Good corporate governance dan nilai perusahaan (studi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bei) RINGKASAN Revisi

(1)

commit to user

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

DAN NILAI PERUSAHAAN

(STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI)

Sitti Mukarromah

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jl. Ir. Sutami Solo E-mail: mukarromahst15@gmail.com

Abstrack

This study examines the influence of corporate governance to the firm value in companies listed on the Indonesian Stock Exchange (BEI) in 2009-2013. Good Corporate Governance (GCG) which is proxied by the size of the Board of Directors, Managerial Ownership, Institutional Ownership, the size of Audit Committee and the proportion of independent commissioners. While the firm's value is measured by using a ratio of Tobin's Q. As well as additional control variables that influence proxy with firm size, the ratio of R & D expenditures/sales ratio of capital expenditures/assets ratio of property-plants-equipment/sales, growth, the ratio of EBIT/sales and leverage. The sample selection was done by purposive sampling and selected 110 companies. The analytical method used is the panel data regression analysis with Eviews software version 8.1. The results show Good Corporate Governance (GCG) simultaneously affect the value of the company amounted to 7,24% and the rest is explained by other factors outside the research. Such conditions due to market response to the implementation of good corporate governance can not be directly, but it takes time.

Keywords: Good Corporate Governance, Firm Value, Tobin's Q.

A. LATAR BELAKANG

Krisis ekonomi di Indonesia dan beberapa negara Asia sekitar tahun 1997, berawal dari terjadinya penurunan nilai mata uang lokal, naiknya suku bunga bank, meningkatnya kredit macet, dan anjloknya indek harga saham (Arya dan Soebowo, 2004 dalam Sukrisno, 2009). Krisis ekonomi juga dialami Amerika Serikat dari kasus manipulasi dan kebangkrutan perusahaan tahun 2000-an menimpa seperti Enron, Tyco, Adelphia, Global Crossing, Williams Companies, WorldCom, Dynegy, JP Morgan, dan lain sebagainya (Tuanakotta, 2007 dalam Sukrisno, 2009). Kemudian krisis ekonomi global kembali melanda dunia tahun 2008, berawal dari kebangkrutan salah satu bank investasi raksasa di Amerika Serikat (AS) yaitu Lehman Brothers, akibat pengembalian kredit yang disalurkan macet pada sektor real estate secara tidak terkendali. Namun, krisis ekonomi yang kedua ini berdampak besar pada kelesuan ekonomi dan pasar modal di berbagai negara berkembang dan negara maju.

Krisis ekonomi yang terjadi disinyalir karena kurangnya penerapan Good Corporate Governance (GCG) di beberapa negara-negara tersebut (Nuswandari, 2009; Carningsih, 2012).

Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik menjadi satu hal penting yang harus diperhatikan perusahaan-perusahaan, baik BUMN maupun swasta. Khususnya bagi emiten yang memiliki kewajiban transparansi informasi kepada publik, terutama investor sahamnya. GCG bisa menentukan kredibilitas perusahaan di mata semua


(2)

commit to user

satu perusahaan dapat terlaksana. Mengingat pada tahun 2015 ASEAN Economic Community

(AEC) akan dimulai, maka pasti akan lebih banyak lagi perusahaan Indonesia yang berusaha

“go ASEAN”, sehingga perusahaan kita sangat perlu memiliki GCG. Karena GCG merupakan keniscayaan bagi perusahaan multinasional. Apalagi negara lain sudah lebih concern terhadap GCG (http://swa.co.id, 2014).

Implementasi perjanjian ASEAN Economic Community (AEC) sudah dimulai tahun 2015 yang lalu. Meskipun demikian, menjadi keharusan manajemen untuk senantiasa menunjukkan kinerja optimal agar tetap bertahan dalam persaingan tersebut.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) berkenaan bentuk Dewan pada perusahaan, terdapat dua sistem yang berbeda dari dua sistem hukum yang berbeda, yaitu (1) Sistem Hukum Anglon Saxon, mempunyai Sistem Satu Tingkat (One Tier System) atau satu Dewan Direksi, pengguna sistem tersebut seperti Amerika Serikat dan Inggris. (2) Sistem Hukum Kontinental Eropa, mempunyai Sistem Dua Tingkat (Two Tier System), perusahaan memiliki dua badan terpisah, yaitu Dewan Pengawas (Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi). Denmark, Jerman, Belanda, dan Jepang menganut sistem tersebut. Sedangkan sistem hukum perusahaan di Indonesia menganut Two Tiers System untuk struktur dewan dalam perusahaan, karena sistem hukum Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda.

Suatu perusahaan pada dasarnya memiliki kepentingan untuk memperoleh keuntungan dan kemakmuran semaksimal mungkin bagi pemegang saham. Proses memaksimalkan nilai perusahaan akan muncul konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham yang disebut agency problem (Retno & Prihatinah, 2012). Pedoman manajer dalam mengelola perusahaan secara best practice berupa Corporate governance. Manajer membuat keputusan keuangan yang mampu memberi keuntungan untuk semua pihak (stakeholder). Efektif dan efisiennya manajer dalam bekerja akan dapat menurunkan biaya modal dan mampu meminimalkan risiko. Usaha tersebut diharapkan mampu menghasilkan profitabilitas yang tinggi, sehingga investor akan memperoleh pendapatan (return) sesuai dengan harapan. Laba per saham meningkat, maka saham perusahaan akan banyak diminati investor. Hal ini mengakibatkan nilai perusahaan mengalami peningkatan.

Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2013. Good Corporate Governance (GCG) dalam penelitian ini diproksikan dengan Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Komite Audit dan Proporsi Komisaris Independen. Sedangkan nilai perusahaan diukur dengan

menggunakan rasio Tobin’s Q.

B. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan

Teori keagenan sebuah model mengenai suatu hubungan kontraktual antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal). Hubungan kontraktual tersebut manajer berkewajiban menginformasikan kepada pemilik. Informasi yang diberikan manajemen kepada pemilik terkadang tidak sesuai dengan kenyataan keadaan perusahaan, sehingga dapat menimbulkan konflik kepentingan atau konflik keagenan (agency conflict) (Jensen & Meckling, 1976). Munculnya kepentingan masing-masing diantara mereka membuat asimetri informasi semakin kuat. Menurut Scott (2000), asimetris informasi terdiri dari (1) moral hazard yaitu kegiatan


(3)

commit to user

yang dilakukan para manajer tidak diketahui seluruhnya oleh pemegang saham. (2) adverse selection yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan dengan investor luar.

Corporate Governance

Pengertian dalam arti sempit, menurut Organization for Economic Cooperation and Development (OECD)-dalam Tjager et al. (2004)- mendefinisikan GCG sebagai:

“suatu struktur yang terdiri atas para pemegang saham, direktur, manajer, seperangkat tujuan

yang ingin dicapai perusahaan dan alat-alat yang akan digunakan dalam mencapai tujuan dan

memantau kinerja”.

Sedangkan pengertian dalam arti luas, menurut Cadbury Committee of United Kingdom, mendefinisikan GCG sebagai:

“seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus

(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan

perusahaan”.

Jika disimpulkan pengertian Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang berfungsi menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam menentukan arahan kinerja dan pengendalian perusahaan. Definisi tentang Corporate Governance yang beraneka ragam masih ditemui hingga saat ini, namun demikian umumnya memiliki maksud dan pengertian yang sama.

Asas Good Corporate Governance (GCG) menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG, 2006) yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).

Tujuan penerapan Good Corporate Governance (GCG) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja organisasi serta mencegah peluang praktik manipulasi dalam pengelolaan kegiatan organisasi. Konsep ini merupakan upaya perbaikan sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur dan memperjelas hubungan, wewenang, hak dan kewajiban semua pemangku kepentingan dalam pengelolaan suatu organisasi.

Dewan Direksi

Dewan Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota Direksi melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota Direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama (KNKG, 2006).

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), sehubungan dengan sistem hukum terkait dengan organ Direksi dan Komisaris, yaitu (1) Anglon Saxon. Sistem hukum ini mempunyai Sistem Satu Tingkat (One Tier System), perusahaan dengan satu Dewan Direksi kombinasi antara manajer atau pengurus senior (Direktur Eksekutif) dan Direktur Independen yang bekerja paruh waktu (Non Direktur Eksekutif). Direktur Independen diangkat karena kebijakannya, pengalamannya dan relasinya. Amerika Serikat dan Inggris merupakan


(4)

commit to user

negara-negara pengguna sistem tersebut. (2) Kontinental Eropa. Sistem hukum ini mempunyai Sistem Dua Tingkat (Two Tier System), perusahaan memiliki dua badan terpisah, yaitu Dewan Pengawas (Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan Direksi). Dewan Direksi mengelola dan mewakili perusahaan di bawah pengarahan dan pengawasan Dewan Komisaris. Anggota Dewan Direksi diangkat dan badan pengawas (Dewan Komisaris) sewaktu-waktu dapat mengantikannya. Keanggotaan Dewan Komisaris diangkat dan diganti dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Denmark, Jerman, Belanda, dan Jepang merupakan negara-negara pengguna sistem tersebut. Karena sistem hukum Indonesia berasal dari sistem hukum Belanda, maka hukum perusahaan Indonesia menganut Two Tiers System untuk struktur dewan dalam perusahaan. Meskipun demikian, terdapat perbedaan-perbedaan cukup penting terkait hak dan kewajiban Dewan Komisaris. Dalam keadaan yang umum, menunjuk dan memberhentikan direksi tidak termasuk kewenangan Dewan Komisaris. Direksi sebagai pengelola dan Komisaris sebagai pihak yang melakukan pengawasan. Dewan direksi dan komisaris, selain berperan pemberi saran, berperan juga sebagai mekanisme internal yang mengontrol manajemen agar bertindak sesuai kepentingan pemegang saham.

Informasi struktur dewan mendukung prinsip transparansi, akuntabilitas dan independensi/kemandirian. Informasi terkait ukuran dewan, profil anggota dewan termasuk komite-komite yang dibentuknya mencerminkan kualitas praktek corporate governance dalam suatu perusahaan. Jumlah anggota Direksi dan komisaris harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan (KNKG, 2006). Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 dalam Kantiasih (2010), jumlah dewan direksi minimal 3 orang, sedangkan jumlah komisaris sekurang-kurangnya 3 orang dan maksimal sebanyak jumlah dewan direksi bagi perusahaan perbankan.

Komisaris Independen

Komisaris Independen adalah pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi dan Dewan Komisaris lain, serta dengan perusahaan itu sendiri. Komisaris Independen menunjukkan keberadaan wakil dari pemengang saham secara independen dan mewakili kepentingan investor. Keberadaan komisaris independen dan profil anggota dewan menjadi salah satu sumber informasi pendukung independensi. Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), persyaratan jumlah minimal Komisaris Independen adalah 30% dari seluruh anggota Dewan Komisaris dalam.

Komite Audit

Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen (KNKG, 2006). Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), jumlah anggota Komite Audit disesuaikan besar-kecilnya organisasi dan tanggung jawab, biasanya tiga sampai lima anggota merupakan jumlah yang cukup ideal.

Menurut Sam’ani (2008) dan Widiawati (2011), jumlah komite audit yang semakin banyak

maka semakin baik pula kinerja perusahaan, hal ini dikarenakan komite audit bertanggung jawab mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal perusahaan sehingga dapat menggurangi sifat opportunistic manajemen


(5)

commit to user

yang melakukan manajemen laba. Peran komite audit dalam meningkatkan kinerja perusahaan utamanya pada aspek pengendalian.

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Manajerial diartikan sebagai pemegang saham dari pihak manajemen yang aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris). Kepemilikan Manajerial digunakan untuk mengetahui manfaat kepemilikan dalam mekanisme mengurangi konflik keagenan, sehingga masalah keagenan diasumsikan akan hilang apabila seseorang manajer sekaligus sebagai seorang pemilik (Muhadi, 2011; Kantiasih, 2010).

Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional adalah saham yang dimiliki pihak institusi atau lembaga lain di luar perusahaan seperti pemerintahan, perusahaan investasi, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, dan perwakilan serta institusi lainnya. Kepemilikan institusi dari luar perusahaan akan melakukan pengawasan ketat terhadap pengelolaan perusahaan yang dilakukan oleh manajemen sehingga akan mendorong manajemen untuk menampilkan kinerja yang lebih baik dan melakukan pengelolaan yang transparan (Donnelly & Mulcahy, 2008; Tampubolon & Santoso, 2013).

Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan menunjukkan kinerja manajemen dalam pengelolaan kekayaannya, hal ini ditunjukkan dari pengukuran kinerja keuangan yang diperoleh. Suatu perusahaan akan selalu berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya, peningkatan nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar (Adu, 2014; Retno dan Priantinah, 2012).

Pengukuran kinerja perusahaan dengan Tobin’s Q memberikan gambaran mengenai penilaian pasar terhadap perusahaan, karena Tobin’s Q didapat dari nilai pasar ekuitas ditambah nilai buku hutang dibagi dengan nilai buku aktiva. Tobin’s Q memberikan gambaran tidak hanya pada aspek fundamental, tetapi juga sejauh mana pasar menilai perusahaan dari berbagai aspek yang dilihat oleh pihak luar termasuk investor (Hastuti, 2005).

Pengembangan Hipotesis

Beberapa penelitian yang terkait dengan pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan seperti penelitian Ammann, Oesch, dan Schmid (2011); Garay dan Gonzalez (2008); Kusumawati dan Riyanto (2005), menunjukkan bahwa corporate governance

berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan, maka hipotesis penelitian yang diajukan, yaitu:

H1: GoodCorporate Governance berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.

C. METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Sampel

Populasi sampel menggunakan data sekunder yang diambil dari laporan keuangan tahunan. Data yang digunakan adalah Ukuran Dewan Direksi, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Ukuran Komite Audit, Proporsi Komisaris Independen, pengeluaran R & D expenditures, pengeluaran sales, pengeluaran capital expenditures, pengeluaran property-plants-equipment, harga saham peutupan, jumlah saham beredar, total aset, total kewajiban


(6)

commit to user

perusahaan, dan di ukur dengan Tobin’s Q. Data tersebut bersumber dari website Bursa Efek Indonesia (BEI) beralamat di www.idx.co.id. dan media lain yang menyediakan data terkait dalam penelitian ini. Populasi sampel penelitian yang digunakan merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009-2013. Pemilihan sampel dilakukan dengan

purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama jangka waktu tahun 2009-2013, mempublikasikan laporan keuangan perusahaan yang lengkap dan memuat seluruh data-data yang diperlukan untuk bahan penelitian.

Pengukuran dan Operasional Variabel Nilai Perusahaan (Q)

Variabel Dependen adalah nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Menurut White et al. (2002) dalam Retno dan Priantinah (2012) Tobins’Q dapat dirumuskan sebagai berikut:

Q =

Keterangan:

Q = Nilai Perusahaan

EMV= Nilai pasar ekuitas (Equity Market Value), diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham beredar pada akhir tahun. EBV= Nilai buku dari ekuitas (Equity Book Value), diperoleh dari selisih total aset perusahaan

dengan total kewajiban D = Nilai buku dari total utang

Ukuran Dewan Direksi (DwnDir)

Ukuran dewan direksi dihitung dari jumlah anggota dewan direksi yang dimiliki oleh perusahaan (Jati, 2009).

DwnDir = Ʃ anggota dewan direksi

Kepemilikan Manajerial (KepMen)

Kepemilikan Manajerial diukur dalam jumlah saham yang dimiliki oleh direksi dan komisaris terhadap jumlah seluruh saham yang beredar (Vionela, 2007).

KepMen =

Kepemilikan Institusional (KepInd)

Kepemilikan Institusional diukur dalam jumlah saham yang dimiliki institusi terhadap jumlah seluruh saham yang beredar.

KepIns =

Ukuran Komite Audit (KomAud)

Ukuran Komite Audit diukur dalam jumlah anggota komite audit yang dimiliki oleh perusahaan.


(7)

commit to user Proporsi Komisaris Independen (ProKomInd)

Proporsi Komisaris Independen dihitung dalam jumlah komisaris independen terhadap jumlah seluruh komisaris.

ProKomInd = Penelitian ini menggunakan variabel kontrol sebagai berikut:

Firm size (LNTA)

Ukuran perusahaan atau firm size diukur dengan menggunakan logaritma natural asset (Black,

et al, 2003) dalam Istiqomah (2009) dan Adu (2014).

Size=Logaritma Natural Total Asset (LNTA) Ratio R&D expenditures/sales (RD/SALES)

Ratio pengeluaran riset dan pengembangan terhadap penjualan. Penelitian dan pengembangan (research and development) adalah kegiatan penelitian dan pengembangan yang memiliki kepentingan komersial dalam kaitannya dengan riset ilmiah murni dan pengembangan aplikatif dibidang teknologi (Soraya, 2013 dalam Setiono (2013); Chan et al, 2001; Pindado et al, 2010). Perhitungan rasio pengeluaran riset dan pengembangan terhadap penjualan ini seperti dalam Ammann, M. et al (2011).

Ratio R&D expenditures/sales =

Ratio capital expenditures/assets (CAPEX/ASSETS)

Rasio belanja modal terhadap aset perusahaan, perhitungan seperti dalam Ammann, M. et al

(2011).

Ratio capital expenditures / assets =

Ratio property-plants-equipment/sales (PPE/SALES)

Rasio properti, pabrik, peralatan terhadap penjualan, perhitungan seperti dalam Ammann, M. et al (2011).

Ratio property-plants-equipment/sales=

Growth (PGSALES)

Kesempatan tumbuh diukur dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan penjualan perusahaan setelah dua tahun.

Growth = Ratio EBIT/sales (EBIT/SALES)

Rasio laba usaha sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap penjualan, perhitungan rasio ini seperti dalam Ammann, M. et al (2011).

Ratio EBIT/sales = Leverage

Leverage dihitung dari perbandingan antar nilai buku total utang terhadap nilai buku total aktiva (Black, et al, 2003) dalam Adu (2014).

Leverage =


(8)

commit to user Teknik Analisis Data

Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui nilai rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum dan deviasi standar dari variabel-variabel yang diteliti.

Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel. Data yang dikumpulkan dengan banyak individu dan diikuti pada periode waktu tertentu, maka data penelitian ini disebut data panel (Mulyati, 2010). Data panel (pooled data) merupakan kombinasi dari data time series dan cross-section (Hadi, 2014). Keunggulan data panel, diantaranya: memiliki unsur penelitian cross section yang berulang (time series), banyaknya objek penelitian berimplikasi pada data yang lebih informatif, bervariasi, kolinearitas antar variabel yang semakin berkurang dan derajat kebebasan (degree of freedom) meningkat. Serta data panel mampu meminimalkan bias yang ditimbulkan oleh agregasi data individu. Keunggulan-keunggulan tersebut memiliki implikasi pada tidak harus dilakukan pengujian asumsi klasik dalam model data panel (Ajija, Sari, Setianto & Primanti, 2011; Widarjono, 2013; Hadi, 2014). Pendekatan yang digunakan untuk mengestimasi model regresi data panel adalah Common Effect Model, Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Dalam memilih model yang paling tepat dan sesuai dalam pengolahan regresi data panel, perlu dilakukan suatu pengujian. Terdapat dua macam uji yang dapat dilakukan, yaitu Uji Chow dan Uji Hausman

dengan menggunakan softwareEViews versi 8.1. Persamaan regresi sebagai berikut:

Q = β0+ β1DwnDir + β2 KepMen+ β3 KepIns+ β4ProKomInd+ β5KomAud + β6 LNTA + β7 PGSALES + β8 RD/SALES+ β9CAPEX/ASSETS+ β10PPE/SALES+ β11 EBIT/SALES +

β12 LEVERAGE Keterangan:

Q = Nilai Perusahaan

β0 = Konstanta Regresi

β1-13 =Koefisien Regresi Variabel

DwnDir = Dewan Direksi

KepMen = Kepemilikan Manajerial KepIns = Kepemilikan Institusi

ProKomInd= Proporsi Komisaris Independen KomAud= Komite Audit

LNTA =firm size

PGSALES= growth

RD/SALES= ratio R&D expenditures/sales

CAPEX/ASSETS= ratio capital expenditures /assets

PPE/SALES= ratio property-plants equipment/sales

EBIT/SALES= ratio EBIT/sales

LEVERAGE=leverage


(9)

commit to user D. HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Statistik Deskriptif Variabel Dependen

Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel Independen dan Variabel Kontrol


(10)

commit to user Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif variabel penelitian meliputi nilai rata-rata, nilai minimum, nilai maksimum dan deviasi standar.

Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel dependen nilai perusahaan (Q) memiliki rata-rata 1,589 dengan standar deviasi 1,897. Tabel 2 menunjukkan variabel independen rata-rata ukuran dewan direksi (DwnDir) sebesar 4,934 dengan standar deviasi 2,174. Kepemilikan Manajerial (KepMen) memiliki rata-rata sebesar 0,026 dengan standar deviasi 0,083. Kepemilikan Institusi (KepIns) memiliki rata-rata sebesar 0,720 dengan standar deviasi 0,192. Ukuran Komite Audit (KomAud) memiliki rata-rata sebesar 2,020 dengan standar deviasi sebesar 1,485. Proporsi Komisaris Independen (ProKomInd) memiliki rata-rata sebesar 0,333 dengan standar deviasi sebesar 0,159. Tabel 2 tampak Firm Size (LNTA) atau ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol pertama menunjukan jumlah rata-rata asset perusahaan yang cukup besar, yakni 27,961 atau jika dianti logaritma Naturalkan sebesar Rp 1,391,063,947,311.89. Sehingga rasio perbandingan antara kedua data tersebut adalah 1: Rp 49,749,989,979.36. Standar deviasi ukuran perusahaan adalah sebesar 1,502. Ratio R & D expenditures/sales

(RD/SALES) variabel kontrol kedua memiliki rata-rata sebesar 0,000336, dengan standar deviasi sebesar 0,002036. Ratio Capital Expenditures/Assets

(CAPEX/ASSETS) variabel kontrol ketiga memiliki rata-rata sebesar 0,052 dengan standar deviasi sebesar 0,055. Ratio property-plants-equipment/sales (PPE/SALES) variabel kontrol keempat memiliki rata-rata sebesar 0,669 dengan standar deviasi sebesar 2,940. Growth (PGSALES) variabel kontrol kelima memiliki rata-rata sebesar 0,113 dengan standar deviasisebesar 0,271. Ratio EBIT/sales (EBIT/SALES) variabel kontrol keenam memiliki rata-rata sebesar 0,094 dengan standar deviasi sebesar 0,122.

Leverage sebagai variabel kontrol ketujuh memiliki rata-rata sebesar 0,464 dengan standar deviasi sebesar 0,213.

Hasil Pengujian

Dengan menggunakan data yang tersedia dari berbagai sumber yang relevan, pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software EViews versi 8.1. Pendekatan model regresi data panel terdiri atas tiga model, yaitu: Common Effect Model, Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Oleh karena itu, perlu dipilih mana model yang sesuai dan memberikan hasil yang terbaik. Pengujian model yang telah dilakukan menghasilkan Random Effect Model sebagai pendekatan yang tepat dalam penelitian ini.

Analisis Regresi Data Panel

Sesuai dengan pengujian model, tabel 3 merupakan tampilan hasil output data dari estimasi data panel menggunakan Random Effect Model.

Hasil pengujian (6) terhadap variabel Dewan Direksi menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,131 dan p-value 0,008<0,01. Hasil pengujian (1) tidak jauh berbeda, nilai koefisien 0,126690 dan p-value 0,0093<0,01. Dengan demikian berarti variabel Dewan Direksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.


(11)

commit to user

Hasil pengujian (6) terhadap variabel Kepemilikan Manajerial menunjukkan nilai koefisien sebesar – 0,534 dan p-value sebesar 0,753 lebih besar dari tingkat signifikansi

pada α = 1%, 5% ataupun 10%. Hasil pengujian (2) tidak jauh berbeda, nilai koefisien -0,596, nilai p-value 0,716 lebih besar dari tingkat signifikansi. Dengan demikian berarti variabel Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

Hasil pengujian (6) terhadap variabel Kepemilikan Institusional menunjukkan nilai koefisien sebesar – 0,143 dan p-value 0,748 lebih besar dari tingkat signifikansi. Hasil pengujian (3) tidak jauh berbeda, nilai koefisien -0,073 dan p-value 0,862 lebih besar dari tingkat signifikansi. Dengan demikian berarti variabel Kepemilikan Institusi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

Hasil pengujian (6) terhadap variabel Ukuran Komite Audit menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,034 dan p-value 0,257 lebih besar dari tingkat signifikansi. Hasil pengujian (5) tidak jauh berbeda, nilai koefisien 0,0196 dan p-value 0,496lebih besar dari tingkat signifikansi. Dengan demikian berarti variabel Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

Hasil pengujian (6) terhadap variabel Proporsi Komisaris Independen menunjukkan nilai koefisien sebesar – 0,651 dan p-value 0,076<0,1. Dengan demikian berarti berdasarkan hasil pengujian (6) menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan pada nilai perusahaan. Hasil pengujian (5) berbeda ketika variabel Proporsi Komisaris Independen diuji langsung terhadap variabel nilai perusahaan menunjukkan nilai koefisien -0,498 dan nilai p-value 0,157 tidak menunjukkan tingkat signifikansi pada pada α = 1%, 5% ataupun 10%.

Hasil pengujian (1-5) setiap variabel proksi dari Good Corporate Governance

diikuti variabel kontrol terhadap variabel dependen berupa nilai perusahaan, hasilnya tidak jauh beda dengan hasil pengujian (6), maka diperoleh informasi untuk variabel kontrol seperti firm size (lnta), ratio capital expenditures/assets dan ratio EBIT/sales

(ebitpersales) konsisten berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil pengujian (6) variabel kontrol firm size (lnta) terhadap nilai perusahaan menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,211 dan p-value sebesar 0,0230. Hal ini menujukkan nilai probabilitas p-value 0,0230<0,05. Dengan demikian berarti variabel

firm size berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

Hasil pengujian (6) variabel kontrol ratio R & D expenditures/sales (r_dpersales) menunjukkan nilai koefisien sebesar 14,097dan p-value 0,744 lebih besar dari tingkat signifikansi. Dengan demikian berarti variabel ratio R & D expenditures/sales tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

Hasil pengujian (6) variabel kontrol ratio capital expenditures/assets menunjukkan nilai koefisien sebesar 2,540 dan p-value 0,0011<0,01. Dengan demikian berarti variabel ratio capital expenditures/assets berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

Hasil pengujian (6) variabel kontrol ratio property-plants-equipment/sales

(ppepersales) menunjukkan nilai koefisien sebesar -0,009 dan p-value sebesar 0,603 lebih besar dari tingkat signifikansi. Dengan demikian berarti variabel ratio property-plants-equipment/sales tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.


(12)

commit to user

Hasil pengujian (6) variabel kontrol growth (pgsales) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,075 dan p-value 0,568 lebih besar dari tingkat signifikansi. Dengan demikian berarti variabel growth tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

Hasil pengujian (6) variabel kontrol ratio EBIT/sales (ebitpersales) menunjukkan nilai koefisien sebesar 1,195 dan p-value 0,0185<0,05. Dengan demikian berarti variabel ratio EBIT/sales berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

Hasil pengujian (6) variabel kontrol leverage menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,035891 dan p-value 0,9204 lebih besar dari tingkat signifikansi. Dengan demikian berarti variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

Sementara pengujian secara simultan ditunjukkan dalam tabel 3. Hasil pengolahan (6) terlihat bahwa nilai F-statistic sebesar 0,000 dengan signifikansi 5% (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan variabel dwndir, kepmen, kepins, komaud, prokomind, lnta, r_dpersales, capexperaset, ppepersales, pgsales, ebitpersales dan leverage secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Hasil pengolahan (1-5) tidak jauh berbeda ketika setiap variabel proksi dari Good Corporate Governance diikuti variabel kontrol terhadap variabel dependen berupa nilai perusahaan, hasilnya tidak jauh beda dengan hasil pengujian (6).

Koefisien determinasi (R2) berdasarkan tabel 3 (6), dihasilkan nilai R2 yang disesuaikan Adjusted R-square sebesar 0,072455 atau 7,2455%, dapat diartikan bahwa variabel independen yang terdiri dari dwndir, kepmen, kepins, komaud, prokomind, lnta, r_dpersales, capexperaset, ppepersales, pgsales, ebitpersales dan leverage dapat menjelaskan variabel dependen berupa nilai perusahaan sebesar 7,2455%, sedangkan sisanya sebesar 92,7545% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian.

Pembahasan

Variabel Dewan Direksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel nilai perusahaan, menunjukkan bahwa investor mengapresiasi penambahan jumlah dewan direksi sepanjang tambahan kerja yang dihasilkan melebihi cost yang bertambah. Dewan direksi yang relatif besar memberikan sinyal bahwa perusahaan sedang bertumbuh, memiliki proyek-proyek investasi yang menjanjikan dan memiliki yang

expected free cash flow cukup di masa yang akan datang. Hasil penelitian ini sejalan dengan Kusumawati dan Riyanto (2005) terkait proporsi anggota dewan secara statis sangat signifikan (tingkat singnifikan 1%) dengan nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan Kusumastuti et al (2007), bahwa ukuran dewan ditemukan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Variabel Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Hasil ini dimungkinkan karena rata-rata proporsi kepemilikan saham manajer atau top eksekutif perusahaan yang berada di Indonesia relatif rendah. Kepemilikan saham oleh top eksekutif diharapkan memiliki kemempuan mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham dengan manajer. Hal ini dikarena dengan keterlibatan manajer dalam kepemilikan, akan mendorong mereka untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Namun demikian, hasil penelitian ini


(13)

commit to user

tidak sejalan dengan Vionela (2007), bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Variabel Kepemilikan Institusi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Banyak institusi pada hakekatnya tidak atau pasif melakukan pengawasan secara penuh terhadap perusahaan publik, sehingga manajer dapat mengambil keputusan leluasa dalam mengelola manajemen perusahaan. Demikian ini menyebabkan investor intitusi tidak berhasil memberi kontribusi positif dalam meningkatkan nilai perusahaan. Sejalan dengan penelitian Saputra (2010), bahwa kepemilikan institusi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Vionela (2007) menyatakan sebaliknya, bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Variabel Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan pengakuan komite audit perusahaan dilakukan untuk memenuhi regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate goveranance dalam perusahaan. Sejalan dengan penelitian dari Nuryanah (2004) dalam

Effendi (2005) dikutip Sam’ani (2008) menemukan bahwa menemukan bahwa komite

audit tidak mempengaruhi nilai perusahaan secara signifikan. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Vionela (2007), bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Variabel proporsi komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan pada nilai perusahaan. Seharusnya, proporsi komisaris independen yang semakin tinggi akan mengurangi potensi ekspropriasi oleh pemegang saham mayoritas (pengendali) karena dalam konteks perusahaan publik, komisaris independen diasumsikan sebagai representasi dari publik atau pemegang saham minoritas. Hasil yang berkebalikan ini, mungkin disebabkan karena di Indonesia keberadaan komisaris independen belum sepenuhnya optimal, seringkali keberadaannya hanya sebagai pemenuhan kepatuhan terhadap regulasi (compliance). Penelitian Adrian & Frank (2012), bahwa struktur dewan independen berpengaruh signifikan dengan nilai perusahaan yang lebih tinggi. Penelitian Vionela (2007), bahwa Proporsi Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Pengujian secara bersama-sama atau simultan menunjukkan bahwa variabel dwndir, kepmen, kepins, komaud, prokomind, lnta, r_dpersales, capexperaset, ppepersales, pgsales, ebitpersales dan leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Sesuai dengan penelitian Ammann et al (2011); Garay dan González (2008), secara keseluruhan bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sementara itu, masih banyak faktor lain yang memiliki kemampuan dalam menjelaskan nilai perusahaan.

Koefisien determinasi (R2)jika semakin mendekati 100%, model ini akan semakin baik. Nilai R2 yang disesuaikan (Adjusted R-square) sebesar 0,072455 atau 7,2455%, maka diambil kesimpulan bahwa variabel independen yang terdiri dari dwndir, kepmen, kepins, komaud, prokomind, lnta, r_dpersales, capexperaset, ppepersales, pgsales, ebitpersales dan leverage dapat menjelaskan variabel dependen berupa nilai perusahaan sebesar 7,2455%, sedangkan sisanya sebesar 92,7545% dijelaskan faktor lain di luar penelitian. Semakin kecil kemampuan variabel independen menjelaskan (pengaruhnya)


(14)

commit to user

kepada variabel dependen, dimungkinkan karena respon pasar terhadap implementasi

good corporate governance tidak bisa secara langsung, akan tetapi membutuhkan waktu.

SIMPULAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Ukuran Dewan Direksi (dwndir) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Proporsi Komisaris Independen (prokomind) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan Manajerial (kepmen), Kepemilikan Institusi (kepins), dan Ukuran Komite Audit (komaud) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. (2) Hasil penelitian variabel kontrol terhadap nilai perusahaan, ditemukan bahwa firm size (lnta), ratio capital expenditures/assets (capexperaset), dan ratio EBIT/sales (ebitpersales) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Ratio R & D expenditures/sales (r_dpersales), ratio property-plants-equipment/sales (ppepersales),

growth (pgsales), dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. (3) Keseluruhan variabel independen dan kontrol secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. (4) Variabel variabel independen dan kontrol dapat menjelaskan variabel dependen berupa nilai perusahaan sebesar 7,2455%, sedangkan sisanya sebesar 92,7545% dijelaskan oleh variabel atau faktor lain di luar penelitian.

Keterbatasan

Variabel independen dan variabel kontrol dalam penelitian ini hanya dapat menjelaskan pada persentase yang kecil, dan tidak semua variabelnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen secara parsial. Besarnya nilai perusahaan berdasarkan perhitungan rasio Tobin’s Q yang menggunakan nilai pasar ekuitas ditambah nilai buku hutang dibagi dengan nilai buku aktiva berdasar White et al. (2002) dalam Retno dan Priantinah (2012). Atribut dari variabel seperti dewan direksi, variabel proporsi komisaris independen dan variabel komite audit hanya menggunakan jumlah anggota.

Saran

Penelitian selanjutnya dapat disarankan: (1) Menambah atau mengganti proksi variabel independen dan variabel kontrol yang ada dengan indikator lain yang mampu menjelaskan nilai perusahaan. (2) Menggunakan Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) untuk mewakili proksi dari kinerja keuangan. (3) Menambahkan atribut dari variabel dewan direksi, variabel komite audit dan variabel proporsi komisaris independen misalnya jumlah rapat, kompetensi, latar belakang pendidikan dan pengalaman. (4) Bagi investor, dalam berinvestasi diharapkan senantiasa melihat faktor eksternal perusahaan selain faktor internal perusahaan itu sendiri, sehingga dapat menjadi pedoman mengambil keputusan investasi dengan bijaksana.


(15)

commit to user DAFTAR PUSTAKA

Adu, I. S. S. 2014. Aspek Independensi CG dan Nilai Perusahaan. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ajija; Sari; Setianto dan Primanti. 2011. Cara Cerdas Menguasai EVIEWS. Salemba Empat. Jakarta.

Ammann, M.; D. Oesch; dan M. M. Schmid. 2011. Corporate governance and firm value: International evidence. Journal of Empirical Finance. 18:36–55.

Carningsih. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan Antara Kinerja Keuangan Dengan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi. 7 (7): 9-11.

Chan, Louis KC; J. Lakonishok dan T. Sougiannis. 2001. "The stock market valuation of research and development expenditures". The Journal of Finance. 56: 2431-2456.

Garay, Urbi.; dan M. González. 2008. Corporate Governance and Firm Value: The Case of Venezuela. Journal Compilation Blackwell Publishing. 16 (3): 194-209. Gujarati, D.N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Salemba Empat. Jakarta.

Hastuti, T. D. 2005. Hubungan Antara Good Corporate Governance Dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.

Hormati, Asrudin. 2009. Karakteristik Perusahaan Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance. Jurnal Keuangan dan Perbankan. 13 (2): 288-298.

http://crmsindonesia.org/knowledge/crms-articles/peluang-tantangan-dan-risiko-bagi-indonesia-dengan-adanya-masyarakat-ekonomi.

http://fcgi.or.id/component/content/article/38-content/43-download-self-assesment-tools.html

http://swa.co.id/corporate/implementasi-gcg-harus-libatkan-semua-stakeholders.

in Emerging MarketsKNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Komite Nasional Kebjakan Governance.

Istiqomah, D. R. 2009. Pengaruh Penerapan GCG Terhadap Kinerja Keuangan Dan nilai Pasar Perusahaan Peserta Corporate Governance Perception Index(CGPI).

Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Jati, P. 2009. Pengaruh struktur Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Artikel. Universitas Gunadarma. 20205522.

Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of the firm: managerial behavior,

agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics. 3 (4): 305-360.

Kusumastuti. 2007. Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. 9 (2): 88-98. http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting


(16)

commit to user

Kusumawati, D. N. dan Bambang R. 2005. Corporate Governance Dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting Dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja.

Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. 248-261.

Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep_29/PM/2004 tanggal 24 September 2004.

Muhadi, P. M. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2010. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Mulyati, S. 2010. Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar (Studi Empiris Perusahaan-Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 dan 2007). Tesis. Universitas Indonesia.

Nuswandari, C. 2009. Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. 16 (2):70-84.

Pidado, Julio; V.de Querioz; dan Torre C. de la. 2010. How do firm Characteristic Influence The Relationship between R dan D and Firm Value. Financial Management. 39 (20): 757-782.

Retno M., R. D. dan D. Priantinah. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indoesia Periode 2007-2010). Jurnal Nominal. 1 (1): 84-103.

Sam’ani. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2004-2007. Tesis. Universitas Diponegoro.

Saputra, M. 2012. Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Journal of Indonesian Applied Economics. 4 (1): 81-92. Sarwono, J. dan N.S. Hendra. 2014. EVIEWS Cara Operasi dan Prosedur Analisis.

Andi Offset. Yogyakarta.

Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory. USA: Prentice-Hall.

Setiono, Arif P. 2013. Analisis R dan D Pada Nilai Perusahaan Dengan Karakteristik Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2007-2012). Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sukrisno, Agoes dan I. C. Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Salemba Empat. Jakarta.

Tampubolon, B. O. dan A. L. Santoso. 2013. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Prosiding Seminar Nasional Forum Keuangan dan BisnisII. 725-745.

Vinola, Herawaty. 2008. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating

Variable Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”.


(17)

commit to user

Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Widiawati Hestin S. 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Empiris pada Perbankan di Bursa Efek Indonesia). Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(1)

Hasil pengujian (6) variabel kontrol growth (pgsales) menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,075 dan p-value 0,568 lebih besar dari tingkat signifikansi. Dengan demikian berarti variabel growth tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

Hasil pengujian (6) variabel kontrol ratio EBIT/sales (ebitpersales) menunjukkan nilai koefisien sebesar 1,195 dan p-value 0,0185<0,05. Dengan demikian berarti variabel ratio EBIT/sales berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

Hasil pengujian (6) variabel kontrol leverage menunjukkan nilai koefisien sebesar 0,035891 dan p-value 0,9204 lebih besar dari tingkat signifikansi. Dengan demikian berarti variabel leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan.

Sementara pengujian secara simultan ditunjukkan dalam tabel 3. Hasil pengolahan (6) terlihat bahwa nilai F-statistic sebesar 0,000 dengan signifikansi 5% (0,000<0,05). Hal ini menunjukkan variabel dwndir, kepmen, kepins, komaud, prokomind, lnta, r_dpersales, capexperaset, ppepersales, pgsales, ebitpersales dan leverage secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Hasil pengolahan (1-5) tidak jauh berbeda ketika setiap variabel proksi dari Good Corporate Governance diikuti variabel kontrol terhadap variabel dependen berupa nilai perusahaan, hasilnya tidak jauh beda dengan hasil pengujian (6).

Koefisien determinasi (R2) berdasarkan tabel 3 (6), dihasilkan nilai R2 yang disesuaikan Adjusted R-square sebesar 0,072455 atau 7,2455%, dapat diartikan bahwa variabel independen yang terdiri dari dwndir, kepmen, kepins, komaud, prokomind, lnta, r_dpersales, capexperaset, ppepersales, pgsales, ebitpersales dan leverage dapat menjelaskan variabel dependen berupa nilai perusahaan sebesar 7,2455%, sedangkan sisanya sebesar 92,7545% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian.

Pembahasan

Variabel Dewan Direksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel nilai perusahaan, menunjukkan bahwa investor mengapresiasi penambahan jumlah dewan direksi sepanjang tambahan kerja yang dihasilkan melebihi cost yang bertambah. Dewan direksi yang relatif besar memberikan sinyal bahwa perusahaan sedang bertumbuh, memiliki proyek-proyek investasi yang menjanjikan dan memiliki yang expected free cash flow cukup di masa yang akan datang. Hasil penelitian ini sejalan dengan Kusumawati dan Riyanto (2005) terkait proporsi anggota dewan secara statis sangat signifikan (tingkat singnifikan 1%) dengan nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan Kusumastuti et al (2007), bahwa ukuran dewan ditemukan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Variabel Kepemilikan Manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Hasil ini dimungkinkan karena rata-rata proporsi kepemilikan saham manajer atau top eksekutif perusahaan yang berada di Indonesia relatif rendah. Kepemilikan saham oleh top eksekutif diharapkan memiliki kemempuan mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham dengan manajer. Hal ini dikarena dengan keterlibatan manajer dalam kepemilikan, akan mendorong mereka untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Namun demikian, hasil penelitian ini


(2)

tidak sejalan dengan Vionela (2007), bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Variabel Kepemilikan Institusi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Banyak institusi pada hakekatnya tidak atau pasif melakukan pengawasan secara penuh terhadap perusahaan publik, sehingga manajer dapat mengambil keputusan leluasa dalam mengelola manajemen perusahaan. Demikian ini menyebabkan investor intitusi tidak berhasil memberi kontribusi positif dalam meningkatkan nilai perusahaan. Sejalan dengan penelitian Saputra (2010), bahwa kepemilikan institusi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Vionela (2007) menyatakan sebaliknya, bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Variabel Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan pengakuan komite audit perusahaan dilakukan untuk memenuhi regulasi saja dan tidak dimaksudkan untuk menegakkan good corporate goveranance dalam perusahaan. Sejalan dengan penelitian dari Nuryanah (2004) dalam Effendi (2005) dikutip Sam’ani (2008) menemukan bahwa menemukan bahwa komite audit tidak mempengaruhi nilai perusahaan secara signifikan. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan Vionela (2007), bahwa kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Variabel proporsi komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan pada nilai perusahaan. Seharusnya, proporsi komisaris independen yang semakin tinggi akan mengurangi potensi ekspropriasi oleh pemegang saham mayoritas (pengendali) karena dalam konteks perusahaan publik, komisaris independen diasumsikan sebagai representasi dari publik atau pemegang saham minoritas. Hasil yang berkebalikan ini, mungkin disebabkan karena di Indonesia keberadaan komisaris independen belum sepenuhnya optimal, seringkali keberadaannya hanya sebagai pemenuhan kepatuhan terhadap regulasi (compliance). Penelitian Adrian & Frank (2012), bahwa struktur dewan independen berpengaruh signifikan dengan nilai perusahaan yang lebih tinggi. Penelitian Vionela (2007), bahwa Proporsi Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Pengujian secara bersama-sama atau simultan menunjukkan bahwa variabel dwndir, kepmen, kepins, komaud, prokomind, lnta, r_dpersales, capexperaset, ppepersales, pgsales, ebitpersales dan leverage secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. Sesuai dengan penelitian Ammann et al (2011); Garay dan González (2008), secara keseluruhan bahwa corporate governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Sementara itu, masih banyak faktor lain yang memiliki kemampuan dalam menjelaskan nilai perusahaan.

Koefisien determinasi (R2)jika semakin mendekati 100%, model ini akan semakin baik. Nilai R2 yang disesuaikan (Adjusted R-square) sebesar 0,072455 atau 7,2455%, maka diambil kesimpulan bahwa variabel independen yang terdiri dari dwndir, kepmen, kepins, komaud, prokomind, lnta, r_dpersales, capexperaset, ppepersales, pgsales, ebitpersales dan leverage dapat menjelaskan variabel dependen berupa nilai perusahaan sebesar 7,2455%, sedangkan sisanya sebesar 92,7545% dijelaskan faktor lain di luar penelitian. Semakin kecil kemampuan variabel independen menjelaskan (pengaruhnya)


(3)

kepada variabel dependen, dimungkinkan karena respon pasar terhadap implementasi good corporate governance tidak bisa secara langsung, akan tetapi membutuhkan waktu.

SIMPULAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Ukuran Dewan Direksi (dwndir) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Proporsi Komisaris Independen (prokomind) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan Manajerial (kepmen), Kepemilikan Institusi (kepins), dan Ukuran Komite Audit (komaud) tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. (2) Hasil penelitian variabel kontrol terhadap nilai perusahaan, ditemukan bahwa firm size (lnta), ratio capital expenditures/assets (capexperaset), dan ratio EBIT/sales (ebitpersales) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan Ratio R & D expenditures/sales (r_dpersales), ratio property-plants-equipment/sales (ppepersales), growth (pgsales), dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan. (3) Keseluruhan variabel independen dan kontrol secara bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. (4) Variabel variabel independen dan kontrol dapat menjelaskan variabel dependen berupa nilai perusahaan sebesar 7,2455%, sedangkan sisanya sebesar 92,7545% dijelaskan oleh variabel atau faktor lain di luar penelitian.

Keterbatasan

Variabel independen dan variabel kontrol dalam penelitian ini hanya dapat menjelaskan pada persentase yang kecil, dan tidak semua variabelnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen secara parsial. Besarnya nilai perusahaan berdasarkan perhitungan rasio Tobin’s Q yang menggunakan nilai pasar ekuitas ditambah nilai buku hutang dibagi dengan nilai buku aktiva berdasar White et al. (2002) dalam Retno dan Priantinah (2012). Atribut dari variabel seperti dewan direksi, variabel proporsi komisaris independen dan variabel komite audit hanya menggunakan jumlah anggota.

Saran

Penelitian selanjutnya dapat disarankan: (1) Menambah atau mengganti proksi variabel independen dan variabel kontrol yang ada dengan indikator lain yang mampu menjelaskan nilai perusahaan. (2) Menggunakan Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) untuk mewakili proksi dari kinerja keuangan. (3) Menambahkan atribut dari variabel dewan direksi, variabel komite audit dan variabel proporsi komisaris independen misalnya jumlah rapat, kompetensi, latar belakang pendidikan dan pengalaman. (4) Bagi investor, dalam berinvestasi diharapkan senantiasa melihat faktor eksternal perusahaan selain faktor internal perusahaan itu sendiri, sehingga dapat menjadi pedoman mengambil keputusan investasi dengan bijaksana.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adu, I. S. S. 2014. Aspek Independensi CG dan Nilai Perusahaan. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Ajija; Sari; Setianto dan Primanti. 2011. Cara Cerdas Menguasai EVIEWS. Salemba Empat. Jakarta.

Ammann, M.; D. Oesch; dan M. M. Schmid. 2011. Corporate governance and firm value: International evidence. Journal of Empirical Finance. 18:36–55.

Carningsih. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan Antara Kinerja Keuangan Dengan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi. 7 (7): 9-11.

Chan, Louis KC; J. Lakonishok dan T. Sougiannis. 2001. "The stock market valuation of research and development expenditures". The Journal of Finance. 56: 2431-2456.

Garay, Urbi.; dan M. González. 2008. Corporate Governance and Firm Value: The Case of Venezuela. Journal Compilation Blackwell Publishing. 16 (3): 194-209. Gujarati, D.N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Salemba Empat. Jakarta.

Hastuti, T. D. 2005. Hubungan Antara Good Corporate Governance Dan Struktur Kepemilikan Dengan Kinerja Keuangan (Studi Kasus pada Perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.

Hormati, Asrudin. 2009. Karakteristik Perusahaan Terhadap Kualitas Implementasi Corporate Governance. Jurnal Keuangan dan Perbankan. 13 (2): 288-298.

http://crmsindonesia.org/knowledge/crms-articles/peluang-tantangan-dan-risiko-bagi-indonesia-dengan-adanya-masyarakat-ekonomi.

http://fcgi.or.id/component/content/article/38-content/43-download-self-assesment-tools.html

http://swa.co.id/corporate/implementasi-gcg-harus-libatkan-semua-stakeholders.

in Emerging MarketsKNKG. 2006. Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia. Komite Nasional Kebjakan Governance.

Istiqomah, D. R. 2009. Pengaruh Penerapan GCG Terhadap Kinerja Keuangan Dan nilai Pasar Perusahaan Peserta Corporate Governance Perception Index(CGPI). Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Jati, P. 2009. Pengaruh struktur Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Artikel. Universitas Gunadarma. 20205522.

Jensen, M.C. dan W.H. Meckling. 1976. Theory of the firm: managerial behavior, agency costs and ownership structure. Journal of Financial Economics. 3 (4): 305-360.

Kusumastuti. 2007. Pengaruh Board Diversity Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal

Akuntansi Dan Keuangan. 9 (2): 88-98.


(5)

Kusumawati, D. N. dan Bambang R. 2005. Corporate Governance Dan Kinerja: Analisis Compliance Reporting Dan Struktur Dewan Terhadap Kinerja. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo. 248-261.

Lampiran Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep_29/PM/2004 tanggal 24 September 2004.

Muhadi, P. M. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2008-2010. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Mulyati, S. 2010. Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan dan Reaksi Pasar (Studi Empiris Perusahaan-Perusahaan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 dan 2007). Tesis. Universitas Indonesia.

Nuswandari, C. 2009. Pengaruh Corporate Governance Perception Index Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. 16 (2):70-84.

Pidado, Julio; V.de Querioz; dan Torre C. de la. 2010. How do firm Characteristic Influence The Relationship between R dan D and Firm Value. Financial Management. 39 (20): 757-782.

Retno M., R. D. dan D. Priantinah. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indoesia Periode 2007-2010). Jurnal Nominal. 1 (1): 84-103.

Sam’ani. 2008. Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2004-2007. Tesis. Universitas Diponegoro.

Saputra, M. 2012. Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Journal of Indonesian Applied Economics. 4 (1): 81-92. Sarwono, J. dan N.S. Hendra. 2014. EVIEWS Cara Operasi dan Prosedur Analisis.

Andi Offset. Yogyakarta.

Scott, William R. 2000. Financial Accounting Theory. USA: Prentice-Hall.

Setiono, Arif P. 2013. Analisis R dan D Pada Nilai Perusahaan Dengan Karakteristik Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2007-2012). Skripsi. Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Sukrisno, Agoes dan I. C. Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi. Salemba Empat. Jakarta.

Tampubolon, B. O. dan A. L. Santoso. 2013. Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Sukarela Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI). Prosiding Seminar Nasional Forum Keuangan dan BisnisII. 725-745.

Vinola, Herawaty. 2008. “Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable Dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. 10 (2): 97-108.


(6)

Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.

Widiawati Hestin S. 2011. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan (Studi Empiris pada Perbankan di Bursa Efek Indonesia). Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta.