independen:
ERM adoption
Variabel
Independen:
a. Risiko
Keuangan
b. Risiko
Operasional
c. Risiko
Pemberdayaan
5.
Hoyt, Moore
and. Liebenberg
(2008)
The value of Enterprise
Risk Management :
Evidence from the U.S.
Insurance Industry
Variable
Dependent:
ERM
Variable
Independent:
Firm Value
The firm value
used Tobin’s Q
Tobins’s Q
Ratio
ERM is set equal
to 1 in
correspondence of
the first evidence
of ERM adoption
A fix effect
panel regression
Profitabiliatas
diukur dengan
menggunakan
Return on Asset
(ROA)
Pengujian
Regresi
berganda
Risiko keuangan,
risiko operasional,
risiko
pemberdayaan
diukur manual
analisis dengan
cara beri nilai 1
apabila risiko
diungkapkan, nilai
0 jika risiko tidak
diungkapkan
ERM is a dummy
variable equal to
one for firm the
engage in ERM.
Firm value used
Tobin’s Q ratio
This paper find a
positive statistically
significant relation
between the ERM
adoption and firm
value. As for the
probability that a firm
engages in ERM
protocol, we find size,
the company beta dan
profitability (ROA) are
statically significant
determinants.
a. Berdasarkan jumlah
populasi sebesar 60
perusahaan tambang di
Indonesia sebanyak 49
perusahaan telah
mengungkapkan
manajemen risiko
b. Bentuk
pengungkapan yang
paling banyak adalah
risiko keuangan dan
risiko operasional
c. Risiko pemberdayaan
berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan tambang.
Sedangkan risiko
keuangan dan risiko
operasional tidak
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan
Regression
Analysis
This paper find a
positive relation
between firm value and
the use of ERM. ERM
premium is statically
and economically
significant and
approximately 17 %
percent of firm value.
Sumber :Hasil ringkasan peneliti
2.3 Kerangka konseptual dan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan tinjauan penelitian
terdahulu pada variabel-variabel dalam penelitian ini mengenai pengaruh
pengungkapan manajemen risiko yang di proksikan melalui risiko keuangan dan
risiko operasional terhadap nilai perusahaan, dapat digambarkan suatu kerangka
konseptual pada gambar 2.2.
H1
Risiko Keuangan (X1)
Risiko Operasional (X2)
Nilai Perusahaan
(Y)
H2
H3
Gambar 2.2 Kerangka konseptual
Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh risiko
keuangan dan risiko operasional terhadap nilai perusahaan. Berikut diuraikan
dasar pengujian ketiga hipotesis penelitian ini.
2.3.1 Pengaruh pengungkapan manajemen risiko diproksikan dengan risiko
keuangan terhadap nilai perusahaan transportasi
Risiko keuangan adalah sejauh mana perusahaan bergantung pada
pembiayaan eksternal (termasuk pasar modal dan bank) untuk mendukung operasi
yang sedang berlangsung. Perusahaan yang mengandalkan pada pihak eksternal
untuk pembiayaan berisiko lebih besar daripada yang menggunakan dana sendiri
yang dihasilkan secara internal. Risiko keuangan dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dari investor untuk mengetahui bagaimana perusahaan itu untuk membayar
beban-beban yang ditanggung oleh perusahaan tersebut.
Risiko keuangan tersebut harus dikelola sehingga tidak menimbulkan
kerugian. Manajemen risiko keuangan secara proaktif memberikan keuntungan
kompetitif dan juga menjamin manajemen, staff operasional, stakeholder dan
board of director. Sebagai contoh, manajer menggunakan ERM sejak perusahaan
sadar manfaat dari ERM. Perusahaan percaya untuk menjalankan investasi besar
dan mahal dibandingkan less-equipped and narrower-visioner managers.
Berdasarkan telaah teori bahwa manajemen risiko sebagai tolak ukur
investor untuk mengetahui bagaimana perusahaan itu membayar beban-beban dan
memberikan keuntungan kompetitif bagi shareholders maka dirumuskan hipotesis
pertama:
H1 : Manajemen risiko diproksikan dengan risiko keuangan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI
2.3.2 Pengaruh pengungkapan manajemen risiko diproksikan dengan risiko
Operasional terhadap nilai perusahaan transportasi
Risiko operasional mempunyai ruang lingkup yang mencakup risiko
kerugian yang disebabkan oleh proses internal, kesalahan sumber daya manusia
perusahaan, kerusakan atau kesalahan sistem, kerugian karena disebabkan
kejadian di luar perusahaan dan kerugian karena pelanggaran hukum atau
peraturan oleh perusahaan. Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko
operasional dan memasukkan dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya
diharapkan lebih survive, karena potensi risiko yang akan terjadi sudah
diperhitungkan. Menurut Suratno dkk. (2006) mengatakan perusahaan dengan
environmental performance yang baik perlu mengungkapkan informasi kuantitas
dan mutu lingkungan berarti menggambarkan good news bagi pelaku pasar.
Berdasarkan teori bahwa perusahaan yang menerapkan manajemen risiko
operasional adalah perusahaan yang lebih survive, dan penelitian suratno bahwa
pengungkapan informasi kuantitas dan mutu lingkungan menggambarkan good
news bagi pelaku pasar maka dirumuskan hipotesis kedua:
H2 : Manajemen risiko diproksikan dengan risiko operasional berpengaruh
terhadap nilai perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI
2.3.3 Pengaruh pen
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teoritis
2.1.1 Teori Agensi
Hubungan agensi timbul antara satu pihak, disebut prinsipal, yang menyewa
pihak lain disebut agen, untuk melaksanakan sejumlah jasa dan prinsipal
mendelegasikan wewenang pembuat keputusan pada agen. Para pemegang saham
adalah para prinsipal dan chief executive officer (CEO) adalah agennya. Pemegang
saham menyewa CEO dan mengharapkan CEO untuk bertindak demi kepentingan
pemegang saham.Menurut Supriyono (2000: 185) perbedaan tujuan prinsipal dan
agen adalah.
1. Agen dianggap menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi
keuangan, namun juga dari kepuasan lain yang diperoleh dari hubungan
agensi. Di lain pihak, prinsipal (pemegang saham) dianggap hanya
tertarik pada kembalian (return) keuangan yang tumbuh dari investasinya
dalam perusahaan. Kepuasan lain yang diinginkan agen dapat berbentuk
waktu senggang, kondisi kerja yang lebih baik, menjadi anggota club
organisasi yang ekslusif dan fleksibel jam kerja. Bagi prinsipal, waktu
senggang agen dianggap berlawanan dengan usaha untuk meningkatkan
nilai perusahaan, preferensi agen terhadap waktu senggang merupakan
keengganan kerja (work adversion) dan agen yang tidak memberi usaha
berarti pengelakan (shirking) tanggung jawab.
2. Prinsipal dan agen mempunyai perbedaan preferensi risiko. Prinsipal
netral risiko dan agen segan risiko. Prinsipal perusahaan biasanya terdiri
dari banyak pemilik, mereka dapat mengurangi risiko dengan
mendiversifikasikan kekayaannya dan menjadi pemilik saham pada
berbagai perusahaan. Oleh karena itu, pemilik tertarik dengan nilai yang
diharapkan atas investasinya sehingga relatif netral risiko. Di lain pihak,
kekayaan utama agen biasanya bertumpu pada kemampuan pribadi yang
dimilikinya. Agen sulit mendiversifikasikan kekayaan sehingga mereka
segan risiko (risk averse).
Para pemegang saham mungkin tidak dalam posisi untuk memantau
aktivitas-aktivitas CEO setiap hari sehingga sulit untuk mengetahui apakah CEO
bekerja dengan baik sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Demikian pula
persero selaku prinsipal terhadap manajer unit bisnis selaku agen, persero
mungkin tidak dalam posisi untuk memantau aktivitas-aktivitas para manajer unit
bisnis setiap hari. Situasi ini menimbulkan ketimpangan informasi antara prinsipal
dan agen dikenal dengan istilah asimetri informasi.
Asimetri informasi adalah situasi yang terbentuk karena prinsipal tidak
memiliki informasi yang cukup mengenai kinerja agen sehingga prinsipal tidak
pernah dapat menentukan kontribusi usaha-usaha agen terhadap hasil-hasil
perusahaan yang sesungguhnya. Asimetri informasi tersebut dapat timbul dalam
beberapa bentuk:
1. Tanpa pemantauan, hanya agen yang mengetahui apakah ia bekerja dengan
baik demi kepentingan prinsipal
2. Agen mungkin mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan daripada
prinsipal
3. Agen dalam melaksanakan tugasnya mungkin diarahkan oleh informais
pribadi.
2.1.2 Pengungkapan Manajemen Risiko
Berapa banyak informasi yang harus diungkapkan tidak hanya tergantung
pada keahlian pembaca, akan tetapi juga standar yang dibutuhkan. Laporan
keuangan bukan satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan, informasi dan gambaran mengenai tata kelola perusahaan juga penting
dalam pengambilan keputusan bagi seorang investor. Oleh karena itu, perusahaanperusahaan harus mengungkapkan informasi secara luas dan lengkap. Menurut
Evans (2003) dalam Andriyanto pengungkapan adalah.“Disclosure means
supplying information in the financial statements, including the statements
themselves, the notes to the statements, and the supplementary disclosures
associated with the statements. It does not extend to public or private statements
made by management or information outside the financial statements.”
Menurut Hendriksen (1996: 204) tiga konsep pengungkapan yang umumnya
diusulkan adalah.
1. Pengungkapan yang cukup (adequate) adalah pengungkapan yang minim
untuk membuat laporan tidak menyesatkan.
2. Pengungkapan wajar (fair) adalah tujuan etis adar memberikan perlakuan
yang sama bagi semua pembaca potensial.
3. Pengungkapan lengkap (full) adalah penyajian semua informasi yang
relevan.
Tipe pengungkapan yang diimplementasikan oleh perusahaan dikategorikan
menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
dan
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) . Pengungkapan wajib (mandatory
disclosure) merupakan pengungkapan yang diharuskan oleh peraturan yang
berlaku, dalam hal ini adalah peraturan yang ditetapkan oleh lembaga yang
berwenang. Sedangkan pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang
melebihi dari yang diwajibkan.
Di Indonesia, ketentuan pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
ditetapkan oleh pembuat kebijakan akuntansi yaitu IAI (Ikatan Akuntan
Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Salah satunya peraturan yang
dibuat oleh OJK adalah peraturan No. VIII. G. 7 berdasarkan SK Ketua Bapepam
Nomor Kep-347/BL/2012 pada tanggal 25 Juni 2012 tentang penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan emiten atau perusahaan publik. Sedangkan IAI
membuat perarutan mengenai pengungkapan diatur dalam PSAK No. 60 (revisi
2013). PSAK 60 (2013) Instrumen Keuangan: Pengungkapan menggantikan
PSAK 60 (2010) Instrumen Keuangan: Pengungkapan yang telah disesuaikan
pada bulan Oktober 2012. PSAK 60 ini merupakan adopsi IFRS 7 Financial
Instrument: Disclosure per efektif 1 Januari 2013.
Dalam PSAK 60 disebutkan definisi pengungkapan risiko yang terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Risiko pasar
Risiko di mana nilai wajar atau arus kas masa depan suatu instrumen
keuangan akan berfluktuasi karena perubahan harga pasar. Risiko pasar
meliputi tiga jenis, yaitu: risiko mata uang, risiko suku bunga, dan
risiko harga lain.
Risiko harga lain
Risiko di mana nilai wajar atau arus kas masa depan instrumen
keuangan akan berfluktuasi karena perubahan harga pasar.
Risiko suku bunga
Risiko di mana nilai wajar atau arus kas masa depan dari suatu
instrumen keuangan akan berfluktuasi karena perubahan suku bunga
pasar.
Risiko mata uang
Risiko di mana nilai wajar atau arus kas masa depan dari suatu
instrumen keuangan akan berfluktuasi karena perubahan kurs valuta
asing.
Risiko kredit
Risiko di mana suatu pihak atas instrumen keuangan akan
menyebabkan kerugian keuangan terhadap pihak lain diakibatkan
kegagalannya dalam memenuhi suatu kewajiban.
Risiko likuiditas
Risiko di mana suatu entitas akan menghadapi kesulitan dalam
memenuhi kewajiban terkait dengan liabilitas keuangannya yang
diselesaikan dengan penyerahan kas atau aset keuangan lain.
Dalam PSAK 60 (revisi 2013) Entitas mengungkapkan informasi yang
memungkinkan para pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi jenis dan
cakupan jenis risiko yang timbul dari instrumen keuangan yang mana entitas
terekspos pada akhir periode pelaporan. Pengungkapan memfokuskan pada risiko
yang timbul dan bagaimana risiko tersebut dikelola. Penyediaan pengungkapan
kualitatif dalam konteks pengungkapan kuantitatif memungkinkan pengguna
menghubungkan
pengungkapan
terkait
sehingga
memahami
gambaran
keseluruhan sifat dan cakupan risiko.
Peraturan OJK (Bapepam-LK No.X K6) atau KEP-134/BL/2006 tentang
kewajiban penyampaian laporan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik.
Dalam peraturan tersebut dijelaskan mengenai manajemen risiko adalah
“penjelasan mengenai risiko-risiko yang dihadapi perusahaan serta upayaupaya yang telah dilakukan untuk mengelola risiko tersebut, misalnya: risiko
yang disebabkan oleh fluktuasi kurs atau suku bunga, persaingan usaha,
pasokan bahan baku, ketentuan negara lain atau peraturan internasional, dan
kebijakan pemerintah”
2.1.3 Manajemen Risiko
2.1.3.1 Definisi Manajemen Risiko
Risiko didefinisikan sebagai peluang atau kemungkinan dari bahaya,
kerugian, cedera, atau konsekuensi yang tidak diharapkan. Kegiatan-kegiatan
perusahaan
yang
mengandung
risiko
harus
segera
dikelola
dengan
mengindentifikasi risiko, mengukur dan memperkirakan konsekuensi serta
mengambil tindakan yang tepat dalam mengendalikannya. Proses tersebut adalah
rangkaian manajemen risiko. Menurut Idroes (2011:5) Manajemen risiko
didefinisikan sebagai suatu metode logis dan sistematik dalam identifikasi,
kuantifikasi, menentukan sikap, menetapkan solusi serta melakukan monitor dan
pelaporan risiko yang berlangsung pada setiap aktivitas atau proses.
Manajemen risiko adalah usaha yang secara rasional ditujukan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian dari risiko yang dihadapi. Kasidi
(2010 : 4)
sedangkan COSO ERM – Integrated Framework (2004),
mendefinisikan manajemen risiko sebagai: “Proses yang dipengaruhi oleh Board
of Directors, manajemen, dan personil lain dalam entitas, diaplikasikan pada
pembentukan strategi dan pada seluruh bagian perusahaan, dirancang untuk
mengidentifikasi kejadian potensial yang dapat mempengaruhi entitas, dan
mengelola risiko selaras dengan risk appetite entitas, untuk menyediakan jaminan
yang wajar terhadap pencapaian sasaran dari entitas.”
2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Manajemen Risiko
1. Tujuan Manajemen Risiko
Menurut Salim A. Abbas (2005:201) tujuan yang hendak dicapai dengan
manajemen risiko ialah mengelola perusahaan supaya mencegah perusahaan dari
kegagalan, mengurangi pengeluaran, menaikkan keuntungan, menekan biaya
produksi, dan sebagainya.
2. Manfaat Manajemen Risiko
Adapun manfaat-manfaat manajemen risiko yang dapat disumbangkan
oleh manajemen risiko menurut Herman Darmawi (2008:11) adalah:
a. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan
b. Manajemen risiko dapat meningkatkan laba perusahaan
c. Manajemen risiko dapat menyumbangkan laba secara tidak langsung
d. Ketenangan pikiran bagi manajer
e. Meningkatkan public image”.
2.1.3.3 Komponen Manajemen Risiko
Sebuah Institut Risiko Manajemen (IRM) dari Inggris menerbitkan “A Risk
Management Standard”. Fokus manajemen risiko ini adalah identifikasi dan
penanganan risiko yang mana tujuannya untuk menambah nilai yang
berkelanjutan untuk semua kegiatan perusahaan. Manajemen risiko harus terus
menerus dijalankan dan dikembangkan sehigga strategi perusahaan dapat
terlaksanakan. Manajemen risiko juga harus diintegrasikan ke dalam budaya
perusahaan dengan kebijakan efektif dan program yang dipimpin manajer senior,
sehingga seluruh departemen baik manajer dan karyawan bertanggung jawab atas
manajemen risiko yang ada.
Risiko yang dihadapi perusahaan berasal dari dua faktor yaitu internal dan
eksternal perusahaan. Berikut disajikan diagram risiko utama yang ada pada
wilayah perusahaan dan merupakan faktor dari manajemen risiko pada gambar
2.1.
Gambar 2.1 Diagram Risiko Utama Perusahaan
Sumber : IRM (2002 : 3)
Pada gambar 2.1 dapat dilihat risiko utama yang terjadi pada perusahaan
adalah risiko keuangan, risiko strategi, risiko operasional, dan risiko kerugian.
Risiko keuangan terdiri dari dua sumber ekternal dan internal. Risiko keuangan
dari sumber ekternal adalah risiko suku bunga, risiko valuta asing dan risiko
kredit. Risiko tersebut timbul karena hubungan/kontrak dengan pihak lain. Risiko
keuangan dari sumber internal adalah risiko likuiditas dan arus kas. Risiko
likuiditas adalah risiko yang muncul akibat tidak dapat membayar kewajibannya
pada jatuh tempo.
Risiko strategi terdiri dari dua sumber ekternal dan internal. Risiko strategi
dari sumber ekternal adalah risko persaingan, risiko perubahan pelanggan, risiko
perubahan industri, dan risiko permintaan pelanggan. Risiko tersebut timbul
karena pengambilan keputusan atau penerapan strategi yang tidak tepat. Risiko
strategi dari sumber internal adalah M & A Integrasi (Merger & akuisisi
integrasi), risiko riset dan pengembangan, dan risiko modal intelektual.
Risiko operasional terdiri dua sumber yaitu ekternal dan internal. Risiko
operasional sumber ekternal adalah risiko peraturan, risiko kebudayaan, risiko
komposisi direktur. Risiko operasional sumber internal adalah risiko rekrutmen,
risiko rantai persediaan, risiko pengendalian akuntansi dan risiko sistem
informasi.
Risiko kerugian terdiri dari dua sumber yaitu ekternal dan internal. Risiko
kerugian sumber ekternal risiko lingkungan, risiko pemasok, risiko bencana alam,
dan risiko kontrak sedangkan risiko kerugian sumber internal adalah risiko akses
umum, risiko karyawan, risiko properti, dan risiko produk dan servis.
2.1.4 Risiko Keuangan
Risiko keuangan adalah sejauh mana perusahaan bergantung pada
pembiayaan eksternal (termasuk pasar modal dan bank) untuk mendukung operasi
yang sedang berlangsung. Perusahaan yang mengandalkan dana dari pihak eksternal
untuk pembiayaan berisiko lebih besar daripada yang menggunakan dana sendiri yang
dihasilkan secara internal. Dana dari pihak ekternal diakui sebagai hutang. Menurut
Sartono dalam Dramawan (2015) Penggunaan hutang suatu perusahaan akan
meningkatkan nilai perusahaan sampai pada suatu titik struktur modal yang optimal.
Nilai perusahaan akan mulai menurun dengan semakin bertambahnya proporsi hutang
dalam struktur modal. Hal ini diakibatkan oleh manfaat yang diperoleh dari
penggunaan hutang menjadi lebih kecil dari biaya yang timbul atas penggunaan
hutang tersebut.
Risiko keuangan dapat dijadikan sebagai tolak ukur dari investor untuk
mengetahui bagaimana perusahaan itu untuk membayar beban-beban yang
ditanggung oleh perusahaan tersebut. Terdapat tiga sumber utama risiko keuangan
yaitu (Horcher, 2005: 3)
1. Risiko keuangan muncul dari “organization exposure” ke perubahan harga
pasar, seperti tingkat suku bunga, kurs, dan harga barang.
2. Risiko keuangan muncul dari kegiatan dan transaksi dengan organisasi lainnya
seperti pemasok, pelanggan, dan pihak-pihak setempat.
3. Risiko keuangan muncul dari kegiatan internal atau kegagalan organisasi
khususnya manusia, proses, dan sistem.
Menurut Umar (1998: 201) manajemen risiko pendekatan finansial terdiri
dari 1. risiko valuta asing (valas), 2. risiko investasi di perusahaan dan di pasar
modal, 3. risiko investasi di reksa dana, 4. risiko leasing dan 5. risiko berjangka
komoditi.
1. Risiko valuta asing (Valas)
Transaksi valuta asing (valas) merupakan pertukaran satu mata uang dengan
mata uang lain, misalnya dalam rangka perdagangan skala internasional
yang melibatkan satu negara dengan negara lain. Jenis transaksi ini ada dua
macam, yang pertama adalah transaksi spot yang biasanya dapat
diselesaikan dalam 1-2 hari kerja seperti cash misalnya pertukaran langsung
ke money changer. Jenis transaksi yang kedua adalah transaksi forward
yang dapat diselesaikan sampai 1 tahun. Transaksi forward ini akan
membawa risiko jika nilai valas mengalami penurunan. Untuk menghindari
risiko ini perlu adanya kontrak forward.
Di dalam bisnis, terutama yang berskala internasional,dimana transaksi yang
dilakukan untuk pembiayaan menggunakan mata uang yang berbeda, para
manajer harus mampu memprediksi pergerakan nilai valas untuk
mengetahui kemungkinan kerugian atau keuntungan. Memprediksi valas
dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu:
a. Mengetahui perilaku pasar valas melalui besarnya suku bunga dan kurs
forward saat ini
b. Model fundamental dan analisis teknikal. Cara fundamental adalah cara
meramalkan prospek valas dengan menggunakan variabel-variabel yang
signifikan berpegaruh, seperti variabel ekonomi makro dan kebijakan
pemerintah.
Konsep mengendalikan risiko valas adalah dominan bagaimana cara
memperoleh dana dan mengalokasikan dalam investasi. Dana dalam mata
uang asing nilainya dapat berfluktuasi. Eksposur dapat dipakai untuk
mengetahui seberapa jauh perubahan kurs valas yang berakibat pada kinerja
perusahaan. Eksposur dapat dilihat dari tiga sisi yaitu:
a. Eksposur transaksi, untuk mengetahui seberapa jauh fluktuasi kurs akan
mengganggu aliran kas perusahaan di masa datang.
b. Eksposur akuntansi, untuk mengetahui seberapa jauh fluktuasi valas
mempengaruhi laporan keuangan konsolidasi dan neraca perusahaan.
c. Eksposur ekonomi, untuk mengetahui seberapa jauh nilai perusahaan
akan berubah kearah yang tidak diharapkan.
Macam-macam penetapan kurs yaitu sistem kurs tetap (fixed exchange
rate), sistem kurs mengambang (Floating exchange rate), sistem ini
menyatakan bahwa nilai tukar suatu mata uang atau valas ditentukan oleh
kekuatan permintaan dan penawaran di pasar valas dan pegged exchange
rate system, sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan nilai mata
uang suatu negara dengan mata uang negara lain atau sejumlah uang
tertentu.
Risiko utang adalah pinjaman internasional memiliki kompleksitas yang
besar sehingga memiliki risiko yang besar dalam kemacetan pembayaran
utang. Jika perusahaan transnasional menerbitkan utang yang didominasi
dengan valas, biaya efektifnya sama dengan biaya membayar bunga dan
pokok pinjaman setelah pajak yang dinyatakan dalam mata uang negara
asal.
Bagi perusahaan yang sudah Go Internasional, pasar swap dapat digunakan
untuk membiayai investasi internasional, pasar swap mempunyai tiga jenis
yaitu:
a. Interest rate swaps, yakni pembayaran suku bunga dalam US$ misalnya
selama jatuh tempo dengan jumlah angsuran pokok pinjaman yang
disepakati dalam bentuk cuopon swaps maupun basic swaps.
b. Currency swaps, yaitu mata uang asing yang dipinjam pada suku bunga
tetap (fixed rate) dimana yang bersangkutan akan menerima mata uang
asing tersebut sebagai ganti mata uang asing lain.
c. Debt equity swaps, yaitu investor dari suatu negara membeli utang luar
negeri dari suatu negara lain .
d. Debt peso swaps, yaitu penduduk di negara pengutang membeli utang
luar negeri negaranya dengan potongan harga dan mengkonversikan
utang ini ke dalam mata uang domestik.
Instrumen antisipasi risiko valas yaitu
a. Kontrak futures adalah kontrak yang telah distandarisasi dan
diperdagangkan di pasar bursa yang terorganisasi dengan baik sehingga
risikonya pun lebih kecil. Jadi tujuan utama digunakannya instrumen ini
adalah untuk memudahkan antisipasi terhadap risiko perubahan kurs
valas.
b. Kontrak Option merupakan hak untuk membeli atau menjual suatu valas
pada harga yang konstan per unit untuk suatu periode tertentu sampai
jatuh temponya.
2. Risiko investasi di perusahaan dan di pasar modal
Menilai kinerja perusahaan memerlukan alat analisis dan tolak ukur, begitu pula
dengan menilai kinerja perusahaan yaitu:
a. Rasio keuangan
Analisis rasio keuangan berguna untuk menentukan kesehatan atau kinerja
keuangan suatu perusahaan baik pada saat sekarang maupun masa datang.
Rasio keuangan terdiri dari:
1) Rasio likuiditas
2) Rasio efisiensi
3) Rasio leverage
4) Rasio Profitabilitas
b. Model prediksi bangkrut dari Altman (Z skor)
Z skor ini digunakan untuk mengukur tingkat kepailitan/kebangkrutan
suatu perusahaan. Metode ini dapat pula dijadikan salah satu indikator
kinerja perusahaan. Z skor ditemukan oleh Edward L. Altman.
c. Penilaian harga saham di pasar modal
Rasio nilai pasar saham dapat digunakan untuk mengukur apakah nilai
saham perusahaan yang beredar termasuk kategori undervalued atau
overvalued atau juga moderat bila dibandingkan dengan harga pasarnya.
Rasio penilaian harga saham yaitu rasio Price to Earning (PER), Rasio
Price to Book Value , dan Dividend Yield.
d. Pemilihan Portofolio
Pemilihan portofolio yang optimal adalah pemilihan yang memberikan
kemungkinan pendapatan yang tertinggi bagi suatu derajat risiko tertentu
atau kemungkinan risiko yang paling rendah bagi setiap tingkatan
pendapatan
tertentu.
Dalam
pemilihan
portofolio
harus
mempertimbangkan tingkat keuntungan, risiko portofolio, penentuan
koefisien korelasi, tingkat pengembalian (rate of return), penentuan
covatians portofolio, penentuan koefisien variansi
3. Risiko Investasi di reksa dana
a. Dalam memilih satu diantara bentuk investasi yang ada, apakah open-end
atau close-end , atau kontrak investasi kolektif.
b. Prosfektus yang diterbitkan oleh setiap reksa dana saat masa penawaran
(Initial Public Offering ) bisa saja tidak sesuai dengan keadaaan
sesungguhnya perusahaan.
c. Adanya kemungkinan perusahaan reksa dana dalam menetapkan nilai aset
mereka tidak pada tingkat harga pasar yang dihitung setiap hari.
d. Aset dalam perusahaan reksa dana sebagian besar adalah sekuritas yang
memiliki hak dan klaim hukum terhadap yang menerbitkannya dan tidak
mempunyai wujud fisik.
e. Adanya kemungkinan, pemodal tertentu yang menguasai sebagian aset
dapat mempengaruhi manajemen reksa dana.
4. Risiko Leasing
Leasing merupakan suatu kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan ataupun
perorangan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala
disertai hak opsi baginya untuk membeli barang-barang modal tersebut atau
memperpanjang jangka waktu leasing yang telah disepakati bersama. Risiko
leasing bagi lessee yaitu tanggung jawab dengan kondisi peralatan, pemeliharaan,
pengamanan, dan program asuransinya.
5. Risiko perdagangan berjangka komoditi
Perdagangan berjangka komoditi, selanjutnya disebut dengan Perdagangan
Berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan
penyerahan kemudian berdasarkan kontrak berjangka dan opsi atas kontrak
berjangka dimana perdagangan ini dilakukan di Bursa Berjangka.
2.1.5 Risiko Operasional
Banyak perusahaan yang bangkrut atau dilikuidasi karena menderita
kerugian operasional yang besar memberikan pelajaran bahwa risiko operasional
tidak mungkin diabaikan atau dihilangkan (Muslich, 2007:4).
Kilavuka dalam Moosa dan Li (2013) membuktikan bahwa pengaruh
kerugian operasional dapat menjauhkan dari tujuan perusahaan dan kelangsungan
hidup
perusahaan
dapat
terganggu
oleh
kerugian
operasional,
tanpa
memperhatikan apakah kerugian berkelanjutan dalam jangka waktu pendek.
Selanjutnya, pengaruh kerugian operasional juga disebabkan oleh gangguan
servis, dimana pengurangan loyalitas pelanggan dan tuntutan, dimana merusak
reputasi perusahaan dan brand.
Risiko operasional mempunyai ruang lingkup yang mencakup risiko
kerugian yang disebabkan oleh proses internal, kesalahan sumber daya manusia
perusahaan, kerusakan atau kesalahan sistem, kerugian karena disebabkan
kejadian di luar perusahaan dan kerugian karena pelanggaran hukum atau
peraturan oleh perusahaan.
Menurut Umar (1998: 51) manajemen risiko pendekatan nonfinansial terdiri
dari 1.Risiko Sumber Daya Manusia (SDM), 2. Risiko kesehatan dan keselamatan
kerja, 3. Risiko /kejahatan, 4.Risiko kecurangan, 5. Risiko polusi lingkungan, 6.
Risiko kebakaran, 7. Risiko kerusakan komputer, 8. Risiko pemasaran, 9. Risiko
kualitas dan daya saing produk.
1. Risiko Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Perusahaan akan berada pada risiko yang berat jika manajemennya lemah,
misalnya: Memiliki manajer eksekutif yang kurang memiliki sense of
leadership dan pengetahuan yang luas dan/atau lemah dalam berpikir serta
bertindak fokus, misalnya dalam bidang pemasaran dan keuangan, memiliki
manajer eksekutif yang sulit dikendalikan oleh dewan komisaris,memiliki
direktur keuangan yang lemah dan ketidakmampuan manajemen untuk
menjawab perubahan lingkungan usaha yang cepat dan tepat.
b. Suksesi (pergantian pimpinan)
Perihal siapa-siapa saja yang duduk di dewan direksi juga mempunyai
banyak masalah. Salah satunya adalah koncoisme.
c. Risiko pekerja inti/senior
Beberapa perusahaan sangat bergantung kepada para pekerja utama atau
senior serta anggota direksi. Jika para pekerja inti/senior pindah ke
perusahaan pesaing maka perusahaan berada pada suatu risiko yang besar.
Untuk menangani risiko ini, perusahaan dapat memberikan penghargaan
mencakup insentif finansial (gaji dan pembagian laba), tanggung jawab
manajerial, alih wewenang pengambilan keputusan serta keuntungan gaya
hidup.
d. Menangani karyawan
Perusahaan yang peduli pada para pekerjanya digambarkan dengan
keinginannya untuk mendengarkan dan mempelajari, serta melaksanakan
perubahan-perubahan yang dapat meningkatkan kondisi tenaga kerja.
Dengan melibatkan tenaga kerja dalam pembuat keputusan akan menjadi
suatu tanda dari perusahaan yang sukses.
e. Pencarian tenaga kerja yang efektif
Proses rekrutmen kepada pencari kerja tanpa kualifikasi yang memadai akan
menambah risiko bagi kinerja perusahaan. Pengukuran IQ sama sekali tidak
mengindentifikasi apakah calon pekerja itu akan bekerja dengan baik atau
ridak. Perusahaan dapat meminimalkan risiko dengan menyiapkan job
specification, membuat suatu personal specification, dan memantau CV dan
referensi.
2. Risiko kesehatan dan keselamatan kerja
a. Biaya kecelakaan
Biaya untuk kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan, apalagi
perusahaan yang memproduksi barang-barang yang berbahaya pastilah
besar.
b. Mengatur kesehatan dan keselamatan
c. Penetapan risiko kesehatan dan keselamatan kerja
d. Meminimalisasi risiko
1) Menghilangkan bahaya
2) Memperkecil proses yang tidak aman dengan cara mengganti atau
merubah proses dengan lebih aman misalnya menganti alat
produksinya.
3) Mengontrol bahaya
4) Mengontrol secara teratur akan membantu mencegah terjadinya
kecelakaan, para pekerja menjadi sadar akan adanya bahaya.
5) Mengendalikan karyawan dan exposure
6) Melatih para pekerja dan membuat mereka yakin akan bahaya
merupakan suatu prose terus menerus yang harus dilakukan perusahan.
Selain program pelatihan, tata letak barang-barang ada hendaknya
diatur, misalnya tidak ditumpuk atau lainnya. Meminimalkan exposure
juga dapat dilakukan dengan cara, seperti penutup telinga, jari dan
perlindungan kepala
7) Mesin-mesin yang berbahaya
8) Sistem tekanan
9) Bunyi dan getaran
10) Keselamatan dari aliran listrik
11) Bahan yang Berbahaya bagi Paru-paru atau Kulit
12) Merokok
13) Ruang yang sempit
14) Lifting dan Handling
15) Cedera oleh pekerjaan yang berulang
16) Terpeleset, Tersandung, dan Terjatuh
17) Luka-luka yang disebabkan oleh kendaraan
18) Menganalsisis kecelakaan
19) Faktor manusia
3. Risiko Kejahatan
a. Menyesuaikan keamanan terhadap ancaman yaitu teknik-teknik untuk
melindungi bangunan dan barang-barang memerlukan tindakan-tindakan
yang bertahap, seperti yang dicontohkan berikut ini: Mencengah orangorang memasuki gedung tanpa ijin dan membuat sulit masuk, misalnya
menggunakan pagar atau kunci
b. Ancaman alam terhadap gedung
Kebakaran adalah ancaman alam yang besar terhadap bangunan yang sudah
dianggap umum.
c. Peristiwa di tempat umum
d. Keamanan barang-barang eceran
Salah satu kerugian yang cukup besar adalah berkurangnya barang akibat
dicuri oleh karyawan sendiri. Perusahaan dapat mengantisipasi dengan
melarang karyawan menggunakan jaket dan membawa tas di gudang dan
ruangan di gudang harus dijaga.
e. Pencurian barang di toko oleh publik
Barang-barang yang diminati pembeli dapat mendorong mereka untuk
mencurinya. Hendaknya toko dirancang aman dari calon pembeli yang
berniat melakukan pencurian.
4. Risiko Kecurangan
Tiga tipe kecurangan, yaitu:
a. Blue color workers mereka dapat mencuri barang-barang, terutama yang
sulit dideteksi saat mereka keluar kantor.
b. Clerical workers mereka yang menangani langsung kertas-kertas kerja dan
sering dipercaya, sehingga mereka dapat melakukan pemalsuan-pemalsuan
angka atau menghilangkan dokumen atau menjual informasi pada pesaing.
c. Managers (White color workers) mereka dapat menyetujui faktur-faktur
palsu milik perusahaan sendiri.
5. Risiko polusi lingkungan
Ada tujuh jenis risiko lingkungan yang akan dibahas dibawah ini:
a. Naiknya biaya-biaya akibat polusi
b. Dibanyak negara, diperlukan izin bagi perusahaan yang mengeluarkan
proses prodksi mereka, dengan berjalan nya waktu, biaya-biaya akan terus
naik karena masyarakat tidak ingin membiarkan polusi terus diproduksi.
c. Biaya-biaya karena melanggar hukum
d. Perusahaan yang mengeluarkan polusi melebihi batas yang diizinkan akan
mendapatkan ganjaran hukuman.
e. peraturan pencemaran lingkungan akan sulit mendapatkan bantuan
keuangan maupun asuransi.
f. Peraturan yang bertambah ketat
g. Perusahaan yang menyebabkan pencemaran akan lebih sulit diminati
pencari kerja dan mempertahankan karyawan-karyawan yang bagus.
6. Risiko Kebakaran
Kebakaran adalah salah satu risiko komersial yang sudah dianggap sebagai
risiko yang banyak diketahui umum. Risiko kebakaran disebabkan oleh:
a. Kebakaran karena listrik
Kebakaran-kebakaran karena listrik dapat terjadi karena aliran listrik yang
menyebabkan kabel panas dan terkelupas, kabel terkelupas karena gigitan
b.
c.
d.
e.
tikus, pemakaian bahan untuk isolasi yang salah, atau beban listrik yang
terlalu besar.
Hot work
Kebakaran yang disebabkan oleh hot work sering timbul dari sumbersumber yang tak terduga. Contohnya perusahaan yang menggunakan pipapipa panas akan memungkinkan terjadinya kebakaran .
Mesin
Mesin harus sering diservis secara teratur, dan tetap diberikan minyak
pelumas dengan cara yang ditetapkan.
Rokok
Merokok harus dilarang di tempat dimana terdapat bahan-bahan yang
mudah terbakar, khususnya ditempat penyimpanan barang dimana
kebakaran dapat dengan cepat menyebar.
Cairan yang mudah terbakar
Mudah terbakarnya cairan pelarut tidak selalu disadari, dan cairan jenis ini
sering berada dalam drum yang terbuka di sekitar pabrik. Cairan yang
mudah terbakar seharusnya disimpan di kontainer besi yang tertutup dan
diberi peringatan seperti dilarang merokok.
7. Risiko kerusakan komputer
Penelitian Survive survey tahun 1992 memperlihatkan penyebab utama
kerusakan komputer:
a.
b.
c.
d.
e.
Kesalahan tegangan listrik
Kesalahan pemakai
Akibat api dan air
Kecurangan, pencurian
Kerusakan hardware/software
9%
11%
20%
30%
30%
Perusahaan harus mempunyai kebijakan terhadap data komputer, dan hal ini
harus didukung oleh pihak manajemen. Kebijakan tersebut mencakup:
a.
b.
c.
d.
Garis tanggung jawab terhadap sistem IT
Penjagaan data dan sistem back up
Penggunaan disket yang benar
Akses terhadap data
8. Risiko pemasaran
Jatuhnya pendapatan, susutnya market share serta kurangnya distribusi
barang merupakan sebagian tanda-tanda kegagalan pemasaran. Ada 6 macam
risiko pokok yang dapat menyebabkan masalah pemasaran.
a. Kebijakan pemerintah
Kenaikan pajak akan berakibat pada kenaikan pajak kekayaan atau
terjadinya inflasi yang menyebabkan turunnya permintaan.
b. Perubahan permintaan dipasar
Permintaan akan produk-produk yang mempunyai daur hidup produk yang
pendek, misalnya produk-produk teknologi informasi, memiliki kesulitan
tinggi untuk bertahan lama.
c. Perang harga
Perang harga dapat terjadi antarsesama produsen suatu produk sejenis.
Perusahaan harus menggunakan strategi harga yang meyakinkan dan
konsisten. Kenaikan harga paling baik dilakukan setelah masa puncak
penjualan dan sebelum hari libur, sehingga kenaikannya tidak terlalu terasa
oleh konsumen.
d. Pemalsuan
Merk merupakan salah satu objek pemalsuan jika merk tersebut merupakan
merk terkenal. Selain akan mengurangi pendapatan, pemalsuan merk juga
akan mengurangi reputasi perusahaan.
e. Performance produk yang rendah
Selain melakukan promosi untuk mengatasi masalah bagaimana
meningkatkan pendapatan, masalah juga muncul dari dalam perusahaan itu
sendiri. Salah satunya adalah kinerja dari produk itu sendiri yang memang
rendah. Kinerja disini termasuk perihal kekuatan, kemudahan operasional
dan dapat dipercaya, termasuk purna jualnya.
f. Promosi yang kurang baik
Promosi hendaknya dilakukan secara berencana dan kontinu agar efektif
sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai. Perlu diingat bahawa supaya
konsumen potensi bersedia melakukan action pembelian, mereka perlu
mendapatkan informasi yang tepat.
9. Risiko kualitas dan daya saing produk
Memasarkan produk tidak akan berhasil jika yang dipasarkan ternyata produkproduk yang tidak berkualitas. Risiko produk mencakup kerusakan kualitas,
rintangan produk, berkurangnya daya saing dan masalah pemasok.
a. Penaksiran dan pengendalian risiko
Produsen harus sadar bahwa akan ada risiko yang disebabkan oleh barangbarangnya. Jadi ia harus sanggup untuk mengindentifikasi produk yang
rusak atau yang tidak aman dan juga bisa menarik kembali barang-barang
tersebut dipasar jika diperlukan.
b. Berkurangnya daya saing
Barang yang makin sulit didapat di pasar, kualitas barang makin rendah,
desain produk sudah tidak sesuai selera, akibatnya daya saing produk
dipasar melemah. Manajemen harus melakukan langkah-langka untuk
menghindari melemahnya daya saing yaitu:
c. Mengendalikan kualitas
Suatu metode yang dapat mengendalikan kualitas barang, seperti ISO 9000
yang muncul atas dasar ide-ide pemeriksaan, pengendalian dokumen
penting serta prosedur-prosedur tertulis. Biasanya perusahaan akan
meningkatkan lagi pengendalian kualitas produk dengan menerapkan Total
Quality Management atau Statistical Process Control.
2.1.6 Risiko dalam Transportasi
Dalam transportasi masalah risiko sering terjadi baik yang menyangkut jiwa
manusia maupun barang-barang muatan serta alat angkutnya. Menurut Salim A.
Abbas (2006:258) kerugian dalam pengangkutan terdiri dari 3 jenis, yaitu:
1. Kerugian terhadap penumpang
Kerugian ini menyangkut jiwa penumpang dan awak pesawat/awak kapal/
crew dan awak bis. Risiko atau kerugian yang terjadi bisa menyebabkan
kematian, luka, cacat seumur hidup. Contohnya, pesawat jatuh, kapal
tenggelam, mobil/bis tabrakan. Untuk memperkecil risiko diatasi dengan
asuransi jiwa.
2. Kerugian terhadap alat angkut, muatan dan Freight
Selama dalam perjalanan (angkutan darat/angkutan udara dan angkutan
laut) bisa terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Kerugian yang terjadi
dalam pengangkutan dapat diperkecil dengan cara Asuransi kerugian.
3. Kerugian total dan kerugian sebagian (Total loss & Partial loss)
Kerugian yang berhubungan dengan jiwa seseorang sehingga meninggal
dunia disebut kerugian total. Bila yang bersangkutan masih hidup dan
hanya menderita cacat disebut kerugian sebagian. Kerugian total bisa
terjadi atas alat angkut misalnya: pesawat udara jatuh serta hancur, kapal
terbakar dan tenggelam. Bila kerugian kapal laut hanya bagian belakang
yang rusak karena tabrakan atau bis badan mobil ditabrak hal mana masih
bisa diperbaiki disebut kerugian sebagian.
2.1.7 Nilai Perusahaan
Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan, maka tujuan
dari perusahaan biasanya dinyatakan dalam bentuk uang. Terdapat dua
tujuan
utama
perusahaan
yaitu
memaksimalkan
keuntungan
dan
memaksimalkan kemakmuran.
Tujuan memaksimalkan kemakmuran adalah memaksimalkan nilai dari
perusahaan. Tujuan ini dapat pula diartikan nilai sekarang dari perusahaan
itu terhadap prospek masa depannya. Menurut Gitosudarmo dan Basri
(2002:12) suatu pedoman dalam memaksimalkan kemakmuran atau nilai
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Menghindari risiko yang tinggi
Bila perusahaan sedang melaksanakan operasi berjangka panjang, maka
harus dihindarkan tingkat risiko yang tinggi. Proyek-proyek yang
memiliki kemungkinan laba yang tinggi tetapi mengandung risiko yang
tinggi perlu dihindarkan. Menerima proyek-proyek tersebut berarti suatu
kegagalan dapat mematahkan kelangsungan hidup perusahaan.
2. Membayarkan Dividen
Pada saat perusahaan sedang mengalami pertumbuhan, dividen
kemungkinan kecil, agar perusahaan dapat memupuk dana yang
diperlukan. Pada saat perusahaan berada pada maturity, sedangkan
kebutuhan dana tidak begitu besar, maka dividen yang dibayarkan dapat
diperbesar.
3. Mengusahakan Pertumbuhan
Apabila perusahaan dapat mengembangkan penjualan/market share , hal
ini dapat berakibat keselamatan usaha di dalam persaingan. Volume
penjualan yang luas, stabil dan diverfikasi,dan perubahan preferensi
konsumen maupun penurunan permintaan. Dari alasan-alasan tersebut
maka perusahaan dapat memaksimumkan kemaksuran secara terusmenerus.
4. Mempertahankan tingginya harga pasar sahan
Manajer harus selalu mendorong masyarakat agar bersedia menanamkan
dananya ke perusahaan. Dengan pemilihan investasi tepat, maka
perusahaan akan ditunjuk sebagai tempat penanam modal yang bijaksana.
Nilai perusahaan dapat diukur dengan suatu rasio yang disebut rasio nilai
pasar. Rasio nilai pasar (market value ratios) adalah sekumpulan rasio yang
menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba, arus kas, dan nilai buku
per sahamnya. Rasio ini memberikan indikasi bagi manajemen tentang bagaimana
pandangan investor terhadap risiko dan prospek perusahaan di masa depan
(Brigham dan Houston, 2012:150).
Menurut Brigham dan Houston (2012:150) terdapat beberapa pendekatan
analisis rasio market value yaitu :
1. Price Earning Ratio (PER) yaitu perbandingan antara harga saham di
pasar perdana dengan pendapatan yang diterima.
2. Price Book Value (PBV) yaitu rasio yang menunjukkan apakah harga
saham (harga pasarnya) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai buku
saham tersebut.
3. Dividend Yield Ratio yaitu rasio yang menunjukkan tingkat penghasilan
berjalan yang diperoleh dari investasi saham.
4. Dividen Payout Ratio (DPR) yaitu rasio yang menunjukkan besarnya
laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.
Dalam penelitian Bertinetti, Cavezzali, dan Gardenal (2013), bahwa nilai
perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q karena mencerminkan ekspetasi pasar
dan ukuran kinerja lainnya. Tobin’s Q dinilai bisa memberikan informasi paling
baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur hutang dan modal saham
perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan
yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh
aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor
saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur, karena sumber
pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga
dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur.
Tobin’s Q atau Q ratio atau Q Teori adalah rasio atau teori yang pada tahun
1969 diperkenalkan pertama kali oleh James Tobin. James Tobin adalah seorang
ekonom Amerika yang sukses mendapatkan nobel dalam bidang ekonomi dengan
hipotesisnya, nilai pasar dari suatu perusahaan seharusnya sama dengan biaya
ganti aset perusahaan tersebut sehingga terciptalah keadaan yang ekuilibrium.
Rumus Tobin’s Q yaitu penjumlahan dari ME dan DEBT dibagi dengan TA
dimana ME bisa dicari dengan mengkalikan jumlah saham biasa perusahaan yang
beredar di akhir tahun dengan harga penutupan saham (closing price) di akhir
tahun, DEBT dihitung dengan cara (Total Utang + Persediaan – Aset Lancar) dan
TA merupakan nilai buku total aset perusahaan. Rumus tersebut dituliskan
sebagai berikut:
Tobin's Q=(ME+DEBT)TA
Rumus di atas telah disesuaikan dengan kondisi transaksi keuangan perusahaanperusahaan yang ada di Indonesia. Tobin’s q < 1 Menggambarkan bahwa saham
dalam kondisi undervalued. Manajemen telah gagal dalam mengelola aset
perusahaan.
Potensi
pertumbuhan
investasi
rendah.
Tobin’s
q
=
1
Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi average. Manajemen stagnan
dalam mengelola aset. Potensi pertumbuhan investasi tidak berkembang. Tobin’s
q > 1 Menggambarkan bahwa saham dalam kondisi overvalued. Manajemen
berhasil dalam mengelola aset perusahaan. Potensi pertumbuhan investasi tinggi.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan dari hasil
penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat penting dan dapat dijadikan
sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung adalah penelitian terdahulu
yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini.
Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah terkait
dengan masalah manajemen risiko. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah
kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa tesis dan jurnal-jurnal akuntansi.
Penelitian tentang manajemen risiko diantaranya penelitian Sanjaya dan
Linawati (2015), Sekerci (2014), Bertinetti, Cavezzali, dan Gardenal (2013),
Widodo, Rohman dan Yudawijaya (2013) dan Hoyt, Moore and Liebenberg
(2008).
Sanjaya dan Linawati (2015) menyajikan penelitian mengenai penerapan
Enterprise Risk Management dan variabel kontrol terhadap nilai perusahaan
disektor Keuangan. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat pengaruh signifikan
ERM dan variabel kontrol secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan dan
tidak berpengaruh signifikan ERM terhadap nilai perusahaan sedangkan variabel
kontrol berpengaruh signidkan terhadap nilai perusahaan
Referensi Tesis dari Sekerci (2014) dengan judul Does Enterprise Risk
Management Create Value for firms?: Evidence from Nordic Countries. Nordic
countries adalah negara wilayah eropa timur dan atlantik utara seperti Denmark,
Finlandia, Islandia, Norwegia, dan Swedia. Penelitian ini menyelidiki pengaruh
penerapan ERM terhadap nilai perusahaan. Hasilnya tidak menemukan hubungan
signifikan antara ERM dengan nilai perusahaan. Survey yang dilakukan sekerci
bahwa shareholders tidak melakukan banyak untuk penerapan ERM dan manfaat
ERM dapat menutupi biaya tinggi, tetapi tidak membawa keuntungan untuk
perusahaan.
Rujukan penelitian yang ke tiga yaitu jurnal dari Bertinetti, Cavezzali, dan
Gardenal (2013) dengan judul Pengaruh penerapan Enterprise Risk Management
terhadap nilai perusahaan pada Perusahaan Eropa. Jurnal ini menggunakan
Tobin’s Q sebagai variabel dependen dan variabel independen adalah Enterprise
Risk Management. Variabel kontrol penelitian ini termasuk size, leverage, sales
growth, ROA, dividends, dan BETA. Hasil penelitian ini bahwa penerapan ERM
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel kontrol size, leverage,
ROA dan BETA berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan sales
growth dan dividends tidak berpengaruh terhadap Tobin’s Q.
Widodo, Rohman dan Yudawijaya (2013)
dengan judul penelitian
Pengaruh Pengungkapan Manajemen Risiko Terhadap Nilai Perusahaan Bukti
empiris dari Pasar Modal Indonesia. Variabel dependen adalah nilai perusahaan
diproksikan dengan Return On Asset (ROA) dan variabel independen adalah risiko
keuangan, risiko operasional, dan risiko pemberdayaan. Objek penelitian adalah
menguji pengungkapan manajemen risiko terhadap nilai perusahaan. Pengujian
dilakukan dengan regresi berganda dan hasilnya bahwa sebanyak 49 dari 60
perusahaan telah mengungkapkan manajemen risiko, pengungkapan yang paling
banyak adalah risiko keuangan dan operasional dan secara parsial risiko
pemberdayaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dan risiko keuangan
dan operasional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Penelitian terdahulu berikutnya yang dilakukan oleh Hoyt, Moore and.
Liebenberg (2008) dengan judul The value of Enterprice Risk Management :
Evidence from the U.S. Insurance Industry. Hasil penelitian ini membuktikan
bahwa ERM
berpengaruh terhadap size, dan institutional ownership dan
hubungan negatif dengan reinsurance use dan leverage. Penelitian ini juga
menilai pengaruh ERM terhadap Tobin’s Q, proksi standar untuk nilai
perusahaan. Dengan demikian, ditemukan bahwa ERM berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Untuk memudahkan pemahaman, penelitian terdahulu dituangkan dalam
tabel 2.1 yang disusun berdasarkan tahun terkini hingga terdahulu. Berikut
disajikan tabel 2.1 tentang ringkasan penelitian terdahulu.
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel
Penelitian
Indikator
Teknik
Analisis
Hasil Penelitian
1
Sanjaya dan
Linawati (2015)
Pengaruh Penerapan
Enterprise Risk
Management dan
Variabel kontrol
Terhadap Nilai
Perusahaan di Sektor
Keuangan
Variabel
Dependen:
Nilai
Perusahaan
Nilai perusahaan
diukur dengan
menggunakan
Tobin’s Q
Variabel
Independen:
Pengungkapan
ERM
ERM diukur
dengan pencarian
frase “Enterprise
Risk
Management”
Teknik
pengujian:Uji
asumsi klasik,
yang terdiri dari
uji normalitas,
uji
multikolineritas,
uji
heteroskedasitas
dan uji
autokorelasi
a. Terdapat pengaruh
signifikan ERM dan
variabel kontrol secara
bersama-sama terhadap
nilai perusahaan di
sektor keuangan
Variabel
Kontrol
Ukuran
Perusahaan
dan Leverage
2.
Sekerci (2014)
Does Enterprise risk
Management create
value for firms?:
Evidence from Nordic
Countries
Variable
Dependent:
Firm Value
Variable
Independent:
ERM
Ukuran
perusahaan diukur
dengan jumlah
aset, leverage
diukur dengan
leverage ratio
Firm values used
Tobin’s Q
ERM is dummy
variable
Teknik analisis
data : regresi
linear berganda
(OLS)
Two Stage
Least Square
(2SLS)
Regression
b. Tidak berpengaruh
signifikan ERM
terhadap nilai
perusahaan sedangkan
variabel kontrol
berpengaruh signifikan
terhadap nilai
perusahaan di sektor
keuangan
The main finding of the
paper is that value
creation of ERM is not
supported after
controlling for other
determinants of firm
value and endogeneity
bias. The findings are
highly consistent over
different specifications.
3
4.
Bertinetti,
Cavezzali and
Gardenal (2013)
Widodo,Rohman
dan Yudawijaya
(2013)
The effect of the
enterprise risk
management
implementation on the
firm value of European
companies
Variable
Dependen:
The Firm Value
PENGARUH
PENGUNGKAPAN
MANAJEMEN
RISIKO TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN
(Bukti Empiris dari
Pasar Modal Indonesia)
Variabel
Dependen:
Nilai
perusahaan
diproksikan
dengan
profitabilitas
perusahaan
Variable
Independen:
ERM adoption
Variabel
Independen:
a. Risiko
Keuangan
b. Risiko
Operasional
c. Risiko
Pemberdayaan
5.
Hoyt, Moore
and. Liebenberg
(2008)
The value of Enterprise
Risk Management :
Evidence from the U.S.
Insurance Industry
Variable
Dependent:
ERM
Variable
Independent:
Firm Value
The firm value
used Tobin’s Q
Tobins’s Q
Ratio
ERM is set equal
to 1 in
correspondence of
the first evidence
of ERM adoption
A fix effect
panel regression
Profitabiliatas
diukur dengan
menggunakan
Return on Asset
(ROA)
Pengujian
Regresi
berganda
Risiko keuangan,
risiko operasional,
risiko
pemberdayaan
diukur manual
analisis dengan
cara beri nilai 1
apabila risiko
diungkapkan, nilai
0 jika risiko tidak
diungkapkan
ERM is a dummy
variable equal to
one for firm the
engage in ERM.
Firm value used
Tobin’s Q ratio
This paper find a
positive statistically
significant relation
between the ERM
adoption and firm
value. As for the
probability that a firm
engages in ERM
protocol, we find size,
the company beta dan
profitability (ROA) are
statically significant
determinants.
a. Berdasarkan jumlah
populasi sebesar 60
perusahaan tambang di
Indonesia sebanyak 49
perusahaan telah
mengungkapkan
manajemen risiko
b. Bentuk
pengungkapan yang
paling banyak adalah
risiko keuangan dan
risiko operasional
c. Risiko pemberdayaan
berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan tambang.
Sedangkan risiko
keuangan dan risiko
operasional tidak
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan
Regression
Analysis
This paper find a
positive relation
between firm value and
the use of ERM. ERM
premium is statically
and economically
significant and
approximately 17 %
percent of firm value.
Sumber :Hasil ringkasan peneliti
2.3 Kerangka konseptual dan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoritis dan tinjauan penelitian
terdahulu pada variabel-variabel dalam penelitian ini mengenai pengaruh
pengungkapan manajemen risiko yang di proksikan melalui risiko keuangan dan
risiko operasional terhadap nilai perusahaan, dapat digambarkan suatu kerangka
konseptual pada gambar 2.2.
H1
Risiko Keuangan (X1)
Risiko Operasional (X2)
Nilai Perusahaan
(Y)
H2
H3
Gambar 2.2 Kerangka konseptual
Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh risiko
keuangan dan risiko operasional terhadap nilai perusahaan. Berikut diuraikan
dasar pengujian ketiga hipotesis penelitian ini.
2.3.1 Pengaruh pengungkapan manajemen risiko diproksikan dengan risiko
keuangan terhadap nilai perusahaan transportasi
Risiko keuangan adalah sejauh mana perusahaan bergantung pada
pembiayaan eksternal (termasuk pasar modal dan bank) untuk mendukung operasi
yang sedang berlangsung. Perusahaan yang mengandalkan pada pihak eksternal
untuk pembiayaan berisiko lebih besar daripada yang menggunakan dana sendiri
yang dihasilkan secara internal. Risiko keuangan dapat dijadikan sebagai tolak
ukur dari investor untuk mengetahui bagaimana perusahaan itu untuk membayar
beban-beban yang ditanggung oleh perusahaan tersebut.
Risiko keuangan tersebut harus dikelola sehingga tidak menimbulkan
kerugian. Manajemen risiko keuangan secara proaktif memberikan keuntungan
kompetitif dan juga menjamin manajemen, staff operasional, stakeholder dan
board of director. Sebagai contoh, manajer menggunakan ERM sejak perusahaan
sadar manfaat dari ERM. Perusahaan percaya untuk menjalankan investasi besar
dan mahal dibandingkan less-equipped and narrower-visioner managers.
Berdasarkan telaah teori bahwa manajemen risiko sebagai tolak ukur
investor untuk mengetahui bagaimana perusahaan itu membayar beban-beban dan
memberikan keuntungan kompetitif bagi shareholders maka dirumuskan hipotesis
pertama:
H1 : Manajemen risiko diproksikan dengan risiko keuangan berpengaruh terhadap
nilai perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI
2.3.2 Pengaruh pengungkapan manajemen risiko diproksikan dengan risiko
Operasional terhadap nilai perusahaan transportasi
Risiko operasional mempunyai ruang lingkup yang mencakup risiko
kerugian yang disebabkan oleh proses internal, kesalahan sumber daya manusia
perusahaan, kerusakan atau kesalahan sistem, kerugian karena disebabkan
kejadian di luar perusahaan dan kerugian karena pelanggaran hukum atau
peraturan oleh perusahaan. Perusahaan yang melakukan proses manajemen risiko
operasional dan memasukkan dalam setiap pengambilan keputusan bisnisnya
diharapkan lebih survive, karena potensi risiko yang akan terjadi sudah
diperhitungkan. Menurut Suratno dkk. (2006) mengatakan perusahaan dengan
environmental performance yang baik perlu mengungkapkan informasi kuantitas
dan mutu lingkungan berarti menggambarkan good news bagi pelaku pasar.
Berdasarkan teori bahwa perusahaan yang menerapkan manajemen risiko
operasional adalah perusahaan yang lebih survive, dan penelitian suratno bahwa
pengungkapan informasi kuantitas dan mutu lingkungan menggambarkan good
news bagi pelaku pasar maka dirumuskan hipotesis kedua:
H2 : Manajemen risiko diproksikan dengan risiko operasional berpengaruh
terhadap nilai perusahaan transportasi yang terdaftar di BEI
2.3.3 Pengaruh pen